BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Ekonomi Kata Ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain ekonomi adalah semua yang menyangkut dengan peraturan dalam rumah tangga. (Putong, 2013:271) Menurut P.A Samuelson ilmu ekonomi adalah suatu studi bagaimana orangorang dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat dipergunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai orang dan golongan masyarakat. Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah ilmu sosial, Karena manusia dan perilaku akan kebutuhannya yang menjadi objek penelitiannya. Ilmu ekonomi terbagi dalam dua bagian besar yaitu Ilmu Ekonomi Mikro dan Ilmu Ekonomi Makro. Manfaat dari mempelajari ilmu ekonomi menurut Mankiw dan pakar ekonomi lainnya (Putong, 2013:7) adalah: 1. Ilmu ekonomi dapat membantu memahami wujud perilaku ekonomi dalam dunia nyata secara lebih baik. 2. Dengan mempelajari ilmu ekonomi akan membuat yang mempelajarinya lebih mahir atau lihai dalam perekonomian. 3. Dengan menguasai ilmu ekonomi maka akan memberikan pemahaman atas potensi dan keterbatasan kebijakan ekonomi. 4. Bila kita dapat memahami dan mahir dalam perekonomian lalu paham dengan potensi serta keterbatasannya maka kita akan sangat paham bagaimana menjadi pelaku ekonomi yang baik dimana setiap pilihan menentukan tujuan. 2.1.1 Pengertian Mikro Ekonomi Kata mikro berasal dari bahasa Latin (micros) yang berarti kecil. Jadi Ekonomi mikro adalah variabel ekonomi dalam lingkup yang lebih kecil. Ekonomi mikro sering di sebut sebagai teori harga. Dalam teori ini dibahas 9 10 seperti teori produksi, teori biaya, teori pasar dan faktor produksi (Putong, 2013:8) 2.1.2 Pengertian Makro Ekonomi Menurut Putong (2013:273) ilmu ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Ekonomi makro lebih terfokus pada perilaku ekonomi secara keseluruhan, seperti total output suatu produk dan jasa, tingkat inflasi dan pengangguran, dan tingkat nilai tukar. Menurut Mankiw (2006:2) makro ekonomi adalah sebuah studi tentang perekonomian secara menyeluruh, berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait pertumbuhan pendapatan, kemiskinan, inflasi, kestabilan harga, resesi, depresi, pengangguran dan lainnya. Makro ekonomi melihat pasar secara luas bagaimana suatu barang dijual. Ekonomi makro fokus kepada perilaku dan politik yang mempengaruhi konsumsi dan investasi, tentang nilai tukar rupiah, kebijakan fiskal dan moneter, tingkat suku bunga, dan hutang negara. Hubungan yang dipelajari dalam ilmu ekonomi makro adalah hubungan kausal antara variabel-variabel aggregatif (keseluruhan). Diantara variabelvariabel yang dimaksud antara lain adalah tingkat pendapatan nasional, konsumsi rumah tangga, investasi nasional (pemerintah maupun swasta), tingkat tabungan, belanja pemerintah, tingkat harga-harga umum, neraca pembayaran (ekspor dan impor) dan lainnya (Putong, 2013:8). 2.2 Pendidikan 2.2.1 Pengertian Pendidikan Pengertian yang terdapat dalam, Dictionary of Education, mengatakan bahwa “Pendidikan ialah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup. Proses sosial dimana orang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.” (Achidayat, 2014:37) 11 Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah proses memajukan kehidupan individu lewat pengembangan potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan pembentukan budi pekerti melalui lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Hal ini diperlukan agar bisa membawa dampak positif bagi dirinya sendiri, lingkungan dimana dia bersosialisasi, dan bagi bangsa juga negara dimana ia berada. Ki Hajar Dewantara merumuskan pengertian pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak) dalam taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya. Pendidikan merupakan syarat mutlak apabila manusia ingin tampil dengan sifatsifat hakikat manusia yang dimiliki, dan pendidikan juga digunakan untuk bersosialisasi sesama manusia. Dalam Atmanti (2005:42) beberapa faktor yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat pendidikan adalah : - Pendidikan yang lebih tinggi membuat pengetahuan masyarakat bertambah dan mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. - Pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuan teknis yang diperlukan untuk menjalani kegiatan modern. Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi perangsang untuk menciptakan pembaharuan dalam bidang teknik, ekonomi dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. 2.2.2 Tujuan Pendidikan Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, ada 4 jenjang tujuan yang terdapat di dalam pendidikan, yaitu: 1. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah manusia Pancasila. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, 12 mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 2. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya. Tujuan pendidikan tingkat SMP tentu berbeda dengan tingkat SMA, tujuan pendidikan tingkat SMA berbeda dengan SMK. Jika semua lembaga dapat mencapai tujuannya maka kemungkinan besar tujuan nasional akan tercapai, yaitu terwujudnya manusia Pancasila yang memiliki bekal khusus sesuai dengan misi lembaga pendidikan dimana seseorang di didik. 3. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran tertentu. Misalnya tujuan bidang studi bahasa, IPS atau IPA. Lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan institusionalnya menggunakan kurikulum dan tujuan kurikulum disebut kurikuler. 4. Tujuan instruksional. Materi kurikulum yang berupa bidang-bidang studi terdiri dari pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Tujuan pokok bahasan disebut tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok bahasan. Tujuan pokok bahasan disebut tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan sub pokok bahasan disebut tujuan instruksional khusus (TIK). 2.2.3 Unsur-Unsur Pendidikan Menurut Tirtarahardja (2008:27) semua jenis pendidikan mengandung unsur-unsur sebagai berikut : - Peserta didik Peserta didik berstatus sebagai subjek didik karena ia pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya, yang ingin mengembangkan diri secara terus-menerus guna memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya. - Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Para pendidik pada umumnya adalah guru, orang tua, dan pelatih, disesuaikan dengan lingkungan pendidikan. 13 - Interaktif edukatif Adanya komunikasi dua arah antara peserta didik daan pendidik yang berarah kepada tujuan pendidikan. - Materi pendidikan Berperan sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan. Materi pendidikan terbagi 2 yang mencakup materi inti dan lokal. Materi inti mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa sedangkan materi lokal mempunyai misi mengembangkan kekayaan budaya lokal. - Alat dan metode pendidikan Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki dan kuratif yang bermaksud memperbaiki.Perlu diketahui juga bahwa dalam memilih dan menerapkan metode penelitian, perlu memperhatikan kesesuaian dengan tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, situasi dan kondisi lingkungan belajar. - Lingkungan pendidikan Dibagi menjadi tiga dan biasa disebut tri pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah mempunyai tugas yang sangat penting yaitu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas agar supaya dapat menunjang pembangunan nasional yang ada, untuk itu sekolah harus berfungsi : i) Harus mampu menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk individu melalui pembekalan semua bidang studi. ii) Melalu teknik pengkajian bidang studi perlu mengembangkan sikap sosial, gotong-royong, toleransi dan demokrasi dalam rangka menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk sosial. iii) Harus berfungsi sebagai pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan. iv) Sekolah harus dapat menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk sosial yang religious. 14 v) Dalam konteks pembangunan nasional, pendidikan formal harus menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. vi) Sekolah berfungsi konservatif, inovatif, dan selektif dalam memelihara kebudayaan yang ada, melakukan pembaharuan, dan melayani perbedaan individu anak dalam proses pendidikan. 2.3 Pengangguran 2.3.1 Pengertian Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Sadono Sukirno (2004:28) pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja (BPS, 2015). Sedangkan menganggur dibagi menjadi dalam dua kelompok yaitu: -setengah menganggur kentara (visible unemployment) -setengah menganggur tidak kentara (invisible unemployment) Menurut (Sukirno, 2008: 328-331) Pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain: - Pengangguran Friksional, adalah pengangguran normal yang terjadi jika ada 3% maka dianggap sudah mencapai kesempatan kerja penuh. - Pengangguran Siklikal, adalah pengangguran yang terjadi karena merosotnya harga komoditas dari naik turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran tenaga kerja. - Pengangguran Struktural, adalah pengangguran karena kemerosotan beberapa faktor produksi sehingga kegiatan produksi menurun dan pekerja diberhentikan. 15 - Pengangguran Teknologi, adalah pengangguran yang terjadi karena tenaga manusia digantikan oleh mesin industri. Pengangguran adalah suatu hal yang menjadi penting jika tidak ditangani dengan baik oleh suatu Negara, Karena jika pengangguran meningkat ini dapat berdampak negatif terhadap suatu Negara, contohnya seperti kriminalitas dan kemiskinan. Pemasukan dan pertumbuhan ekonomi Negara juga ikut terganggu oleh pengangguran, maka dari itu suatu negara harus bisa mengelola penduduknya agar mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka demi tujuan mensejahterakan penduduknya dan negaranya. Mankiw (2006:155), dalam bukunya menyatakan bahwa orang dewasa yang berumur 16 tahun keatas digolongkan dalam 3 tingkatan : - Bekerja, kategori ini mencakup seseorang yang bekerja sebagai pegawai yang menerima upah, bekerja pada usaha milik sendiri, atau bekerja sebagai pegawai yang tidak menerima upah pada usaha keluarga. Kategori ini juga mencakup mereka yang memiliki pekerjaan namun tidak sedang bekerja karena untuk sementara waktu absen. Missal karena liburan, sakit, atau cuaca yang buruk. - Tidak bekerja, kategori ini mencakup mereka yang tidak bekerja, memiliki keinginan untuk bekerja, memiliki keinginan bekerja, dan telah mencoba mencari pekerjaan selama 4 minggu terakhir. Kategori ini juga mencakup mereka yang sedang menunggu panggilan kerja kembali dari tempat dimana mereka diberhentikan dari pekerjaannya. - Tidak masuk dalam angkatan kerja, kategori ini mencakup mereka yang tidak termasuk dalam dua kategori awal seperti pelajar, ibu rumah tangga, atau pensiunan. Untuk melihat angkatan kerja yaitu antara orang yang memiliki pekerjaan dan pengangguran menggunakan rumus : Dimana : L = angkatan kerja (labor force) N = orang yang memiliki pekerjaan (employment) U = pengangguran (unemployment) 16 Untuk melihat tingkat pengangguran menggunakan rumus : Dimana : u = tingkat pengangguran (unemployment rate) U = pengangguran (unemployment) L = angkatan kerja (labor force) 2.3.2 Efek Pengangguran Tingkat pengangguran dapat membuat efek negatif yang mengakibatkan kemerosotan yang merata dalam suatu negara. Pengangguran terjadi karena tindak PHK yang di lakukan perusahaan atau individu yang tidak memenuhi persyaratan untuk bekerja. Menurut Sadono Sukirno (2004:139) efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang telah dicapai seseorang. Pada tahun 1958 Professor A.W.Phillips mengemukakan bahwa upah dan pengangguran saling berkaitan, jika pengangguran meningkat maka tingkat inflasi upah akan menjadi rendah, begitu juga sebaliknya. 2.4 Kemiskinan 2.4.1 Pengertian Kemiskinan Menurut Suryawati (2005:1) kemiskinan adalah bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal. Kemiskinan menurut Kuncoro (2006:119) adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum. Permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan pula dengan jumlah pendapatan yang sedikit (kemiskinan), perumahan yang kurang layak, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang buruk, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah sehingga berakibat pada rendahnya sumber daya manusia dan banyaknya pengangguran. Tingkat standar hidup dalam suatu 17 negara bisa diukur dari beberapa indikator antara lain Gross National Product (GNP) per kapita, pertumbuhan relatif nasional dan pendaptan per kapita, distribusi pendapatan nasional, tingkat kemiskinan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006:232), besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan (poverty line). Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan di bawah, di mana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam bentuk suatu kebutuhan kalori minimum di tambah komponen-komponen non makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan (survive). Sedangkan kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Menurut Suryawati (2005:4) Tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan. Untuk daerah pedesaan: - Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar beras per orang per tahun. - Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar beras per orang per tahun. - Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai tukar beras per orang per tahun. Untuk daerah perkotaan: - Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar beras per orang per tahun. - Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai tukar beras per orang per tahun. 18 - Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 270 kg nilai tukar beras per orang per tahun. Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan seseorang. Seseorang yang memiliki pendapatan kurang dari US$ 1 per hari masuk dalam kategori miskin (Suryawati, 2005 : 5) 2.4.2 Penyebab Kemiskinan Kuncoro (2006:119) mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi: 1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. 3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. 2.4.3 Jenis Kemiskinan Menurut Suryawati (2005:1) kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu: -Kemiskinan Absolut adalah individu yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan. 19 -Kemiskinan Relatif adalah kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat. -Kemiskinan Kultural adalah kondisi persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya. -Kemiskinan Struktural adalah kondisi situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial. Menurut Suryawati (2005:2) berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus serta kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata. 2.5 Indeks Pembangunan Manusia 2.5.1 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran pembangunan manusia berdasarkan kualitas hidup (BPS, 2015). IPM juga sebagai tolak ukur bahwa suatu Negara dikatakan sebagai Negara maju atau Negara berkembang. IPM juga digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan manusia. IPM diukur melalui 3 dimensi dasar, yaitu : -Umur panjang -Pengetahuan -Kehidupan yang layak Nilai indeks ini berkisar antara 0-100. Pengertian IPM yang dikeluarkan oleh UNDP yang menyatakan bahwa IPM atau Human Development Index (HDI) merupakan cara untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. IPM ini mulai digunakan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pambangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk. 20 2.5.2 Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia dalam indeks pembangunan manusia terdapat empat komponen yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia suatu negara (BPS,2015), yaitu : - Angka Harapan Hidup - Angka Melek Huruf - Rata-Rata Lama Sekolah - Pengeluaran per Kapita Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut : IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3) Dimana : X1 = Indeks harapan hidup X2 = Indeks pendidikan : 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama sekolah) X3 = Indeks standar hidup layak 2.5.3 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia Manfaat Indeks Pembangunan Manusia IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut : -Untuk pertimbangan dalam mengambil kebijakan di suatu negara. -Untuk melihat perbedaan di antara negara-negara atau provinsi. 2.6 Teori Ekonometrika Menurut Gujarati (2010:1) Ekonometrika adalah hasil dari sebuah cara pandang mengenai peran ilmu ekonomi, berisi aplikasi matematika statistik pada data ekonomi untuk meminjamkan dukungan empiris pada model-model yang dibangun oleh matematika ekonomi dan untuk mendapatkan hasil empiris. Ekonometrika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan gabungan dari ilmu ekonomi, matematika, dan statistik untuk menganalisis teori ekonomi secara 21 kuantitatif berdasarkan data empiris. Pada umumnya ekonometrika dibagi ke dalam 2 golongan: - Ekonometrika teori (theoretical econometrics) adalah metode ekonometrika yang berkatian dengan pengembangan metode yang tepat untuk mengukur hubungan-hubungan ekonomi yang diterapkan oleh model ekonometrika, dan metode ini lebih memfokuskan pada statistika matematis. - Ekonometrika terapan (applied econometrics) adalah metode ekonometrika yang menerapkan alat ekonometrika teoritis untuk mempelajari beberapa bidang khusus dalam ilmu ekonomi. Seperti fungsi produksi, fungsi konsumsi, fungsi investasi, fungsi permintaan dan penawaran. Secara tradisional metodologi ekonometrika terdiri atas: 1. Menentukan teori atau hipotesis. 2. Spesifikasi model matematika dari teori. 3. Spesifikasi model statistik atau ekonometrika. 4. Mengumpulkan data. 5. Estimasi parameter dari model ekonometrika. 6. Pengujian hipotesis. 2.7 Kerangka Pemikiran H4 X1 H1 X2 H2 X3 Y H3 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis (2015) Dimana : X1 : Tingkat Pendidikan (Variabel Dependen) X2 : Tingkat Pengangguran (Variabel Dependen) X3 : Tingkat Kemiskinan (Variabel Dependen) 22 Y : Indeks Pembangunan Manusia (Variabel Independen) 2.7.1 Pengertian Variabel Menurut Sugiyono (2012:59) variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai obyek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian terdiri dari 2 yaitu : 1. Variabel independen (Independent variable) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan pada variabel dependen (Sugiyono, 2008:59). 2. Variabel dependen (Dependent variable) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi perubahan pada variabel independen (Sugiyono, 2008:59). 2.8 Hipotesis Hipotesis 1 Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan (X1) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. Ha : Adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan (X1) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2013. Hipotesis 2 Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran (X2) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. Ha : Adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran (X2) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. Hipotesis 3 Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan (X3) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. Ha : Adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat kemiskinan (X3) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. 23 Hipotesis 4 Ho : Tidak adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antara tingkat pendidikan (X1), tingkat pengangguran (X2) dan tingkat kemiskinan (X3) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. Ha : Adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antara tingkat pendidikan (X1), tingkat pengangguran (X2) dan tingkat kemiskinan (X3) terhadap indeks pembangunan manusia (Y) di Indonesia periode 2007-2012. 24