4 Hemoglobin merupakan komponen butir darah merah yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Sintesis hemoglobin dimulai dalam proerythroblasts dan terus menerus dibentuk sampai ke tahap retikulosit dari proses pembentukan butir darah merah (Guyton & Hall 2006). Hemoglobin terdiri atas kompleks protein besi-porfirin. Kompleks protein besi–porfirin,termasuk mioglobin dan heme, mengandung enzim katalase, peroksidase, dan sitokrom (Weiss & Wardrop 2010). Hemoglobin yang terkandung dalam butir darah merah tidak terpengaruh oleh penambahan arginin pada pakan ayam petelur (Al-Hassani dan Ali 2011). Sistem pemeliharaan organik mempunyai nilai jumlah butir darah merah tinggi, hemoglobin, dan nilai hematokrit (Mugnai et al. 2011). Kemangi Menurut Pitojo (1996), tanaman kemangi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Amaranthaceae, famili Labiatae, genus Ocimum, dan spesies Ocimum basilicum forma citratum. Kemangi merupakan jenis tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Menurut Deschamps dan Simon (2006), tanaman kemangi dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Kemangi mempunyai tingkat kesesuaian lingkungan cukup tinggi, mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi antara 1500–400 mm/tahun dan di berbagai macam jenis tanah pada ketinggian antara 5–1500 m dpl. Tanaman kemangi memiliki rasa agak manis, bersifat dingin, berbau harum, dan menyegarkan (Hariana 2008). Tanaman kemangi mempunyai khasiat menghilangkan bau badan dan mulut, air susu ibu (ASI) kurang lancar (Rosadi 2007), penambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun kemangi (Wahyuni dan Hadipoentyanti 2006), untuk menghangatkan badan dan menghilangkan batuk (Dasgupta et al. 2004). Tanaman kemangi mengandung berbagai jenis senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tanaman kemangi mengandung komponen utama minyak atsiri, senyawa linalool, eugenol, metil khavikol, kardinen, 3-karen, a-humulen, sitral, dan trans-karofillen. Minyak atsiri yang terdapat pada daun dan buah kemangi inilah yang memberikan aroma khas dan memiliki banyak khasiat. Minyak atsiri yang terdapat pada daun kemangi berkhasiat sebagai antijamur (Gunardi dan Dewi 2010) dan aromaterapi (Muchtaridi 2008). Minyak atsiri daun kemangi juga memiliki aktivitas antibakteri (Maryati et al. 2007; Stanko et al. 2010). Selain itu, kemangi juga mengandung senyawa flavonoid (Vieira et al. 2003). Flavonoid bermanfaat sebagai antiradikal bebas (Wang et al. 2010). METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan April sampai Juni 2012. 5 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kandang ayam, tempat pakan dan minum, blender, oven, spuit 3 mL, kapas, tabung reaksi, ice pack, alat sentrifugasi, pipet, pipet pengencer butir darah merah, aspirator, tisu, hemositometer, hand tally (penghitung jumlah sel darah merah), cawan, gunting, selotip, marker, kertas label, pipet mikrokapiler, alat penghitung, penyumbat tabung kapiler (crestaseal), international micro capillary reader, spektofotometer, dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah darah ayam petelur, pakan ayam, ekstrak etanol daun kemangi, desinfektan, vitamin, air, gas formalin 10% v/v, larutan rees and ecker, alkohol 70%, antikoagulan Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), dan reagen hemoglobin. Tahap Persiapan Persiapan Kandang Penelitian Kandang ayam yang digunakan pada penelitian ini ialah kandang dengan sistem baterai. Setiap perlakuan, ayam penelitian ditempatkan pada satu kandang individu. Satu minggu sebelum penelitian, seluruh dinding dan lantai kandang penelitian didesinfeksi dengan desinfektan kelompok fenol sintetik dan difumigasi dengan gas formalin 10% v/v. Hewan Percobaan Penelitian ini menggunakan 12 ekor ayam petelur strain Brown Leghorn berumur 16 minggu yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Ayam petelur diberi makan sesuai kebutuhan nutrisi ayam tersebut. Sementara itu, minum yang diberikan ad libitum. Aklimatisasi Ayam petelur diaklimatisasikan selama 1 minggu untuk menyesuaikan kondisi ayam dengan lingkungan kandang yang baru. Selama periode ini, ayam petelur diberi vitamin dan elektrolit melalui air minum sesuai dengan dosis sediaan tersebut. Pada tahap ini, ayam petelur juga diberi obat cacing untuk mengeliminasi cacing yang ada di dalam pencernaan ayam sehingga hasil penelitian tidak terganggu oleh infestasi cacing. Daerah Bogor, pada bulan April 2012 bersuhu rata-rata 26˚C, kelembaban 86%, lama penyinaran matahari 61%, dan curah hujan 389.5 mm (BMKG 2013). 6 Pembuatan ekstrak kemangi Pembuatan ekstrak diawali dengan pembuatan simplisia. Simplisia dibuat dengan cara memasukkan daun kemangi ke dalam oven yang bersuhu 50°C selama 24 jam. Setelah itu, daun kemangi yang telah dioven dan telah kering digiling dengan blender sampai berbentuk serbuk halus (simplisia). Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi dilakukan dengan cara maserasi, yaitu merendam simplisia daun kemangi ke dalam etanol 70%. Perbandingan simplisia dan etanol ialah 1 kg simplisia berbanding 10 L etanol. Masa perendaman simplisia selama 3 hari. Selama masa perendaman, campuran simplisia daun kemangi dan etanol diaduk secara berkelanjutan setiap jam sekali. Campuran yang telah direndam disaring dengan kain kasa untuk memperoleh filtrat hasil perendaman. Selanjutnya, filtrat dimasukan ke dalam rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak etanol daun kemangi dalam bentuk pasta. Tahap Pelaksanaan Rancangan percobaan Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan acak lengkap dengan 4 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam petelur yang dicekok akuades (Kontrol), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 1 mg/kg bb (P1), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 2 mg/kg bb (P2), ayam petelur dicekok ekstrak etanol daun kemangi dosis 3 mg/kg bb (P3). Pengambilan sampel Sampel darah diambil 10 hari sekali. Darah ayam penelitian mulai diambil pada minggu kedua penelitian saat ayam berumur 17 minggu sampai ayam berumur 20 minggu. Pengambilan darah dilakukan melalui vena axillaris menggunakan spuit 3 mL sebanyak 1-2 mL darah ayam petelur. Darah yang sudah terkoleksi langsung dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah dilapisi antikoagulan EDTA. Tabung tersebut ditutup menggunakan sumbat dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian, tabung dimasukkan ke dalam kotak pendingin dan dibawa ke Laboratorium Fisiologi untuk pemeriksaan darah. Perhitungan Butir darah merah, Hematokrit, dan Hemoglobin Perhitungan butir darah merah dilakukan secara manual dengan metode hemositometer. Metode ini diawali dengan menghisap darah menggunakan pipet butir darah merah sampai skala 1. Kemudian, pipet dibersihkan dari noda darah menggunakan tisu. Setelah itu, ujung pipet dimasukkan ke dalam cairan pengencer rees and ecker. Cairan tersebut dihisap sampai batas tera 101. Lalu, aspirator pada pipet dilepas dan pipet diangkat. Ujung pipet ditutup dengan jempol dan pangkal pipet ditutup dengan jari tengah. Pipet diposisikan mendatar dan dihomogenkan dengan membuat gerakan memutar seperti angka 8. Setelah 7 homogen, cairan yang ada di dalam pipet dibuang sedikit. Selanjutnya, hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet butir darah merah pada tepi kaca penutup hemositometer. Kemudian, hemositometer didiamkan beberapa detik agar sel-sel darah merah mengendap pada dasar kamar hitung. Kamar hitung yang telah terisi butir darah merah diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Jumlah butir darah merah yang dihitung adalah butir darah merah yang berada pada kotak butir darah merah pojok kanan atas, pojok kanan bawah, pojok kiri atas, pojok kiri bawah, dan satu kotak yang tepat berada di tengah. Jumlah butir darah merah ialah jumlah dari penghitungan lima kotak tersebut dikalikan dengan 5000 per mm3. Pembacaan nilai hematokrit atau pack cell volume (PCV) dilakukan menggunakan international micro capillary reader. Pembacaan nilai hematokrit dimulai dari pengambilan sampel darah dengan cara menempelkan bagian ujung dari tabung mikro ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian pangkal tabung dikosongkan kira-kira 1 cm. Setelah terisi darah, bagian ujung tabung disumbat dengan crestaseal. Tabung mikro yang telah berisi sampel darah disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Hasil sentrifugasi sampel darah dibaca menggunakan international micro capillary reader. Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Cyanmethemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen hemoglobin 2.5 mL dengan sampel darah 10 µL di dalam tabung. Hasil campuran reagen hemoglobin dan darah dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 540 nm sehingga didapatkan absorban. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Kadar Hemoglobin (g%)= Absorban x 36.8 g Hb/100 mL. Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dari penelitian ini ialah jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Prosedur Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis of variance (Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan antarperlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Ayam petelur yang digunakan untuk penelitian diaklimatisasikan selama 1 minggu. Satu hari sebelum periode aklimatisasi berakhir, dilakukan pengambilan darah ayam petelur untuk perhitungan nilai jumlah butir darah merah, persentase hematokrit, dan nilai hemoglobin (Hb) sebagai acuan pertama penelitian. Hasil penelitian selama aklimatisasi menunjukkan bahwa rataan jumlah butir darah merah ayam petelur ialah sebesar 1.960.53 juta/mm3, hematokrit sebesar 25.942.57%, dan Hb sebesar 7.800.95 g/dL.