ORGANISASI DAN PENGELOLAAN PEKERJA PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN TANJUNG SENANG (Tugas Responsi Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat) Oleh Kelompok 9 Evelyn Faviana Fadilla Sari Frengki Eka Saputra Misma Trimara 1614131106 1654131006 1614131076 1614131005 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja pengembangan masyarakat dalam melaksanakan program-program yang telah dibuat atau direncanakan dibantu oleh masyarakat, atau dengan kata lain masyarakat turut berpartisipsi atas berjalannya program tersebut. Sebuah organisasi diperlukan dalam pengembangan masyarakat dengan tujuan untuk melaksanakan pembagian tugas pokok dan fungsi, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pekerjaan masing-masing personil yang bekerja di masyarakat dan mereka dapat dengan mudah diorganisir sehingga kinerjanya menjadi efektif dan efisien. Pengorganisasian komunitas penting sebagai evaluasi dan penyempurna metode pengembangan masyarakat, Sesuai dengan orientasi dari pengembangan masyarakat, partisipasi yang berujung pada pemberdayaan menjadi tujuan mutlak dari pengorganisasian ini. Dalam membantu masyarakat mengembangkan dirinya, seorang pekerja sosial harus memiliki peran. Seorang pekerja sosial dalam suatu kelompok umumnya memiliki tugas melakukan evaluasi, mengamati dan mewakili anggota masyarakat dalam upaya pengembangan diri. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan turun lapang berkaitan dengan organisasi dan pengelolaan pekerja pengembangan masyarakat di Balai penyuluhan Pertanian Tanjung Senang. 1.2. Tujuan Tujuan dari turun lapang kali ini yaitu: 1. Mengetahui program-program yang ada di BPP Tanjung Senang 2. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada pada setiap program di BPP Tanjung Senang 3. Mengetahui pola perkembangan masyarakat yang menjadi sasaran BPP Tanjung Senang II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pengorganisasian Masyarakat Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins, 1994). Community organizing dalam pengertian umum adalah suatu usaha yang ditujukan untuk membantu kelompok-kelompok dalam mencapai kesatuan tujuan dan tindakan. Hal ini merupakan praktek yang tujuannya adalah untuk mencapai sumber-sumber daya yang dibutuhkan oleh dua atau lebih kelompok-kelompok yang ada (Gulo, 2002). community organizing ialah suatu proses dengan mana suatu masyarakat menemukan kebutuhan-kebutuhan dan tujuannya adalah untuk menciptakan teoritis diantara kebutuhan-kebutuhan, juga menemukan sumber-sumber baik sumber informal (dari masyarakat sendiri) maupun sumbr eksternal (dari luar masyarakat) agar masyarakat dapat meningkatkan dan mengembangkan sikap-sikap dan praktek-praktek cooperative didalam masyarakat (Gunawan, 1999). 2.2 Pola Pengembangan Komunitas Pola pengembangan komunitas memberikan penekanan pada proses, dimana masyarakat berusaha untuk diintegrasikan dan dikembangkan kapasitasnya. Masyarakat dibuat sadar berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self-help). Pendekatan ini sebagai upaya untuk mengembangkan keterlibatan warga komunitas sebanyak komunitas dalam upaya menentukan kebutuhan yang mereka rasakan dan memecahkan masalah mereka (Sumodiningrat, 1997). Pengembangan Komunitas adalah cara lain untuk mendapatkan orang untuk bekerja sama. Ini adalah proses mencapai konsensus kelompok tentang keprihatinan umum dan berkolaborasi dalam pemecahan masalah. Misalnya, penduduk lokal di lingkungan perkotaan atau masyarakat pedesaan dapat bekerja sama dalam mendefinisikan isu-isu lokal, seperti akses ke kesempatan kerja atau pendidikan yang lebih baik, dan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi masalah (Sumodiningrat, 1997). 2.3 Pola. Perencanaan Sosial Pola perencanaan sosial lebih menekankan pada tugas (task goal). Seorang perencana biasanya berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai masalah yang dihadapi sebelum warga komunitas memilih tindakan yang rasional dan tepat dilakukan. Fungsi pembuatan kebijakan dibuat oleh perencana sementara masyarakat sebagai konsumen yang menerima dan memanfaatkan program dan pelayanan sebagai hasil dari proses perencanaan (Agusta, 2002). Perencanaan sosial menggunakan informasi dan analisis untuk mengatasi masalah masyarakat substantif seperti pendidikan, perkembangan anak, atau kesehatan lingkungan. Misalnya, dewan perencanaan atau gugus tugas terlibat (biasanya ) profesional dalam menetapkan tujuan dan sasaran, mengkoordinasikan upaya, dan mengkaji pencapaian tujuan (Agusta, 2002). Perencanaan sosial mungkin terjadi dalam konteks baik konsensus atau konflik tentang tujuan dan sarana. Sebagai contoh, informasi mengenai tingginya tingkat kehamilan remaja, dan faktor-faktor yang berkontribusi untuk itu, dapat membantu masyarakat berfokus pada tujuan mencegah kehamilan remaja, dan bahkan keputusan tentang menggunakan cara kontroversial seperti pendidikan seksualitas dan meningkatkan akses terhadap kontrasepsi. Penggunaan perencanaan sosial membantu membangun kesepakatan tentang hasil umum. Pola ini sengaja direncanakan, proses teknis rasional pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah sosial substantif, adalah ciri dari model ini . Tingkat partisipasi masyarakat dapat bervariasi. Namun, membangun kapasitas masyarakat atau membina perubahan sosial yang radikal atau fundamental bukanlah tujuan utama dari model ini dari praktek masyarakat (Chambers, 1998). 2.4 Pola Aksi Sosial Pola Aksi Sosial menakankan pada proses dan tugas. Masyarakat dilihat sebagai hirarki dari provillage kekuasaan. Para praktisi sosial menekankan pada taktik konflik sesuai dengan peran mereka sebagai aktivis. Pada pendekatan ini, terkadang cara-cara koersif harus dilaksanakan seperti melakukan pemboikotan (Suharto, 2005). Aksi sosial melibatkan upaya untuk meningkatkan kekuatan dan sumber daya dari masyarakat berpenghasilan rendah atau relatif tidak berdaya atau terpinggirkan. Sebagai contoh, organisasi advokasi, seperti untuk hak penyandang cacat atau pengendalian tembakau, sering menggunakan pendekatan aksi sosial. Mereka mungkin mengatur acara mengganggutermasuk tuntutan hukum, sit- in, atau boiko - untuk menarik perhatian dan fokus untuk keprihatinan mereka oleh penguasa (Kartasasmita, 1995). Penyelenggara membuat acara, seperti protes atau mogok, bahwa mereka dalam posisi kekuasaan (seperti pengusaha ) dapat menghindari atau mampir datang ke kesepakatan. Misalnya, orang dengan cacat mungkin berhenti tindak pencegahan bisnis ketika memodifikasi kebijakan yang mendiskriminasi orang-orang cacat. Atau sebuah perusahaan rokok bisa menghindari gugatan oleh para pendukung pengendalian tembakau dengan menghilangkan iklan ditujukan pada anak-anak. Taktik aksi sosial digunakan dalam banyak situasi yang melibatkan konflik kepentingan dan ketidakseimbangan dalam kekuasaan, mereka biasanya terjadi ketika negosiasi konvensional tidak bekerja. Tema kunci dalam model ini adalah keadilan sosial, demokrasi, redistribusi kekuasaan, sumber daya, dan pengambilan keputusan (Kartasasmita, 1995). III. GAMBARAN UMUM 3.1 Waktu dan Tempat Berdasarkan kegiatan turun lapang yang telah kami lakukan, adapun gambaran umum lokasi turun lapang adalah sebagai berikut: Desa : Tanjung Senang Tanggal : Selasa, 16 Mei 2018 Pukul : 10.00 WIB s/d selesai Tempat : Balai Penyuluhan Pertanian Tanjung Senang Lokasi Kesekretariatan : Jln. Cendana, Gg. Timbai, Kec. Tanjung Senang Kota Bandar Lampung. Kode Pos : 35141 Tahun Berdiri : 2012 Visi : “ Mewujudkan penyuluhan yang tangguh, maju dan moderen menuju kemandirian, kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha” Misi : 1. Meningkatkan SDM penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha. 2. Mewujudkan penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien. 3. Meningkatkan jaringan kerja sama dalam inivasi teknologi. 4. Mewujudkan kelembagaan dan usahatani yang kuat, mandiri dan berdaya saing. 5. Mengkaji dan menerapkan teknologi spesifik lokal yang tepat guna untuk meningkatkan produktivitas pertanian. 3.2 Monografi Desa Tanjung Senang adalah salah satu daerah kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kota Bandar Lampung, Lampung Indonesia. Secara fisik dan geografis provinsi Lampung terletak pada kependudukan Timur- Barat berada antara 103o 40’- 105o 50’ Bujur Timur Utara-Selatan berada antara 6o 45’-3o 45’Lintang Selatan. Secara demografis Tanjung Senang memiliki penduduk yang berjumlah 39.032 jiwa. Kecamatan Tanjung Senang terdapat berbagai lembaga seperti lembaga pendidikan mulai dari TK (Taman Kanakkanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) selain itu terdapat pula Puskesmas, Kantor Camat, Posyandu, dan Polsek Tanjung Senang, BPP dan lain-lain. Kecamatan yang termasuk dalam Kota Bandar Lmpung ini memiliki 5 desa/kelurahan yaitu kelurahan Labuan Dalam, Pematang Wangi, Perumnas Way Kandis, Tanjung Senang dan Way Kandis. Batas wilayah Tanjung Senang adalah sebagai berikut: 1) Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa dan Kabupaten Lampung Selatan. 2) Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuan Ratu, Kecamatan Way Halim dan Kecamatan Sukarame 3) Bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa 4) Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan. Secara sosiografis Kecamatan Tanjung Senang memiliki masyarakat dengan suku dan ras agama yang beraneka ragam mulai dari suku Lampung, Jawa, Sunda, Jaseng, Batak dll. Serta segi ekonomi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai PNS, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan mulai dari menengah sampai dengan menengah keatas. Secara psikografis masyarakat Kecamatan Tanjung Senang memiliki gaya hidup yang cukup tinggi, hal ini dapat kita amati melalui keberadaan perumahan-perumahan yang berada di kabupaten Tanjung Senang serta kepemilikan berbagai macam kendaraan seperti mobil dan motor. Secara beharvioristik masyarakat Kecamatan Tanjung Senang telah mengalami perubahan tingkah laku, contohnya pada sektor pertanian yang telah menggunakan berbagai macam teknologi seperti pemanfaat mesin penggiling padi dan pengolahan lahan dengan menggunakan mesin. Selain itu, perubahan tingkah laku lainnya seperti meningkatnya sifat individualisme antar tetangga yang ada di disekitar perumahan. 3.3 Karakteristik Iklim dan Lahan Kecamatan Tanjung Senang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota Bandar Lampung yang merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki iklim bertipe A; sedangkan menurut agroklimat Oldeman (1978), tergolong D3 yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar 2.257-2.454 mm/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85%, dan suhu udara 23-37o C dengan kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot yang memiliki arah dominan dari Barat (November-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus) dan Selatan (September Oktober). Kecamatan Tanjung Senang memiliki fungsi wilayah sebagai pengembangan kawasan permukiman dengan fungsi pendukung sebagai pusat layanan lokal dan perkembangan pertanian dalam skala kecil. Hal ini dikarenakan sebagain besar masyarakat memiliki pekerjaan utama dan perkejaan sampingan sebagai petani dengan luas lahan yang relatif kecil, namun tetap dikembangkan guna meningkatkan prokduktivitas dalam sektor pertanian. 3.4. Komoditas Unggul menurut subsektor Kecamatan Tanjung Senang merupakan kawasan permukiman dengan fungsi pendukung sebagai pusat layanan lokal dan perkembangan pertanian dalam skala kecil. Lahan pertanian yang tersedia di Kecamatan Tanjung Senang relatif kecil atau tidak luas, petani hanya mengandalkan lahan sempit dalam kegiatan bertani karena mayoritas penduduk di Kecamatan Tanjung Senang memiliki pekerjaan utama dan bertani adalah kegiatan sampingan. Komoditas pertanian yang dibudidayakan di Kecamatan Tanjung senang adalah tanaman pangan dan hortikultura, untuk tanaman pangan yaitu padi. Padi ini cukup banyak di temui di wilayah Tanjung Senang dan merupakan komoditas unggul yang di budidayakan di Tanjung Senang. Selanjutnya hortikultura yaitu sawi, sawi ini banyak kita jumpai di Kecamatan Tanjung Senang khusus nya di Kelurahan Prumnas Way Kandis. Tanam sawi banyak dibudidayakan di wilayah ini karena wilayah nya cocok dan sawi merupakan komoditas unggul di Kecamatan Tanjung Senang. Kondisi luas lahan yang sempit inilah yang menyebabkan petani sulit untuk menjadikan padi dan sawi Kecamatan Tanjung Senang sebagai matapencaharian utama penduduk setempat. IV. PEMBAHASAN 4.1 Program BPP Tanjung Senang Program merupakan rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. Beberapa program dari BPP Tanjung Senang adalah: 1. Desa Mandiri Pangan Desa Mandiri Pangan atau biasa disingkat DEMAPAN adalah program yang diadakan oleh Badan Ketahanan Pangan yang merupakan strategi untuk mempercepat pembangunan di pedesaan, khususnya dalam memantapkan ketahanan pangan. Kegiatan ini dilakukan di desa-desa yang terdapat masyarakat yang rawan pangan dan gizi, dengan dasar pemilihannya adalah FIA 2005/FSVA 2009. 2. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) KRPL adalah program dari kementerian pertanian yang diadakan dengan tujuan untuk memanfaatkan pekarangan sekitar rumah yang dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, disversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi sumberdaya genetik pangan. Yang nantinya program ini ditujukan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 4.2 Kegiatan pada BPP Tanjung Senang Balai Penyuluh Pertanian (BPP) memiliki beberapa kegiatan yang saat ini dilakukan, yaitu: 1. Penanaman Padi Gogo Padi gogo adalah jenis padi yang ditanam di lahan kering atau tidak tergenang air. Program penanaman padi gogo ini dilakukan di Kelurahan Pematang Wangi, Tanjung Senang. Program ini dicanangkan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam upaya meningkatkan produksi pangan di Lampung dan mendukung program DEMAPAN. Pelaksanaan program ini dilakukan dengan pemberian pelatihan kepada pekerja pengembangan masyarakat oleh pemerintah, kemudian pekerja pengembangan masyarakat melakukan sosialisasi program padi gogo. Daerah yang berminat untuk melaksanakan program ini akan diberikan bantuan berupa pemberian benih kepada daerah tersebut. Bantuan yang diberikan selain benih adalah pupuk cair, herbisida dan sarana pengendali hayati. 2. Lorong Hijau Program lorong hijau merupakan program yang membangun lorong-lorong menggunakan susunan bambu yang dijadikan tiang panjat bagi tanaman merambat, seperti mentimun, kacang, melon dan lain-lain. Sehingga pekarangan rumah warga atau jalan-jalan di lingkungan masyarakat dapat dibangun lorong hijau atau daerah lain yang diperkirakan dapat dibangun lorong hijau.. Hal ini bertujuan untuk menghijaukan tempat tinggal warga sehingga lebih sejuk, menghasilkan produk pertanian bagi warga, dan melestarikan lingkungan. Program diajukan oleh salah satu pekerja masyarakat di BPP Tanjung Senang, yaitu Bu Dewi Yunita, S.ST, yang kemudian didiskusikan dan disetujui oleh seluruh anggota penyuluh di BPP Tanjung Senang. Program tersebut kemudian disosialisasikan ke warga binaan untuk mengajak warga melaksanakan program tersebut. Program Lorong Hijau dalam proses pengajuan ke pemerintah untuk memohon dukungan baik berupa material, maupun non-material. 3. Hidroponik Program ini bertujuan agar meningkatkan produktivitas masyarakat dan memanfaatkan pekarangan warga di Tanjung Senang yang umumnya berukuran sempit. Program ini dilaksanakan dengan cara pemerintah memberikan satu set peralatan hidroponik, kemudian BPP Tanjung Senang mendata kecamatan yang dapat melaksanakan program ini. Peralatan ini diberikan ke daerah Kota Sepang, Labuhan Ratu karena masyarakat di Kota Sepang telah memiliki ketertarikan dengan hidroponik, sehingga dengan adanya bantuan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan minat warga terhadap hidroponik. Peralatan hidroponik ini sebelumnya diberikan ke kecamatan Labuhan Ratu, namun karena pekerja pengembangan masyarakat memandang peralatan ini kurang dimanfaatkan, sehingga kemudian diberikan ke Kota Sepang. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas warga di bidang pertanian. 4.3 Pola Pengembangan Masyarakat di BPP Tanjung Senang Program yang dilakukan pada BPP Tanjung Senang keduanya disusun oleh pekerja pengembangan masyarakat, yaitu Badan Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian. Pekerja pengembangan masyarakat kemudian mendata dan menyeleksi wilayah yang dapat dilaksanakan program tersebut. Program dilaksanakan pada wilayah yang dianggap cocok melaksanakan program tersebut. Pelaksanaan pengembangan masyarakat di BPP Tanjung Senang termasuk dalam pola perencanaan sosial. Pemerintah (Badan Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian) mengumpulkan data mengenai komunitas untuk merancang program yang akan dilaksanakan komunitas. Masalah umum yang ingin diatasi pemerintah adalah ketahanan pangan, sehingga umumnya program berfokus pada membina masyarakat untuk menanam dan memiliki produktivitas tinggi. Kegiatan yang dilaksanakan oleh wilayah binaan BPP Tanjung Senang umumnya memiliki pola perencanaan sosial. Kegiatan padi gogo berasal dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam upaya melaksanakan program Desa Mandiri Pangan, pekerja pengembangan masyarakat menganalisa kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki wilayah binaannya. Program padi gogo dilaksanakan di daerah yang sebelumnya ditanami tanaman hortikultura. Lahan di Tanjung Senang umumnya ditanami tanaman hortikultura, sehingga penanaman padi gogo dilaksanakan di daerah yang memiliki potensi. Kegiatan padi gogo merupakan pola perencanaan sosial karena dirancang oleh pekerja masyarakat. Kegiatan lorong hijau merupakan kegiatan yang dirancang oleh pekerja pengembangan masyarakat di BPP Tanjung Senang, sehingga dapat dikatakan kegiatan ini adalah pola perencanaan sosial. Kegiatan ini diadakan sebagai bagian dari program KRPL, yaitu untuk memanfaatkan pekarangan warga, sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat dikonsumsi oleh warga tersebut. Kegiatan hidroponik di Kota Sepang yang termasuk dalam wilayah binaan BPP Tanjung Senang merupakan pola pembangunan lokalitas. Kegiatan ini direncanakan dan dilaksanakan oleh warga, karena masyarakat Kota Sepang telah memiliki minat terhadap budidaya hidroponik ini, meskipun dengan peralatan sederhana. Kegiatan ini kemudian didukung oleh pemerintah melalui pemberian peralatan hidroponik ke wilayah tersebut dan kecamatan lainnya. Pemerintah berharap daerah lainnya juga ikut berminat melakukan budidaya hidroponik. 4.4 Pengelolaan Pekerja Pengembangan Masyarakat Struktur organisasi dari BPP Tanjung Senang, sebagai berikut: Koordinator Penyuluh Penyuluh Penyuluh Penyuluh Gambar 1. Struktur Organisasi BPP Tanjung Senang Penyuluh BPP Tanjung Senang dipimpin oleh Bapak Bustoni A,md sebagai Koordinator Penyuluh (Korluh). Jumlah penyuluh di BPP Tanjung Senang adalah sembilan orang. Struktur organisasi pada BPP Tanjung Senang sebelumnya Korluh memimpin tiga kepala bidang, yaitu Penyuluh Pertanian Urusan Programa, Penyuluh Pertanian Urusan SDM, dan Penyuluh Pertanian Urusan Supervisi. Penyuluh Pertanian Urusan SDM tidak ada yang menjabat dari awal pendirian, sedangkan kedua bidang lainnya diakibatkan penyuluh yang menjabat pensiun. Pemilihan kepala bidang belum dilakukan sampai saat ini, sehingga pelaksanaan organisasi dilaksanakan secara fleksibel. Korluh memiliki tugas sebagai tempat diskusi bagi penyuluh, mengetahui kegiatan yang akan dilaksanakan di BPP Tanjung Senang, dan menyetujui kegiatan yang telah disepakati. Korluh juga bertugas untuk menerima laporan kegiatan dari penyuluh pertanian dan melaporkan kembali ke pemerintah. Korluh memiliki wilayah binaan sehingga juga melakukan tugas penyuluh. V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah: 1. Program yang dilaksanakan di BPP Tanjung Senang adalah Desa Mandiri Pangan dan Kawasan Rumah Pangan Lestari. 2. Kegiatan yang dilaksanakan di BPP Tanjung Senang adalah penanaman padi gogo, lorong hijau, dan hidroponik. 3. Program dan kegiatan yang dilaksanakan pada BPP Tanjung Senang umumnya berpola perencanaan sosial, kecuali kegiatan hidroponik yang merupakan pola pengembangan komunitas. DAFTAR PUSTAKA Agusta, I. 2002. Metode Evaluasi Program Pemberdayaan. Humaniora Utama Press. Bandung. Chambers, Robert. 1998. Pengembangan Desa Mulai Dari Belakang. LP3ES. Jakarta. Gulo,W.2002. Metode Penelitian. PT. Grasindo. Jakarta. Gunawan Sumodiningrat. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat Suatu Tinjauan Administrasi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi. Fakultas IlmuAdministrasi Universitas Brwajiya. Bandung. Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Alih Bahasa. Jusuf Udaya Arcan. Jakarta. Suharto,E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT. Refika Aditama. Bandung. Sumodiningrat. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta. LAMPIRAN