terbentuknya ruang bersama oleh lansia berdasarkan interaksi

advertisement
SIDANG TERBUKA PROMOSI DOKTOR
TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN
INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA
Mahendra Wardhana
Nrp. 3207301003
Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch
Pembimbing 2 : Ir. Ispurwono Soemarno, M. Arch, Ph. D.
Program Doktor
Bidang Arsitektur
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 16 Januari 2012
Bab 1 Pendahuluan
1. Indonesia dan Perkembangan Jumlah Lansia
Menurut data Sensus Penduduk tahun 1990 Jumlah lansia di Indonesia adalah 6,96 Juta
Jiwa (3,88%). Diramalkan tahun 2020 akan berjumlah 28,8 Juta Jiwa atau 11,3 %.
Tempat tinggal bagi lansia di Amerika adalah 5 % Lansia tinggal di lembaga perawatan dan
20% dari lansia yang berusia di atas 85 tahun tinggal di rumah perawatan
2. Permasalahan dalam kehidupan lansia di Indonesia dan Negara Maju
Di Indonesia dan negara-negara maju, panti-panti werdha semakin dibutuhkan, sehingga perlu
mempersiapkan panti werdha-panti werdha yang mampu mensejahterakan lansia yang tinggal
di dalamnya.
Terdapat sejumlah permasalahan-permasalahan lansia di panti werdha seperti solidaritas antar
teman, ketidakcocokan, dan lain sebagainya.
3. Lanjut Usia dan Usaha Menjamin Kesejahteraannya
Terdapat Agenda Nasional (UU 13 (1998)) dan Global dalam menjamin kesejahteraan lansia
termasuk bangunan hunian untuk lansia.
4. Ruang dan Arsitektur
Terdapat diskusi mengenai ruang dan arsitektur yang mengarah ruang sebagai wadah aktivitas yang
berkaitan dengan interaksi antar pengguna (Van de Ven (1991), Lefebvre (2004), dan El-Geinedy
dkk (2006))
Bab 1 Pendahuluan
5. Permasalahan penelitian:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama melalui pola
penggunaan ruang bersama dengan kasus lansia itu?
2. Apakah yang dimaksud dengan konteks interaksi sosial pada pengertian dan teori ruang bersama itu?
3. Apakah yang dimaksud dengan pola dalam penggunaan ruang bersama melalui interaksi antar
penggunanya itu?
6. Tujuan Penelitian:
1. Menjelaskan rumusan tentang teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama melalui bukti pola
penggunaan ruang bersama dengan kasus lansia.
2. Menjelaskan rumusan tentang konteks interaksi sosial dalam pengertian dan teori ruang bersama
yang baru.
3. Menjelaskan rumusan tentang pola penggunaan ruang bersama melalui interaksi antar penggunanya.
7. Manfaat Penelitian:
1. Membuka arah dan pengembangan bahasan baru mengenai terbentuknya ruang bersama melalui
interaksi antar pengguna ruang tersebut. Arah pengembangan tersebut adalah menunjukkan arti
penting keberadaan ruang bersama bagi para penggunanya.
2. Membuka arah dan pengembangan bahasan baru mengenai hubungan aktivitas pengguna ruang bersama
terhadap elemen fisik ruang yang dipergunakannya tersebut. Arah dan pengembangan baru tersebut akan
berkaitan dengan cara pandang baru terhadap ruang bersama sebagai wadah aktivitas sosial.
Bab 2 Kajian Pustaka
1. Kerangka Pemikiran
Penelitian pada panti werdha akan difokuskan pada susunan ruang, yang merupakan kumpulan dan
rangkaian ruang-ruang yang dipergunakan manusia untuk beraktivitas secara bersama-sama pada
panti werdha.
2. Kategorisasi Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan usia lanjut usia (60-74 tahun), usia lanjut usia tua
(75 – 90 tahun), dan usia sangat tua (diatas 90 tahun). Sedangkan menurut UU no 13 / 1998 lanjut usia
didefinisikan sebagai usia 60 tahun (Nugroho, 2000: 19-20)
3. Kebutuhan Sosialisasi di Kalangan Lansia
Teori Aktivitas menurut Nugroho (2000) dan Stanley (2002) menyatakan bahwa jalan menuju penuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif. Teori ini mendukung hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti terhadap orang lain dengan kesejahteraan fisik dan mental lansia.
4. Penggunaan Ruang oleh Lansia
Terdapat peta mental dalam menganalisa ruang yang dihubungkan dengan aktivitas yang berlangsung
di dalamnya atau juga dikenal sebagai Ruang – Aktivitas (Laurens (2005), Suharnan (2005))
Menurut Canter (1974) hubungan perilaku dan ruang dalam menikmati susunan ruang diperlukan cara
untuk mengenali dan mengerti susunan ruang dan posisi ruang tersebut.
Bab 2 Kajian Pustaka
5. Kesesuaian Ruang bagi Lansia dengan Kebutuhan dan Aktivitasnya
Lang (1987) serta Kahana (2006) menerangkan bahwa pola penggunaan ruang oleh manusia adalah
dengan saling penyesuaian antara kebutuhan manusia dan keadaan (fisik) lingkungannya. Lawson (2001)
menyatakan bahwa dalam bersosialisasi perlu dipertimbangkan pola pergerakan dari ruang satu kepada
ruang lainnya, dan aktivitas yang berlangsung.
Lawson (2001) menerangkan bahwa analisa digunakannya suatu ruangan adalah pada urutan dan
susunan penggunaan ruang, dan dirunut berdasarkan jalur sirkulasi.
Santrock (1995) menerangkan lansia perlu untuk memiliki kebebasan dalam beraktivitas berdasarkan
daya dukung ruangan yang memadai dalam mewadahi kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
Minam dan Tanaka (1995) serta Sunstrom (2003) menyatakan adanya saling keterkaitan antara hubungan
antara pengelompokan group sosial dengan lingkungan. Lingkungan harus sesuai dengan group sosial
yang dibutuhkannya demikian pula sebaliknya.
Group sosial yang stabil akan terbentuk di ruang tertentu dan pola terbentuknya group sosial akan
mengakibatkan pola penggunaan ruang pula.
Bab 2 Kajian Pustaka
6. Ruang Bersama dan Interaksi Sosial
Menurut Newmark dan Thompson (1977) serta Hall (1973) sifat interaksi sosial yang stabil menjadi
syarat terbentuknya ruang bersama. Apabila interaksi tidak stabil maka akan ruang akan terpecah
dan sebagai konsekuensinya ruang bersama akan pecah.
7. Ruang Bersama dan Ruang Sosial
Rendel (2004) dan Lefebvre (2004) menekankan pada isi (interaksi) dari pada wadah (fisik ruangnya).
Ruang sosial bersifat temporal yang berkaitan dengan waktu.
8. Rangkuman Kajian Pustaka (Pola Penggunaan Ruang Bersama oleh Lansia):
Ruang bersama terbentuk dari faktor-faktor penting yakni;
a. Pemilihan ruang-ruang tempat interaksi sosial terjadi di kalangan lansia
b. Pola dan frekuensi penggunaan ruang bersama
c. Arah dan posisi terjadinya sosialisasi di dalam ruang (aksesibilitas)
d. Fenomena penggunaan ruang diluar dari rencana ruang yang tersedia
Bab 3 Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang dikombinasikan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa metode yang digunakan dalam menganalisa penggunaan ruang (kualitatif maupun kuantitatif)
adalah dengan memadukan beberapa metode yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti lain.
N
o
Tujuan penelitian
Observasi yang
dilakukan
Data yang digali
Analisa yang dilakukan
Referensi
Peneliti lain
1
Mengetahui potensi
digunakannya suatu
ruang
1. Lama waktu
penggunaan ruang
2. Lama waktu gerak
3. Arah gerak
penggunaan ruang
1. lama waktu penggunaan
2. waktu-waktu penggunaan
3. waktu-waktu bergerak
4. jumlah pengguna ruang
Memperbandingkan antar waktu
yang diperoleh
Izuyama (2010)
2
Mengukur
ruang
kegiatan
ruang
1. Jumlah ruang yang
digunakan terhadap
ruang yang tersedia
2. Jumlah pengguna
masing-masing ruang
1. juml ruang yang tersedia
2. jumlah pengguna di
masing-masing ruang
1. Perbandingan ruang yang
digunakan thdp ruang yang ada
2. Perbandingan pengguna ruang
thdp keseluruhan penghuni
Percival (2002)
3
1. Mengetahui pola
penggunaan ruang
2. Mengetahui
kecenderungan
sosialisasi pada
suatu ruang
1. Arah gerak sosialisasi
melalui peta
pergerakan
2. Arah gerak sosialisasi
dan tempat yang
dipilih/ digunakan
1. Sketsa gerak sosialisasi
penghuni
2. Sketsa pd peta letak fungsi/
kegiatan yang berlangsung
3. Digambarkan pada denah
yang ada
Despkripsi pola penggunaan
ruang yang terjadi dari sketsa
yang diperoleh
Uzzel dan rekan
(2002), Tversky
(2003), Minam
dan
Tanaka
(1995)
Sepe
(2009)
4
Mengetahui
kecenderungan pengguna-an
ruang
Menghitung prosentase
penggunaan suatu jenis
ruang thdp keseluruhan
ruang yang dimiliki
1. Jenis - jenis ruang dan
jumlahnya.
2. Frekuensi/ seringnya penggunaan suatu ruang
1. Prosentase dari ruang yang
digunakan thdp ruang yang ada
2. Prosentase dr frekuensi ruang
yang dipilih thdp frekuensi
keseluruhan yg terjadi
Judith
(1986)
dan Adib (2010)
pengaruh
terhadap
pengguna
Bab 3 Metode Penelitian
2. Prosedur Penelitian
Kegiatan analisa dimulai dari kajian literatur
mengenai ruang dan ruang lansia untuk
mendapatkan gambaran proses analisa yang
akan dilaksanakan pada penelitian di lapangan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan analisa
dan kajian pada penelitian lapangan. Pada
kegiatan ini teori dan literatur mengenai ruang
dan ruang bersama lansia diuji oleh penelitian
lapangan.
Pada bagian akhir dari analisa penelitian ruang
bersama ini adalah bertujuan membedakan
pengertian, proses terbentuknya dan sifat ruang
bersama lansia dengan teori ruang dari
perspektif selain arsitektur di atas. Jenis-jenis
ruang bersama dari perspektif tersebut adalah
seperti bubble space, ruang publik, ruang
informal, semi-fixed space, dan ruang sosial.
Bab 4 Analisa dan Pembahasan Penelitian
No
Arti Penting Pokok
Bahasan
Pokok Bahasan
Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Sumber
Temuan pola waktu penggunaan RB
Belum diungkap penelitian
lain
Temuan pola urutan penggunaan RB
Berbeda dg Santrock (1995),
Webb & Weber (2009)
Temuan penggunaan RB yg kurang berkaitan
langsung dg keadaan fisik lansia
Berbeda dg Schooler (1969),
Lawton & Cohen (1974)
4
Temuan sirkulasi sbg RBF yg kurang berkaitan
langsung dg keunggulan fisik lingkungan
Berbeda dg Lawton & Cohen
(1974), Barnes (2006), Kahana
& rekan (2003)
5
Temuan RB & sirkulasi yg digunakan lansia
dlm bersosialisasi di lingkungan panti werdha
Berbeda dg Webb & Weber
(2003)
Temuan interaksi di dlm RB
Berbeda dg Kahana & rekan
(2003), Barnes (2006)
Temuan interaksi tidak dipengaruhi oleh
keadaan fisik ruang
Berbeda dg Pane (2007)
Temuan interaksi antar lansia di dalam RB
Berbeda dg Barnes (2006)
Temuan interaksi antar RB; ditekankan pada
keterkaitan antar RB bukan hanya kelancaran/
kecepatan menjangkau
Berbeda dg Ohmori & Harata
(-), Palloni (-), Sassi &
Molteni (2007), El Geinedy &
Levinson (2009), Koenig
(1980), Bhat & rekan (2001)
1
2
3
6
7
8
9
Untuk memperoleh
hasil kajian yang
berbeda dg teori RB
yg telah ada
Untuk memperoleh
hasil kajian dg
fokus pd interaksi
sosial yang berbeda
dg teori yg ada
Untuk memperoleh
hasil kajian dg
fokus pd pola
pergerakan yang
berbeda dg teori yg
ada
RB & pola
penggunaannya oleh
lansia
RB & Interaksi yg
terjadi di dlmnya
Pola pergerakan
penggunaan RB
Data pendukung
Bab 4 Analisa dan Pembahasan Penelitian
No
Arti Penting Pokok
Bahasan
Pokok Bahasan
Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Sumber
Nilai sosialisasi berdasarkan interaksi sosial di RB
pd suatu lingkungan
Diskusi di Bab 4
NSL dipengaruhi oleh: sifat interaksi, faktor
pembentuk ruang, pola penggunaan ruang
Diskusi di Bab 4
NSL : Nilai perbandingan RB dengan seluruh
tempat yg dpt digunakan unt bersosialisasi dan
perbandingan tempat terjadinya interaksi dg seluruh
tempat yg dpt digunakan unt berinteraksi
Diskusi di Bab 4
13
NSL pada panti werdha = TS Ruang + TS Sirkulasi
+ JS Ruang + JS Sirkulasi
Diskusi di Bab 4
14
Divalidasikan dg RB lain (RB mahasiswa & anak);
hasil sifat interaksi, faktor pembentuk RB terdapat
pada RB Mahasiswa dan Anak
Diskusi di Bab 4
Pengertian RB, analisa, hasil, perwujudan RB dlm
arti luas tidak hanya unt lansia saja
Diskusi di Bab 4
Konsekuensi perbedaan adalah pada; data yg
digunakan, cara analisa (pola penggunaan & NSL),
Hasil yg diperoleh, perwujudan RB
Diskusi di Bab 4
Konsekuensi lain
Diskusi di Bab 4
10
11
12
15
16
17
Untuk merumuskan
temuan kajian
interaksi sosial di
dlm RB pd
perhitungan
matematis
NSL
Untuk mendapatkan
teori RB yang lebih
luas
Pengertian RB Lansia
menuju RB dlm arti yang
luas
Untuk mendapatkan
konsekuensi dari
perbedaan teori RB
dg RB hasil
penelitian
Konsekuensi perbedaan
teori RB yg ada dengan RB
temuan penelitian
Data pendukung
NSL
NSL Hargodedali
NSL Surya
NSL Cibubur
= 0,02 + 0,21 + 0,09 + 0,06 = 0,38
= 0,02 + 0,25 + 0,1 + 0,08 = 0,45
= 0,02 + 0,17 + 0,1 + 0,04 = 0,33
Bab 5 Temuan Penelitian
No
Arti Penting Pokok
Bahasan
1
Untuk menegaskan
perbedaan pada titik
masuk (awal) antara teori
RB dg RB hasil
penelitian
Pokok Bahasan
Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Sumber
Aksesibilitas RB
Aksesibilitas RB tdk hanya diartikan sbg
kemampuan menjangkau namun juga kemampuan
memasuki interaksi orang lain di dlm RB
Hasil penelitian
berbeda dg Rendell
(2004), El Geinedy
& Levinson (2009)
2
Interaksi sosial & elemen
pembatas fisik ruang
Interaksi sosial tdk selalu menempati wadah yg
tepat sesuai jenis aktivitas sosialnya
Hasil penelitian
3
Terbentuknya RB & Ruang
Mandiri berdasarkan sifat
interkasi inderawi
RB terbentuk dr jalinan interaksi antar penghuni
RB & tdk tergantung pd elemen fisik ruang
Hasil penelitian
Temuan NSL
NSL sebagai nilai sosialisasi yg dpt menunjukkan
tingkat sosialisasi di suatu lingkungan; NSL dpt
diperbandingkan antara satu lingkungan dg
lingkungan lainnya
Hasil penelitian
5
Temuan perluasan
pengertian RB
Perluasan arti RB ditentukan dr sifat interaksi,
faktor pembentuk RB (stl divalidasi dg RB selain
lansia)
Hasil penelitian
6
Konsekuensi perbedaan
antara Teori RB yang ada
dg RB hasil penelitian
Konsekuensi dr perbedaan tsb adalah; pada jenis
data yg digunakan, analisa, hasil dan perwujudan
RB
Hasil penelitian
4
Untuk menegaskan
pokok pikiran temuan
hasil analisa Bab 4
Data pendukung
Bab 5 Temuan Penelitian
B2
B1
A
Gambar 5.2.1. Terjadinya ruang
bersama dan wilayahnya
Ruang bersama A, seorang
datang dan berinteraksi dengan
temannya dengan wilayah ruang
yang luas. Ruang bersama B,
terjadi dua ruang bersama B1
dan B2 ketika interaksi berbeda.
B
Gambar 5.2.2. Bukan ruang bersama
Bukan ruang bersama C dan D
(sementara dapat disebut sebagai
ruang mandiri
untuk membedakan dengan ruang
bersama)
C
D
Bab 5 Temuan Penelitian
Gambar 5.4.1. Ruang mandiri yang terjadi karena tidak ada interaksi
inderawi antar lansia
Keterangan : Lingkaran biru : bentuk ruang dari interaksi inderawi
Kotak merah : bentuk ruang dari pembatas fisik ruang
Bab 5 Temuan Penelitian
Gambar 5.4.2
Terbentuknya ruang bersama
melalui interaksi inderawi
antar lansia
Keterangan :
Interaksi inderawi yang terjadi
Lingkaran biru : bentuk ruang dari interaksi inderawi
Kotak merah : bentuk ruang dari pembatas fisik ruang
Pendukung Temuan Penelitian
Tabel 6. Beberapa Perbedaan yang Dapat Dikenali Dari Teori Terbentuknya Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan di Lapangan
Teori Ruang Bersama yang Ada
Ruang Bersama Temuan Penelitian di Lapangan
1.
Menitik beratkan bahasan pada bentuk fisik ruang bersama (pembatas ruang) (Pane
(2007), Brand (2009)).
Menitik beratkan bahasan pada aktivitas yang
membentuk ruang bersama
2
Bentuk ruang bersama di tentukan oleh elemen fisik pembatas ruangnya (Pane
(2007), Brand (2009))
Bentuk ruang ditentukan oleh interaksi yang
terjadi di dalam ruang bersama
3
Sifat interaksi di dalam ruang bersama adalah sesuai fungsi yang dirancang
(Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))
Sifat interaksi sering berbeda (tidak sesuai)
dengan fungsi yang dirancangnya
4
Sifat interaksi tidak dikehendaki berubah-ubah namun tetap (Carr dkk (1992))
Sifat interaksi yang dikehendaki beragam
5
Sifat interaksi bersama yang penting berada di pusat ruang bersaama dan yang tidak
penting di pinggir ruang bersama (Hall (1973), Barnes (2006))
Sifat semua interaksi adalah penting sehingga
berpeluang berada di semua posisi
6
Sifat interaksi tidak tahan terhadap gangguan interaksi yang berbeda. Interaksi yang
berbeda akan berada (membentuk) pada ruang yang lain (Newmark & Thompson
(1977), Hall (1973), Barnes (2006))
Sifat interaksi tahan terhadap interaksi yang
berbeda dan cenderung menerima dalam satu
ruang bersama
7
Kontrol interaksi untuk proteksi dan teritori dalam mempertahankan interaksinya
masing-masing (Webb & Weber (2003), Barnes (2006))
untuk
memudahkan
Kontrol
interaksi
menyatukan interaksi yang berbeda
8
Pola interaksi yang stabil terjadi pada satu interaksi yang sama saja (Carr dkk
(1992), Hall (1973))
Pola interaksi yang stabil terjadi pada interaksi
yang berbeda (antar kelompok interaksi)
9
Posisi dan arah interaksi (faktor-faktor interaksi pembentuk ruang bersama) adalah
seragam (sesuai sifat interaksi yang tidak diharapkan berbeda) (Carr dkk (1992),
Hall (1973)
Posisi dan arah interaksi adalah beragam (sesuai
sifat interaksinya yang beragam)
10
Tidak membuka kesempatan terjadinya pola pengelompokan antar interaksi yang
berbeda (karena interaksi yang berbeda akan dipisah) (Newmark & Thompson
(1977), Hall (1973), Barnes (2006))
Membuka kesempatan terjadinya pola interaksi
antar kelompok interaksi
11
Menitik beratkan bentukan ruang bersama pada keadaan fisik ruangnya (Pane
(2007), Brand (2009)).
Menitik beratkan bentukan ruang bersama pada
ruang inderawi
No
Pendukung Temuan Penelitian
Tabel 7. Konsekuensi dari Ketidaksamaan Teori Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan Penelitian di Lapangan
No
Konsekuensi
Rangkuman Teori Ruang Bersama yang Ada
Ruang Bersama Temuan Penelitian
di Lapangan
1
Fungsi interaksi pada
ruang bersama
Interaksi berfungsi untuk mengenali fungsi
ruang bersama serta memisahkan aktivitas
yang berbeda
Interaksi berfungsi untuk mengenali kenyamanan
inderawi yang ada di dalam ruang bersama
2
Pengertian
bersama
Hasil akhir bahasan adalah pada bentuk fisik
ruang bersama
Hasil akhir bahasan adalah pada bentuk ruang
inderawi yang bersifat non fisik
3
Rumus NSL
Tidak dapat digunakan
Karena:
Permasalahan akan muncul pada perhitungan
terjadinya interaksi (JS Interaksi) karena sifat
interaksi yang terjadi dihitung dari pemisahan
berdasarkan perbedaan interaksi. Hasil
perhitungan akan berbeda jauh.
Dapat digunakan
Karena:
JS interaksi dapat dihitung sesuai sifat interaksi
yang berlangsung tanpa membedakan jenis
interaksi yang berbeda
4
Fungsi fisik
bersama
Bentuk fisik Ruang bersama sebagai wadah
dari aktivitas
Bentuk fisik Ruang bersama sebagai tempat
terjadinya interaksi
5
Peluang arah teori
Telah banyak dibahas ruang sebagai wadah
aktivitas dari sisi fungsi
Mengangkat ruang inderawi sebagai ciri ruang
dari Budaya Timur berdasarkan interaksi di
dalamnya
ruang
ruang
Bab 5 Temuan Penelitian
Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian
1. Posisi ruang bersama terhadap ruang lain di sekitarnya
Ruang bersama memiliki posisi di tengah-tengah
ruang lainnya.
2. Pengelompokan dan penyebaran fungsi ruang di area
hunian lansia harus mengikuti zonasi yang dirancang.
3. Ruang peralihan menjadi penting untuk memperpanjang
sosialisasi yang terjadi
4. Sirkulasi sebagai penghubung antar ruang memiliki
kedudukan penting dalam mewujudkan sosialisasi
yang terjadi.
5. Sirkulasi di dalam hunian lansia berfungsi untuk mempermudah lansia dalam menjangkau ruang bersama dan
ruang lain yang ada di sekitarnya.
Bab 5 Temuan Penelitian
Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian
6. Sirkulasi di dalam ruang bersama berfungsi untuk mempermudah lansia dalam berinteraksi dengan teman lansia lainnya.
7. Letak dan posisi tempat berinteraksi di dalam ruang bersama
harus berada dekat di samping sirkulasi.
8. Kelengkapan sarana pada ruang bersama harus diperhatikan.
9. Pembatas ruang berupa dinding masif yang tertutup harus
dihindari.
10. Posisi dan bentuk perabot di dalam ruang bersama berfungsi
untuk mempermudah lansia dalam bersosialisasi serta
menjaga posisi tubuhnya selama bersosialisasi.
Bab 5 Temuan Penelitian
Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian
11. Ruang untuk berkegiatan bersama bagi lansia harus memiliki
view yang terbuka dan tidak tertutup.
12. Beberapa catatan lain yang penting bagi rancangan bangunan
hunian lansia:
1. Penataan layout bangunan dengan memperhatikan:
udara, jarak, atap selasar, bangunan pendukung,
ruang terbuka hijau.
2. Perancangan bangunan hunian dengan memperhatikan: tidak bertingkat, tidak ada hambatan dalam
pergerakan, terjaganya privasi, terjaganya ketenangan
3. Perancangan bangunan pendukung: tersedianya
bangunan pendukung, letak bangunan pendukung
yang terpisah dari hunian, memperhatikan pengaturan
jadwal yang optimal, tersedia sarana dan prasarana
untuk bersosialisasi
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
No
1
Arti Penting Pokok
Bahasan
1. Untuk menegaskan
temuan dalam
menjawab
permasalahan &
tujuan penelitian
Pokok Bahasan
Rumusan teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama; RB adalah wadah
unt menampung interaksi sosial yang terjadi di dalamnya, berdasarkan sifat-sifat
interaksi dan faktor-faktor pembentuknya.
Kesimpulan
2
Mendukung manfaat
penelitian di masa
mendatang
Konteks interaksi dalam rumusan ruang bersama; interaksi sebagai faktor
pembentuk RB
Pola dalam penggunaan ruang bersama melalui interaksi penggunannya; Pola
perulangan & keberagaman interaksi yang terjadi di RB.
2. Untuk memberikan
penegasan kontribusi
penelitian
Untuk memberikan
arahan pengembangan
dan dukungan pada
penelitian sejenis di
masa mendatang
Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Temuan baru NSL; NSL adalah tinggi rendahnya nilai sosialisasi pada suatu
lingkungan berdasarkan sosialisasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya.
Interaksi & pola penggunaan RB adalah cerminan sosialisasi yg dilaksanakan oleh
lansia sehingga pengembangan interaksi & pola penggunaan RB dpt
dikembangkan unt mendukung sosialisasi lansia
Saran
Penelitian interaksi sosial di dlm RB perlu terus dikembangkan & didukung unt
memperkaya teori ruang dari berbagai perspektif
NSL perlu dikembangkan karena berkaitan dengan ruang bersama dan interaksi
penggunanya
TERIMA KASIH
Download