Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN Bambang Turjayus SD Negeri 03 Talun, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model bermain peran dapat meningkatk an pemahaman dan hasil belajar PKn materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengumpulan data tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif, kuantitatif dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa penggunaan pembelajaran model bermain peran dapat meningkatkan pemahaman materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016. © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Bermain Peran; Pemahaman; Pemerintahan Desa Dan Kecamatan. PENDAHULUAN Permendiknas No 22 tahun 2006 mengungkapkan bahwa mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak serta kewajiban untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945. Wiranataputra (2009 ) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) menuntut terwujudnya pengalaman yang bersifat utuh memuat belajar kognitif, belajar nilai, sikap, serta belajar perilaku. Pembelajaran PKn hendaknya mudah untuk dipahami karena sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi hal tersebut bertolak belakang dengan yang dirasakan siswa karena dianggap pelajaran yang tidak penting dan membosankan. Siswa tidak terbiasa menyampaikan ide dan sebagian besar siswa hanya pasif saat menerima pelajaran karena motivasi yang rendah. Keadaan pembelajaran seperti ini terutama pada kelas IV SD Negeri 03 Talun Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah. Hal tersebut dibukti kan dengan ketuntasan nilai pada materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan pada tahun ajaran 2012/2013, 2013/2014 dan 2014/2015 dibawah 70 %. Hasil observasi dengan menggunakan angket PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN Bambang Turjayus 1 diperoleh data 80% siswa menginginkan metode pembelajaran baru selain ceramah. 75% siswa merasa bosan dengan metode ceramah karena bersifat monoton. Melihat realita yang ada di lapangan tersebut, akhirnya dipilih model pembelajaran yang sesuai, agar nilai dan minat siswa dalam pembelajaran PKn, khususnya materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan dapat meningkat. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran bermain peran atau yang dikenal dengan model pembelajaran role playing. Menurut Sudjana (2005), model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Model pembelajaran bermain peran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang, dan cara berpikir orang lain ( Depdikbud, 1999). Model bermain peran berupaya membantu individu melalui proses sosial. Model bermain peran juga bertujuan untuk (a) memotivasi siswa, (b) menarik minat dan perhatian siswa, (c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi saat mengalami perbedaan pendapat, dan permasalahan (d) menarik siswa untuk bertanya, (e) mengembangkan kemampuan komunikasi siswa, dan (f) melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata (Dahlan, 1990). Menurut Mulyasa (2004) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan modelmodel mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut: (a) Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. (b) Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. (c)Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. (d) Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Inovasi dari seorang guru sangat diperlukan untuk menyiasati permasalahan tersebut. Inovasi yang dimaksud dapat berupa pemilihan strategi atau metode, pendekatan pembelajaran yang tepat atau pemanfaatan sarana dan prasarana. Atas dasar pemikiran di atas, maka pembelajaran model bermain peran dirasa cocok digunakan sehingga diharapkan mampu memotivasi peserta didik terhadap penguasaan konsep hingga akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan pemahaman materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016? (2) Apakah melalui model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Membuktikan bahwa model bermain peran dapat meningkatkan pemahaman materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016, (2) Untuk mengetahui model bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016. 2 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 03 Talun, Kabupaten Pekalongan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV semester I tahun ajaran 2015/2016 SD Negeri 03 Talun, Pekalongan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes (pretest dan postest) untuk mengukur ranah kognitif dan kreativitas hasil belajar siswa, observasi untuk mengukur kreativitas siswa dan dokumentasi untuk mencari data yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa dari masingmasing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah data-data kuantitatif dengan analisis data kuantitatif sedangkan data-data kualitatif menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan menggunak an langkah-langkah : melakukan reduksi data (mengelompokkan data menurut kategori tertentu), display data atau pemaparan data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. HASIL DAN PEMB AHASAN Kondisi Awal Sebelum melakukan tindakan atau proses penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan survei awal dan melihat dokumentasi nilai PKn materi Pemerintah Desa dan Kecamatan pada tahun-tahun sebelumnya, dengan tujuan mengetahui keadaan yang terjadi di lapangan dan mengetahui riwayat nilai pada materi tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Agustus 2015. Berdasarkan hasil survei peneliti menemukan beberapa hambatan yang dihadapi oleh siswa. Kebanyakan dari siswa kurang antusias dengan proses pembelajaran yang berlangsung, motivasi belajar mereka kurang. Hal ini terlihat ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran PKn siswa sebagian siswa masih mengobrol dengan teman sebelahnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa belum mencapai KKM. Melihat hasil survei awal yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti berencana untuk mengadakan penelitian di kelas IVSD N 03 Talun menggunakan model bermain peran bagi siswa kelas IV SD N 03 Talun pada materi pemerintahan desa dan kecamatan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa Siklus I Penelitian pada siklus pertama selama dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada hari senin tanggal 6 Juli 2015 surat penelitian diberikan kepada SD N 03 Talun. Hasil dari tindak lanjut dari SD N 03 Talun diketahui bahwa penelitian bisa dimulai tanggal 3 Agustus 2015. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat 2 siklus yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Pada setiap siklus, peneliti mengikuti panduan siklus dalam PTK, yaitu tahap PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN Bambang Turjayus 3 perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Peneliti juga meminta bantuan guru dari pihak SD N 03 Talun sebagai pengamat. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melihat riwayat nilai PKn untuk materi pemerintahan desa dan kecamatan pada tahun ajaran 2012/2013, 2013/2014, dan 2014/2015. Hasil dari analisa tersebut terlihat bahwa siswa yang mencapai KKM 75 masih rendah yaitu 30%. Peneliti juga berdiskusi dengan guru yang akan menjadi pengamat, peneliti menjelaskan tahap-tahap penelitian, lembar penilaian, petunjuk penilaian kepada pengamat. Sebelum peneliti akan memulai penelitian dengan metode yang akan digunakan, terlebih dahulu peneliti akan melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan siswa. Pada tahap ini peneliti sudah mendata dan mengidentifikasi serta menganalisis apa saja yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas. Dari hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi alternatif yaitu berupa penerapan model bermain peran. 2. Pelaksanaan Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan. Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran bermain peran dalam siklus pertama: Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan di SD N 03 Talun pada tanggal 3 April 2015, pada kelas IV yang berjumlah 24 siswa dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2015 dengan alokasi waktu yang sama dengan pertemuan pertama yaitu 2 x 45 menit. Pada awal pertemuan siswa sudah mulai nampak antusias mengikuti pembelajaran. Siswa mulai tidak merasa jenuh dengan penerapan metode pembelajaran drill berbasis multimedia interaktif yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran PKN. Seperti pertemuan pertama, guru melakukan tindakan sama seperti sebelumnya. Kemudian guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah berlangsung. Setelah penyampaian kesimpulan selesai, guru mempersilahkan siswa agar bersiap-siap menyiapkan alat tulis untuk menjawab tes akhir (post-test) siklus I. Memberikan latihan membuat grafik dari yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks atau sulit 3. Observasi Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kedua observer pada siklus I, pengamat 1 memberikan nilai 22 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 78% dengan kriteria cukup. Sedangkan pengamat 2 memberikan nilai 21 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 75% dengan kriteria cukup. Dapat disimpulkan dari kedua pengamat tersebut kriteria keberhasilan tindakan dengan skor rata-rata 21,5 atau sebanyak 76%. Dari persentase tersebut dapat dinyatakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah dianggap baik, namun harus ada perbaikan agar terjadi peningkatan yang lebih baik lagi. Observasi kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan oleh seorang guru yang lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kedua observer pada siklus I, pengamat 1 memberikan nilai 30 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 75% dengan kriteria cukup. Sedangkan pengamat 2 memberikan nilai 28 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 4 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) 70% dengan kriteria cukup. Dapat disimpulkan dari kedua pengamat tersebut kriteria keberhasilan tindakan dengan skor rata-rata 32 atau sebanyak 72%. Dari persentase tersebut dapat dinyatakan guru dalam kegiatan mengajarnya sudah dianggap baik, namun harus ada perbaikan agar terjadi peningkatan yang lebih baik lagi. 4. Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diperoleh informasi dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat adalah sebagai berikut: (a) Guru tidak memperhatikan bagian-bagi an mana yang dianggap sulit oleh siswa, (b) Guru tidak memberikan latihan secara bertahap, (c) Guru kurang memperhatikan perbedaan individu, (d) Guru tidak memberikan penerapan setelah latihan dikuasai oleh siswa, (e) Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan kepada guru. Siklus II Penelitian pada siklus kedua hanya dilakukan dalam satu pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I maka peneliti menyusun rencana pembelajaran 2. Pada siklus II ini guru harus lebih mengoptimalkan pembelajaran agar siswa lebih antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga harus mengetahui bahwa kemampuan tiap siswa berbeda-beda dan memberikan latihan secara bertahap dari yang mudah hingga sukar. Tahap perencanaan tersebut meliputi: menyusun rencana pembelajaran siklus II, mempersiapkan materi yang akan diajarkan, mempersiapkan media dengan menambahkan inovasi baru untuk memberikan peningkatan terhadap minat belajar siswa serta menyiapkan lembar tes akhir untuk siswa. 2. Pelaksanaan Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan guru kelas. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran bermain peran dalam siklus kedua: Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan di kelas IVSD N 03 Talun dengan jumlah siswa 21 orang. Tahap pelaksanaan tindakan siklus II meliputi: a) 1. 2. Kegiatan Awal Mengecek kesiapan siswa Mengkondisikan kelas dan persiapan untuk berdoa sebelum belajar b) 1. 2. 3. Kegiatan Inti Menjelaskan arti latihan Menginformasikan latar belakang latihan kepada siswa Menjelaskan manfaat dan tujuan latihan PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN Bambang Turjayus 5 4. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Siswa pengertian, manfaat dan tujuan latihan serta latar belakang latihan yang disampaikan oleh guru. Menjelaskan pengertian dan macam-macam gambar dan diagram Menjelaskan langkah-langkah membuat dan mengolah dokumen pengolah angka variasi gambar dan diagram dengan bantuan media pembelajaran yang telah disiapkan. Memberikan latihan membuat dokumen pengolah angka dengan gambar dan diagram dari yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks atau sulit. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengerjaan latihan dan memberikan cara yang mudah untuk menyelesaikan latihan mengolah dokumen pengolah angka dengan variasi gambar dan diagram. Siswa mengerjakan latihan mengolah dokumen pengolah angka dengan variasi gambar dan diagram dari yang paling sederhana sampai yang lebih kompleks atau sulit. Memberikan audio/musik tambahan pada media pembelajaran saat siswa mengerjakan latihan. Memberikan kesempatan kepada siswa yang berani mempraktikkan hasil pengerjaannya. Memberikan reward/nilai lebih kepada siswa yang berani mempraktikkan hasil pengerjaannya. Menanyakan kepada semua siswa tentang kesulitan dalam pengerjaan latihan. Memperhatikan bagian-bagian mana yang dianggap sulit oleh siswa Menjelaskan kembali bagian dianggap sulit bagi siswa Menggunakan alat bantu (media) untuk memberikan penjelasan yang lebih detail. Memperhatikan pengerjaan latihan siswa satu per satu Berpindah posisi dari siswa satu ke siswa yang lain Memberikan kesimpulan pembelajaran latihan yang telah dilaksanakan Menjelaskan mengenai penerapan yang telah dipelajari ke dalam kehidupan nyata. c) 1. 2. 3. Penutup Memberikan kesimpulan Memberikan post-test siklus II. Menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5. 6. 7. 8. 9. 3. Observasi Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II untuk mengetahui akibat dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Hasil observasi yang dilakukan oleh kedua observer pada siklus II, pengamat 1 memberikan nilai 26 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 92% dengan kriteria sangat baik. Sedangk an pengamat 2 memberikan nilai 25 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 89% dengan kriteria baik. Dapat disimpulkan dari kedua pengamat tersebut kriteria keberhasilan tindakan dengan skor rata-rata 25,5 atau sebanyak 91%. Dari presentase tersebut dapat dinyatakan siswa dalam ke giatan pembelajaran masuk pada kriteria sangat baik. Berdasarkan analisis data yang telah dijelaskan sebelumnya, diperoleh aktivitas siswa selama proses pembelajaran telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga minat belajar siswa semakin meningkat. Peningakatan dapat dilihat dari penilaian yang diberikan oleh pengamat pada tiap siklusnya. Untuk siklus I kedua pengamat memberikan nilai dengan rata-rata skor 21,5 atau sebanyak 76% dengan kriteria pembelajaran berlangsung baik. Sedangkan untuk siklus II, diperoleh nilai rata-rata 25,5 atau sebanyak 91%. 6 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) 4. Refleksi Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diperoleh informasi dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat adalah sebagai berikut: a. Selama pembelajaran guru telah mengetahui bagian-bagian mana yang dianggap sulit oleh siswa. b. Guru lebih rinci dalam memberikan latihan secara bertahap. c. Guru lebih aktif dalam perbedaan inidividu. d. Guru mulai memberikan penerapan setelah latihan dikuasai oleh siswa. e. Siswa mulai berani mengajukan pertanyaan kepada guru. Pada akhir siklus II, peneliti memperoleh hasil kompetensi siswa secara individual melalui tes individu. Hasil pretes dan postest dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar, jika dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Peningkatan hasil belajar bisa dilihat dari tingkat keberhasilnan kelas pada siklus II ini yaitu dengan rata-rata yakni 80. Dengan siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 18 orang dengan presentase ketuntasan belajar yaitu 85,71%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang dengan presentase ketuntasan belajar sebanyak 14,29%. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar untuk siklus II yaitu dikatakan berhasil dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil penelitian selama peroses pembelajaran berlangsung, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode drill berbasis multimedia interaktif. Hal ini diketahui dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus pertama ke siklus kedua. Ketuntasan hasil belajar dapat diketahui dengan acuan kriteria ketuntasan minimal yang ada di SD N 03 Talun yaitu 75. Pada siklus I rata-rata nilai untuk seluruh siswa kelas IVdengan jumlah siswa 21 orang yakni 62,85. Dengan siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 9 orang atau dengan presentase ketuntasan belajar yaitu 42,85%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 12 orang dengan presentase ketuntasan belajar sebanyak 57,15%. Adapun untuk siklus II rata-rata nilai untuk seluruh siswa yakni 80. Dengan siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 18 orang dengan presentase ketuntasan belajar yaitu 85,71%. Sedangk an siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang dengan presentase ketuntasan belajar sebanyak 14,29%, dengan demikian ketuntasan belajar siswa telah mencapai standar klasikal yang diharapkan sehingga tidak perlu ada perbaikan pada tahap selanjutnya. Berikut ini statistika hasil kompetensi siswa dari siklus I sampai siklus II. Tabel 1. Rata-rata Ketuntasan Klasikal Siklus I dan Siklus II Uraian Siswa Tuntas Siswa belum tuntas Siswa tuntas (%) Siswa belum Tuntas (%) Siklus I 9 12 42,85% 57,15% Siklus II 18 3 85,71% 14,29% PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN Bambang Turjayus 7 Berikut ini grafik statistiknya rata-rata ketuntasan klasikan siklus dari yang pertama sampai dengan siklus kedua: 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 18 12 9 3 85,71% 42,85% Siswa Tuntas Siswa belum Tuntas Siklus I Prosentase Siswa Tuntas 57,15% 14,29% Prosentase Siswa belum Tuntas Siklus II Grafik 1. Rata-rata Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus II Hasil observasi yang dilakukan oleh kedua observer pada siklus II, pengamat 1 memberikan nilai 26 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 92% dengan kriteria sangat baik. Sedangk an pengamat 2 memberikan nilai 25 dan dapat dinyatakan berhasil yaitu mencapai 89% dengan kriteria baik. Dapat disimpulkan dari kedua pengamat tersebut kriteria keberhasilan tindakan dengan skor rata-rata 25,5 atau sebanyak 91%. Dari presentase tersebut dapat dinyatakan siswa dalam kegiatan pembelajaran masuk pada kriteria sangat baik. Berikut grafik data hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran selama dua siklus. 95% 90% 85% 80% Prosentase 75% 70% 65% Siklus 1 Siklus 2 Grafik 2. Hasil Data Observasi Aktivitas Siswa Hasil dari pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran didapatkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga minat belajar siswa semakin meningkat. Peningakatan dapat dilihat dari penilaian yang diberikan oleh pengamat pada tiap siklusnya. Untuk siklus I kedua pengamat memberikan nilai dengan rata-rata skor dengan kriteria pembelajaran berlangsung baik. Sedangk an 8 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) untuk siklus II, diperoleh nilai rata-rata 35,5 atau sebanyak 88,7% dengan kriteria pembelajaran baik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus yang kedua mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai standar klasikal minimal yang telah ditentukan. Peningkatan antara siklus pertama dengan siklus yang kedua yaitu sebesar 16,7%. Berikut grafik data hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran selama dua siklus. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Prosentase Siklus 1 Siklus 2 Grafik 3. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran SIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan peningkatan pemahaman pada materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan melalui model bermain peran bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun tahun pelajaran 2015/2016, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Pembelajaran dengan model bermain peran dapat meningkatkan pemahaman materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016, (2) Pembelajaran dengan model bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi lembaga pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV SDN 03 Talun semester I tahun 2015/2016. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Bapak Kepala Sekolah, Guru, Observer dan Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Talun, Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Bloom, Benyamin S. et. al (A Commitee of College and University Examiners).(1975). Taxonomy of Educational Objectives. New York: David McKay Company, Inc. Chaniago Arman YS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2002),Cet.V, 427-428 Em Zul, Fajri dan Ratu Aprilia Senja. (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Difa: Publisher Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kementrian Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN Bambang Turjayus 9