BAB II - Portal Garuda

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUANTUM
TEACHING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA
TERPADU DI KELAS VII-6 SMP NEGERI 3 BERASTAGI
Niasni Sinaga
Guru SMP Negeri 3 Berastagi
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kreatifitas belajar pada aktivitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu (Fisika) dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching . Penelitian dikenakan pada
siswa kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi dengan jumlah 36 siswa. Setelah penelitian
berlangsung selama dua siklus disimpulkan bahwa; 1) penerapan model
pembelajaran Quantum Teaching selama kegiatan belajar mengajar pada IPA
Terpadu di kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi berhasil memperbaiki aktivitas belajar
siswa terlihat dari membaiknya kualitas masing-masing kriteria tiap siklusnya.
Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain
membaca/membaca (41%), bekerja (28%), bertanya sesama teman (13%),
bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (10%). Data
aktivitas siswa menurut pengamatan
pada Siklus II antara lain
membaca/membaca (26%), bekerja (45%), bertanya sesama teman (16%),
bertanya kepada guru (12%), dan yang tidak relevan dengan KBM (2%). Hasil
belajar siswa dengan menggunakan lembar kerja siswa Pada Siklus I sebesar 73,6
dan pada Siklus II sebesar 96,3 menunjukkan tuntas secara individu dan kelas.
Kata Kunci : Model Quantum Teaching, Hasil Belajar, Kreativitas
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan tugas di
sekolah perlu dorongan dari dalam
diri untuk bisa merangsang kerja
lebih giat dan faktor yang mampu
merangsang seseorang untuk dapat
bekerja lebih giat itulah yang disebut
dengan kreativitas. Dengan adanya
penciptaan kreativitas belajar itulah
diharapkan
siswa
terdorong
semangat
dan
keterampilan
berfikirnya yang tinggi dalam
menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan pembelajaran di sekolah
dengan baik.
Berdasarkan
pengalaman
peneliti selama mengajar di SMPN 3
Berastagi
terhadap pembelajaran
IPA Terpadu kelas VII-6 SMPN 3
Berastagi terdapat beberapa masalah
yaitu proses pembelajaran di kelas
tersebut berlangsung hanya sebatas
guru menerangkan dan siswa
mendengarkan kemudian mencatat
pelajaran yang diberikan. Media
yang digunakan dalam pembelajaran
hanya sebatas papan tulis, tidak
terdapat media tambahan lain yang
mendukung proses pembelajaran.
Pada kenyataannya banyak siswa
terlihat malas, tidak percaya diri
mengerjakan soal-soal latihan. Siswa
kurang antusias dalam mengerjakan
tugas guru.
Menurut
Muhibbinsyah
(http://sutisna.com/artikel/artikelkependidikan
/faktor-faktor-yangmempengaruhi-prestasi-belajar/),
80
“salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu
faktor Pendekatan Belajar (approach
to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa
untuk
melakukan
kegiatan
pembelajaran
materi-materi
pelajaran”. Selama ini siswa
cenderung mendapat pengetahuan
hanya dari guru tanpa mau berusaha
belajar, misalnya dengan membaca.
Masalah yang sering dialami dalam
proses belajar mengajar, salah
satunya
adalah
mengenai
kemampuan siswa dalam memahami
suatu materi yang berbentuk bacaan
atau hitungan seperti IPA Terpadu
(Fisika).
Untuk itu guru harus
menggunakan metode pembelajaran
yang dapat menciptakan suasana
belajar yang melibatkan siswa
bekerja secara gotong royong yaitu
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran Quantum teaching
adalah model pembelajaran yang
mengubah belajar menjadi meriah
dengan segala nuansanya dan
Quantum teaching juga menyertakan
segala kaitan interaksi dan perbedaan
yang
memaksimalkan
momen
belajar. Quantum teaching berfokus
pada hubungan dinamis dengan
lingkungan kelas, interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka
untuk belajar, Deporter (2003:3).
Quantum teaching mencakup
petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif,
menyampaikan isi dan memudahkan
proses belajar. Dalam proses belajar
mengajar guru dapat menggunakan
cara-cara yang efektif, diantaranya
dengan cara partisipasi dengan
mengubah keadaan motivasi dan
minat dengan menerapkan kerangka
rancangan yang dikenal dengan
singkatan
TANDUR
yaitu:
Tumbuhkan,
Alami,
Namai,
Demonstrasikan,
Ulangi
dan
Rayakan.
Bertolak
dari
latar
belakang ini peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul
”
Meningkatkan
Kreativitas
Belajar IPA Terpadu Siswa
Dengan
Penerapan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Quantum Teaching Di Kelas
VII-6 SMP Negeri 3 Berastagi T.A
2013/2014”.
Berdasarkan judul penelitian,
maka yang menjadi identifikasi
masalah
dalam
meningkatkan
kreatifitas belajar siswa dengan
Model Pembelajaran
quantum
teaching ditetapkan:
a. Model mengajar yang kurang
menarik.
b. Guru cenderung menggunakan
metode
pempelajaran
konvensional.
Untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi siswa, maka
peneliti membatasi permasalahan
sesuai dengan kemampuan peneliti
antara lain;
a. Model pembelajaran yang
digunakan adalah model
pembelajaran
quantum
teaching.
81
b.
Subjek penelitian adalah siswa
kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi
Tahun Pembelajaran 2013/2014.
c. Materi pokok yang diterapkan
selama pengambilan data adalah
memahami wujud dan zatnya.
Untuk memperjelas masalah
yang akan dibahas, maka yang
menjadi rumusan-rumusan dalam
penelitian ini adalah:
a. Apakah aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan melalui
penerapan model pembelajaran
quantum teaching di kelas VII-6
SMPN 3 Berastagi?
b. Apakah
hasil belajar siswa
meningkat setelah menerapkan
model Pembelajaran quantum
teaching di kelas VII-6 SMPN 3
Berastagi?
Setelah menetapkan rumusan
masalah di atas maka, dapat
ditentukan tujuan penelitian ini,
antara lain;
a. Untuk mengetahui aktivitas
siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran quantum
teaching di kelas VII-6 SMPN 3
Berastagi.
b. Untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah menerapkan model
Pembelajaran quantum teaching
di kelas VII-6 SMPN 3
Berastagi.
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
Bagi siswa :
a) Memberikan
pengalaman
secara nyata.
b) Meningkatkan
kreatifitas
belajar siswa.
c) Memberikan suasana
dalam pembelajaran .
baru
Bagi guru :
a) Memberikan masukan bagi
guru
mengenai
manfaat
pembelajaran
quantum
teaching untuk meningkatkan
kreatifitas belajar siswa.
Bagi sekolah dan instansi pendidikan
lainnya:
a) Memberikan sumbangan bagi
sekolah
dalam
rangka
perbaikan
proses
pembelajaran.
b) Bahan referensi bagi semua
pihak.
TINJAUAN TEORI
Defenisi Belajar
Menurut Slameto (2003:2)
menyatakan bahwa “ belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman sendiri dan interaksinya
dengan lingkungannya”. Belajar
secara umum diartikan sebagai
perubahan pada individu yang
melalui pengalaman, dan bukan
karena
pertumbuhan
atau
perkembangan
tubuhnya
atau
karakteristik seseorang sejak lahir
dan bahkan ada yang berpendapat
sebelum lahir.
Hakikat
Pembelajaran
IPA
Terpadu
IPA didefinisikan sebagai
suatu kumpulan pengetahuan yang
82
tersusun secara alam. Perkembangan
IPA tidak hanya ditandai dengan
adanya fakta, tetapi juga oleh adanya
metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat
IPA.
Kreatifitas Belajar
Pembelajaran kreatif yang
membuat siswa mengembangkan
kreativitasnya. Itu berarti bahwa
bahwa pembelajaran kreatif itu
membuat siswa aktif membangkitkan
kreativitasnya
sendiri.
Mengembangkan kreativitas siswa
dalam
pembelajaran
berarti
mengembangkan
kompetensi
memenuhi standar proses atau
produk
belajar
yang
selalu
terbarukan.
Tips Mengembangkan kreativitas
dalam pembelajaran
Secara
generik
mengembangkan kreativitas siswa
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
berbagai
pengkondisian atau membangun
iklim yang memicu berkembangnya
kemampuan berpikir dan berkarya..
Hasil Belajar
Hasil
belajar
adalah
kemampuan – kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia mengalami
pengalaman belajarnya. Kingsley
membagi tiga macam hasil belajar,
yakni : (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Sedangkan Gagne membagi lima
kategori hasil belajar , yakni (a)
informasi verbal, (b) keterampilan
intelektual, (c) strategi kognitif, (d)
sikap dan (e) keterampilan motoris
(Sudjana,2006).
Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar adalah suatu
aktivitas yang sadar akan tujuan.
Tujuan dalam belajar adalah
terjadinya perubahan dalam individu
seutuhnya. Menurut Djamarah (2002
: 38), ada beberapa aktivitas belajar
sebagai berikut: mendengarkan,
memandang, menulis atau mencatat,
membaca, membuat ikhtisar atau
ringkasan dan menggarisbawahi,
mengamati tabel-tabel, diagramdiagram dan bagan-bagan, menyusun
paper atau kertas kerja,
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif
adalah
salah
satu
bentuk
pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi
pelajaran.
Dalam
pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
83
Pengertian Quantum Teaching
Quantum teaching adalah
mengubah belajar yang meriah
dengan segala nuansanya dan
Quantum teaching juga menyertakan
segala kaitan interaksi dan perbedaan
yang
memaksimalkan
momen
belajar. Quantum teaching berfokus
pada hubungan dinamis dengan
lingkungan kelas, interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka
untuk belajar, Deporter (2003:3).
Asas Utama Quantum Teaching
Quantum
Teaching
bersandar pada asas
berikut:
Bawalah dunia mereka ke dunia kita,
dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka.
Belajar
dari
segala
defenisinya adalah kegiatan fullcontact. Dengan kata lain, belajar
mengakibatkan
semua
aspek
kepribadian manusia yang mencakup
pikiran, perasaan dan bahasa tubuh
disamping pengetahuan, sikap dan
keyakinan sebelumnya mengenai
persepsi masa yang akan datang.
Pembelajaran Quantum Teaching
dan Proses Belajar Mengajar
Quantum
Teaching
mencakup
pengajaran
yang
mempertimbangkan
aspek-aspek
penting dalam proses belar mengajar
yaitu; guru, siswa, lingkungan dan
materi dari kurikulum yang telah
ditetapkan. Quantum Teaching dapat
memaksimalkan pengajaran oleh
guru serta menigkatkan aktivitas
siswa dalam belajar salah satunya
dengan cara melakukan observasi.
Selain itu Quantum Teaching juga
dapat memberikan kebebasan pada
siswa untuk berekspresi sehingga
pemahaman yang didapat tentang
materi pelajaran akan lebih dan
berkesan.
Kerangka
Rancangan
Pembelajaran Quantum Teaching
Kerangka
rancangan
pembelajaran Quantum Teaching
dikenal sebagai TANDUR dengan
kata setiap pelajaran dapat juga
memastikan
siswa
mengalami
pembelajaran berlatih, menjadikan
isi pelajaran nyata bagi mereka
sendiri dan mencapai kesuksesan.
Deporter (2003:89-93) menjelaskan
kerangka rancangan pembelajaran
Quantum Teaching adalah sebagai
berikut:
a. Tumbuhkan
Guru menumbuhkan minat
belajar
b. Alami
Guru menghubungkan materi
pembelajaran
dengan
kehidupan sehari-hari.
c. Namai
Guru
mengajarkan
kata
kunci, konsep, model, rumus,
strategi.
d. Demonstrasikan
Guru
memberikan
kesempatan pada siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka
tahu dan mampu mengaitkan
pengalaman mereka.
e. Ulangi
Guru mengulang-ulang hal
yang kurang jelas bagi siswa.
84
f. Rayakan
Perayaan merasa rampung
dan menghormati usaha,
ketekunan dan kesuksesan.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian
ini
dilakukan di SMPN 3 Berastagi.
Penelitian ini direncanakan mulai
bulan september sampai dengan
November Tahun 2013.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini
yaitu kelas VII-6 SMP Negeri 3
Berastagi dengan jumlah 36 orang
siswa.
Rencana Penelitian
Adapun
kegiatan
yang
dilakukan dalam tahap perencanaan
ini adalah: analisis kurikulum,
membuat skenario pembelajaran.
membuat
tes
Hasil
Belajar,
menyusun
tugas yang akan
dikerjakan tiap siswa (LKS),
membuat lembar observasi untuk
melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar langsung dalam kelas
Menurut Raka Joni (dalam
Sudibio E. 2003: 8-9), terdapat 6
(enam) tahap dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK). Ke
enam tahap dalam pelaksanaan
tersebut antara lain: permasalahan,
alternatif
pemecahan
masalah,
pelaksanaan tindakan
perbaikan,
observasi , analisis data, dan refleksi
Prosedur Penelitian
Untuk melihat kemampuan
awal siswa sebagai bahan masukan
bagi
peneliti/guru.
Pertemuan
berikutnya dilakukan KBM dua kali
disebut Siklus I dan diakhiri dengan
postes I. Kegiatan belajar dilanjutkan
hari berikutnya selama dua kali
(Siklus II) dan akhir pembelajaran
dilakukan Postes II.
Instrumen Penelitian
Instrumen selama penelitian
antara lain:
a. Instrumen Tes hasil Belajar
b. Instrumen aktivitas belajar
siswa
Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul
selama penelitian ini adalah, data
Pretes siswa, data postes pertama,
data Postes ke dua, dan data aktivitas
siswa. Untuk menganalisis data-data
tersebut di atas digunakan:
1. Teknik persentase, untuk
menganalisis
tingkat
keberhasilan tes hasil belajar.
2. Teknik deskriptif, untuk
menganalisis
data-data
presentase.
Indikator Keberhasilan
Yang
menjadi
indikator
keberhasilan
guru
mengajar
digunakan Kurikulum KTSP atau
kriteria ketuntasan minimal (KKM)
di sekolah yaitu 75.
Jadwal Penelitian
Penelitian ini berlangsung
bulan september sd november 2013.
85
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data Prasiklus
Berikut ini akan dijelaskan
kondisi awal siswa kelas VII-6 yang
menyangkut kreatifitas belajar siswa
pada mata pelajaran IPA Terpadu.
Untuk mempertegas identifikasi
tersebut dilakukan pretes terhadap
kelas VII-6. Data hasil pretes
dsajikan dalam tabel berikut:
Table 4.1 Distribusi hasil pretes
Nilai
Frekunsi
Rata-rata
42,9
14
57,1
8
71,4
11
58,3
85,7
3
Jumlah
36
Merujuk pada tabel 4.1, nilai
terendah untuk pretes adalah 42,9
dan tertinggi adalah 85,7 dengan
KKM (kriteria ketuntasan minimum)
sebesar 75 maka hanya 3 orang yang
mendapat nilai diatas ketuntasan atau
ketuntasan klasikal adalah 8,3%.
Nilai rata-rata kelas adalah 58,3 yang
juga tidak tuntas.
Data Siklus I
Hal-hal yang direncanakan pada
Siklus I antara lain:
a. Membuat
Rencana
Pelaksanaan
pembelajaran
(RPP) Menyusun LKS
b. Menyiapkan media yang akan
digunakan dalam proses
pembelajaran.
c. Menyusun dan menyiapkan
angket dan lembar observasi
d. Membagi kisi-kisi tes hasil
belajar
Setelah berakhirnya pelaksanaan
siklus I diadakan tes hasil belajar
kognitif yang selanjutnya disebut
sebagai postes I. Hasil belajar
kognitif yang diperoleh pada siklus I
selama dua pertemuan disajikan
dalam tabel berikut:
Table 4.2 Distribusi hasil postes I
Nilai
Frekuensi Rata-rata
50
9
75
20
73,6
100
7
Jumlah
36
Merujuk pada tabel 4.2
tersebut, nilai terendah postes I
adalah 50 dan tertinggi adalah 100.
Merujuk pada KKM sebesar 75 maka
27 dari 36 orang siswa mendapat
nilai diatas kriteria ketuntasan atau
ketuntasan klasikal tercapai sebesar
75%. Nilai ini berada di bawah
kriteria ketuntasan klasikal sebesar
85% sehingga dapat dikatakan KBM
siklus I kurang berhasil memberi
ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai
rata-rata kelas adalah 73,6 hampir
mendekati KKM. Berdasarkan hasil
belajar kognitif dan pengamatan
Siklus I menunjukkan bahwa masih
terdapat
beberapa
permasalahan/kekurangan
dalam
pelaksanaan tindakan yang perlu
diperbaiki secara lanjut. Beberapa
kelemahan pada Siklus I yang
ditemukan dari faktor guru yaitu:
a. Tidak
optimalnya
pemanfaatan waktu untuk
memberikan lebih banyak
latihan pada siswa.
b. Pemberian motivasi belajar
yang masih kurang.
86
c. Waktu pemberian LKS saat
tatap
muka,
tidak
memberikan
cukup
kesempatan pada siswa untuk
mempelajari LKS tersebut
sebelum tatap muka.
Adapun
perbaikan
pada
Siklus II adalah:
a. Guru
mengoptimalkan
penggunaan
media
pembelajaran agar siswa
lebih paham tentang materi
yang dijelaskan.
b. Guru
harus
lebih
membangkitkan minat dan
perhatian siswa pada materi
yang disampaikan.
c. Guru
harus
bisa
memanajemen waktu sebaikbaiknya agar kegiatan belajar
mengajar bisa berjalan lancar.
d. Guru lebih memotivasi siswa
dengan cara pemberian pujian
dan penghargaan.
e. Memberikan pembimbingan
lebih banyak pada kelompok
dengan siswa yang terlihat
lesu dalam diskusi.
f. Guru
harus
bisa
menyampaikan analisis tugas
lebih terarah agar siswa lebih
mudah menentukan langkahlangkah kerja yang harus
ditempuhnya.
Data postes II (Akhir Siklus II)
Data postes II disajikankan
dalam table berikut:
Table 4.3 Distribusi hasil postes II
Nilai
Frekuensi Rata-rata
66,7
4
100
32
96,3
Jumlah
36
Merujuk pada tabel 4.3, nilai
terendah untuk postes II adalah 66,7
dan tertinggi adalah 100 dengan 4
dari 36 siswa mendapat nilai
dibawah KKM atau ketuntasan
klasikal adalah sebesar 88,8%. Nilai
ini telah berada di atas kriteria
keberhasilan
sehingga
dapat
dikatakan KBM siklus II telah
berhasil memberi ketuntasan belajar
pada siswa dalam kelas. Nilai ratarata kelas adalah 96,3 telah
memenuhi KKM.
Hasil tes siswa tiap siklus
dapat dilihat melalui tabel dan
histogram berikut:
Tabel 4.4. Rekapitulasi hasil tes
siswa sebelum penelitian dan akhir
siklus I dan II
No
Hasil
Data Siklus Siklus
Tes
Awal
I
II
Nilai
1. Tertingg
85,7
100
100
i
Nilai
2.
42,9
50
66,
terendah
Rata3. rata
58,3
73,6
96,3
nilai tes
Ketunta
4. san
8,3%
75% 88,8%
klasikal
Data pada tebel 4.4 dapat dituliskan
kembali dalam histogram seperti
gambar 4.4
Data aktivitas belajar siswa
Merujuk pada tabel 4.5
terlihat dari aktivitas individual
menulis dan membaca sebesar 41%
dan aktivitas mengerjakan dalam
87
diskusi hanya mencapai 28%.. Hal
ini dimaksudkan agar semua anggota
kelompok siap untuk menyampaikan
hasil diskusi. Aktivitas bertanya pada
teman sebesar 13%. Aktivitas
bertanya kepada guru 9% dan
aktivitas yang tidak relevan dengan
KBM sebesar 10%.
Merujuk pada tabel 4.5 pada
siklus II aktivitas menulis dan
membaca turun menjadi 26% yang
sepertinya mengindikasikan bahwa
masih ada beberapa siswa lebih
tertarik berdiam diri dengan hanya
duduk dan menulis-nulis tidak ikut
bekerja.
Aktivitas
mengerjakan
dalam diskusi yang meningkat
menjadi
46%
menunjukkan
perbaikan yang terjadi dalam proses
pembelajaran meskipun tidak sebaik
yang diharapkan. Sementara aktivitas
bertanya pada teman naik menjadi
16% dan bertanya pada guru naik
menjadi 12%. Ini mengindikasikan
siswa
sudah
mulai
tidak
malu/canggung bertanya pada guru
dan memecahkan masalah dengan
berdiskusi terlebih dahulu. Kondisi
pembelajaran siklus II relatif sama
dengan pembelajaran siklus I.
Aktivitas yang tidak relevan dengan
KBM
pada siklus II menurun
menjadi 2%.
Tabel 4.5 Skor aktivitas belajar siswa
Siklus I
No
Aktivitas
Jumlah Rata- Proporsi
Rata
1 Menulis,membaca
66
16,5
41%
2 Mengerjakan
44
11
28%
Bertanya pada
3 teman
20
5
13%
Bertanya pada
4 guru
14
3,5
9%
Yang tidak
5 relevan
16
4
10%
Siklus II
No
Aktivitas
Jumlah Rata- Proporsi
Rata
1 Menulis,membaca
46
11,5
26%
2 Mengerjakan
81
20,25
45%
Bertanya pada
3 teman
28
7
16%
Bertanya pada
4 guru
21
5,25
12%
Yang tidak
5 relevan
4
1
2%
Pembahasan
Hasil belajar kognitif pada
siklus I diperoleh nilai rata-rata 73,6
dengan ketuntasan belajar yang
dicapai 75%, karena kurang dari
85% siklus I dikatakan tidak tuntas.
Ketidak berhasilan pada siklus I
disebabkan faktor-faktor antara lain:
Kesulitan
bekerjasama
dalam
kelompok yang mengindikasikan
siswa tidak biasa belajar dalam
kalompok.
Beberapa
kelompok
masih bingung dengan kondisi
pembelajaran yang tidak biasa dan
kesulitan dalam menafsirkan tugastugas. Kurangnya kesiapan siswa
menghadapi tes dan kurangnya
88
latihan soal. Setelah dilakukan
perbaikan pembelajaran pada siklus
II diperoleh rata-rata hasil belajar
sebesar 96,3
dengan ketuntasan
klasikal mencapai 88,8%, karena
lebih besar dari 85% maka siklus II
dikatakan berhasil
memberikan
ketuntasan belajar klasikal.
Merujuk pada tabel 4.5
terlihat dari aktivitas individual
menulis dan membaca sebesar 41%
dan aktivitas mengerjakan dalam
diskusi hanya mencapai 28%.. Hal
ini dimaksudkan agar semua anggota
kelompok siap untuk menyampaikan
hasil diskusi. Aktivitas bertanya pada
teman sebesar 13%. Aktivitas
bertanya kepada guru 9% dan
aktivitas yang tidak relevan dengan
KBM sebesar 10%. Nilai–nilai ini
memperlihatkan
beberapa
hal
diantaranya, ketika siswa berdiskusi
dalam kelompok banyak kelompok
yang
terlihat
bingung
dalam
pelaksanaannya sehingga peneliti
kewalahan melayani pembimbingan
tiap kelompok. Sementara beberapa
siswa
tidak
aktif
dalam
melaksanakan diskusi, siswa tersebut
hanya berdiam diri, seolah-olah tidak
mau tahu dan hanya melakukan
kegiatan menulis dan membaca.
Kemudian ada beberapa kelompok
yang masih bingung dan tampak
belum bisa menarik kesimpulan
diskusi sehingga hanya mengamati
kelompok yang sedang dibimbing
guru.
Merujuk pada tabel 4.5 pada
siklus II aktivitas menulis dan
membaca turun menjadi 26% yang
sepertinya mengindikasikan bahwa
masih ada beberapa siswa lebih
tertarik berdiam diri dengan hanya
duduk dan menulis-nulis tidak ikut
bekerja.
Aktivitas
mengerjakan
dalam diskusi yang meningkat
menjadi
45%
menunjukkan
perbaikan yang terjadi dalam proses
pembelajaran meskipun tidak sebaik
yang diharapkan. Sementara aktivitas
bertanya pada teman naik menjadi
16% dan bertanya pada guru turun
menjadi 12%. Ini mengindikasikan
siswa sudah mulai tidak bergantung
pada guru dan memecahkan masalah
dengan berdiskusi terlebih dahulu.
Kondisi pembelajaran siklus II
relative sama dengan pembelajaran
siklus I. Aktivitas yang tidak relevan
dengan KBM pada siklus II sebesar
2%.
Tabel 4.7 Rekapitulasi ketuntasan
belajar klasilkal tiap siklus
N
Aspek Penilaian
Sik Sik
o
lus lus
I
II
1 Hasil
Belajar 75 88,
. Kognitif
% 8%
2 Aktivitas Belajar
.
 Membaca/me
nulis
41 26
 Memperagaka %
%
n/melakukan
28 45
 Bertanya pada %
%
teman
13 16
 Bertanya pada %
%
guru
9% 12
 Tidak relevan 10 %
dengan KBM
% 2%
Hasil siklus II diketahui
bahwa nilai rata-rata hasil belajar
kognitif dan ketuntasan belajar yang
89
dicapai mengalami peningkatan.
Adanya
peningkatan
tersebut
menunjukkan
bahwa
metode
pembelajaran Quantum Teaching
dengan menggunakan kerangka
pembelajaran
TANDUR
dapat
meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi perubahan dan
wujud zat. Secara keseluruhan
rangkaian proses penelitian dengan
metode pembelajaran
Quantum
Teaching pada prinsipnya adalah
membantu
siswa
untuk
meningkatkan hasil belajar mereka
dengan cara membuat pembelajaran
lebih menarik dan menyenangkan.
Dengan pembelajaran Quantum
Teaching
dapat
membuat
pembelajaran yang dilakukan lebih
bervariasi,
tidak
semata-mata
didominasi
komunikasi
verbal
melalui penuturan kata-kata oleh
guru,
sehingga
siswa
akan
termotivasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Setelah data-data tes hasil
belajar, dan aktivitas belajar siswa
terkumpul
kemudian
dianalisis
sehingga dapat disimpulkan antara
lain:
a. Data aktivitas siswa menurut
pengamatan pengamat pada
Siklus
I
antara
lain
membaca/membaca (41%),
bekerja (28%), bertanya
sesama
teman
(13%),
bertanya kepada guru (9%),
dan yang tidak relevan
dengan KBM (10%).
b. Data aktivitas siswa menurut
pengamatan pada Siklus II
antara
lain
membaca/membaca (26%),
bekerja (45%), bertanya
sesama
teman
(16%),
bertanya kepada guru (12%),
dan yang tidak relevan
dengan KBM (2%).
c. Hasil belajar siswa dengan
menggunakan lembar kerja
siswa Pada Siklus I sebesar
73,6 dan Pada Siklus II
sebesar 96,3 menunjukkan
tuntas secara individu dan
kelas.
Saran
Setelah melakukan kegiatan
belajar mengajar selama empat kali
atau disebut dua Siklus maka perlu
saran agar pengguna atau yang
memanfaatkan LKS di sekolah
benar-benar bermanfaat sesuai dengn
tujuan penelitian.
a. Selama kerja kelompok agar
pemanfaatan LKS benarbenar di arahkan agar tujuan
pembelajaran tercapai.
b. Pemanfaatan LKS dapat
digunakan guru-guru agar
siswa termotivasi selama
bekerja dalam kelompok.
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman,
M.,
(2003).
Pendidikan
Bagi
Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Jipta.
Aqib, Z., (2006).
Peneltian
Tindakan Kelas. Bandung:
Yrama Widya.
90
Dimyati., dan Mudjiono., (2006).
Belajar dan pembelajaran,
Jakarta: Rineka cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan
Zain. 2006. Startegi Belajar
Mengajar.
Jakarta:
PT
Rineka Cipta.
Lie, A., (2008). Cooperative
Learning
Mempraktikkan
Cooperative Learning Di
Ruang- Ruang Kelas. Jakarta:
PT. Grasindo,
Sanjaya,
W.
2008.
Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Bandung: Kencana Prenada
Media Group
Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor
yang
Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
91
Download