V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat suhu rata-rata 24° C – 30°C. Curah hujan rata-rata di daerah ini sekitar 130 mm/tahun. Tinggi desa dari permukaan laut 300 mdl. Ketinggian lokasi cocok untuk budidaya perikanan khususnya budidaya ikan gurame dan tanaman palawija. Desa Pabuaran memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut; Bagian Utara berbatasan dengan Desa Pondok Udik Kecamatan Kemang, Selatan berbatasan dengan PT Perkebunan Nusantara IX Kecamatan Kemang, Timur berbatasan dengan Desa Kemang Kecamatan Kemang, Bagian barat berbatasan dengan desa Candali Kecamatan Ranca Bungur. Jarak desa Pabuaran ke Ibukota kecamatan adalah 3,5 km, dari ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten adalah 15 km, dari ibu kota kabupaten ke ibu kota provinsi adalah 120 km. Luas wilayah desa Pabuaran kecamatan Kemang menurut penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tata Guna Lahan Desa Pabuaran, Bulan Juli 2010 No Tata Guna Lahan Luas Area (ha) 1 Pemukiman 2 Sawah irigasi sederhana 3 Usaha Perikanan 4 Perkantoran 5 Pekarangan 6 Luas Tanaman Pakan Ternak Sumber : Daftar Isian Data Profil Desa dan Kelurahan Pabuaran Tahun 2010 60 40 15 0,1 36 10 Berdasarkan data profil desa Pabuaran, produksi budidaya perikanan antara lain ikan mas sebesar 10 ton/tahun, ikan mujair 15 ton/tahun, ikan lele 16 ton/tahun, ikan patin 10 ton/tahun, ikan nila 15 ton/tahun, ikan gurame 40 ton/tahun. Dari hasil data produksi budidaya perikanan, menunjukkan bahwa produksi perikanan yang paling besar ialah budidaya ikan gurame. Maka desa Pabuaran memiliki potensi pengembangan budidaya ikan gurame. Pemasaran dari hasil perikanan dijual melalui tengkulak atau pedagang pengumpul. Jumlah penduduk desa Pabuaran sampai dengan Juli 2010 adalah 11.002 orang, yang terdiri dari penduduk pria sebanyak 5.687 orang dengan penduduk wanita sebanyak 5.315 orang. Penduduk desa pabuaran yang berusia antara 18 tahun sampai dengan 56 tahun sebanyak 1.350 orang dari jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja produktif. Mata pencaharian penduduk desa sebagian besar ialah petani dan buruh tani, sedangkan penduduk yang lain adalah bekerja sebagai penjual jasa, pedagang dan peternak. 5.2 Karakteristik Petani Ikan Gurame Pada penelitian ini jumlah responden sebanyak 10 orang petani yang tergabung dalam kelompok Tunas Mina Terpadu. Kegiatan budidaya ikan gurame yang dilakukan petani responden ialah pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran. Kegiatan budidaya memiliki pola produksi, dimana pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Sehingga, petani melakukan dua jenis tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Umumnya kegiatan budidaya ikan gurame di desa Pabuaran masih dilakukan secara tidak intensif. Pertama kali berdirinya kelompok tani dipelopori oleh Bapak H.Suryadi selaku ketua kelompok tani pada tahun 1992. Pada tahun 2010 barulah disahkan sebagai kelompok Tunas Tani Terpadu dikarenakan adanya pembinaan untuk kelompok tani-kelompok tani dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. Pada tahun 2011, nama kelompok tani diganti menjadi Kelompok Tunas Mina Terpadu. Penggantian nama kelompok tani dikarenakan kebijakan pemerintah Kabupaten Bogor tentang Minapolitan yang bertujuan meningkatkan produktivitas perikanan terutama ikan gurame, lele dan ikan hias, sehingga kelompok tani-kelompok tani yang bergerak dibidang perikanan disokong dan dibantu dalam membudidayakan perikanannya. Kelompok Tunas Mina Terpadu merupakan kumpulan dari beberapa petani yang memiliki kebutuhan dan tujuan yang sama dalam memproduksi serta menjadikan usahatani ikan gurame sebagai mata pencaharian utamanya, kelompok yang berjumlah 10 orang tersebut berumur dari 35 tahun sampai dengan 67 tahun. Data usia kelompok tani ikan gurame responden dapat dilihat pada Tabel 7. 46 Tabel 7. Kelompok Umur Petani Ikan Gurame Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 No 1 2 3 4 Kelompok Umur (tahun) 30 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 67 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah) 2011 Jumlah (orang) 3 4 2 1 10 Persentase (%) 30 40 20 10 100 Petani ikan gurame responden di desa Pabuaran pada umumnya memiliki kolam atau empang sendiri, karena responden menjadikan usaha budidaya ikan gurame sebagai mata pencaharian utamanya. Petani ikan gurame memiliki luas kolam yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan usahanya. Data mengenai struktur luas kolam serta produksi dari kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 8. Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Gurame Oleh Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 Tabel 8. Kegiatan Usaha No Responden Pembenihan Luas Kolam Produksi ( m2 ) (ekor)* Pembesaran Luas Kolam Produksi ( m2 ) (kilogram)** 1 2 3 114 122 158 488 528 566 80 130 80 62 104 64 4 118 508 125 98 5 86 457 95 73 6 108 460 140 112 7 105 562 220 176 8 112 600 290 232 9 114 488 170 136 10 122 530 170 138 Total 1.159 5.187 Keterangan : * = Produksi satu minggu ** = Produksi satu bulan Sumber: Data Primer (diolah) 2011 1.500 1.195 47 Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa luas kolam responden untuk kegiatan pembenihan dan pembesaran berbeda yaitu pada kegiatan usaha pembenihan luas kolam 80 – 110 m2 sebanyak tiga responden, kolam 110 – 140 m2 sebanyak enam responden, kolam 140 – 160 m2 sebanyak satu responden. Sedangkan pada kegiatan usaha pembesaran luas kolam 80 – 110 m2 sebanyak tiga responden, kolam 110 – 140 m2 sebanyak tiga responden, kolam 140 – 170 m2 sebanyak dua responden, kolam 170 – 290 m2 sebanyak dua responden. Produksi pada kegiatan usaha untuk pembenihan setiap satu minggu sekali dan untuk kegiatan usaha pembesaran setiap satu bulan sekali. Hasil produksi untuk kegiatan pembenihan sebesar 5.187 ekor sedangkan untuk kegiatan pembesaran sebesar 1.195 kilogram. Dari hasil produksi menunjukkan bahwa desa Pabuaran memiliki potensi untuk pengembangan budidaya ikan gurame. Pemenenan dilakukan petani sesuai dengan permintaan oleh petani pembesaran, konsumen antara seperti restoran, dan konsumen rumah tangga. Petani ikan gurame yang tergabung dalam Kelompok Tunas Mina Terpadu pada umumnya telah berpendidikan, tamat SMP sebanyak tiga orang, petani responden yang berpendidikan SMA sebanyak enam orang. Petani ikan yang sampai pada perguruan tinggi sebanyak satu orang, disebabkan petani ikan yang lulusan perguruan tinggi ini adalah meneruskan usaha orangtuanya yang telah diwariskan. Data mengenai tingkat pendidikan petani ikan gurame responden di desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. No Tingkat Pendidikan Petani Ikan Gurame Responden di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni 2011 Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tamat SMP 3 30 2 Tamat SMA 6 60 3 Tamat Perguruan Tinggi 1 10 Jumlah Sumber: Data Primer (diolah) 2011 10 100 48 5.3 Karakteristik Pedagang Responden Di desa Pabuaran, Kelompok Tunas Mina Terpadu menerapkan sistem budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pendederan, dan pembesaran. Produksi hasil panen gurame pada kelompok tani ada dua yakni benih dari hasil pendederan, dan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. 5.3.1 Pedagang Responden Benih Ikan Gurame Pedagang responden yang dipilih pada penelitian sebanyak satu orang merupakan pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian yakni desa Petir. Pedagang pengumpul dipilih berdasarkan informasi dari petani ikan gurame ( kelompok Tunas Mina Terpadu ) yang berada di desa pabuaran. Pedagang pengumpul mendistribusikan produk kepada konsumen akhir yaitu petani pembesaran ikan gurame yang berada di luar lokasi penelitian, untuk selanjutnya dilakukan pembesaran benih menjadi ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Adapun, pedagang responden benih ikan gurame merupakan pedagang responden ikan konsumsi juga. 5.3.2 Pedagang Responden Ikan Gurame konsumsi Pedagang responden yang dipilih pada penelitian sebanyak empat orang yang terdiri dari dua orang pedagang pengumpul dan dua orang pedagang pengecer. Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian yakni berasal dari desa Petir dan desa Cibeureum. Pedagang pengumpul yang berasal dari desa Petir dapat juga bertindak sebagai pedagang pengecer karena memiliki modal yang cukup besar. Pedagang pengecer sebanyak dua orang yakni satu orang berada di pasar Laladon dan satu orang berada di pasar Anyar Bogor. Pemilihan pedagang pengumpul sebagai responden ditentukan berdasarkan informasi dari petani ikan, dimana pedagang pengumpul tersebut merupakan pedagang yang sangat besar pengaruhnya dilokasi penelitian dikarenakan aktif membeli dan mengumpulkan produk dari petani ikan lalu menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya. Sedangkan, penentuan pedagang pengecer ditentukan dari informasi pedagang pengumpul yang mengantarkan ikan gurame 49 kepada pedagang pengecer yang menampung ikan gurame di pasar Laladon dan pasar Anyar Bogor. Pedagang responden berusia antara 27 tahun sampai dengan 56 tahun, seluruh pedagang ikan gurame berjenis kelamin pria. Komposisi umur pedagang responden di desa Petir, Cibeureum, dan pasar Laladon serta pasar Anyar Bogor dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kelompok Umur Pedagang Responden, Bulan April-Juni 2011 No 1 2 3 Kelompok Umur (tahun) 27 – 35 35 – 45 46 – 56 Jumlah Sumber: Data primer (diolah) 2011 Jumlah (orang) 2 1 1 4 Persentase (%) 50 25 25 100 5.4 Tehnik Budidaya Ikan Gurame, Pada Kelompok Tunas Mina Terpadu di Desa Pabuaran 5.4.1 Kontruksi Kolam Kegiatan budidaya ikan gurame seperti pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran dilakukan di beberapa kolam antara lain kolam tanah, bak semen, dan kolam terpal. Seluruh responden menggunakan tiga jenis kolam, pemilihan tipe kolam tersebut disesuaikan dengan kegiatan budidayanya dan lahan yang tersedia, antara lain ; 1. Kolam Tanah Kolam tanah digunakan untuk pendederan benih ikan gurame dan pemijahan induk gurame serta pembesaran ikan gurame. Ukuran kolam disesuaikan dengan ukuran lahan yang dimiliki oleh pembudidaya. Pembudidaya memiliki kolam pendederan berkisar antara 3 sampai 10 buah kolam. Kolam pendederan berbentuk persegi panjang dengan luas kolam antara 20 – 100 m2 , ketinggian air kolam 30 – 40 cm. Sedangkan, kolam pemijahan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 20 – 200 m2 , dimana kedalaman air kolam pemijahan sekitar 75 – 100 cm. Kolam tanah dapat juga digunakan untuk pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi minimal 600 g/ekor, dengan ukuran kolam 25 – 60 m2 , 50 kedalaman kolam 150 cm dan ketinggian air tergantung dari ukuran benih dan padat penebaran antara 40 cm sampai 120 cm. 2. Bak semen Bak semen yang digunakan petani ikan untuk pemeliharaan larva gurame berukuran lebar 2 – 3 m, panjang 3 – 5 m dan tinggi 0,5 – 1 m. Tinggi air pada bak pemeliharaan larva gurame dapat diatur mulai dari 20 – 50 cm. 3. Kolam terpal (bak plastik) Pemeliharaan benih ikan gurame atau pendederan ikan gurame dapat dilakukan pada bak plastik. Ukuran bak terpal yaitu lebar 3 – 4 m, panjang 6 – 8 m dengan tinggi 1 m. kedalaman atau ketinggian air 50 cm. 5.4.2 Pemilihan Induk dan Pemijahan Induk gurame betina yang siap dipijahkan ditandai dengan perut tampak membuncit dan terasa lunak jika di raba, serta pada alat kelamin atau disekitar anus terlihat berwarna putih kemerahan, dan pergerakan induk lebih lamban selalu mengikuti pasangannya. Sedangkan, pada induk gurame jantan yang sudah matang gonad ditandai dengan alat kelamin tampak memerah dan bagian perut jika ditekan ke arah alat kelamin atau anus akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih jernih. Pemijahan yang dilakukan pada petani ikan gurame di desa Pabuaran, pemijahan sistem paket dimana kolam pemijahan disekat dengan anyaman bambu menjadi beberapa bagian untuk dijadikan kolam pemijahan. Penebaran induk di kolam pemijahan yaitu 1 ekor induk memerlukan ruang dikolam seluas 4 – 5 m2 . Jadi, untuk satu paket yang terdiri dari 1 jantan dengan 3 induk betina harus disediakan kolam pemijahan 20 m2 . Perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari bambu yang dipasang di bawah permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Induk jantan akan membuat sarang setelah 15 – 30 hari dilepaskan dalam kolam 51 pemijahan, satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang, pembuatan sarang berlangsung selama 1 minggu. Pemijahan berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurame betina melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan sementara pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung oleh jenis gurame dan tingkat kematangan gonad, pada umunya satu ekor betina dapat menghasilkan 3.000-4.000 butir. Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak. 5.4.3 Penetasan telur dan Perawatan Larva Proses pengambilan telur dilakukan apabila sarang telah tertutup penuh oleh ijuk, sabut kelapa, tertutupnya sarang menandakan proses pemijahan telah selesai. Sarang yang berisi telur ikan gurame diangkat dan dimasukkan ke dalam bak ember untuk dipisahkan dengan sarangnya. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepaskan induknya. Penetasan telur dilakukan di bak ember berdiameter 60 cm, bervolume 20 liter, serta ketinggian air untuk penetasan sekitar 15 – 20 cm. Bak ember dapat diisi sampai 1.000 – 1.250 butir. Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari), larva baru diberi pakan berupa cacing sutera, kutu air secukupnya dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari. Pemeliharaan larva gurame yang umum digunakan pada bak semen berukuran lebar 2 – 3 m, panjang 3 – 5 m dan tinggi 0,5 – 1 m. Tinggi air pada bak pemeliharaan larva gurame dapat diatur mulai dari 20 – 50 cm. Pemeliharaan larva gurame di bak semen dilakukan dari telur menetas umur 9 – 12 hari sampai dengan benih ukuran gabah atau biji oyong. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan saluran pemasukan atau pengeluaran yang terbuat dari pipa pralon. Setelah benih mencapai ukuran biji oyong atau gabah, benih dipindahkan ke tempat pendederan yang lebih luas. 52 5.4.4 Pendederan dan Pembesaran Pendederan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih gurame setelah periode larva sampai dihasilkan ukuran benih tertentu yang siap didederkan kembali atau siap ditebarkan di kolam pembesaran. Persiapan kolam untuk pendederan meliputi pengeringan kolam selama 3-7 hari, pengolahan dasar kolam (untuk kolam tanah),perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran bertujuan untuk menaikan ph tanah dengan menggunakan kapur pertanian, Pemupukan untuk menimbulkan pakan alami, dan menyuburkan tanah dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 250 – 500 g/m2 , serta melakukan pengisian air kolam mencapai 30 – 40 cm, dibiarkan selama 5 – 7 hari, lalu dimasukkan benih ikan. Pada masa pendederan pakan ikan gurame berupa cacing sutera, pupuk kandang unggas, dan pellet, pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran tubuhnya. Pendederan benih ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Ukuran Benih dan Nama Dagang Ikan Gurame Pada Kegiatan Usaha di Kelompok Tunas Mina Terpadu, Bulan April – Juni 2011 No Ukuran Benih ( cm ) Istilah dagang desa pabuaran Jumlah penebaran (ekor/m2 ) 1 1–2 Biji oyong atau gabah 2 2–4 Kuku 3 4–6 Silet 4 6–8 Wadah korek 5 8 – 11 Bungkus rokok Sumber: Data primer (diolah) 2011 80 60 40 30 15 – 20 Masa pemeliharaan (hari) 30 63 85 120 150 Hasil pendederan belum cukup dijadikan ikan konsumsi, karena ukurannya masih kecil, yakni baru mencapai 8 – 11 cm/ekor atau 75 – 100 gram/ekor. Ikan pedaging yang dinilai layak untuk dikonsumsi memiliki ukuran 500 – 800 gram/ekor. Karenanya, hasil pendederan perlu dipelihara lagi dikolam pembesaran. Jadi, kegiatan pembesaran merupakan pemeliharaan ikan gurame hasil pendederan sampai mencapai ukuran konsumsi. Kegiatan pembesaran gurame dapat dilakukan dalam beberapa tempat tergantung dari situasi dan kondisi, seperti dikolam tanah, dan bak semen. Cara persiapan kolam juga sama dengan persiapan kolam untuk pendederan benih gurame, hanya saja dalam pengisian air berbeda untuk kolam pembesaran 53 ketinggian air 40 cm sampai 120 cm tergantung dari ukuran benih dan jumlah penebaran. Padat penebaran benih gurame 5 – 20 ekor/m2 dengan ukuran benih 100 g/ekor, waktu pemeliharaan yang diperlukan untuk mencapai gurame ukuran konsumsi 500 g/ekor yaitu 4 – 6 bulan. Pakan untuk benih gurame berupa pelet. 5.4.5 Pemanenan dan Pengangkutan Panen merupakan tahap akhir dari kegiatan produksi dalam budidaya ikan, dalam ikan gurame ada tiga produk hasil panen gurame yang diperoleh, yakni telur dari hasil pembenihan, benih dari hasil pendederan dan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. Pada gurame ukuran konsumsi dinilai layak dipanen jika telah mencapai ukuran 500 – 800 gram/ekor. Sebelum, dipasarkan gurame dilakukan pemberokan atau dipuasakan, hentikan pemberian pakan 1 – 2 hari sebelum dilakukan pemanenan. Tujuannya, agar gurame tidak mengeluarkan kotoran selama proses pengangkutan berlangsung dan juga untuk mengurangi stres pada benih akibat penangkapan atau selama dalam pengangkutan. Pemanenan ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram . Dalam pelaksanaan pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari, untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan air kolam disurutkan, benih yang sudah terkumpul ditangkap dengan seser, untuk konsumsi menggunakan jaring, masukkan gurame kedalam ember atau drum. Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung. Pengangkutan benih maupun konsumsi sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengangkutan ikan gurame ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu cara tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup diterapkan untuk pengangkutan benih dan telur ikan gurame, berupa kantung plastik berisi air sebanyak 1/3 bagian, wadah ini diikat dengan karet. Cara terbuka diterapkan untuk ikan konsumsi berupa drum memiliki volume 200 liter atau jerigen. Drum diisi air setengah dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah ikan konsumsi dalam setiap drum dapat memuat 30 kg. 54 5.5 Biaya Produksi Ikan gurame Mubyarto (1982) menjelaskan bahwa biaya produksi dapat dibagi dalam biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap). Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang serta alat-alat pertanian dan bangunan. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk pada biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi misalnya pengeluaranpengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah dengan menggunakan tenaga kerja. tetapi pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel, misalnya sewa tanah dapat berubah-ubah, alat pertanian harus ditambah dan bangunan harus diperluas. Pada budidaya ikan gurame di kelompok Tunas Mina Terpadu, biaya produksi dibagi dalam biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya tetap antara lain ukuran kolam yang digunakan pada kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran ikan gurame, diesel air, listrik, alat-alat yang digunakan pada kegiatan budidaya. Biaya variabel antara lain pupuk, tenaga kerja, kapur, pakan pelet, pakan daunan. Biaya produksi pada kegiatan budidaya ikan gurame ada dua macam, sesuai dengan kegiatan usaha yang diterapkannya yakni kegiatan usaha pendederan dan pembesaran ikan gurame. Biaya produksi pendederan yaitu dari ukuran 2-2,5 cm sampai ukuran 8-11 cm dengan bobot 166 gram. Biaya produksi pembesaran ikan gurame yaitu dari 8-11 cm bobot 166 gram sampai 500 dan 800 gram. Produksi bibit ikan gurame ukuran 2-2,5 cm rata-rata petani sebesar 1.500 ekor dengan luas kolam rata-rata 30 m2, masa pemeliharaan 3 bulan sampai ukuran 8–11 cm dengan bobot 166 gram. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 60 persen yaitu 900 ekor. Jumlah biaya produksi tersebut untuk luas kolam 30 m2 adalah Rp 1.467,00 per ekor. Produksi rata–rata pembesaran ikan gurame petani responden dari ukuran 8–11 cm atau bobot 166 gram per ekor sampai 500 gram sebanyak 100 ekor dengan luas kolam rata-rata 50 m2 dengan masa pemeliharaan 6 bulan. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 90 persen pada pembesaran ikan gurame. Jumlah 55 biaya produksi tersebut untuk ukuran panen 500 gram atau 45 kilogram dengan jumlah panen 90 ekor adalah Rp 22.153 per kilogram. Produksi rata-rata pembesaran ikan gurame petani responden dari ukuran 8 – 11 cm atau bobot 166 gram per ekor sampai 800 gram sebanyak 240 ekor dengan luas kolam rata-rata 60 m2 dengan masa pemeliharaan 10 bulan. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 90 persen pada pembesaran ikan gurame. Jumlah biaya produksi tersebut untuk ukuran panen 800 gram atau 72 kilogram dengan jumlah panen 90 ekor adalah Rp 20.663 per kilogram. Harga pada biaya produksi yang digunakan peneliti pada saat penelitian dijalankan dari bulan April sampai bulan Juni 2011. Harga dan rincian biaya produksi pendederan benih dan pembesaran ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 12. 56 Tabel 12. Biaya Produksi Ikan Gurame Setiap Kegiatan Usaha di Desa Pabuaran No Jenis Biaya 1 Biaya Tetap Kolam ukuran 3x10 Kolam ukuran 5x10 Kolam ukuran 6x10 Listrik Diesel air Selang plastik Ember Plastik Seser Pipa pralon 2 Biaya Variabel Tenaga kerja (bulan) Pakan Benih Pupuk Kapur Garam Pakan daunan Total Biaya Produksi Penjualan Keuntungan Pendederan dari ukuran 2,5 sampai 11cm (3 bulan) sr 60 % Jumlah satuan Harga Biaya (Rp) 4 meter 0,45 0,75 10 3 2 5 50.000 kw kw meter ember buah meter 36.000 90.000 5.000 15.000 15.000 5.000 3 orang 50.000 1.500 8 6 45 ekor kg kg kg 900 ekor 400 5.000 3.000 1.800 4.000 200.000 16.200 67.500 50.000 45.000 30.000 25.000 150.000 600.000 37.500 18.000 81.000 1.320.200 3.600.000 2.279.800 Kegiatan Usaha Pembesaran 500 gram ( 6 bulan) sr 90 % Jumlah satuan Harga Biaya (Rp) 2 meter 50.000 0,45 0,75 10 3 3 5 kw kw meter ember buah meter 72.000 54.000 5.000 15.000 15.000 5.000 2 15 100 13 10 orang kg ekor kg kg 78.000 4.033 3.500 5.000 3.000 50 daun 45 kg 500 23.000 100.000 32.400 40.500 50.000 45.000 45.000 25.000 156.000 60.495 350.000 62.500 30.000 25.000 996.895 1.035.000 38.105 Pembesaran 800 gram (10 bulan) sr 90 % Jumlah Satuan Harga Biaya (Rp) 2 0,45 0,75 10 3 3 5 meter kw kw meter ember buah meter 50.000 120.000 90.000 5.000 15.000 15.000 5.000 1 23 100 15 12 orang kg ekor kg kg 520.000 4.033 3.500 5.000 3.000 55 daun 72 kg 500 23.000 100.000 54.000 67.500 50.000 45.000 45.000 25.000 520.000 92.759 350.000 75.000 36.000 27.500 1.487.759 1.656.000 168.241 57