Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 STUDI PERILAKU KOMUNIKASI SAPI BERANAK KEMBAR DI NUSA TENGGARA BARAT (Study of Twin Cattle Communication Behaviour in West Nusa Tenggara) LUH GDE SRI ASTITI dan A. MUZANI Bali Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat, Jl. Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat ABSTRACT The goal of twinning cattle project in West Nusa Tenggara (NTB) province is aimed to improve the productivity of Bali cattle. To achieve this goal, it needs a long term process and should be conducted with stage by stage approach. The twinning technology should be innovative and possibly easier adopted by the farmer. The aim of this study was to identify characteristic communication and take the feedback response of the stakeholder and the farmer to develop twinning cattle technology. This study was conducted at all of NTB district from March to November 2009. The result of this study showed that the communication factor has not maximally used by the stakeholder and it possible to maximize it especially for adoption twinning cattle technology. The efficacy of communications factor improves with identifications problem, knowledge, behavior then the communications channel. Key Words: Communication, Characteristic, Twinning Cattle ABSTRAK Program sapi beranak kembar di Nusa Tenggara Barat (NTB) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sapi Bali dimana aplikasinya memerlukan tahapan proses yang harus dilaksanakan secara bertingkat. Sehingga teknologi yang dihasilkan merupakan teknologi yang inovatif dan berpeluang diadopsi oleh peternak. Pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku komunikasi sumber informasi (stakeholder), calon pengguna inovasi serta mendapatkan umpan balik calon stakeholder dalam rangka pengembangan teknologi sapi beranak kembar di NTB. Studi ini dilakukan di seluruh kabupaten di NTB dari bulan Maret sampai November 2009. Hasil studi menunjukkan bahwa peran dari masing-masing unsur komunikasi belum maksimal baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian terdapat peluang yang sangat besar untuk memaksimalkan posisi peran unsur komunikasi khususnya untuk penyebaran inovasi sapi beranak kembar di NTB. Efektivitas komunikasi dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi masalah, pengetahuan, sikap dan prilaku, serta saluran komunikasi. Kata Kunci: Komunikasi, Perilaku, Sapi Kembar PENDAHULUAN Kebutuhan impor daging sapi secara Nasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 kebutuhan import diprediksi meningkat menjadi 37,4% dan pada tahun 2015 menjadi 50% (DEPTAN, 2007). Untuk itu berbagai upaya telah dilaksanakan guna mendukung program tersebut, salah satunya 276 program Sapi Beranak Kembar (Twinning Cattle) yang merupakan program terobosan Badan Litbang Pertanian. Program sapi beranak kembar memerlukan tahapan proses yang harus dilaksanakan secara bertingkat. Dimulai dengan inventarisasi keberadaan sapi beranak kembar hingga upaya mengembangkan teknologi yang memerlukan komunikasi yang tepat dan efektif antara Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 sumber informasi, saluran dan pengguna inovasi. Ketersediaan sumber-sumber informasi teknologi pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan potensi yang dapat mendukung suatu proses transfer teknologi kepada stakeholder. Dalam proses ini komunikasi merupakan bagian vital dari suatu sirkulasi informasi. Model komunikasi linier Berlo’s, merupakan rangkaian S-M-C-R (Source-Message-Channel-Receiver) dimana sumber menyandi pesan untuk saluran kepada penerima yang akan menerima pesan, penerima pesan atau pengguna inovasi harus mengerti apa yang diinginkan oleh sumber informasi, sehingga pada akhirnya terjalin suatu pengertian bersama dan mampu memberikan umpan balik secara baik kepada sumber inovasi tersebut. (LIONBERGER dan GWINN, 1982). Umpan balik merupakan unsur penting dalam melihat apakah suatu proses komunikasi berjalan dengan sempurna, karena dengan adanya umpan balik dapat diketahui bahwa pesan telah sampai pada pengguna, di lain pihak sumber dapat melaksanakan evaluasi efektivitas komunikasinya. Dalam kaitan sistem pengetahuan pertanian sangat realistik menempatkan petani sebagai penguna inovasi dengan banyak sumber informasi diantaranya: Universitas, Sektor privat, Petani, NGO, Mass media, Lembaga riset, Lembaga penyuluhan, Pemerintah, Dinas, (MUNDY, 2002). Sumber dapat seseorang, beberapa kelompok, atau bahkan institusi yang dapat menginisiasi pesan. (AAACE, 1976). Oleh karena itu, telah dilakukan studi tentang prilaku komunikasi dalam rangkaian proses adopsi teknologi sapi beranak kembar di Nusa Tenggara Barat untuk mengidentifikasi perilaku sumber informasi (stakeholder) dan calon pengguna inovasi dan mengidentifikasi umpan balik calon pengguna inovasi/teknologi dalam rangka pengembangan sapi beranak kembar sehingga proses transfer informasi teknologi dapat berjalan seperti yang diinginkan. MATERI DAN METODE Studi ini dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif pada sumber informasi (stakeholders), saluran dan pengguna inovasi sehingga diperoleh informasi secara faktual tentang perilaku komunikasi dari sumber informasi, saluran infomasi dan pengguna inovasi. Populasi dalam survei ini adalah sumber informasi, saluran dan pengguna informasi, sumber informasi/stakeholder dalam hal ini adalah Dinas lingkup Kementerian Pertanian (Deptan), UPT Lingkup Kementerian Pertanian, Perguruan tinggi, Lembaga Penelitian, Swasta, dan lain-lain. Saluran informasi berupa kelembagaan ataupun individu dan pengguna informasi adalah para peternak. Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dalam survai ini melalui wawancara dengan menggunakan alat/instrumen berupa kuesioner (SINGARIMBUN, 1981). Variabel yang diamati adalah perilaku komunikasi dan umpan balik pengguna inovasi. Pengukuran dilakukan melalui penilaian dengan sistem scoring, data dinilai dengan angka 0 sampai 1 dimana angka 0 untuk jawaban ”tidak” dan angka 1 untuk jawaban “ya”. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisa deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi dari sistem penyebaran informasi ini di NTB dilakukan oleh para pelaku baik secara kelembagaan maupun individu. Sumber infomasi diperankan oleh kelembagaan Dinas Propinsi dan Kabupaten, Saluran diperankan oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan penerima diperankan oleh petani/peternak. Peran perilaku masing-masing diuraikan sesuai hasil kajian pada Tabel 1. 277 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 Tabel 1. Perilaku sumber informasi Aspek Provinsi Kabupaten Kelembagaan penyelengara penyusunan dan penyebaran informasi Dukungan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan informasi Penyebaran informasi 6 Lembaga (BPTP, Bakorluh, BUKPD, Dinas Peternakan, UNRAM, KTNA) Peneliti dan penyuluh 4 Lembaga (Bapeluh, BUKPD, Dinas Peternakan, KTNA) Penyuluh Langsung ke pengguna melalui pos Berbagai wilayah Dilakukan dalam suatu proses yang tidak kontinyu Infra struktur komunikasi, institusi penyalur, Aturan, kebijakan Suasana kelompoktani, Kerjasama kelompoktani, Kemampuan petani menyerap infrormasi teknologi. Teknologi Melalui BPP Tingkat kesulitan dari teknologi Tingkat kesulitan dari teknologi Dukungan tokoh masyarakat, agama dan sosial Setuju dan yakin Wilayah penyebaran Aliran proses media dari sumber kepada pengguna Hambatan atau gangguan arus aliran informasi dari sumber saluran dan pengguna Faktor Internal memperlancar aliran inovasi Faktor eksternal memperlancar aliran inovasi Faktor internal menghambat aliran inovasi Faktor eksternal menghambat aliran inovasi Perilaku sumber terhadap Bumi Sejuta Sapi Perilaku sumber terhadap komponen inovasi sapi kembar (pengetahuan, sikap dan persepsi) Dukungan tokoh masyarakat, agama dan sosial Ragu Ragu Di tingkat provinsi terdapat 6 lembaga yang mengelola informasi dalam bentuk media komunikasi ataupun dalam bentuk metoda penyuluhan pertanian, sedangkan di tingkat kabupaten hanya terdapat 4 kelembagaan. Dalam penyelenggaraan informasi dukungan Sumber daya manusia pengelola informasi sangat penting, di tingkat Provinsi dari lembaga yang ada hanya 60% yang mempunyai unit pengelola informasi yang didukung 20% peneliti dan penyuluh 40%. Sedangkan di kabupaten dari seluruh kelembagaan penyelenggara 88% mempunyai unit yang menangani pengelola materi informasi yang didukung oleh penyuluh. Pada tingkat provinsi jalur penyebaran informasi yang paling banyak digunakan adalah langsung ke pengguna melalui pos, sedangkan kabupaten jalur penyebarannya terutama melalui BPP. Wilayah penyebaran 278 Fokus ke desa Dilakukan dalam suatu proses yang tidak kontinyu Infra struktur komunikasi, institusi penyalur, aturan, kebijakan Suasana kelompoktani, Kerjasama kelompoktani, Kemampuan petani menyerap infrormasi teknologi Teknologi Pengetahuan dan sikap masih ragu, persepsi setuju media informasi meliputi wilayah di propinsi sampai ke desa. Seharusnya penggunaan kombinasi wilayah penyebaran harus dimanfaatkan secara baik. Sedangkan dari Kabupaten wilayah penyebaran fokus ke desa. Aliran proses media dari sumber kepada pengguna dilakukan dalam sutau proses yang tidak kontinyu. Seharusnya aliran proses media dari sumber harus dalam suatu kontinyuitas baik dalam pesan/media serta saluran dan menuju kepada pengguna. Hambatan atau gangguan arus aliran infromasi dari sumber saluran ke pengguna adalah infra struktur komunikasi institusi penyalur, aturan dan kebijakan, seharusnya dikurangi sehingga gangguan arus informasi dapat diminimalisasi. Faktor internal yang memperlancar aliran inovasi dari sumber, saluran ke pengguna di tingkat propinsi adalah suasana kelompoktani, kerjasama kelompoktani Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 dan kemampuan petani menyerap infrormasi teknologi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah teknologi yang memenuhi kelayakan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Faktor internal menghambat aliran inovasi dari sumber, saluran ke pengguna adalah tingkat kesulitan dari teknologi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah adanya dukungan tokoh masyarakat, agama dan sosial. Ditingkat provinsi pengetahuan sikap dan persepsi terhadap BSS masih ragu sedangkan di tingkat kabupaten setuju dan yakin. Oleh karena itu, di tingkat provinsi harus dilakukan upaya untuk merubah perilaku dari ragu menjadi setuju dan yakin. Perilaku sumber informasi di tingkat provinsi terhadap komponen teknologi sapi beranak kembar dari pengetahuan, persepsi dan sikap masih ragu. Sedangkan persepsi di tingkat kabupaten setuju ataupun menyakini adanya komponen teknologi tersebut, tetapi pengetahuan dan sikapnya masih ragu. Tabel 2. Perilaku saluran/BPP Aspek Pulau Lombok Pulau Sumbawa Pengetahuan terhadap keberadaan lembaga sumber informasi Kepercayaan terhadap produk informasi teknologi yang telah dihasilkan dari sumber informasi teknologi Tindak lanjut dari saluran/BPP setelah menerima informasi teknologi BPTP BPTP Dipercaya Dipercaya Sebagai pertimbangan untuk dipikirkan kelanjutannya dan sebagai acuan untuk membina petani Memikirkan kelanjutannya dan mencari lebih bayak informasi Sebagai acuan untuk membina petani Sikap selanjutnya yang diambil saluran setelah menerima informasi teknologi Aksesibilitas penyuluh terhadap sumber informasi ternak sapi tahun 2008 Hambatan dalam menerima informasi oleh BPP /penyuluh dari sumber informasi Hambatan dalam menyampaikan informasi oleh BPP /penyuluh kepada petani Perilaku saluran terhadap BSS (pengetahuan, sikap, persepsi) Perilaku saluran terhadap Komponen inovasi sapi kembar (pengetahuan, sikap, persepsi) Faktor internal memperlancar aliran inovasi mencari lebih bayak informasi Adanya Ikatan keterkaitan antara petani dan sumber informasi Jenis informasi dan kualitas informasi yang dibutuhkan petani Jarak Kesibukan petugas Tidak ada program ke petani Tidak ada saluran yang tersedia Kesibukan petugas Tidak ada saling memerlukan dalam hubungan sumber Tidak ada saluran yang tersedia Tidak ada saling memerlukan dalam infromasi dan penerima informasi hubungan sumber infromasi dan Lokasi yang terpencil sulit penerima informasi dijangkau Lokasi yang terpencil sulit Petugas yang ada tidak secara dijangkau Petugas yang ada tidak kontinyu menyampaikan secara kontinyu menyampaikan infromasi inovasi infromasi inovasi Petugas yang ada tidak secara Petugas yang ada tidak secara kontinyu menyampaikan informasi kontinyu menyampaikan inovasi informasi inovasi Setuju dan yakin Setuju dan yakin Pengetahuan dan sikap ragu, Persepsi setuju Pengetahuan, sikap dan Persepsi ragu kemampuan kelompok menyerap informasi, suasana, modal dan kerjasama kelompok tani kemampuan kelompok menyerap informasi, suasana, modal dan kerjasama kelompok tani 279 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 Faktor eksternal memperlancar aliran inovasi fasilitas, kerjasama institusi, modal, integrasi program, teknologi, kompetensi petugas, tokoh masyarakat, tokoh agama Faktor internal menghambat aliran Modal, sarana prasarana, kesulitan inovasi teknologi Faktor eksternal menghambat aliran Tidak adanya program yang saling inovasi terintegrasi Sebagai saluran komunikasi BPP mempunyai posisi strategis yaitu mendapat informasi dari sumber dan meyampaikan infromasi kepada pengguna. Karena sumber informasi beragam baik asal, wilayah serta fungsinya maka pengetahuan BPP terhadap sumber informasi tersebut seharusnya diketahui dengan baik. Sumber informasi yang menonjol dan dipercaya adalah keberadaan BPTP disamping dinas peternakan propinsi dan kabupaten. Setelah saluran menerima informasi dari sumber kemudian informasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk membina petani selanjutnya oleh saluran setelah menerima infromasi dari sumber dipikirkan kelanjutannya serta selanjutnya mencari informasi lebih banyak. Sebagai salah satu indikator kedinamisan saluran adalah adanya aksesibilitas penyuluh terhadap sumber informasi. Dalam proses komunikasi selalu terjadi hambatan, demikian juga hambatan yang fasilitas, kerjasama institusi, modal, integrasi program, teknologi, kompetensi petugas, tokoh masyarakat, tokoh agama Modal, sarana prasarana, kesulitan teknologi Tidak adanya program yang saling terintegrasi dialami oleh saluran dalam menerima informasi, hambatan terbesar adalah jarak. Sedangkan hambatan yang dialami oleh saluran dalam menyampaikan informasi kepada pengguna adalah petugas tidak secara kontinyu menyampaikan informasi inovasi kepada pengguna. Dalam perannya sebagai saluran, BPP mempunyai faktor internal dan eksternal yang menghambat dan memperlancar aliran inovasi dari saluran ke pengguna. Faktor internal yang memperlancar tersebut meliputi kemampuan kelompok menyerap informasi, suasana, modal dan kerjasama kelompok tani. Sedangkan faktor eksternalnya adanya kerjasama institusi, modal, integrasi program, teknologi, kompetensi petugas, dukungan tokoh masyarakat dan tokoh agama. Faktor eksternal yang menghambat aliran inovasi ke pengguna adalah tidak adanya program yang saling terintegrasi dan bersifat melanjutkan. Tabel 3. Umpan balik pengguna inovasi/petani Aspek Pulau Lombok Pulau Sumbawa Kebiasaan petani terhadap media Mendengarkan radio dan menonton TV pada pagi, siang dan malam hari Mendengarkan radio dan menonton TV pada siang hari saja Penerimaan media dan metoda penyuluhan oleh petani tahun 2008 Poster, folder, pertemuan, dan demonstrasi Poster, folder, Pertemuan, dan demonstrasi Tindak lanjut petani setelah menerima informasi Sebagai pertimbangan untuk dipikirkan kelanjutannya Merasa tersentuh dan berpikir kelanjutanya Sebagai acuan untuk membina petani, Bahan tersebut dikemas ulang untuk membina petani lain Tindak lanjut ditinjau dari tahapan proses adopsi yang terjadi dalam diri petani Menerapkan dan berani menanggung Menerapkan dan berani risiko, yang penting mencoba menanggung risiko, yang penting sekaligus ingin membuktikan mencoba sekaligus ingin membuktikan Pengetahuan terhadap keberadaan lembaga sumber informasi Dinas Peternakan Prop. NTB Dinas Peternakan Kab/Kota, BPP KCD Kecamatan 280 BPTP Dinas Peternakan Kab/Kota BPP KCD Kecamatan Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 Aksesibilitas petani terhadap sumber informasi Jumlah sumber informasi yang biasa dihubungi (1 orang), Jarak terdekat ke sumber informasi tersebut (0.7km) Jumlah sumber informasi yang biasa dihubungi (1 orang), Jarak terdekat ke sumber informasi tersebut (0,5km) Motivasi petani untuk mendapatkan informasi teknologi Karena ingin mendapatkan teknologi yang lebih menguntungkan untuk usaha tani Karena ingin mendapatkan teknologi yang lebih menguntungkan untuk usaha tani Peran yang dilakukan oleh penyuluh sebagai change agent Motivator Agen penghubung informasi Membantu kerja informasi Konselor Promotor Motivator Agen penghubung informasi Membantu kerja informasi Konselor Saran bentuk umpan balik dari petani Permintaan informasi yang lebih lengkap Permintaan informasi yang lebih lengkap Cara bentuk umpan balik dari petani Melalui pertemuan Melalui pertemuan Kebutuhan bagi petani agar sistem alir teknologi lancar Dalam operasionalnya dari perencanaan di tingkat lapang melibatkan lembaga yang dapat memperkuat pelaksanaan di tingkat lapangan Perlu diadakan expose secara periodik untuk menjual dan mempromosikan teknologi di lapangan Ada aktivitas paska kegiatan dengan Memberikan peran aktif petani kooperator dan petani lainnya sebagai motivator Menggunakan metoda lainnya dalam penyebaran inovasi (SL), Teknologi yang dibawa bisa dimodifikasi Dilakukan kegiatan lebih gencar secara terintegrasi Ada kegiatan pantauan dari BPTP paska kegiatan secara cepat untuk penerapan teknologi, Teknologi yang dianjurkan dukungan sarananya/barangnya harus ada/siap disediakan Dalam operasionalnya dari perencanaan di tingkat lapang melibatkan lembaga yang dapat memperkuat pelaksanaan di tingkat lapangan Perlu diadakan expose secara periodik untuk menjual dan mempromosikan teknologi di lapangan Ada aktivitas paska kegiatan dengan Memberikan peran aktif petani kooperator dan petani lainnya sebagai motivator Menggunakan metoda lainnya dalam penyebaran inovasi (SL) Teknologi yang dibawa bisa dimodifikasi Dilakukan kegiatan lebih gencar secara terintegrasi Ada kegiatan pantauan dari BPTP paska kegiatan secara cepat untuk penerapan teknologi Teknologi yang dianjurkan dukungan sarananya/barangnya harus ada/siap disediakan Membangun kemampuan petani dalam FMA dengan inti pengembangan teknologi yang telah dikembangkan Hambatan dalam menerima informasi oleh BPP/penyuluh Petugas yang ada tidak secara kontinyu menyampaikan infromasi inovasi Petugas yang ada tidak secara kontinyu menyampaikan informasi inovasi Perilaku petani terhadap BSS (pengetahuan, persepsi, sikap) Tidak mengetahui, ragu Tidak mengetahui, setuju dan yakin Perilaku petani terhadap komponen inovasi sapi kembar (pengetahuan, persepsi, sikap) Tidak mengetahui, setuju, yakin Tidak mengetahui, setuju, yakin 281 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 Mengetahui kebiasaan pengguna informasi seperti ketergugahan penerimaan media, umpan balik serta perilaku adalah penting untuk mencapai efektivitas komunikasi. Terdapat perbedaan perilaku para petani di pulau Lombok dengan di Pulau Sumbawa dimana di pulau Lombok para petani biasa mendengarkan radio dan menonton TV pada waktu pagi, siang dan malam, sedangkan petani di Sumbawa hanya menonton TV pada siang hari saja. Hal ini tentu akan mempengaruhi aliran informasi kepada pengguna. Setahun terakhir petani hanya menerima poster, folder, pertemuan, dan demonstrasi, padahal banyak media dan metoda penyuluhan yang dapat disampaikan kepada petani. Ini menggambarkan media informasi untuk petani masih sangat sedikit. Sebagai tindak lanjut setelah petani menerima informasi pada umumnya petani menggunakannya sebagai pertimbangan, untuk dipikirkan kelanjutannya, sebagai acuan, bahan tersebut dikemas ulang untuk membina petani lain. Merasa tersentuh dan berpikir selanjutnya masih dalam kondisi yang sangat sedikit (skor < 1 menuju skor = 1). Tahapan proses adopsi untuk menerima inovasi tanpa disadari telah terjadi dalam diri petani. Umumnya petani responden berani menerapkan dan berani menanggung risiko, yang penting mencoba sekaligus ingin membuktikan apa yang tercantum dalam media yang diterima. Keberadaan sumber informasi yang utama Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, BPP, Dinas Peternakan Propinsi NTB dan BPTP. Akses petani kepada sumber informasi selalu ada namun dalam intensitas yang rendah (dari skor < 1 menuju skor 1). Dalam mendapatkan informasi petani termotivasi oleh beberapa hal diantaranya adalah motivasi karena ingin mendapatkan teknologi yang lebih menguntungkan untuk usaha tani. Salah satu unsur penting dalam komunikasi adalah peran change agent dalam hal ini adalah penyuluh yang berhadapan langsung dengan petani. Terdapat berbagai peran strategis yang seharusnya dimiliki oleh penyuluh. Beberapa peran yang telah dilakukan oleh penyuluh menurut responden adalah sebagai: agen penghubung informasi, membantu kerja informasi, konselor dan promotor. Umpan balik merupakan unsur yang penting dalam melihat apakah proses 282 komunikasi tersebut berjalan dengan sempurna, karena dengan umpan balik ini sumber dapat melakukan evaluasi efektivitas komunikasinya. Adanya umpan balik memberikan suatu signal bahwa pesan telah sampai pada pengguna. Petani memberikan saran sebagai umpan balik kepada sumber berupa permintaan informasi yang lebih lengkap melalui pertemuan. Kebutuhan petani adalah pangkal dari penyelesaian yang akan dilakukan melalui sutu proses komunikasi dan penyuluhan agar sistem aliran inovasi berjalan sesuai dengan sistem yang ada. Dalam operasionalnya dari perencanaan di tingkat lapang melibatkan lembaga yang dapat memperkuat pelaksanaan di tingkat lapangan, diperlukan adanya ekspose secara periodik untuk memperkenalkan teknologi di lapangan serta penggunaan metoda lain dalam penyebaran inovasi seperti sekolah lapang petani (SL). Demikian halnya dengan teknologi yang dianjurkan diharapkan adanya dukungan sarana dan prasarana. Hambatan dalam penerimaan informasi dari BPP atau penyuluh kepada pengguna adalah keberadaan petugas yang tidak secara kontinyu menyampaikan infromasi inovasi. Perilaku petani sangat penting untuk diketahui dalam perencanaan strategi komunikasi, karena dengan mengetahui perilakunya maka dengan mudah menentukan media dan metoda penyuluhan yang akan digunakan sehingga komunikasi berjalan dengan efektif. KESIMPULAN 1. Unsur komunikasi yang ada di NTB dalam penyebaran diseminasi inovasi/teknologi telah dilakukan namun masing-masing unsur berperan dalam kondisi yang minimal. Dengan demikian terdapat peluang yang sangat besar untuk memaksimalkan posisi peran unsur komunikasi khususnya untuk penyebaran inovasi sapi kembar di NTB dalam kuantitas maupun kualitasnya. 2. Dengan mengetahui perilaku sumber, saluran, pengguna/petani serta faktor yang mempengaruhinya maka dalam menetapkan media dan metoda penyuluhan harus mempertimbangkan penyiapan strategi komunikasi yang meliputi: pemilihan media-media dan kombinasi media, Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010 3. 4. 5. 6. pengembangan pesan-pesan dan pemilihan pendekatan yang tepat untuk menumbuhkan partisipasi petani dalam upaya pencapaian program. Hal ini dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi masalah, Identifikasi PSK, pendekatan serta dilanjutkan dengan saluran komunikasi yang dapat digunakan dalam kombinasi multimedia. Inovasi yang disampaikan harus layak dengan kondisi serta kebutuhan pengguna dan dalam prosesnya kontinyuitas inovasi yang dikemas dalam media yang disampaikan kepada pengguna harus terjaga dan menggunakan kombinasi media dan metoda yang sesuai. Untuk mendukung program sapi kembar dan kebijakan propinsi mewujudkan NTB Bumi Sejuta Sapi perlu dilakukan peningkatan potensi sumber daya manusia yang tersedia di instansi atau institusi dalam hal pengetahuan dan keterampilan di bidang peternakan khususnya teknologi sapi kembar Kerjasama dan memperluas jangkauan dengan pihak lembaga penelitian maupun swasta dalam bidang penelitian perlu ditingkatkan Penyediaan teknologi khususnya teknologi yang mampu menghasilkan sapi beranak kembar yang dirancang secara sederhana, spesifik lokasi dan mudah diadopsi oleh peternak. DAFTAR PUSTAKA AAACE. 1976. Communication Handbook. The Interstate Printers & Publisher, Inc. Danville, Illinois. BURKE, A. 1999. Dissemination pathways and indicators of impact on development: A review of literature. The United Nation Conference on Environment and Development (UNCED). DEPTAN. 2007. Pedoman Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS). Departemen Pertanian, Jakarta. LIONBERGER, F. and P.H. GWIN. 1982. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. The Interstate. Danville, Illinois. MUNDY, P. and GWINN. 2002. Srategi Penyebaran Informasi teknologi. Training and communication specialist, PAATP Badan Litbang Pertanian, Jakarta. SINGARIMBUN, M. dan E. SOFYAN. 1981. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. 283