KAJIAN METODE PSEUDOSTATIK GEMPA BUMI UNTUK DINDING TANAH BERGEOSINTETIK Widjojo Adi Prakoso Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok Tiko Fajar Somahartadi Program Sarjana Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok ABSTRAK Skripsi ini mengkaji lima metode pseudostatik yang berbeda untuk dinding tanah bergeosintetik, metode Mononobe-Okabe (MO), metode R.J. Bathurst dan Z. Cai, metode J.Koseki, F.Tatsuoka; Y.Munaf; M.Tateyama; K.Kojima, metode B.Munwar Basha, P.K. Basudhar, dan metode H. I. Ling, D. Leshchinsky dan E.B. Perry. Dengan menguraikan parameter-parameter pada setiap metode dan dengan melakukan studi kasus, didapatkan tidak ada perbedaan nilai P ae untuk studi kasus I. Perbedaan dimulai pada studi kasus II, akibat parameter nilai q yang diperhitungkan untuk q aktif. Untuk kuat perlu geosintetis dicari menggunakan Metode R.J. Bathurst dan Z. Cai, Metode B.Munwar Basha, P.K. Basudhar, dan Metode H. I. Ling, D. Leshchinsky dan E.B. Perry untuk tiap lapisannya, dan pada tiap kasusnya. Didapatkan bentuk grafik yang berbeda. Khusus metode H. I. Ling, D. Leshchinsky dan E.B. Perry kuat perlu geosintetis diperhitungkan terhadap compound failure sehingga nilainya dipengaruhi oleh massa tanah sepanjang L/H geosintetis. Kata kunci: Metode pseudostatik, dinding penahan tanah, kuat geosintetis, gempa bumi. diperhitungkan 1. Latar Belakang pada medium tanah. Efek banyak percepatan gempa vertikal pseudostatik desain dipergunakan untuk stabilitas sistem geoteknik gempa pada dinding tanah bergeosintetis telah pada metode dipelajari Ling dan Leshchinsky (1998). Metode pseudostatik (IGS, 2012). Pada tahun 1920-an irisan horizontal digunakan Shahgoli et a1. menjadi awal diperkenalkannya metode ini. (2001) untuk menganalisa dan menyelidiki Okabe (1926) dan Mononobe dan Matsuo stabilitas gempa pada dinding tanah yang (1929) memperkenalkan metode ini. Tekanan diperkuat. tanah lateral dikondisikan sebagai gaya aktif melakukan evaluasi performa dari slope yang dan diperkuat. Analisa bidang pasif gaya gempa geoteknik, saat terjadi yang adalah gempa bumi Kramer dan El-Emam dan Paulsen (2004) Bathurst (2005) menggunakan analisa tekanan tanah Coulomb menganalisa kontribusi permukaan terhadap dalam kondisi static. Metode ini lebih dikenal respons gempa pada dinding tanah yang sebagai diperkuat metode Mononobe-Okabe (MO). dengan skala yang diperkecil Pendekatan ini digunakan pada dinding tanah terhadap percepatan input dasar sinusoidal yang diperkuat. Ling et. a1. (1997) mengajukan dengan amplitude yang besar. Huang dan analisa limit equilibrium pseudostatik, dimana Wang hanya percepatan gempa horizontal yang pseudostatik untuk mengevaluasi efek mekanik 1 (2005) Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 melakukan pendekatan Universitas Indonesia dari komponen muka pada displacement akibat gempa dari dinding tanah yang diperkuat dengan timbunan tanah yang tidak berkohesi. Dengan perkembangan metode analisa perhitungan gempa pseudostatik yang beragam tersebut maka dibuatlah kajian bertopik ”kajian metode pseudostatik gempa bumi untuk dinding tanah bergeosintetik”. mempergunakan Pada lima penelitian metode Gambar 2.1 Asumsi gaya menggunakan metode MO ini untuk membandingkan besar gaya akibat gempa bumi. Metode yang dimaksud antara lain Metode pseudostatic Mononobe-Okabe (MO) (metode I), Metode pseudostatic J.Koseki, F.Tatsuoka; Y.Munaf; M.Tateyama; K.Kojima Gambar 2.2 Resultan gaya aktif yang diakibatkan oleh (metode II), Metode pseudostatic R.J. Bathurst gempa dan Z. Cai (metode III), Metode pseudostatic 1 Paet H 2 K ae (1 kv ) …………………………. (1) 2 B.Munwar Basha, P.K. Basudhar (metode IV), Dimana : dan Metode pseudostatic H. I. Ling, D. Paet adalah gaya tanah yang diakibatkan oleh Leshchinsky dan E.B. Perry (metode V). gempa H adalah ketinggian dari dinding penahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode pseudostatic tanah adalah berat jenis tanah Mononobe-Okabe (MO) (METODE I) Dalam analisa metode pseudostatik (MO), dilakukan pendekatan K ae adalah koefisien akibat gaya gempa berdasarkan kv adalah koefisien akibat percepatan gaya pengembangan teori coloumb. Asumsi yang gempa vertical dilakukan terdiri atas geometri bidang longsor Nilai K ae didapat dari persamaan berikut atau bidang runtuh berbentuk planar yang diakibatkan oleh beban diasumsikan tidak memiliki gempa, tanah kohesi, dalam K ae cos2 sin sin i cos cos cos 1 cos cos i 2 2 keadaan kering, dan bersifat homogen. …………………………………………………. (2) Dimana : adalah sudut geser tanah; β adalah sudut akibat kemiringan dinding (positif searah jarum jam dari vertikal); 2 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia δ sudut geser penggerak yang diasumsikan pada bekerja pada belakang dinding; Penggunaan nilai Ka yang lebih kecil daripada i sudut kemiringan backfill tanah terhadap yang diprediksi metode MO dapat dievaluasi sumbu horizontal; menggunakan res . Nilai kh yang lebih besar θ adalah sudut inersia akibat gempa; dapat dievaluasi sementara metode MO tidak tanah backfill tidak diperhitungkan. bisa. Sebagai catatan tambahan nilai yang Nilai didapatkan dari persamaan sebagai dihasilkan pada metode II terlalu konservatif berikut : dan secara rasional tidak bisa menunjukkan kh ………………………………...(3) 1 kv perbedaan pada nilai peak pada pemadatan tan 1 yang berbeda pada backfill. Meskipun begitu Dimana panjang zona failure L menjadi lebih kecil kh adalah koefisien horizontal (untuk desain dibandingkan dengan metode MO dengan menggunakan percepatan maksimum tanah res , dan lebih kecil dari yang diprediksikan lapangan, ah kh .g .) oleh metode MO dengan peak . kv adalah koefisien vertikal akibat percepatan gaya gempa (untuk desain menggunakan percepatan maksimum tanah lapangan, av kv .g .) 2.2. Metode pseudostatik J.Koseki, F.Tatsuoka, Y.Munaf, M.Tateyama, K.Kojima (METODE II) Metode ini Menggunakan parameter yang sama dengan metode MO. Metode ini Gambar 2-3 Asumsi pengaruh akibat failure plane dapat memperkirakan terjadinya failure plane 2.2.1. sebanyak dua kali Dengan membandingkan Prosedur perhitungan nilai Kae yang diusulkan dengan nilai Kae yang Pertama-tama Nilai Peak dan res dari diperhitungkan pada Metode MO. Atas dasar tanah backfill diperhitungkan dengan metode konsep ini tekanan tanah aktif menjadi lebih besar dan dapat dievaluasi yang sesuai baik metode empiris maupun dari dibandingkan hasil eksperimen, yang menunjukkan derajat dengan yang diprediksi metode MO dengan peak . Meskipun metode ini kepadatan dari backfill. kemudian kondisi failure tidak aktif awal backfill dievaluasi menggunakan memperhitungkan tekanan tanah aktif yang asli metode karena reduksi tahanan geser sesudah puncak MO menggunakan mendapatkan sudut 3 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 peak untuk bidang failure awal. Universitas Indonesia koefisien tanah aktif K ae modifikasi dihitung (tidak diberi mortar) merupakan unit satuan dengan parameter yang sama dengan metode yang menyalurkan geser melalui concrete keys, interface friction, sambungan mekanik atau MO, dengan perbedaan nilai pada α dan φ, kombinasi. dimana nilai res , dan cr . Sudut failure aktif tanah α didapatkan dari persamaan berikut cot tan sec cos sin cos sin …(4) Koefisien K ae modifikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut: K ae cos 1 tan tan 1 tan tan tan tan ..(5) cos tan tan nilai Kaemodifikasi dievaluasi terhadap nilai Kae dari metode MO dengan peak , jika nilai Gambar 2-4 Asumsi failure berdasarkan NCMA sebelumnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai sesudahnya menandakan bidang failure Karena berdasarkan Metode MO, untuk kedua telah terjadi sebelumnya. Jika nilai Kae mendapatkan beban gempa serupa dengan yang dihasilkan pada metode ini lebih kecil MO, yang membedakan adalah perbedaan dibandingkan dengan metode MO, maka failure plane kedua diperkirakan telah tanda pada persamaan dan batasan nilai dari terjadi, parameter yang akan digunakan, seperti nilai sebelumnya. Sehingga cr harus dievaluasi kh , kv , dan beberapa parameter lainnya. ulang dengan memperhitungkan nilai Kae yang Gambar 2.5 adalah gambar asumsi gaya yang baru. digunakan mengembangkan pseudostatik untuk bergeosintetik. Stabilitas dengan metode Limit saat segmen dengan geosintetik. Berdasarkan metode MO, R.J. Bathurst Cai pada beserta bidang runtuh tanah, pada dinding Cai (1995) (METODE III) Z. III memperhitungkan pseudostatik gempa bumi 2.3. Metoda pseudostatik R.J. Bathurst dan Z. dan Metode perhitungan dinding segmen dinding equilibrium. dihitung Asumsi pondasi struktur stabil, kuat tidak collapse atau terjadi kelebihan penurunan (settlement). Asumsi gagal pada dinding mengikuti asumsi failure dari NCMA (National Concrete Masonry Gambar 2-5 Asumsi gaya yang digunakan metode III Assciation). Blok Beton kering yang disusun 4 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia Dengan menggunakan persamaan yang sama seperti yang digunakan pada MO maka gaya Distribusi tegangan menurut R.J. Bathurst dan tanah akibat gaya gempa adalah sebagai Z. Cai digambarkan pada gambar 2-6 dimana berikut kisaran 1 PAE H 2 K AE (1 kv ) ………………………….(5) 2 Whiteman (1970) adalah 0,4H hingga 0,7H dari dibatasi nilainya 1 m 0, 6 . Penggunaan nilai 3 H adalah ketinggian dari dinding. ini hampir mirip dengan nilai 0,3 hingga 0,5 K AE adalah koefisien dinamik tekanan tanah dilakukan yang didapatkan Ichihara dan matsuzawa menggunakan (1973) pada penelitiannya menggunakan model persamaan sebagai berikut K AE dan Nilai m (normalisasi titik gaya gempa dinamik) adalah berat isi tanah K AE Seed bawah dinding (Seed dan Whiteman 1970). Dimana : Perhitungan nilai H berdasarkan dinding gravitasi berskala kecil. Gambar diatas ……(7) cos 2 sin sin cos cos 2 cos 1 cos cos juga mirip untuk desain angkur fleksibel dinding sheet pile (Ebling dan Morisson 1993) 2 dimana adalah sudut geser maksimum tanah; adalah inklinasi dinding total (positif searah jarum jam dari vertikal); adalah sudut geser yang penggerak yang diasumsikan bekerja pada belakang dinding; adalah sudut dari backslope (dari horizontal) ; dan adalah sudut inersia akibat gempa Gambar 2-6 Distribusi tegangan akibat gempa dan static dimana η = 0,6 Nilai didapatkan dari persamaan berikut ini kh 1 kv tan 1 ………………………………..(8) Sudut keruntuhan aktif tanah kh adalah koefisien horizontal (untuk desain Sudut keruntuhan wedge backfill AE yang menggunakan percepatan maksimum tanah disebabkan oleh gaya gempa diatur dengan lapangan) persamaan berikut ini : AAE DAE ………….......(9) EAE kv adalah koefisien vertikal akibat percepatan gaya AE tan 1 gempa (untuk desain menggunakan AAE tan ……………………………(10) percepatan maksimum tanah lapangan) 5 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia DAE AAE AAE BAE BAE CAE 1 …………..(11) studi yang dilakukan dengan nilai kv EAE 1 CAE AAE BAE ………..................(12) BAE 1 hingga 2kh 3 2kh 3 . Berdasarkan penelitian Wolfe ……………………......(13) et.a1(1978) pada model dinding penahan tanah CAE tan ………………………..….(14) bergeosintetik yang di tes menggunakan shake tan table menyimpulkan untuk kepentingan praktis Kv dapat diasumsikan nol, hal ini juga dilakukan Batasan nilai parameter kh dan kv Range dari sudut Seed friksi stabilitas internal (muka kolom 3 (1970) untuk desain konvensional struktur gravitasi menggunakan adalah metode pseudostatik. 0 dalam analisa coloumb wedge. Dalam analisa stabilitas diasumsikan 2 dan Whitman Batasan nilai dari , sehingga untuk koefisien horizontal maksimum akibat gempa dengan terbatas pada kh 1 kv tan . koefisien pertemuan bagian tanah yang diperkuat) dan horizontal akibat gempa dibatasi kh 0,5 . k h untuk stabilitas eksternal. Nilai dibatasi untuk desain dalam Metode MO konvensional untuk menghindari kerumitan hasil dari menggunakan percepatan maksimum tanah komponen vertikal dari gaya tanah yang lapangan, ah . Hubungan antara kedua nilai bekerja keatas, kondisi ini valid untuk dinding penahan dengan segmen, karena diambil dari tersebut sangat rumit oleh sebab itu dalam muka kolom dengan permukaan tanah yang beberapa literatur menggunakan nilai yang diperkuat, dan tanah yang diperkuat dengan berbeda-beda. permukaan penahan tanah biasanya lebih dipergunakan pada metode ini nilai kv dan k h besar dari pada sudut perubahan dinding, . diasumsikan untuk mempermudah digunakan untuk memastikan kondisi yang bernilai nol. Asumsi percepatan vertikal dalam bersamaan dengan percepatan puncak analisa, akan tetapi yang sulit. bekerja ke atas. Bila nilai diasumsikan tidak secara dan beban permukaan, dan atau kondisi pondasi menjadi negatif bila gaya vertikal gempa terjadi merata berdinding dengan geometri rumit, dengan gempa bekerja ke bawah dan sebaliknya akan tidak secara yang terbatas untuk struktur dibawah 7 m atau tidak paling kritis, kv bernilai positif bila gaya vertikal puncak bekerja analisa konstan pada muka kolom, hal ini dilakukan Baik nilai kv positif atau negatif hal ini keadaan Dalam Tegangan pada perkuatan Untuk memperhitungkan kuat dari horizontal, hal ini yang digunakan pada tatacara perkuatan akibat gaya dinamik dimodelkan FHWA untuk mendesain stabilisasi dinding sebagai tie-back dengan gaya tarik dinamik Fdyn, penahan tanah secara mekanis. Parameter pada setiap lapisannya terhadap gaya tekan 6 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia dinamik pada luasan Sv, yang terjadi di belakang dinding ditambahkan dengan gaya inersia dinding, khΔWw. Perhitungan nilai kuat perkuatan diatur pada persamaan 13 dan distribusi gaya digambarkan gambar 2-6: FSos FSos Tallow Fdyn ...(15) Tallow Lw z 0,8K dyn cos K A 0,6K dyn cos H kh H HSv Dimana Tallow = kuat tarik dari perkuatan pada waktu terjadinya beban gempa Gambar 2-8 Asumsi gaya yang digunakan pada metode IV Perhitungan menggunakan logarithmic spiral Gambar 2-7 Distribusi gaya untuk perhitungan perkuatan akibat gaya gempa dan gaya dinding Adanya penggunaan bentuk logarithmic berdasarkan Basudhar (2010) (METODE IV) mana dan a1. diperhitungkan terhadap tarik dan kegagalan ditemukan ketika diberikan beban gempa 1993; Leshchinsky dan Pery 1987; Leshchinsky and Boedeker 1989). Rumus- cabut dari perkuatan. Untuk stabilitas eksternal rumus diperhitungkan terhadap sliding, overturning, berikut yang memperhitungkan eksentrisitas dan kegagalan moda bearing. pada yang bukti-bukti rotasi berbentuk logarithmic spiral (sawada et logarithmic spiral. Dalam hal stabilitas internal beban digunakan keruntuhan yang terjadi merupakan keruntuhan diasumsikan kegagalan permukaan berbentuk kelebihan plane, dinding dan slope dengan perkuatan, yang gaya diasumsikan stabil dengan menggunakan Adanya failure dilaboratorium pada model berskala untuk Secara garis besar dalam metode ini limit equilibrium untuk gaya-gayanya, untuk spiral 2.4. Metode pseudostatik B.Munwar Basha, P.K. dipergunakan berat untuk menggunakan keruntuhan logarithmic spiral : backfill a e1 tan sin 1 2 sin 2 ………………..(16) diperhitungkan dalam metode ini. 7 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia Berat dari log spiral AH1G dihitung Wsh1G adalah berat tanah yang mengalami failure menggunakan rumus : q adalah beban merata yang dialami backfill 2 1tan r r 1 2 e WAH 1G ro ………..(17) 4 tan 4 tan (kelebihan beban backfill) Berat dari AH1EK atas dan bawah 1 WAH 1EK r02 cos 2 sin 2 …………………….(18) 2 Tr adalah total gaya yang diakibatkan oleh 2 1 2 0 H adalah ketinggian antara permukaan tanah gempa Berat ESG WESG Nilai Tr maksimum diambil dari θ1 dan θ 2 , 1 1 H 2 cot a 2 r02 cot …………....(19) 2 2 dengan Berat KEGC range 0o θ1 90o sudut, dan 0o θ2 90o WKEGC r1H cos 1 2 a r02e1 tan cos 1 2 …(20) Dengan menganggap bahwa struktur Berat AGC tanah 1 1 WAGC r12 cos 1 2 sin 1 2 r02e21 tan sin 2 1 2 2 4 monolithic dan lapisan geosintetik bersifat ……………………………………..…………...(21) Berat Sh1G WSH 1G WAH 1G WESG WAH 1EK WKEGC WAGC ..(22) Sementara fungsi dari logarithmic spiral itu sendiri diatur menggunakan persamaan r r0e1 tan Persamaan berikut digunakan untuk memperhitungkan besar gaya perkuatan Tr Gambar 2-9 Asumsi yang digunakan pada tanah tanpa yang dibutuhkan untuk kestabilan dinding: Tr kh 1 kv cot 1 2 Wsh1G q br0 H cot 2 kemiringan ….(23) Metoda Dimana menghitung kh dan kv adalah koefisien horizontal dan diekspresikan yang gaya dengan digunakan dorong aktif persamaan untuk tanah sebagai berikut vertikal akibat percepatan gaya gempa (untuk 1 Paet eq H 2 K ae (1 kv ) …………...............…(24) 2 desain menggunakan percepatan maksimum tanah lapangan) Dimana : 1 dan 2 adalah sudut yang dibentuk H1AI, dan 2q merupakan jumlah berat satuan H RAH1 eq adalah sudut antara permukaan miring tanah dari backfill yang diperkuat dan tinggi isi backfill dengan sumbu horizontal ekuivalen 8 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia K ae adalah koefisien tekanan tanah aktif akibat Ti max z q K Sv Sh ………………….….(28) gempa Dimana K ae cos 2 w sin sin cos cos w cos w 1 cos w cos w Timax adalah gaya cabut maximum pada lapisan 2 Z adalah kedalaman dari lapisan perkuatan 2 ………………………………………………….(25) γ adalah berat jenis dari tanah Dimana q adalah beban merata pada tanah K adalah koefisien dari kekuatan perkuatan kh …………………………..….(26) 1 k v tan 1 yang didapat dari hasil pembagian kuat perkuatan optimum (Tor) dengan 0,5γH2 w 90o adalah sudut dari slope terhadap Sv adalah jarak vertical dari perkuatan bidang vertikal Sh adalah jarak horizontal perkuatan adalah sudut dari backfill terhadap horizontal 0 adalah sudut geser maksimum tanah; adalah sudut inersia akibat gempa; Posisi gaya gempa pada tanah diatur dengan persamaan h 3 P Pa H ae 0, 6H Pqe 0,5H Paet ……….(27) Gambar 2-10 Tegangan yang terjadi pada lapisan perkuatan pada kedalaman z Dimana Pa adalah tekanan tanah aktif akibat tanah 2.5. Metode pseudostatik backfill dapat ditulis 0,5 H Ka Leshchinsky Pae adalah komponen gempa dari tekanan (METODE V) 2 Bidang tanah aktif Pae Pae Pa , Pae Pa Pae adalah dan H. E.B. runtuh I. Ling, D. Pery (1997) diasumsikan planar, meskipun kenyataannya permukaan kritis bisa jumlah statik dan tekanan tanah aktif akibat melengkung (Evangelista, Santolo, & Lucio gempa dapat ditulis 0,5 H Kae 2 Simonelli, 2010). Batasan untuk slope dengan Pqe adalah tekanan tanah aktif akibat gempa tanah yang tidak berkohesi, tanah free-draining. akibat Backfill diasumsikan tidak jenuh sehingga beban isi (surcharge) dimana Pqe Paet Pae liquefaction tidak menjadi masalah. kv tidak Perhitungan terhadap kuat perkuatan diperhitungkan, Pada tiap lapisannya perkuatan geosintetik dengan saran Tatsuoka et a1. (1995) yaitu 0,2, akibat beban q diatur menggunakan persamaan sehingga tidak dapat digunakan untuk lebih dari 28. 0,3. 9 nilai Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 kh digunakan sesuai Universitas Indonesia Sudut geser yang digunakan adalah sudut geser yang dibagi dengan Dari asumsi gaya pada gambar 2-12 nilai Tb Faktor atau nilai perkuatan geosintetik didapatkan keamanan (Safety Factor) persamaan berikut berdasarkan wedge B : tan a Fs tan 1 P sin WB Cds tan CSBWB P cos ……(29) r Nilai Cds didapatkan dari rumus berikut Sehingga nilai sudut geser (friksi) untuk Cds desain menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tan b tan Dimana sudut geser asli. b adalah sudut geser tanah dengan geosintetik Cds adalah koefisien akibat direct sliding Nilai P diatur berdasarkan persamaan berikut ini: P WA tan CsA sin tan cos …..............…(30) Nilai Cs atau kh tidak boleh melebihi 0,3. Gambar 2-11 Asumsi gaya yang terjadi pada tiap potongan wedge Agar mendapatkan nilai t, langkah demi 3. STUDI KASUS langkah harus dilakukan dari langkah 1 hingga 3.1. Kasus I langkah n. Dengan demikian berdasarkan Studi Kasus I dilakukan menggunakan persamaan equilibrium, H 0 , hanya ada satu parameter unknown pada tiap langkah karena nilai t ke n dan penampang dari jurnal Geotextiles and Geomembranes 25 (2007) telah didapatkan sebelumnya. halaman 33–49, dari penelitian yang dilakukan oleh Magdi M. El-Emam dan Richard R.J. Bathurst. Parameter dan data yang digunakan untuk studi kasus adalah sebagai berikut: Data parameter tanah 15,7 kN m3 peak 51 peak 51 Friksi antara dinding dan tanah diasumsikan Gambar 2-12 Asumsi gaya yang terjadi pada tanah terjadi pada tanah. akibat gaya gempa 10 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia peak 46,91 Data Parameter MSEW 25 Jm (stiffness) = 90 kN/m (pada strain 2%) L/H = 0,6 & L/H = 1 Data Parameter MSEW Jarak Vertikal = 0,185 m Jm (stiffness) = 50 kN/m (pada strain 2%) Tebal dinding beton = 0,076 m (dengan berat L/H = 0,8 dan 1,1 3 jenis 24 kN/m ) Jarak Vertikal = 0,720 m Cds = 0,8 (diambil dari parameter yang Tebal dinding beton = 0,14 m (dengan berat dipergunakan dalam jurnal H. I. Ling, D. jenis 22 kN/m3) Leshchinsky, & E. B. Pery, 1997) Cds = 0,8 (diambil dari parameter yang dipergunakan dalam jurnal H. I. Ling, D. Penampang Kasus I Leshchinsky, & E. B. Pery, 1997) Pembebanan Tebal perkerasan lentur: 10 cm (aspal) dengan BJ (dengan berat jenis 13,5 kN/m3) Tebal lapisan pondasi atas : 20 cm (batu Gambar 3-1 Penampang Kasus 1 dengan panjang pecah) (CBR 70) (dengan berat jenis 14,5 perkuatan L/H = 0,6 kN/m3) Tebal lapisan pondasi bawah : 20 cm (sirtu) (CBR 70) (dengan berat jenis 18,5 kN/m3) Beban merata akibat lalu lintas jalan arteri primer dengan Lalu Lintas Harian semua didapatkan Gambar 3-2 Penampang Kasus 1 dengan panjang berdasarkan tabel panduan Geoteknik 4 No Pt T-10-2002-B (DPU, 2002b) q perkuatan L/H = 1 = 15 kN/m2 3.2. Kasus II Berdasarkan SNI-1726-2002 Padang Kasus dan penampang kedua diambil termasuk dalam wilayah 4 atau zone 4 dimana dari proyek FO Duku – Padang dengan didapatkan percepatan puncak batuan dasar parameter dengan perioda ulang 500 tahun sebesar 0,2 g. tanah silty sand/ granular. sehingga nilai kh = 0,2. Sedangkan karena Didapatkan data-data tanah sebagai berikut : tanah pada lokasi merupakan tanah lunak, Data parameter tanah pengaruh terhadap percepatan gempa vertical 18,59 kN dianggap nol, atau dalam hal ini kv = Cv = 0. m 3 11 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia dimana P memiliki sudut δ = 51o untuk kasus I Penampang Kasus II dan δ = 25o untuk kasus II. 2). Menentukan letak pusat W atau massa tanah yang diasumsikan 0,4AC 3). Menentukan titik C, dan menarik garis bersudut φ = 51o untuk kasus I dan φ = 46,91o Gambar 3-3 Potongan penampang jalan untuk kasus II untuk kasus II pada ACC1 3.3. Penentuan letak logarithmic spiral pada 4). kasus I & II Menggambar logarithmic spiral dengan patokan rumus r r0e tan 5). Meletakkan pusat logarithmic spiral pada garis CC1 6). Memposisikan logarithmic spiral sehingga melewati titik B dan C dengan pusat tetap berada pada garis CC1 7). Dengan cara yang sama logarithmic spiral dengan nilai r0 yang berbeda diletakkan dan diposisikan berdasarkan langkah 4 dan 5 Gambar 3-4 Penentuan dan Penggambaran keruntuhan dengan posisi titik C yang berlainan. logarithmic spiral pada kasus I 8). Logarithmic spiral yang optimum didapatkan berdasarkan persamaan ∑M = 0, dimana pusat logarithmic spiral sebagai titik pusatnya, digunakanlah rumus P W b , nilai a dari P yang maksimum adalah logarithmic spiral yang optimum. Gambar 3-5 Penentuan dan Penggambaran 4. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN keruntuhan logarithmic spiral pada kasus II 4.1. Analisa Hasil Parameter Kasus I Berdasarkan Untuk mendapatkan gaya optimum dari perhitungan nilai Kae massa tanah, keruntuhan logarithmic spiral, metode I hingga IV didapatkan bernilai sama digunakan langkah-langkah sebagai berikut: yaitu 0,279. Nilai φpeak bernilai sama yaitu φ = (berdasarkan 51o. Nilai α dan Kaemod pada metode II tidak rekomendasi dari terzaghi rasio BD/BA adalah dapat diperhitungkan karena menghasilkan antara 0,5 hingga 0,6 dan untuk penelitian ini bilangan imajener, bilangan imajiner didapatkan 1). Menentukan titik AD digunakan 0,5) untuk meletakkan gaya P 12 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia dari menggunakan cos sin cos sin persamaan metode Mononobe-Okabe sebagai dasar perhitungan, akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa dari empat metode dimana cos sin bernilai negatif (metode dan nilai positif untuk cos sin I-IV) melakukan metode modifikasi rumus dasar dilakukan pada Kae, sedangkan pada metode IV α kedalam modifikasi dilakukan pada nilai Pae menjadi Paet perhitungan. Nilai α metode III atau θ pada akibat diperhitungkannya gaya q terhadap metode V didapatkan bernilai 57,099o. Nilai gempa. sudut inersia akibat gempa didapatkan 11,310o III telah Sementara persamaan Kaemod memerlukan nilai dimasukkan metode IV Metode untuk Pada pada dan menyebabkan nilai α tidak dapat diperhitungkan. tersebut MO. III modifikasi Berbeda dari metode lainnya Metode V, pada metode I hingga IV. Dengan nilai Cds=0,8 memperhitungkan didapatkan nilai φb dari metode V sebesar resistensi yang dibutuhkan geosintetis untuk o 44,652 . nilai Tb sebagai gaya menghadapi direct sliding dari asumsi dua Parameter koefisien tanah aktif pada wedge yang runtuh. Nilai P adalah berdasarkan kasus I bernilai 0,1254, yang didapat dari persamaan tan 2 45 2 tersebut diperhitungkan akibat pengaruh gempa . Logarithmic yang spiral terhadap 29, berat dimana tanah pada dengan persamaan geosintetis digunakan untuk kasus I pada tabel 4-4 dengan berat tanah akibat direct sliding yang didapatkan logarithmic spiral dengan r0 = 0,275 diasumsikan berada dibelakang geosintetis menunjukkan nilai P terbesar, sebesar 1,2558 dengan nilai θ adalah sudut keruntuhan tanah. kN. tersebut Sehingga nilai Tb yang didapat untuk kasus I digunakan pada metode IV Untuk mendapatkan akan berbeda akibat beda panjang geosintetis nilai Tr yang didapatkan sebesar 2,083 kN terlihat dari nilai L/H = 1 dan L/H = 0,6 sebesar berdasarkan tabel 4-5. 4,652 kN dan 3,396 kN 4.2. Analisa Hasil Gempa Kasus I 4.3. Kuat perlu Geosintetis kasus I Logarithmic Nilai Pae spiral optimum didapatkan dari hasil Dengan nilai Pae yang ada, perhitungan penjumlahan gaya static (Pa) dan gaya gempa untuk kuat perkuatan atau geosintetis dilakukan (Pe). Berdasarkan dari perhitungan koefisien menggunakan tiga metode yang ada yaitu tanah aktif untuk kasus I, Ka didapatkan 0,125. Metode III - V. Dua metode lainnya tidak dapat Pa untuk kasus I sebesar 0,984 kN dan Pe dilakukan disebabkan tidak adanya keterangan untuk kasus I didapatkan sebesar 1,203 kN. cara untuk melakukannya. Adanya kemiripan dari empat metode tersebut adalah dikarenakan ke empat metode tersebut 13 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia 4.3.1. Kuat geosintetis Metode III Berdasarkan gaya yang Berdasarkan grafik 4-1 terlihat bahwa dihasilkan lapisan 2 hingga 5 menghasilkan Panjang pada tabel 5-6, hasil tersebut didistribusikan geosintetis yang hampir sama. seperti pada gambar 2-6. Nilai ΔKdyn didapatkan dari rumus K dyn 2Pdyn H 3 grafik , yang diturunkan dari 4.3.2. Sehingga didapatkan nilai ΔKdyn = 0,1533. Hasil bahwa panjang Kuat geosintetis Metode IV Berdasarkan logarithmic spiral yang perhitungan untuk kuat perkuatan tiap lapisan optimum Tr berdasarkan tabel 4-6 diambil pada metode ini disajikan pada tabel 4-1. z (m) 0,038 0,223 0,408 0,593 0,778 0,963 pula geosintetis terbagi hampir merata. diagram distribusi beban pada gambar 2-6. Lapisan 1 2 3 4 5 6 menunjukkan Dari gambar 2,083 Sv (m) Tr (KN) 0,131 0,191 0,185 0,282 0,185 0,293 0,185 0,305 0,185 0,316 0,130 0,229 ΣTr = 1,615 kN. Nilai ini dipergunakan untuk mendapatkan nilai K. Nilai K adalah koefisien dari kekuatan perkuatan yang didapat dari hasil pembagian kuat perkuatan optimum (T or) dengan 0,5γH2, sehingga didapatkan nilai K = 0,2653. Nilai K tersebut dimasukkan dalam persamaan 28. Hasil perhitungan perlapisan Tabel 4-1 Hasil perhitungan untuk kuat perkuatan perlu Metode III kasus I. disajikan dalam tabel 4-2 berikut : Lapisan 1 2 3 4 5 6 Dari tabel 4-1 didapatkan kuat geosintetis terbesar yang diperlukan adalah sebesar 0,316 kN pada lapisan ke 5, dan nilai minimum pada lapisan 1 bernilai 0,191 kN. Meskipun begitu z (m) 0,038 0,223 0,408 0,593 0,778 0,963 Sv (m) 0,131 0,185 0,185 0,185 0,185 0,130 zγ + q Tr (KN) 0,597 0,021 3,501 0,172 6,406 0,314 9,310 0,457 12,215 0,600 15,119 0,519 ΣTr = 2,083 jumlah gaya tarik (Tr) bernilai 1,615 kN, nilai ini Tabel 4-2 Hasil perhitungan untuk kuat perkuatan perlu lebih besar ketimbang dengan nilai Paecosδ Metode IV kasus I yaitu 1,377 kN. Beda nilai yang dihasilkan antara ΣTr dengan Paecosδ sebesar 0,238 kN. Nilai Kuat Geosintetis Perlapis Untuk Kasus 1 Metode B Munwar Basha, P.K. Basudhar Tr (kN) 0,000 Nilai Kuat Geosintetis Perlapis Untuk Kasus 1 Metode R.J. Bathurst, Z. Cai 0,250 0,500 0,750 1,000 1 Tr (kN) 0,250 0,500 0,750 1,000 2 Lapisan Geosintetik 0,000 1 Lapisan Geosintetik 2 3 4 5 3 6 4 5 Grafik 4-2 Nilai Kuat Geosintetis yang dibutuhkan 6 perlapisan pada metode IV kasus I Berdasarkan tabel 4-2 nilai terbesar Grafik 4-1 Nilai Kuat Geosintetis yang dibutuhkan adalah pada lapisan ke 5 bernilai 0,6 kN, dan perlapisan pada metode III kasus I 14 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia lapisan terkecil sebesar 0,021 kN. Dengan terkecil ada pada lapisan 1 dengan -1,010. Nilai jumlah gaya tarik (Tr) bernilai 2.083 kN, nilai ini ΣTi pada metode ini sama dengan yang lebih besar ketimbang dengan nilai Paecosδ didapatkan pada metode sebelumnya metode yaitu 1,377 kN, beda nilai ΣTr dengan Paecosδ IV yaitu 2,083. Akan tetapi berdasarkan Grafik sebesar 0,706 kN. Dari gambar grafik 4-2 4-3 menunjukkan kecenderungan panjang dibutuhkan geosintetik berdasarkan yang metode IV logarithmic gambar spiral rangkuman kuat nilai Kaet didapat 0,287. Nilai φpeak dari lima yang digunakan pada metode IV didapatkan 21,307 kN/m3 sementara γ untuk seluruh metode 18,59 kN/m3. Nilai α dan Kaemod pada metode II bernilai -31,26o dan 14,370 dan nilai α metode III atau θ pada metode V bernilai 57,668o. Nilai sudut inersia akibat gempa didapatkan 11,310o pada metode I-IV. Metode V pada kasus I Parameter koefisien tanah aktif pada kasus 2 Nilai Kuat Geosintetik Perlapis Untuk Kasus 1 Metode H.I.Ling, D.Leshchinsky, E.B.Pery bernilai 0,1559, yang didapat dari tan 2 45 . 2 Ti (kN) 0,750 1,000 1,250 1 2 Lapisan Geosintetis yang metode bernilai sama yaitu φ = 46,91o. Nilai γeq Tabel 4-3 Hasil perhitungan untuk kuat perkuatan perlu 0,500 tanah 0,250. Sebagai nilai tambahan pada metode IV perlu Lapisan Ti (kN) 1 -1,010 2 0,165 3 0,375 4 0,523 5 0,774 6 1,255 ΣTi = 2,083 0,250 tegangan metode I - IV didapatkan bernilai sama yaitu geosintetis tabel 4-6 disajikan pada tabel 4-3. 0,000 distribusi Berdasarkan perhitungan nilai Kae pada perhitungan dari tiap lapisan disajikan dalam -1,250 -1,000 -0,750 -0,500 -0,250 maka 4.4. Analisa Hasil Parameter Kasus I digunakan untuk lapisan berikutnya. Hasil Data kebawah optimum tabel 4-4. Bentuk logarithmic spiral tersebut 4-6, semakin terlihat terdistribusi berbentuk segitiga. yang menghasilkan P maksimum berdasarkan tabel geosintetis semakin panjang. Hal ini seperti mengikuti Kuat geosintetis Metode V Dengan kuat panjang geosintetis yang dibutuhkan akan terkonsentrasi pada lapisan 5. 4.3.3. distribusi Dengan nilai Cds=0,8 didapatkan nilai φb dari 3 metode V sebesar 40,537o. 4 Logarithmic 5 spiral yang digunakan untuk kasus II pada tabel 4-8 didapatkan 6 Grafik 4-3 Nilai Kuat Geosintetis yang dibutuhkan logarithmic spiral dengan r0 = 2,4 menunjukkan perlapisan pada Metode V pada kasus I nilai P terbesar, sebesar 247,36 kN. Kemudian Berdasarkan tabel 4-3 nilai terbesar dengan rumus yang digunakan IV, didapatkan adalah lapisan terbawah, yaitu lapisan 6 dengan nilai 1,255 kN, sementara lapisan 15 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia berdasarkan tabel 4-9 nilai Tr untuk logarithmic Pa untuk kasus II sebesar 133,574 kN dan Pe spiral yang optimum sebesar 294,794 kN. untuk kasus II didapatkan sebesar 32,326 kN. Dari lima metode, empat metode memiliki nilai 4.5. Analisa Hasil Gempa Kasus II Dari yang serupa, kecuali metode V, dan sebagai parameter-parameter tambahan nilai Pqe didapatkan pada metode IV yang sebesar 24,249 kN. Adanya pengaruh nilai q didapatkan, perhitungan gaya gempa dilakukan berdasarkan masing-masing metode untuk gempa pada metode IV Menyebabkan dan nilai koefisien akibat gempa menjadi lebih besar hasilnya disajikan pada tabel 4-11 untuk kasus terlihat dari nilai koefisien Kaet yang lebih besar 2. Didapatkan nilai Pae dari empat metode dibandingkan dengan Kae (nilai Kaet = 0,287 ; (metode I-IV) untuk kasus 2 adalah 165,9 kN. P nilai Kae = 0,250). Namun demikian dalam total yang dihasilkan 196,115 kN dimana P total metode adalah hasil penjumlahan Pqa+Pae untuk tiga III panjang geosintetik minimum ditetapkan sebesar L = 0,6H untuk struktur metode I-III, sementara metode IV P total yang penting, dan L = 0,5H untuk struktur biasa adalah hasil penjumlahan dari Paet dengan mengikuti NCMA. Pqa. Pada metode V nilai untuk Pcosδ sebesar 194,299 kN. 4.6. Kuat perlu Geosintetis kasus II Bila nilai dari Ptotal dari tiga metode dikalikan dengan cos δ didapatkan nilai 177,741 kN. Nilai Dengan nilai Pae yang ada, dan cara ini memiliki beda nilai sebesar 16,558 kN, yang sama pada kasus I berikut hasil kuat sementara dengan metode IV beda nilai yang geosintetis pada metode III-V. dihasilkan adalah 27,397 kN. 4.6.1. Kuat Geosintetis Metode III dengan membandingkan Kae dengan Kaemod berdasarkan journal, nilai Kaemod > Kae, Berdasarkan gaya yang dihasilkan menunjukkan kegagalan aktif kedua belum pada tabel 4-17, hasil tersebut didistribusikan terjadi sehingga α awal atau keruntuhan awal seperti pada gambar 2-6. Nilai ΔKdyn didapatkan masih terjadi. Pada metode III α didapatkan dari rumus K dyn o 57,668 lebih besar dibandingkan dengan II. Perbedaan nilai ini sangat dipengaruhi oleh tan sehingga nilai saat mencari yang nilai Pae H 3 , yang diturunkan dari diagram distribusi beban pada gambar 2-6. α, Sehingga didapatkan nilai ΔKdyn = 0,0112. dihasilkan Hasil perhitungan untuk kuat perkuatan tiap lapisan pada metode ini disajikan pada tabel 4- cot 1,647 . Nilai 2Pdyn didapatkan dari 12. hasil penjumlahan gaya static (Pa) dan gaya gempa (Pe). Berdasarkan dari perhitungan koefisien tanah aktif untuk kasus II, Ka didapatkan 0,156. 16 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia AC (m) 0,4 AC 0,3939 0,15756 0,3554 0,14216 0,3257 0,13028 0,2995 0,1198 r0 (m) 0,225 0,25 0,275 0,3 a (m) 0,6682 0,7715 0,8678 0,9615 b (m) 0,1881 0,2584 0,3233 0,3862 b/a 0,2815 0,33493 0,37255 0,40166 A (m2) 0,26 0,2341 0,2147 0,1972 P (kN) 1,1491 1,2310 1,2558 1,2436 Tabel 4-4 Hasil Perhitungan untuk menentukan logarithmic spiral yang optimum kasus I B Munwar Basha, P.K. Basudhar L/H [kh+(1-kv)cot(θ1/2+θ2)] 0,564 0,594 0,624 0,645 1 θ1 38 35 32 30 0,6 θ2 51 51 51 51 r1 (m) 0,674 0,749 0,824 0,899 r2 (m) 1,524 1,587 1,652 1,720 WAH1G (kN) 5,940 6,216 6,514 6,829 WESG (kN) WAH1EK (kN) WKEGC (kN) WAGC (kN) 0 1,746 0,418 0,318 0 2,156 1,738 1,375 0 2,609 3,161 2,591 0 3,104 4,223 3,587 WSH1G (kN) 4,095 3,697 3,335 3,088 Tr (kN) 2,309 2,196 2,083 1,992 Tabel 4-5 Hasil perhitungan menggunakan keruntuhan logarithmic spiral dengan asumsi keruntuhan berada dalam perkuatan tanah L/H = 0,6 dan 1 untuk kasus I H. I. Ling, D. Leshchinsky, E.B. Perry L/H [kh+(1-kv)cot(θ1/2+θ2)] 0,332 0,376 0,422 0,477 0,535 0,624 1 θ1 1 6 11 17 23 32 0,6 θ2 82 77 72 66 60 51 r1 (m) 1,6176 1,453 1,296 1,145 0,998 0,824 r2 (m) 1,652 1,652 1,652 1,652 1,652 1,652 WAH1G (kN) 0,356 1,960 3,333 4,506 5,506 6,514 WESG (kN) WAH1EK (kN) WKEGC (kN) WAGC (kN) 0 2,831 3,161 2,591 0 3,634 3,161 2,591 0 3,876 3,161 2,591 0 3,824 3,161 2,591 0 3,388 3,161 2,591 0 2,609 3,161 2,591 WSH1G (kN) Tr (kN) -3,044 -1,010 -2,244 -0,844 -1,113 -0,469 0,113 0,054 1,548 0,828 3,335 2,083 ΣTi = Ti (kN) -1,010 0,165 0,375 0,523 0,774 1,255 2,083 Tabel 4-6 Hasil perhitungan menggunakan keruntuhan logarithmic spiral dengan perkuatan tanah L/H = 0,6 dan L/H = 1, asumsi keruntuhan terjadi pada tiap lapisan perkuatan tanah untuk mendapatkan nilai perkuatan perlu dari kasus I 17 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia Gaya gempa Mononobe-Okabe Pae = Pa = Pe = 2,188 kN 0,984 kN 1,203 kN J.Koseki, F.Tatsuoka, Y.Munaf, M.Tateyama, K.Kojima Pae = Pa = Pe = 2,188 kN 0,984 kN 1,203 kN R.J. Bathurst, Z. Cai B Munwar Basha, P.K. Basudhar H. I. Ling, D. Leshchinsky, E.B. Perry Pae = Pa = Pe = Paet = Pae = Pa = ΔPae = Pqe = 2,188 kN 0,984 kN 1,203 kN Tr = 2,188 2,188 0,984 1,203 0 kN kN kN kN kN 2,083 kN Pcosδ = CsbWb (L/H=1) = CsbWb (L/H=0,6) = 1,377 kN 3,14 kN 1,884 kN Tb (L/H=1) = Tb (L/H=0,6) = 4,517 kN 3,261 kN Tabel 4-7 Hasil perhitungan gaya gempa pada setiap metodenya untuk kasus I AC (m) 2,2454 2,5686 2,9845 3,2404 3,5880 3,7351 0,4 AC 0,8982 1,0274 1,1938 1,2962 1,4352 1,4940 r0 (m) 4 3,5 3 2,75 2,5 2,4 a (m) 11,8030 10,5282 9,2142 8,5370 7,8206 7,5278 b (m) 5,1968 4,1849 3,1173 2,5548 1,9364 1,6829 b/a 0,4403 0,3975 0,3383 0,2993 0,2476 0,2236 A (m2) 12,5288 14,3833 16,7302 18,1198 20,1830 20,9995 P (kN) 160,4041 181,9929 207,4314 221,2952 240,6272 247,3601 Tabel 4-8 Hasil Perhitungan untuk menentukan logarithmic spiral yang optimum kasus II B Munwar Basha, P.K. Basudhar L/H 0,8 [kh+(1-kv)cot(θ1/2+θ2)] θ1 0,754 28 0,721 31 0,677 35 0,645 38 0,614 41 0,604 42 1,1 θ2 r0 (m) 47 9,579 47 8,382 47 7,185 47 6,5858 47 5,987 47 5,748 r1 (m) WAH1G (kN) WESG (kN) WAH1EK (kN) WKEGC (kN) WAGC (kN) WSH1G (kN) 16,029 621,609 0 425,430 77,123 597,046 716,102 14,906 571,767 0 325,713 57,612 419,989 608,431 13,828 525,316 0 239,306 35,775 244,932 495,166 13,3154 504,031 0 201,084 21,574 143,086 424,459 12,828 484,448 0 166,180 8,323 53,352 363,297 12,645 477,452 0 153,150 4,103 25,935 346,134 Tr (kN) 591,694 497,364 403,710 348,241 305,486 294,794 Tabel 4-9 Hasil perhitungan menggunakan keruntuhan logarithmic spiral dengan asumsi keruntuhan berada dalam perkuatan tanah L/H = 0,8 dan L/H = 1,1 untuk kasus II 18 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia H. I. Ling, D. Leshchinsky, E.B. Perry L/H 0,8 [kh+(1-kv)cot(θ1/2+θ2)] θ1 0,226 1 0,252 4 0,279 7 0,305 10 0,332 13 0,349 17 0,394 20 0,422 23 0,459 27 0,496 31 0,535 35 0,564 40 0,604 42 1,1 θ2 88 85 82 79 76 73 69 66 62 58 54 50 47 r0 (m) 12,424 11,741 11,101 10,469 9,876 9,282 8,724 8,163 7,626 7,086 6,569 6,043 5,748 r1 (m) 12,646 12,646 12,646 12,645 12,645 12,645 12,645 12,645 12,646 12,645 12,646 12,645 12,645 WAH1G (kN) WESG (kN) WAH1EK (kN) WKEGC (kN) WAGC (kN) WSH1G (kN) 20,927 0 50,041 4,103 25,938 -7,280 83,051 0 111,250 4,103 25,938 -6,364 138,092 0 157,849 4,103 25,937 2,077 189,283 0 190,823 4,103 25,935 20,293 234,734 0 212,796 4,103 25,935 43,770 277,534 0 223,896 0,000 0,000 53,639 315,333 0 236,680 4,103 25,934 100,485 350,993 0 230,135 4,103 25,934 142,690 382,949 0 224,066 4,103 25,936 180,717 412,840 0 209,723 4,103 25,936 224,950 439,396 0 190,750 4,103 25,936 270,480 464,330 0 167,138 0,000 0,000 297,192 477,452 0 153,150 4,103 25,935 346,134 Tr (KN) 2,806 17,018 30,799 47,573 65,410 78,035 106,230 132,992 160,469 193,098 228,741 253,225 294,794 ΣTi = Ti (KN) 2,806 14,212 13,782 16,773 17,838 12,625 28,195 26,762 27,477 32,629 35,643 24,483 41,570 294,794 Tabel 4-10 Hasil perhitungan menggunakan keruntuhan logarithmic spiral dengan asumsi keruntuhan berada dalam perkuatan tanah L/H = 0,8, berdasarkan asumsi keruntuhan terjadi pada tiap lapisan perkuatan tanah untuk mendapatkan nilai perkuatan perlu dari kasus II Gaya gempa Mononobe-Okabe Pae Pa Pe Pqa Ptotal = 165,9 = 103,36 = 62,542 = 30,215 = 196,115 kN kN kN kN kN J.Koseki, F.Tatsuoka, Y.Munaf, M.Tateyama, K.Kojima Pae Pa Pe Pqa Ptotal = 165,9 = 103,36 = 62,542 = 30,215 = 196,115 kN kN kN kN kN R.J. Bathurst, Z. Cai Pae Pa Pe Pqa Ptotal = 165,9 = 103,36 = 62,542 = 30,215 = 196,115 kN kN kN kN kN B Munwar Basha, P.K. Basudhar Paet Pae Pa ΔPae Pqe Pqa Ptotal = = = = = = = Tr = 214,399 165,9 103,358 62,5418 48,499 30,2154 244,614 kN kN kN kN kN kN kN 294,794 kN H. I. Ling, D. Leshchinsky, E.B. Perry Pcosδ = 194,299 kN CsbWb (L/H=1,1) = 291,746 kN CsbWb (L/H=0,8) = 212,179 kN Tb (L/H=1,1) = 486,044 kN Tb (L/H=0,8) = 406,477 kN Tabel 4-11 Hasil perhitungan gaya gempa pada setiap metodenya untuk kasus II 19 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia Lapisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 z (m) 0,226 0,946 1,666 2,386 3,106 3,826 4,546 5,266 5,986 6,706 7,426 8,146 8,446 Sv (m) 0,586 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,5098 0,3 ΣTr = 4.6.2. Kuat Geosintetis Metode IV Tr (KN) 2,000 5,574 8,834 12,093 15,353 18,612 21,871 25,131 28,390 31,650 34,909 33,488 29,856 267,761 Berdasarkan logarithmic spiral yang optimum nilai Tr diambil berdasarkan tabel 4-8 adalah 294,794 kN. Nilai ini dipergunakan untuk mendapatkan pembagian nilai kuat K didapat perkuatan dari hasil optimum (T or) dengan 0,5γH2. Nilai K didapatkan Nilai K persamaan kemudian 28. Hasil 0,4446. dimasukkan dalam perhitungan dari persamaan 28 disajikan dalam tabel 4-13. Tabel 4-12 Hasil perhitungan kuat perkuatan Metode III pada kasus II perlapisan Lapisan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nilai Kuat Geosintetis Perlapis Untuk Kasus 2 Metode R.J. Bathurst, Z. Cai Tr (kN) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 1 2 3 Lapisan Geosintetis 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Grafik 4-4 Nilai Kuat Geosintetis yang dibutuhkan z (m) 0,224 0,944 1,664 2,384 3,104 3,824 4,544 5,264 5,984 6,704 7,424 8,144 8,446 perlapisan pada metode III untuk Kasus II Dari tabel 4-12 menunjukkan kuat Metode IV kasus II Berdasarkan tabel 4-13 nilai terbesar adalah sebesar 34,909 kN pada lapisan ke 11, adalah pada lapisan ke 11 bernilai 51,526 kN, dan nilai minimum pada lapisan 1 bernilai 2,000 dan lapisan terkecil sebesar 7,040 kN. Dengan kN. Meskipun begitu jumlah gaya tarik (Tr) jumlah gaya tarik (Tr) bernilai 393,185 kN. Nilai bernilai 267,761 kN, nilai ini lebih besar ini lebih besar ketimbang dengan nilai Ptotalcosδ ketimbang dengan nilai Ptotalcosδ yaitu 221,696 yaitu 221,696 kN. Beda nilai ΣTr dengan kN. Dimana perbedaan nilai ΣTr dengan Ptotalcosδ sebesar 171,489 kN. Ptotalcosδ sebesar 46,065 kN. Berdasarkan geosintetik tegangan geosintetis terdistribusi tanah yang pada grafik zγ + q Tr (KN) 27,114 7,040 40,499 12,964 53,884 17,249 67,269 21,533 80,653 25,818 94,038 30,103 107,423 34,387 120,808 38,672 134,193 42,956 147,577 47,241 160,962 51,526 174,347 39,532 179,961 24,163 ΣTr = 393,185 Tabel 4-13 Hasil perhitungan untuk kuat perkuatan perlu geosintetis yang terbesar yang diperlukan distribusi Sv (m) 0,584 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 0,51 0,302 4-4, seperti diagram berbentuk segitiga dimana terbentuk dari lapisan 1 hingga lapisan 11. 20 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia Nilai Kuat Geosintetis Perlapis Untuk Kasus 2 Metode H. I. Ling, D. Leshchinsky, E.B. Pery Nilai Kuat Geosintetis Perlapis Untuk Kasus 2 Metode B Munwar Basha, P.K. Basudhar Ti (kN) Tr (kN) 0 5 10 15 20 25 0 30 35 40 45 50 55 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 1 2 2 3 3 4 Lapisan Geosintetis 1 4 LapisanGeosintetik 5 5 6 7 5 6 7 8 9 8 10 9 11 12 10 13 11 12 Grafik 4-6 Nilai Kuat Geosintetis yang dibutuhkan 13 perlapisan pada Metode V pada kasus I Grafik 4-5 Nilai Kuat Geosintetis yang dibutuhkan perlapisan pada metode IV kasus II menunjukkan Berdasarkan tabel 4-14 nilai terbesar distribusi kekuatan geosintetik. Yang terbentuk adalah lapisan paling bawah, yaitu lapisan 13 dari grafik dengan nilai 41,5698 kN, sementara lapisan sebelumnya pada grafik 4-4. Hanya grafik 4-5 terkecil ada pada lapisan 1 bernilai 2,806. Nilai pengurangan sangat ΣTi pada metode ini sama dengan yang Kuat didapatkan pada metode sebelumnya metode Gambar grafik terlihat grafik tersebut sama kekuatan pada lapisan 4-5 dengan geosintetik 12 dan 13. IV. Geosintetis Metode V Pada kasus sebelumnya panjang yang geosintetis yang dibutuhkan semakin dalam menghasilkan P maksimum menurut tabel 4-7. akan semakin panjang akan tetapi untuk hal ini Logarithmic tersebut distribusi kuat geosintetis terlihat aneh pada dipergunakan pada setiap lapisannya. Hasil lapisan 6 dan lapisan 12, hal ini terjadi karena perhitungan tersebut ditunjukkan pada tabel 4- nilai penjumlahan pada θ1 dan θ2 adalah 90, 10. Rangkuman untuk nilai Tr disajikan pada yang tabel 4-14. kekuatan cukup besar, akan tetapi meskipun Dengan logarithmic spriral spiral optimum menyebabkan begitu Lapisan Ti (KN) 1 2,806 2 14,212 3 13,782 4 16,773 5 17,838 6 12,625 7 28,195 8 26,762 9 27,477 10 32,629 11 35,643 12 24,483 13 41,570 ΣTi = 294,794 nilai karena akibat posisi dikompensasikan pengurangan nilai pengurangan kekuatan logarithmic spiral dengan bertambah panjangnya pada lapisan sesudahnya. (lapisan 6 terhadap lapisan 7 dan lapisan 12 terhadap lapisan 13). 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Tabel 4-14 Hasil perhitungan untuk kuat perkuatan perlu Kesimpulan Berdasarkan studi parameter dan studi kasus Metode V pada kasus II yang dilakukan, berikut kesimpulan yang dapat diambil 21 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia 1. Berdasarkan hasil perhitungan kelima Berikut adalah saran untuk penelitian metode untuk kasus I, nilai Pae didapatkan nilai selanjutnya : yang sama yaitu 1,377 kN. Permasalahan 1. muncul saat memperhitungkan tambahan gaya rumus yang tidak berhubungan dengan unsur e q atau pada kasus II. Kelima metode tidak Gunakan bilangan logarithmic alami. spiral Pembesaran dengan akibat memperhitungkan pengaruh terhadap gaya bilangan aktif q sehingga menghasilkan 3 nilai Paetotal menyebabkan nilai yang terlalu besar untuk yang berbeda. kuat gaya geosintetis. 2. 2. Dari kelima metode hanya metode IV alami e yang dipengaruhi Cek ulang perhitungan sebelum lanjut ke yang memperhitungkan q gempa. analisa, nilai satuan juga berpengaruh 3. 3. Solusi nilai Tr pada skripsi ini berbeda θ Gunakan waktu semaksimal mungkin, dengan yang diusulkan metode IV. Logarithmic karena yang memakan banyak waktu untuk spiral optimum yang dimaksudkan pada metode menentukan posisi logarithmic spiral yang tepat, tersebut adalah Tr optimum akibat logarithmic meskipun dibantu dengan program seperti spiral optimum yang dipengaruhi nilai θ1 dan θ2. autocad (untuk mendapatkan presisi yang baik) 4. Massa sepanjang penjangkaran material geosintetis mempengaruhi kekuatan geosintetis DAFTAR PUSTAKA untuk metode V, karena pada metode ini Basha, B. M., & Basudhar, P. (2010). Pseudo Static Stability Analysis of Reinforced Soil Structures. Geotech Geol Eng , 1. Bathurst, & Cai. (1995). Pseudo-static Seismic Analysis of Geosynthetic-Reinforced Segmental Retaining Walls. Geosynthetics International (pp. 787-830). Industrial Fabrics Association International. Choudhury, D. D. http://nidm.gov.in/idmc/Proceedings/A1%20Eart hquake/A1-9-Choudhury.pdf. Retrieved October 09, 2012, from http://nidm.gov.in: http://nidm.gov.in/idmc/Proceedings/A1%20Eart hquake/A1-9-Choudhury.pdf Ebling, R., & Morisson, E. (1993). The Seismic Design of Waterfront Retaining Structures. Naval Civil Engineering Laboratory Technical Report ITL-92-11 NCEL TR-939 , 329. Canada, USA, Port Huenene. Evangelista, A., Santolo, A. S., & Lucio Simonelli, A. (2010). Evaluation of pseudostatic active earth pressure coefficient of cantilever. Soil Dynamics and Earthquake Engineering 30 (2010) 1119–1128 , 2. Frankenberger, Bloomfield, & Anderson. (1997). Reinforced earth walls withstand Northridge Earthquake. In: Earth reinforcement. International Symposium on Earth memperhitungkan pengaruh compound failure. 5. Pada metode III mengambil peraturan NCMA untuk panjang penjangkaran minimum dengan nilai kuat geosintetis terkecil yang ditetapkan sebesar L = 0,6H untuk struktur penting, dan L = 0,5H untuk struktur biasa. 6. Nilai δ dan φ sangat mempengaruhi letak logarithmic spiral untuk metode gambar 43 dan 4-4. Semakin kecil nilai δ, letak logarithmic spiral akan mendekati penampang dan r0 pada logarithmic spiral akan semakin kecil, sedangkan semakin besar nilai δ letak logarithmic spiral optimum akan semakin menjauhi penampang dan r0 pada logarithmic spiral menjadi semakin besar dan tidak mungkin semakin kecil dari penampangnya. 5.2 Saran 22 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia Reinforcement, Fukuoka, Kyushu, Balkema, Rotterdam . H.I.Ling, D.Leshchinsky, & E.B.Perry. (1997). Seismic design and performance of geosynthetic-reinforced soil structures. Geotechnique , 933-952. Ichihara, M., & Matsuzawa, H. (1973). Earth Pressure During Earthquake. Soils and Foundations, JSSMFE , 13, 75-88. IGS. (2012). IGS News. IGS News, Vl 28 No.1 (2012) , 28 , 1. J.Koseki, F.Tatsuoka, Y.Munaf, M.Tateyama, & K.Kojima. (n.d.). A Modified Procedure to Evaluate Seismic Active Earth Pressure Considering Effects of Strain Localization in Backfill Soil. Retrieved from http://soil.iis.utokyo.ac.jp/HP2007/Lecture/Koseki-3paper.pdf Magdi M. El-Emam, R. J. (2007). Influence of reinforcement parameters on the seismic response of reduced-scale reinforced soil retaining walls. Geotextiles and Geomembranes , 25, 33–49. Seed, H., & Whitman, R. (1970). Design of Earth Retaining Structures for Dy-namic Loads. ASCE Specialty Conference: Lateral Stresses in the Ground and De-sign of Earth Retaining Structures , 103-147. 23 Kajian metode ..., Tiko Fajar Somahartadi, FT UI, 2013 Universitas Indonesia