EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN UBIJALAR, YAMS, DAN COCOYAMS DI PULAU SELARU KABUPATEN MALUKU TENGARA BARAT Edwen D. Waas*) dan Andriko Noto Susanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jln. Chr. Soplanit Rumah Tiga – Ambon 97233. Telp. (0911) 3303865; 322542,*)e-mail : [email protected] ABSTRAK Proporsi umbi-umbian dalam pola konsumsi pangan lokal masyarakat Selaru mencapai 39,5%; di samping beras 7,9%; Jagung 24,6%; dan pangan lainnya 28,1%. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian mencapai 31.875 ha atau 98,9% dari total luas wilayah 32.217 ha. Namun belum pernah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan umbi-umbian sebagai dasar perencanaan pembangunan ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman ubijalar, yams dan cocoyams. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk ubijalar terbagi menjadi dua yaitu sesuai marginal (S3) 19.330 ha (59,80%) dan tidak sesuai (N2) 12.887 ha (40,20%). Kesesuaian lahan untuk yams terbagi menjadi tiga yaitu cukup sesuai (S2) 5.229 ha (16,45%), sesuai marginal (S3) 23.013 ha (71,44%) dan tidak sesuai (N2) 3.905 ha (12,11%). Kesesuaian lahan untuk cocoyams terbagi menjadi tiga yaitu cukup sesuai (S2) 5.299 ha (16,45%), sesuai marginal (S3) seluas 23.013 ha (71,43%) dan tidak sesuai (N2) 3.905 ha (12,12%). Faktor pembatas utama pengembangan ubijalar, yams dan cocoyams adalah suhu yang tinggi (27,4 °C), drainase tanah cepat/sangat cepat, pH tanah agak alkalis-alkalis (7,75–8,50), kedalaman efektif rendah (23–33 cm) dan bahaya erosi sedang. Kata kunci: kesesuaian lahan, ubijalar, yams, cocoyams. ABSTRACT Evaluation of land suitability for development of sweet potato, yams, and cocoyams on Selaru island, West Southeast Maluku District. The proportion of other tubers in the local food consumtion pattern Selaru people reaches 39.5%, in addition to 7.9% rice, 24.6% corn and other food around 28.1%. Land potential for agricultural development reached 98.9% or 31,875 ha of the total area of 32,217 ha. However, this has ever been done for evaluation of land suitability for development of other tubers as a basis food security planning based on local resources. Aim for this study to evaluate the land suitability for development of sweet potatoes, yams and cocoyams. Results for this study showed that land suitability for sweet potato is divided into two namely marginally suitable (S3) 19,330 ha (59.80%) and not suitable (N2) 12,887 ha (40.20%). Land Suitability for yams divided into three namely quite suitable (S2) 5,229 ha (16.45%), marginally suitable (S3) 23,013 ha (71.44%) and not suitable (N2) 3,905 ha (12.11%). Land suitability for cocoyams divided into three namely quite suitable (S2) 5,299 ha (16.45%), marginally suitable (S3) 23,013 ha (71.43%) and not suitable (N2) 3,905 ha (12.12%). Limiting factor for the development of sweet potato, yams and cocoyams is high annual temperature (27,4 °C), fast – very fast soil drainage, soil pH is slightly alkaline-alkaline (7,75–8,50), low soil efektive solum (23–33 cm) and moderate erosion hazard. Keywords: land suitability, sweet potato, yams, cocoyams. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 831 PENDAHULUAN Menurunnya tingkat kesuburan lahan pertanian intensif dan semakin merosotnya kualitas lingkungan menyebabkan penyediaan bahan pangan semakin berat (Kartika et al. 2003). Oleh sebab itu, fokus pembangunan pertanian sebagian diarahkan untuk menjamin ketersediaan pangan yang berkelanjutan, baik kuantitas maupun kualitas. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan diversifikasi pangan melalui peningkatan konsumsi aneka umbi, buah dan sayuran serta pangan hewani dan penurunan konsumsi serealia berupa beras dan terigu (Anonimous 2013). Peningkatan keberagaman pola konsumsi pangan (jagung dan aneka umbi) perlu terus didorong untuk menguatkan eksistensi pangan lokal agar terwujud kemandirian pangan, selain mengurangi kebutuhan konsumsi beras. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah menginventarisasi sumberdaya lahan dan tanaman sebagai basis perencanaan pengembangan pangan lokal. Pemanfaatan lahan yang kualitas atau peruntukannya tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya akan menyebabkan terjadinya kegagalan dan atau kerusakan sumberdaya lahan. Ketersediaan data sumberdaya lahan dalam berbagai skala di Provinsi Maluku diperkirakan baru mencapai sekitar 30% dari luas wilayah (Suratman dan Suharta 2005). Hal ini menjadi kendala penting dalam menyusun perencanaan pembangunan wilayah secara akurat. Salah satu pulau yang relatif potensial untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah Pulau Selaru. Pangan lokal non beras mendominasi pola konsumsi pangan masyarakat Selaru. Proporsi umbi-umbian dalam pola konsumsi pangan lokal masyarakat Pulau Selaru mencapai 39,5%; disamping beras 7,9%; Jagung 24,6% dan pangan lainnya sekitar 28,1% (Susanto et al. 2007). Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian di Pulau Selaru mencapai 31.875 ha atau 98,9% dari total luas wilayah 32.217 ha (Alfons et al. 2007). Kondisi ini menuntut perlunya dilakukan inventarisasi sumberdaya lahan secara intensif untuk mendukung pengembangan pangan lokal non beras di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Jenis-jenis umbi yang dikonsumsi masyarakat Selaru adalah ubikayu, ubijalar, Yams (uwi, gembili) dan cocoyams (jenis keladi). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memetakan kelas kesesuaian lahan untuk jenis pangan lokal khususnya ubijalar, yams dan cocoyams di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan pemetaan satuan tanah skala 1:100.000 dengan metode survei melalui pendekatan kombinasi rigid grid pada daerah datar dan fleksibel grid pada daerah berombak sampai bergelombang. Survei dilakukan pada seluruh areal Pulau Selaru seluas 32.217 ha yang secara geografis berada antara 08o00’–08o25’ LS dan 130o37’–131o15’ BT; sebelah utara berbatasan dengan Selat Yamdena; sebelah selatan dengan Laut Timor; sebelah barat dengan Selat Kepulauan Babar dan sebelah timur dengan Laut Arafura. Bahan penelitian meliputi Peta Geologi Permulaan Lembar Kep. Tanimbar Tahun 1981; Indonesia Systematic Map Lembar (Quardrangle) : Kep. Tanimbar – 2807, 2808, 2809, 2907 skala 1:250.000; Join Operations Graphic Skala 1:250.000; Peta Topografi Skala 1:63.360 Tahun 1946; Peta Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Maluku Skala 1:250.000; dan Peta Zona Agroekologi Lembar Gugusan Kepulaan Tanimbar Skala 1:250.000. Alat penelitian berupa pH trough, pH stik, alpha-alpha dipyridyl, hidrogen 832 Waas dan Susanto: Lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams peroksida, kantong plastik, bor belgi, bor gambut, munsell soil color chart, kompas, kaca pembesar, pisau belati, meter, dan blangko isian. Pengamatan tanah dilaksanakan dengan sistem transek mengikuti pendekatan toposekuen dan litosekuen. Jarak pengamatan tanah disesuaikan dengan kondisi topografi di lapangan yaitu pada lereng atas, lereng tengah, dan lereng bawah (toposekuen), di samping juga diperhatikan kondisi kenampakan di permukaan tanah yang disebabkan adanya perbedaan bahan induk tanah. Pengamatan tanah dilakukan dengan pembuatan penampang mini (minipit) atau pemboran. Profil tanah hanya dibuat pada lokasi yang akan diambil contoh tanahnya yaitu pada daerah-daerah pewakil. Sifat morfologi tanah yang diamati terdiri atas kedalaman lapisan, warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, keadaan karatan, pori-pori tanah, kondisi perakaran, pH, dan untuk tanah yang berkembang dari bahan marin digunakan H2O2 untuk mengetahui adanya kandungan pirit. Keadaan lingkungan yang diamati adalah bentuk wilayah/relief, landform, bahan induk, drainase, genangan, kedalaman air tanah, vegetasi dan penggunaan lahannya. Data pengamatan dicatat dalam isian yang terdiri atas informasi site, deskripsi horizon, dan klasifikasi tanah (Hoff et al. 1994). Berdasarkan hasil pengamatan lapang, tanah diklasifikasikan sampai tingkat subgrup mengikuti sistem Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff 1998). Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilakukan untuk keperluan klasifikasi tanah, interpretasi kesuburan tanah, dan evaluasi lahan. Jenis analisis tanah meliputi tekstur (3 fraksi), pH (H2O dan KCl), C-organik, N total, P dan K total (HCl 25%), P tersedia (Olsen dan Bray I), KTK (NH4OAc, pH 7), basa-basa dapat tukar (NH4OAc, pH 7), Al dan H dapat tukar dengan 1N KCl, dan kejenuhan aluminium. Analisis khusus dilakukan untuk mengetahui kandungan CaCO3 di dalam tanah. Hasil analisis ini digunakan untuk tanahtanah yang dapat diklasifikasikan sebagai Molisol (CaCO3 > 40%). Seluruh data hasil pengamatan lapang dan hasil analisis laboratorium dihimpun dalam sebuah sistem basis data. Evaluasi kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan (matching) yaitu membandingkan antara kualitas/karakteristik lahan (Kips et al. 1981) dengan persyaratan tumbuh tanaman ubijalar, yams dan cocoyams berdasarkan Djaenuddin et al. 1994 (Lampiran 1). Evaluasi lahan dilakukan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) sampai tingkat subkelas (tingkat kesesuaian lahan dalam kelas berdasarkan jenis dan tingkat faktor pembatasnya yang dinyatakan dengan simbol huruf kecil di belakang simbol kelas). HASIL DAN PEMBAHASAN Satuan Peta Tanah (SPT) dan Karakteristik Lahan Satuan tanah di Pulau Selaru telah dilaporkan oleh Rieuwpassa et al. (2005). Tiga ordo tanah yang ditemukan adalah Entisol, Mollisol dan Alfisol. Ordo Entisol menurunkan lima subgrup tanah yaitu Lithic Ustorthent, Typic Udipsamment, Aquic Udipsamment, Typic Udifluvent dan Typic Hidraquent. Ordo Mollisol menurunkan tiga subgrup tanah yaitu Typic Haplustoll, Lithic Haplustoll dan Lithic Haprendoll; sedangkan ordo Alfisols menurunkan satu subgrup tanah yaitu Mollic Hapludalf. Ke-9 subgrup tanah tersebut mengelompok dalam sembilan SPT berdasarkan proporsi (Wambeke & Forbes 1986) dalam masing-masing landform (Tabel 1). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 833 Tabel 1. Nomor Satuan Peta Tanah (SPT), klasifikasi tanah, proporsi, landform beserta luasannya di Pulau Selaru, Kabupaten MTB. Klasifikasi tanah No SPT (soil taxonomy, 1998) 1 Konsosiasi : Typic Udipsamments P 2 Asosiasi : Mollic Hapludalfs Typic Haplustolls D F 3 4 5 6 7 8 9 Asosiasi : Typic Haplustolls Typic Udipsamments Kompleks : Typic Haplustolls Lithic Haplustolls Lithic Usthortents Asosiasi : Typic Hidraquents Aquic Udipsamments Asosiasi : Aquic Udipsamments Typic Hidraquents Asosiasi : Typic Udifluvents Typic Udipsamments Asosiasi : Typic Udifluvents Typic Hidraquents Kompleks : Lithic Usthortents Lithic Haplustolls Lithic Haprendolls D F F F F D F D F D F D F F F F Relief Lereng (%) Bahan induk 0–3 Datar 0–2 Endapan Marine 1.947 6,04 50–80 Berombak – berbukit 3 – 25 Napal, Batu gamping/koral 5.299 16,45 20–30 Agak datar – berombak 3–8 Batu Gamping/ Koral 3.342 10,37 3–15 Datar – berombak 0 – 8 Batu Gamping/ Koral 7.196 22,34 3–6 Datar 0–2 Endapan marine dan koral 1.817 5,64 Dataran estuarin sepanjang pantai 0–1 Datar 0–2 Endapan Marine 141 0,44 Dataran 1–2 Datar – agak datar 0–3 Endapan Marine 1.917 5,95 Dataran estuarin sepanjang sungai dan pantai 1–4 Datar 0–2 Endapan Marine 3.723 11,56 Perbukitan tektonik 5–10 Berombak berbukit 3 – 25 Batu Gamping/ Koral 6.835 21,21 32.217 100,00 Dataran pasir pantai Dataran– perbukitan tektonik (teras angkatan) Dataran tektonik (teras angkatan) Dataranperbukitan tektonik (teras angkatan) Dataran estuarin sepanjang pantai dan muara sungai * Keterangan : P = Predominant (>75%), D = Dominan (50–75%), F = Fair (25–50%) 834 Luas % Elevasi (m dpl) Pro-porsi* Landform Waas dan Susanto: Lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams ha Karakteristik lahan ke-9 SPT di Pulau Selaru dirangkum sesuai dengan persyaratan kesesuaian lahan ditampilkan pada Tabel 2. Berdasarkan data dari Stasiun Iklim Kabupaten Maluku Barat Daya rata-rata suhu tahunan di Pulau Selaru adalah 27,4 oC. Ubijalar membutuhkan kondisi suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 22–25 oC, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Reaksi tanah yang berkembang dari bahan induk Batu Kapur menyebabkan rata-rata pH tanah di Pulau Selaru adalah 7,91 dengan kisaran antara 6,5–8,9; hal ini juga menjadi faktor pembatas pertumbuhan terutama dalam hubungannya dengan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Evaluasi Kesesuaian Lahan Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada hasil matching karakteristik lahan pada masing-masing SPT pada Tabel 2 dengan komoditas ubijalar, yams dan cocoyams (Lampiran). Kesesuaian Lahan Ubijalar Seluas 19.330 ha (59,80%) areal di Pulau Selaru termasuk kelas sesuai marginal (S3) dan 12.887 ha (40,20%) termasuk kelas tidak sesuai (N2) untuk dikembangkan ubijalar (Tabel 3). Penyebab rendahnya kelas kesesuaian lahan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu adanya retensi hara (f) yaitu pH alkalis (7,01–8,75) dan kondisi perakaran (r) yaitu kedalaman efektif rendah (23–70 cm) dan drainase tanah cepat. Sebaran areal kelas kesesuaian lahan ubijalar berdasarkan SPT ditampilkan pada Gambar 1. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 835 Tabel 2. Karakteristik lahan pada sembilan Satuan Peta Tanah (SPT) di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Karakteristik lahan SPT 1 SPT 2 SPT 3 SPT 4 SPT 5 SPT 6 SPT 7 SPT 8 SPT 9 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 27,4 (Bulan) 4–5 4–5 4–5 4–5 4–5 4–5 4–5 4–5 4–5 (mm) 1500–2000 1500–2000 1500–2000 1500–2000 1500–2000 1500–2000 1500–2000 1500–2000 1500–2000 - LGP (hari) - - - - - - - - - Media Perakaran (r) Cepat – Sangat cepat Sedang – Baik Sedang Sedang Temperatur (t) - Rata-rata tahunan (oC) Ketersediaan air (w) - Bulan kering (<75 mm) - Curah hujan/tahun - Drainase Tanah* - Tekstur - Kedalaman efektif (cm) LS SiL, SiCL SiL, LS SiL, Si Sangat Sangat terhambat/ terhambat/ tergenang tergenang C, SiCL SiL, C Agak terhamba Agak terhambat– Sangat Baik sedang terhambat SiL, SiCL, LS SiL, SiCL, C SiL, SiCL, Si 75 42–100 46–75 23–70 100–138 100–138 85–75 85–100 23–33 - - - - - - - - - - - - - - - - - - Gambut - Kematangan - Ketebalan (cm) Retensi Hara (f) - KTK tanah (cmol(+)/kg) 5,09 – 13,25 - pH tanah 41,73 – 58,66 45,50 – 57,47 26,75–54,18 4,01–39,18 3,89–36,16 3,89–19,75 16,13–32,88 13,25–41,73 8,35 7,01–8,75 8,35–8,70 6,45–8,70 8,50–7,80 7,80–8,50 8,40–8,20 8,20–8,50 6,45–8,76 1,26 1,68–1,95 1,68 1,68–4,03 1,83–0,70 0,70–1,83 0,93–1,26 0,93–1,83 1,73–4,03 - - - - - - - - - C organik (%) Kegaraman (C ) - Salinitas (mmhos/cm) - Toksisitas (x) - Kejenuhan Al (%) - - - - - - - - - - Kedalaman sulfidik (cm) - - - - - - - - - Hara tersedia (n) - Total N % 0,23–0,34 0,24–0,42 0,24–0,43 0,43–0,58 0,10–0,23 0,08–0,24 0,18–0,25 0,20–0,34 0,38–0,58 - P2O5 mg/100 g 128–423 63–193 50–60 60–95 53–128 60–131 36–95 137–223 160–218 - K2O mg/100 g 6–9 42–58 14 14–42 33–73 29–77 14-Aug 14–62 14–42 Kemudahan pengolahan (p) - - - - - - - - - Terrain/ potensi mekanisai (s/m) - Lereng (%) <3 <3 <3 0–8 <3 <3 1–2 1–2 3–25 - Batuan permukaan (%) <3 <3 3–15 0–20 <3 <3 <3 <3 0–20 - Singkapan batuan (%) <2 <2 2–10 0–20 <2 <2 <2 <2 0–20 Tingkat bahaya erosi* (e) Sangat Rendah Rendah - Sedang Rendah Rendah – Sedang Sangat Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah – Sedang Bahaya banjir* (b) F0 F1 F0 F0 F0 F0 * keterangan : dinilai secara kualitatif dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapang saat survei. 836 Waas dan Susanto: Lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams F0 F0 F1 Tabel 3. Kelas S3 N2 Total Kelas dan Subkelas kesesuaian lahan untuk komoditas ubijalar beserta luas dan sebarannya pada setiap SPT di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Luas Sub-Kelas No SPT Jenis faktor penghambat S3,f S3,rf N2 2 4, 9 1, 3, 5, 6, 7, 8 Retensi hara Media perakaran/retensi hara Drainase tanah/pasang surut Ha 5.299 14.031 12.887 32.217 % 16,45 43,35 40,20 100,00 N Peta Kesesuaian Lahan Ubijalar di Pulau Selaru, Kab. Maluku Tenggara Barat Pulau Anggarmasa W E LAU T B AN DA SELAT EREGON S Tg. Toritubun Pulau Nuyanat Tg. Nuyanat Tg. Sila Tg. Totobulan Tg. Wadat Detu Tg. Adauth Tg. Kore # ADAUTH uh an Tg. Olendir La Namtabung # l Sito S. b TE K LU A us S . Sa S . Win L e La b u h a n Tg. Toewoeeda Ban # Tg. Oftiaoe Ndemane Tg. If. Sifa # Kandar Tg. Kandar LAU T A RA FU RA Legenda: G. VAMIT # # Eliase Tg. Kiange Lingat # La go Tg. Werrain # Werrain Tg. Hiasan # # de S. N Tg. Lemian Taftian S3, f S3, rf N2 Foersoei Boelat Tg. Arkose Gambar 1. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan ubijalar di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Kesesuaian Lahan Yams (Uwi, Gembili) Seluas 5.229 ha (16,45%) areal di Pulau Selaru termasuk kelas cukup sesuai (S2); 23.013 ha (71,44%) termasuk kelas sesuai marginal (S3) dan 3.905 ha (12,11%) termasuk kelas tidak sesuai (N2) untuk dikembangkan yams (Tabel 4). Penyebab rendahnya kelas kesesuaian lahan tersebut adanya retensi hara (f) yaitu pH agak alkalis–alkalis (8,35–8,70), bahaya erosi dan kondisi perakaran (r) yaitu solum tanah dangkal (23–70 cm) dan drainase tanah cepat. Sebaran areal kelas kesesuaian lahan untuk yams berdasarkan SPT ditampilkan pada Gambar 2. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 837 Tabel 4. Kelas dan Subkelas kesesuaian lahan untuk komoditas Yams beserta luas dan sebarannya pada setiap SPT di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Kelas Sub-Kelas No SPT Jenis faktor penghambat S2 S2,fe S3-f S3-r N2 2 3, 7, 8 4,9 1,5,6 Retensi hara/bahaya erosi Retensi hara Media perakaran Drainase/pasang surut S3 N2 Total Luas ha 5.299 8.982 14.031 3.905 32.217 % 16,45 27,88 43,56 12,11 100,00 Keterangan : S3: Sesuai marginal; N2 : Tidak sesuai N Peta Kesesuaian Lahan Yams di Pulau Selaru, Kab. Maluku Tenggara Barat Pulau Anggarmasa W LAU T B AN DA SELAT EREGON E S Tg. Toritubun Pulau Nuyanat Tg. Nuyanat Tg. Sila Tg. Totobulan Tg. Wadat Detu S. Tg. Olendir an i nd r uh L ab Namtabung # Tg. Adauth Tg. Kore ADAUTH # r ola Sit O le K LU TE TH AU AD S . S ah lan S. W inus ten gge # Ndemane Tg. If. Sifa L abuh an Lem ia n S . N de Tg. Lemian n ma e Kandar Tg. Kandar # Tg. Toewoee Band ara Legenda: G. VAMIT La go o # # Eliase # Tg. Oftiaoe Tg. Kiange Lingat # n Tg. Werrain Werrain # Tg. Hiasan # LAU T A RA FU RA Foersoei Taftian S2, fe S3, r S3, f N2 Boelat Tg. Arkose Gambar 2. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan Yams di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Kesesuaian Lahan Cocoyams Hasil penilaian kesesuaian lahan terhadap komoditas cocoyams (talas) disajikan pada Tabel 5. SPT 2 di Pulau Selaru dengan luas 5.299 ha (16,45%) termasuk kelas cukup sesuai (S2) untuk dikembangkan cocoyams. Sedangkan SPT 3, 4, 7, 8 dan 9 dengan total luas 23.013 ha (71,43%) tergolong sesuai marginal (S3). Sisanya seluas 3.905 ha (12,12%) termasuk tidak sesuai (N2) yaitu pada SPT 1, 5 dan 6. Sebaran areal kelas kesesuaian lahan untuk yams berdasarkan SPT ditampilkan pada Gambar 3. 838 Waas dan Susanto: Kesesuaian lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams Tabel 5. Kelas dan Subkelas kesesuaian lahan untuk komoditas Cocoyams beserta luas dan sebarannya pada setiap SPT di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Kelas Sub-Kelas No SPT Jenis faktor penghambat S2 S2,fe S3,f S3,r S3,rf N2 2 3 4,9 7,8 1,5,6 Retensi hara/bahaya erosi Retensi hara Kondisi perakaran Kondisi perakaran/retensi hara Kondisi drainase/pasang surut S3 N2 Total Luas Ha 5.299 3.342 14.031 5.640 3.905 32.217 Peta Kesesuaian Lahan Cocoyam di Pulau Selaru, Kab. Maluku Tenggara Barat N Pulau Anggarmasa W LAU T B AN DA SELAT EREGON Tg. Toritubun Tg. Sila E S Pulau Nuyanat Tg. Nuyanat Tg. Totobulan Tg. Wadat Detu S. uh nd i r L ab an Tg. Adauth Tg. Kore ADAUTH # olar Sit Tg. Olendir Namtabung # % 16,45 10,37 43,56 17,50 12,12 100,00 O le K LU TE AU AD TH S. Sa hla n S . W in us teng ge # Tg. Lemian Ndemane La buh n an Lem ia S . Nd e ma ne Tg. Toewoee Bandar a G. VAMIT La g # # Eliase Tg. Kiange Lingat # oon Tg. Werrain Werrain # Tg. Hiasan # Foersoei Taftian # Kandar Tg. Kandar Tg. If. Sifa LAU T A RA FU RA Legenda: S2, fe S3, r S3, f S3, rf N2 # Boelat Tg Arkose Gambar 3. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan Cocoyams di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Faktor penghambat pengembangan cocoyams pada kelas S2 dan S3 adalah pH tanah alkalis (8,20–8,50), bahaya erosi sedang, kedalaman efektif randah (23–33 cm), drainase tanah agak terhambat sampai sangat terhambat pada SPT 7 dan 8; serta cepat sampai sangat cepat pada SPT 1, 5 dan 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tanah di Pulau Selaru dapat diklasifikasikan menjadi sembilan Subgrup yaitu Lithic Ustorthent, Typic Udipsamment, Aquic Udipsamment, Typic Udifluvent, Typic HidraProsiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 839 quent, Typic Haplustoll, Lithic Haplustoll, Lithic Haprendoll dan Mollic Hapludalf. Ke9 subgrup tanah tersebut mengelompok dalam sembilan SPT. 2. Kelas kesesuaian lahan untuk ubijalar Pulau Selaru terbagi menjadi dua yaitu sesuai marginal (S3) 19.330 ha (59,80 %) dan tidak sesuai (N2) 12.887 ha (40,20%). Kelas kesesuaian lahan untuk yams Pulau Selaru terbagi menjadi tiga yaitu cukup sesuai (S2) 5.229 ha (16,45 %), sesuai marginal (S3) 23.013 ha (71,44 %) dan tidak sesuai (N2) 3.905 ha (12,11 %). Kelas kesesuaian lahan untuk cocoyams Pulau Selaru terbagi menjadi tiga yaitu cukup sesuai (S2) 5.299 ha (16,45%), sesuai marginal (S3) seluas 23.013 ha (71,43%) dan tidak sesuai (N2) 3.905 ha (12,12%). 3. Faktor pembatas utama pengembangan ubijalar, yams dan cocoyams di Pulau Selaru adalah suhu tahunan tinggi, drainase tanah agak terhambat–sangat terhambat atau cepat–sangat cepat, pH tanah agak alkalis–alkalis, kedalaman efektif tanah rendah, dan bahaya erosi sedang. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Marthen P. Sirappa dan Simson Liubana atas partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Alfons J.B., A.N. Susanto, A.J. Rieuwpassa, S. Malawat, B. Rumahrupute, R. Swarda, M.P. Sirappa, P.R. Matitaputty, E.D. Waas dan J. Tolla. 2007. Rekomendasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Provinsi Maluku. Komisi Teknologi Pertanian Maluku. Ambon. Anonimous, 2013. Model Gerakan Masif Diversifikasi Pangan. Makalah Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Pada Rapat Kerja BBP2TP Tanggal 20–24 Maret 2013 Di Hotel Griphta – Kudus, Jawa Tengah. BBP2TP - Bogor. Djaenudin, Basuni, S. Hardjowigeno, H. Subagyo, M. Sukardi, Ismangun, D.S. Marsudi, N. Suharta, L. Hakim, Widagdo, J. Dai, V. Suwandi, S. Bachri dan E.R. Jordens. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan. Laporan Teknis No.7. LREP II. CSAR – Bogor. Hoff, J., J. Dai, K. Nugroho, N. Suharta, dan E.R. Jordan, 1994. Site location and horison description. Laporan Teknis, versi Proyek LREP II, Puslittanak, Bogor Kartika Noerwijati, Tinuk Sri Wahyuni dan Sunardi. Laporan Tahunan Balitkabi. 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanam Pangan. Balai Penelitian Tanaman KacangKacangan dan Umbi-Umbian. Kips, Ph., A. D. Djaenudin, & N. Suharta. 1981. The Land unit Approach to Land Resource Survey For landuse Planning with Particular Reference to the Sekampung watershed. Lampung Province, Sumatera, Indonesia. Technical Note No. 11, AGOF/INS/78/Nov. CSAR, Bogor. Rieuwpassa A.J., A.N. Susanto dan M.P. Sirappa. 2005. Keadaan Tanah di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat; Dalam Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan; Editor : A. Hasanudin, A. Tupamahu, J.B. Alfons, M.J. Patinama, M.P. Sirappa, S. Bustaman, M. Titahena. Kerjasama Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Pemerintah Provinsi Maluku dan Universitas Pattimura. Ambon. Soil Survey Staff. 1998. Keys to Soil Taxonomy. Eight edition.US Dept of Agriculture, Natural Resources Conservation Service. Washington DC. Suratman & N. Suharta. 2005. Lahan Potensial untuk Pengembangan Tanaman Pangan dan Perkebunan di Pulau Sumbawa. Prosiding Seminar Nasional Inovasi teknologi Sumber 840 Waas dan Susanto: Kesesuaian lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams Daya Tanah dan Iklim, Bogor 14–15 September 2004 Puslitbangtanak. Susanto A.N., J.B. Alfons, M. Pesireron, E.D. Waas, I. Hidayah, L. Joris, A.J. Rieuwpassa, F. Watkaat dan S. Malawat. 2007. Identifikasi Potensi dan Peluang Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan Spesifik Lokasi untuk Mendukung Sistem Ketahanan Pangan Lokal di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Laporan Akhir. BPTP Maluku. Ambon. Wambeke V., and T. Forbes. 1986. Guidelines for using soil taxonomy in the name of map unit. SMSS Technical Monograph No.6, Cornell University, Ithaca, NY. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 841 Lampiran 1. Karakteristik Lahan untuk penilaian kelas kesesuaian lahan untuk ubijalar (Djaenuddin et al. 2004). Kualitas/Karaketristik Lahan S1 S2 Temperatur (t) Rata-rata tahunan (oC) 22–25 >25–30 & 20–<22 Ketersediaan air (w) Bulan kering (<75 mm) Curah hujan/tahun (mm) 1–7 800 LGP (hari) Media perakaran (r) Drainase Tekstur Kedalaman efektif (cm) Gambut Kematangan Ketebalan Retensi hara (f) KTK pH tanah Kelas Kesesuaian Lahan S3 >30–35 & 18–<20 N1 N2 Td >35 & <18 Td Td 150–33 7–8 >8–9 >1500–2500 &2500–4000 & 600–<800 400–<600 120–150 90–120 >9 >4000 <400 <80 Baik, sedang Agak cepat Terhambat Agak terhambat 80–90 Sangat terhambatcepat Kerikil, liat masiv <20 L,SCL,SiL,Si,CL LS,SL,SiCL,SC S,SiC,StrC C >75 50–75 30–<50 Td - Saprik <100 Hemik 100–150 Hemik-Febrik Febrik >150–200 >200 >Sedang 5.5 – 6.5 > 0.8 Rendah >6.5 – 7.0 5.0 – < 5.5 < 0.8 Sangat rendah >7.0 – 7.5 4.5 – < 5.0 Td Td >75–80 4.0 – < 4.5 Td > 8.0 < 4.0 Td <2 – 3.3 >3.5 – 6.0 >6–7 >7 20–<30 C-Organik (%) Kegaraman (c) Salinitas (mmhos/cm) Toksisitas (x) Kejenuhan Al (%) Kedalaman sulfidik (cm) Hara tersedia (n) Total N P2O5 K2O Kemudahan pengolahan (p) >100 75 – 100 50 – >75 40–<50 <40 ≥ Rendah ≥Tinggi ≥Sedang - Sangat rendah Sedang Rendah - Sangat rendah Sangat rendah Sangat Keras,sangat teguh,Sangat lekat - Berkerikil, berbatu Terrain (s) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan batuan (%) Tingkat bahaya erosi (c) Bahaya banjir <3 <3 <2 SR FO 3–8 3–15 2–10 R F1 >8–15 >15–40 >10–25 S F2 >15–25 Td >25–40 B F3 >25 >40 > 40 SB F4 842 Waas dan Susanto: Kesesuaian lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams Lampiran 2. Karakteristik Lahan untuk penilaian kelas kesesuaian lahan untuk uwi ato gembili (yam) (Djaenuddin et al. 2004). Kualitas/ Karaketristik Lahan Temperatur (t) Rata-rata tahunan (oC) Ketersediaan air (w) Bulan kering (<75 mm) Curah hujan/tahun (mm) LGP (hari) Media perakaran (r) Drainase Tekstur Kedalaman efektif (cm) Gambut Kematangan Ketebalan Retensi hara (f) KTK pH tanah C-Organik (%) Kegaraman (c) Salinitas (mmhos/cm) Toksisitas (x) Kejenuhan Al (%) Kedalaman sulfidik (cm) Hara tersedia (n) Total N P2O5 K2O Kemudahan pengolahan (p) Terrain (s) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan batuan (%) Tingkat bahaya erosi (c) Bahaya banjir Kelas Kesesuaian Lahan S3 S1 S2 22–28 >25–30 20–<22 >30–32 18–<20 <5 1200–2000 180–210 5–6 >2000–5000 800–<1200 150–180 >6–7 <5000 600–<800 150 Baik Sedang Agak terhambat, agak cepat Terhambat SiC,Str C, C Td 30–<50 Td Sangat terhambat– sgt cepat Kerikil,liat masiv <25 L,SCL,SiL,Si, LS,SL,SiCL, CL S, C >75 50–75 N1 N2 Td >32 <18 >7 Td <150 <600 <150 - Saprik <100 Hemik 100–150 Hemik–Febrik >150–200 Febrik >200 ≥Sedang 5.5 – 6.5 Sangat rendah >7.5 – 8.5 4.5 – < 5.0 Td Td > 0.8 Rendah >6.5 – 7.0 5.0 – ≤5.5 < 0.8 Td > 8.5 < 4.5 Td <2 –3 >3–5 >6–7 >6 >100 75 – 100 50 – <75 40–<50 <40 ≥Sedang ≥Sedang ≥Sedang - Rendah Rendah Rendah - Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat Keras,sangat teguh,Sangat lekat - Berkerikil, berbatu <3 <3 <2 SR FO 3–8 3–15 2–10 R F1 >8–15 >15–40 >10–25 S F2 >15–25 Td >25–40 B F3 - >25 >40 > 40 SB F4 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 843 Lampiran 3. Karakteristik Lahan untuk penilaian kelas kesesuaian lahan untuk jenis-jenis keladi (Cocoyams) (Djaenuddin et al. 2004). Kualitas/Karaketristik Lahan Temperatur (t) Rata-rata tahunan (oC) Ketersediaan air (w) Bulan kering (<75 mm) Curah hujan/tahun (mm) LGP (hari) Media perakaran (r) Drainase Tekstur Kedalaman efektif (cm) Gambut Kematangan Ketebalan Retensi hara (f) KTK pH tanah C-Organik (%) Kegaraman (c) Salinitas (mmhos/cm) Toksisitas (x) Kejenuhan Al (%) Kedalaman sulfidik (cm) Hara tersedia (n) Total N P2O5 K2O Kemudahan pengolahan (p) Terrain (s) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan batuan (%) Tingkat bahaya erosi (c) Bahaya banjir 844 Kelas Kesesuaian Lahan S3 N1 S1 S2 N2 25–32 >32 22–<25 20–<22 Td <20 <5 1500–3200 6–7 600–<1500 Td >7 <1000 180–210 5–6, <2 >5000; 1500–<2500 150–180 150 <150 <150 Baik Sedang L,SCL,Si, Si,CL >75 LS,SL,SiCL, SC 50–75 Agak terhambat, agak cepat SiC,Str C - Terhambat, Sangat terhambat– cepat sgt cepat td Kerikil,pasir, liat masiv <25 30–<50 <30 Saprik Hemik - <100 100–150 HemikFebrik >150–200 >200 ≥Sedang 5.5 – 6.5 > 0.8 Rendah >6.5 – 7.5 5.0 – ≤5.5 < 0.8 Sangat rendah >7.5 – 8.5 4.5 – < 5.0 Td Td >8.5–9.0 0–<4.5 Td > 9.0 < 4.0 Td <2 2– 3 >3–4 >4–6 >6 <100 75 – 100 50 – <75 40–<50 <40 ≥Sedang ≥Sedang ≥Sedang - Rendah Rendah Rendah - Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat Keras,sangat teguh,Sangat lekat - Berkerikil, berbatu <3 <3 <2 SR FO 3–8 3–15 2–10 R F1 >8–15 >15–40 >10–25 S F2 >15–25 Td >25–40 B F3 >25 >40 > 40 SB F4 Waas dan Susanto: Kesesuaian lahan untuk pengembangan ubijalar, yams, dan cocoyams Febrik