PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU DI KELAS VII-6 SMP NEGERI 3 BERASTAGI Niasni Sinaga Guru SMP Negeri 3 Berastagi Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kreatifitas belajar pada aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu (Fisika) dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching . Penelitian dikenakan pada siswa kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi dengan jumlah 36 siswa. Setelah penelitian berlangsung selama dua siklus disimpulkan bahwa; 1) penerapan model pembelajaran Quantum Teaching selama kegiatan belajar mengajar pada IPA Terpadu di kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi berhasil memperbaiki aktivitas belajar siswa terlihat dari membaiknya kualitas masing-masing kriteria tiap siklusnya. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain membaca/membaca (41%), bekerja (28%), bertanya sesama teman (13%), bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (10%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain membaca/membaca (26%), bekerja (45%), bertanya sesama teman (16%), bertanya kepada guru (12%), dan yang tidak relevan dengan KBM (2%). Hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar kerja siswa Pada Siklus I sebesar 73,6 dan pada Siklus II sebesar 96,3 menunjukkan tuntas secara individu dan kelas. Kata Kunci : Model Quantum Teaching, Hasil Belajar, Kreativitas PENDAHULUAN Dalam melaksanakan tugas di sekolah perlu dorongan dari dalam diri untuk bisa merangsang kerja lebih giat dan faktor yang mampu merangsang seseorang untuk dapat bekerja lebih giat itulah yang disebut dengan kreativitas. Dengan adanya penciptaan kreativitas belajar itulah diharapkan siswa terdorong semangat dan keterampilan berfikirnya yang tinggi dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran di sekolah dengan baik. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di SMPN 3 Berastagi terhadap pembelajaran IPA Terpadu kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi terdapat beberapa masalah yaitu proses pembelajaran di kelas tersebut berlangsung hanya sebatas guru menerangkan dan siswa mendengarkan kemudian mencatat pelajaran yang diberikan. Media yang digunakan dalam pembelajaran hanya sebatas papan tulis, tidak terdapat media tambahan lain yang mendukung proses pembelajaran. Pada kenyataannya banyak siswa terlihat malas, tidak percaya diri mengerjakan soal-soal latihan. Siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas guru. Menurut Muhibbinsyah (http://sutisna.com/artikel/artikelkependidikan /faktor-faktor-yangmempengaruhi-prestasi-belajar/), 80 “salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran”. Selama ini siswa cenderung mendapat pengetahuan hanya dari guru tanpa mau berusaha belajar, misalnya dengan membaca. Masalah yang sering dialami dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah mengenai kemampuan siswa dalam memahami suatu materi yang berbentuk bacaan atau hitungan seperti IPA Terpadu (Fisika). Untuk itu guru harus menggunakan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa bekerja secara gotong royong yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Quantum teaching adalah model pembelajaran yang mengubah belajar menjadi meriah dengan segala nuansanya dan Quantum teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dengan lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar, Deporter (2003:3). Quantum teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Dalam proses belajar mengajar guru dapat menggunakan cara-cara yang efektif, diantaranya dengan cara partisipasi dengan mengubah keadaan motivasi dan minat dengan menerapkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR yaitu: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Bertolak dari latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ” Meningkatkan Kreativitas Belajar IPA Terpadu Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quantum Teaching Di Kelas VII-6 SMP Negeri 3 Berastagi T.A 2013/2014”. Berdasarkan judul penelitian, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam meningkatkan kreatifitas belajar siswa dengan Model Pembelajaran quantum teaching ditetapkan: a. Model mengajar yang kurang menarik. b. Guru cenderung menggunakan metode pempelajaran konvensional. Untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi siswa, maka peneliti membatasi permasalahan sesuai dengan kemampuan peneliti antara lain; a. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran quantum teaching. 81 b. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi Tahun Pembelajaran 2013/2014. c. Materi pokok yang diterapkan selama pengambilan data adalah memahami wujud dan zatnya. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah: a. Apakah aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan melalui penerapan model pembelajaran quantum teaching di kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi? b. Apakah hasil belajar siswa meningkat setelah menerapkan model Pembelajaran quantum teaching di kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi? Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain; a. Untuk mengetahui aktivitas siswa setelah diterapkannya model pembelajaran quantum teaching di kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi. b. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan model Pembelajaran quantum teaching di kelas VII-6 SMPN 3 Berastagi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Bagi siswa : a) Memberikan pengalaman secara nyata. b) Meningkatkan kreatifitas belajar siswa. c) Memberikan suasana dalam pembelajaran . baru Bagi guru : a) Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat pembelajaran quantum teaching untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya: a) Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. b) Bahan referensi bagi semua pihak. TINJAUAN TEORI Defenisi Belajar Menurut Slameto (2003:2) menyatakan bahwa “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman sendiri dan interaksinya dengan lingkungannya”. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Hakikat Pembelajaran IPA Terpadu IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang 82 tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Kreatifitas Belajar Pembelajaran kreatif yang membuat siswa mengembangkan kreativitasnya. Itu berarti bahwa bahwa pembelajaran kreatif itu membuat siswa aktif membangkitkan kreativitasnya sendiri. Mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran berarti mengembangkan kompetensi memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan. Tips Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran Secara generik mengembangkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pengkondisian atau membangun iklim yang memicu berkembangnya kemampuan berpikir dan berkarya.. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni : (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar , yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris (Sudjana,2006). Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya. Menurut Djamarah (2002 : 38), ada beberapa aktivitas belajar sebagai berikut: mendengarkan, memandang, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, diagramdiagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 83 Pengertian Quantum Teaching Quantum teaching adalah mengubah belajar yang meriah dengan segala nuansanya dan Quantum teaching juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dengan lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar, Deporter (2003:3). Asas Utama Quantum Teaching Quantum Teaching bersandar pada asas berikut: Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Belajar dari segala defenisinya adalah kegiatan fullcontact. Dengan kata lain, belajar mengakibatkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pikiran, perasaan dan bahasa tubuh disamping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya mengenai persepsi masa yang akan datang. Pembelajaran Quantum Teaching dan Proses Belajar Mengajar Quantum Teaching mencakup pengajaran yang mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam proses belar mengajar yaitu; guru, siswa, lingkungan dan materi dari kurikulum yang telah ditetapkan. Quantum Teaching dapat memaksimalkan pengajaran oleh guru serta menigkatkan aktivitas siswa dalam belajar salah satunya dengan cara melakukan observasi. Selain itu Quantum Teaching juga dapat memberikan kebebasan pada siswa untuk berekspresi sehingga pemahaman yang didapat tentang materi pelajaran akan lebih dan berkesan. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching dikenal sebagai TANDUR dengan kata setiap pelajaran dapat juga memastikan siswa mengalami pembelajaran berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai kesuksesan. Deporter (2003:89-93) menjelaskan kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut: a. Tumbuhkan Guru menumbuhkan minat belajar b. Alami Guru menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. c. Namai Guru mengajarkan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi. d. Demonstrasikan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu dan mampu mengaitkan pengalaman mereka. e. Ulangi Guru mengulang-ulang hal yang kurang jelas bagi siswa. 84 f. Rayakan Perayaan merasa rampung dan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Berastagi. Penelitian ini direncanakan mulai bulan september sampai dengan November Tahun 2013. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini yaitu kelas VII-6 SMP Negeri 3 Berastagi dengan jumlah 36 orang siswa. Rencana Penelitian Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah: analisis kurikulum, membuat skenario pembelajaran. membuat tes Hasil Belajar, menyusun tugas yang akan dikerjakan tiap siswa (LKS), membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar langsung dalam kelas Menurut Raka Joni (dalam Sudibio E. 2003: 8-9), terdapat 6 (enam) tahap dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Ke enam tahap dalam pelaksanaan tersebut antara lain: permasalahan, alternatif pemecahan masalah, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi , analisis data, dan refleksi Prosedur Penelitian Untuk melihat kemampuan awal siswa sebagai bahan masukan bagi peneliti/guru. Pertemuan berikutnya dilakukan KBM dua kali disebut Siklus I dan diakhiri dengan postes I. Kegiatan belajar dilanjutkan hari berikutnya selama dua kali (Siklus II) dan akhir pembelajaran dilakukan Postes II. Instrumen Penelitian Instrumen selama penelitian antara lain: a. Instrumen Tes hasil Belajar b. Instrumen aktivitas belajar siswa Teknik Analisis Data Data-data yang terkumpul selama penelitian ini adalah, data Pretes siswa, data postes pertama, data Postes ke dua, dan data aktivitas siswa. Untuk menganalisis data-data tersebut di atas digunakan: 1. Teknik persentase, untuk menganalisis tingkat keberhasilan tes hasil belajar. 2. Teknik deskriptif, untuk menganalisis data-data presentase. Indikator Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan guru mengajar digunakan Kurikulum KTSP atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yaitu 75. Jadwal Penelitian Penelitian ini berlangsung bulan september sd november 2013. 85 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Penelitian Data Prasiklus Berikut ini akan dijelaskan kondisi awal siswa kelas VII-6 yang menyangkut kreatifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu. Untuk mempertegas identifikasi tersebut dilakukan pretes terhadap kelas VII-6. Data hasil pretes dsajikan dalam tabel berikut: Table 4.1 Distribusi hasil pretes Nilai Frekunsi Rata-rata 42,9 14 57,1 8 71,4 11 58,3 85,7 3 Jumlah 36 Merujuk pada tabel 4.1, nilai terendah untuk pretes adalah 42,9 dan tertinggi adalah 85,7 dengan KKM (kriteria ketuntasan minimum) sebesar 75 maka hanya 3 orang yang mendapat nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah 8,3%. Nilai rata-rata kelas adalah 58,3 yang juga tidak tuntas. Data Siklus I Hal-hal yang direncanakan pada Siklus I antara lain: a. Membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Menyusun LKS b. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. c. Menyusun dan menyiapkan angket dan lembar observasi d. Membagi kisi-kisi tes hasil belajar Setelah berakhirnya pelaksanaan siklus I diadakan tes hasil belajar kognitif yang selanjutnya disebut sebagai postes I. Hasil belajar kognitif yang diperoleh pada siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam tabel berikut: Table 4.2 Distribusi hasil postes I Nilai Frekuensi Rata-rata 50 9 75 20 73,6 100 7 Jumlah 36 Merujuk pada tabel 4.2 tersebut, nilai terendah postes I adalah 50 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM sebesar 75 maka 27 dari 36 orang siswa mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 75%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 73,6 hampir mendekati KKM. Berdasarkan hasil belajar kognitif dan pengamatan Siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan/kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Beberapa kelemahan pada Siklus I yang ditemukan dari faktor guru yaitu: a. Tidak optimalnya pemanfaatan waktu untuk memberikan lebih banyak latihan pada siswa. b. Pemberian motivasi belajar yang masih kurang. 86 c. Waktu pemberian LKS saat tatap muka, tidak memberikan cukup kesempatan pada siswa untuk mempelajari LKS tersebut sebelum tatap muka. Adapun perbaikan pada Siklus II adalah: a. Guru mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran agar siswa lebih paham tentang materi yang dijelaskan. b. Guru harus lebih membangkitkan minat dan perhatian siswa pada materi yang disampaikan. c. Guru harus bisa memanajemen waktu sebaikbaiknya agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan lancar. d. Guru lebih memotivasi siswa dengan cara pemberian pujian dan penghargaan. e. Memberikan pembimbingan lebih banyak pada kelompok dengan siswa yang terlihat lesu dalam diskusi. f. Guru harus bisa menyampaikan analisis tugas lebih terarah agar siswa lebih mudah menentukan langkahlangkah kerja yang harus ditempuhnya. Data postes II (Akhir Siklus II) Data postes II disajikankan dalam table berikut: Table 4.3 Distribusi hasil postes II Nilai Frekuensi Rata-rata 66,7 4 100 32 96,3 Jumlah 36 Merujuk pada tabel 4.3, nilai terendah untuk postes II adalah 66,7 dan tertinggi adalah 100 dengan 4 dari 36 siswa mendapat nilai dibawah KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 88,8%. Nilai ini telah berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Nilai ratarata kelas adalah 96,3 telah memenuhi KKM. Hasil tes siswa tiap siklus dapat dilihat melalui tabel dan histogram berikut: Tabel 4.4. Rekapitulasi hasil tes siswa sebelum penelitian dan akhir siklus I dan II No Hasil Data Siklus Siklus Tes Awal I II Nilai 1. Tertingg 85,7 100 100 i Nilai 2. 42,9 50 66, terendah Rata3. rata 58,3 73,6 96,3 nilai tes Ketunta 4. san 8,3% 75% 88,8% klasikal Data pada tebel 4.4 dapat dituliskan kembali dalam histogram seperti gambar 4.4 Data aktivitas belajar siswa Merujuk pada tabel 4.5 terlihat dari aktivitas individual menulis dan membaca sebesar 41% dan aktivitas mengerjakan dalam 87 diskusi hanya mencapai 28%.. Hal ini dimaksudkan agar semua anggota kelompok siap untuk menyampaikan hasil diskusi. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 13%. Aktivitas bertanya kepada guru 9% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 10%. Merujuk pada tabel 4.5 pada siklus II aktivitas menulis dan membaca turun menjadi 26% yang sepertinya mengindikasikan bahwa masih ada beberapa siswa lebih tertarik berdiam diri dengan hanya duduk dan menulis-nulis tidak ikut bekerja. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat menjadi 46% menunjukkan perbaikan yang terjadi dalam proses pembelajaran meskipun tidak sebaik yang diharapkan. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik menjadi 16% dan bertanya pada guru naik menjadi 12%. Ini mengindikasikan siswa sudah mulai tidak malu/canggung bertanya pada guru dan memecahkan masalah dengan berdiskusi terlebih dahulu. Kondisi pembelajaran siklus II relatif sama dengan pembelajaran siklus I. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada siklus II menurun menjadi 2%. Tabel 4.5 Skor aktivitas belajar siswa Siklus I No Aktivitas Jumlah Rata- Proporsi Rata 1 Menulis,membaca 66 16,5 41% 2 Mengerjakan 44 11 28% Bertanya pada 3 teman 20 5 13% Bertanya pada 4 guru 14 3,5 9% Yang tidak 5 relevan 16 4 10% Siklus II No Aktivitas Jumlah Rata- Proporsi Rata 1 Menulis,membaca 46 11,5 26% 2 Mengerjakan 81 20,25 45% Bertanya pada 3 teman 28 7 16% Bertanya pada 4 guru 21 5,25 12% Yang tidak 5 relevan 4 1 2% Pembahasan Hasil belajar kognitif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 73,6 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 75%, karena kurang dari 85% siklus I dikatakan tidak tuntas. Ketidak berhasilan pada siklus I disebabkan faktor-faktor antara lain: Kesulitan bekerjasama dalam kelompok yang mengindikasikan siswa tidak biasa belajar dalam kalompok. Beberapa kelompok masih bingung dengan kondisi pembelajaran yang tidak biasa dan kesulitan dalam menafsirkan tugastugas. Kurangnya kesiapan siswa menghadapi tes dan kurangnya 88 latihan soal. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 96,3 dengan ketuntasan klasikal mencapai 88,8%, karena lebih besar dari 85% maka siklus II dikatakan berhasil memberikan ketuntasan belajar klasikal. Merujuk pada tabel 4.5 terlihat dari aktivitas individual menulis dan membaca sebesar 41% dan aktivitas mengerjakan dalam diskusi hanya mencapai 28%.. Hal ini dimaksudkan agar semua anggota kelompok siap untuk menyampaikan hasil diskusi. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 13%. Aktivitas bertanya kepada guru 9% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 10%. Nilai–nilai ini memperlihatkan beberapa hal diantaranya, ketika siswa berdiskusi dalam kelompok banyak kelompok yang terlihat bingung dalam pelaksanaannya sehingga peneliti kewalahan melayani pembimbingan tiap kelompok. Sementara beberapa siswa tidak aktif dalam melaksanakan diskusi, siswa tersebut hanya berdiam diri, seolah-olah tidak mau tahu dan hanya melakukan kegiatan menulis dan membaca. Kemudian ada beberapa kelompok yang masih bingung dan tampak belum bisa menarik kesimpulan diskusi sehingga hanya mengamati kelompok yang sedang dibimbing guru. Merujuk pada tabel 4.5 pada siklus II aktivitas menulis dan membaca turun menjadi 26% yang sepertinya mengindikasikan bahwa masih ada beberapa siswa lebih tertarik berdiam diri dengan hanya duduk dan menulis-nulis tidak ikut bekerja. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat menjadi 45% menunjukkan perbaikan yang terjadi dalam proses pembelajaran meskipun tidak sebaik yang diharapkan. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik menjadi 16% dan bertanya pada guru turun menjadi 12%. Ini mengindikasikan siswa sudah mulai tidak bergantung pada guru dan memecahkan masalah dengan berdiskusi terlebih dahulu. Kondisi pembelajaran siklus II relative sama dengan pembelajaran siklus I. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada siklus II sebesar 2%. Tabel 4.7 Rekapitulasi ketuntasan belajar klasilkal tiap siklus N Aspek Penilaian Sik Sik o lus lus I II 1 Hasil Belajar 75 88, . Kognitif % 8% 2 Aktivitas Belajar . Membaca/me nulis 41 26 Memperagaka % % n/melakukan 28 45 Bertanya pada % % teman 13 16 Bertanya pada % % guru 9% 12 Tidak relevan 10 % dengan KBM % 2% Hasil siklus II diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif dan ketuntasan belajar yang 89 dicapai mengalami peningkatan. Adanya peningkatan tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran Quantum Teaching dengan menggunakan kerangka pembelajaran TANDUR dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perubahan dan wujud zat. Secara keseluruhan rangkaian proses penelitian dengan metode pembelajaran Quantum Teaching pada prinsipnya adalah membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka dengan cara membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Dengan pembelajaran Quantum Teaching dapat membuat pembelajaran yang dilakukan lebih bervariasi, tidak semata-mata didominasi komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa akan termotivasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah data-data tes hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: a. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain membaca/membaca (41%), bekerja (28%), bertanya sesama teman (13%), bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (10%). b. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain membaca/membaca (26%), bekerja (45%), bertanya sesama teman (16%), bertanya kepada guru (12%), dan yang tidak relevan dengan KBM (2%). c. Hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar kerja siswa Pada Siklus I sebesar 73,6 dan Pada Siklus II sebesar 96,3 menunjukkan tuntas secara individu dan kelas. Saran Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua Siklus maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan LKS di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengn tujuan penelitian. a. Selama kerja kelompok agar pemanfaatan LKS benarbenar di arahkan agar tujuan pembelajaran tercapai. b. Pemanfaatan LKS dapat digunakan guru-guru agar siswa termotivasi selama bekerja dalam kelompok. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, M., (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Jipta. Aqib, Z., (2006). Peneltian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. 90 Dimyati., dan Mudjiono., (2006). Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Lie, A., (2008). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo, Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta 91