PERSEPSI IBU NIFAS TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PASKA NIFAS DI RUMAH SAKIT ABDOER RAHEM SITUBONDO MOH. AGUS NURUSSALAM 11001080 Subject : Persepsi, Masa Nifas, Seksual DESCRIPTION Banyak pasangan muda merasa kehidupan seksualnya berubah setelah mereka memiliki anak. Masa paska melahirkan mungkin menjadi masa sulit bagi pasangan suami-istri karena segera disibukkan dengan kebutuhan sang buah hati selama 24 jam. Banyak pasangan ingin tahu kapan mereka boleh kembali berhubungan seks setelah melahirkan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas di Rumah Sakit Abdoer Rahem Situbondo. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Variable yang diteliti adalah persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di ruang bersalin sebanyak 30 responden dengan teknik consecutive sampling.Lokasi penelitian di Rumah Sakit Abdoer Rahem Situbondo yang dilaksanakan pada tanggal 09 – 17 April 2014.Instrumen yang pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuasioner dan dihitung dengan skala likert dan dianalisa menggunakan skor T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas positif sebanyak 43,3%. Ditinjau dari usia responden dapat diketahui bahwa seluruh responden berusia 20 – 35 tahun sebanyak 100%. Ditinjau dari tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa hampir dari setengah responden lulusan SMA sebanyak 43,3%. Apabila ditinjau dari pekerjaan ibu nifas sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 63,3%. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas positif.Oleh karena itu, diharapkan petugas kesehatan sering memberikan penyuluhan kepada ibu nifas tentang hungan seksual paska nifas. ABSTRACT Many young couples feel their sexual life changed after they have children. Postpartum period may be a difficult time for couples, because they are busy with the babies needs for 24 hours as soon as possible. Many couples want to know when they should have sexual intercouse again after giving birth. The purpose of this study is to know the perception of postpartum women about sexual intercourse after parturition in RS Abdoer Rahem Situbondo. The type of this study is a descriptive. The variables studied are the perception of postpartum mothers about sexual intercourse after parturition. The population in this study is 30 postpartum mothers in the marternity word taken with consecutive sampling technique. The study had been done in RS Abdoer Rahem Situbondo on April 9 to 17, 2014. Instrument of colleting data in this study use questionnaire and calculated with likert scale and analyzed with score of T. The results showed that the positive perception of postpartum women about sexual intercourse after parturition amount 43.3%. Judging from the age of the respondents can be known by all respondents aged 20-35 years amount 100%. Judging from the level of education can be known by almost half of the respondents graduated from high school amount 43.3%. If it is judged from job of postpartum women, most respondents do not work amount 63.3%. The conclusions of this study are most perception of postpartum mothers about sexual intercourse are positive after parturition. Therefore, it is experted to the health workers often provide counseling to the postpartum mothers about sexual intercourse after parturition. Key Word : Perception, postpartum period, sexual. Contributor : Nur Saidah, S. Si. T., M. Kes Vonny Nurmalya M., S. Kep. Ns Date : 9 April 2014 Type Material : Laporan Pendahuluan URL : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Banyak pasangan muda merasa kehidupan seksualnya berubah setelah mereka memiliki anak. Apalagi pada bulan-bulan pertama pasca melahirkan, kegiatan mengurus bayi dan menyusui membuat istri lebih banyak mencurahkan perhatian pada si kecil dibandingkan suami. Masa pasca melahirkan mungkin menjadi masa sulit bagi pasangan suami-istri karena segera disibukkan dengan kebutuhan sang buah hati selama 24 jam. Banyak pasangan ingin tahu kapan mereka boleh kembali berhubungan seks setelah melahirkan. Vagina yang baru melahirkan tentu juga mengalami trauma. Dalam kondisi yang sangat baik pun, vagina masih sangat sensitif. Selain itu, bila Anda menyusui, mungkin menjadi vaginal atrophy menipis serta mengeringnya jaringan vagina akibat kurangnya estrogendalam tubuh. Adakalanya istri enggan atau takut melakukan hubungan intim setelah melahirkan (Ririn, 2008). Sebuah penelitian di Australia mendapatkan bahwa enam minggu adalah waktu rata-rata bagi para perempuan pasca persalinan untuk mulai melakukan hubungan seks.Tetapi penelitian tersebut juga menemukan bahwa sekitar setengah dari mereka yang memiliki masalah sejak awal, terus mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan. Penelitian lain menemukan, 20 persen perempuan yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik saat besenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan. Penelitian lain menunjukkan bahwa 40% hingga 60% pasangan tidak mau menunggu selama itu untuk mulai bercinta lagi. Pada kenyataannya, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa setahun setelah melahirkan, 16% wanita yang melahirkan lewat vagina dan menjalani episiotomi masih sakit saat persetubuhan. Berdasarkan profil di klinik Edelwis RS Cipto Mangunkusumo yang mengalami gangguan libido 38,2%, aurosol 54,5%, orgasme 56,4% dan yang terbanyak adalah gangguan nyeri adalah jahitan episiotomi kurang baik, dan ini banyak dialami ibu-ibu pasca melahirkan. Kejadian ini membuat mereka tidak merasa nyaman (Wawan, 2005). Berdasarkan study pendahuluan di ruang bersalin Rumah Sakit dr. Abdoer Rahem Situbondo pada tanggal 24 – 29 maret 2014 dengan menggunakan kuasioner kepada 10 ibu nifas mendapatkan hasil 7 (70%) ibu nifas takut untuk melakukan hubungan seksual, 3 (30%) ibu nifas mengatakan nyeri saat melakukan hubungan seksual, dan 1 (1%) ibu nifas tidak tahu tentang waktu hubungan seksual. Alasan utama menghindari senggama paska persalinan adalah untuk memberi peluang bagi jaringan genital wanita untuk sembuh, terutama jika mengalami episiotomi sehingga membantu memperlancar bayi keluar. Meskipun berhubungan telah boleh dilakukan minggu ke6, adakalanya ibu nifas tentu mengeluh masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Hubungan seksual dilakukan kembali setelah kelahiran bayi dan ketika darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap. Tetapi adakalanya beberapa minggu dan bulan pasca persalinan, hasrat seorang perempuan untuk bersenggama mungkin berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali (Ayurai, 2010). Trauma fisik bisa terjadi saat melahirkan.Rasa sakit akibat pengguntingan bagian dalam vagina (episiotomi) untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari terjadinya perobekan yang berat.Tentu saja, tindakan ini membutuhkan waktu untuk penyembuhan.Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanitausaimelahirkanyangbelum siap dan memahami segala urusan mengurus anak. Dari mulai merawat anak, merawat payudara yang sudah siap mengeluarkan susu, cara pemberian susu yang benar sampai urusan mengganti popok. Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan enggan untuk berhubungan seksual. Ibu yang baru melahirkan kerap merasa cemas dengan keadaan tubuh tidak lagi menarik (Parlin, 2009). Perawat berperan sebagai konselor yang memberikan konseling atau health education kepada ibu nifas tentang kapan senggama dapat dilakukan setelahproses persalinan.Konseling dapat dilakukan ketika ibu masih hamil, ibu bersalin dan ibu nifas agar dapat melakukan senggama tepat pada waktunya tidak harus menunda-nunda.Konseling itu bisa dilakukan melalui konseling, interpersonal, penyuluhan, penyebaran leafleat.Penting untuk mengetahui persepsi ibu nifas tantang hubungan seksual pasca nifas sehingga dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang sesuai. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Variable yang diteliti adalah persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di ruang bersalin sebanyak 30 responden dengan teknik consecutive sampling.Lokasi penelitian di ruang bersalin Rumah Sakit Abdoer Rahem Situbondo yang dilaksanakan pada tanggal 09 – 17 April 2014.Instrumen yang pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuasioner dan dihitung dengan skala likert dan dianalisa menggunakan skor T. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 09 – 17 Mei 2014 di Rumah Sakit Abdoer Rahem Situbondo pada tabel 4.4 didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi positif yaitu sebanyak (56,7%). Persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas kategori positif diantaranya, responden menjawab melakukan senam nifas dan olahraga ringan setelah melahirkan, boleh melakukan hubungan suami istri pada 40 hari setelah melahirkan. Kategori persepsi negatif sebanyak (43,3%) responden menjawab, sensitivitas vagina berkurang karena oto-otot vagina menjadi melebar, hubungan seksual setelah melahirkan selalu menyebabkan infeksi, agar gairah seksual setelah persalinan ibu harus mengkonsumsi jamu-jamuan. “Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses penerimaan, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data” (Sobur, 2003). Menurut Leaviett persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003 ). Masa puerperium atau masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,2009). Seks adalah kelamin secara biologis yaitu alat kelamin pria dan wanita.Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia.Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want) yang tumpang tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan (Ayurai, 2010). Secara fisik amanuntuk memulai hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap dan banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu.Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.Sebagian besar pasangan melakukan hubungan seksual antara minggu ke 5 dan ke 8 pasca persalinan.Sebenarnya menutupnya serviks (ukur rahim) serta normalnya kembali vagina membutuhkan waktu yang lebih singkat sekitar dua sampai tiga minggu.Sekarang umumnya diterima bahwa suatu pasangan dapat kembali melakukan hubungan seksual sesegera si ibu merasa siap melakukannya. Menurut Dr. Ferryal Loitan, AAS RT, SP Rm, M.Kes (MMR) pasangan melakukan hubungan seksual sebenarnya relatif tiap wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis setelah tidak ada perdarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yaitu setelah masa nifas yang berlangsung selama 30-40 hari. Ibu nifas yang memiliki persepsi positif, hal ini disebabkan karena Ibu nifas mempunyai pengalaman tentang melahirkan sebelumnya dan sebagian besar ibu nifas sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali.Persepsi ibu nifas yang positif kemungkinan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, umur, pekerjaan, dan, pendidikan. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini (Erfandi, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya umur seseorang mempengaruhi sikap dan tindakan seorang ibu dalam melakukan sesuatu hal baru yang bermanfaat untuk derajat kesehatannya. Jika seseorang yang memiliki umur yang cukup atau dalam kategori dewasa, cenderung akan menerima informasi dan saran yang diberikan oleh orang yang dipercayai (semisal tenaga kesehatan / perawat) khususnya dalam melakukan penananganan Ibu nifas. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Erfandi,2009). Tingkat Pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan. Pendidikan diperoleh melalui proses belajar yang khusus diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat tertentu dan kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang diselenggarakan sewaktu-waktu dengan maksud mempertinggi kemampuan atau keterampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang didperoleh diperoleh semakin tinggi pula persepsi ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga terutama masalah social ekonomi. Semakin banyak waktu yang dimiliki ibu untuk mendapat pengetahuan tentang kesehatan, maka semakin banyak pula waktu yang dimiliki untuk mendapat informasi (Nursalam, 2008). Ibu yang bekerjaakan cenderung sering berinteraksi dengan orang lain atau teman kerjanya yang mana akan lebih banyak mendapatkan informasi dan secara tidak langsung akan meningkatkan pengetahuan ibu khususnya kepada ibu nifas tentang hubungan seksual paska nifas berbeda dari ibu yang tidak bekerja yang hanya berdiam diri dirumah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden di RS Abdoer Rahem Situbondo mempunyai persepsi positif sebanyak (56,7%). REKOMENDASI 1. Bagi responden Diharapkan untuk banyak bertanya kepada tenaga kesehatan ketika ada permasalahan tentang nifas dan jangan takut untuk bertanya. 2. Bagi tenaga kesehatan Diharapakan bagi tenaga kesehatan untuk sering memberikan penyuluhan tentang masa nifas supaya ibu nifas mengerti tentang tindakan yang akan dilakukan selnjutnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah responden dan memperluas wilayah penelitian dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda. ALAMAT CORRESPONDESI E-mail : [email protected] No. HP : 082234512751 Alamat : Kayuputih, Situbondo