KECENDERUNGAN SIKAP APATIS TERHADAP PRIME SEBAGAI PENCEGAHAN KORUPSI KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2015 oleh Iqbal Maulana 6703144015 PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI FAKULTAS ILMU TERAPAN UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG 2015 Lembar Pernyataan Yang bertandatangan dibawah ini, Nama : Iqbal Maulana NIM : 6703144015 Adalah yang membuat idea atau gagasan dalam paper ini, sehingga paper ini layak untuk diperlombakan sesuai dengan kapasitas yang ada, selanjutnya paper ini bisa dipublikasikan secara sepenuhnya. Bandung, November 2015 Penulis i Abstraksi Fenomena korupsi sudah ada sejak manusia menata kehidupan dalam membentuk suatu organisasi atau kepentingan tertentu. Tingkatan korupsi berbedabeda tergantung terhadap lingkungan yang dijalani Kebanyakan tidak mengetahui cara mengantisipasi atau mencegah tindakan korupsi. Langkah pemerintah yang taktis adalah desentralisasi. Cara mengatasi korupsi dengan pembagian kekuasaan atau penyebaran kekuasaan. Bila kondisi yang benar dan ideal terjadi, korupsi akan semakin sempit terjadi dan pengawasan lebih mudah dan penanganan kasus korupsi pun lebih mudah. Selan itu ada juga langkah lain yaitu dengan PRIME (Professionalism, Recognition of Achievement, Integrity, Mutual Respect and Entrepreneurship). Pada dasarnya pencegahan dengan PRIME sudah dapat mengantisipasi tindakan korupsi yang terjadi. Akan tetapi sikap apatis yang timbul dari diri sendiri membuat pencegahan dengan cara tersebut kurang mampu untuk mengurangi tindakan korupsi. Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif analisis yang menjelaskan dan menganalisis bagaimana mengantisipasi tindakan korupsi dengan PRIME yang dimana sebagian orang apatis terhadap segala bentuk antisipasi pencegahan korupsi. Kata kunci: PRIME (Professionalism, Recognition of Achievement, Integrity, Mutual Respect and Entrepreneurship), Apatis, Intensitas Korupsi. ii Daftar Isi Lembar Pernyataan ......................................................................................................i Abstraksi....................................................................................................................ii Daftar Isi...................................................................................................................iii BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1 1.3. Manfaat....................................................................................................... 1 BAB 2 Pembahasan .................................................................................................... 2 BAB 3 Pentup ............................................................................................................ 5 1.1. Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 5 Daftar Pustaka ............................................................................................................ 6 iii BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Di dalam hiruk-pikuk masyarakat dunia termasuk di Indonesia, dewasa ini terjadi tindak kriminal yang sudah membudaya. Hasil survey (2004) Political and Economic Risk Consultancy Ltd. (PERC) menyatakan bahwa korupsi di Indonesia menduduki skor 9,25 di atas India (8,90), Vietnam (8,67), dan Thailand (7,33). Artinya, Indonesia masih menjadi Negara terkorup di Asia. Merujuk berkembang pada selama permasalahan ini, maka tersebut kajian ini dan fenomena yang dipikir penting untuk mendeskripsikan dan dijadikan salah satu strategi pemberantasan korupsi di Indonesia. Intensitas korupsi digolongkan berdasarkan problematika soaial yang terjadi. Dengan perkembangan masyrarakat dan negara, korupsi juga mengalami fase evolusi. 1.2. Rumusan Masalah Mengatasi tindakan korupsi harus bisa menangani masalah berikut, a) Bagaimana cara mengatasi tindakan korupsi? b) Bagaimana cara mengatasi sikap apatis terhadap pencegahan korupsi? c) Bagaimana pengaruh pencegahan korupsi dengan PRIME? 1.3. Manfaat a) Menangani tindakan korupsi yang semakin meningkat b) Menangani sikap apatis menjadi anti-apatis terhadap pencegahan korupsi c) Mengenalkan pencegahan korupsi dengan PRIME 1 BAB 2 Pembahasan a) Mengatasi Tindakan Korupsi Tindakan korupsi terjadi karena adanya faktor individu, seperti kemiskinan. Faktor faktor pendorong diantaranya kelompok, seperti lemahnya pengawasan dari atasan. Atasan tidak mampu melaksanakan fungsinya. Faktor pekerjaan dan organisasi, seperti gaji/penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dasar. Ini merupakan h tu contoh kecil penyebab korupsi. Jika ini terjadi pasti kesenjangan sosial akan terjadi. Sebenarnya hal ini dapat diantisipasi dengan melalukan tekanan terhadap pendidikan moral yang harus ditingkatkan. Pendidikan moral bisa berupa tentang tindakan profesionalis terhadap pekerjaan, etika bahkan integritas. Dan ketakutan terhadap hukum yang berlaku. b) Mengatasi Sikap Apatis Terhadap Pencegahan Korupsi Dampak korupsi di dunia politik akan mempersulit berkembangnya demokrasi dan terselenggaranya tata pemerintahan yang baik dan bersih. Dampak korupsi pada sektor hukum akan menghambat ketertiban dan penegakan hukum. Akibat korupsi, pembangunan ekonomi negara menjadi sukar dan berantakan tidak sesuai rencana. Korupsi juga membuat kesenjangan sosial ekonomi selain itu masih banyak lagi dampak korupsi. Masyakat awam yang tidak memiliki bisa melakukan koreksi dan memberikan sanksi karena pada umumnya masyarakat bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah masyarakyat menjadi apatis dengan tindakan korupsi oleh beberapa oknum tertentu. Sikap apatis ini terjadi karena ketidakpercayaan terhadap berbagai macam tindakan pencegahan korupsi. Masyarakat beranggapan bagaimanapun bentuk pencegahan terhadap korupsi, korupsi masih akan ada dan akan tetap terjadi. Orang yang melakukan tindakan korupsi seakan-akan tidak takut terhadap hukuman/tindak pidana, bahkan yang 2 sudah pernah di tindak pidana tidak jera dengan hukuman. Oleh karena itu, anggapan tersebut harus dihilangkan, karena suatu tindakan pencegahan memerlukan proses/waktu yang tidak sedikit untuk merubah hal besar. c) Pengaruh PRIME Terhadap Pencegahan Korupsi PRIME merupaka singkatan dari Professionalism, Recognition of Achievement, Integrity, Mutual Respect dan Entrepreneurship. Profesionalis merupakan suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah (Wignjosoebroto, dirundung 1999). kesulitan di tengah gelapnya kehidupan Profesionalis sebenarnya dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan karena dengan tertanamnya sikap profesional terhadap pekerjaan, maka tindakan korupsi tidak akan terjadi. Recognition of Achievement , seperti dikemukakan “...setiap manusia mempunyai kebutuhan sense of belonging (rasa ingin dihargai). Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari pemberian kompensasi. (Saydam, 1996:247)”. Seseorang yang meningkatkan memperoleh semangat pengakuan kerjanya. Dan atau setiap penghargaan akan orang menginginkan tentu dapat keberhasilan dalam setiap kegiatan/tugas yang dilaksanakan “Pencapaian prestasi atau keberhasilan menggerakkan (achievement) yang bersangkutan dalam melakukan untuk melakukan suatu pekerjaan tugas-tugas akan berikutnya (Saydam, 1996:246)”. Dengan demikian prestasi yang dicapai dalam pekerjaan akan menimbulkan sikap positif, yang selalu ingin melakukan pekerjaan dengan penuh tantangan. Sesorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan dapat mendorongnya untuk mencapai sasaran. Dengan adanya rasa dihargai atas pencepaian tertentu, tindakan korupsi akan berkurang karena suatu 3 perasaan dihargai atas sesuatu akan timbulnya rasa bangga tersendiri, begitupun dengan pencapaian prestasi. Integrity, merupakan menjaga diri sesuai norma dan etika yang ada di lingkunagn sekitar, rasa jujur, dapat dipercaya, mandiri, patuh dan memegang teguh kebenaran dapat membuat seseorang terhindar dari tindakan korupsi dan ini juga dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan terhadap korupsi. Tindakan korupsi tejadi kerena tidak patuh terhadap aturan norma dan etika yang berlaku di lingkungan sekitar dan tidak patuh terhadap aturan-aturan. Mutual Respect, merupakan komitmen yang dipegang teguh terhadap diri sendiri yang mengakibatkan bebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain berdasarkan asas kepercayaan, kerjasama, kebersamaan dan saling menghormati. Korupsi terjadi karena adanya rasa tidak saling menghormati satu sama lain dan kerjasama yang kurang komunikasi, jika semua poin yang sudah dijelaskan dilaksanakan dengai baik dan benar maka tindakan korupsi tidak akan terjadi. Entrepreneurship (kewirausahaan), pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Entrepreneurship adalah segala shal yang berkaitan dengan sikap, tindakan dan proses yang dilakukan oleh para entrepreneur dalam merintis, menjalankan dan mengembangkan usaha mereka. Entrepreneurship akan membuat rasa ingin menciptakan produk/kegiatan inovatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, karena dengan adanya sifat entrepeneur dapat mengururangi tindakan korupsi. Oleh karena itu jiwa entrepeneur harus dikembangkan demi mengurangi tindakan korupsi dan mensejahterakan kehidupan sosial. 4 BAB 3 Pentup 1.1. Kesimpulan dan Saran Korupsi merupakan tindakan yang tidak baik, tindakan tersebut akan berdampak kepada banyak hal, diantaranya dampak sosial yang menyebabkan kerugian financial bagi golongan tertentu bahkan dapat menyebabkan kesenjangan sosial. Ini diakibatkan karena tidak patuhnya terhadap norma dan nilai yang berlakuserta tidak patuh terhadap aturan. Masyarakat harus anti-apatis terhadap tindakan pencegahan korupsi, walaupun sebagian masyarakat berpikir bahwa tindakan pencegahan korupsi hanya sebuah harapan semata. Akan tetapi perubahan itu memerlukan waktu yang tidak sedikit. PRIME (Professionalism, Recognition of Achievement, Integrity, Mutual Respect dan Entrepreneurship) dapat mengantisipasi tindakan korupsi karena sebenarnya tindakan korupsi terjadi akibat melanggar ketentuan-ketentuan yang ada di PRIME. Apapun tindakan pencegahan korupsi harus didukung sepenuhnya, karena suatu tindakan kecil akan berakibat besar dikemudian hari karena semua perubahan butuh waktu yang tidak sedikit. Hilangkan sifat apatis terhadap segala bentuk pencegahan korupsi. 5 Daftar Pustaka [1] Alatas. (Jakarta). Korupsi. 1987: Media Pratama. [2] Hamzah, A. (2005). Pemberantasan Korupsi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [3] Korupsi, K. P. (n.d.). Mengenali dan Memberantas Korupsi. Indonesia. [4] Kurnia, A. (2014). Faktor Perilaku Korupsi. [5] Semma, D. M. (2008). Negara dan Korupsi Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara. Jakarta: Buku Obor. 6