KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI Actinobacillus

advertisement
KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI Actinobacillus sp. DALAM
MENDEGRADASI p-KRESOL DAN SUNSET YELLOW
Prita Olivia Putri1; Subandi1; dan Muntholib1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
1
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan isolat Actinobacillus
sp. dalam mendegradasi p-kresol dan sunset yellow. Degradasi dilakukan dengan
menumbuhkan Actinobacillus sp. pada media M9 yang mengandung p-kresol 40
ppm dan sunset yellow 70 ppm. Pengukuran sel bakteri, konsentrasi p-kresol dan
sunset yellow dilakukan berturut-turut pada OD600, A276 dan A482. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Actinobacillus sp. fase pertumbuhan lebih efektif dalam
mendegradasi p-kresol (56,76%) dibandingkan fase stasioner (36%). Sedangkan
dalam mendegradasi sunset yellow, inokulum Actinobacillus sp. fase stasioner
lebih efektif (11,88%) dibandingkan inokulum fase pertumbuhan (2,02%).
Analisis terhadap hasil degradasi menunjukkan adanya puncak-puncak serapan
baru yang mengindikasikan terbentuk senyawa baru.
Kata kunci: biodegradasi p-kresol, biodegradasi sunset yellow, Actinobacillus sp.
ABSTRACT: The purpose of this research is to test the ability of Actinobacillus
sp. in degrading p-cresol and sunset yellow. Degradation was done by growing
Actinobacillus sp. in M9 medium which consist of p-cresol 40 ppm and sunset
yellow 70 ppm. Cell, p-cresol and sunset yellow concentration were measured at
OD600, A276 dan A482 respectively. Result showed that growth phase of
Actinobacilllus sp. more effective to degrade p-cresol (56,76%) compare to
stationary phase (36%). Meanwhile, in degrading sunset yellow, stationary phase
of Actinobacilllus sp. is more effective (11,88%) compare to growth phase
(2,02%). Analysis of the degradation products showed a new absorption peaks
that indicate the formation of a new compound.
Keywords: p-cresol biodegradation, sunset yellow biodegradation,
Actinobacillus sp.
Muntholib dkk (2011) berhasil mengisolasi tiga jenis bakteri dari kefir
grains yaitu Staphylococcus coagulase negative, Actinobacillus sp., dan Bacillus
megaterium. Kefir grains sendiri merupakan konsorsium mikroba yang memiliki
komponen utama berupa polisakarida. Isolat bakteri Actinobacillus sp. yang
berhasil diisolasi terbukti mampu mendegradasi fenol dengan konsentrasi 2700,
4000, 6000, dan 8000 ppm (Muntholib dkk, 2011). Menurut Khleifat (2007), isolat
bakteri Actinobacillus sp. memanfaatkan fenol konsentrasi tinggi sebagai sumber
karbon dan energi. Fenol merupakan senyawa kimia yang berbahaya bagi tubuh
karena dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pembentukan darah yaitu pada
sumsum tulang (bone marrow). Gejala keracunan akut oleh fenol ditandai dengan
menurunnya kadar eritrosit dan leukosit pada darah (Mahawati dkk., 2006).
Sebagian besar senyawa fenolik bersifat karsinogenik dan berbahaya bagi
makhluk hidup. Salah satu senyawa fenolik adalah kresol,yang mempunyai nama
IUPAC metilfenol, dengan rumus molekul C7H8OH. Kresol terdapat sebagai
isomer orto, meta dan para kresol. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa m/p1
kresol dapat menyebabkan iritasi pada kulit, kebutaan, kerusakan pada membran
mukosa hingga kematian. Senyawa p-kresol, seperti terlihat pada Gambar 1,
dilaporkan lebih berbahaya, senyawa ini bersifat karsinogenik, pemicu
terbentuknya sel kanker dalam tubuh (GDCh, 2003).
OH
CH3
Gambar 1 Struktur p-Kresol
Penanggulangan pencemaran senyawa fenolik dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti klorinasi, ozonisasi dan penyerapan menggunakan karbon.
Namun cara tersebut relatif lebih mahal dan menyebabkan pencemaran
lingkungan yang lain. Bioremediasi merupakan cara penanggulangan pencemaran
senyawa fenolik yang lebih diminati karena lebih efektif serta ramah lingkungan.
Biodegradasi dengan memanfaatkan proses enzimatis (Bhattacharya, dkk., 2012)
merupakan pilihan yang paling baik dari segi keamanan lingkungan. Salah satu
sumber enzim untuk keperluan bioremediasi adalah bakteri Actinobacillus sp.
Kemiripan struktur antara p-kresol dan fenol serta terdapatnya ikatan rangkap
terkonjugasi pada p-kresol memungkinkan p-kresol mampu didegradasi oleh
isolat bakteri Actinobacillus sp.
Sunset yellow adalah senyawa azo yang digunakan sebagai bahan pewarna
sintetis untuk makanan. Komponen utama penyusun sunset yellow adalah
senyawa
disodium-2-hidroksi-1-(4-sulfonatofenilazo)naftalena-6-sulfonat
disajikan pada Gambar 2. Senyawa ini memberikan warna kuning hingga oranye
pada makanan. Penggunaan sunset yellow sebagai pewarna makanan diatur oleh
JECFA sejak tahun 1982 dan SCF sejak tahun 1984. Berdasarkan ADI
(Acceptable Daily Intake), konsumsi pewarna makanan ini dibatasi hanya sekitar
2,5 mg per kilogram berat badan. Senyawa ini bersifat karsinogenik jika
penggunaannya berlebihan (EFSA, 2009).Berdasarkan strukturnya, sunset yellow
merupakan salah satu senyawa hidrokarbon aromatik poliinti. Senyawa ini
tergolong sebagai senyawa turunan naftalena. Biodegradasi senyawa fenolik oleh
bakteri terjadi dengan adanya perombakan pada ikatan rangkap terkonjugasi atau
pada cincin aromatik. Sunset yellow yang memiliki tiga gugus aromatik (benzena)
dimungkinkan dapat didegradasi oleh isolat bakteri Actinobacillus sp.
OH
N
N
O
O
Na
S
O
O
Na
S
O
Gambar 2 Struktur Sunset Yellow
O
2
METODOLOGI
Penelitian diawali dengan pembuatan kurva pertumbuhan
isolatActinobacillus sp. pada media NC (1,5 g pepton dan 0,9 g beef
ekstrak) untuk mendapatkan fase pertumbuhan dan fase stasioner. Uji
biodegradasi dilakukan terhadap sampel p-kresol 40 ppm dan sunset yellow
70 ppm dalam media M9 (12,8 g Na2HPO4.7H2O, 3 g KH2PO4, 0,5 g NaCl
dan 1 g NH4Cl).
Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri
Sebanyak 1 ose bakteri dalam 25 ml media NC diinkubasi pada
temperatur 37 °C, dengan agitasi 80-90 rpm selama 24 jam. Kemudian
diukur nilai Optical Density(OD) menggunakan spektrofotometer sinar
tampak pada panjang gelombang 600 nm. Setelah dipastikan nilai
OD600sekitar 0,8, diambil 0,4 ml larutan kemudian diencerkan hingga 250
ml. Selanjutnya di inkubasi pada temperatur 37 °C, dengan agitasi 80-90
rpm dan diukur nilai OD600 setiap 2 jam selama 32 jam.
Uji Biodegradasi
Sebanyak 2 ose bakteri dibiakkan kedalam media NC dan diinkubasi pada
37 °C, 80-90 rpm selama 6 dan 20 jam. Biakan bakteri diambil sebanyak 20 ml
kemudian disentrifuge pada 4°C, 6000 rpm selama 15 menit. Supernatan hasil
sentrifuge dibuang, sementara pelet ditambah 1 mL media M9 dan dikocok
dengan kuat hingga larut sempurna. Pelet dan media M9 ditambahkan pada 100
mL media M9 yang mengandung 70 ppm sunset yellow dan 100 mL campuran
media M9 dan akuades yang mengandung 40 ppm p-kresol. Campuran kemudian
diinkubasi pada 37 °C, 80-90 rpm selama 40 jam dan ditentukanOptical Density
(OD) setiap 20 jam pada panjang gelombang 600 nm untuk mengetahui kenaikan
jumlah sel bakteri. Untuk mengetahui perubahan konsentrasi p-kresol dan sunset
yellow yang terdegradasi, campuran disentrifuge terlebih dahulu untuk
memisahkan sel bakteri. Supernatan yang jernih diambil untuk diukur serapannya
pada panjang gelombang 276 nm untuk p-kresol dan 482 untuk sunset yellow.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva Pertumbuhan Bakteri
Hasil kurva pertumbuhan isolat bakteri Actinobacillus sp. di media NC
seperti pada Gambar 3. Fase adaptasi tidak ditemukan, dimungkinkan karena
inokulum sudah dikulturkan dalam media cair. Fase pertumbuhan berada hingga
inokulum berumur 20 jam. Fase selanjutnya merupakan fase stasioner yang
dimulai ketika inokulum berumur 20 hingga 30 jam. Ketika inokulum berumur
lebih dari 30 jam terjadi penurunan jumlah sel bakteri yang berarti fase kematian
telah tercapai.
3
Kurva Pertumbuhan Bakteri Actinobacillus sp
1
OD 600
0,8
0,6
0,4
FaseStasioner
Fase Pertumbuhan
0,2
Fase
Kematian
0
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
Waktu (jam)
Gambar 3 Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri Actinobacillus sp.
UJI BIODEGRADASI p-KRESOL DAN SUNSET YELLOW OLEH
ISOLAT Actinobacillus sp. FASE PERTUMBUHAN (6 JAM) DAN FASE
STASIONER (20 JAM)
Isolat bakteri Actinobacillus sp. mampu mendegradasi p-kresol yang
teramati dengan meningkatnya kekeruhan campuran bakteri dan p-kresol.
Peningkatan kekeruhan diartikan sebagai kenaikan jumlah sel bakteri yang diikuti
dengan penurunan konsentrasi p-kresol. Pengukuran konsentrasi p-kresol diukur
pada panjang gelombang 276 nm. Selama inkubasi 40 jam, inokulum fase
pertumbuhan mampu mendegradasi p-kresol sebesar 56,763% sementara
inokulum fase stasioner mendegradasi p-kresol sebesar 36% seperti disajikan pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1
Penurunan Konsentrasi p-Kresol Hasil Degradasi Menggunakan Inokulum Fase
Pertumbuhan
41,190 ± 2,845
p-Kresol
terdegradasi (ppm)
0,000 ± 0,000
p-Kresol
terdegradasi (%)
0,000 % ± 0,000
39,000 ± 0,841
2,190 ± 3,687
5,318 % ± 0,818
17,810 ± 3,633
23,381 ± 6,478
56,763 % ± 6,755
Waktu
A276
Konsentrasi p-kresol
0
0,867 ± 0,052
20
0,821 ± 0,292
40
0,376 ± 0,077
Tabel 2
Penurunan Konsentrasi p-Kresol Degradasi Menggunakan Inokulum Fase
Stasioner
54,762 ± 0,566
p-Kresol
terdegradasi (ppm)
0,000 ± 0,000
p-Kresol
terdegradasi (%)
0,000 % ± 0,000
0,870 ± 0,003
41,333 ± 0,141
13,429 ± 0,706
24,522 % ± 1,022
0,738 ± 0,049
35,048 ± 2,309
19,714 ± 1,744
36,000 % ± 3,505
Waktu
A276
Konsentrasi p-kresol
0
1,152 ± 0,012
20
40
4
Penurunan konsentrasi p-kresol degradasi yang menggunakan inokulum
fase pertumbuhan lebih tajam dibandingkan degradasi yang menggunakan
inokulum fase stasioner seperti disajikan pada Gambar 4.
Amaks p-Kresol
(276 nm)
0,900
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,866
Inokulum Fase
Pertumbuhan
0,821
Inokulum Fase
Stasioner
0,654
0,555
0,376
0
10
20
30
40
Waktu (jam)
Gambar 4
KurvaPenurunan Konsentrasi p-Kresol Degradasi Menggunakan Inokulum
Fase Pertumbuhan dan Inokulum Fase Stasioner
p-Kresol sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi bagi isolat
bakteri Actinobacillus sp. didegradasi untuk dimanfaatkan dalam proses
pertumbuhan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah sel bakteri yang
disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 5. Makin cepat pertumbuhan, makin banyak
nutrisi yang dibutuhkan sehingga p-kresol sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi bagi isolat bakteri Actinobacillus sp. lebih banyak didegradasi oleh
inokulum fase pertumbuhan dari pada inokulum fase stasioner. Dapat dikatakan
bahwa inokulum fase pertumbuhan lebih efektif dalam mendegradasi p-kresol dari
pada inokulum fase stasioner.
Tabel 3Kenaikan Jumlah Sel Bakteri dalam p-Kresol dan Media M9
OD600menggunakan
Inokulum fase
Inokulum fase
pertumbuhan
stasioner
0,022 ± 0,005
0,040 ± 0,017
Waktu
(jam)
0
20
0,080 ± 0,001
0,129 ± 0,001
40
0,154 ± 0,006
0,219 ± 0,004
0,154
Densitas Bakteri
(OD600)
0,160
0,110
0,121
0,080
0,060
0,071
0,022
0,010
-0,040 0
10
20
30
40
inokulum fase
pertumbuhan
inokulum fase
stasioner
Waktu (jam)
Gambar 5
KurvaKenaikan Jumlah Sel Bakteri InokulumFasePertumbuhan dan Fase
Stasioner dalam p-Kresol dan Media M9
5
Isolat bakteri Actinobacillus sp. juga mampu mendegradasi sunset yellow.
Hal ini teramati dengan meningkatnya kekeruhan campuran bakteri dan
penurunan konsentrasi sunset yellow. Sunset yellow merupakan senyawa turunan
naftalena yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi seperti fenol dan pkresol.Selama inkubasi 40 jam inokulum fase pertumbuhan mampu mendegradasi
sunset yellow sebesar 2,022% sedangkan inokulum fase stasioner mampu
mendegradasi sunset yellow sebesar 11,888% disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Penurunan Konsentrasi Sunset Yellow Degradasi Menggunakan Inokulum Fase
Pertumbuhan
Tabel 4
0
0,537 ± 0,054
Konsentrasi
SY sisa
50,091 ± 3,150
20
0,530 ± 0,013
49,455 ± 3,022
0,636 ± 0,172
1,270 % ± 1,241
40
0,526 ± 0,004
49,091 ± 1,414
1,000 ± 0,564
2,022 % ± 0,234
Waktu
A482
SY terdegradasi
(ppm)
0,000 ± 0,000
SY terdegradasi
(%)
0,000 % ± 0,000
Penurunan Konsentrasi Sunset Yellow Degradasi Menggunakan Inokulum Fase
Stasioner
Tabel 5
Waktu
A482
0
0,614 ± 0,051
57,091 ± 6,428
0,000 ± 0,000
SY
terdegradasi
(%)
0,000 % ± 0,000
20
0,558 ± 0,027
52,000 ± 0,643
5,091 ± 0,129
8,917 % ± 0,926
40
0,546 ± 0,041
50,909 ± 1,929
6,182 ± 0,579
11,888 % ± 0,103
Konsentrasi
SY sisa
SY terdegradasi
(ppm)
Tabel 6 Kenaikan Jumlah Sel Bakteri dalam Sunset Yellow dan Media M9
Waktu (jam)
0
OD600 Menggunakan
Inokulum Fase
Inokulum Fase
Pertumbuhan
Stasioner
0,003± 0,001
0,022± 0,003
20
0,006± 0,003
0,030± 0,008
40
0,010 ± 0,003
0,048± 0,006
Jumlah sunset yellow yang dapat terdegradasi oleh Actinobacillus sp. lebih
kecil jika dibandingkan dengan p-kresol. Hal ini mungkin disebabkan karena
ikatan rangkap terkonjugasi pada sunset yellow lebih banyak dari pada p-kresol
serta berat molekul sunset yellow yang lebih besar menyebabkan sunset yellow
lebih sukar di degradasi oleh isolat bakteri Actinobacillus sp.
Daya degradasi inokulum fase pertumbuhan terhadap sunset yellow lebih
kecil dibandingkan inokulum fase stasioner. Kenaikan jumlah sel bakteri dalam
sunset yellow (Tabel 6) sangat kecil jika dibandingkan dengan kenaikan jumlah
sel bakteri dalam p-kresol. Hal tersebut diduga karena sunset yellow sebagai satusatunya sumber karbon lebih sulit didegradasi oleh isolat bakteri Actinobacillus
sp. dan sekedar untuk mempertahankan hidup,yang biasanya terjadi pada fase
stasioner. Oleh sebab itu inokulum pada fase ini akan lebih kuat dalam
mendegradasi sunset yellow dibandingkan inokulum pada fase pertumbuhan. Hal
tersebut juga dibuktikan dengan grafik penurunan konsentrasi sunset yellow yang
6
Amaks Sunset Yellow
(482 nm)
lebih tajam dibandingkan inokulum fase pertumbuhan. Sebaliknya kenaikan
jumlah sel bakteri inokulum fase stasioner lebih rendah dibandingkan inokulum
fase pertumbuhan seperti disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
0,620
0,614
0,606
0,600
0,601
0,596
Inokulum Fase
Pertumbuhan
0,580
0,560
0,546
0,540
0
10
20
30
Inokulum Fase
Stasioner
40
Waktu (jam)
Densitas Bakteri
(OD600)
Gambar 6
KurvaPenurunan Konsentrasi Sunset Yellow Degradasi
MenggunakanInokulumFasePertumbuhan dan Fase Stasioner
0,120
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000
0,103
0,048
0,044
Inokulum Fase
Stasioner
0,030
0,022
0
Inokulum Fase
Pertumbuhan
10
20
30
40
Waktu (jam)
Gambar 7
KurvaKenaikan Jumlah Sel Bakteri InokulumFasePertumbuhan dan Fase
Stasioner dalam Sunset Yellow dan Media M9
ANALISIS HASIL DEGRADASI p-KRESOL DAN SUNSET YELLOW
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Analisis
puncak
serapan
hasil
biodegradasi
menggunakan
spektrofotometer UV untuk p-kresolmenunjukkan munculnya puncak-puncak
serapan baru. p-Kresol sebelum degradasi menyerap maksimum pada panjang
gelombang 276 nm, namun setelah degradasi puncak serapannya pada 254,5 nm
jika menggunakan inokulum fase pertumbuhan dan pada 259 nm jika
menggunakan inokulum fase stasioner.Masing-masing spektrum p-kresol sebelum
dan setelah degradasi menggunakan inokulum yang berbeda disajikan pada
Gambar 8 dan Gambar 9.
7
Absorbansi (A)
1,5
Sampel p-Kresol 40 ppm
tanpa bakteri
A
1
0,5
B
0
245
260
275
290
305
320
335
350
λ (nm)
Gambar 8
Absorbansi (A)
A (276 nm: 1,232)
B (254,5 nm: 0,408)
Spektrum serapan sampel p-kresol sebelum dan setelah 60 jam degradasi
menggunakan inokulum fasepertumbuhan
1,5
Sampel p-Kresol 40 ppm
tanpa bakteri
A
1
0,5
Sampel p-Kresol 40 ppm
inkubasi 60 jam dengan
inokulum fase stasioner
B
0
245
260
275
290
305
λ (nm)
Gambar 9
Sampel p-Kresol 40 ppm
inkubasi 60 jam dengan
inokulum fase
pertumbuhan
320
335
350
A (276 nm: 1,232)
B (259 nm: 0,5137)
Spektrum serapan sampel p-kresol sebelum dan setelah 60 jam degradasi
menggunakan inokulum fasestasioner
Analisis
puncak
serapan
hasil
biodegradasi
menggunakan
spektrofotometer UV untuk sunset yellow menunjukkan munculnya puncakpuncak serapan baru. Sunset yellow sebelum degradasi menyerap maksimum pada
panjang gelombang 482 nm, namun setelah degradasi puncak serapannya pada
479,5 nm jika menggunakan inokulum fase pertumbuhan dan menggunakan
inokulum fase stasioner. Masing-masing spektrum sunset yellow sebelum dan
setelah degradasi menggunakan inokulum yang berbeda disajikan pada Gambar
10 dan Gambar 11. Munculnya serapan baru pada spektrum p-kresol dan sunset
yellow setelah degradasi menggunakan inokulum fase pertumbuhan dan inokulum
fase stasioner mengindikasikan terbentuknya senyawa baru hasil biodegradasi pkresol dan sunset yellow oleh Actinobacillus sp.
8
Absorbansi (A)
1
B
0,8
Sampel sunset yellow 70
ppm tanpa bakteri
A
0,6
Sampel sunset yellow 70
ppm inkubasi 60 jam
dengan inokulum fase
pertumbuhan
0,4
0,2
0
440
460
480
500
520
λ (nm)
540
560
580
A (482 nm: 0,7755)
B (479,5 nm : 0,7925)
Gambar 10 Spektrum serapan sampel sunset yellow sebelum dan setelah 60 jam degradasi
menggunakan inokulum fasepertumbuhan
Absorbansi (A)
1
B
0,8
Sampel sunset yellow
70 ppm tanpa bakteri
A
0,6
Sampel sunset yellow
70 ppm inkubasi 60 jam
dengan inokulum fase
stasioner
0,4
0,2
0
440
460
480
500
520
λ (nm)
540
560
580
A (482 nm: 0,7755)
B (479,5 nm : 0,7925)
Gambar 11 Spektrum serapan sampel sunset yellow sebelum dan setelah 60 jam degradasi
menggunakan inokulum fasestasioner
PENUTUP
Hasil penelitian membuktikan bahwa Actinobacillus sp. fase pertumbuhan
(umur 6 jam) lebih efektif dalam mendegradasi p-kresol yaitu sebesar 56,76%
dibandingkan fase stasioner (umur 20 jam) yaitu sebesar 36%. Sedangkan dalam
mendegradasi sunset yellow, Actinobacillus sp. fase stasioner lebih efektif
(11,88%) dibandingkan inokulum fase pertumbuhan (2,02%). Analisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis terhadap hasil degradasi menunjukkan
adanya puncak-puncak serapan baru yang mengindikasikan terbentuknya senyawa
baru.
DAFTAR RUJUKAN
Advisory Comittee of Existing Chemicals of the Association of German Chemist
(GDCh). 2003. m/p-Cresol Category. Jerman: UNEP Publication.
Bhattacharya, S., Das, A. & Nalini, P. 2012. Ex situ Biodegradation of Phenol by
Native Bacterial Flora Isolated from Industrial Effluent. J. Chem. Bio.
Phy. Sci. Sec. D., 2(2): 1091-1101.
9
European Food Safety Authority (EFSA). 2009. Scientific Opinion on the reevaluation of Sunset Yellow FCF (E110) as a Food Additive. EFSA
Journal, 7(11): 1330.
Khleifat, K. M. 2007a. Biodegradation of Phenol by Actinobacillus sp.:
Mathematical Interpretation and Effect of Some Growth Conditions.
Bioremediation Journal, 11(3).
Khleifat, K.M. 2007b. Effect of Substrate Adaptation, Carbon Starvation and Cell
Density on the Biodegradation of Phenol by Actinobacillus sp.
Fresensius Environtment Bulletin., 11(3).
Mahawati, E., Suhartono & Nurjazuli. 2006. Hubungan Antara Kadar Fenol
Dalam Urin Dengan Kadar Hb, Eritrosit, Trombosit dan Leukosit (Studi
Tenaga Kerja di Industri Karoseri CV Laksana Semarang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia., 5 (1).
Muntholib, Subandi & Kusumawati, R. 2011. Isolation and Identification of
Bacteria in Kefir Grains along with The Ability on Phenol
Biodegradation. Prosiding disajikan dalam the 2nd International Seminar
on Chemistry, 1(7): 293-296. Jatinangor, 24-25 November.
10
Download