BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem ketenagalistrikan di Indonesia dikelola oleh perusahaaan listrik negara (PT. PLN). Sistem ketenagalistrikan di Bali juga dikelola oleh PT PLN khususnya PT PLN Distribusi Bali yang merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Bali selain disuplai dari Jawa dengan kabel bawah laut dengan kapasitas 200 MW, juga disuplai dari unit Pembangkit Pesanggaran 172 MW, PLTG Gilimanuk 130 MW dan PLTG Pemaron 80 MW sehingga total daya yang tersedia adalah sebesar 582 MW. Beban puncak sistem Bali pada tahun 2010 mencapai 552,4 MW (Suluh Dewata, 2010). Apabila salah satu unit pembangkit keluar dari sistem, seperti contoh jika dilakukan pemeliharaan PLTG Gilimanuk (130 MW), maka hanya tersedia daya sebesar 452 MW, yang berarti lebih kecil dari beban puncak 552,4 MW. Sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman pada saat beban puncak (18.00 – 22.00 WITA). Di samping hal tersebut pertumbuhan beban di Bali cukup tinggi sekitar 13% dan pertumbuhan nasional besarnya sekitar 6%(Bappeda, 2004). Dengan angka peningkatan beban yang tinggi tersebut, maka diperlukan peningkatan kapasitas pembangkit. Permasalahan yang timbul di dalam peningkatan kapasitas yaitu pembangunan pembangkit baru membutuhkan investasi yang sangat besar serta lokasi pembangunan pembangkit baru diperlukan kesepakatan antara 1 2 masyarakat dan pemerintah daerah. Sampai saat ini belum ada pembangkit baru yang terealisasi. Di samping itu pengiriman energi listrik ke Bali dibatasi oleh kemampuan jaringan transmisi kabel laut Jawa-Bali 150 KV existing yang hanya bisa menyalurkan 2 x 100 MW. Melihat kondisi tersebut salah satunya diperlukan penghematan atau efisiensi dalam pemanfaatan energi listrik. Efesiensi adalah kemampuan menggunakan lebih sedikit energi dalam manjalankan fungsi dan kinerja yang sama untuk mencapai tujuan dengan biaya yang lebih rendah (William.H.G, 1996). Efisiensi energi menjadi semakin penting, mengingat kenaikan harga bahan bakar minyak di seluruh belahan dunia disamping menipisnya cadangan atau potensi sumber daya yang tersedia. Salah satu upaya PT. PLN untuk melakukan pengelolaan pemakaian listrik adalah dengan menerapkan tarif yang berbeda untuk LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) dan WBP (Waktu Beban Puncak), dimana tarif dalam WBP lebih mahal dibandingkan dengan tarif dalam LWBP. Penerapan WBP dimulai pukul 18.00 - 22.00 WITA. PT. Telekomunikasi Indonesia merupakan salah satu penyedia layanan telekomunikasi, seperti layanan telepon kabel, flexi dan internet. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat, dengan jumlah pelanggan di tahun 2007 mencapai 42 juta pelanggan, di tahun 2008 jumlah pelanggan 68,6 juta dan di tahun 2009 mencapai 105,1 juta pelanggan (PT Telkom, 2009). Dengan peningkatan jumlah pelanggan tersebut jaringan atau infrastruktur telkom seperti: jaringan PSTN (Public Switched Telephone Network) dan jaringan data internet juga ikut meningkat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi 3 berpengaruh positif terhadap berkembangnya akses terhadap ilmu pengetahuan serta informasi sehingga bisa disampaikan semakin cepat, efisien dan murah. Perkembangan jumlah pelanggan, penggunaan layananan telekomunikasi yang dikuti dengan pengembangan infrastruktur telekomunikasi menyebabkan pemakaian energi listrik di PT. Telkom semakin meningkat. Sentral Telepon Automat (STO) Kaliasem merupakan central (Back Bone) yang membawahi semua sentral atau STO yang ada di Bali. STO Kaliasem berdiri di atas lahan seluas 4.400 M 2 dan luas bangunan 2.613 M2. Jumlah karyawan di STO Kaliasem sebanyak 37 orang, dengan jam kerja normal yaitu 08.00-17.00 WITA. PT Telkom memiliki 27 site STO di Bali. Semua STO di Bali melayani sistem PSTN, flexi dan data internet. Tetapi keseluruhan trafik baik dari Bali bahkan wilayah Nusa Tenggara akan menuju Jawa melalui STO Kaliasem terlebih dahulu, dikarenakan sebagai jalur elemen core network untuk menuju ke Singapore Telekomunikasi (SINGTEL), sehingga STO Kaliasem sangat penting bagi sistem network komunikasi di PT Telkom. Kapasitas daya listrik terpasang di STO Kaliasem adalah sebesar 865 KVA dan digolongkan sebagai tarif B3. Di samping itu juga dilengkapi catu daya backup yaitu satu buah genset berkapasitas sebesar 1.038 KVA Penggunaan energi listrik di STO Kaliasem sebagian besar untuk perangkat keras di ruang server dan peralatan pendingin di ruang server yang beroperasi selama 24 jam. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk penerangan. Perangkat keras di gedung STO Kaliasem dikelompokkan menjadi dua yaitu Esensial dan Non Esensial. Kategori esensial adalah perangkat yang 4 tidak boleh padam seperti rectifier, UPS dan inverter. Kategori non esensial adalah perangkat pendukung di gedung STO Kaliasem seperti AC dan penerangan. Pemakaian energi listrik di STO Kaliasem relatif cukup besar dan menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 tagihan listrik adalah sebesar Rp.1.755.235.200,- sementara pada tahun 2007 sebesar Rp.1.765.676.400,- Di sini terlihat adanya peningkatan sebesar 0,60 %. Pada tahun 2008 tagihan listrik adalah sebesar Rp.1.811.241.200,- dan menjadi Rp.2.093.168.000,- di tahun 2009. Di sini terjadi peningkatan tagihan yaitu sebesar 13,5 %. Walkthrough audit adalah kegiatan di dalam mengidentifikasikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada suatu bangunan. Setelah dilakukan walkthrough audit tehadap pemakaian energi listrik pada bulan Desember 2009 diperoleh gambaran yang menunjukkan bahwa pengelolaan energi listrik di STO Kaliasem belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan kurangnya prilaku hemat energi di lingkungan ruang kerja. Kategori non esensial seperti AC dan penerangan sebesar 223.536 kilowatt dari 74 unit AC yang berkapasitas beragam 1,5 PK sampai 15 PK. Penerangan 94 lampu TL (2 x 40 watt) dan 52 LHE (18 watt). Suhu ruangan perangkat yang diisyaratkan yaitu sebesar 18 oC–22oC. Kategori esensial seperti rectifier, UPS dan inverter pemakaian energi listriknya sebesar 152.788 kilowatt. Setelah dilakukan pengamatan di ruang kerja karyawan, diberapa ruangan pada saat jam pulang kerja AC dan lampu penerangan masih tetap menyala. Penggunaan AC di ruang perangkat masih ada yang menggunakan kapasitas yang tidak sesuai dengan kondisi ruangan, yang mana dikarenakan 5 adanya penambahan perangkat, sehingga AC bekerja lebih keras. Manajemen STO Kaliasem sendiri sudah berupaya melakukan renovasi di ruangan-ruangan perangkat agar ruangan lebih terisolasi dari temperatur suhu di luar ruangan dan temperatur ruangan lebih terjamin. Namun perusahaan belum memiliki struktur serta program manajemen energi yang jelas. Seperti tidak tersedianya panduan tentang hemat energi berupa buku, kebijakan, himbauan, stiker, seminar dan ceramah, sehingga terlihat prilaku tidak hemat energi pada pemakaian AC di ruang kerja dan kurangnya pemakaian LHE di gedung STO Kaliasem. Melihat kondisi tersebut di atas, salah satu usaha yang bisa ditempuh untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik adalah dengan melakukan manajemen energi. Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan bijaksana dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize costs) dan meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif (Capehart dkk, 2003). Berbagai upaya pengeloaan energi yang relevan dengan kondisi di STO Kaliasem adalah dengan melakukan pengelolaan penggunaan Air Conditioning (AC). Seperti kapasitas AC sesuai dengan kondisi dan luas ruangan, penggunaan freon diupayakan menggunakan yang lebih ramah lingkungan khususnya dalam konversi refrigerant sintetik (freon AC) ke refrigerant hydrocarbon yang merupakan bahan pendingin ramah lingkungan serta hemat energi, yang mengacu pada Peraturan Menteri ESDM No.031/2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghematan Energi. Di samping itu manajemen STO Kaliasem akan mencoba melakukan pengelolaan AC dengan cara mengatur temperatur ruangan perangkat diantara 20oC–22oC agar konsumsi energi AC lebih kecil dan temperatur 6 perangkat masih terjamin. Juga peningkatan peran serta sumber daya manusia dengan melakukan pengelolaan energi listrik di ruang kerja dengan membiasakan prilaku budaya hemat energi dengan cara mematikan AC dan lampu penerangan di saat jam pulang kerja. Penelitian yang mencakup perancangan dan penerapan terhadap kondisi pemakaian energi di STO Kaliasem ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan bahkan diharapkan dapat memberikan contoh pengelolaan energi yang baik di lingkungan PT Telkom. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan dari penelitian tugas akhir ini adalah 1. Bagaimana mengetahui tingkat konsumsi energi listrik di gedung STO Kaliasem Denpasar melalui proses audit energi sesuai dengan SNI ? 2. Bagaimana merancang manajemen energi listrik pada gedung STO Kaliasem Denpasar untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik ? 3. Bagaimana melakukan implementasi program manajemen energi selama dua bulan terhadap penggunaan energi listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar? 4. Bagaimana pengaruh terhadap efisiensi cost atau biaya, setelah dilakukan penerapan program manajemen energi listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar? 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah 1. Untuk mengetahui tingkat intensitas penggunaan energi listrik di gedung STO Kaliasem melalui audit energi. 2. Untuk menghasilkan program manajemen energi listrik di gedung STO Kaliasem 3. Melakukan implementasi program manajemen energi listrik yang akan dimonitor selama dua bulan. 4. Untuk mengetahui informasi cost atau biaya, setelah dilakukan penerapan program manajemen energi listrik tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian tugas akhir ini adalah 1. Bagi Mahasiswa, dapat mengaplikasikan teori yang dipelajari dengan kondisi dan kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di tempat penelitian (STO Kaliasem) 2. Bagi Universitas, dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk Program Pasca Sarjana Manajemen Energi dalam penelitian tentang manajemen energi, khususnya pemakaian energi di sektor telekomunikasi. 3. Bagi pihak manajemen perusahaan, dapat dipakai sebagai bahan informasi serta bahan pertimbangan untuk mengelola energi agar mendapatkan efisiensi dan biaya yang optimal. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 2.1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Audit Energi Audit energi adalah suatu analisis terhadap konsumsi energi dalam sebuah sistem yang menggunakan energi, seperti gedung bertingkat, pabrik dan sebagainya. Hasil dari audit energi adalah laporan tentang bagian yang mengalami pemborosan energi. Umumnya bentuk energi yang di-audit adalah energi listrik dan energi dalam bentuk bahan bakar. Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002). Penelitian terhadap audit energi di tanah air masih tergolong bidang yang relatif baru namun telah terdapat berbagai publikasi. Seperti, Agus Rianto menganalisa mengenai audit energi di Hotel Santika Premiere Semarang, tahun 2007. Menunjukkan intensitas konsumsi energi di hotel tersebut mencapai 341.683 kWh/m2/tahun lebih besar dari standar ASEAN-USAID yaitu 300 kWh/m2/tahun. Hasil penelitian tersebut, diperoleh nilai IKE yang masih cukup tinggi sehingga usaha penghematan masih harus dilakukan, penelitian tersebut tidak dilakukan implementasi di lapangan, hanya sebatas perhitungan nilai IKE dan rekomendasi (Rianto, 2007). Litany Namara Erdianta menganalisa 8 9 performansi penggunaan energi listrik di gedung jurusan Teknik Fisika ITS, tahun 2009. Menunjukkan intensitas konsumsi energi listrik di gedung jurusan Teknik Fisika ITS tersebut mencapai 105,229 kWh/m2/tahun. Jika dibandingkan dengan standar IKE ASEAN yaitu 240 KWh/m2/tahun, IKE di gedung jurusan Teknik Fisika telah memenuhi standar kebutuhan energi. Dengan adanya implentasi PHE, nilai IKE berkurang menjadi 93,378 kWh/m2/tahun (Erdianta, 2009). Aneka Firdaus dalam Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya, tanggal 13-15 Oktober 2010. Melakukan penelitian bagaimana menaikkan efisiensi (COP) dengan penurunan temperatur pada evaporator dalam sistem Air Conditioning dengan mengunakan Musicool-22 pengganti freon-22. Hasil penelitian ini adalah temperatur ruang yang minimum yang bisa dicapai sekitar 16-an o C dengan menggunakan refrigan MC-22. COP (Coefficient of Performance) alat pendingin yang menggunakan propana atau MC-22 lebih tinggi dibandingkan dengan R-22. 2.1.1 Konsep Audit Energi Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk mengidentifikasikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagianbagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002) 10 E .a .b BCR c (1) keterangan : E = biaya energi tahunan, satuan uang a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a c = biaya realisasi, satuan uang 2.1.2 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi) a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWh/m2 per tahun b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/ m2 per tahun c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWh/ m2 per tahun d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWh/ m2 per tahun 11 Kategori diatas berdasarkan jumlah energi yang digunakan per tahun (kWh), luas lantai total (m2) dan jam operasi per tahun (2000 jam). Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain : a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung. b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC) ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan. c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net). d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product). Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan besarnya target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan gedung yang dikondisikan (net). Adapun perhitungan dari IKE sebagai berikut: kWh total IKE Luas Bangunan 2.2 (2) Macam-macam audit energi Jenis dari Audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi ada bermacam-macam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing. Adapun jenis-jenis audit energi tersebut dapat dibagai menjadi beberapa bentuk, seperti walking audit, preliminary audit, deteiled audit, dan energy management plan and implementation action.(Lybery.MD, 1981) 12 a. Walking audit Walking audit ini sering disebut dengan mini audit. Audit yang dilakukan secara sederhana, tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis secara sederhana. Umumnya focus dari audit ini adalah pada bidang perawatan dan penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi yang besar. b. Prelimentary audit Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung pemborosan energi dan beberapa usulan c. Detailed audit Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh tehadap seluruh aspek yang mengkonsumsi eneri listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya audit energi, indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua konsumsi energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer dan energi sekunder. Selain itu melakukan perhitungan pemborosan energi, kesempatan konservasi energi, sampai beberapa usulan untuk melakukan penghematan energi beserta dengan dampak dari usulan tersebut. Untuk mencari kemungkinan penghematan maka harus diketahui terlebih dahulu analisa biaya audit energi, 13 identifikasi gedung, analisa kondisi sesungguhnya dan menghitung semua penggunaan energi. d. Energy management plan and implementation action Audit energi yang dilakukan adalah suatu alat dalam manajemen energi. Pada dasarnya audit ini sama dengan detailed audit, akan tetapi audit ini dilakukan secara berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup lama. Audit energi ini dimulai dengan membentuk sebuah organisasi manajement energi. Hasil dari audit menjadi masukan utama bagi sistem manajemen energi untuk melakukan pengaturan energi secara terpadu. Tahap yang dilakukan untuk melakukan suatu audit energi yang sederhana, kususnya untuk gedung bertingkat bertingkat adalah a. Menetapkan batasan masalah. Langkah pertama adalah menetapkan batasan sistem, bagian mana saja dari sebuah perusahaan atau gedung bertingkat yang akan diaudit. b. Membentuk sebuah tim audit Tim audit ini bekerja sama dengan operator peralatan dan perlengkapan gedung, electrical dan mechanical gedung, serta konsultasi dalam proyek yang di-audit. c. Analisis kondisi aktual Beberapa hal yang dilakukan dalam analisis kondisi aktual adalah mendapatkan data teknik, petunjuk dan brosur perlatan electrical dan mechanical. Kemudian melakukan identifikasi penggunaan energi, 14 seperti beberapa banyak kebutuhan energi dan dimana energi digunakan. d. Menghitung penghematan Melakukan perhitungan besarnya energi yang dapat dihemat. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah besarnya penghematan energi tidak linier terhadap investasi yang digunakan e. Laporan audit Laporan audit memuat semua aspek yang dapat ditemukan dalam auditing, seperti pola konsumsi dan pemborosan yang terjadi. Pada laporan ini juga disertakan prioritas penghemantan energi pada bagian tertentu dari objek yang di-audit f. Analisis penghematan Dalam laporan ini juga disertakan beberapa usulan seprti adanya piranti yang dapat ditambahkan beserta dengan analisis dampak yang akan ditimbulkan g. Eavluasi penghematan Setelah melakukan penghematan dalam jangka waktu tertentu dilakukan evaluasi secara berkala. 2.3 Manajemen Energi Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan bijaksana dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize costs) dan meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif (Cape Hart dkk, 1997). Sebuah fungsi manajemen dan merupakan teknik yang berguna untuk memonitor, 15 menganalisa dan mengontrol aliran energi yang ada dalam sebuah sistem sehingga efisiensi penggunaan energi yang maksimal dapat tercapai. Manajemen energi sebenarnya merupakan kombinasi dari technical skill dan manjemen bisnis yang berfokus pada business engineering. Seiring dengan harga energi akhir-akhir ini yang terus meningkat maka manejemen energi ini semakin diperlukan. Karena dengan melakukan manjemen energi ini maka biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan energi dapat ditekan. Salah satu bagian yang mendasari manjemen energi adalah audit energi. Laporan audit merupakan hasil dari audit plan yang akan diproses dan dianalisa lebih lanjut dalam manajemen energi. Dan melalui dari hasil audit energi tersebut maka aliran energi yang memberikan gambaran tentang penggunaan energi akan dapat diketahui, sehingga dapat disusun suatu rancangan strategi untuk mengendalikan penggunaan energi. 2.4 Matrik Manajemen Energi Matrik manjemen energi merupakan sebuah tabel yang berfungsi sebagai suatu alat untuk membantu perusahaan dalam menganalisa penggunaan energi. Matrik tersebut mjulai dikembangkan pada awal tahun 1990. Melalui matrik ini kelebihan dan kekurangan sistem manajemen energi yang digunakan disebuah perusahaan dapat diketahui. Matrik Manjemen energi meliputi enam area pokok dari majemen energi yaitu : 1. Kebijakan energi Kebijakan energi merupakan sebuah bentuk regulation yang berhubungan dengan penggunaan energi di sustu badan usaha. Kebijakan-kebijakan 16 yang dibuat hanya diterapkan pada bagian-bagian tertentu dari sebuah badan usaha melainkan harus diterapkan pada semua bagian mulai dari level top manajemen sampai level operator. 2. Organisasi Organisasi disini lebih mengacu pada mengorganisai orang, alokasi tanggung jawab dan bagaimana mengintegrasikan ini semua ke fungsifingsi manajemen lainnya. Interaksi antara departemen yang satu dengan yang lain dibutuhkan untuk mendukung sistem manjemen energi 3. Motivasi Motivasi yan dimaksud adalah bagaimana untuk mengubah sikap dari para staf yang ada dalam penggunaan energi yang lebih baik di dalam lingkungan mereka. Oleh karena motivasi ini lebih ke arah bagaimana untuk mengubah behavior para staf dalam menggunakan energi, maka tanggung jawab dan kesadaran dari semua staf yang ada akan sangat diperlukan. 4. Sistem Informasi Sistem informasi berhubungan dengan proses pengumpulan dan pencatatan data mengenai energi dimana data tersebut akan diolah lalu dilaporkan dalam bentuk yang sesuai. Melalui hal ini akan dapat diketahui bagaimanakah performansi dari energi yang digunakan. 5. Marketing Marketing disini bukan berarti memasarkan, mencari pelanggan melainkan marketing yang dimaksud adalah mempublikasikan keberhasilan dari 17 sistem manajemen energi yang akan diterapkan baik didalam dan diluar organisasi yang ada. 6. Investasi Investasi berhubungan dengan keputusan. Bila sebuah perusahaan ingin menerapkan sebuah sistem manajemen energi, maka perusahaan perlu memiliki kebijakan investasi karena untuk bisa menerapkan sebuah sistem manjemen energi, dana yang dibutuhkan cukup besar. Matrik ini mengelompokkan kualitas dari suatu sistem manjemen energi suatu badan usaha ke dalam lima level yang terendah adalah level 0 dan level yang tertinggi adalah level 4. Adapun hal yang diperlukan untuk menaikkan level matrik manajemen energi adalah komitmen dari top manjemen, karena kesadaran para karyawan di Indonesia akan penggunaan energi secara efisien masih kurang. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk mempersiapkan para karyawan agar dapat mengantisipasi problem ini. Perusahaan dapat memberikan pelatihan-pelatihan maupun penyuluhan-penyuluhan agar para karyawan dapat mengerti akan masalah ini, dan perusahaan juga dapat mengambil langkah ekstrim dengan mengeluarkan peraturan tentang penggunaan energi dan memberikan sangsi bagi karyawan yang melanggarnya. 2.5 Efisiensi sumber daya energi pada sistem tata cahaya Sistem tata cahaya dewasa ini banyak menyerap penggunaan energi pada banguanan yaitu sekitar 30% sampai 50% dari konsumsi energi listrik. Ditambah pula dengan panas yang dikeluarkan oleh lampu yang harus dihilangkan oleh 18 sistem tata udara (AC). Dengan demikian efisiensi dari sistem ini akan menghasilkan penghematan sumber daya energi yang cukup berarti. Efesiensi ini dapat dilakukan dengan: a. Penggunaan dari lampu dengan efisiensi yang tinggi, disini dapat dipilih berbagai jenis lampu tersebut antara lain: 1. Full Size Flurescent lamp, lampu tipe ini dengan efisiensi yag tinggi menggunakan campuran kripton dan argon akan mampu menambah output yang dihasilkan sekitar 10% sampai 20% yaitu 65 sampai 70 lumens/watt menjadi 70 sampai 80 lumen/watt, dengan perbaikan dri fosfor dapat menghasilkan efesiensi menjadi 95 sampai 100 lumen/watt. 2. Compact Fluorescent lamps, diameter lebih kecil dan ukuran lebih pendek sehingga menggunakan ruang lebih sedikit namun kurang efisien dibandingkan full size flurescent lamps yaitu output yang dihasilkan hanya sekitar 35 sampai 55 lumen/watt 3. Electronic lamps, mempunyai ukuran sama dengan compact fluorescent lamp dan mempunyai output 45 sampai 50 lumen/watt 4. Sulphur lamp, merupakan suatu teknologi baru namun menjanjikan suatu efesiensi yaitu dengan penggatian dari penggunaan mercury pada fluorescent lamp dengan sulfur. 5. Infrared Reflective Incandescent lamp, lampu jenis ini tidak dapat dibandingkan dengan fluorescent lamp, mereka hanya digunakan 19 apabila lampu jenis fluorescent tidak menyediakan color rendering indeks yang diinginkan. b. Penggunaan ballast yang lebih efisien. Suatu kemajuan dalam teknologi pencahayaan ini adalah penggunaan electronic ballast untuk fluorescent lamp. Ballast adalah bagian integral dari lampu, mereka menyediakan tegangan yang diperlukan untuk tube dan mengatur aliran listrik. Sampai tahun awal 1980 semua ballast adalah magnetic, akan terjadi flicker selama operasi jika lampu sudah digunakan lama. Electronic ballast mempunyai power factor yang lebih tinggi sekitar 0,90 sampai 0,98, sedangkan pada magnetic ballast hanya sekitar 0,5 sampai 0,9. Juga electronic ballast menghasilkan cahaya yang lebih terang karena cyclenya lebih cepat sekitar ribuan kali per detik dibandigkan sekitar 120 kali per detik pada magnetic ballast. Digabungkan dengan penggunaan dengan lampu yang efisiensi maka electronic ballast dapat menghasilkan ouput 85 sampai 96 lumen/watt dibanding 60 sampai 70 lumen/watt untuk magnetic ballast yang konvensional. c. Pengoperasian yang efisien dari suatu sistem tata cahaya: 1. Suatu operasi yang efisien dapat diperoleh dari pengontrolan secara otomatis dari sistem tata cahaya untuk menghindari penyinaran yang tidak diperlukan. Dengan sistem manual on/off switches maka kelebihan penyinaran yang ada tidak terhindarkan, seperti kontribusi dari sinar matahari yang melebihi output dari lampu 20 baru atau desain berlebihan yang menghasilkan tingkat cahaya yang tinggi yang tidak perlu. 2. Penyinaran pada ruangan yang tidak digunakan juga merupakan suatu konsumsi sumber daya energi yang tidak diperlukan. Persoalan diatas dapat diatasi dengan pengontrolan terjadwal dan sensor pemakaian. 2.6 Beban Listrik di Perusahaan Pada suatu perusahaan, terdapat berbagai macam beban listrik sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Beban listrik utama yang biasanya terdapat pada suatu perusahaan antara lain plant lighting, perangkat elektronik, air conditioner, serta beban-beban lainnya yang membutuhkan suplai listrik. 2.6.1 Plant Lighting Lighting adalah beban penting yang pasti ada pada suatu plant. Lighting yang digunakan bisa bermacam-macam baik dari jenis lampu maupun ukuran daya yang digunakan, tergantung dari fungsi dan kebutuhan ruang. Misalnya kebutuhan penerangan pada ruangan yang berfungsi sebagai kantor, tentu berbeda dengan kebutuhan penerangan pada ruang gedung. Beberapa jenis lampu yang sering digunakan antara lain: 1. Lampu Incandescent (Lampu Pijar) Lampu incandescent (lampu pijar) adalah suatu sumber cahaya buatan yang bekerja dengan berpijar, yaitu dengan mengalirkan arus elektrik melalui suatu kawat pijar tipis (filamen), sehingga filamen akan 21 mengalami pemanasan hingga mencapai 3000 oC (5400oF). Dengan demikian lampu pijar akan memancarkan panas dan cahaya secara bersamaan. Belakangan ini, lampu pijar mulai jarang digunakan karena selain intensitas cahaya rendah jika dibandingkan dengan lampu jenis lain. Selian itu lampu pijar hanya memilki masa operasional 1.000 jam. Warna sinar lampu pijar menurut derajat Kelvin adalah 2.500 oK-2.700oK. Berikut adalah bagian-bagian dari lampu pijar, seperti terlihat pada gambar: 1. Glass bulb 2. Low pressure insert gas 3. Tungsten Filament 4. Contact wire (goes out of stem) 5. Contact wire (goes into stem) 6. Support wire 7. Stem (Glass mount) 8. Contact wire (goes out stem) 9. Cap (Sleeve) 10. Insulation (Vitri) 11. Electrical contact 22 Gambar 2.1 Bagian-bagian Lampu Incandescent 2. Lampu Fluorescent (lampu TL) Warna sinar lampu TL menurut derajat Kelvin adalah 2.700oK6.500oK. dengan masa operasional 5.000-8.000 jam. 3. Lampu Compact Fluorescent Lampu compact fluorescent dibuat dengan bentuk menyerupai lapu pijar, namun dapat menghasilkan intensitas cahaya yang lebih tinggi, dengan hanya menggunakan sepertiga energi yang dibutuhkan oleh lampu pijar. Selain itu, lampu ini juga hemat dalam material dan biaya perawatan karena masa operasionalnya yang sepuluh kali lebih panjang jika dibandingkan dengan lampu pijar, yaitu 10.000 jam, sedangkan warna sinar lampunya sama dengan warna sinar lapu TL, yaitu 2.700oK-6.500oK. Dengan masa operasional lampu lebih panjang, berarti akan semakin pendek payback period-nya. 23 Gambar 2.2 Lampu Compact Fluorescent 4. Metal Halide Lampu metal halide termasuk dalam jenis lampu dengan highintensity discharge (HID), yang dapat memancarkan cahaya yang sangat terang (powerful) dengan ukuran yang ringkas dan efisien energi yang tinggi. Lampu ini memiliki masa operasional lebih dari 6.000 jam, dengan warna sianr lampu diatas 2.100oK. Dalam pengoprasiannya, lampu ini bekerja pada tekanan dan temaperatur yang tinggi, sehingga membutuhkan fixture khusus agar dapat beroperasi dengan aman. Lampu ini biasanya digunakan pada bagian yang membutuhkan itensitas penerangan yang tinggi. Selain itu lampu metal halide juga sering digunakan dalam dunia olahraga, misalnya pada lapangan olahraga. 2.6.2 Air Conditioner (AC) Air conditioner (AC) adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil panas dari suatu area ataupun menyediakan panas di suatu area, dengan menggunakan refrigeration cycle. Secara umum, saat ini AC digunakan untuk mendinginkan dan memanaskan ruangan pada bangunan ataupun pada kendaraan. Fungsi utama dari AC ada 4 yaitu: 1. Memperoleh suhu yang diinginkan dan konstan sepanjang hari 24 2. Memperoleh kelembaban udara yang konstan sepanjang hari 3. Memperoleh sirkuit/aliran udara yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan 4. Membersihkan/menyaring debu dan asap dari udara. Suatu sistem yang mengkonbinasikan pemanasan, ventelasi dan AC sering disebut dengan sistem HVAC ( heating, ventelation and air condtioning). Sistem berfungsi untuk menyediakan udara segar yang sudah disaring, pemanasan ataupun pendinginan udara, serta mengontrol kelembaban udara pada suatu ruangan. Keterangan : 1. Condensing coil 2. Expansion valve 3. Evaporator coil 4. Compressor Gambar 2.3 Diagram Sistem Pendingin Seperti terlihat dari gambar diagaram sistem pendingin diatas, AC terdiri dari 4 bagian utama yaitu 1. Condensing coil, yaitu berupa pipa berkelok-kelok yang dilewati cairan pendingin (refrigerant) yang bersuhu lebih tinggi dibandingkan cairan pendingin pada evaporator coil. Bagian ini berada di luar ruangan (outdoor side). Fungsinya adalah membunag panas yang dibawanya ke udara luar agar cairan pendingin menjadi dingin kembali, sehingga terjadi perubahan refrigerant dari fase uap menjadi cair. 25 2. Expansion valve (katub pengembang), berupa titik peralihan zat pendingin dari fase cair ke gas. 3. Evaporator coil, yaitu berupa pipa berkelok-kelok yang dilewati cairan pendingin (refrigerant) yang bersuhu rendah. Bagian ini akan mengurangkan kelembaban dari udara ruang yang dilaluinya dan mengambil panasnya, sehingga terjadi perubahan refrigerant dari fase cair menjadi uap.Evaporator coil merupakan bagian yang diletakkan di dalam ruangan (indoor side) 4. Compressor, berfungsi secara terus menerus memberikan tekanan dan hisapan pada cairan pendingin (refrigerant). Saat ini Refrigerant atau yang dikenal dengan istilah freon (Syntetic Refrigerant) yaitu CFC, HFC dan HCFC (C-Chloro, F-Fluor, C-Carbon, H-Hydro). Chlor adalah gas yang merusak lapisan ozon sedangkan Fluor adalah gas yang menimbulkan efek rumah kaca. Sekarang ini sudah ada bahan pendingin alternatif pengganti freon yaitu Hydrocarbon Refrigerant (Natural Refrigerant). Salah Satunya Musicool, karena Musicool adalah produk dalam negeri, salah satu produk Pertamina yang dibuat di Unit Pengolahan III, Plaju, Sumsel di tepi sungai Musi. Musicool adalah refrigerant dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk dalam kelompok refrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif pengganti freon yang merupakan refrigerant sintetic kelompok halokarbon; CFC R-12, HCFC R-22 dan HFC R-134a yang masih memliki potensi merusak alam. Musicool telah memenuhi persyaratan teknis sebagai refrigerant yaitu 26 meliputi aspek sifat fisika dan termodinamika, diagram tekanan versus suhu serta uji kinerja pada siklus refrigerasi. Hasil pengujian menunjukan bahwa dengan beban pendingin yang sama, MUSICOOL memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan refrigerant sintetic. diantaranya beberapa parameter memberikan indikasi data lebih kecil, seperti kerapatan bahan (density), rasio tekanan kondensasi terhadap evaporasi dan nilai viskositasnya, sedangkan beberapa parameter lain memberikan indikasi data lebih besar, seperti efek refrigeras, COP, kalor laten dan konduktivitas bahan. Beberapa keunggulan Musicool Refrigerant Yaitu Ramah Lingkungan dan Nyaman, MUSICOOL tidak beracun, tidak membentuk gum, nyaman dan pelepasannya ke alam bebas tidak akan merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek pemanasan global. Hemat Listrik / Energi, MUSICOOL mempunyai sifat termodinamika yang lebih baik sehingga dapat menghemat pemakaian energy/listrik hingga 30% dibanding dengan refrigerant fluorocarbon pada kapasitas mesin pendingin yang sama. Lebih Irit, MUSICOOL memiliki sifat kerapatan yang rendah sehingga hanya memerlukan sekitar 30% dari penggunaan refrigerany fluorocarbon pada kapasitas mesin pendingin yang sama. Pengganti Untuk Semua, MUSICOOL dapat menggantikan refrigerant yang digunakan selama ini tanpa mengubah atau mengganti komponen maupun pelumas. 27 Memenuhi Persyaratan International, Musicool memenuhi baku mutu internasional dalam pemakaian maupun implikasi yang menyertainya. Yaitu sudah mengikuti prosedur keamanan dan keselamatan pada : a. British Standard/BS 4434 : 1995 safety and environmental aspect in the design, construction and installation of refrigerating system and appliances. b. AS/NZS-1677 : refrigeration and air Conditioning safety for the use of all refrigerant, including hidrocarbons. c. SNI 06-6500-2000 : Aturan Keamanan Penggunaan Refrigerant pada Instalasi Tetap. d. SNI 06-6511-2000 : Pedoman Keamanan Pengisian, Penyimpanan dan Transportasi Refrigerant Hidrokarbon. e. SNI 06-6512-2000 : Pedoman Praktis Pemakaian Refrigerant Hidrokarbon Pada mesin Tata Udara Kendaraan Bermotor. Berikut Beberapa jenis AC yang lain seperti : AC Window AC window memilki 2 bagian, yaitu indoor side dan outdoor side. AC window biasanya diletakkan di jendela atau ditaman di dinding. Sifat dari AC tipe ini adalah: Mudah dalam pemasangannya Mudah dipindahkan Mudah dirawat Relatif murah terutama pada kapasitas kecil 28 Agak berisik dalam pengoperasiannya Gambar 2.4 Bagian Outdoor AC window Gambar 2.5 Bagian Indoor AC window AC Split AC ini hampir sama dengan AC window, tetapi posisi kondensator dan evaporatornya terpisah, sehingga evaporator di dalam ruangan bisa diletakkan agak jauh dari posisi condenser dan kompresornya, sedangkan condenser dan kompresor tetap diletakkan di luar ruangan. Dengan menggunakan AC split, tidak perlu lagi menjebol dinding untuk meletakkan AC, tetapi cukup menghubungkan condenser dan evaporatornya dengan sebuah pipa saja. Kelemahan dari AC split adalah jika jendela dan pintunya sangat rapat dengan rangkanya dan tidak ada celah masuknya udar bebas, maka pengguna ruangan dalam jangka waktu lama akan kehabisan oksigen. Gambar 2.6 AC Split AC split duct AC split duct ini sama dengan AC split, tetapi dalam pendistribusian udara dinginnya dibantu ducting sistem sehingga jangkauan pendistribusiannya bisa lebih jauh dan lebih merata. 29 AC sentral air dingin berpendingin air AC tipe ini menggunakan air dingin sebagai refrigerant. Untuk mendinginkan air tersebut, dibutuhkan mesin pendingin air, dengan menggunakan menara pendingin (cooling tower) di tempat terbuka. AC sentral air dingin berpendingin udara AC tipe ini menggunakan air dingin sebagai refrigerant. Namun, berbeda dengan AC sentral air dingin berpendingin air,pada AC tipe ini menggunakan ruang terbuka di atas atap untuk mendiginkan air tersebut. 2.7 Sistem Tata Udara Prinsip utama dari suatu tata udara adalah kenyamanan dari pemakai bangunan tidak hanya terhadap temperature saja, namun kenyamanan penghuni bangunan dipengaruhi sejumlah aspek antara lain: a. Temperatur (suhu) dan kelembaban : keduanya sangat mempengaruhi kenyamanan dari penghuni. Tingkat kenyamanan yang umum adalah sekitar 20oC sampai 26oC dan kelembaban antara 30% sampai dengan 60%, kelembaban kurang dari 25-30% karena akan menghasilkan udara kering yang tidak nyaman. b. Aliran dan kualitas udara : aliran udara dalam suatu ruang didesain dengan kecepatan udara tidak kurang dari 3 meter/menit dan tidak lebih dari 15 meter/menit, kualitas udara harus cukup bersih dan tersedianya kandungan oksigen yang cukup. c. Radiasi : jika suhu, kelembaban dan aliran udara sudah didesain nyaman, tetapi efek dari radiasi lewat jendela atau dinding dapat menyebabkan 30 kekuranganyamanan faktor-faktor diatas. Sistem yang ada harus mengkompensasikan atas hal ini. d. Pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya : Bagaimana seperti rumah sakit, ruang komputer maupun laboratorium kadang membutuhkan syaratsyarat khusus terhadap suhu, kelembaban, aliran udara dan kualitas udara. Beberapa syarat adalah tetap seperti pada tingkat kenyamanan penghuni, namun syarat lainnya mungkin agak berbeda melebihi ataupun kurang dari tingkat kenyamanan yang umum. Dalam membahas mengenai sistem ini maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti: 1. Zoning : yang dimaksud disini adalah suatu konsep pembagian area, contohnya suatu rumah dengan suatu alat pengontrol suhu disebut single-zone sistem, untuk rumah yang cukup besar dengan dua pengontrol suhu disebut two zones. Dalam bangunan yang besar dan kompleks mungkin menggunakan beberapa pengatur suhu yang terpisah. 2. Pengontrol dan otomatis : sistem kontrol dasar ini bisa terbuat dari sistem kontrol listrik, tekanan, digital atau kombinasi. 2.8 Program Manajemen, Konversi dan Audit Energi Program manajemen dan konversi energi adalah kunci untuk menggunakan minyak bumi dan energi listrik dengan lebih efisien. Tujuan dari manajemen energi adalah: 31 Mengurangi penggunaan energi agar dapat menghemat biaya operasional pada bangunan, tanpa melakukan banyak perubahan pada bangunan sehingga tidak mengeluarkan dana investasi yang besar. Memelihara lingkungan kerja yang nyaman Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi Meningkatkan efisiensi kerja serta memperpanjang umur peralatan Ketika suatu organisasi memutuskan untuk melakukan manajemen energi, maka langkah awal yang harus diambil adalah melakukan audit energi. Audit energi adalah pemeriksaan atas penggunaan energi oleh peralatan atau sistem untuk memastikan bahwa energi pada sistem digunakan dengan efisien. Atau dengan kata lain, audit energi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mengevaluasi potensi penghematan energi pada suatu bangunan, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi Energy Conservation Oppotunities (ECOs). Beberapa istilah yang sering digunakan sehubungan dengan audit energi antara lain: 1. Walk Through Audit Walk Through Audit adalah kegiatan di dalam meidentifikasikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada suatu bangunan atau audit singkat yang dilaksanakan pada pemeriksaan bangunan. 2. Energy Audit Data Base (EADB) Energi Audit Data Base adalah penyimpanan data-data dan informasi-informasi yang relevan dan dibutuhkan dalam 32 pelaksanaan audit energi pada suatu bangunan, yang tersimpan dan terorganisir dengan baik pada suatu sistem komputerisasi. Dengan adanya EADB, waktu yang dibutuhkan untuk mengakses data yang dibutuhkan dapat menghemat karena tidak perlu lagi mencari data tersebut di buku. Selain itu, data yang tersimpan secara digital ini juga memiliki lifetime yang lebih lama jika dibandingkan dengan menyimpan di buku. Keberadaan EADB dengan informasi-informasi yang lengkap sangat penting bagi auditor. Dengan EADB, dapat membantu pengidentifikasian masalah, sehingga perencanaan audit energi dapat dibuat dengan lebih matang. Data serta informasi yang diperlukan dimasukkan ke dalam EADB antara lain: Utility records, Maintenace records, Equipment performac ,Energy consumption Hasil diskusi dengan penggunaan bangunan dan operator peralatan (teknisi). Dalam pembuatan data base, setiap data yang masuk harus dianalisa dan dicek keakuratannya. Jika terjadi perubahan di lapangan, data base ini harus segera di up-date agar data yang ada benar-benar sesuai dengan keinyataan yang ada di lapangan. Selain itu, data harus disimpan secara sistematis dan rapi agar mudah diakses serta dapat dibaca dan mudah dipahami. 33 Pada bangunan yang performasi energinya kurang bagus kesempatan untuk melakukan penghematan energi dapat ditemukan dengan mudah. Akan tetapi pada bangunan yang memiliki performansi energi yang baik atau bangunan dengan sistem energi yang kompleks, proses audit energi membutuhkan usaha yang lebih. Dengan adanya audit energi, ada 3 aspek yang akan tercapai yaitu: Saving in money Dengan adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya operasional. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh persahaan meningkat. Environmental protection Dengan penggunaan energi yang efisien, maka akan memberikan kontribusi bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam dengan menjaga dan mmpertahankan cadangan minyak bumi dunia agar tidak segera habis. Sustainable development Dengan penggunaan energi yang efisien, maka memberikan kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang berkelanjutan, baik di sisi finansial, maupun penggunaan peralatan industri yang memiliki lifetime maksimum/optimum. Secara matematika, ketiga aspek diatas dapat digambarkan dalam formulasi sebagai berikut (G.G.Ranjan,2003) : 34 Energi Audit = Saving in money + evironmental protection + sustainable development Adapun karkteristik yang harus ada pada audit adalah : 1. Fokus Audit harus menjawab kebutuhan perencanaan energi yag memiliki tujuan mengurangi konsumsi energi pada bangunan, tanpa mengurangi peruntukannya. 2. Ruang lingkup Untuk membuat audit menjadi lebih focus, ruang lingkup pelaksanaan audit perlu ditentukan. Audit dapat dilakukan pada satu atau beberapa aspek bangunan yang menggunakan energi dalam pengoperasiannya. 3. Level of detail Level of detail dapat dihubungkan dengan fokus pada audit, karena tujuan yang berbeda menuntut tingkat detail yang berbeda. Dalam proses audit, walaupun sangat mungkin untuk mengerti aliran energi pada bangunan secara detail, akan tetapi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini bisa dikurangi dengan memperkecil ruang lingkup dan level of detail pada audit, tanpa mengurangi perhatian terhadap hal-hal yang penting pengaruhnya terhadap lingkungan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan manajemen energi adalah: 1. Menyewa ahli energi / konsultan professional untuk menganalisa penggunaan energi pada bangunan 35 2. Mendelegasikan seseorang yang dapat dipercaya untuk mengawasi jalanya manajemen energi 3. Mengumpulkan dan menganalisa data penggunaan energi. 4. Mengidentifikasi penghematan energi yang mungkin terjadi berdasarkan analisa data yang ada, sehingga dapat dibuat rekomendasi berupa modifikasi-modifikasi yang dapat dilakukan. 5. Membuat prioritas modifikasi yang akan dilakukan, berdasarkan besarnya biaya investasi yang harus dikeluarkan dan besar payback period. Modifikasi dengan investasi terendah dan payback period terkecil akan berada pada prioritas tertinggi. 6. Membuat perkiraan penghematan finansial pada periode waktu tertentu berdasarkan rekomendasi yang akan dilakukan. 7. Memperkirakan lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modifikasi. Perkiraan harus dibuat serealistis mungkin, karena perkiraan ini akan dijadikan target yang harus dicapai. 8. Mengontrol penggunaan energi dengan membuat kebijakan atau peraturan tentang penggunaan energi dengan lebih efisien, misalnya memadamkan lampu ruangan yang tidak digunakan. 9. Mendesak para karyawan untuk membantu usaha konservasi energi, karena usaha ini tidak akan berhasil tanpa keterlibatan semua pihak terutama pengguna gedung. 36 10. Membuat ceklist secara periodik untuk mengevaluasi keefektifan program manjemen energi dan mengusulkan perbaikan. Hasil evaluasi ini harus dimasukkan ke dalam EADB 11. Menjaga keakuratan data-data yang ada pada EADB agar memudahkan pemeriksaaan berikutnya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan suatu audit energi (Lybery.MD, 1981), yaitu: 1. Building Rating for an Audit Bangunan-bangunan yang akan diaudit dikelompokkan berdasarkan kemungkinan penghematan energi yang dapat dilakukan. Pengelompokan dilakukan dengan memilih bangunan dengan potensi konservasi energi tertinggi sampai yang terendah. Bangunan dengan potensi konservasi energi tertinggi adalah bangunan dengan performansi energi terendah. Bangunan seperti inilah yang menjadi prioritas utama dalam melakukan audit energi. 2. Disaggregation Perhatian harus difokuskan pada komponen-komponen bangunan yang memiliki aliran energi dan potensi penghematan energi yang besar atau produktif untuk diaudit, misalnya sistem penerangan, sistem pendingin atau pemanas, dll 3. ECO (Energy Conservation Oppotunities) Identification & Evaluation ECOs yang ada harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mengetahui apakah potensi-potensi tersebut memungkinkan untuk diaplikasikan atau 37 tidak. Dengan adanya identifikasi dan evaluasi ini, maka berdasarkan implementasinya, ECO dapat dikatagorikan menjadi 3 bagian yaitu: ECO yang diimplementasikan dengan mengurangi atau bahkan meniadakan maintenance yang kurang penting. ECO yang diimplemenasikan tanpa melakukan penggantian peralatan, tetapi cukup dengan melakukan maintenance secara periodik. ECO yang diimplementasikan dengan mengganti peralatan. Dengan ketiga kategori diatas, maka ECO dapat dibagi menjadi beberapa prioritas berdasarkan diimplementasikan implementasi dengan tersebut mengurangi atau diatas. ECO yang bahkan meniadakan maintenance yang kurang penting merupakan prioritas utama yang harus dilakukan terlebih dahulu. Sedangkan ECO yang membutuhkan penggantian peraltan akan menjadi prioritas terakhir. 4. Post Implementation Performace Analysis Dua hal yang harus dilakukan pada tahap ini adalah: 1. Identifikasi Masalah Performansi peralatan yang kurang memuaskan dapat diidentifikasikan melalui pemeriksaaan dan penganalisaan data-data yang terkumpul, misalnya data pemakaian energi. Untuk mengurangi rugi-rugi energi, pemeriksaan harus dilakukan secara berkala sehingga masalah dapat terdeteksi lebih dini. 38 2. Retrofit evaluation Mengevaluasi perubahan-perubahan yang telah dilakukan dengan menganalisa apakah perubahan tersebut benar-benar telah menghasilkan penghematan penggunaan energi. Besar penghematan yang diperoleh juga harus dikalkulasi. Keuntungan yang diperoleh dari hasil audit dapat dihitung dengan membandingkan konsumsi energi sebelum dan sesudah dilakukan audit energi. Perhitungan keuntungan ini sangat penting karena akan menjadi parameter keberhasilan audit yang dilakukan. 2.9 Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE) Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi bangunan. Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar atau target IKE. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan dengan harapan dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun sebaliknya jika hasilnya lebih besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi. Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja 39 dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di lingkunan kerja. Perlu dilakukan usaha-usah seperti: Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi), Memperbaiki kinerja peralatan, Penggunaan sumber energi yang murah. 2.10 Rekomendasi Setelah melakukan survey dan menganalisa data penggunaan energi pada suatu plant, auditor energi akan memberikan beberapa rekomendasi pada perusahan. Rekomendasi merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi di perusahaan tersebut. Secara umum, rekomendasi bisa berupa: Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap sudah tidak efisien. Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang efisien, sehingga dirasa perlu untuk melakukan sedikit perbaikan agar efisiensinya dapat ditingkatkan. Rekomendasi untuk memasang peralatan baru. Berdasarkan EMO (Energy Management Opportunity), rekomendasi dapat dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan capital cost-nya, yaitu: Kategori 1 : meliputi no cost investment dan tidak mengubah operasional sistem. Biasanya hanya berupa rekomendasi untuk mematikan lampu atau AC ketika tidak digunakan, mengubah setingan suhu AC agar tidak terlalu rendah, dll 40 Kategori 2 : Meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan peralatan, mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluerescent tubes. Kategori 3 : meliputi hight cost investment dengan beberapa perubahan dan perbaikan pada sistem. Misalnya memasang perlatan power factor correction, memasang variable speed drive. BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Kajian, Lokasi dan Waktu Objek kajian pada Tugas Akhir ini adalah bagaimana memanajemen energi listrik di STO Kaliasem-Denpasar, yang dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 3.2 Data 3.2.1 Bentuk Data Bentuk data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data kuantitatif Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data yang dapat dihitung, seperti data perhitungan tagihan listrik tiap bulannya dalam kWh meter, analisa jumlah lampu, jumlah mesin, jumlah alat-alat bertenaga listrik, untuk mengetahui jumlah penggunaan energi listrik yang diperlukan, sehingga konsumsi listrik disetiap ruangan dapat diketahui. 2. Data kualitatif Data kualitatif yaitu data-data yang tidak dapat diukur dan dihitung, berbentuk uraian gambar, dalam hal ini berupa peta spesifikasi gedung perusahaan untuk mengetahui nama ruangan dan pola aktivitas di setiap ruangan di gedung STO Kaliasem- Denpasar. 41 42 3.2.2 Jenis Data Dalam penelitian ini diperlukan beberapa data, adapun data yang digunakan adalah: 1. Data primer Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung di lapangan, seperti data inventaris perusahaan, data spesifikasi gedung perusahaan, data spesifikasi alat listrik dan data tagihan listrik di Gedung STO KaliasemDenpasar 2. Data sekunder Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari studi literature dengan referensi buku, jurnal, diktat, internet yang relevan dengan teknologi Manajemen Energi tersebut. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam rangka pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Interview yaitu melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu bagian (Infratel) Divisi O&M Civil and Mecanical Electrical Netre 7 KTI Area Bali dan Sekretariat Keuangan Administrasi Niaga PT. Telkom Bali dan PT. PLN Bali. Studi Literatur yaitu dari sumber-sumber kepustakaan sebagai landasan dalam menganalisa pembahasan yang akan dibuat dalam penyusunan Tugas Akhir. 43 3.4 Metode Analisis Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka pembahasan penelitian Tugas Akhir ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Studi Literatur, bertujuan untuk memahami konsep dan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, melalui sumber buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan topik Tugas Akhir ini. 2. Melakukan pengumpulan data ke gedung STO Kaliasem, ini perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan atau kondisi yang sesungguhnya, Misalnya : Kondisi gedung perkantoran atau Kondisi Luas STO dan jenis perangkat yang terdapat di gedung STO 3. Kajian awal : Melakukan walkthrough audit pada gedung STO Kaliasem, untuk mengetahui pemakaian energi, seperti jumlah peralatan listrik yang ada di gedung STO Kaliasem Mengamati kondisi pemakaian energi yang ada di gedung STO tersebut, khususnya didalam pengelolaan energi, baik itu pengelolaan umum untuk AC dan peralatan listrik yang ada di gedung STO Kaliasem 4. Melakukan pengumpulan dan penyusunan data historis pemakaian energi di tahun sebelumnya. 5. Menghitung Besarnya Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) di tahun sebelumnya, ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada 44 bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu Mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat memepengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dari hasil penelitian dan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian energi tiap unit peralatan listrik yang bekerja di gedung STO Kaliasem. 6. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE) Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi bangunan. Pada penelitian ini besarnya IKE hasil perhitungan awal akan dibandingkan dengan IKE standar atau target IKE. Setelah melalui pengamatan secara langsung atau walkthrough audit pada gedung STO Kaliasem, diperoleh indikasi pemakaian energi yang berlebihan, salah satunya yaitu pemakaian AC atau pendingin ruangan. Sehingga perlu dilakukan Manajemen Energi. Dengan harapan dapat diperoleh IKE (standar nilai konsumsi energi di gedung STO Kaliasem), sehingga ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi berikutnya guna memperoleh penghematan energi. 45 7. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE) Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di lingkunan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan dengan usaha-usaha: a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi). b. Memperbaiki kinerja peralatan c. Penggunaan sumber energi yang murah. 8. Implementasi : Melakukan penerapan yang sesuai dengan rekomendasi dari peluang hemat energi tersebut, sehingga mampu mengurangi pemakaian energi listrik di gedung STO Kaliasem. Rekomendasi yang akan diajukan mencakup sebagi berikut: 1) Manajemen energi Yaitu di dalamnya termasuk : a) Program manajemen yang telah diperbaiki. b) Implementasi audit energi yang lebih baik. 46 c) Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi. 2) Pemanfaatan energi Yaitu di dalamnya terdapat : a) Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian. b) Langkah-langkah dengan investasi kecil. c) Langkah-langkah dengan investasi besar. Alur analisis yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat digambarkan sebagai berikut: 3.5 Alur Analisis Tugas Akhir Gambar 3.1 Alur Analisis Tugas Akhir 47 3.6 Alur Analisis Audit Energi 48 Gambar 3.2 Alur Analisis Audit Energi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4 4.1 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN Profil STO Kaliasem Denpasar Gedung STO Kaliasem berdiri di atas lahan seluas 4.400 M2 dan luas bangunan 2.613 M2 . Gedung STO Kaliasem ini memiliki dua buah gedung yaitu gedung sebelah Utara dan gedung sebelah Selatan, gedung sebelah Utara memiliki dua buah lantai dan gedung sebelah selatan memiliki tiga buah lantai. Setiap gedung memiliki lantai dan jumlah ruang yang berbeda. Lantai satu gedung utara memiliki 13 ruangan dan selatan memiliki 9 ruangan. Lantai dua memiliki 10 ruangan untuk gedung utara dan 5 ruangan untuk gedung selatan. Lantai tiga hanya ada di gedung selatan memiliki 5 ruangan namun untuk perangkat listrik di lantai tiga sudah tidak digunakan sehingga ruangan di lantai tiga kosong atau tidak berfungsi. Gedung STO Kaliasem berlokasi di Jalan Kaliasem No.2 Denpasar, Bali. Jumlah karyawan di STO Kaliasem sebanyak 37 orang, dengan jam kerja normal yaitu 08.00 - 17.00 WITA. Untuk memberikan layanan telekomunikasi yang baik seperti layanan telepon kabel, flexi dan internet, maka diperlukan ketersediaan energi listrik yang mampu mencukupi semua keperluan. Dalam industri telekomunikasi, energi listrik sangatlah penting. Hal ini dapat dilihat bahwa peralatan seperti peralatan sever, rectifier, UPS dan inverter, lampu-lampu, AC, televisi adalah beberapa alat yang dominan dalam operasional di gedung STO Kaliasem. Untuk memenuhi kebutuhan di bidang kelistrikan. Gedung STO 49 50 Kalisem disuplay dengan daya yang berasal dari PLN dengan trafo berkapasitas sebesar 865 KVA. Untuk mengantisipasi saat terjadinya gangguan sumber listrik dari PLN, gedung STO ini dipasang sebuah genset dengan kapasitas sebesar 1.038 KVA. Penggunaan energi listrik di STO Kaliasem sebagian besar untuk perangkat keras di ruang server dan peralatan pendingin di ruang server yang beroperasi selama 24 jam. Lokasi dan denah gedung STO Kaliasem dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.1 Lokasi Gedung STO Kaliasem Gambar 4.2 Gambar layout Gedung STO Kaliasem 51 STO Kaliasem Denpasar, memiliki lahan seluas 4.400 M2 dan luas total bangunan yang dikondisikan (ber AC dan non AC pada gedung) seluas 4.271,6 M2. Komposisi luas bangunan STO Kaliasem Denpasar sebagai berikut: Tabel 4.1 Komposisi Luas Bangunan STO Kaliasen No. Area Luas Total 1. Lantai satu 2.388,5 m² 2. Lantai dua 1.629,9 m² 3. Lantai tiga 381,6 m² Total 4.400 m² Luas bangunan yang dikondisikan 2.260,1 m² 1.629,9 m² 381,6 m² 4.271,6 m² Tabel 4.2 Komposisi Luas Bangunan STO Kaliasen untuk Gedung Utara No. 1. 2. Area Lantai Satu Lantai Dua Total Luas Total (M2 ) 1.620,9 1.248,3 2.869,2 Tabel 4.3 Komposisi Luas Bangunan STO Kaliasen untuk Gedung Selatan No. Area 1. Lantai Satu 2. Lantai Dua 3. Lantai Tiga Total Luas Total (M2) 639,2 381,6 381,6 1.402,4 Gedung STO Kaliasem ini terbagi menjadi tiga lantai yaitu terdiri dari lantai 1, lantai 2 dan lantai 3. Dimana untuk setiap lantainya terdapat beberapa ruangan yang terdiri dari : 1. Lantai Satu. a. Ruang Sentral Lokal 1 luas : 285,48 m² b. Ruang PCM luas : 26,92 m² c. Ruang MDF (Sentral Lokal 2) luas : 328,35 m² d. Ruang Rectifier dan Inverter luas : 108 m² e. Ruang Baterai luas : 125,40 m² f. Ruang Travo luas : 101,52 m² g. Ruang OMC luas : 113,85 m² h. Ruang Gudang luas : 103,68 m² 52 i. Ruang Toilet luas : 131,25 m² j. Ruang Sentral Trunk luas : 125,55 m² k. Ruang MDP luas : 251,38 m² l. Ruang Mushola luas : 60,48 m² m. Ruang NOC luas : 103,68 m² n. Ruang Asman CME luas : 60,48 m² o. Ruang Staff CME luas : 143,19 m² p. Ruang Perpustakaan luas : 53,82 m² q. Ruang Arsip : 20,25 m² 2. Lantai Dua a. Ruang Sentral soft swicth luas : 123,84 m² b. Ruang Toilet luas : 142,56 m² c. Ruang Kerja OM soft switvh luas : 31,68 m² d. Ruang Serat Optik/ BMK luas : 65,52 m² e. Ruang Flexi/SMSC luas : 211,68 m² f. Ruang Transmisi luas : 278,82 m² g. Ruang Staff transmisi luas : 132,4 m² h. Ruang Satelit luas : 37,44 m² i. Ruang Radio/OLO luas : 51,48 m² j. Ruang NOC luas : 44,55 m² k. Ruang Multimedia luas : 158,67 m² l. Ruang Staff multimedia luas : 76,5 m² m. Ruang Perangkat multimedia luas : 212,85 m² n. Ruang Gudang luas : 61,38 m² 3. Lantai Tiga a. Ruang toilet luas : 237,7 m² b. 3 Ruang staff luas : 63,36 m² c. 2 Ruang Gudang luas : 80,64 m² 53 Gambar 4.3 Tampak depan Gedung Utara STO Kaliasem Denpasar Gambar 4.4 Tampak depan Gedung Selatan STO Kaliasem Denpasar Gedung STO Kaliasem memiliki lantai dan jumlah ruang yang berbeda. Lantai satu gedung utara memiliki 13 ruangan dan selatan memiliki 9 ruangan. Lantai dua memiliki 10 ruangan untuk gedung utara dan 5 ruangan untuk gedung selatan. Lantai tiga hanya ada di gedung selatan memiliki 5 ruangan. 4.2 Karakteristik Pemakaian Energi Listrik di Gedung STO Kaliasem Dari hasil investigasi di lapangan memperlihatkan konstruksi ruangan kantor dan ruangan perangkat server memiliki anatomi yang berbeda baik dari fungsi dan pemanfaatan ruangan itu sendiri. Pada ruangan perangkat server mencakup semua ruang sentral, ruang satelit, ruang rectifier dan ruang 54 flexi/SMSC, dimana aktivitas harian yang dilakukan yaitu pemasangan, perbaikan dan monitoring perangkat, namun aktivitas tersebut yang dominan dilakukan hanya sebatas monitoring layanan. Pada ruangan sever perangkat beroprasi selama 24 jam. Ruang perkantoran mencakup semua ruang staf karyawan dan ruang ASMAN (Asisten Manager). Pada ruang karyawan dan ruang ASMAN kegiatan dilakukan selama 9 jam/hari dari hari senin sampai jumat. Jumlah pengguna ruangan staf karyawan dan ruang ASMAN dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Keadaan Pengguna Setiap Ruangan No. Ruangan Staff (Orang) Teknis Administrasi 1. Sentral MDF Lokal 1 dan 2 4 2. PCM 2 3. ASMAN Multimedia 1 4. Staf Multimedia 4 5. ASMAN CME 1 6. Staff CME 4 7. NOC 3 8. Soft Switch 3 9. Flexi 4 10. ASMAN Transmisi 1 11. Staf Transmisi 4 12. Satpam 2 Jumlah (Orang) 33 2 1 1 4 Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi mempunyai peranan penting sebagai salah satu unsur pengawasan dan pengendalian intern perusahan. Dalam struktur organisasi dapat terlihat gambaran pemisah tugas, fungsi, wewenang dan 55 tanggung jawab antara karyawan perusahaan. Berikut struktur organisasi di Gedung STO Kaliasem Denpasar: Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT. Telkom di Gedung STO Kaliasem Dari informasi umum pada pengguna energi listrik diatas. Pemakaian energi listrik lebih diperuntukkan penggunaannya sebagai pendingin ruangan (AC), sistem pencahayaan, pemakaian perangkat server dan peralatan listrik yang portebel (Laptop). Presentase pengguna listrik pada Gedung STO Kaliasem dapat di lihat pada gambar berikut Pengguna Gedung STOKaliasem 11% Teknis Administrasi 89% Gambar 4.6 Keadaan Pengguna Gedung STO Kaliasem Denpasar 4.3 Sistem Kelistrikan STO Kaliasem Denpasar Untuk memenuhi kebutuhan di bidang kelistrikan, Gedung STO Kalisem Denpasar disuplay dengan daya yang berasal dari PLN dengan trafo berkapasitas 56 865 KVA. Dan untuk mengantisipasi saat terjadinya gangguan sumber listrik dari PLN, dipasang sebuah genset dengan kapasitas sebesar 1.038 KVA. SINGLE LINE DIAGRAM CATUAN AC STO KALIASEM ATS MD P 1 MCCB 800 A Ke MDP-1 TRAFOPLN 865 KVA ACB 2000 A RST 2 INTERLOCK MCCB 400A Ke MDP-2 ACB 2000 A NH Fuse 630 A GENSET 1038KVA 3 Ke MDP-3 SDP TRANS 400 A 400 A SUB MDP R . RECT RECT200 A 18 Gambar 4.7 Skematik sistem penyediaan daya listrik gedung STO Kaliasem Dari gambar 4.7 dapat dilihat konfigurasi sumber listrik di Gedung STO Kaliasem (lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 1) yaitu sumber daya listrik dari PLN sebagai sumber daya listrik yang utama, sumber daya listrik dari diesel 57 generator sebagai sumber daya listrik cadangan dari sumber daya listrik akan menuju panel ATS yang mendistribusikan energi ke MDP 1 sampai MDP 3. Pada MDP 1 mendistribusikan energi ke lantai 1 dan lantai 2 Gedung Utara dan Gedung Selatan yang terdiri dari AC Split, rectifier dan penerangan. dan pada MDP 2 yang terdiri dari pemakaian SDP Penerangan sentral, SDP AC sentral, SDP AC Hiross, SDP AC OMC, SDP AC BMK, SDP AC rectifier, SDP Fan Battere dan SDP ruang PCM. Pada panel MDP 3 yang terdiri dari SUB MDP Ruang rectifier, SUB MDP Transmisi, SDP Rectifier 200A dan penggunaan AC Split. Gedung STO Kaliasem ini memiliki sebuah kWh meter untuk mengetahui besarnya penggunaan energi listrik. Daya terpasang pada beban yang digunakan pada gedung STO Kaliasem ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori Esensial merupakan perangkat yang tidak boleh padam seperti Rectifier, UPS dan inverter. Sedangkan kategori non esensial adalah merupakan perangkat pendukung di gedung STO Kaliasem seperti AC, lampu, komputer, dispanser, TV, laptop dan peralatan kerja lainya yang menggunakan listrik. Waktu aktifitas server setiap harinya adalah selama 24 jam untuk ruangan-ruangan khusus seperti ruang komputer atau server, rectifier, inverter, UPS namun pada ruangan seperti ruang ruang kerja karyawan penggunaan peralatan listrik umumnya dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan 17.00. Berdasarkan beban listrik pada gedung STO Kaliasem dapat dibagi menjadi 2 beban utama yaitu berupa: 1. Beban untuk kategori esensial seperti server, rectifier, inverter dan UPS 2. Beban untuk kategori non esensial seperti AC, penerangan lampu, 58 dispanser, TV, laptop, computer dan peralatan kerja lainya yang menggunakan listrik. Berdasarkan penggolongan atau pengelompokan beban, kapasitas daya terpasang pada Gedung STO Kaliasem Denpasar dapat dikelompokkan seperti pada tabel 4.5: Tabel 4.5 Presentase Daya Terpasang pada Beban di Gedung STO Kaliasem Denpasar No. Kategori 1. Non Esensial Jenis Beban AC Nama Bangunan Daya (Watt) Gedung Utara Gedung Selatan Lampu Gedung Utara Gedung Selatan Peralatan Gedung Utara Lain Gedung Selatan Esensial Gedung Utara 82,43 29.840 13,35 Total 214.102 56,89 3.758 1,68 938 0,42 Total 4.696 1,25 1.637 0,73 3.101 1,39 Total 4.738 1,26 223.536 59,40 148.708 Gedung Selatan Persen (%) 184.262 Total Non Esensial 2. Total 97,33 4.080 Total Esensial Total Non Esensial + Esensial 2,67 152.788 40,60 376.324 100 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dihitung persentase untuk masingmasing kelompok beban listrik yaitu sebesar : 1. Beban kategori esensial sebesar 152.788 watt (40,60 %). 59 2. Beban kategori non esensial sebesar 223.536 watt (59,40 %), yang dijabarkan berdasarkan jenis beban AC sebesar 214.102 watt (56,89 %), beban lampu sebesar 4.696 watt (1,25 %) dan beban peralatan lain sebesar 4.738 (1,26 %). Jika digambarkan dalam bentuk pie chart maka akan diperoleh hasil seperti pada gambar 4.8: Komposisi Beban Listrik Gedung STO Kaliasem Denpasar 40,60% Kategori Esensial Kategori Non Esensial 59,40% Gambar 4.8 Komposisi beban listrik Gedung STO Kaliasem Berdasarkan gambar 4.8 terlihat beban listrik terbesar ada pada beban kategori non esensial yaitu sebesar 59,40% dan 40,60% untuk beban kategori esensial. Tingginya beban non esensial dikarenakan pemakaian AC pada gedung STO kaliasem lebih diutamakan untuk pendingan perangkat server atau peralatan lain seperti komputer, rectifier, inverter, UPS, sehingga perangkat tersebut bekerja selama 24 jam. 4.4 Audit Energi Listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar Untuk standar audit pada bangunan gedung, indonesia telah memiliki standar yakni SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Standar tersebut memuat prosedur audit energi pada bangunan gedung 60 diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan gedung. Pada pelaksanaan di lapangan banyak bangunan yang tidak siap untuk diaudit karena tidak tersedianya kelengkapankelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan teknik audit energi awal dan hal-hal yang terkait dengan manajemen energi pada bangunan tersebut. SNI 03- 6196-2000 membagi alur proses audit energi menjadi tiga tahap yakni audit energi awal, audit energi rinci, implementasi dan moitoring. Pada tahap awal audit energi, kegiatannya meliputi pengumpulan sejumlah data energi dan rekening energi. 4.4.1 Data History Pemakaian Energi di Gedung STO Kaliasem Denpasar Penggunaan energi di Gedung STO Kaliasem salah satunya yaitu penggunaan energi listrik. Pembayaran rekening listrik dilakukan setiap bulan berdasarkan besarnya jumlah pemakaian energi (kWh) yang tercatat pada kWh meter yang terpasang. Selisih pemakaian antara bulan lalu dengan bulan berikutnya adalah jumlah kWh yang harus dibayar oleh konsumen. Dari data history pemakaian energi listrik pada gedung STO Kaliasem Denpasar, maka dapat dihitung jumlah kWh total yang dikonsumsi selama tahun 2009 dan juga jumlah total biaya yang harus dibayar untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total kWh adalah 3.222.000 kWh dan ini senilai dengan Rp. 2.093.168.000,00. Berikut perhitungan tarif rata-rata yang dikenakan PLN dengan golongan tarif B3 (865 KVA) Biaya pemakaian listrik : 1. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN 61 Harga Rp. 954,00/kWh jam berlaku pukul 18.00 s/d 22.00 (4 Jam) 2. Tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN Harga Rp. 475,00/kWh jam berlaku pukul 22.00 s/d 18.00 (20 Jam) Untuk mengetahui nilai tariff rata-rata listrik yang berlaku di gedung STO Kaliasem Denpasar adalah sebagai berikut : WBP = Rp. 954,00/kWh x 4 jam = Rp. 3.816,00 jam/kWh LWBP = Rp. 475,00/kWh x 20 jam = Rp. 9.500,00 jam/kWh Total = Rp. 13.316,00 jam/kWh Sehingga tariff rata-rat per kWh per jam didapatkan sebesar : Rp. 13.316,00 jam/kWh 24 jam Rp 554.9 kWh Berikut ini adalah data konsumsi energi di gedung STO Kaliasem Denpasar selama satu tahun : ( periode bulan Januari – Desember 2009). Tabel 4.6 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2009 Bulan LWBP (kWh) Jan-09 218.000 Feb-09 220.000 Mar-09 200.000 Apr-09 222.000 Mei-09 232.000 Jun-09 246.000 Jul-09 227.000 Agust-09 230.000 Sep-09 229.000 Okt-09 215.000 Nop-09 225.000 Des-09 222.000 Maksimum 246.000 Minimum 200.000 Total 2.686.000 Rata-rata 223.833 Sumber: (PLN, 2009) WBP (kWh) Total kWh Energy Cost 44.000 262.000 171.029.500 42.000 262.000 170.080.300 42.000 242.000 160.588.300 44.000 266.000 172.927.900 47.000 279.000 180.521.500 49.000 295.000 189.064.300 45.000 272.000 176.250.100 46.000 276.000 178.621.500 46.000 275.000 178.148.500 42.000 257.000 167.707.300 45.000 270.000 175.300.900 44.000 266.000 172.927.900 49.000 295.000 189.064.300 42.000 242.000 160.588.300 536.000 3.222.000 2.093.168.000 44.667 268.500 174.430.667 62 Data Rekening Konsumsi Energi ListrikGedung STOKaliasemDenpasar 350.000 300.000 250.000 k Wh 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Bulan LWBP(kWh) WBP(kWh) Total kWh Gambar 4.9 Grafik Pemakaian Energi Listrik Gedung STO Kaliasem Denpasar 4.4.2 Menghitung Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE) Dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat konsumsi energi listrik di gedung STO Kaliasem, maka dapat dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung STO Kaliasem Denpasar selama satu tahun dengan periode bulan Januari s/d Desember 2009. Adapun perhitungannya sebagai berikut : kWh total IKE Luas Bangunan 3 .222 .000 4 .271 , 6 754 ,28 kWh / m 2 63 754 ,28 kWh / m 2 3 251 , 43 kWh / m 2 Dari perhitungan di atas, mengingat belum adanya standarisasi yang baku dari SNI untuk gedung sentral dengan perangkat server yang bekerja selama 24 jam per harinya, maka penentuan target IKE per satuan luas yang dikondisikan diambil nilai target IKE pada perkantoran (komersil) sebesar 240 kWh/m2 tahun dengan pemakaian 2000 jam per tahun atau setara dengan 8 jam per hari. Maka nilai IKE Gedung STO Kaliasem Denpasar diperoleh sebesar 251,43 kWh/m2 tahun. Dari data tersebut dapat dikatakan nilai IKE yang diperoleh lebih besar dari pada target IKE listrik, sehingga perlu dilakukan audit rinci lebih lanjut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan besar IKE akhir yang mendekati atau kurang dari target IKE atau lebih rendah dari mula-mula. Berdasarkan data hasil audit energi awal di atas, maka untuk proses audit energi serta melakukan saving cost yang cukup, maka untuk proses audit energi rinci akan lebih dititik beratkan pada energi listrik pada kategori non esensial yaitu pada pengkondisian udara atau AC. 4.5 Audit Energi Rinci Dari hasil perhitungan data historis gedung STO Kaliasem dapat dilihat bahwa penyumbang terbesar dalam jumlah energi yang dikonsumsi dan berimbas pada besarnya biaya pengeluaran adalah energi listrik pada kategori non esensial yaitu sebesar 59,40 %. 64 Disamping itu, dari analisis audit awal, juga diperoleh harga IKE (Intensitas Konsumsi Energi) melebihi target IKE untuk perkantoran di Indonesia yaitu sebesar 251,43 kWh/m2 per tahun dari 240 kWh/m2 per tahun. Oleh karena itu pada bab ini akan diukur berapa besar konsumsi energi listrik sesungguhnya dan diharapkan dari pengukuran ini dapat mendekati proses yang sebenarnya (mendekati sistem) serta menghitung besar IKE listrik dari hasil pengukuran yang dilakukan pada gedung STO Kaliasem Denpasar. Untuk pengecekan serta perhitungan nilai konsumsi listrik (energi listrik) yang sebenarnya, digunakan data arus yang diukur pada masing-masing sub panel. Untuk mengukur arus, digunakan peralatan seperti ampere meter baik itu digital maupun analog dan pencatat waktu yaitu jam. Jika hasil dari perhitungan IKE listrik berdasarkan data arus dan kWh meter terukur pada gedung STO Kaliasem Denpasar nantinya masih lebih besar dari target IKE listrik, maka akan dilakukan usaha-usaha untuk penghematan energi yang diharapkan dan menurunkan harga IKE listrik pada gedung STO Kalisem Denpasar. Usaha-usaha penghematan yang akan dilakukan nantinya akan lebih difokuskan pada peralatan yang menggunakan energi listrik yang sangat besar. Hal ini dimaksudkan agar usaha-usaha yang dilakukan untuk penghematan energi akan sangat berarti (signifikan) dan tentunya akan berimplikasi pada penghematan anggaran pengeluaran. 4.5.1 Data dan Perhitungan Perhitungan energi listrik dilakukan dengan menggunakan data berdasarkan pada nilai terukur yang terbaca pada kWh meter yang terletak pada 65 ruang kontrol panel dan melakukan pengukuran langsung di gedung STO Kaliasem Denpasar. Peralatan-peralatan yang disediakan adalah jam tangan dan digital clamp meter yang berfungsi untuk mengukur arus, sedangkan kWh cukup dengan melakukan pengamatan langsung. Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 13 Juli 2010. Berikut ini adalah data hasil pengukuran energi listrik pada gedung STO Kaliasem Denpasar. Gambar 4.10 kWh Meter Gedung STO Kaliasem Tabel 4.7 Tabel Pengukuran kWh meter di gedung STO Kaliasem Denpasar 13/07/2010 14/07/2010 Nilai terbaca kWh (x1000) 9430,93 9440,23 Pemakaian (x1000) 9,30 8,15 15/07/2010 9448,38 8,79 16/07/2010 9457,17 8,79 17/07/2010 9465,96 8,62 18/07/2010 9474,58 8,41 19/07/2010 9482,99 8,58 20/07/2010 9491,57 8,49 21/07/2010 9500,06 8,43 22/07/2010 9508,49 8,69 23/07/2010 9517,18 8,38 24/07/2010 9525,56 - Rata-rata per Hari : 8.602,72 kWh Tanggal 66 Dari data kWh meter diatas apabila diambil nilai rata-rata perhari, dengan nilai pengali faktor meter sebesar 1000, maka akan didapat nilai sebesar 8.602,72 kWh/hari. Nilai kWh ini berada pada bulan Juli 2010, pemilihan bulan juli dikarenakan bertepatan pada musim kemarau dan bulan tersebut merupakan salah satu pemakaian energi listrik yang besar di tahun 2009. Sehingga rata-rata untuk satu bulan ini kWhnya adalah: 8 .602 ,72 kWh x 31 hari 266 .684 ,3 kWh / bulan Untuk rata-rata satu tahun kWhnya adalah 266 .684 ,3 kWh x 12 Bulan 3 .200 .211 , 6 kWh / tahun Biaya rata-rata untuk pemakaian listrik selama periode satu tahun adalah sebesar Rata rata h arg a per kWh X Jumlah kWh Rp 554.9 kWH X 3.200.211, 6 kWh Rp 1. 775 .797 .417 ,00 Dari jumlah pemakaian dan biaya energi selama periode satu tahun terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Kondisi sebelum PHE pada pemakaian energi listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar Kondisi Energi kWh/Tahun Total Rp/Tahun Sebelum PHE 3.200.211,6 1.775.797.417,- Sehingga nilai IKE bisa dihitung yaitu sebesar : kWh total IKE Luas Bangunan 67 3 .200 .211 , 6 4 .271 , 6 749 ,18 kWh / m 2Tahun 749 ,18 kWh / m 2 3 249 ,72 kWh / m 2 Tabel 4.9 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di gedung STO Kaliasem Denpasar Jenis Area Luas lantai (m2 ) kWh/m2 tahun Area dikondisikan 4.271,6 249,72 Untuk data yang diperoleh dari PT. PLN yaitu hasil rekaman Automatic Meter Reading (AMR) selama satu hari, dimana rekaman AMR tersebut berisi laporan pemakaian energi yaitu load profil energi, load profil arus. Berikut ditampilkan hasil rekaman AMR pada tanggal 01 Agustus 2010 (selama satu hari). Untuk hasil rekaman pengukuran AMR yang lain dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 4.10 Tabel hasil rekaman Automatic Meter Reading (AMR) selama satu hari di Gedung STO Kaliasem Denpasar Jam 00:00 00:30 01:00 01:30 02:00 02:30 03:00 03:30 04:00 04:30 05:00 05:30 06:00 06:30 07:00 IR (A) 363 363 362 358 362 363 362 363 362 362 362 361 360 355 361 IS (A) 401 400 398 395 399 395 394 395 395 395 395 393 397 392 394 IT (A) 385 381 380 377 381 378 375 377 376 377 376 374 378 373 376 68 Lanjutan tabel 4.10 Jam 07:30 08:00 08:30 09:00 09:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00 17:30 18:00 18:30 19:00 19:30 20:00 20:30 21:00 21:30 22:00 22:30 23:00 23:30 00:00 IR (A) 362 362 372 380 384 384 384 385 388 385 387 389 386 388 387 389 387 385 382 384 381 380 377 371 372 373 370 372 371 372 369 371 365 361 IS (A) 395 394 403 402 405 407 410 411 411 407 405 408 406 409 412 413 409 405 403 404 400 404 405 404 405 408 403 404 401 405 402 404 401 401 IT (A) 376 377 385 386 390 391 396 396 395 395 396 399 394 399 399 403 399 393 390 393 391 393 394 393 392 397 392 393 390 391 386 388 384 382 69 Arus (I) 420 410 400 390 380 370 360 350 340 330 320 Jam 00:00 00:30 01:00 01:30 02:00 02:30 03:00 03:30 04:00 04:30 05:00 05:30 06:00 06:30 07:00 07:30 08:00 08:30 09:00 09:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:00 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00 17:30 18:00 18:30 19:00 19:30 20:00 20:30 21:00 21:30 22:00 22:30 23:00 23:30 00:00 IR (A) IS (A) IT (A) Gambar 4.11 Grafik Pemakaian Load Profil Arus Listrik Gedung STO Kaliasem Denpasar 70 Dari hasil data AMR di atas memperlihatkan bahwa beban pemakaian energi terbesar mencapai puncaknya yaitu pada pukul 13.00 sampai 14.00 WITA. Selain data pemakaian energi diatas, pemakaian perangkat yang ada di gedung STO Kaliasem sendiri yaitu sebagai sentral telepon atau berupa perangkat server yang di dalamnya terdapat aktifitas layanan seperti layanan data. Berikut hasil salah satu trafik layanan data yang ada di gedung STO Kaliasem selama satu hari, untuk trafik layanan yang lain dapat dilihat pada lampiran 5 : Gambar 4.12 Trafik Rata-Rata Aktifitas Pemakaian Server Melihat hasil trafik data diatas menunjukkan aktifitas pemakaian server tertinggi pada siang hari sampe sore hari. Dari data diatas baik trafik load profil penggunaan energi listrik terhadap trafik layanan server, menunjukkan aktifitas yang saling berpengaruh terhadapat kinerja perangkat, ini dikarenakan untuk mencapai suhu ruangan perangkat yang diisyaratkan. Gambaran yang bisa diperoleh adalah IKE listrik per satuan luas yang dikondisikan hasil audit rinci (hasil pengukuran) diperoleh nilai sebesar 249,72 kWh/m2, dari nilai tersebut masih jauh dari standar yang ada yaitu untuk perkantoran (komersil) adalah 240 kWh/m2 tahun. Sehingga sangatlah perlu 71 dilakukan usaha-usaha penghematan yang diharapkan akan menurunkan harga IKE listrik yang terdapat pada gedung STO Kaliasem Denpasar. Melihat komposisi beban memperlihatkan AC memakai listrik yang besar dan bekerja selama 24 jam seperti pada ruang sentral lokal 1, ruang MDF, ruang rectifier, ruang OMC, ruang sentral trunk, ruang MDP, ruang sentral soft switch, ruang BMK, ruang SMSC, ruang transmisi, ruang satelit, ruang radio dan ruang multimedia untuk memperoleh temperatur udara yang konstan sesuai dengan Suhu ruangan perangkat yang diisyaratkan yaitu sebesar 18oC–22oC. 4.5.2 Sistem Pengkondisian Udara gedung STO Kaliasem Untuk memperoleh kenyamanan dalam ruangan, maka diperlukan sistem pengkondisian udara yaitu yang berupa AC. AC ini akan mengatur suhu pada suatu ruangan sesuai dengan temperatur yang ditentukan pengguna. Untuk masing-masing ruangan digunakan jenis dan kemampuan pendinginan AC yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya agar tidak terjadi pemborosan. Besarnya tingkat konsumsi energi listrik untuk sistem pengkondisisan udara dipengaruhi oleh total daya AC, jumlah dan lama waktu beroperasi dari AC untuk tiap ruangan. Gambar 4.13 AC pada ruangan perangkat Multimedia 72 Jenis AC yang digunakan untuk masing-masing ruangan di gedung STO Kaliasem ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.11 : Tabel 4.11 Spesifikasi AC yang digunakan di Gedung STO Kaliasem Data pabrik No 1 2 3 Nama Jum Ruangan lah Model PK Waktu CC Daya nyala BTU/h (kW) (Jam) Merk Sentral 1 ACN 105 6 53.400 4,476 24 Hiross Lokal 1 1 ACN 105 15 140.000 11,190 24 Hiross 2 ACN 105 12 220.000 17,904 24 Hiross 2 CS-PC18HKF 2 36.000 2,984 24 Panasonic Ruang MDF 2 ACN 108 10 192.000 14,920 24 Hiross (sentral 2 ACN 110 10 192.000 14,920 24 Hiross Lokal 2) 1 FVG.05.10AV2 10 96.000 7,460 24 Daikin Ruang 2 CS-84DV6 7 128.000 10,444 24 National 1 LS-K2465DL 2,5 22.500 1,865 24 LG 2 R60CV1 2,5 22.500 3,730 24 Daikin 1 R60EV1 2 18.000 1,492 24 Daikin rectifier dan inverter 4 Ruang OMC 5 Sentral Trunk 3 HCA 24 10 288.000 22,380 24 Hiross 6 Ruang MDP 1 CU-PC18DKH 2 18.000 1,492 24 Panasonic 7 Ruang NOC 1 KF60W/A10 2 18.000 1,492 24 Gree 1 KF60W/A10 2,5 22.500 1,865 24 Gree 1 R60GV19 2 18.000 1,492 24 Daikin 1 R60GV1 2,5 22.500 1,865 24 Daikin 1 RE25JV1 1 ,5 12.000 1,119 12 Daikin 1 AS0972 1 ,5 12.000 1,119 24 Artic 1 R25CV1 1,5 12.000 1,119 7 Daikin 8 Ruang ASMAN CME 9 Ruang STAFF CME 10 Arsip Cada 73 Lanjutan tabel. 4.11 Data pabrik No Nama Jum Ruangan lah Waktu CC Daya nyala BTU/h (kW) (Jam) 6 53.400 4,476 24 Panasonic S130A/HCE17 6 53.400 4,476 24 Hiross 4 R50BV1 2,5 90.000 7,460 24 Daikin 2 CS-PC18HKF 2 36.000 2,984 24 Panasonic 2 CS-PC18HKF 2 36.000 2,984 24 Panasonic 2 FT35BAVM 1,5 24.000 2,238 24 Daikin Ruang Flexi / 1 SAPC245G5 2,5 22.500 1,865 24 Sanyo SMSC 4 R60GV1 2,5 90.000 7,460 24 Daikin Ruang 1 CU8RV6 7 64.000 5,222 24 National Transmisi 1 CU1800KH 2,5 22.500 1,865 24 National 3 R45CV1 2,5 67.500 5,595 24 Daikin Staf 1 R45CV1 2 18.000 1,492 12 Daikin 17 Ruang Satelit 2 LS-K2465DL 2,5 45.000 3,730 24 LG 18 Ruang Radio 6 R60GV19 2,5 135.000 11,190 24 Daikin / OLO 1 R45ECV1 2 18.000 1,492 24 Daikin 2 AC-S19CGA 2 36.000 2,984 24 Akira 11 Ruang Sentral Soft Switch 12 Ruang Kerja OM Model PK 1 CU-C45FFH 1 Merk Soft Switch 13 Ruang Serat Optik / BMK 14 15 16 Ruang Transmisi 19 NOC Latai 2 1 R45ECV1 2 18.000 1,492 24 Daikin 20 Ruang 1 S130A/HCE17 6 53.400 4,476 24 Hiross Multimedia 1 R60GV19 2,5 22.500 1,865 24 Daikin 2 RE35JV1 2 36.000 2,984 24 Daikin 1 CU-C12CKH 2 18.000 1,492 12 Panasonic Ruang 3 RE25JV1 1,5 36.000 3,357 24 Daikin Perangkat 1 CU-C12CKH 2,5 22.500 1,865 24 Panasonic Multimedia 2 R35ECV1 2,5 22.500 3,730 24 Daikin 21 Ruang STAF Multimedia 22 74 Dari keseluruhan sistem pengkondisian udara di Gedung STO Kaliasem Denpasar mempergunakan refrigerant sintetic jenis HCFC R-22 dalam pengoperasiannya. Jumlah AC dapat dilihat pada tabel 4.11, dan total konsumsi energinya dapat dihitung seperti pada Ruang STAFF CME, dengan daya 1.119 watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φsebesar 0,85 maka konsumsi energi listriknya dapat dihitung dengan cara: Konsumsi listrik AC /hari = ( p x cos φx t) = ( 1.119 x 0,85 x 24 ) = 22.827,6 Wh / hari = 22,83 kWh / hari Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Total konsumsi energi listrik sistem pengkondisian udara (AC) perhari Daya AC (kW) 1,492 Jam nyala Konsumsi /hari (kWh) Gedung Utara Kemampuan pendinginan AC (btu/h) 18.000 (2 PK) 24 Lantai satu 22.500 (2,5 PK) 1,865 53.400 (6 PK) Nama ruangan 30,42 Jumlah AC (buah) 4 Total konsumsi (kWh) 121,75 24 38,05 3 114,14 4,476 24 91,31 1 91,31 64.000 (7 PK) 5,222 24 106,53 2 213,06 96.000 (10 PK) 7,460 24 152,18 8 1.217,47 110.000 (12 PK) 8,952 24 182,62 2 365,24 140.000 (15PK) 11,190 24 228,28 1 228,28 21 8 2.351,24 273,49 Gedung Utara 18.000 (2 PK) 1,492 24 Total 30,44 Lantai Satu 18.000 (2 PK) 1,492 12 15,22 1 15,22 22.500 (2,5 PK) 1,865 24 38,05 21 798,97 53.400 (6 PK) 4,476 24 91,31 2 182,62 64.000 (7 PK) 5,222 24 106,53 1 106,53 12.000 (1,5 PK) 1,119 24 22,83 2 45,66 35 1.392,48 Total 75 Lanjutan tabel. 4.12 Nama ruangan Daya AC (kW) 1,119 Jam nyala Konsumsi /hari (kWh) Gedung Kemampuan pendinginan AC (btu/h) 12.000 (1,5 PK) 22,83 Jumlah AC (buah) 1 Total konsumsi (kWh) 22,83 24 Selatan Lantai 12.000 (1,5 PK) 1,119 7 6,63 1 6,66 satu 12.000 (1,5 PK) 1,119 12 11,41 1 11,41 18.000 (2 PK) 1,492 24 30,44 2 60,87 22.500 (2,5 PK) 1,865 24 Gedung 18.000 (2 PK) 1,492 24 38,05 Total 30,44 2 7 2 76,09 177,87 60,87 Selatan Lantai 18.000 (2 PK) 1,492 12 15,22 1 15,22 dua 22.500 (2,5 PK) 1,865 24 38,05 4 152,18 53.400 (6 PK) 4,476 24 91,31 1 91,31 12.000 (1,5 PK) 1,119 24 22,83 3 11 74 68,48 388,07 4.309,66 Total Berdasarkan perhitungan tabel 4.12 terlihat penggunaan energi listrik yang besar terdapat pada gedung utara lantai satu dengan pengoperasian AC sejumlah 21 buah dengan konsumsi energi sebesar 2.351,24 kWh. Dapat dilihat besarnya penggunaan energi listrik pada sistem pengkondisian udara selama satu hari yaitu sebesar 4.309,66 kWh perhari. 4.5.3 Sistem Pencahayaan pada Gedung STO Kaliasem Denpasar Pola konsumsi energi listrik sistem pencahayaan dipengaruhi oleh jadwal kegiatan di masing-masing ruangan. Besarnya tingkat konsumsi energi listrik untuk sistem pencahayaan dipengaruhi oleh total daya lampu yang beroperasi dan waktu nyala dari tiap lampu. 76 Gambar 4.14 Lampu LHE Gedung STO Kaliasem Denpasar Gambar 4.15 Lampu TL Gedung STO Kaliasem Denpasar Jenis lampu adalah TL-D fluorescent tube dengan merk Philips dengan daya 40 Watt dan LHE merk Philips Essential dengan daya 18 Watt. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.13: Tabel 4.13 Lampu yang digunakan di Gedung STO Kaliasem. No Nama ruangan Jenis lampu Jumlah Jam Masing-masing daya (buah) nyala (watt) 1 Ruang Sentral Lokal 1 TL (Philips) 13 12 40 2 Ruang PCM TL (Philips) 1 24 40 3 Ruang MDF (Sentral Lokal 2) TL (Philips) 13 12 40 4 TL (Philips) 2 24 40 5 Ruang rectifier dan inverter Ruang Baterai TL (Philips) 2 24 40 6 Ruang Travo TL (Philips) 2 6 40 7 Ruang OMC TL (Philips) 2 24 40 8 Ruang Gudang TL (Philips) 1 12 40 9 Pos Satpam LHE (Essential) 3 14 18 10 Toilet lantai 1 Gd Utara LHE (Essential) 6 24 18 11 Sentral Trunk TL (Philips) 2 24 40 12 Ruang MDP TL (Philips) 4 1,5 40 13 Ruang Mushola TL (Philips) 1 8 40 14 Koridor lantai 1 LHE (Essential) 6 7 18 15 Toilet lantai 1 Gd Selatan LHE (Essential) 4 24 18 16 Ruang NOC LHE (Essential) 4 24 18 77 Lanjutan tabel 4.13 No Nama ruangan Jenis lampu Jumlah Jam Masing-masing daya (buah) nyala (watt) 17 Ruang ASMAN CME LHE (Essential) 2 24 18 18 Ruang STAFF CME LHE (Essential) 8 15 18 19 Ruang Baterai TL (Philips) 2 24 40 20 Ruang Perpustakaan LHE (Essential) 1 12 18 21 Ruang Gudang LHE (Essential) 2 12 18 22 Arsip Cada LHE (Essential) 1 7 18 23 Ruang Sentral Soft Switch TL (Philips) 4 24 40 24 Toilet Lantai 2 Gd Utara LHE (Essential) 2 24 18 25 Ruang Kerja OM Soft Switch TL (Philips) 2 7 40 26 Ruang Serat Optik / BMK TL (Philips) 4 24 40 27 Ruang Flexi / SMSC TL (Philips) 10 24 40 28 Ruang Transmisi TL (Philips) 16 7 40 29 Ruang Staf Transmisi TL (Philips) 2 24 40 30 Ruang Satelit TL (Philips) 2 24 40 31 Ruang Radio / OLO TL (Philips) 2 24 40 32 NOC Latai 2 TL (Philips) 4 7 40 33 Ruang Multimedia LHE (Essential) 18 7 18 34 Ruang STAF Multimedia LHE (Essential) 6 7 18 35 Ruang Perangkat Multimedia TL (Philips) 2 24 40 36 Ruang Gudang TL (Philips) 1 7 40 37 Toilet Lantai 2 Gd Selatan LHE (Essential) 3 24 18 Konsumsi energi listrik pada sistem pencahayaan di gedung STO Kaliasem Denpasar dipengaruhi oleh jumlah lampu, daya lampu dan lama waktu pengoperasianya. Jumlah lampu dapat dilihat pada tabel 4.13 dan total konsumsi energinya dapat dihitung seperti pada ruang Sentral Trunk, dengan daya lampu 40 watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φsebesar 0,85 maka konsumsi energi listriknya dapat dihitung dengan cara: Konsumsi listrik lampu/hari = ( p x cos φx t) = ( 40 x 0, 85 x 24 ) = 0,816 kWh / hari. 78 Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.14: Tabel 4.14 Total konsumsi energi listrik sistem pencahayaan perhari Nama ruangan Gedung Utara Tipe lampu LHE (Essential) Daya Lampu (watt) 18 Lantai satu TL (Philips) 40 0,21 Jumlah lampu (buah) 3 Total konsumsi (kWh) 0,64 24 0,37 6 2,20 12 0,41 27 11,02 24 0,82 5 4,08 6 0,20 2 0,41 1,5 0,05 4 0,20 8 0,27 1 0,27 48 2 18,83 0,73 Jam nyala Konsumsi (kWh) 14 Gedung Utara LHE (Essential) 18 24 Total 0,37 Lantai dua TL (Philips) 40 24 0,82 28 22,85 7 0,24 22 5,24 7 Total 0,11 52 7 28,82 0,75 24 0,37 10 3,67 15 0,23 8 1,84 12 0,18 3 0,55 Gedung Selatan LHE (Essential) 18 Lantai satu TL (Philips) 40 24 0,82 2 1,63 LHE (Essential) 18 7 Total 0,11 30 10 8,44 1,07 24 0,37 3 1,10 7 0,24 1 0,24 24 0,82 2 1,63 16 146 4,04 60,13 Gedung Selatan Lantai dua TL (Philips) 40 Total Berdasarkan perhitungan tabel 4.14 terlihat penggunaan energi listrik terbesar pada sistem pencahayaan di gedung utara lantai dua. Hal ini disebabkan jumlah lampu pada gedung utara lantai dua yang sebanyak 52 buah dengan penggunaan energi listrik perharinya yaitu 28,82 kWh. Dapat dilihat total 79 besarnya penggunaan sistem pencahayaan di gedung STO Kaliasem selama sehari yaitu sebesar 60,13 kWh perhari. 4.5.4 Sistem Perangkat Utama pada Gedung STO Kaliasem Denpasar Pola konsumsi energi listrik pada sistem perangkat utama seperti rectifier, UPS, inverter dipengaruhi oleh lama perangkat tersebut beroprasi. Total konsumsi energinya dapat dihitung seperti pada perangkat UPS, dengan daya 154 watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φsebesar 0,85 maka konsumsi energi listriknya dapat dihitung dengan cara : Konsumsi listrik perangkat UPS/hari = ( p x cos φx t) = ( 4000 x 0, 85 x 24 ) = 81,60 kWh / hari. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.15: Tabel 4.15 Total Konsumsi Listrik Untuk Perangkat Utama perhari Total No Nama Jam Daya Konsumsi Jumlah Perangkat nyala (watt) (kWh) (buah) konsumsi (kWh) 1 Rectifier 24 5506 112,32 18 2.022 2 UPS 24 4000 81,60 1 82 2400 48,96 1 49 1600 32,64 1 33 2480 50,59 1 51 800 16,32 2 33 2000 40,80 8 326 2400 48,96 10 490 800 16,32 2 33 44 3.117 3 Inverter 24 Total 80 Berdasarkan perhitungan tabel 4.15 terlihat penggunaan energi listrik pada peralatan lainnya pada gedung STO Kaliasem yang sebanyak 44 buah dengan penggunaan energi listrik perharinya yaitu 3.117 kWh. 4.5.5 Sistem Perangkat Listrik Lainnya pada Gedung STO Kaliasem Denpasar Pola konsumsi energi listrik pada sistem perangkat listrik lainya seperti komputer, dispanser, laptop, printer dan TV dipengaruhi oleh lama perangkat tersebut beroprasi. Total konsumsi energinya dapat dihitung seperti pada perangkat komputer, dengan daya 154 watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φ sebesar 0,85 maka konsumsi energi listriknya dapat dihitung dengan cara : Konsumsi listrik perangkat Komputer/hari = ( p x cos φx t) = ( 154 x 0, 85 x 24 ) = 3,14 kWh / hari. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.16: Tabel 4.16 Total Konsumsi Listrik untuk Perangkat Listrik Lainnya perhari Total Nama Jam Daya Konsumsi Jumlah Perangkat nyala (watt) (kWh) (buah) No konsumsi (kWh) 1 Komputer 2 Dispanser 3 Laptop 4 TV 5 Printer 24 154 3,14 9 28 7 154 0,92 6 5 24 150 3,06 5 15 7 45 0,27 13 3 17 120 1,73 1 2 7 95 0,57 1 1 15 114 1,45 2 3 7 140 0,83 1 1 7 110 0,65 1 1 24 100 2,04 5 10 44 69 Total 81 Berdasarkan perhitungan tabel 4.16 terlihat penggunaan energi listrik pada peralatan lainnya pada gedung STO Kaliasem yang sebanyak 44 buah dengan penggunaan energi listrik perharinya yaitu 69 kWh. 4.5.6 Kesesuain Temperatur Udara Ruangan Terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) Dalam proses bekerja di kantor diperlukan kondisi ruangan kerja yang nyaman. Untuk mengetahui kondisi tersebut maka dilakukan pengukuran suhu di dalam ruangan dengan mengambil sempel ruangan yang menggunakan AC. Pengukuran suhu ruangan menggunakan alat ukur, yaitu thermometer digital. Pengukuran ini dilakukan pada Gedung STO Kaliasem yang dimulai dari pukul 09.00 Wita sampai dengan pukul 17.00 Wita. Alat mengukur temperatur udara yang digunakan adalah Termometer digital dengan merk Taylor Indoor / Outdoor dengan Model 1522 seperti terlihat pada gambar 4.16. Alat ini dapat mengukur temperatur udara dengan rentang temperatur range indoor : 32ºF – 122ºF (-0ºC – 50ºC) dan range Outdoor : -40ºF – 158ºF (-40ºC – 70ºC). Alat ini memiliki respone time yaitu kurang dari 10 detik. Saat alat ini diletakkan pada suatu ruangan, maka dalam waktu kurang dari 10 detik maka alat ini akan menunjukkan temperatur dari ruangan tersebut. 82 Gambar 4.16 Alat Digital Thermometer yang dipakai saat pengukuran Setelah mendapatkan temperatur ruangan yang diukur, kemudian dibandingkan nilai-nilai berdasarkan pengukuran tersebut dengan standar yang ditentukan di dalam ASHRAE Handbook of Fundamentals. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6572-2001 tentang pengkondisian udara pada bangunan dengan standar temperatur untuk ruangan kerja 23-27 ºC dan ruang perangkat atau server sebesar 18–22 ºC . Pengamatan dilakukan pada setiap ruangan dari gedung STO Kaliasem yang telah ditentukan standar temperaturnya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17 Tabel 4.17 Hasil pengukuran temperatur ruangan Gedung STO Kaliasem Denpasar Pengukuran Temperatur Standar Nama Ruangan (ºc) temperatur ruangan (ºc) JAM 09.00 11.00 13.00 15.00 Kondisi Luar 17.00 31,4 32,9 33,1 32,1 30,3 Ruang Sentral Lokal 1 18–22 20,5 20,8 21,1 20,8 20,8 Ruang PCM 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7 Ruang MDF (Sentral Lokal 2) 18–22 20,6 20,5 21,3 20,7 20,7 Ruang rectifier dan inverter 18–22 20,8 20,7 21,7 20,6 20,6 Ruang Baterai - 25.8 26.4 26.9 26.8 26.3 Ruang Travo - 25.8 26.4 26.9 26.8 26.3 Ruang OMC 18–22 21,4 21,7 21,6 21,4 21,3 Ruang Gudang - 30,3 30,5 31,5 30,7 30,5 Pos Satpam - 30,2 30,5 31,3 31,5 30,5 Toilet lantai 1 Gd Utara - 30,2 30,6 31,2 30,9 30,3 83 Lanjutan tabel 4.17 Nama Ruangan Pengukuran Temperatur (ºc) Standar temperatur ruangan (ºc) 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 Sentral Trunk 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7 Ruang MDP 23-26 24.8 25.4 25.9 25.8 25.3 Ruang Mushola - 30,2 30,6 31,2 30,9 30,3 Koridor lantai 1 - 30,2 30,5 31,3 31,5 30,5 Toilet lantai 1 Gd Selatan - 30,2 30,6 31,2 30,9 30,3 Ruang NOC 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7 Ruang ASMAN CME 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5 Ruang STAFF CME 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5 Ruang Perpustakaan 23-27 26,6 26,7 26,9 26,6 25,8 - 30,2 30,5 31,3 31,5 30,5 18–22 20,4 20,6 21,0 20,6 20,4 - 30,2 30,5 31,6 31,5 30,7 Ruang Kerja OM Soft Switch 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5 Ruang Serat Optik / BMK 18–22 20,4 20,7 21,2 20,8 20,7 Ruang Flexi / SMSC 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7 Ruang Transmisi 18–22 20,4 20,6 21,0 20,9 20,7 Ruang Staf Transmisi 23-27 25,6 26,7 26,9 25,6 25,5 Ruang Satelit 18–22 20,4 20,3 21,0 20,6 20,5 Ruang Radio / OLO 18–22 20,5 20,6 21,1 20,8 20,6 NOC Latai 2 18–22 20,4 20,5 20,9 20,7 20,7 Ruang Multimedia 23-27 25,6 26,7 26,8 25,7 25,7 Ruang STAF Multimedia 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5 Ruang Perangkat Multimedia 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7 - 30,2 30,6 31,4 31,3 30,5 JAM Arsip Cada Ruang Sentral Soft Switch Toilet Lantai 2 Gd Utara Toilet Lantai 2 Gd Selatan 84 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pukul 09.00 sampai 17.00 pada tanggal 23 Agustus 2010, terlihat ruangan kerja pada gedung STO Kaliasem sudah memenuhi dalam syarat dari ASHRAE Handbook of Fundamentals. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6572-2001 tentang pengkondisian udara pada bangunan gedung. Ruangan yang sesuai dengan standar akan sangat penting agar untuk menghindari risiko penyebaran penyakit serta memungkinkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi penggunanya. 4.6 Mengidentifikasi Peluang Hemat Energi (PHE) Dari data analisa pemakaian energi listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar selama sehari diperoleh konsumsi listrik untuk AC sebesar 4.309,66 kWh, untuk pemakaian lampu sebesar 60,13 kWh, untuk perangkat utama sebesar 3.117 kWh dan untuk pemakaian peralatan lain sebesar 69 kWh. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart akan diperoleh hasil seperti berikut: Persentase Pemakaian Listrik perhari di Gedung STOKaliasem 0,91% AC 41,25% Lampu Perangkat Utama 57,04% Peralatan Lain 0,80% Gambar 4.17 Persentase pemakaian listrik Perhari di Gedung STO kaliasem Denpasar Persentase di atas bisa dilihat bahwa pemakaian AC (pendingin ruangan) sebesar 57,04% merupakan komponen yang menyerap energi listrik yang 85 besar dibandingkan dengan pemakaian perangkat listrik yang lainnya. Berdasarkan analisis di atas, maka akan dilakukan pencarian peluang hemat energi yang terkait dengan kerja perangkat AC tersebut. Setelah dilakukan observasi pada unit-unit AC yang terdapat di Gedung STO Kaliasem Denpasar dapat dikenali Peluang Hemat Energi (PHE) antara lain: a. Usaha penghematan konsumsi diarahkan kepada usaha penggatian refrigerant, hal ini diambil karena jumlah operasi AC di satu ruangan lebih dari satu AC yang beroperasi sehingga dapat dilakukan penggatian refrigerant secara bergilir, namun terlebih dahulu dilakukan pengamatan serta pengecekan yang cermat terhadap berbagai aspek dari mesin AC. Hasil pengamatan atau pengecekan tersebut akan menghasilkan, apakah mesin AC tersebut dalam kondisi baik dan secara teknis dapat dilakukan recovery dan konversi refrigerant. Pengecekan performance mesin AC sebelum recovery (ketika masih menggunakan freon), meliputi : Arus/Daya Listrik, tekanan dan temperatur pada evaporator (efek pendinginan). Pengeluaran refrigeran freon dari mesin AC, Pemvakuman Mesin AC, sekaligus pengecekkan kebocoran pengisian dengan bahan pendingin Musicool. Pengecekkan performance Mesin AC setelah diisi musicool untuk dibandingkan dengan performance sewaktu masih menggunakan freon. b. Penggantian refrigerant refrigerant musicool dengan merupakan menggunakan bahan musicool, pendingin dimana alamiah jenis hidrokarbon yang ramah lingkungan yang merupakan pengganti 86 refrigerant sintetic kelompok halokarbon CFC R-12,HCFC R-22 dan HFC R-134a yang masih memiliki potensi merusak alam. Dari sisi pengaplikasiannya kelebihan dari pemakaian musicool jika dibandingkan dengan bahan pendingin freon, antara lain; Dapat menurunkan konsumsi tenaga listrik hingga 15-25% Tidak perlu adanya penggantian atau penambahan komponen pada mesin AC Kerja kompresor menjadi lebih ringan Ramah Lingkungan. Kelebihan-kelebihan dari refrigerant musicool tersebut disebabkan oleh sifat fisika dan thermodinamikanya yang lebih baik jika dibandingkan dengan freon. c. Selain penggatian refrigerant pada AC, salah satu usaha untuk mengurangi pemakiaan listrik yaitu dengan penggantian lampu TL ke lampu LHE. Ini dilihat dari hasil survew menunjukkan pemakaian lampu TL di seluruh ruangan lebih banyak dibandingkan penggunaan lampu LHE, yaitu sebanyak 94 buah lampu TL dan lampu LHE yang berjumlah 52 buah. Dilihat dari sisi kapasitas pemakaian energi listrik untuk penerangan sangat kecil sebesar 60,13 kWh per hari atau sebesar 0,8% dibandingkan dengan pemakaian energi listrik yang lain, namun tidak menutup kemungkinan penggantian tersebut dapat menurunkan penggunaan energi listrik di gedung STO Kaliasem. d. Dari Pihak dari STO Kaliasem sendiri menginginkan adanya usaha peningkatan efisiensi peralatan dan pengurangan konsumsi energi, yang mana 87 pastinya tidak perlu mengganggu operasional perangkat server yang ada di gedung STO Kaliasem. Dari pengenalan peluang hemat energi listrik (PHE) di atas, peluang yang dapat menurunkan konsumsi energi listrik difokuskan hanya pada sistem pendingin ruangan (AC), yang pada akhirnya mampu menurunkan nilai IKE listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar. 4.7 Implementasi Peluang Hemat Energi pada Pengkondisian Udara Untuk implementasi peluang hemat energi dari Gedung STO Kaliasem pada pemakaian pendingin ruangan (AC), diketahui bahwa jumlah AC yang digunakan di gedung STO Kaliasem sebanyak 74 unit dari 76 unit AC yang tersebar di ruangan-ruangan yang berkapasitas beragam 1,5 PK sampai 15 PK, baik itu dari lantai 1 sampai lantai 2 Gedung Utara dan Gedung Selatan, untuk 2 unit AC yang lain berada di ruangan lantai 3, dimana kondisi ruangan di lantai 3 tidak difungsikan lagi. Dari observasi di lapangan pemakaian AC lebih banyak digunakan untuk pendingin di ruangan server. Dalam peluang hemat ini akan dilihat seberapa besar pengaruh penggantian refrigerant pada AC. Selama observasi dan wawancara dengan engineering staft dijelaskan bahwa periode pembersihan unit AC selama 1 s/d 2 bulan sekali dan melakukan perbaikan atau penggatian komponen AC yang mengalami kerusakan. Untuk proses penggatian refrigerant yang telah dilakukan di gedung STO Kaliasem sudah dilakukan namun dikarenakan engineering staft yang ada sangat minim mengingat pekerjaan setiap harinya cukup padat, sehingga 88 penggantian tersebut mengalami keterlambatan, mengingat juga biaya dan waktu yang diperlukan untuk penggatian tersebut. Proses pengukuran sebelum dan sesudah penggatian refrigrant, dilakukan pengukuran pada nilai arus serta kondisi suhu ruangan. Kondisi AC pada saat pengukuran dalam kondisi hidup dan mencapai suhu standar ruangan. AC diasumsikan bekerja selama 24 jam, sehingga energi yang digunakan menjadi maksimal. Berikut data hasil pemakaian energi sebelum dan sesudah penggantian refrigerant dengan menggunakan merek Musicool yang ada di ruangan Asman CME. Data-data AC Split 1,5 PK yang diganti refrigerantnya: Energi Listrik : E = I x V x PF x jam x hari = 5,09 x 220 x 0,85 x 24 = 22.827,60 Watt/h = 22,83 kWh /Hari Biaya Listrik / Hari Biaya = Energi Listrik x Tarif/kW = 22,83 kWh x Rp. 554,9,= Rp. 12.667,04,Analisa perhitungan menggunakan Refrigerant Musicool Energi Listrik : E = I x V x PF x jam x hari 89 = 3,89 x 220 x 0,85 x 24 = 17,44 kWh / Hari Biaya Listrik / Hari Biaya = Energi Listrik x Tarif/kW = 17,44 kWh x Rp. 554,9,= Rp. 9.678,57 ,Analisa penghematan yang diperoleh : Energi Listrik : E = Menggunakan Freon – Menggunakan Musicool = 22,83 kWh – 17,44 kWh = 5,39 kWh / Hari Biaya Listrik/Hari : Biaya = Menggunakan Freon – Menggunakan Musicool = Rp. 12.667,04 – Rp. 9.678,57 = Rp. 2.988,47,Dari hasil implementasi penggantian refrigerant AC tersebut, biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana tersebut, diperoleh analisa sebagai berikut : Analisa penggantian refrigerant : Jumlah total PK = 287 PK Harga penggatian per PK = Rp. 250.000, Biaya = Jumlah PK x harga penggantian per PK = 287 x Rp. 250.000,= Rp. 71.750.000,- 90 Sehingga biaya investasi yang diperlukan untuk penggantian refrigerant tersebut sebesar Rp. 71.750.000,-. Berikut tabel hasil pengukuran sebelum dan sesudah penggatian freon, penggatian dilakukan pada tanggal 24 September 2010, pada pukul 09.00 WITA dengan jumlah teknisi 2 orang. Untuk hasil pengukuran data AC yang lain dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel 4.18 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Pengantian Freon Indikator Sebelum Sesudah Power Faktor (Cos Q) 0,85 0,85 Voltase (V) 220 220 Arus (I) 5,09 3,89 Temperatur (o C) Ruangan 20,4 19,7 Energi Listrik (kWh) 22,83 17,44 12.667,04 9.678,57 29,9 29,9 Biaya Listrik (Rp) Temperatur (o C) Luar Ruangan 4.8 Analisis Peluang Hemat Energi pada Pengkondisian Udara Dari hasil implementasi peluang hemat energi (PHE) diatas, maka analisis penghematan yang diperoleh dari penggatian refrigerant sintetic jenis HCFC R-22 dengan menggunakan merek Musicool di setiap AC yang terpasang di gedung STO Kaliasem, diproleh hasil seperti pada tabel berikut : 91 Tabel 4.19 Hasil Penggantian Refrigerant AC pada Gedung STO Kaliasem Sebelum Ganti Refrigerant No Nama Ruangan 1 Sentral Lokal 1 2 Ruang MDF (sentral Lokal 2) Ruang rectifier dan inverter Ruang OMC 3 4 5 6 Sentral Trunk Ruang MDP 7 Ruang NOC 8 Ruang ASMAN CME Ruang STAFF CME Arsip Cada 9 10 11 Ruang Sentral Soft Switch 12 Ruang Kerja OM Soft Switch Ruang Serat Optik / BMK Ruang Flexi / SMSC Ruang Transmisi 13 14 15 Sesudah Ganti Refrigerant Jumlah AC (buah) PK Daya (kW) Waktu nyala (Jam) Total konsumsi (kWh) Daya (kW) Waktu nyala (Jam) Total konsumsi (kWh) 1 1 2 2 2 2 1 2 6 15 12 2 10 10 10 7 4,476 11,190 17,904 2,984 14,920 14,920 7,460 10,444 24 24 24 24 24 24 24 24 91,31 228,28 365,24 60,87 304,37 304,37 152,18 213,06 3,97 10,68 16,89 1,97 13,91 13,91 6,95 9,43 24 24 24 24 24 24 24 24 80,99 217,95 344,60 40,23 283,72 283,72 141,86 192,41 1 2 1 3 2,5 2,5 2 10 1,865 3,73 1,492 22,380 24 24 24 24 38,05 76,09 30,44 456,55 1,36 2,72 0,99 20,86 24 24 24 24 27,72 55,45 20,11 425,58 1 2 1,492 24 30,44 0,99 24 20,11 1 1 1 1 1 2 2,5 2 2,5 1,5 1,492 1,865 1,492 1,865 1,119 24 24 24 24 12 30,44 38,05 30,44 38,05 11,41 0,99 1,36 0,99 1,36 0,86 24 24 24 24 12 20,11 27,72 20,11 27,72 8,72 1 1,5 1,119 24 22,83 0,86 24 17,44 1 1,5 1,119 7 6,66 0,86 7 5,09 1 1 4 2 2 6 6 2,5 2 2 4,476 4,476 7,460 2,984 2,984 24 24 24 24 24 91,31 91,31 152,18 60,87 60,87 3,97 3,97 5,44 1,97 1,97 24 24 24 24 24 80,99 80,99 110,89 40,23 40,23 2 1,5 2,238 24 45,66 1,71 24 34,88 1 4 1 1 3 2,5 2,5 7 2,5 2,5 1,865 7,460 5,222 1,865 5,595 24 24 24 24 24 38,05 152,18 106,53 38,05 114,14 1,36 5,44 4,72 1,36 4,08 24 24 24 24 24 27,72 110,89 96,21 27,72 83,17 92 Lanjutan tabel 4.19 16 17 18 19 20 21 22 Ruang Staf Transmisi Ruang Satelit Ruang Radio / OLO NOC Latai 2 Ruang Multimedia Ruang STAF Ruang Perangkat 1 2 1,492 12 15,22 0,99 12 10,06 2 2,5 3,730 24 76,09 2,72 24 55,45 6 1 2 1 2,5 2 2 2 11,190 1,492 2,984 1,492 24 24 24 24 228,28 30,44 60,87 30,44 8,15 0,99 1,97 0,99 24 24 24 24 166,34 20,11 40,23 20,11 1 1 2 1 6 2,5 2 2 4,476 1,865 2,984 1,492 24 24 24 12 91,31 38,05 60,87 15,22 3,97 1,36 1,97 0,99 24 24 24 12 80,99 27,72 40,23 10,06 3 1,5 2 2,5 1 2,5 Total 3,357 3,73 1,865 24 24 24 68,48 76,09 38,05 4.309,66 2,57 2,72 1,36 24 24 24 52,33 55,45 27,72 3.602,13 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa adanya penurunan total konsumsi energi listrik perharinya, dimana sebelum penggatian freon Musicool diperoleh total konsumsi energi listrik sebesar 4.309,66 kWh, namun setelah penggantian diperoleh total konsumsi energi listrik menjadi 3.602,13 kWh. 4.9 Komposisi Pemakaian Pendingin Ruangan. Setelah melakukan survey dan pengukuran diperoleh komposisi luas ruangan penggunaan AC dan non AC pada gedung STO Kaliasem yang terbagi menjadi tiga lantai bangunan yaitu terdiri dari lantai 1, lantai 2 dan lantai 3. Sehingga dapat diperoleh komposisi pemakaian AC di gedung STO Kaliasem adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Komposisi Pemakaian AC di Gedung STO Kaliasem No Nama ruangan Luas Ruangan (m²) Ruang Lantai Satu 1 Ruang Sentral Lokal 1 2 Ruang PCM 3 Ruang MDF (Sentral Lokal 2) AC Non AC 285,48 - - 26,92 328,35 - 93 Lanjutan tabel 4.20 4 Ruang rectifier dan inverter 108 - 5 Ruang Baterai - 125,40 6 Ruang Travo - 101,52 7 Ruang OMC 113,85 - 8 Ruang Gudang - 103,68 9 Ruang Toilet - 131,25 10 Ruang Sentral Trunk 125,55 - 11 Ruang MDP 251,38 - 12 Ruang Mushola - 60,48 13 Ruang Koridor - 117,18 14 Ruang NOC 103,68 - 15 Ruang ASMAN CME 60,48 - 16 Ruang STAFF CME 143,19 - 17 Ruang Perpustakaan - 53,89 18 Ruang Arsip - 20,25 123,84 - - 142,56 Ruang Lantai Dua 1 Ruang Sentral Soft Switch 2 Ruang Toilet 3 Ruang Kerja OM Soft Switch 31,68 - 4 Ruang Serat Optik / BMK 65,52 - 5 Ruang Flexi / SMSC 211,68 - 6 Ruang Transmisi 278,82 - 7 Ruang Staf Transmisi 132,4 - 8 Ruang Satelit 37,44 - 9 Ruang Radio / OLO 51,48 - 10 Ruang NOC 44,55 - 11 Ruang Multimedia 158,67 - 12 Ruang STAF Multimedia 76,5 - 13 Ruang Perangkat Multimedia 212,85 - 14 Ruang Gudang - 61,38 Ruang Lantai Tiga 1 3 Ruang Staff - 237,7 2 Toilet Lantai 3 - 63,36 3 2 Ruang Gudang - 80,64 Total 2.945,39 1.326,21 Persentase (%) 68,95 31,05 94 Jika digambarkan dalam bentuk pie chart maka akan diperoleh hasil seperti pada gambar 4.18: Komposisi Pemakaian AC 31,05% AC Non AC 68,95% Gambar 4.18 Komposisi Sistem Pendingin Ruangan Dari gambar diatas menunjukkan bahwa komposisi luas ruangan pemakaian AC lebih besar dibandingkan non AC, dimana diperoleh persentase penggunaan ruangan AC sebesar 68,95 %, sedangkan persentase non AC sebesar 31,05 % dari total luas ruangan gedung yang dikondisikan. 4.10 Menghitung IKE Dari hasil implementasi diatas dapat diperoleh jumlah pemakaian energi baik untuk konsumsi energi pada kategori Esensial dan Non Esensial di gedung STO Kaliasem setelah dilakukan PHE. Untuk lebih jelas dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.21 Konsumsi Energi Listrik Kategori Esensial No 1. Perangkat Rectifier Jumlah 18 Unit Total Konsumsi (kWh/Hari) 2.022 2. UPS 6 Unit 246 3. Inverter 20 Unit 849 Total 3.117 95 Tabel 4.22 Konsumsi Energi Listrik Kategori Non Esensial Total Konsumsi (kWh/Hari) AC Jumlah 74 Unit 2. Lampu 146 Buah 60,13 3. Komputer 15 Buah 34 4. Dispanser 5 Buah 15 5. Laptop 13 Buah 3 6. TV 6 Buah 7 7. Printer 5 Buah 10 No 1. Perangkat Total 3.602,13 3.731,70 Dari tabel diatas diperoleh hasil jumlah konsumsi energi setelah PHE yang menunjukkan konsumsi energi listrik per hari, maka dapat dihitung jumlah energi listrik terpakai dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaanya. Jumlah pemakaian listrik baik kategori Esensial dan Non Esensial yang terpakai selama satu bulan adalah sebesar 191.760 kWh/bulan. Dan rata-rata jumlah untuk pemakaian listrik selama satu tahun adalah 12 Bulan X Jumlah kWh Sebulan 12 X 191.760 kWh 2. 301 .122 kWH per tahun Biaya rata-rata untuk pemakaian listrik selama periode tersebut adalah sebesar Rata rata h arg a per kWh X Jumlah Rp 554.9 kWh X 2.301.122 kWh Rp 1. 276 .892 .462 ,00 kWh 96 Dari jumlah pemakaian dan biaya energi selama periode satu tahun terlihat adanya penurunan seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.23 Perbandingan kondisi sebelum dan sesudah PHE pada pemakaian energi listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar Kondisi Sebelum PHE Sesudah PHE Selisih Energi kWh/Tahun 3.200.211,6 2.301.122 899.090 Total Rp/Tahun 1.775.797.417 1.276.892.462 498.904.955 Dari data tabel 4.23 diatas menunjukkan penurunan biaya energi listrik yang dihemat sebesar Rp. 498.904.955,-, dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan penggantian refrigerant sebesar Rp. 71.750.000,-. Sehingga dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat konsumsi energi listrik di gedung STO Kaliasem berdasarkan analiasa Peluang Hemat Energi (PHE) yang telah diperoleh, maka dapat dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung STO Kaliasem Denpasar selama satu tahun. Adapun perhitungannya sebagi berikut : kWh total IKE Luas Bangunan 2 .301 .122 4 .271 ,6 538 ,70 kWh / m 2 Tahun 538 , 70 kWh / m 2 3 179 ,57 kWh / m 2 97 Tabel 4.24 Besar intensitas konsumsi di gedung STO Kaliasem Denpasar Kondisi Sebelum PHE Sesudah PHE Luas lantai (m2 ) 4.271,6 4.271,6 kWh/m2 tahun 249,72 179,57 Dari perhitungan di atas dapat diperoleh besarnya IKE listrik per satuan luas yang dikondisikan adalah sebesar 179,57 kWh/m2 tahun. Untuk target IKE per satuan luas yang dikondisikan untuk perkantoran adalah sebesar 240 kWh/m2 tahun. Ternyata IKE Implementasi PHE pada Gedung STO Kaliasem Denpasar terlihat sudah sesuai dengan standar atau taget IKE listrik. 5 BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka beberapa kesimpulan hasil audit energi, terkait dengan konsumsi energi pada gedung STO Kaliasem Denpasar yang bisa penulis ambil antara lain : 1. Berdasarkan pelaksanaan walkthrough audit yang dilakukan, perangkat keras di gedung STO Kaliasem dikelompokkan menjadi dua yaitu esensial dan non esensial. Beban terpasang pada kategori esensial sebesar 157.788 watt dan kategori non esensial sebesar 223.536 watt. Pada analisa audit energi awal, nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yang terbesar adalah konsumsi energi listrik pada kategori Non Esensial. Untuk gedung STO Kaliasem Denpasar berdasarkan hasil audit energi awal, IKE energi listriknya adalah sebesar 249,72 kWh/m2 tahun, dari kondisi tersebut masih melebihi standar IKE perkantoran di Indonesia yaitu sebesar 240 kWh/m2 tahun, sehingga perlu dilakukan audit energi rinci. 2. Kesesuaian penggunaan energi listrik di gedung STO Kaliasem dari hasil observasi, diperoleh persentase luas ruangan penggunaan AC sebesar 68,95 %, sedangkan persentase non AC sebesar 31,05 % dari total luas gedung yang dikondisikan. Sehingga penggunaan perangkat AC di gedung STO Kaliasem lebih besar dibanding pemakaian energi yang lain, maka perancangan manajemen energi listrik difokuskan pada sistem pendingin 98 99 ruangan (AC), yang pada akhirnya mampu menurunkan nilai IKE listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar. 3. Implementasi Peluang Penghematan Energi (PHE) pada penelitian audit energi ini adalah dengan mengganti refrigerant pada AC yang awalnya menggunakan Freon R-22 dengan menggunakan merek Musicool, dimana penghematan yang diperoleh dari penggantian refrigerant tersebut selama perhari sebesar 3.602,13 kWh. Jadi besarnya IKE listrik hasil implemetasi PHE persatuan luas yang dikondisikan diperoleh sebesar 179,57 kWh/m2 tahun. Sehingga dapat dikatakan IKE listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar sudah sesuai dengan standar SNI (Standar Nasional Indonesia). 4. Jumlah biaya yang dikeluarkan setelah mengimplemantasikan PHE sebesar Rp. 71.750.000,- dengan biaya yang dihemat selama setahun setelah mengimplementasikan PHE adalah sebesar Rp.498.904.955,- atau sebesar 58,17 % dari total biaya listrik setahun. 5.2 Saran Adapun saran yang diberikan untuk penelitian audit energi ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian yang telah dilakukan masih jauh dari sempurna. Untuk itu, perlu ditindak lanjuti dengan pendalaman pada pengimplementasian PHE yang bersifat hight cost, yaitu tentang penggantian AC yang sudah lama dan di sisi low cost tentang pemasangan kapasitor bank serta pengendalian harmonisa yang ada. Dan agar bisa diketahui upaya lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki power quality yang ada 100 sehingga mampu mendapatkan nilai IKE listrik yang lebih kecil dan efisien. 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data-data beberapa tahun sebelumnya agar dapat mengetahui nilai estimasi, nilai real, dan nilai setelah manajemen energi sehingga di tahun berikutnya dapat diperoleh nilai kemungkinan penghematan energi yang lebih baik. 6 Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA ASHRAE Journal, Jan 2009. Energy Audits in Large Commercial Office Buildings. Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA. 2002. Audit Energi,Modul 2, Energi Conservation Efficiency And Cost Saving Course, Bandung : PT. Fiqry Jaya Mandiri. Bappeda. 2004. Rencana Umum Ketenaga Listrikan Daerah (RUKD). Provinsi Bali Capehart BL, Turner CT and William J.Kennedy. 2003. Guide to Energy Management Fairmont press inc. Bureau of Energy Efficiency Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi; Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi. Direktotat Jendral Pengembangan Energi. Erdianta,L.N. 2009. Analisa Performansi Penggunaan Energi Listrik di Gedung C, P Dan E Jurusan Teknik Fisika ITS Surabaya Berbasis SNI 03-61962000. (tesis). Surabaya: ITS Surabaya European Commission Directorate General for Employment and Social Affairs European Social Fund, May 2000 G.G.Rajan ;McGraw-Hill . 2003. Optimizing Energy Efficiencies in Industry (Energy Audits, Feasibility Studies, Prelimnary and Detailed Engineering, Project and Construction Managemennt, Implementation) Lybery, MD. 1981. Source Book for Energy Auditor, International Energy Agency PT. Telkom. 2009. Telkom Tetap Ekspansi di Era Krisis. Patriot135, Januari 2009, hal3, kol. 1 PT PLN Distribusi Bali. 2009. Sistem Kelistrikan di Bali. Suluh Dewata, Desember 2009. Rianto.A. 2007. Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere Semarang. (tesis). Semarang: UNNES 101 102 Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 03-6196-2000, Konversi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung, dan SNI 03-6390-2000, Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Tata Cara Perhitungan Rekening, viewed on Jan 19th 2010, 16 : 12 pm, www.plnjaya.co.id/pelayanan/ Wahyu Sujatmiko. 29 Juli 2008. Penyempurnaan Standar Audit Energi Pada Gedung, Staf Balai Sains Bangunan, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. Bandung William H. Golove and Joseph H. Eto, March 1996. Energy Efficiency: A Critical Reappraisal of the Rationale for Public Policies to Promote Energy Efficiency. Energy & Environment Division Lawrence Berkeley National Laboratory University of California Berkeley, California 94720