ap akah t alak dan nikah yang dilakukan dj bawah tangan sah

advertisement
253
•
•
AP AKAH T ALAK DAN NIKAH YANG DILAKUKAN
DJ BAWAH TANGAN SAH-MENURUT HUKUM ISLAM ?
•
•
_ - - - - - -- - Oleh: Moh. Idris Ramulyo, S.H . _ _ _ _ _ __
PENDAHULUAN
•
Beberapa harian Ibu Kota, seperti
Pas Kota, Sinar Pagi dan Majalah Tempo pada waktu akhir-akhir ini memuat
artikel pem baca menulis ten tang nikah
dan talak yang dilakukan oleh orang·
orang Islam di bawah tangan. Maksudnya baik nikah maupun talak itu tidak
dilakukan di depan Pejabat Pencatat
Nikah (PPN) atau Pegawai Pemban tu
Pencatat Nikah Talak dan Rujuk
(p.3NTR), sebagaimana diatur oleh
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946
jo. Undang-un dang Nomor 32 Tahun
1954 jo. Pasal 2 ayat (2) Un dangundang Nomor I Tahun 1974, dengan
Peraturan Pelaksanaannya Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo.
Peraturan Menteri Agama Nomor 3
Tabun 1975. Undang·undang dan peraturan pelaksanaannya itu dikeluarkan
oleh pemerintah demi kemaslahatan
dan kepentingan umat Islam sendiri
yaitu demi kepastian hukum bagi
gene rasi penerusnya dan meriinggikan
derajat kaum wanita.
Tetapi oleh sebagian umat Islam
Nikah dan Talak di bawah tangan itu
dinyatakan sah menurut Hukum Islam ,
terbukti pendapat masyarakat itu an tara lain dikemukakan dalam artikelartikel di surat·surat kabar dan majalah
tersebut di atas dan menurut keyakinan hukum masyarakat Islam yang ber-
kembang sejak dulu dari zaman an. zien t sampai ke supra teknologi modern sekarang inL Pem be ri taan ini
berkembang semula dari suatu kasu.s
yang tedadi dalam masyarakat yang
dilakukan oleh seorang yang mendapat simpati karena ciptaan nada irama
yang dituangkannya dalam baik nya·
nyian dan cerita film yang bermotif·
kan dakwah Islamiah, yaitu Rhoma
Irama yang mentalak istrinya Hajjah
Veronika di bawah tangan dan meni·
kah dengan Richa Rachim juga di bawah tangan. Penulis tergugat hatinya
un tuk mencoba mengungkapkan pendapa t penulis dalam tulisan ini dengan
suatu pertanyaan:
1. Apakah sah talak seorang muslim
sekarang ini yang dilakukan di bawah tangan ?
2. Apakah sah nikah seorang muslim
sekarang ini yang dilakukan di bawah tangan ?
3 _ Bagaimana akibat hukum dari talak
dan nikah yang dilakukan di bawah
tangan itu ?
Itulah beberapa problema yang penulis akan mencoba mengetengahkan
dalam tulisan ini dengan mengemukakan pembahasan dari tafsir AI-Quran
dan Hadits Rasul serta kaitannya dengan peraturan hukum dan undang·
undang yang berlaku bagi umat Islam
dalam negara Republik Indonesia ini.
Juni 1986
•
o
Huhum dan Pe mbangunan
254
AI-Quran Surah an-Nisaa ayat 21 ,
mengatur, bahwa perkawinan itu adalah perjanjian y ang suci (m itshaaghan
ghaaliihaan).
Talak di Bawah Tangan
Dewasa ini sangat banyak sekali terjadi orang-o rang Islam melakukan talak di bawah tangan walaupun penulis
belum pernah . melakukan penelitian
yang mendalam dengan · bukti angkaangka, tapi han ya dari suara-suara y ang
santer terde ngar di kalangan The man
in the street (public upinion).
Sekarang tim bul pertanyaan apakah sah menurut hukum Islam, talak yang dijatu hka n di bawah tangan
(di luar sidang Pengadilan Agama)
itu?
Untuk menjawab pertanyaan ini
penulis ingin mengajak pembaca mempelajari beberapa hadits Rasul dan ayat
AI-Quran secara sistematis, daJam arti
kata lain menghubungkan ayat yang
satu dengan ayat yang lain. Hadits
Rasul Rawahul Bukhari, dan sependapat para faqih (para sarjana), berbuny' :
"Talak adalah suatu perbuatan hala!
yang paling dibenci oleh Allah
(TuhaR Yang Maha Esa)".
o
Hal ini berarti bahwa perkawinan
itu harus langgeng dan kekal (abadi),
karena sUarni-istri bukan saja be rjanji
an tara mereka be rdua sebagai suami·
istri, te tapi disaksikan keluarga masing·
masing, di samping itu disaksika n AIlah subhanahu wata'ala .
o
•
Bilamana kita hubungkan dengan
perbuatan mukallaf, maka perbuatan
zina atau dusta adalah perbuatan ha·
ram hukumnya dan si pembuat akan
berdosa besar. Nah dengan demlkian
talak seorang suami yang dijatuhkan
tanpa se bab-se bab yang dibolehkan
tentulah lebih-Iebih haram hukumnya.
Dalam AI-Quran Surah an-Nisaa
ayat 19 Tuhan bersabda :
"Apabila pada suatu waktu kam u
benci kepada Istri kamu hendaklah
kamu bersabar (penulis jangan dulu
menjatuhkan talak), karena kebencian kamu itu mungkin Allah akan
memberikan sesuatu yang balk
(Q.N: 19)".
o
Sesu ai pula dengan wahyu Allah
dalam AI·Quran Surah an-Nuur ayat
21 (QXXX: 21), bahwa perkawinan
itu haruslah dilandasi dengan kehidupan y ang makruf, sakinah, mawaddah
dan Rahman. Artinya hubungan sua·
. mi-istri dalam rumah tangga hendaklah pergaulan yang baik-baik (ter·
goeder ·trwouw) saling bantu·membantu seia-sekata ke gunung sarna menda·
ki, ke lurah sarna menurut. banyak
sarna dilapah sedikit sarna dicacah,
terendam sarna basah , terbakar sarna
hangus.
Saling cinta-mencintai. hidup rukun
aman dan tenteram gemah ripah loh
jinawi, saling santum-menyantuni di
kala tua mendatang, kekal dan baha
gia, selama hay at di kandung badan.
Prinsipnya perkawinan itu harus ba·
hagia dan kekal , bila terjadi ketidakserasian akibat ke sa!ahan satu pihak
janganlah langsung sang suami menja ·
tuhkan talak atau istri minta cerai.
Perceraian baru dapat te~adi harus de·
ngan alasan-alasan tertentu yang tidak
memungkinkan mereka hidup ruku n
dan damai , aman tenteram kekal dan
bahagia lagi, dalam satu rumah tangga,
hal ini pun harus dilakukan berdasar·
kan keputusan Pengadilan Agama, se·
suai dengan tradisi yang dilakukan di
o
•
TII/a~
255
d4n Ni/cah Islam
•
•
zaman Rasulullah SAW sewaktu beliau
masih hidup.
Hanya saja hakim di zaman Muham·
mad Rasulullah SAW itu lang sung
dipegang oleh Nabi Muhammad SAW
sendiri.
Menurut Al·Quran Surah an·Nisaa
ayat 34 (Q.N: 34), diwahyukan oleh
Allah tentang tindakan suami/istri
yang melalaikan kewajiban dalam rumah tangga Islam :
1. Istri·istri yang kamu khawa tiri
Nusyuznya (me lalaikan kewajiban)
hendaklah kamu nasihati. 1
2. Apabila nasihat itu tidak mempan
pisahkanlah diri dari temp at tidur
mereka.
3. Bilamana tidak mempan juga pukullah mereka.
. 4. Kemudian apabila mereka menta'ati
kamu , janganlah kamu mencari·cari
jalan un tuk menyusahkannya. 2
•
Bertitik·tolak dari ayat AI·Quran ini
maka kita akan sampai pada kesimpul ·
an apabila timbul perselisihan antara
suami·istri , dan yang bersalah itu kata·
kanlah si istri, maka suami berkewajiban menegor istri tersebut agar tidak
lagi be rusaha melalaikan kewajibannya
atau membuat sesuatu hal yang tidak
disenangi oleh suaminya. Nasihat sua·
mi itu tentulah tidak sekali itu saja
tapi haruslah berulang·ulang
sampai minimal 3 (tiga) kali dan dalam
beberapa waktu tertentu sampai sang
istri be tul-betul sadar akan kesalahannya.
Bilamana nasihat ini tidak diperha·
.
.
1
Departemen Agama, AI-Qu ran dan TerJemah a n n ya, (Jakarta : PT. Bumi R estu
1975/1 976), hlm. 123.
'
2 Ibid. , hIm. 123.
tikan atau diabaikan oleh sang istri,
maka suami dapat bertindak Iebih jauh
dengan tujuan memberi nasihat kepada
istrinya yaitu pisahkanlah diri dari
tempat tidur sang istri dan bilamana
perlu makan juga berpisah untuk sementara sampai istri itu sadar akan
kesalahannya, tetapi suami tetap ber·
ada dalam satu rumah. Di dalam Hu ·
kum Perd ata Eropa (Kitab Undang·
undang Hukum Perdata) dikenal lem,
baga Scheiding van talel en bed (p isah
tempat tid ur dan meja makan).
Bedanya terletak pada pelaksanaan
dan tujuan. Dalam lembaga hukum
Islam pelaksanaannya langsung dilak ukan oleh suami dan tujuannya untuk
menasihati istri se rta mencegah agar
perceraian tidak · te~adi.
Dalam lembaga KUH Perdata pelak·
sanaannya harus dimajukan salah satu
piha k kepada Pengadilan Negeri dan
tuj uannya merupakan langkah awal
ke tangga putu snya hubungan pe rka·
winan (cerai).
Apabila langkah kedua ini masih
belum mempan , maka suami dapat
mengambil tindakan ketiga yaitu , me·
nasihati istri dengan mempergunakan
kata·kata yang keras dan sind iran tao
jam atau memukul istri tapi tidak
boleh berbekas atau melampaui batas.
Setelah tindakan ketiga ini diambil suami belum boleh mentalak istri·
nya , tetapi harus terlebih dahulu
menghadirkan 2 (dua) orang Hakam
atau Hakim pendamai yang disebut
Hakamain, satu terdiri dari keluarga
pihak istri sedang satu lagi dari keluarga pihak suami, demikian menurut AIQuran Surah an-Nisaa ayat 25 (Q .N:
35) yang berbunyi sebagai berikut :
.
"Kalau terjadi persengketaan yang
•
•
Juni 1986
-
Hukum dan Pembangunan
256
hebat antara suami-istri itu maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. Jika kedua Hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah
memberi petunjuk kepada kedua
3
suami-istri itu.
Bilamana kedua hakam tersebut
berpendapat tak cukup alasan untuk
dapat bercerai, maka perceraian tidak
akan terjadi , tetapi apabila menurut
pertimbangan hakam memang tidak
akan terdapat lagi kehidupan yang
makruf, sakinah , mawaddah dan rahmah antara suami-istri itu maka barulah boleh suami menjatuhkan talak
atau hakam pihak dari istri menjatuh.
kan khuluk.
Dan jika mereka betul-betul berazam (berketetapan hati) untuk mentalak, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (itulah
finnan Allah dalam Al-Quran Surah
al-Baqarah ayat 227). (Q.II: 227).4
Dari uraian di atas jelaslah, bahwa
persyaratan menjatuhkan talak itu
harus ada kesalahan istri, dan tidak
halal talak tanpa alasan yang sah,
itu pun harus melalui 4 (empat) phase
terse but di atas. Bahkan di zaman
Rasulullah talak itu dibicarakan de·
ngan · Nabi Muhammad Rasulullah
SAW.
Seorang pria mengadukan masalahnya kepada Rasulullah, dia telah
mentalak istrinya 3 (tiga) kali sekaligus
dalam waktu dan saat yang sama,
sedangkan dia menyesal, kemudian
bertanya kepada Rasulullah.
•
Kemudian 'Rasulullah bertanya kepada pria terse but bagaimana cara
kamu mentalak istri kamu itu , jawab
pria itu:
"Saya talak kamu (istri) dengan
talak tiga sekaligus".
Rasulullah kemudian bersabda , rujukilah istri kamu itu atau kembalilah
kamu kepada istri kamu itu. s
Berpedoman kepada Hadits Ra·
sulullah SAW. terse but penulis berkeyakinan bahwa masalahnikah dan
talak itu tidak boleh dilakukan tanpa
sebab yang sah dan harus dijatuhkan
di depan Hakim setelah Hakim mendamaikan lebih dahulu kedua suami·
istri yang hendak bercerai atau mentalak itu.
Apalagi bila diingat bahwa demi
mengangkat derajat wanita lebih-lebih
lagi demi kepastian hukurn bagi generasi penerus (anak dan cucu), dan
kepastian hukum terhadap harta ber·
sarna kelak, pemerintah Indonesia
telah menetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 jo. Undangundang Nornor 32 Tahun 1954, bahwa
talak dan cerai bagi umat Islam harus
didaftarkan kepada Pejabat Pencatat
Nikah atau PPN dan P.3 NTR.
Demikian pula bila dipelajari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974,
tentang perkawinan yang memberikan
jaminan terhadap hak-hak kaum wanita dan memberi jaminan terhadap
kemaslahatan umat Islam terutama
tentang akibat hukum yang akan dirasakan manfaatnya bagi anak,anak dan
cucu mereka kelak. Undang-undang
mana telah disepakati oleh wakil:wakil
rakyat dari golongan Islam untuk ke-
..
3 .
Ibid., hlm. 123.
5 Tbalib Sajuti, Hukum Kekeluargaan In·
donesia, (Jakarta : UI-Press, 1974) .
4 Ibid ., hlm. 55.
•
257
Ta/D1c dD1l Nilcah Is/Dm
entingan an tara lain umat Islam
~ndiri, dengan demikian dapat dianggap telal:1 ijma:, telah sepakat para
olama Islam tentang perkawinan termasuk di dalamnya talak dan rujuk,
maka wajib hukumnya untuk ditaati
oleh umat Islam Indonesia.
Alasan-alasan perceraian yang diatur dalam 39 Undang-undang Nomor
1 Tahun 1974, antara lain:
I. Salah satu pihak berbuat zina atau
menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain-lain sebagainya yang
. .. .
sukar disem buhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain
dan tanpa alasan yang sah atau
karena lain hal diluar kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun
atau hukuman yang lebih be rat
setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan keke·
jaman at au penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat
badan at au penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajiban·
nya sebagai suami-istri.
6. Antara suami"istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup
rukun lagi dalam rumah tangga.
Alasan-alasan mana sesuai menurut
hukum Islam terkecuali lama waktu
dalam angka 2 itu, menurut hukum
Islam harus 4 (empat) tahun.
kum Islam , maka kita harus mempelajari lebih dahulu syarat dan rukun
perkawinan menurut hukum Islam
tersebut.
1. Harus adanya calon pengantin laki·
laki dan calon pengantin perem·
puan yang telah akil dan baliq.
2. Adanya persetujuan yang bebas
antara calon pengantin terse but.
3. Harus adanya wall nikah bagi cal on
pengantin perempuan.
4. Harus ada 2 (dua) orang saksi laki·
laki muslim yang adil.
5. Harus ada · mahar (mas · kawin)
yang diberikan oleh pengantin la·
ki ·Iaki kepada istrinya.
6. Harus ada ijab dan kabul antara
calon pengantin tersebut. Ijab artinya pernyataan kehendak dari caIon pengantin perempuan yang di
wakili oleh walinya, dan kabul
pernyataan kehendak (penerimaan)
dari cal on pengantin pria kepada
calon pengantin wanita, yang tidak
boleh beIjarak yang lama antara
ucapan ijab dengan pernyataan
kabul tersebut.
.
7. Menurut tradisi semenjak dulu selesai mengucapkan akad nikah dalam
bentuk formal ijab dan kabul,
diadakan walimah atau pesta perkawinan, menurut kemampuan para
mempelai.
Salah satu Hadits RasuL Rawahul
Bukhari wal Muslim, bersabda Ra·
sulullah SAW:
"Berwalimahlah kamu walaupun
hanya menyediakan makanan
dengan sepotong kaki kambing." 6
Nikah di Bawah Tangan
Untuk membicarakan apakah sah
nikah di bawah tangan menurut hu-
•
6Rasyid Sulaiman H., Fiqh I.lam, (Jakarta: Attahiriyah, 1954), hlm. 376 .
•
•
Juni 1986
Hukum dan Pembangunan
258
'ilanun Nikaaha wadhribu alaihi
bil gaarbaali, kata Hadits Rasul
yang lain.
Umumkanlah perkawinan itu
dan pukullah gendang dalam
hubungan dengan pengumuman
itu.
Rawahul AI Tarmidzi berasal
dari Siti Aisay ra. 7
Walimah diartikan berkumpul se·
suatu atau berkumpulnya rukun
dan syarat nikah , di mana calon
pengantin wanita mengucapkan ijab
(penawaran), sedangkan pengantin
Iaki-l aki menjawab dengan ucapan
kabul, dilakukan dalam pesta ke·
luarga diiringi dengan khotbah
nikah, se bagai nasihat bagi suami
istri baru itu se bagai bekal menga·
rungi lautan samudera rumah tangga bahagia menuju pulau Gita-Gita,
baldhatun thaibathun warabbun
ghaafuur. Kebahagiaan yang abadi
penuh kesempurnaan baik moril,
materiel maupun spiritual.
8. Dalam kaitan walimah ini perlu
dibicarakan pula bahwa , berdasar
kan (qias) dari AJ·Quran Surah al·
Baqaroh ayat 282 dan tafsiran
secara sistematis dari AI·Quran
Surah al·Nisaa ayat 21, dapat di·
simpulkan bahwa perkawinan itu
di samping mahar, wali 2 orang saksi, ijab dan kabul dan walirnah tersebut harus pula dituliskan, dicatatkan dengan katibun bi! 'adli
(khatab atau penulis) yang adil di
antara kamu. Q.IV: 21, mengatur
perkawinan' itu adalah kuat dan ko-
7 ThaJib Sajuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 1974), him. 71 .
•
koh (mitsaaghaan, ghaliizhaan). 8 Sedangkan Q.II: 282 mengatur, bilamana kamu bermu'amala,p. (perjan·
jian dagang , jual·beli, hutang-pi·
utang dalam waktu tertentu (lama),
maka hendaklah kamu hadirkan ?(dua) orang saksi laki-laki dan tulis·
kanlah dengan penulis yang adiL
Jadi perkawinan itu adalah suatu
akad (perjanjian), seperti halnya
juga perdagangan dan hutang-pi·
utang adalah muamalah atau akad
•
Sedangkan perjanjian jual·beli atau
perdagangan, hutang·piutang saja harus
dituliskan dan dengan 2 (dua) orang
saksi , betapa lagi melakukan perka·
winan yang mitsaaghaan ghaliizhaan
suatu perjanjian yang sud dan memer·
lukan kepastian hukum bagi generasi
penerusnya kelak, baik terhadap anak
cueu maupun harta benda.
Juga pengumuman dan pendaftaran
itu penting dan perlu untuk meng·
hindari akibat hukum yang tim bul dari
perkawinan di bawah tangan itu
dalam hubungan dengan pihak ketiga ,
misalnya tentang sahnya anak , wali
nikah , tentang waris mal waris (kewa·
risan)_ Bahwa pengumuman dan pendaftaran itu penting bagi kemasl<iha t·
an kedua belah pihak dan kepastian
hukum bagi masyarakat demikian juga
baik suami maupun istri tidak demi ,
kian saja dapat mengingkari perjanjian
perkawinan yang suGi tersebut , dan
tidak dengan mudah menjatuhkan talak, sesuai dengan analogi (qias) AIQuran Surah Al Baqarah ayat 282
terse but di atas. Apalagi bila dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 22
8 Ibid ., him. 120.
•
259
Tolak don Nikah Islilm
Tahun 1946, jo. Undang-undang Nomar 32 Tahun 1954, jo , Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ,
yang merupakan ijma' sebagian besar
umat Islam , dan demi kemaslahatan
umat Islam sendiri patutlah bahkan
wajib ditaati.
Dengan alasan tersebut di atas penulis berkeyakinan bahwa nikah dan
talak yang dilakukan di bawah tangan
lebih cenderung dinyatakan tidak sah
menurut hukum Islam.
ris-mewarisi , demikian pun antara
anak-anak yang dilahirkan dari hasil
9
perkawinan dengan orang tuany a.
Akibat hukum dari perkawinan di
bawah tangan tentulah sebaliknya tidak mempunyai akibat hukum seperii
tersebut di atas, karena perkawinannya
sukar dibuktikan, kecuali semua para
pihak yang terlibat dalam perkawinan
itu tetap hidup sepanjang zaman dan
tidak akan mati.
•
•
Akibat Hukum dari Perkawinan yang
Sah
Untuk melihat akibat hukum dari
perkawinan yang di bawah tangan dapat ditafsirkan secara contrario dari
akibat hukum suatu perkawinan yang
sah sebagai tersebut di bawah ini :
a) Menjadi halal melakukan hu bungan
seksual dan bersenang-senang , an tara
suami-istri tersebut.
b) Mahar (mas kawin) yang diberikan
oleh suami menjadi hak milik istri.
c) Timbulnya hak-hak dan kewajiban
suami-istri.
d) Suami menjadi Kepala Keluarga dan
istri menjadi Ibu Rumah Tangga .
e) Anak-anak yang dilahirkan dari
hasil hubungan perkawinan itu
menjadi anak yang sah.
f) Suami berkewajiban membiayai ke. hidupan istri beserta anak-anaknya.
g) Timbulnya larangan perkawinan karena hubungan semenda.
h) Bapak berhak menjadi wali nikah
bagi anak perempuannya.
i) Bilamana salah satu pihak meninggal dunia , pihak lainnya berhak
menjadi wali baik bagi anak-anak
.
maupun harta bendanya_
j) Antara suami-istri berhak saling wa-
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa dari uraian di atas bertambah yakinlah penulis, bahwa nikah dan
talak yang dilakukan di bawah tangan
dewasa ini adalah tid ak sah menurut
hukum Islam.
Betapa lagi bila dikaitkan dengan
akibat hukum dari perkawinan di ba·
wah tangan itu yang tidak menggambarkan adanya kepastian hukum bagi
generasi penerus_ Demikian pula Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
telah merupakan ijma para ulama
yang wajib diikuti oleh umat Islam
demi menjamin kepastian hukum dan
kemaslahatan umum .
Akhirul kalam sebagai harapan penulis pada kesempatan yang sangat
berharga ini, agar masyarakat Islam
menyadari sungguh-sungguh tentang
akibat hukum dari perkawinan dan
talak yang dilakukan di bawah tangan
ini demi untuk kepentingan kepastian
hukum bagi generasi keturunan selan•
9 Idris M. Ramulyo, Beberapa Masalah
Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan
Agama dan Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta : Ind. Hillco, 1985 ) , hIm_ 252 dan 253 .
•
Juni 1986
Hukum dan Pembangunan
260
jutnya agar mereka tidak kecewa di
kemudian hari, agar perkawinan dan
talak di bawah tangan itu tidak ber·
kembang menjadi mode di masa men·
datang yang dapat mengkaburkan citra
Hukum Islam . Semoga.
•
Daftar Kepustakaan
Departemen Agama , Al·Quran dan Terjemahannya, (Jakarta : PT. Bumi Restu , 1975/1976).
Idris M. Ramuly o, Beherapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Hukum Perkawinan Islam , (Jakarta: Ind . Hillco , 1985).
Rasyid Sulaiman H. , Fiqh Islam, (Jakarta: A ttahiriyah, 1954).
Thalib Sajuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (J akarta: VI·Press, 19 74).
Tempo, Majalah Mingguan, (Jakarta : Grafiti Pers, Januari, Februari 1985).
Pos Kota, Surat Kabar Harian Ibu Kota , (Jakarta : 1985).
,.
•
' .
•
•
.
•
•
•
•
Download