v kesimpulan - IPB Repository

advertisement
12
Saat laju kematian sel darah putih terinfeksi
lebih kecil daripada laju kegagalan terapi maka
dinamika populasi sel darah putih terinfeksi,
dinamika virus HIV menular dan dinamika virus
HIV pada model tundaan dan model tanpa
tundaan mengalami peningkatan dengan sangat
cepat. Pada kasus ini pasien dinyatakan belum
sembuh dari penyakit AIDS karena terapi yang
diberikan tidak berhasil dalam menghambat
pembentukan virus baru. Pada model respon
protease inhibitor (tanpa tundaan) memiliki laju
pertumbuhan populasi yang lebih cepat daripada
model tundaan.
Saat laju kematian sel darah putih terinfeksi
lebih besar daripada laju kegagalan terapi maka
dinamika populasi sel darah putih terinfeksi
pada model tundaan dan model tanpa tundaan
awalnya mengalami peningkatan sampai
mencapai titik maksimum, lalu mengalami
penurunan sampai mencapai nilai minimum dan
akan stabil dinilai nol. Dinamika populasi virus
HIV menular dan virus HIV tidak menular
mengalami penurunan dengan sangat cepat
sampai mencapai nilai minimum dan akan stabil
dinilai nol. Pada kasus ini sel darah putih
terinfeksi, virus HIV menular dan virus HIV
tidak menular akan hilang dalam sistem. Pasien
dinyatakan sembuh dari penyakit AIDS karena
terapi berhasil dalam menghambat pembentukan
virus baru. Pada model respon protease
inhibitor (tanpa tundaan) memiliki laju
pertumbuhan populasi yang lebih cepat daripada
model tundaan.
Berdasarkan kedua gambar diatas dapat
dikatakan bahwa model tundaan memiliki model
yang lebih realistik daripada model tanpa
tundaan karena pada model tersebut dapat
menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya.
Proses berkembangnya virus HIV dan proses
penyembuhan penyakit AIDS terjadi dalam
kurun waktu yang lama. Hal ini dapat terlihat
dengan jelas pada dinamika model tundaan yang
telah dijelaskan sebelumnnya.
V KESIMPULAN
Analisis kestabilan pada model virus HIV
dibagi menjadi dua kategori, yaitu sel darah
putih terinfeksi virus dan virus HIV. Model ini
dipengaruhi oleh laju sel darah putih yang
dihasilkan dan laju kematian sel darah putih
sehat. Solusi sistem ini akan spiral jika laju sel
darah putih yang dihasilkan lebih kecil
daripada laju kematian sel darah putih sehat,
sedangkan solusi sistem akan sadel jika laju
sel darah putih yang dihasilkan lebih besar
daripada laju kematian sel darah putih sehat.
Jika laju sel darah putih yang dihasilkan
lebih kecil daripada laju kematian sel darah
putih sehat maka populasi sel darah putih
terinfeksi dan populasi virus HIV stabil dinilai
nol (hilang dalam sistem). Jika laju sel darah
putih yang dihasilkan lebih besar daripada laju
kematian sel darah putih sehat maka populasi
sel darah putih terinfeksi dan populasi virus
HIV menuju ke suatu nilai tertentu.
Analisis kestabilan pada model respon
terhadap protease inhibitor dan model tundaan
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sel darah
putih terinfeksi, virus HIV menular (tidak
dipengaruhi protease inhibitor) dan virus HIV
tidak
menular
(dipengaruhi
protease
inhibitor). Kedua model ini dipengaruhi oleh
laju kematian sel darah putih terinfeksi dan
laju kegagalan terapi. Solusi sistem ini akan
sadel jika laju kematian sel darah putih
terinfeksi lebih kecil daripada laju kegagalan
terapi, sedangkan solusi sistem akan simpul
stabil jika laju kematian sel darah putih
terinfeksi lebih besar daripada kegagalan
terapi.
Pada kedua model ini, jika laju kematian
sel darah putih terinfeksi lebih kecil daripada
laju kegagalan terapi maka populasi sel darah
putih sakit, populasi virus HIV menular, dan
populasi virus HIV tidak menular akan terus
bertambah. Jika laju kematian sel darah putih
sakit lebih besar daripada laju kegagalan
terapi maka populasi sel darah putih sakit,
populasi virus HIV menular, dan populasi
virus HIV tidak menular akan hilang dalam
13
sistem. Pada model respon protease inhibitor
(tanpa tundaan) memiliki laju pertumbuhan
populasi yang lebih cepat dari pada model
tundaan.
Model tundaan memilki model yang lebih
realistis dibandingkan model tanpa tundaan
karena memperhitungkan waktu tundaan sejak
masa awal infeksi sampai memproduksi virus
baru.
DAFTAR PUSTAKA
Anton H. 1995. Aljabar Linear Elementer. Ed
ke-5. Terjemahan Pantur Silaban dan I
Nyoman Susila. Erlangga, Jakarta.
Bellman, Kenneth L, Richard, Cooke. 1963.
Differential-difference equations. New
York-London: Academic Press.
Farlow SJ. 1994. An Introduction to
Differential
Equation
and
Their
Application. Mc Graw-Hill, New York.
Greener R. 2002. AIDS and macroeconomics
impact. AIDS and Economics, pp. 49-55.
Institut teknologi telkom. Klasifikasi virus.
http://www.ittelkom.ac.id [8 Mei 2010].
Nelson PW, Perelson AS. 2002. Mathematical
analysis of delay differential equation
models of HIV-1 infection. Mathematical
Biosciences 179: 73-94.
Merlin L Robb. 2008. Failure of Merck HIV
vaccine : an uncertain step forward.
Biology 372 (9643) : 1857-1858.
Strogatz SH.1994. Nonlinear Dynamics and
Chaos, With Application to Physics,
Biology, Chemistry, and Engineering.
Addison-Wesley Publising Company,
Reading, Massachusets.
Tu PNV. 1994. Dynamical System, An
Introduction
with
Application
in
Economics and Biology. Springer-Verlag.
Heidelberg, Germany.
Herz V, Bonhoeffer S, Anderson R, May R,
Nowak M. 1996. Viral dynamics in vivo:
limitations on estimations on intracellular
delay and virus decay, Proc. Nat. Acad.
Sci. USA 93:7247.
Verhulst F. 1990. Nonlinear Differential
Equation and
Dynamical
System.
Springer. Verlag. Heidelberg. Germany.
Weiss RA. 1993. How does HIV cause AIDS?
Science. 260 (5112) : 1273-9.
Download