253 • • AP AKAH T ALAK DAN NIKAH YANG DILAKUKAN DJ BAWAH TANGAN SAH-MENURUT HUKUM ISLAM ? • • _ - - - - - -- - Oleh: Moh. Idris Ramulyo, S.H . _ _ _ _ _ __ PENDAHULUAN • Beberapa harian Ibu Kota, seperti Pas Kota, Sinar Pagi dan Majalah Tempo pada waktu akhir-akhir ini memuat artikel pem baca menulis ten tang nikah dan talak yang dilakukan oleh orang· orang Islam di bawah tangan. Maksudnya baik nikah maupun talak itu tidak dilakukan di depan Pejabat Pencatat Nikah (PPN) atau Pegawai Pemban tu Pencatat Nikah Talak dan Rujuk (p.3NTR), sebagaimana diatur oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 jo. Undang-un dang Nomor 32 Tahun 1954 jo. Pasal 2 ayat (2) Un dangundang Nomor I Tahun 1974, dengan Peraturan Pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tabun 1975. Undang·undang dan peraturan pelaksanaannya itu dikeluarkan oleh pemerintah demi kemaslahatan dan kepentingan umat Islam sendiri yaitu demi kepastian hukum bagi gene rasi penerusnya dan meriinggikan derajat kaum wanita. Tetapi oleh sebagian umat Islam Nikah dan Talak di bawah tangan itu dinyatakan sah menurut Hukum Islam , terbukti pendapat masyarakat itu an tara lain dikemukakan dalam artikelartikel di surat·surat kabar dan majalah tersebut di atas dan menurut keyakinan hukum masyarakat Islam yang ber- kembang sejak dulu dari zaman an. zien t sampai ke supra teknologi modern sekarang inL Pem be ri taan ini berkembang semula dari suatu kasu.s yang tedadi dalam masyarakat yang dilakukan oleh seorang yang mendapat simpati karena ciptaan nada irama yang dituangkannya dalam baik nya· nyian dan cerita film yang bermotif· kan dakwah Islamiah, yaitu Rhoma Irama yang mentalak istrinya Hajjah Veronika di bawah tangan dan meni· kah dengan Richa Rachim juga di bawah tangan. Penulis tergugat hatinya un tuk mencoba mengungkapkan pendapa t penulis dalam tulisan ini dengan suatu pertanyaan: 1. Apakah sah talak seorang muslim sekarang ini yang dilakukan di bawah tangan ? 2. Apakah sah nikah seorang muslim sekarang ini yang dilakukan di bawah tangan ? 3 _ Bagaimana akibat hukum dari talak dan nikah yang dilakukan di bawah tangan itu ? Itulah beberapa problema yang penulis akan mencoba mengetengahkan dalam tulisan ini dengan mengemukakan pembahasan dari tafsir AI-Quran dan Hadits Rasul serta kaitannya dengan peraturan hukum dan undang· undang yang berlaku bagi umat Islam dalam negara Republik Indonesia ini. Juni 1986 • o Huhum dan Pe mbangunan 254 AI-Quran Surah an-Nisaa ayat 21 , mengatur, bahwa perkawinan itu adalah perjanjian y ang suci (m itshaaghan ghaaliihaan). Talak di Bawah Tangan Dewasa ini sangat banyak sekali terjadi orang-o rang Islam melakukan talak di bawah tangan walaupun penulis belum pernah . melakukan penelitian yang mendalam dengan · bukti angkaangka, tapi han ya dari suara-suara y ang santer terde ngar di kalangan The man in the street (public upinion). Sekarang tim bul pertanyaan apakah sah menurut hukum Islam, talak yang dijatu hka n di bawah tangan (di luar sidang Pengadilan Agama) itu? Untuk menjawab pertanyaan ini penulis ingin mengajak pembaca mempelajari beberapa hadits Rasul dan ayat AI-Quran secara sistematis, daJam arti kata lain menghubungkan ayat yang satu dengan ayat yang lain. Hadits Rasul Rawahul Bukhari, dan sependapat para faqih (para sarjana), berbuny' : "Talak adalah suatu perbuatan hala! yang paling dibenci oleh Allah (TuhaR Yang Maha Esa)". o Hal ini berarti bahwa perkawinan itu harus langgeng dan kekal (abadi), karena sUarni-istri bukan saja be rjanji an tara mereka be rdua sebagai suami· istri, te tapi disaksikan keluarga masing· masing, di samping itu disaksika n AIlah subhanahu wata'ala . o • Bilamana kita hubungkan dengan perbuatan mukallaf, maka perbuatan zina atau dusta adalah perbuatan ha· ram hukumnya dan si pembuat akan berdosa besar. Nah dengan demlkian talak seorang suami yang dijatuhkan tanpa se bab-se bab yang dibolehkan tentulah lebih-Iebih haram hukumnya. Dalam AI-Quran Surah an-Nisaa ayat 19 Tuhan bersabda : "Apabila pada suatu waktu kam u benci kepada Istri kamu hendaklah kamu bersabar (penulis jangan dulu menjatuhkan talak), karena kebencian kamu itu mungkin Allah akan memberikan sesuatu yang balk (Q.N: 19)". o Sesu ai pula dengan wahyu Allah dalam AI·Quran Surah an-Nuur ayat 21 (QXXX: 21), bahwa perkawinan itu haruslah dilandasi dengan kehidupan y ang makruf, sakinah, mawaddah dan Rahman. Artinya hubungan sua· . mi-istri dalam rumah tangga hendaklah pergaulan yang baik-baik (ter· goeder ·trwouw) saling bantu·membantu seia-sekata ke gunung sarna menda· ki, ke lurah sarna menurut. banyak sarna dilapah sedikit sarna dicacah, terendam sarna basah , terbakar sarna hangus. Saling cinta-mencintai. hidup rukun aman dan tenteram gemah ripah loh jinawi, saling santum-menyantuni di kala tua mendatang, kekal dan baha gia, selama hay at di kandung badan. Prinsipnya perkawinan itu harus ba· hagia dan kekal , bila terjadi ketidakserasian akibat ke sa!ahan satu pihak janganlah langsung sang suami menja · tuhkan talak atau istri minta cerai. Perceraian baru dapat te~adi harus de· ngan alasan-alasan tertentu yang tidak memungkinkan mereka hidup ruku n dan damai , aman tenteram kekal dan bahagia lagi, dalam satu rumah tangga, hal ini pun harus dilakukan berdasar· kan keputusan Pengadilan Agama, se· suai dengan tradisi yang dilakukan di o • TII/a~ 255 d4n Ni/cah Islam • • zaman Rasulullah SAW sewaktu beliau masih hidup. Hanya saja hakim di zaman Muham· mad Rasulullah SAW itu lang sung dipegang oleh Nabi Muhammad SAW sendiri. Menurut Al·Quran Surah an·Nisaa ayat 34 (Q.N: 34), diwahyukan oleh Allah tentang tindakan suami/istri yang melalaikan kewajiban dalam rumah tangga Islam : 1. Istri·istri yang kamu khawa tiri Nusyuznya (me lalaikan kewajiban) hendaklah kamu nasihati. 1 2. Apabila nasihat itu tidak mempan pisahkanlah diri dari temp at tidur mereka. 3. Bilamana tidak mempan juga pukullah mereka. . 4. Kemudian apabila mereka menta'ati kamu , janganlah kamu mencari·cari jalan un tuk menyusahkannya. 2 • Bertitik·tolak dari ayat AI·Quran ini maka kita akan sampai pada kesimpul · an apabila timbul perselisihan antara suami·istri , dan yang bersalah itu kata· kanlah si istri, maka suami berkewajiban menegor istri tersebut agar tidak lagi be rusaha melalaikan kewajibannya atau membuat sesuatu hal yang tidak disenangi oleh suaminya. Nasihat sua· mi itu tentulah tidak sekali itu saja tapi haruslah berulang·ulang sampai minimal 3 (tiga) kali dan dalam beberapa waktu tertentu sampai sang istri be tul-betul sadar akan kesalahannya. Bilamana nasihat ini tidak diperha· . . 1 Departemen Agama, AI-Qu ran dan TerJemah a n n ya, (Jakarta : PT. Bumi R estu 1975/1 976), hlm. 123. ' 2 Ibid. , hIm. 123. tikan atau diabaikan oleh sang istri, maka suami dapat bertindak Iebih jauh dengan tujuan memberi nasihat kepada istrinya yaitu pisahkanlah diri dari tempat tidur sang istri dan bilamana perlu makan juga berpisah untuk sementara sampai istri itu sadar akan kesalahannya, tetapi suami tetap ber· ada dalam satu rumah. Di dalam Hu · kum Perd ata Eropa (Kitab Undang· undang Hukum Perdata) dikenal lem, baga Scheiding van talel en bed (p isah tempat tid ur dan meja makan). Bedanya terletak pada pelaksanaan dan tujuan. Dalam lembaga hukum Islam pelaksanaannya langsung dilak ukan oleh suami dan tujuannya untuk menasihati istri se rta mencegah agar perceraian tidak · te~adi. Dalam lembaga KUH Perdata pelak· sanaannya harus dimajukan salah satu piha k kepada Pengadilan Negeri dan tuj uannya merupakan langkah awal ke tangga putu snya hubungan pe rka· winan (cerai). Apabila langkah kedua ini masih belum mempan , maka suami dapat mengambil tindakan ketiga yaitu , me· nasihati istri dengan mempergunakan kata·kata yang keras dan sind iran tao jam atau memukul istri tapi tidak boleh berbekas atau melampaui batas. Setelah tindakan ketiga ini diambil suami belum boleh mentalak istri· nya , tetapi harus terlebih dahulu menghadirkan 2 (dua) orang Hakam atau Hakim pendamai yang disebut Hakamain, satu terdiri dari keluarga pihak istri sedang satu lagi dari keluarga pihak suami, demikian menurut AIQuran Surah an-Nisaa ayat 25 (Q .N: 35) yang berbunyi sebagai berikut : . "Kalau terjadi persengketaan yang • • Juni 1986 - Hukum dan Pembangunan 256 hebat antara suami-istri itu maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua Hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi petunjuk kepada kedua 3 suami-istri itu. Bilamana kedua hakam tersebut berpendapat tak cukup alasan untuk dapat bercerai, maka perceraian tidak akan terjadi , tetapi apabila menurut pertimbangan hakam memang tidak akan terdapat lagi kehidupan yang makruf, sakinah , mawaddah dan rahmah antara suami-istri itu maka barulah boleh suami menjatuhkan talak atau hakam pihak dari istri menjatuh. kan khuluk. Dan jika mereka betul-betul berazam (berketetapan hati) untuk mentalak, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (itulah finnan Allah dalam Al-Quran Surah al-Baqarah ayat 227). (Q.II: 227).4 Dari uraian di atas jelaslah, bahwa persyaratan menjatuhkan talak itu harus ada kesalahan istri, dan tidak halal talak tanpa alasan yang sah, itu pun harus melalui 4 (empat) phase terse but di atas. Bahkan di zaman Rasulullah talak itu dibicarakan de· ngan · Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Seorang pria mengadukan masalahnya kepada Rasulullah, dia telah mentalak istrinya 3 (tiga) kali sekaligus dalam waktu dan saat yang sama, sedangkan dia menyesal, kemudian bertanya kepada Rasulullah. • Kemudian 'Rasulullah bertanya kepada pria terse but bagaimana cara kamu mentalak istri kamu itu , jawab pria itu: "Saya talak kamu (istri) dengan talak tiga sekaligus". Rasulullah kemudian bersabda , rujukilah istri kamu itu atau kembalilah kamu kepada istri kamu itu. s Berpedoman kepada Hadits Ra· sulullah SAW. terse but penulis berkeyakinan bahwa masalahnikah dan talak itu tidak boleh dilakukan tanpa sebab yang sah dan harus dijatuhkan di depan Hakim setelah Hakim mendamaikan lebih dahulu kedua suami· istri yang hendak bercerai atau mentalak itu. Apalagi bila diingat bahwa demi mengangkat derajat wanita lebih-lebih lagi demi kepastian hukurn bagi generasi penerus (anak dan cucu), dan kepastian hukum terhadap harta ber· sarna kelak, pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 jo. Undangundang Nornor 32 Tahun 1954, bahwa talak dan cerai bagi umat Islam harus didaftarkan kepada Pejabat Pencatat Nikah atau PPN dan P.3 NTR. Demikian pula bila dipelajari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang perkawinan yang memberikan jaminan terhadap hak-hak kaum wanita dan memberi jaminan terhadap kemaslahatan umat Islam terutama tentang akibat hukum yang akan dirasakan manfaatnya bagi anak,anak dan cucu mereka kelak. Undang-undang mana telah disepakati oleh wakil:wakil rakyat dari golongan Islam untuk ke- .. 3 . Ibid., hlm. 123. 5 Tbalib Sajuti, Hukum Kekeluargaan In· donesia, (Jakarta : UI-Press, 1974) . 4 Ibid ., hlm. 55. • 257 Ta/D1c dD1l Nilcah Is/Dm entingan an tara lain umat Islam ~ndiri, dengan demikian dapat dianggap telal:1 ijma:, telah sepakat para olama Islam tentang perkawinan termasuk di dalamnya talak dan rujuk, maka wajib hukumnya untuk ditaati oleh umat Islam Indonesia. Alasan-alasan perceraian yang diatur dalam 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, antara lain: I. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain-lain sebagainya yang . .. . sukar disem buhkan. 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena lain hal diluar kemampuannya. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih be rat setelah perkawinan berlangsung. 4. Salah satu pihak melakukan keke· jaman at au penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan at au penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban· nya sebagai suami-istri. 6. Antara suami"istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Alasan-alasan mana sesuai menurut hukum Islam terkecuali lama waktu dalam angka 2 itu, menurut hukum Islam harus 4 (empat) tahun. kum Islam , maka kita harus mempelajari lebih dahulu syarat dan rukun perkawinan menurut hukum Islam tersebut. 1. Harus adanya calon pengantin laki· laki dan calon pengantin perem· puan yang telah akil dan baliq. 2. Adanya persetujuan yang bebas antara calon pengantin terse but. 3. Harus adanya wall nikah bagi cal on pengantin perempuan. 4. Harus ada 2 (dua) orang saksi laki· laki muslim yang adil. 5. Harus ada · mahar (mas · kawin) yang diberikan oleh pengantin la· ki ·Iaki kepada istrinya. 6. Harus ada ijab dan kabul antara calon pengantin tersebut. Ijab artinya pernyataan kehendak dari caIon pengantin perempuan yang di wakili oleh walinya, dan kabul pernyataan kehendak (penerimaan) dari cal on pengantin pria kepada calon pengantin wanita, yang tidak boleh beIjarak yang lama antara ucapan ijab dengan pernyataan kabul tersebut. . 7. Menurut tradisi semenjak dulu selesai mengucapkan akad nikah dalam bentuk formal ijab dan kabul, diadakan walimah atau pesta perkawinan, menurut kemampuan para mempelai. Salah satu Hadits RasuL Rawahul Bukhari wal Muslim, bersabda Ra· sulullah SAW: "Berwalimahlah kamu walaupun hanya menyediakan makanan dengan sepotong kaki kambing." 6 Nikah di Bawah Tangan Untuk membicarakan apakah sah nikah di bawah tangan menurut hu- • 6Rasyid Sulaiman H., Fiqh I.lam, (Jakarta: Attahiriyah, 1954), hlm. 376 . • • Juni 1986 Hukum dan Pembangunan 258 'ilanun Nikaaha wadhribu alaihi bil gaarbaali, kata Hadits Rasul yang lain. Umumkanlah perkawinan itu dan pukullah gendang dalam hubungan dengan pengumuman itu. Rawahul AI Tarmidzi berasal dari Siti Aisay ra. 7 Walimah diartikan berkumpul se· suatu atau berkumpulnya rukun dan syarat nikah , di mana calon pengantin wanita mengucapkan ijab (penawaran), sedangkan pengantin Iaki-l aki menjawab dengan ucapan kabul, dilakukan dalam pesta ke· luarga diiringi dengan khotbah nikah, se bagai nasihat bagi suami istri baru itu se bagai bekal menga· rungi lautan samudera rumah tangga bahagia menuju pulau Gita-Gita, baldhatun thaibathun warabbun ghaafuur. Kebahagiaan yang abadi penuh kesempurnaan baik moril, materiel maupun spiritual. 8. Dalam kaitan walimah ini perlu dibicarakan pula bahwa , berdasar kan (qias) dari AJ·Quran Surah al· Baqaroh ayat 282 dan tafsiran secara sistematis dari AI·Quran Surah al·Nisaa ayat 21, dapat di· simpulkan bahwa perkawinan itu di samping mahar, wali 2 orang saksi, ijab dan kabul dan walirnah tersebut harus pula dituliskan, dicatatkan dengan katibun bi! 'adli (khatab atau penulis) yang adil di antara kamu. Q.IV: 21, mengatur perkawinan' itu adalah kuat dan ko- 7 ThaJib Sajuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 1974), him. 71 . • koh (mitsaaghaan, ghaliizhaan). 8 Sedangkan Q.II: 282 mengatur, bilamana kamu bermu'amala,p. (perjan· jian dagang , jual·beli, hutang-pi· utang dalam waktu tertentu (lama), maka hendaklah kamu hadirkan ?(dua) orang saksi laki-laki dan tulis· kanlah dengan penulis yang adiL Jadi perkawinan itu adalah suatu akad (perjanjian), seperti halnya juga perdagangan dan hutang-pi· utang adalah muamalah atau akad • Sedangkan perjanjian jual·beli atau perdagangan, hutang·piutang saja harus dituliskan dan dengan 2 (dua) orang saksi , betapa lagi melakukan perka· winan yang mitsaaghaan ghaliizhaan suatu perjanjian yang sud dan memer· lukan kepastian hukum bagi generasi penerusnya kelak, baik terhadap anak cueu maupun harta benda. Juga pengumuman dan pendaftaran itu penting dan perlu untuk meng· hindari akibat hukum yang tim bul dari perkawinan di bawah tangan itu dalam hubungan dengan pihak ketiga , misalnya tentang sahnya anak , wali nikah , tentang waris mal waris (kewa· risan)_ Bahwa pengumuman dan pendaftaran itu penting bagi kemasl<iha t· an kedua belah pihak dan kepastian hukum bagi masyarakat demikian juga baik suami maupun istri tidak demi , kian saja dapat mengingkari perjanjian perkawinan yang suGi tersebut , dan tidak dengan mudah menjatuhkan talak, sesuai dengan analogi (qias) AIQuran Surah Al Baqarah ayat 282 terse but di atas. Apalagi bila dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 22 8 Ibid ., him. 120. • 259 Tolak don Nikah Islilm Tahun 1946, jo. Undang-undang Nomar 32 Tahun 1954, jo , Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 , yang merupakan ijma' sebagian besar umat Islam , dan demi kemaslahatan umat Islam sendiri patutlah bahkan wajib ditaati. Dengan alasan tersebut di atas penulis berkeyakinan bahwa nikah dan talak yang dilakukan di bawah tangan lebih cenderung dinyatakan tidak sah menurut hukum Islam. ris-mewarisi , demikian pun antara anak-anak yang dilahirkan dari hasil 9 perkawinan dengan orang tuany a. Akibat hukum dari perkawinan di bawah tangan tentulah sebaliknya tidak mempunyai akibat hukum seperii tersebut di atas, karena perkawinannya sukar dibuktikan, kecuali semua para pihak yang terlibat dalam perkawinan itu tetap hidup sepanjang zaman dan tidak akan mati. • • Akibat Hukum dari Perkawinan yang Sah Untuk melihat akibat hukum dari perkawinan yang di bawah tangan dapat ditafsirkan secara contrario dari akibat hukum suatu perkawinan yang sah sebagai tersebut di bawah ini : a) Menjadi halal melakukan hu bungan seksual dan bersenang-senang , an tara suami-istri tersebut. b) Mahar (mas kawin) yang diberikan oleh suami menjadi hak milik istri. c) Timbulnya hak-hak dan kewajiban suami-istri. d) Suami menjadi Kepala Keluarga dan istri menjadi Ibu Rumah Tangga . e) Anak-anak yang dilahirkan dari hasil hubungan perkawinan itu menjadi anak yang sah. f) Suami berkewajiban membiayai ke. hidupan istri beserta anak-anaknya. g) Timbulnya larangan perkawinan karena hubungan semenda. h) Bapak berhak menjadi wali nikah bagi anak perempuannya. i) Bilamana salah satu pihak meninggal dunia , pihak lainnya berhak menjadi wali baik bagi anak-anak . maupun harta bendanya_ j) Antara suami-istri berhak saling wa- PENUTUP Kesimpulan Bahwa dari uraian di atas bertambah yakinlah penulis, bahwa nikah dan talak yang dilakukan di bawah tangan dewasa ini adalah tid ak sah menurut hukum Islam. Betapa lagi bila dikaitkan dengan akibat hukum dari perkawinan di ba· wah tangan itu yang tidak menggambarkan adanya kepastian hukum bagi generasi penerus_ Demikian pula Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 telah merupakan ijma para ulama yang wajib diikuti oleh umat Islam demi menjamin kepastian hukum dan kemaslahatan umum . Akhirul kalam sebagai harapan penulis pada kesempatan yang sangat berharga ini, agar masyarakat Islam menyadari sungguh-sungguh tentang akibat hukum dari perkawinan dan talak yang dilakukan di bawah tangan ini demi untuk kepentingan kepastian hukum bagi generasi keturunan selan• 9 Idris M. Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta : Ind. Hillco, 1985 ) , hIm_ 252 dan 253 . • Juni 1986 Hukum dan Pembangunan 260 jutnya agar mereka tidak kecewa di kemudian hari, agar perkawinan dan talak di bawah tangan itu tidak ber· kembang menjadi mode di masa men· datang yang dapat mengkaburkan citra Hukum Islam . Semoga. • Daftar Kepustakaan Departemen Agama , Al·Quran dan Terjemahannya, (Jakarta : PT. Bumi Restu , 1975/1976). Idris M. Ramuly o, Beherapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam , (Jakarta: Ind . Hillco , 1985). Rasyid Sulaiman H. , Fiqh Islam, (Jakarta: A ttahiriyah, 1954). Thalib Sajuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (J akarta: VI·Press, 19 74). Tempo, Majalah Mingguan, (Jakarta : Grafiti Pers, Januari, Februari 1985). Pos Kota, Surat Kabar Harian Ibu Kota , (Jakarta : 1985). ,. • ' . • • . • • • •