Pengaruh Misbehavior dan Kompetensi Komunikasi Pengajar

advertisement
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
Pengaruh Misbehavior dan Kompetensi Komunikasi Pengajar terhadap
Kredibilitas Pengajar
Stefanus Khrismasagung Trikusumaadi, S.Sos
STIKES NASIONAL SURAKARTA
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membuat suatu tipologi yang menjelaskan pengaruh kombinasi misbehavior
dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap kredibilitas pengajar. Tipologi tersebut akan
menempatkan kredibilitas pengajar dalam tabulasi silang di antara kompetensi komunikasi dan
misbehavior dalam kategori tinggi dan rendah. Penelitian ini menggunakan metode survey, yang
dilakukan terhadap mahasiswa Reguler A dan B Akademi Analis Kesehatan Nasional tahun akademik
2015/2016. Sampel berjumlah 148 mahasiswa dari tingkat I-III, diambil dengan cara stratified random
sampling. Untuk menguji pengaruh Misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap
kredibilitas pengajar menggunakan analisis regresi ganda. Selanjutnya digunakan Kruskall Wallis dan
Mann Whitney test untuk uji beda pengaruh kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi
terhadap kredibilitas pengajar. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh misbehavior dan
kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar. Serta terdapat berbedaan persepsi terhadap
kredibilitas pengajar dalam perbandingan kombinasi misbehavior dan kredibiltas pengajar.
Kata Kunci : Kredibilitas Pengajar, Misbehavior, Komunikasi Instruksional, Kompetensi
Komunikasi
dalam suatu pembelajaran terkait dengan
efektivitas pembelajaran. Pengajar yang
dianggap kurang kredibel sangat mungkin
untuk kurang di dengarkan, atau siswa enggan
belajar darinya (McCroskey, Holdridge, dan
Toombs, 1974).
Kredibilitas pengajar, khususnya pada
perguruan tinggi swasta di Indonesia patut
ditinjau secara lebih dalam. Selain banyaknya
pengajar perguruan tinggi yang belum
memenuhi kualifikasi akademik (Kompas,
25/03/2013) , Perguruan Tinggi Swasta juga
rawan terhadap kondisi lemahnya kualitas
dosen. Wirosuhardjo menyebutkan beberapa
hal yang memicu terjadinya kondisi demikian,
antara lain : pola rekrutment, jenjang karir,
penguasaan bahasa Inggris, budaya kompetisi,
serta kegiatan penelitian dan publikasinya
(Wirosuharjo, 2015). Indikasi tersebut
mendorong perlunya kajian tentang kredibilitas
pengajar di perguruan tinggi swasta.
PENDAHULUAN
Kredibilitas pengajar menjadi salah satu
kajian dalam komunikasi instruksional1,
khususnya dalam variabel komunikasi
pengajar. Arti penting kredibilitas pengajar
1
Kajian
komunikasi
instruksional
dipelopori oleh Sorensen dan Christophel
pada tahun 1992 dalam International
Communication Association. Kajian ini
dibedakan dari komunikasi pendidikan
yang memusatkan diri pada strategi
instruksional yang dirancang secara khusus
untuk mengajar isi dari kajian speech
communication. Sementara komunikai
instruksional terpusat pada implementasi
sistem komunikasi yang memfasilitasi
pembelajaran tanpa memandang ilmu
tertentu. (Waldeck, Kearney, & Plax,
2001).
52
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
Meskipun secara konseptual kredibilitas
tidak melekat pada diri komunikator, namun
perilaku sumber informasi merupakan salah
satu
stimulus
yang
membangun
kredibilitasnya. Dalam hubungan antara
sumber
dengan penerima, McCroskey
mendefinisikan kredibilitas sebagai “sikap
terhadap sumber komunikasi yang dilakukan
pada waktu tertentu oleh penerima.”
(McCroskey 1997, dalam Perloff, 2003). Siswa
akan menilai, sejauh mana pengajar dipandang
sebagai pihak yang terpercaya (Meyer, 2010).
Misbehavior
dan
kompetensi
komunikasi hanyalah dua perilaku komunikasi
yang dapat berpengaruh terhadap kredibilitas
pengajar. Misbehavior merujuk pada “Perilaku
yang mengganggu pengajaran, dan dengan
demikian
mengganggu
pembelajaran”
(Kearney, Plax, Hays, & Ivey, 1991). Pengajar
akan dipersepsikan kurang kredibel jika
muncul salah satu tipe misbehavior (Banfield,
Richmond, & McCroskey, 2006). Penilaian ini
merupakan bentuk resistensi siswa
atas
perilaku pengajar yang dianggap tidak tepat
atau tidak konsisten dengan harapan siswa
tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh
pengajar (Kearney, Plax, Hays, & Ivey, 1991).
Diantara berbagai pengertian tentang
kompetensi komunikasi, beberapa pakar
memberikan pandangan yang sama bahwa
setidaknya
kompetensi
komunikasi
menyangkut dua indikator, yaitu keefektivan
dan kesesuaian ( Rubbin, 1983; Spitzberg,
1983 dalam Morrale, 2011; John M Wimman,
1977 dalam Mc Croskey, 1981 ; Spitzberg dan
Cupach dalam Devito, 2011). Pengertian
tersebut setidaknya menunjukkan adanya
kemampuan memilih perilaku, pemenuhan
tujuan, dan
kesesuaian konteks.
Atas
karakteristik-karakteristik yang ditampilkan,
audiens mengevaluasi dan menyimpulkan
kesan terhadap komunikatornya.
Terkait dengan kredibilitas sumber,
Cronkhite dan Liska (1980) dalam Rubbin
(1983)
memandang
kredibilitas
dan
kompetensi komunikasi mengalami jenis yang
sama dalam proses persepsi, yaitu yaitu
terjadinya konseptualisasi pikiran seseorang
berdasarkan karakteristik teramati (Rubin,
1983). Pada kedua proses tersebut, seseorang
mengevaluasi
orang
lain
dengan
membandingkan karakteristik pada kriteria
yang diinginkan dari kebutuhan atau tujuan
yang menonjol dengan perilaku yang
ditampilkan dalam situasi komunikasi.
Kredibilitas diberikan pendengar pada
pembicara yang mengadaptasi perspektif,
pengetahuan, dan ekspektasi pendengarnya.
(Wood, 2011).
Penelitian-penelitian
terhadap
kredibilitas pengajar diarahkan untuk menguji
hubungan dan pengaruhnya dengan berbagai
variabel,
seperti
perilaku
komunikatif
pengajar, perilaku pada umumnya, serta
sejumlah atribut pengajar seperti jenis kelamin,
orientasi seksual, ras.
(Meyer, Ibid).
Pengembangan atas penelitian tersebut antara
lain, bagaimana perilaku komunikasi pengajar
pada salah satu situs jejaring sosial (Hutchens
& Hayens, 2012) , penerapan strategi (Pytlak
& Houser 2014), atau ditempatkan secara
spesifik pada mata kuliah tertentu (Hsu & Lisa
2014).
Sementara
penelitian
tentang
kompetensi komunikasi di dunia pendidikan
cenderung beragam. Rubin dan Fezzel (1984)
melakukan penelitian yang secara khusus
melihat
elemen-elemen
kompetensi
komunikasi pada diri pengajar. Penelitian lain
dimaksudkan untuk melihat kompetensi
komunikasi pada peserta didik, seperti yang
dilakukan oleh Jo, Kang, dan Yun (2014),
penerapan pada bidang tertentu (Kobozeva,
Mironova, dan Chinyakova, 2015). Terkait
dengan kualitas pengajar, dilakukan pula
penelitian yang berorientasi pada upaya-upaya
peningkatan kompetensi komunikasi pengajar
(Zlatić, Bjekić, Marinkovića, & Bojović,
2014).
Dengan mempertimbangkan bahwa perilaku
komunikasi bukanlah suatu tindakan tunggal,
penelitian ini berusaha menguji bagaimana
kompetensi komunikasi dan misbehavior
pengajar berpengaruh terhadap kredibilitasnya.
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah :
ada pengarauh misbehavior dan kompetensi
komunikasi pengajar dengan kredibilitas
pengajar .Lebih lanjut, penelitian ini juga
bermaksud menguji perbedaan pengaruh setiap
kombinasi misbehavior dan kompetensi
komunikasi dalam kategori tinggi dan rendah
terhadap kredibilitas pengajar . Hipotesis
penelitian yang diajukan adalah : ada
perbedaan pengaruh diantara kombinasi
53
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
misbehavior dan kompetensi komunikasi
terhadap kredibilitas pengajar. Hasil akhir
dari uji beda ini adalah sebuah tipologi
kredibiltas pengajar berdasarkan kombinasi
misbehavior rendah – kompetensi komunikasi
rendah, misbehavior rendah- kompetensi
komunikasi tinggi, misbehavior tinggikompetensi komunikasi rendah, misbehavior
tinggi-kompetensi komunikasi tinggi.
Pengajar. Seluruh data yang didapat dari
jawaban responden berskala ordinal.
Untuk mengukur misbehavior pengajar,
kuisioner mengadopsi dari 28 perilaku
yang selanjutnya disusun dalam tiga
kategori misbehaviors pengajar, yaitu :
incompetences,
offensiveness,
dan
indolence. (Kearney, Plax, Hays, & Ivey,
1991). Adapun kompetensi komunikasi
diukur berdasarkan faktor kunci pada
dimensi kemampuan behavioral yang
diambil dari kriteria keefektivan. Faktor
kunci tersebut adalah : Message Skill,
Interaction Management, Behavioral
Flexibility, dan Relationship Cultivation
(Littlejohn and Foss, 2009).
Ukuran kredibilitas pengajar mengadopsi
18
semantic
deferensial
Faktor
Kredibilitas Sumber yang dirancang oleh
McCroskey. (McCroskey & Teven, 2013).
Hasil Uji realibilitas terhadap instrumen
tersebut adalah 0.85 untuk kompetensi,
0.92 untuk trustworthiness, dan 0.92
untuk caring ( McCroskey & Teven,
1999). Dari 18 Indikator, penelitian ini
menggunakan 5 indikator untuk setiap
dimensi. Dari hasil uji reliabilitas, nilai
croncbach alpaha variabel misbehavior,
kompetensi komunikasi, dan kredibilitas
pengajar adalah 0.893, 0.778, dan 0.882.
METODE
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Akademi
Analis Kesehatan Nasional Surakarta,
pada akhir semester gasal tahun ajaran
2015/2016.
Metode penelitian adalah
survey, dengan pendekatan kuantitatif
yaitu penelitian yang menggambarkan
atau menjelaskan suatu masalah yang
hasilnya
dapat
digeneralisasikan
(Kriyantono 2006 ).
2.
3.
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa Regular A dan B Akademi
Analis Kesehatan Nasional Surakarta
yang terdaftar sebagai mahasiswa pada
tahun akademik 2015/2016 sejumlah 296
orang. Sampel diambil dengan teknik
stratified random sampling sesuai kelas
dan tingkat. Jumlah
sampel dalam
penelitian ini menggunakan formulasi
tabel Arkin dan Colton (1957) dalam
Slamet (2001), yaitu untuk populasi di
bawah 500 besar sampel adalah 50% dari
populasi untuk tingkat kepercayaan 95%
dan standar error + 5%. (Slamet, 2001).
Dengan
demikian
jumlah
sampel
penelitian 148 orang, dengan komposisi
tingkat I 50 orang, tingkat II 50 orang,
dan tingkat III 48 orang
4.
Teknik Pengumpulan Data
Data primer penelitian ini diperoleh
melalui kuisioner yang diberikan kepada
seluruh responden. Kuisoner tersebut
merupakan operasionalisasi dari tiga
variabel penelitian, yaitu Misbehavior,
Kompetensi Komunikasi, dan Kredibilitas
54
Analisis Data
Dalam menguji pengaruh misbehavior
dan kompetensi komunikasi pengajar
terhadap kredibilitas pengajar, penelitian
ini menggunakan analisis regresi ganda.
Sedangkan untuk menguji perbandingan
setiap kombinasi misbehavior dan
kompetensi
komunikasi
terhadap
kredibilitas digunakan Mann Whitney Test
dan
Kruskall
Wallis.
Pada
uji
perbandingan ini seluruh data dari
variabel
misbehavior dan kompetensi komunikasi
ditransformasikan dalam data nominal,
dengan kategori tinggi dan rendah.
Kategori tinggi dan rendah tersebut
diperoleh dengan mencari nilai tengah
(median). Untuk n <median masuk
kategori rendah, dan n > median masuk
kategori tinggi. Hasil dari kategorisasi
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
data nominal tersebut membetuk tabulasi
silang antara misbehavior tinggi dan
rendah dengan kompetensi tinggi dan
rendah.
kedua variabel bebas (misbehavior dan
kompetensi
komunikasi
pengajar)
ditransformasikan dalam skala nominal.
Masing-masing variabel dibagi dalam dua
kategori, yaitu tinggi dan rendah berdasarkan
nilai tengah (median). Dengan demikian
terdapat empat kategori, yaitu : Kompetensi
Komunikasi Rendah – Misbehavior Rendah
(KKR-MBR),
Kompetensi
Komunikasi
Rendah – Misbehavior Tinggi (KKR-MBT),
Kompetensi Komunikasi Tinggi - Misbehavior
Rendah (KKT-MBR), dan Kompetensi
Komunikasi Tinggi- Misbehabior Tinggi
(KKT-MBT).Hasil transformasi kedua variabel
tersebut dibuat dalam tabulasi silang
sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut
(tabel 01)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis regresi ganda menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara
misbehavior
pengajar
dan
kompetensi
komunikasi terhadap kredibilitas pengajar,
F(2,146) = 3.06, p <0.05. Nilai R sebesar 0.617
yang
mengindikasikan hubungan antara
kredibilitas pengajar dengan kompetensi
komunikasi dan misbehavior pengajar adalah
sedang. Nilai R2 sebesar 0.381 menunjukkan
bahwa 38.1% kredibilitas pengajar dipengaruhi
oleh kompetensi komunikasi dan misbehavior
pengajar. Sementara sisanya sebesar 61.9%
dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
kompetensi komunikasi dan misbehavior
pengajar
Besarnya nilai konstanta adalah 51.128,
koefisien x1 sebesar (-0.233), dan koefisien x2
sebesar 0.441. Berdasarkan nilai koefisien
tersebut, didapat Persamaan Analisis Regresi
Ganda adalah :
Hasil uji beda dengan menggunakan kruskall
wallis-test menunjukkan adanya perbedaan
antara setiap tipe kombinasi misbehavior dan
kompetensi komunikasi pengajar dalam
mempengaruhi kredibilitas pengajar (nilai ChiSquare pada α = 0.05 dan df : 3 = 7.82, p :
0.000). Perbedaan pengaruh antara setiap
kombinasi misbehavior dan kompetensi
komunikasi terhadap kredibilitas pengajar
dapat dilihat dalam tabel berikut (Tabel 02):
Y = 51.128 + (-0.233) X1+0.441 X2
Ranking tertinggi dari hasil uji beda rerata
kredibilitas menunjukkan bahwa pengajar
dengan Kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior rendah berada pada tingkat
tertinggi ( X = 97.49) . Sedangkan pengajar
dengan kompetensi komunikasi rendah dan
misbehavior tinggi berada pada tingkat
terendah ( X = 42.76).
Diantara kedua
kombinasi
tersebut,
pengajar
dengan
kompetensi
komunikasi
rendah
dan
misbehavior rendah memiliki ranking rerata
kredibilitas lebih tinggi ( X = 69.10)
dibandingkan rangking rerata kredibilitas
pengajar dengan kompetensi tinggi dan
misbhevaior tinggi ( X = 57.04).
Dari persamaan di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa setiap perubahan skor kompetensi
komunikasi pengajar sebesar satu satuan akan
diikuti peningkatan kredibilitas pengajar
sebesar 0.441 satuan.
Sementara pada
koefisien misbehavior pengajar menunjukkan
tanda negatif yang berarti setiap perubahan
skor misbehavior pengajar sebesar satu satuan
akan diikuti penurunan kredibilitas pengajar
sebesar -0,233 satuan.
Setelah membuktikan adanya pengaruh
misbehavior dan kompetensi komunikasi
pengajar terhadap kredibilitas pengajar, maka
dapat dilanjutkan pada kajian kedua tentang
perbedaan pengaruh diantara kombinasi
misbehavior dan kompetensi komunikasi
terhadap kredibilitas pengajar. Pada kajian ini,
Untuk mengetahui kombinasi antar variabel
bebas mana yang berbeda, maka Mann
Whitney U test dilakukan sebagai uji lanjut.
55
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
Terdapat enam perbandingan yang diuji
dengan Mann Whitney U test. Dari keenam
perbandingan tersebut, empat menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan, sedangkan
dua perbandingan tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan.
Keempat
perbandingan yang menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan adalah :




bahwa kredibililitas pengajar dengan
kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior rendah lebih tinggi ( X =
40.81). dibandingkan dengan pengajar
dengan kompetensi komunikasi tinggi
dan misbehavior tinggi( X = 20.38).
Sedangkan dua perbandingan yang tidak
menunjukkan
adanya
perbedaan
yang
signifikan adalah : pengajar dengan
kompetensi
komunikasi
rendah
dan
misbehavior rendah dibandingkan pengajar
dengan kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior tinggi (p = 0.384), pengajar
dengan kompetensi komunikasi rendah dan
misbehavior tinggi dibandingkan pengajar
dengan kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior tinggi (p = 0.295). Hasil uji
Mann-Whitney test dapat dilihat dalam tabel
berikut (tabel 03) :
Pengajar
dengan
Kompetensi
komunikasi rendah dan misbehavior
rendah
dibandingkan kompetensi
komunikasi rendah dan misbehavior
tinggi (p = 0.003).
Perbandingan
tersebut
menunjukkan
bahwa
kredibilitas pengajar dengan kompetensi
komunikasi rendah dan misbehavior
rendah ( X = 43.9)
lebih tinggi
dibandingkan
pengajar
dengan
kompetensi komunikasi rendah dan
misbehavior tinggi ( X = 28.63).
Pengajar
dengan
Kompetensi
komunikasi rendah dan misbehavior
rendah, dibandingkan dengan pengajar
dengan
kompetensi
tinggi
dan
misbehavior rendah (p = 0.000).
Perbandingan tersebut menunjukkan
bahwa kredibilitas pengajar dengan
kompetensi komunikasi rendah dan
misbehavior rendah ( X = 40.22) lebih
rendah dibandingkan pengajar dengan
kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior rendah ( X = 61.86).
Pengajar
dengan
kompetensi
komunikasi rendah dan misbehavior
tinggi, dibandingkan dengan pengajar
dengan kompetensi komunikasi tinggi
dan misbehavior rendah (p = 0.000).
Perbandingan tersebut menunjukkan
bahwa kredibilitas pengajar dengan
kompetensi komunikasi rendah dan
misbehavior tinggi ( X = 25.37) lebih
rendah dibandingkan pengajar dengan
kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior rendah ( X = 57.81).
Pengajar
dengan
kompetensi
komunikasi tinggi dan misbehavior
rendah dibandingkan dengan pengajar
dengan kompetensi komunikasi tinggi
dan misbehavior tinggi (p=0.003).
Perbandingan tersebut menunjukkan
Urutan kredibilitas pengajar tertinggi dan
terendah (kompetensi komunikasi tinggi –
misbehavior
rendah
dan
kompetensi
komunikasi rendah – misbehavior tinggi)
memperkuat
kajian
pertama
yang
menunjukkan
adanya
pengaruh antara
misbehavior dan kompetensi komunikasi
terhadap kredibilitas pengajar. Violation
valence dalam Expectancy Violation Theori
juga memberikan penjelasan tentang nilai
positif maupun negatif yang diberikan terhadap
perilaku yang tidak diharapkan (Griffin, 2012).
Berangkat dari teori tersebut, maka setiap
kategori akan diberi bobot negatif dan positif
sesuai dengan karakteristik variabelnya. Untuk
kompetensi komunikasi akan diberi nilai
positif jika tinggi dan negatif jika rendah.
Sebaliknya, misbehavior diberi nilai positif
jika rendah dan negatif jika tinggi.
Pembobotan demikan akan menempatkan
kombinasi kompetensi komunikasi tinggi dan
misbehavior rendah pada titik tertinggi, dan
kompetensi
komunikasi
rendah
dan
misbehavior tinggi pada titik terendah.
Sebagai pembanding, hasil penelitian Thweatt
dan McCroskey yang mengkaji kaitan antara
immediacy dengan misbehavior memberikan
gambaran serupa. Immediacy mewakili bobot
positif pada persepsi, dan misbehavior
mewakili nilai negatif. Kesimpulan yang
diambil dari penelitian tersebut adalah bahwa
56
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
immediacy dapat menjadi karakteristik
menonjol yang memadai untuk membentuk
atau menetralisir persepsi atas misbehavior
pengajar. (Thweatt dan McCroskey, 1998).
menyarankan munculnya misbehavior pada
diri pengajar sekalipun memiliki kompetensi
komunikasi yang tinggi. Untuk memperoleh
kredibilitas yang tinggi, kedua variabel
tersebut harus menjadi pertimbangan bagi
pengajar. Pengajar dengan misbehavior rendah
didukung oleh kompetensi komunikasi tinggi
akan menjadikan karakter positif yang
menonjol pada persepsi siswa.
Sementara
dua
perbandingan
lainnya
menunjukkan bahwa siswa lebih memandang
kredibel pengajar yang tidak terlalu kompeten
dalam
berkomunikasi
namun
sedikit
misbehavior, dibandingkan pengajar yang
kompeten dalam berkomunikasi namun
misbehavior tinggi. Perbandingan tersebut
seolah menunjukkan bahwa siswa sulit untuk
memangkirkan perilaku misbehavilor pengajar
sekalipun terdapat perilaku lain yang positif.
Sebagaimana diungkapkan Kelsey (et al)
bahwa dengan berlangsungnya atribusi pada
sistem
kognisi,
siswa
tidak
terlalu
‘memaafkan’ ketika pengajar misbehave.
Sekalipun pengajar menampilkan perilaku
yang sesuai/tepat, tidak menjadikannya kebal
terhadap
kecenderungan
siswa
untuk
mengaitkan kausalitas internal dengan
misbehavior. (Kelsey, Kearney, Plax, Allen, &
Ritter, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 1998. Metode Penelitian Edisi I.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Banfield, S. R., Richmond, V. P. &
McCroskey, J. C., 2006. The Effect of
teacher Misbehaviors on teacher
credibility and Affect for The Teacher.
Communication Education Vol 55, pp.
63 - 72.
DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi
Antar
Manusia
Edisi
Kelima.
Tangerang : Karisma Publishing.
Griffin, E. M., 2012. First Look at
Communication Theory - Eight Edition.
New York: Mc Graw-Hill.
Hutchens, J. S. & Hayes, T., 2012. In Your
Facebook : Examining Facebook usage
as misbehavior on perceived teacher
credibility. Education and Information
Technologies Vol 19, pp. 5 - 20.
Jo, I.-H., Kang, S. & Yoon, 2014. Effects of
Communication Competence and Social
Network Centralities on Learner
Performance. Educational Technology
& Society, 17 (3), pp. 108-120.
Kearney, P., Plax, T. G., Hays, E. R. & Ivey,
M.
J.,
1991.
TEACHER
MISBEHAVIOR: What Students Don't
Like About What Teachers Say and Do.
Atlanta,
EDUCATIONAL
RESOURCES
INFORMATION
CENTER, pp. 1 - 44.
Kelsey, D. M. et al., 2004. College Students’
Attributions of Teacher Misbehaviors.
Communication Education, pp. 40-55.
Kriyantono, R., 2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Lisa, Li-I Hsu, 2014. The Relationship
between English TeacherMisbehaviors
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, persepsi mahasiswa
terhadap kredibilitas pengajar dari hasil
tabulasi silang kompetensi komunikasi dan
misbehavior
pengajar
yang
dapat
menghasilkan tipologi perbandingan keempat
kombinasi tersebut. Tingkat Kredibilitas
terendah adalah kombinasi antara Kompetensi
komunikasi rendah dengan misbehavior tinggi
( X = 42.76). Tingkatan kedua adalah
kombinasi antara kompetensi komunikasi
tinggi dengan misbehavior tinggi ( X = 57.04).
Tingkatan ketiga adalah kombinasi antara
kompetensi komunikasi rendah dengan
misbehavior rendah ( X = 69.10). Tingkatan
tertinggi adalah kombinasi antara kompetensi
komunikasi tinggi dengan misbehavior rendah
( X = 97.49).
Selain membuktikan adanya pengaruh
misbehavior dan kompetensi komunikasi
pengajar terhadap kredibilitas pengajar,
temuan penting dalam penelitian ini adalah
bahwa misbehavior pengajar tidak dapat
dinetralkan dengan kompetensi komunikasi
pengajar. Hasil tersebut secara umum tidak
57
Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016
in the Classroom and Students’
Perception of Teacher Credibility.
International Journal of English
Language Education, pp. 11 - 27.
Littlejohn, S. W. & Foss, K. A. (., 2009.
Encyclopedia
of
Communication
Theory. Thousand Oaks, California:
Sage Publications.
Rubin, R. B., 1983. Conceptualizing
Communication
Competence:
Directionsfor Research and Instruction..
Washington D.C, EDUCATIONAL
RESOURCES
INFORMATION
CENTER, pp. 1 - 27.
Rubin, R. B. & Feezel, J. D., 1984. Element on
Teacher
Communication
Competence:An Examination of Skills,
Knowledge
and
Motivation
to
Communicate.. Chicago, Educational
Resource Information Center, pp. 1-22.
Slamet, Y., 2001. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Surakarta: PT Pabelan.
Thweatt, K. S. & McCroskey, J. C., 1998. The
impact of teacher immediacy and
misbehaviors on teacher credibility.
Communication Education, pp. 347-358.
Waldeck, J.H., Kearney, Patricia, and Plax,
T.G.
2001.
Instructional
dan
Developmental Communication Theory
and Research in the 1990s: extending
the Agenda for the 21st Century. In
Communication Yearbook 24, by
Gudykunst, William B. (Ed), hlm. 207 229. Thousand Oaks, California: Sage
Publication.
Wirosuhardjo, K., 2015. PTS Sayang, PTS
Perlu
Ditimang-Perguruan
Tinggi
Swasta dalam Sorotan. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Wood, J. T., 2011. Communication Mosaics:
An Introduction to the Field of
Communication, Sixth Edition. Boston:
Wadsworth, Cengage Learning.
Zlatić, L., Bjekić, D., Marinkovića, S. &
Bojović, M., 2014. Development of
teacher communication competence.
Procedia - Social and Behavioral
Sciences Vol. 116, p. 606 – 610.
McCroskey,
James
C
.
1981.
“Communication Competence and
Performance: A Research and
Pedagogical
Perspective.”
Communication Education Vol. 31 ,
hlm. 1-8.
McCroskey, J. C., Holdridge, W. & Toomb, J.
K., 1974. An instrument for measuring
the source credibility of basic speech
communication instructors. Speech
Teacher (23), pp. 26-33.
McCroskey, J. C. & Teven, J. J., 1999.
Goodwill:A Reexamination of the
construct
and
it's
measurement.
Communication Monograph, pp. 90103.
Meyer,
S.
A.,
2010.
Instrutional
Communication The Emergence of A
Field. In: The Sage Handbook of
Communication. Thousand Oaks: Sage
Publication, pp. 149 - 159.
Perloff, R. M., 2003. The Dynamic of
Persuasion,
Communication
and
Attitudes in the 21st Century, Second
Edition.
Mahwah,
New
Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Pytlak, M. & Houser, M., 2014. Because I'm
The Teacher and I Said So : GTA Use of
Behavior Alteration Techniques to
Establish Power and Credibility in The
College Classroom. Western Journal of
Communication Volume 78, pp. 287 309.
58
Download