1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS bukan merupakan penyakit, melainkan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan berbagai macam mikroorganisme serta menyerang tubuh akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh penderita. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seks, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, ibu hamil yang positif terkena AIDS, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Saat ini, AIDS diperkirakan menginfeksi 38.6 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali ditemukan (Weiss 1993). AIDS disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus), yang termasuk golongan virus genetik RNA (ribonucleic acid), yang mempunyai dua jenis, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus HIV-1 dapat dibagi menjadi virus HIV-1 grup M virus yang mendominasi dan bertanggung jawab atas pandemi AIDS. Grup M dapat dibagi lagi menjadi subtipe berdasarkan data sekuens genetik. Beberapa subtipe diketahui lebih mematikan atau resisten terhadap obat yang berbeda. Demikian juga, HIV-2 dianggap kurang virulen dan menular daripada HIV-1 M grup virus, meskipun HIV-2 diketahui menyebabkan AIDS (Greener 2002). Virus ini memperlemah sistem kekebalan tubuh pada manusia. Pada umumnya, HIV ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dengan cairan tubuh yang mengandung HIV. Target utama dari virus ini adalah sel darah putih. Sel ini diperlukan oleh populasi sel lainnya dalam tubuh sebagai suatu sistem kekebalan tubuh. Jumlah sel darah putih pada kondisi normal adalah 1000 sel/mm3. Jika jumlah sel darah putih menurun menjadi 200 sel/mm3 kurang dari atau dibawahmya, maka dapat dikatakan positif menderita AIDS. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan AIDS. Salah satu jenis terapi yang biasa dilakukan oleh penderita AIDS adalah terapi antiretroviral, yaitu terapi yang hanya efektif untuk golongan virus RNA. Terapi ini sangat bermanfaat bagi penderita AIDS sejak tahun 1996 (Merlin L Robb 2008). Terapi ini terdiri atas tiga jenis, yaitu reverse transcriptase inhibitor (RT Inhibitor), protease inhibitor dan kombinasi keduanya. Sejumlah model telah dikembangkan untuk mendeskripsikan tentang sistem kekebalan tubuh pasien penderita AIDS, yaitu penundaan intraseluler, kombinasi terapi antiretroviral, dinamika sel terinfeksi dan dinamika sel tidak terinfeksi. Model tersebut memiliki tiga asumsi. Pertama, infeksi terhadap sel darah putih sehat terjadi dengan sangat cepat. Kedua, obat yang digunakan seratus persen efektif. Ketiga, jumlah sel sasaran (sel darah putih) konstan selama terapi antiretroviral (Nelson & Perelson 2002). Dinamika infeksi virus HIV dimodelkan secara matematis oleh Nelson dan Perelson (2002). Ketiga asumsi tersebut dapat ditinjau ulang, sehingga menghasilkan model baru yang mencakup penundaan untuk menghitung waktu antara virus yang masuk kedalam sel target (sel darah putih) sampai memproduksi virus-virus yang baru (Herz et al. 1996). Pada tulisan ini akan dibahas dinamika infeksi virus dan model penundaan intraseluler. Dalam pembahasan ini akan dianalisis kestabilan dan dinamika populasinya. Pertama, ditentukan titik tetap pada setiap model. Selanjutnya ditentukan matriks Jacobi dengan melakukan pelinearan setiap persamaan yang ada terhadap setiap variabel. Kemudian ditentukan nilai eigen dengan menyelesaikan persamaan karakteristik, nilai eigen tersebut akan digunakan untuk menganalisis kestabilan titik tetapnya. 1.2 Tujuan Tujuan karya ilmiah ini adalah membandingkan model dinamika virus HIV, model respon virus HIV terhadap protease inhibitor dan model tundaan, yaitu waktu tundaan antara virus yang masuk kedalam sel target (sel darah putih) sampai memproduksi virus baru serta membandingkan dinamika sel darah putih terinfeksi, dinamika virus HIV menular dan dinamika virus HIV tidak menular.