Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 Pengaruh Misbehavior dan Kompetensi Komunikasi Pengajar terhadap Kredibilitas Pengajar Stefanus Khrismasagung Trikusumaadi, S.Sos STIKES NASIONAL SURAKARTA [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan membuat suatu tipologi yang menjelaskan pengaruh kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap kredibilitas pengajar. Tipologi tersebut akan menempatkan kredibilitas pengajar dalam tabulasi silang di antara kompetensi komunikasi dan misbehavior dalam kategori tinggi dan rendah. Penelitian ini menggunakan metode survey, yang dilakukan terhadap mahasiswa Reguler A dan B Akademi Analis Kesehatan Nasional tahun akademik 2015/2016. Sampel berjumlah 148 mahasiswa dari tingkat I-III, diambil dengan cara stratified random sampling. Untuk menguji pengaruh Misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap kredibilitas pengajar menggunakan analisis regresi ganda. Selanjutnya digunakan Kruskall Wallis dan Mann Whitney test untuk uji beda pengaruh kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar. Serta terdapat berbedaan persepsi terhadap kredibilitas pengajar dalam perbandingan kombinasi misbehavior dan kredibiltas pengajar. Kata Kunci : Kredibilitas Pengajar, Misbehavior, Komunikasi Instruksional, Kompetensi Komunikasi dalam suatu pembelajaran terkait dengan efektivitas pembelajaran. Pengajar yang dianggap kurang kredibel sangat mungkin untuk kurang di dengarkan, atau siswa enggan belajar darinya (McCroskey, Holdridge, dan Toombs, 1974). Kredibilitas pengajar, khususnya pada perguruan tinggi swasta di Indonesia patut ditinjau secara lebih dalam. Selain banyaknya pengajar perguruan tinggi yang belum memenuhi kualifikasi akademik (Kompas, 25/03/2013) , Perguruan Tinggi Swasta juga rawan terhadap kondisi lemahnya kualitas dosen. Wirosuhardjo menyebutkan beberapa hal yang memicu terjadinya kondisi demikian, antara lain : pola rekrutment, jenjang karir, penguasaan bahasa Inggris, budaya kompetisi, serta kegiatan penelitian dan publikasinya (Wirosuharjo, 2015). Indikasi tersebut mendorong perlunya kajian tentang kredibilitas pengajar di perguruan tinggi swasta. PENDAHULUAN Kredibilitas pengajar menjadi salah satu kajian dalam komunikasi instruksional1, khususnya dalam variabel komunikasi pengajar. Arti penting kredibilitas pengajar 1 Kajian komunikasi instruksional dipelopori oleh Sorensen dan Christophel pada tahun 1992 dalam International Communication Association. Kajian ini dibedakan dari komunikasi pendidikan yang memusatkan diri pada strategi instruksional yang dirancang secara khusus untuk mengajar isi dari kajian speech communication. Sementara komunikai instruksional terpusat pada implementasi sistem komunikasi yang memfasilitasi pembelajaran tanpa memandang ilmu tertentu. (Waldeck, Kearney, & Plax, 2001). 52 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 Meskipun secara konseptual kredibilitas tidak melekat pada diri komunikator, namun perilaku sumber informasi merupakan salah satu stimulus yang membangun kredibilitasnya. Dalam hubungan antara sumber dengan penerima, McCroskey mendefinisikan kredibilitas sebagai “sikap terhadap sumber komunikasi yang dilakukan pada waktu tertentu oleh penerima.” (McCroskey 1997, dalam Perloff, 2003). Siswa akan menilai, sejauh mana pengajar dipandang sebagai pihak yang terpercaya (Meyer, 2010). Misbehavior dan kompetensi komunikasi hanyalah dua perilaku komunikasi yang dapat berpengaruh terhadap kredibilitas pengajar. Misbehavior merujuk pada “Perilaku yang mengganggu pengajaran, dan dengan demikian mengganggu pembelajaran” (Kearney, Plax, Hays, & Ivey, 1991). Pengajar akan dipersepsikan kurang kredibel jika muncul salah satu tipe misbehavior (Banfield, Richmond, & McCroskey, 2006). Penilaian ini merupakan bentuk resistensi siswa atas perilaku pengajar yang dianggap tidak tepat atau tidak konsisten dengan harapan siswa tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh pengajar (Kearney, Plax, Hays, & Ivey, 1991). Diantara berbagai pengertian tentang kompetensi komunikasi, beberapa pakar memberikan pandangan yang sama bahwa setidaknya kompetensi komunikasi menyangkut dua indikator, yaitu keefektivan dan kesesuaian ( Rubbin, 1983; Spitzberg, 1983 dalam Morrale, 2011; John M Wimman, 1977 dalam Mc Croskey, 1981 ; Spitzberg dan Cupach dalam Devito, 2011). Pengertian tersebut setidaknya menunjukkan adanya kemampuan memilih perilaku, pemenuhan tujuan, dan kesesuaian konteks. Atas karakteristik-karakteristik yang ditampilkan, audiens mengevaluasi dan menyimpulkan kesan terhadap komunikatornya. Terkait dengan kredibilitas sumber, Cronkhite dan Liska (1980) dalam Rubbin (1983) memandang kredibilitas dan kompetensi komunikasi mengalami jenis yang sama dalam proses persepsi, yaitu yaitu terjadinya konseptualisasi pikiran seseorang berdasarkan karakteristik teramati (Rubin, 1983). Pada kedua proses tersebut, seseorang mengevaluasi orang lain dengan membandingkan karakteristik pada kriteria yang diinginkan dari kebutuhan atau tujuan yang menonjol dengan perilaku yang ditampilkan dalam situasi komunikasi. Kredibilitas diberikan pendengar pada pembicara yang mengadaptasi perspektif, pengetahuan, dan ekspektasi pendengarnya. (Wood, 2011). Penelitian-penelitian terhadap kredibilitas pengajar diarahkan untuk menguji hubungan dan pengaruhnya dengan berbagai variabel, seperti perilaku komunikatif pengajar, perilaku pada umumnya, serta sejumlah atribut pengajar seperti jenis kelamin, orientasi seksual, ras. (Meyer, Ibid). Pengembangan atas penelitian tersebut antara lain, bagaimana perilaku komunikasi pengajar pada salah satu situs jejaring sosial (Hutchens & Hayens, 2012) , penerapan strategi (Pytlak & Houser 2014), atau ditempatkan secara spesifik pada mata kuliah tertentu (Hsu & Lisa 2014). Sementara penelitian tentang kompetensi komunikasi di dunia pendidikan cenderung beragam. Rubin dan Fezzel (1984) melakukan penelitian yang secara khusus melihat elemen-elemen kompetensi komunikasi pada diri pengajar. Penelitian lain dimaksudkan untuk melihat kompetensi komunikasi pada peserta didik, seperti yang dilakukan oleh Jo, Kang, dan Yun (2014), penerapan pada bidang tertentu (Kobozeva, Mironova, dan Chinyakova, 2015). Terkait dengan kualitas pengajar, dilakukan pula penelitian yang berorientasi pada upaya-upaya peningkatan kompetensi komunikasi pengajar (Zlatić, Bjekić, Marinkovića, & Bojović, 2014). Dengan mempertimbangkan bahwa perilaku komunikasi bukanlah suatu tindakan tunggal, penelitian ini berusaha menguji bagaimana kompetensi komunikasi dan misbehavior pengajar berpengaruh terhadap kredibilitasnya. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah : ada pengarauh misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar dengan kredibilitas pengajar .Lebih lanjut, penelitian ini juga bermaksud menguji perbedaan pengaruh setiap kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi dalam kategori tinggi dan rendah terhadap kredibilitas pengajar . Hipotesis penelitian yang diajukan adalah : ada perbedaan pengaruh diantara kombinasi 53 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar. Hasil akhir dari uji beda ini adalah sebuah tipologi kredibiltas pengajar berdasarkan kombinasi misbehavior rendah – kompetensi komunikasi rendah, misbehavior rendah- kompetensi komunikasi tinggi, misbehavior tinggikompetensi komunikasi rendah, misbehavior tinggi-kompetensi komunikasi tinggi. Pengajar. Seluruh data yang didapat dari jawaban responden berskala ordinal. Untuk mengukur misbehavior pengajar, kuisioner mengadopsi dari 28 perilaku yang selanjutnya disusun dalam tiga kategori misbehaviors pengajar, yaitu : incompetences, offensiveness, dan indolence. (Kearney, Plax, Hays, & Ivey, 1991). Adapun kompetensi komunikasi diukur berdasarkan faktor kunci pada dimensi kemampuan behavioral yang diambil dari kriteria keefektivan. Faktor kunci tersebut adalah : Message Skill, Interaction Management, Behavioral Flexibility, dan Relationship Cultivation (Littlejohn and Foss, 2009). Ukuran kredibilitas pengajar mengadopsi 18 semantic deferensial Faktor Kredibilitas Sumber yang dirancang oleh McCroskey. (McCroskey & Teven, 2013). Hasil Uji realibilitas terhadap instrumen tersebut adalah 0.85 untuk kompetensi, 0.92 untuk trustworthiness, dan 0.92 untuk caring ( McCroskey & Teven, 1999). Dari 18 Indikator, penelitian ini menggunakan 5 indikator untuk setiap dimensi. Dari hasil uji reliabilitas, nilai croncbach alpaha variabel misbehavior, kompetensi komunikasi, dan kredibilitas pengajar adalah 0.893, 0.778, dan 0.882. METODE 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta, pada akhir semester gasal tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian adalah survey, dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono 2006 ). 2. 3. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Regular A dan B Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta yang terdaftar sebagai mahasiswa pada tahun akademik 2015/2016 sejumlah 296 orang. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling sesuai kelas dan tingkat. Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan formulasi tabel Arkin dan Colton (1957) dalam Slamet (2001), yaitu untuk populasi di bawah 500 besar sampel adalah 50% dari populasi untuk tingkat kepercayaan 95% dan standar error + 5%. (Slamet, 2001). Dengan demikian jumlah sampel penelitian 148 orang, dengan komposisi tingkat I 50 orang, tingkat II 50 orang, dan tingkat III 48 orang 4. Teknik Pengumpulan Data Data primer penelitian ini diperoleh melalui kuisioner yang diberikan kepada seluruh responden. Kuisoner tersebut merupakan operasionalisasi dari tiga variabel penelitian, yaitu Misbehavior, Kompetensi Komunikasi, dan Kredibilitas 54 Analisis Data Dalam menguji pengaruh misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap kredibilitas pengajar, penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Sedangkan untuk menguji perbandingan setiap kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas digunakan Mann Whitney Test dan Kruskall Wallis. Pada uji perbandingan ini seluruh data dari variabel misbehavior dan kompetensi komunikasi ditransformasikan dalam data nominal, dengan kategori tinggi dan rendah. Kategori tinggi dan rendah tersebut diperoleh dengan mencari nilai tengah (median). Untuk n <median masuk kategori rendah, dan n > median masuk kategori tinggi. Hasil dari kategorisasi Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 data nominal tersebut membetuk tabulasi silang antara misbehavior tinggi dan rendah dengan kompetensi tinggi dan rendah. kedua variabel bebas (misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar) ditransformasikan dalam skala nominal. Masing-masing variabel dibagi dalam dua kategori, yaitu tinggi dan rendah berdasarkan nilai tengah (median). Dengan demikian terdapat empat kategori, yaitu : Kompetensi Komunikasi Rendah – Misbehavior Rendah (KKR-MBR), Kompetensi Komunikasi Rendah – Misbehavior Tinggi (KKR-MBT), Kompetensi Komunikasi Tinggi - Misbehavior Rendah (KKT-MBR), dan Kompetensi Komunikasi Tinggi- Misbehabior Tinggi (KKT-MBT).Hasil transformasi kedua variabel tersebut dibuat dalam tabulasi silang sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut (tabel 01) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis regresi ganda menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara misbehavior pengajar dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar, F(2,146) = 3.06, p <0.05. Nilai R sebesar 0.617 yang mengindikasikan hubungan antara kredibilitas pengajar dengan kompetensi komunikasi dan misbehavior pengajar adalah sedang. Nilai R2 sebesar 0.381 menunjukkan bahwa 38.1% kredibilitas pengajar dipengaruhi oleh kompetensi komunikasi dan misbehavior pengajar. Sementara sisanya sebesar 61.9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar kompetensi komunikasi dan misbehavior pengajar Besarnya nilai konstanta adalah 51.128, koefisien x1 sebesar (-0.233), dan koefisien x2 sebesar 0.441. Berdasarkan nilai koefisien tersebut, didapat Persamaan Analisis Regresi Ganda adalah : Hasil uji beda dengan menggunakan kruskall wallis-test menunjukkan adanya perbedaan antara setiap tipe kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar dalam mempengaruhi kredibilitas pengajar (nilai ChiSquare pada α = 0.05 dan df : 3 = 7.82, p : 0.000). Perbedaan pengaruh antara setiap kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar dapat dilihat dalam tabel berikut (Tabel 02): Y = 51.128 + (-0.233) X1+0.441 X2 Ranking tertinggi dari hasil uji beda rerata kredibilitas menunjukkan bahwa pengajar dengan Kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah berada pada tingkat tertinggi ( X = 97.49) . Sedangkan pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi berada pada tingkat terendah ( X = 42.76). Diantara kedua kombinasi tersebut, pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior rendah memiliki ranking rerata kredibilitas lebih tinggi ( X = 69.10) dibandingkan rangking rerata kredibilitas pengajar dengan kompetensi tinggi dan misbhevaior tinggi ( X = 57.04). Dari persamaan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa setiap perubahan skor kompetensi komunikasi pengajar sebesar satu satuan akan diikuti peningkatan kredibilitas pengajar sebesar 0.441 satuan. Sementara pada koefisien misbehavior pengajar menunjukkan tanda negatif yang berarti setiap perubahan skor misbehavior pengajar sebesar satu satuan akan diikuti penurunan kredibilitas pengajar sebesar -0,233 satuan. Setelah membuktikan adanya pengaruh misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap kredibilitas pengajar, maka dapat dilanjutkan pada kajian kedua tentang perbedaan pengaruh diantara kombinasi misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar. Pada kajian ini, Untuk mengetahui kombinasi antar variabel bebas mana yang berbeda, maka Mann Whitney U test dilakukan sebagai uji lanjut. 55 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 Terdapat enam perbandingan yang diuji dengan Mann Whitney U test. Dari keenam perbandingan tersebut, empat menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, sedangkan dua perbandingan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Keempat perbandingan yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan adalah : bahwa kredibililitas pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah lebih tinggi ( X = 40.81). dibandingkan dengan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior tinggi( X = 20.38). Sedangkan dua perbandingan yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan adalah : pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior rendah dibandingkan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior tinggi (p = 0.384), pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi dibandingkan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior tinggi (p = 0.295). Hasil uji Mann-Whitney test dapat dilihat dalam tabel berikut (tabel 03) : Pengajar dengan Kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior rendah dibandingkan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi (p = 0.003). Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa kredibilitas pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior rendah ( X = 43.9) lebih tinggi dibandingkan pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi ( X = 28.63). Pengajar dengan Kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior rendah, dibandingkan dengan pengajar dengan kompetensi tinggi dan misbehavior rendah (p = 0.000). Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa kredibilitas pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior rendah ( X = 40.22) lebih rendah dibandingkan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah ( X = 61.86). Pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi, dibandingkan dengan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah (p = 0.000). Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa kredibilitas pengajar dengan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi ( X = 25.37) lebih rendah dibandingkan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah ( X = 57.81). Pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah dibandingkan dengan pengajar dengan kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior tinggi (p=0.003). Perbandingan tersebut menunjukkan Urutan kredibilitas pengajar tertinggi dan terendah (kompetensi komunikasi tinggi – misbehavior rendah dan kompetensi komunikasi rendah – misbehavior tinggi) memperkuat kajian pertama yang menunjukkan adanya pengaruh antara misbehavior dan kompetensi komunikasi terhadap kredibilitas pengajar. Violation valence dalam Expectancy Violation Theori juga memberikan penjelasan tentang nilai positif maupun negatif yang diberikan terhadap perilaku yang tidak diharapkan (Griffin, 2012). Berangkat dari teori tersebut, maka setiap kategori akan diberi bobot negatif dan positif sesuai dengan karakteristik variabelnya. Untuk kompetensi komunikasi akan diberi nilai positif jika tinggi dan negatif jika rendah. Sebaliknya, misbehavior diberi nilai positif jika rendah dan negatif jika tinggi. Pembobotan demikan akan menempatkan kombinasi kompetensi komunikasi tinggi dan misbehavior rendah pada titik tertinggi, dan kompetensi komunikasi rendah dan misbehavior tinggi pada titik terendah. Sebagai pembanding, hasil penelitian Thweatt dan McCroskey yang mengkaji kaitan antara immediacy dengan misbehavior memberikan gambaran serupa. Immediacy mewakili bobot positif pada persepsi, dan misbehavior mewakili nilai negatif. Kesimpulan yang diambil dari penelitian tersebut adalah bahwa 56 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 immediacy dapat menjadi karakteristik menonjol yang memadai untuk membentuk atau menetralisir persepsi atas misbehavior pengajar. (Thweatt dan McCroskey, 1998). menyarankan munculnya misbehavior pada diri pengajar sekalipun memiliki kompetensi komunikasi yang tinggi. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi, kedua variabel tersebut harus menjadi pertimbangan bagi pengajar. Pengajar dengan misbehavior rendah didukung oleh kompetensi komunikasi tinggi akan menjadikan karakter positif yang menonjol pada persepsi siswa. Sementara dua perbandingan lainnya menunjukkan bahwa siswa lebih memandang kredibel pengajar yang tidak terlalu kompeten dalam berkomunikasi namun sedikit misbehavior, dibandingkan pengajar yang kompeten dalam berkomunikasi namun misbehavior tinggi. Perbandingan tersebut seolah menunjukkan bahwa siswa sulit untuk memangkirkan perilaku misbehavilor pengajar sekalipun terdapat perilaku lain yang positif. Sebagaimana diungkapkan Kelsey (et al) bahwa dengan berlangsungnya atribusi pada sistem kognisi, siswa tidak terlalu ‘memaafkan’ ketika pengajar misbehave. Sekalipun pengajar menampilkan perilaku yang sesuai/tepat, tidak menjadikannya kebal terhadap kecenderungan siswa untuk mengaitkan kausalitas internal dengan misbehavior. (Kelsey, Kearney, Plax, Allen, & Ritter, 2004). DAFTAR PUSTAKA Azwar, S., 1998. Metode Penelitian Edisi I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Banfield, S. R., Richmond, V. P. & McCroskey, J. C., 2006. The Effect of teacher Misbehaviors on teacher credibility and Affect for The Teacher. Communication Education Vol 55, pp. 63 - 72. DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang : Karisma Publishing. Griffin, E. M., 2012. First Look at Communication Theory - Eight Edition. New York: Mc Graw-Hill. Hutchens, J. S. & Hayes, T., 2012. In Your Facebook : Examining Facebook usage as misbehavior on perceived teacher credibility. Education and Information Technologies Vol 19, pp. 5 - 20. Jo, I.-H., Kang, S. & Yoon, 2014. Effects of Communication Competence and Social Network Centralities on Learner Performance. Educational Technology & Society, 17 (3), pp. 108-120. Kearney, P., Plax, T. G., Hays, E. R. & Ivey, M. J., 1991. TEACHER MISBEHAVIOR: What Students Don't Like About What Teachers Say and Do. Atlanta, EDUCATIONAL RESOURCES INFORMATION CENTER, pp. 1 - 44. Kelsey, D. M. et al., 2004. College Students’ Attributions of Teacher Misbehaviors. Communication Education, pp. 40-55. Kriyantono, R., 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Lisa, Li-I Hsu, 2014. The Relationship between English TeacherMisbehaviors KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, persepsi mahasiswa terhadap kredibilitas pengajar dari hasil tabulasi silang kompetensi komunikasi dan misbehavior pengajar yang dapat menghasilkan tipologi perbandingan keempat kombinasi tersebut. Tingkat Kredibilitas terendah adalah kombinasi antara Kompetensi komunikasi rendah dengan misbehavior tinggi ( X = 42.76). Tingkatan kedua adalah kombinasi antara kompetensi komunikasi tinggi dengan misbehavior tinggi ( X = 57.04). Tingkatan ketiga adalah kombinasi antara kompetensi komunikasi rendah dengan misbehavior rendah ( X = 69.10). Tingkatan tertinggi adalah kombinasi antara kompetensi komunikasi tinggi dengan misbehavior rendah ( X = 97.49). Selain membuktikan adanya pengaruh misbehavior dan kompetensi komunikasi pengajar terhadap kredibilitas pengajar, temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa misbehavior pengajar tidak dapat dinetralkan dengan kompetensi komunikasi pengajar. Hasil tersebut secara umum tidak 57 Jurnal IKON Prodi D3 Komunikasi Massa – Politeknik Indonusa Surakarta Vol. 2 No. 4 Desember 2016 in the Classroom and Students’ Perception of Teacher Credibility. International Journal of English Language Education, pp. 11 - 27. Littlejohn, S. W. & Foss, K. A. (., 2009. Encyclopedia of Communication Theory. Thousand Oaks, California: Sage Publications. Rubin, R. B., 1983. Conceptualizing Communication Competence: Directionsfor Research and Instruction.. Washington D.C, EDUCATIONAL RESOURCES INFORMATION CENTER, pp. 1 - 27. Rubin, R. B. & Feezel, J. D., 1984. Element on Teacher Communication Competence:An Examination of Skills, Knowledge and Motivation to Communicate.. Chicago, Educational Resource Information Center, pp. 1-22. Slamet, Y., 2001. Teknik Pengambilan Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Surakarta: PT Pabelan. Thweatt, K. S. & McCroskey, J. C., 1998. The impact of teacher immediacy and misbehaviors on teacher credibility. Communication Education, pp. 347-358. Waldeck, J.H., Kearney, Patricia, and Plax, T.G. 2001. Instructional dan Developmental Communication Theory and Research in the 1990s: extending the Agenda for the 21st Century. In Communication Yearbook 24, by Gudykunst, William B. (Ed), hlm. 207 229. Thousand Oaks, California: Sage Publication. Wirosuhardjo, K., 2015. PTS Sayang, PTS Perlu Ditimang-Perguruan Tinggi Swasta dalam Sorotan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wood, J. T., 2011. Communication Mosaics: An Introduction to the Field of Communication, Sixth Edition. Boston: Wadsworth, Cengage Learning. Zlatić, L., Bjekić, D., Marinkovića, S. & Bojović, M., 2014. Development of teacher communication competence. Procedia - Social and Behavioral Sciences Vol. 116, p. 606 – 610. McCroskey, James C . 1981. “Communication Competence and Performance: A Research and Pedagogical Perspective.” Communication Education Vol. 31 , hlm. 1-8. McCroskey, J. C., Holdridge, W. & Toomb, J. K., 1974. An instrument for measuring the source credibility of basic speech communication instructors. Speech Teacher (23), pp. 26-33. McCroskey, J. C. & Teven, J. J., 1999. Goodwill:A Reexamination of the construct and it's measurement. Communication Monograph, pp. 90103. Meyer, S. A., 2010. Instrutional Communication The Emergence of A Field. In: The Sage Handbook of Communication. Thousand Oaks: Sage Publication, pp. 149 - 159. Perloff, R. M., 2003. The Dynamic of Persuasion, Communication and Attitudes in the 21st Century, Second Edition. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Pytlak, M. & Houser, M., 2014. Because I'm The Teacher and I Said So : GTA Use of Behavior Alteration Techniques to Establish Power and Credibility in The College Classroom. Western Journal of Communication Volume 78, pp. 287 309. 58