Dinamika Vol. 3, No. 2, Oktober 2012 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR PK MATERI POLITIK BEBAS AKTIF MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Imam Purwanto SD Negeri Margamulya 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal Abstrak Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn tentang politik bebas aktif; apakah pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Margamulya 01 sebanyak 35 orang. Hasil penelitian pada pembelajaran model problem based learning siswa siklus I siswa yang telah tuntas sebesar 77% dan siklus II sebesar 86%, aktivitas siswa siklus II paling banyak meningkat pada kategori sangat aktif sebesar 43%, kinerja guru siklus I sebesar 66% dan siklus II sebesar 84%. Simpulan pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan memecahkan masalah politik bebas aktif dalam PKn, serta meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn tentang politik bebas aktif dan dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar. Saran guru hendaknya melalui pembelajaran model problem based learning, guru dapat dengan mudah merespons potensi atau mobilitas siswa dalam setiap kelompok belajar © 2012 Dinamika Kata Kunci: PKn; Problem Based Learning PENDAHULUAN Pendidikan Kewarganegaraan (Citzenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural bahasa, usia dan suku bangsa. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Banyaknya factor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu factor internal dan eksternal dari siswa. Factor internal antara lain motivasi beajar, inteligensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan factor yang terdapat diluar siswa, seperti guru sebaeai Pembina kegitan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan perasarana, kurikulum dan lingkungan. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenagkan sangat diperlukan untuk meningkaatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah politik bebas aktif dalm mata pelajaran Pkn. pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas di mana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Rumusan masalah pada penelitian ini pertama apakah pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah politik bebas aktif dalam PKn?. Apakah pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn tentang politik bebas aktif?. Apakah pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar? Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat sik, tetapi perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120). PKn adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Abbas. 2000:12). Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya dan berupaya mengaktian belajar siswa adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Dengan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa dapat aktif berinteraksi dengan teman-temannya dalam menggali informasi pembelajaran, selain itu dengan pembelajaran berbasis masalah akan lebih memandirikan siswa dalam melakukan penemuan pengetahuan sendiri (inquiry) dan yang pasti akan membuat siswa merasa senang dengan suasana pembelajaran karena termotivasi dan percaya terhadap kemampuan siswa sendiri. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, dan diawali dengan observasi awal pada hari Kamis, 8 Maret 2012, sedangkan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Maret 2012, siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2012. Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Margamulya 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2011/2012 semester 2 sebanyak 35 orang siswa terdiri dari 15 anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Desain penelitian yang dirancang terdiri atas: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) perencanaan tindak lanjut. Tahap pertama perencanaan identi kasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah, menentukan scenario pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan, menyusun lembar pengamatan, menyusun format evaluasi. Kedua tahap tindakan, menerapkan tindakan yang mengacu pada scenario pembelajaran, siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber, siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi, siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Ketiga observasi / pengamatan dilakukan dengan melihat aktivitas siswa dan guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu pemecahan masalah politik bebas aktif Indonesia. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat kesesuaian perilaku antara kegiatan guru dan siswa dengan instrumen PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR PKn MATERI POLITIK BEBAS AKTIF MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Imam Purwanto 181 yang telah disediakan. Pengamatan aktivitas guru dilaksanakan oleh observer yang ditunjuk untuk melakukan pengamatan. Keempat re eksi dalam kegiatan ini dilakukan Re eksi I. Pada kegiatan ini peneliti merenungkan kekurangan dan mempertahankan kelebihan yang terdapat pada siklus I. Kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus II, baik persiapan perencanaan pembelajaran, maupun didaktik metodik pengajaran yang harus dikuasai oleh guru. Secara garis besar, maka alat evaluasi yang dapat digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: tes dan nontes. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan ada 3 macam yaitu pertama teknik observasi digunakan untuk melihat secara langsung aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu pedoman observasi untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan pedoman observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang meliputi keterampilan proses siswa. Pedoman observasi aktivitas siswa berfungsi untuk menilai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan tahapan model pembelajaran problem based learning dan untuk menilai kemampuan siswa dalam mengamati.Pedoman observasi siswa dan guru tersebut berbentuk format dan isian, observer hanya perlu membubuhkan tanda ceklist ( ) jika kriteria dalam daar cek sesuai dengan hasil pengamatan pedoman observasi aktivitas guru. Kedua LKS merupakan panduan bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. LKS dimaksudkan untuk member kesempatan kepada siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dikuasainya. Data yang diperoleh dari LKS ini digunakan sebagai patokan untuk merancang dan melaksanakan tindakan belajar selanjutnya. Ketiga alat tes digunakan untuk mengukur siswa secara individual. Pemberian tes berupa tes tertulis berbentuk uraian, soal yang diberikan dalam persoalan kontekstual yang diberikan. Tujuannya adalah untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah pemberian tindakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Pembelajaran PKn di SDN Margamulya 01 ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas, nilai evaluasi pada akhir siklus. Hasil Observasi aktivitas siswa dan guru dari siklus ke siklus. Siswa dikelompokkan menjadi 7 kelompok. Karena ada 35 siswa, maka masing-masing kelompok beranggotakan 5 anak. Setelah hasil pekerjakan siswa pada siklus I dikoreksi nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 72 telah mencapai indikator keberhasilan nilai sebesar ≥ 70. Jumlah siswa yang telah tuntas sebesar 77% ini belum mencapai indicator keberhasilan sebesar 85%. Jumlah siswa yang belum tuntas sebesar 23%. Tabel 1 Hasil Tes Siklus I Aspek yang diamati Nilai rata-rata Siswa yang telah tuntas Siswa yang belum tuntas 182 Dinamika Vol. 3. No. 2. (2012) Siklus I 72 77% 23% Tabel 2. Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I Tingkat Keaktifan Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Tidak aktif Jumlah Jumlah Siswa 11 20 2 2 0 35 Persentase 31% 57% 6% 6% 0% 100% Tabel 3. Hasil Tes Siklus II Aspek yang diamati Nilai rata-rata Siswa yang telah tuntas Siswa yang belum tuntas Siklus I 76 86% 14% Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II dari hasil pengamatan guru mitra dan peneliti siswa meningkat menjadi banyak yang sangat aktif. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Tingkat Keaktifan Siswa Siklus II Tingkat Keaktifan Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Tidak aktif Jumlah Jumlah Siswa Persentase 15 43% 17 49% 3 8% 0 0% 0 0% 35 100% Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn khususnya penguasaan kompetensi dasar politik bebas aktif pada siswa VI Semester II SDN Margamulya 01 Tahun 2011/2012 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dari sejumlah 35 siswa terdapat 27 atau 77 % yang baru mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa atau 23% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk kompetensi dasar Politik Bebas Aktif yang telah ditentukan yaitu sebesar ≥ 70. Sedangkan hasil nilai pada siklus II dari sejumlah 35 siswa terdapat 30 atau 86 % yang mencapai ketuntasan belajar sudah mencapai indikator ketuntasan sebesar 85 %.. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 14%. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH BELAJAR PKn MATERI POLITIK BEBAS AKTIF MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Imam Purwanto 183 Tabel 5. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar No Ketuntasan 1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah Siklus I Jumlah Persen 27 77% 8 23% 35 100% Siklus II Jumlah Persen 30 86% 5 14% 35 100% Dari hasil re eksi siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran problem based learning siswa mengalami peningkatan dalam mencapai ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 6. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II No. Tingkat Keaktifan 1 Sangat aktif 2 Aktif 3 Cukup aktif 4 Kurang aktif 5 Tidak aktif Jumlah Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 11 31% 15 43% 20 57% 17 49% 2 6% 3 8% 2 6% 0 0% 0 0 0 0% 35 100% 35 100% Berdasarkan perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa yang sangat aktif sebanyak 11 siswa (31%) sedangkan siswa pada siklus II meningkat sebanyak 15 siswa (43%), siswa yang aktif pada siklus I sebanyak 20 siswa (57%) sedangkan pada siklus siklus II sebanyak 17 (49%), siswa yang cukup aktif pada siklus I sebanyak 2 siswa (6%) sedangkan pada siklus II sebanyak 3 siswa (8)%, siswa yang kurang aktif sebanyak 2 siswa (6%) sedangkan pada siklus II tidak ada dan siswa yang tidak aktif tidak ada. PENUTUP Simpulan pada penelitian ini adalah pembelajaran model problem based learning hasil belajar siswa siklus I siswa yang telah tuntas sebesar 77% indikator keberhasilan sebesar 85%. Pada siklus II siswa yang telah tuntas sebesar 86% ini sudah mencapai indikator keberhasilan sebesar 85%. Sehingga pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah politik bebas aktif dalam PKn. Pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn tentang politik bebas aktif. Pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dari siklus I sebesar 66% meningkat pada siklus II sebesar 84%. DAFTAR PUSTAKA Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional. Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Imam Purwanto. 2012. Upaya Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Belajar PKn Materi Politik Bebas Aktif Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VI Semester II. (Laporan Penelitian) SD Negeri Margamulya 01 Tegal Udin S. Wiranaputra, Prof. Dr. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani IGAK, Wihardi K dan Nasution N. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Suharsini Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 184 Dinamika Vol. 3. No. 2. (2012)