What is The Risk of Cardiovascular Problems and How to Prevent Them in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Sukman Tulus Putra, PhD, SpA (K), JACC Setiap tahun ada kita mendapatkan 4.500.000 bayi yang lahir ke dunia ini, dan 1.500.000 di antaranya lahir dengan berat badan yang rendah. Sebanyak 500.000 di antara bayi dengan berat badan tersebut merupakan small for gestational age (SGA), yang mempunyai risiko untuk mengalami penyakit kardiovaskular pada saat dewasa. Prevalensi penyakit kardiovaskuler semakin lama semakin meningkat. Hal ini membuat para ahli di bidang kardiovaskuler mencari cara untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, salah satunya adalah dengan menelusuri hal-hal yang dapat menjadi faktor risiko pada masa kanakkanan dan prenatal. Saat ini tengah berkembang hipotesis DOHAD (Developmental Origins of Health and Disease). Hipotesis ini menekankan bahwa periode prenatal dan masa kanak-kanak berperan penting dalam perkembangan terjadinya penyakit kardiovaskuler dan penyakit kronik lainnya. Pada tahun 2020 diprediksi bahwa penyakit kardiovaskuler utama yang menyebabkan kematian adalah penyakit jantung koroner. Kemudian para ahli di bidang kardiovaskuler meneliti mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner, yaitu pembentukan aterosklerosis. Hasilnya menunjukkan bahwa ternyata pembentukan aterosklerosis dapat terjadi sejak masa bayi, atau bahkan sejak masa prenatal. Faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner antara lain: 1. Faktor tradisional, yaitu hiperlipidemia, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, diabetes mellitus, merokok, hipertensi 2. Faktor intrinsik, yaitu predisposisi genetik, faktor lingkungan, peningkatan kerentanan 3. Faktor pencetus, yaitu inflamasi atau infeksi sistemik, sitokin, CRP, homosistein Ketiga faktor ini jika bertemu akan menyebabkan stress dan kerusakan pada sel-sel endotel vaskuler. Jika sudah terjadi kerusakan pada sel-sel endotel vaskuler, akan terjadi peningkatan adhesi leukosit, penurunan produksi dan bioavailabilitas NO (nitric oxyde), peningkatan respons inflamasi endotel, dan hiperplasia tunika intima pada dinding vaskuler. Akibatnya, akan terbentuk plak aterosklerosis dan proses terjadinya penyakit kardiovaskuler pun dimulai. Proses terjadinya plak aterosklerosis telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengotopsi pasien anak-anak dan dewasa yang telah meninggal, ditemukan plak aterosklerosis pada aorta dan arteri koronaria pada pasien yang berusia 2-15 tahun. Kemudian para ahli menelusuri sejak kapan dimulainya pembentukan aterosklerosis yang ditemukan pada anak-anak. Penelitian prospektif pun dilakukan dengan mengambil subyek ibu hamil trimester pertama, dan di-follow up sampai anak memasuki usia sekolah. Hasilnya menunjukkan bahwa hambatan perkembangan janin sejak trimester pertama meningkatkan risiko terbentuknya plak aterosklerosis yang dinilai pada anak usia sekolah. Kita telah mengenal Hipotesis Barker yang menyebutkan bahwa suatu kejadian pada masa kritis perkembangan janin akan menimbulkan kerusakan struktural dan fungsional permanen yang akan mengakibatkan penyakit kardiovaskuler. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama hamil, insufisiensi plasenta, berkurangnya oksigenasi ke janin, dan paparan teratogen akan menyebabkan janin mengalami hambatan perkembangan dalam kandungan (intrauterine growth restriction/ IUGR). Bayi yang mengalami IUGR apabila lahir akan mempunyai risiko yang tinggi untuk mwngalami penyakit kardiovaskuler. Bayi yang lahir dengan small for gestational age (SGA) mempunyai faktor risiko yang lebih besar untuk mengalami penyakit kardiovaskuler, khususnya bayi SGA asimetrik. Dalam materi sebelumnya, bayi SGA yang mengalami catch-up growth, akan mengalami risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler lebih besar daripada bayi SGA yang tidak mengalami catch-up growth dan bayi yang appropriate for gestational age (AGA), khususnya jika bayi SGA diberikan asupan kalori yang berlebihan dalam diet sehari-hari. Selain itu, penelitian prospektif juga telah dilakukan oleh David Barker, yang mem-follow up bayibayi yang lahir pada tahun 1935 sampai 1943, kemudian diukur tekanan darahnya dan parameter kardiovaskuler lainnya pada saat dewasa. Hasilnya, subyek yang mempunyai tekanan darah paling tinggi terjadi pada subyek yang pada saat lahir memiliki berat badan yang rendah dan ukuran plasenta yang besar. Apabila kita runut kembali, hal-hal yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan SGA ada berbagai macam, seperti asupan nutrisi ibu yang tidak adekuat, insufisiensi plasenta, penyulit pada kehamilan seperti hipertensi dalam kehamilan, pre-eklampsia, eklampsia, infeksi antenatal, dan gangguan pada tali pusat janin. Jika hal-hal tersebut dapat dicegah, kita dapat mencegah terjadinya SGA, dan pada akhirnya kita dapat menurunkan risiko terjadinya prevalensi penyakit kardiovaskuler di masa yang akan datang. Selain itu, dilakukan penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2010, yang menyebutkan bahwa adanya bencana alam, tragedi kemanusiaan, kelaparan, dan serangan teroris juga dapat menghambat pertumbuhan janin, sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai berat badan lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir di tempat yang tidak terdapat bencana alam, tragedi kemanusiaan, kelaparan, dan serangan teroris. Nutrisi mempunyai peran yang penting untuk menunjang pertumbuhan janin yang optimal pada periode prenatal (fetal programming). Bukti-bukti yang menunjang bahwa nutrisi memiliki peran yang penting dalam masa prenatal antara lain: 1. Berdasarkan animal study: pengurangan proporsi diet pada tikus yang hamil akan menyebabkan ukuran bayi tikus yang lahir menjadi lebih kecil, tekanan darah menjadi lebih tinggi, dan terjadi intoleransi glukosa. 2. Berdasarkan pseudoexperiments: Dutch-Hunger-Winter yang terjadi pada masa Perang Dunia di Belanda, di mana pasokan makanan sangat terbatas, menyebabkan bayi-bayi yang lahir pada masa itu memiliki berat badan yang lebih rendah dan terjadi intoleransi glukosa. 3. Berdasarkan regulation of mammalian fetal growth: ukuran bayi pada saat lahir ditentukan oleh lingkungan intrauterin ibu. Jika kita integrasikan, asupan nutrisi prenatal akan berpengaruh pada pertumbuhan janin intrauterin. Jika asupan nutrisi ibu pada saat prenatal tidak adekuat, ditambah dengan faktor predisposisi genetik, ditambah dengan asupan nutrisi yang tidak berimbang setelah lahir sampai dewasa akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronik pada masa dewasa. Selain asupan nutrisi, faktor sosial-ekonomi juga mempunyai peran dalam menyebabkan terjadinya penyakit kronik pada orang dewasa. Kesadaran untuk antenatal care yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, paparan rokok, obesitas, dll akan menyebabkan hambatan pertumbuhan janin (IUGR), sehingga risiko untuk mengalami penyakit kronik pada masa dewasa akan meningkat. Sejak masa kanak-kanak kita telah bisa mengetahui adanya disfungsi endotel yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler pada masa dewasa. Caranya adalah dengan menggunakan ultrasonografi (USG) vaskuler untuk mengukur ketebalan tunika intima pada pembuluh-pembuluh darah besar pada bayi atau anak, seperti aorta atau arteri karotis. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa perjalanan penyakit kardiovaskuler dimulai pada saat periode prenatal. Trimester pertama kehamilan merupakan pertiode kritis untuk perkembangan risiko kardiovaskuler pada masa yang akan datang. Untuk memperbaiki kesehatan kardiovaskuler jangka panjang harus dimulai pada masa kehamilan, pada masa bayi, dan pada masa kanak-kanak. Deteksi dini risiko kardiovaskuler pada keluarga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya komplikasi selanjutnya.