BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu bara adalah salah satu kekayaan alam Indonesia. Menurut management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang berupa batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture. Batu bara berfungsi untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga coke untuk pembuatan baja. Menurut Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, batu bara menjadi bahan baku bagi industri nasional maupun manca negara. Batu bara bisa diperoleh dengan pertambangan. Menurut management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) perusahaan sedang atau menengah yang memiliki modal antara US$10 juta hingga US$50 juta bisa terjun ke bisnis pertambangan batu bara. Perusahaan juga perlu menilai kualitas batu bara di daerah pertambangan. Kualitas batubara adalah hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang ingin terjun ke pertambangan batu bara dengan tujuan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian yang akan ditambang. Besarnya area pertambangan batu bara yang tersebar di seluruh Indonesia cukup beragam tergantung dari cadangan batu bara di setiap titik yang sudah ditemukan hingga tahun 2011. Menurut Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral penyebaran cadangan batu bara yang tersebar di Indonesia hingga tahun 2011 digambarkan sebagai berikut: 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Batu Bara Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di batu bara Indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lainlain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya. Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap, yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5-10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut. Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat 10 2 Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara Cadangan batu bara di Indoensia tersebar di darah Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut management batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com), World Energy Council memperkirakan cadangan batubara dunia terbukti mencapai 847.488 juta ton pada akhir 2007 yang tersebar di lebih dari 50 negara. Di Indonesia sendiri, menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM Bambang Setiawan yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, sumber daya dan cadangan batu bara nasional sebesar 105,2 miliar ton. Sedangkan nilai cadangan sebesar 21,13 miliar ton. Besarnya cadangan batu bara nasional menyebabkan peningkatan produksi batu bara setiap tahunnya. Menurut data ESDM, produksi batu bara Indonesia meningkat dari 132,352,025 ton per 2004, hingga 275,164,196 ton pada tahun 2010. Sementara total ekspor meningkat dari 93,758,806 ton per 2004 hingga 208,000,000 ton per 2010. Statistik data pasokan batu bara dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara dijabarkan sebagai berikut: 3 Gambar 1.2. Realisasi Produksi, Ekspor, Impor, dan Kebutuhan dalam Negeri Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara Menurut Fajar Widhiyanto dalam artikelnya yang berjudul “Ironi Eksploitasi Tanpa Kontrol” di majalah Investor bulan April 2011 mengatakan dengan mencermati volume produksi batu bara tiap tahun, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan produksi sebesar 14,8%. Untuk pertumbuhan ekspor, berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), pertumbuhan ekspor mengalami peningkatan hingga 15,1% per tahun. Sementara pertumbuhan penjualan domestik hanya sebesar 13,8%. Ketua umum APBI Kamandanu mengungkapkan pada Konferensi Tahunan Batu bara Indonesia ke 3, yang berlangsung di Jakarta (31/3), Indonesia kini menempati posisi teratas sebagai eksportir batu bara thermal, melampaui raja ekspor Australia. Kondisi ini disebabkan karena melimpahnya cadangan batu bara Indonesia. Batu bara memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia. Menurut Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, pertambangan batu bara punya arti sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Bukan hanya sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam bentuk pajak maupun royalti, tetapi juga sebagai pemasok energi primer. Tingkat ketergantungan terhadap batu bara 4 semakin hari semakin besar, diikuti dengan harga minyak yang semakin melambung, karena batu bara berperan besar menjadi energi pengganti yang effisien dan ekonomis. Menurut Singgih dari Masyarakat Batubara Indonesia yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, batu bara tak sekedar komoditas ekonomi, tetapi juga economic booster. Selain itu, menurut data dari Ditjen Minerba, saat ini batu bara juga sudah merupakan revenue driver di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena setiap kenaikan US$1 per ton batu bara, akan memberikan kenaikan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) batu bara sebesar Rp361 miliar. Sementara PNBP dari mineral dan batu bara tahun 2010 tercatat sebesar Rp18,7 triliun, naik 22% dari tahun 2009 yang sebesar Rp15,3 triliun. Kenaikan komoditas batu bara mengikuti kenaikan harga minyak dunia, karena batubara adalah komoditas subtitusi minyak. Permintaan batubara ke depan akan mengalami peningkatan yang cukup besar. Menurut Makmun dari Peneliti Utama Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (www.majalahtambang.com) permintaan batu bara dapat diukur berdasarkan kebutuhan impor batu bara dari beberapa negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data yang dirilis oleh Merrill Lynch 8 Juni 2010, kebutuhan impor batu bara pada tahun 2009 mencapai 591 metrik ton (Mt), tahun 2010 diperkirakan naik menjadi 635 Mt dan pada tahun 2015 diperkirakan akan naik menjadi 803 Mt. International Energy Agency (IEA) memprediksi pada 1990 total konsumsi batubara dunia baru mencapai 3.461 juta ton, pada 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton atau meningkat sebesar 59,5%, atau rata-rata 3,5% per tahun. Kontribusi batu bara untuk pembangkit listrik dunia diperkirakan akan meningkat dari 41% pada 2006 menjadi 46% pada 2030. Meningkatnya peran batu bara sebagai pemasok energi di masa-masa mendatang membuat industri ini memiliki daya tarik yang sangat besar bagi para investor tak terkecuali di Indonesia. 5 Kenaikan harga dan konsumsi batu bara menyebabkan banyak Investor yang tertarik untuk mengelola bisnis pertambangan batu bara. Namun menurut Frans S Imung dalam artikelnya yang berjudul “Metamorfosis Bisnis Indika” di majalah Investor bulan April 2011, investasi batu bara tak hanya diminati di lahan pertambangan. Di bursa saham, likuiditas saham sektor ini meningkat tajam, terutama setelah bencana tsunami melanda Jepang. Hingga April 2011, Jepang membutuhkan 90 juta ton batu bara. Pasokan dari Indonesia sekitar 28 hingga 30 juta ton. Menurut Satrio Utomo analis pertambangan dari Universal Broker Indonesia, yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, emiten batu bara dengan volume pasar spot besar seperti Indo Tambang Raya (ITMG) dan Harum Energy terimbas sentimen positif karena produk-produk mereka memang paling banyak digunakan di Jepang, Ada banyak pilihan saham batu bara di daftar emiten BEI. Pilihan saham-saham batu bara di daftar emiten BEI dijabarkan sebagai berikut: 1. Indika Energy Tbk (INDY) 2. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) 3. Indo Tambangraya Megah (ITMG) 4, Bumi Resources Tbk (BUMI) 5. Darma Henwa Tbk (DEWA) 6. Adaro Energy Tbk (ADRO) 7. Brau Coal Energy Tbk (BRAU) 8. Bayan Resources Tbk (BYAN) 9. Harum Energy Tbk (HRUM) 10. Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) 11. Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) 12. Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) 6 13. ATPK - ATPK Resources Tbk 14. BORN - Borneo Energy Tbk Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011. Dari ke 14 perusahaan batu bara tersebut, menurut Frans S Imung, perusahaan batu bara dengan total aset diatas Rp10 triliun adalah Bumi Resources (BUMI), Adaro Energy (ADRO), Brau Coal (BRAU), dan Indika Energy (INDY). BUMI yang ditopang Kaltim Prima Coal memiliki keuanggulan dari sisi keuangan dibanding emiten batu bara lainnya. Pangsa pasar BUMI mencapai 38.31% pada tahun 2010, diikuti ADRO sebesar 26.94%, dan INDY sebesar 18.51%. Perkembangan pangsa pasar batu bara selama 5 tahun terakhir ketiga emiten diatas dijabarkan sebagai berikut: Gambar 1.3. Pangsa Pasar Penjualan Batu Bara Nasional Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011. Menurut Frans S Imung, investasi batu bara yang sangat diminati pada sekor pertambangan oleh investor, minat tersebut juga cukup besar di sektor bursa saham. Di bursa saham, likuiditas saham sektor batu bara meningkat tajam, terutama setelah bencana tsunami melanda Jepang. Banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di bursa saham pada sektor batu bara karena peningkatan produksi perusahaan batu bara yang cukup besar, terutama pada ekspor. Namun menurut Edbert Suryajaya dalam artikelnya berjudul “How to Read the Sentiment in Stock Market” di majalah Investor bulan Febuari 2011 pada umumnya sebagian besar investor mulai berinvestasi pada pasar saham yang sudah cukup tinggi. Investor mulai membeli saham karena investor – investor yang lain telah banyak membeli. Menuru Edbert, banyak 7 sekali investor yang akan terpancing untuk terus menanamkan dananya di pasar saham karena menganggap sekarang saat yang tepat untuk berinvestasi. Akibatnya, Investor terjebak dengan membeli saham pada harga yang sudah tinggi (overvalued stock) dari harga pasar (hasil hitungan harga valuasi fundamentalnya). Apabila investor membeli saham–saham yang sudah mahal, Investor memiliki potensi keuntungan yang terbatas, dan potensi merugi yang lebih besar. Pada akhirnya, saham–saham yang mereka beli disaat yang sudah tepat (menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan kerugian bagi mereka. Menghadapi kondisi demikian, apa yang mereka lakukan? Edbert menjelaskan, investor yang menghadapi kondisi penurunan harga saham dan menyebabkan kerugian, mulai menjual saham–saham yang mereka miliki. Tekanan jual yang semakin hebat mengakibatkan harga saham di bursa pun melaju turun, bahkan terkadang dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kondisi penurunan yang cukup tinggi dalam periode tersebut akan menyebabkan saham menjadi sangat murah dari harga pasar atau undervalued. Kondisi kerugian dialami investor karena kebanyakan investor tidak terlalu paham perihal siklus pasar dan ekonomi, rasio–rasio financial, analisa fundamental, ataupun pertumbuhan perusahaan. Ketidakpahaman tersebut menyebabkan banyak dari mereka yang terjebak dengan mengikuti investor yang lain yang terlebih dahulu telah banyak membeli saham. Oleh karena itu, mereka pun seringkali tidak memahami apa yang menyebabkan harga saham–saham yang mereka beli disaat yang sudah tepat (menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan kerugian bagi mereka. Kondisi dimana Investor mengalami kerugian disebabkan karena Investor mulai berinvestasi pada saham yang harganya sudah cukup tinggi. Dengan ketidakpahaman Investor tentang tools untuk berinvestasi, penulis tertarik untuk membahas tools mengenai Investasi, yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi nilai interinsik 8 saham dalam tesis berjudul “Analisa Valuasi Saham Dengan Menggunakan Discounted Cash Flow Pada Emiten Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut: Apakah harga saham emiten batu bara pada tanggal 2 Maret 2009, 30 Desember 2009, 8 Febuari 2010, 9 Desember 2010, 24 Januari 2011, dan 22 July 2011 pada kondisi mahal, sesuai, atau murah apabila dibandingkan dengan nilai interinsiknya (analisa fundamental)? 1.3. Tujuan dan manfaat penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan valuasi nilai saham emiten perusahaan batu bara di PT Bursa Efek Indonesia. Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Penulis Memahami lebih dalam tentang saham melalui valuasi fundamental dengan menggunakan metode discounted cash flow. 2. Pembaca Sebagai tools yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi saham. 3. Universitas Sebagai tambahan database penelitian tentang valuasi saham. 4. Peneliti Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4. Ruang lingkup penelitian Penelitian dilakukan sebatas pada saham-saham batu bara yang terdaftar pada PT Bursa Efek Indonesia pada waktu yang dijabarkan sebagai berikut: a. 2 Maret 2009 yaitu dimana ekonomi sedang dalam resesi global, 9 b. 30 Desember 2009 dimana ketika ekonomi sedang dalam pemulihan, c. 8 Febuari 2010 dimana ketika ekonomi sedang dilanda spekulasi negatif akibat lanjutan dari resesi, d. 9 Desember 2010 dimana ketika pada saat optimisme global dan domestik sedang membaik, e. 24 Januari 2011 dimana ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga, f. 22 July 2011 dimana ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik Tools yang digunakan untuk mencari nilai interinsik adalah Discounted Cash Flow. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. BAB 2: LANDASAN TEORI Pada bab 2, akan dijelaskan mengenai landasan teori. Disini penulis akan menjabarkan tentang investasi dan rumus-rumus yang digunakan dalam penelitian. BAB 3: METODOLOGI Pada bab 3, akan dijelaskan metodologi. Disini akan dijabarkan metode penelitian seperti kerangka pikir dengan membuat denah proses yang akan dijalankan peneliti. BAB 4: PEMBAHASAN Pada bab 4, akan dijabarkan proses dan hasil penelitian dengan detail. BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab 5, merupakan kelanjutan dari hasil penelitian dengan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. Terakhir adalah saran yang dapat penulis berikan. 10 21 kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit. 2.1.1. Kualitas Batu Bara Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di (www.batubara-indonesia.com) kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batu bara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan unsur jarang. Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboratorium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. Kualitas batu bara ini diperlukan untuk menentukan apakah batu bara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian. 2.2. Investasi Perlu ditelusuri lebih lanjut definisi investasi, macam investasi, risiko dalam melakukan investasi, produk–produk investasi, hingga proses keputusan investasi. 22 2.2.1. Definisi Investasi Definisi investasi menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: 1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal 30 Januari 2008, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kemampuan akan modal, atau dapat diartikan sebagai suatu pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran sekarang untuk memperoleh keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang. Dengan bahasa yang lebih sederhana, investasi adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik itu dengan dibelikan properti, ditabung atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan tujuan mendapat keuntungan setelah masa atau periode yang ditentukan sebelumnya. 2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:hal1), investasi adalah suatu komitment dari uang atau sumber daya lain dengan mengharapkan dapat mendapat keuntungan di masa yang akan datang. Contohnya seorang individu membeli saham dengan mengharapkan keuntungan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan risiko yang ada. 3. Menurut Reilly dan Brown dalam bukunya yang berjudul “Investment Analysis And Portfolio Management” (2007:hal6), investasi adalah sebuah komitmen dari sejumlah dollar untuk periode waktu tertentu dengan mempertimbangkan: a. Waktu yang diharapkan; b. Inflasi yang diharapkan; c. Segala sesuatu yang harus dibayarkan dikemudian hari. 23 1. (broker). Belum tentu investasi yang komisinya tinggi memberikan hasil yang relatif lebih baik dibandingkan dengan investasi sejenis dengan komisi yang rendah. 2. Jangan letakkan semua telur kedalam satu keranjang. Apabila investor meletakkan semua telur atau investasi pada satu instrumen investasi, apabila instrumen investasi tersebut jatuh, maka hasil investasi tersebut akan jatuh semua. Tetapi apabila investasi pada beberapa instrumen investasi, maka apabila ada instrumen investasi yang jatuh, maka yang jatuh hanya satu instrumen. 3. Jangan mengambil keputusan dalam kondisi panik. Kondisi sedang panic akan menghilangkan kejernihan berpikir. Jangan membeli setelah kenaikan harga yang besar karena panik atau ikut investor lain, kemungkinan besar harga akan segera turun. 4. Jangan terlalu percaya bahwa dengan mengikuti prediksi dan spekulasi para pakar dan analis akan memberikan kesuksesan. Hal ini disebabkan karena tidak satu pun orang yang tahu dengan pasti apa yang bakan terjadi di masa yang akan dating. Bahkan kalau ada sekalipun, tidak akan dipublikasikan di koran atau majalah. 5. Jangan mencampurkan dana investasi dengan dana untuk kebutuhan transaksi karena akan mengacaukan kondisi keuangan investasi. Jangan abaikan untuk membayar utang konsumtif yang ditanggung, misalnya utang kartu kredit, kredit mobil yang lebih tinggi dari bunga tabungan, karena akan mengikis hasil keuntungan investasi. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, proses keputusan investasi merupakan keputusan yang berkesinambungan (on going process) dengan tahap-tahap sebagai berikut: 24 1. Penentuan Tujuan berinvestasi Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai. 2. Penentuan Kebijakan Investasi Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing-masing apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal. 3. Pemilihan strategi portofolio dan asset Setelah mengetahui hal-hal pada poin 1 dan 2 di atas maka kita dapat membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal. 4. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup populer yaitu Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures. 2.3. Pasar Modal (Capital Market) Pada bagian pasar modal, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian pasar modal, fungsi pasar modal, manfaat pasar modal, peran startegis pasar modal dan instrumen pasar modal. 2.3.1. Pengertian Pasar Modal Definisi pasar modal menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: 1. Menurut undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dari website bapepam (www.bapepam.go.id) tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, 25 Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. 2. Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt dari bukunya yang berjudul “Financial Management” (2006;hal960), pasar modal adalah pasar keuangan obligasi perusahaan jangka panjang, atau saham perusahaan. 3. Menurut Ross, dari bukunya yang berjudul “Modern Financial Market” (2008;hal15), pasar modal adalah pasar untuk hutang jangka panjang dengan pembayaran jangka waktu tertentu dan untuk saham perusahaan. Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah kegiatan pasar keuangan yang berhubungan dengan perusahaan publik dalam lingkup hutang atau saham. Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Menurut website infovesta (www.infovesta.com), melalui pasar modal, dunia usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil 26 pembangunan melalui kepemilikan saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan usaha Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitias (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkat kebutuhan untuk aktivitas produksi. Oleh karena itu untuk memudahkan masyarakat dan para produsen untuk mendapatkan permodalan maka pemerintah bersama-sama lembaga-lembaga ekonomi menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Perbedaan antara pasar modal dengan pasar uang adalah jangka waktunya. Dalam pasar uang, diperdagangkan surat berharga berjangka waktu pendek, sedangkan dalam pasar modal, diperdagangkan surat berharga berjangka waktu panjang. 2.3.2. Fungsi Pasar Modal Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. 27 Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara karena pasar modal mempunyai 2 fungsi, yaitu: 1. Fungsi ekonomi. Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana. 2. Fungsi keuangan. Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas. Sedangkan fungsi pasar modal di Indonesia meliputi: 1. Sebagai sarana badan usaha untuk mendapatkan tambahan modal 2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan; 3. Memperbesar produksi dengan modal yang didapat sehingga produktivitas meningkat; 4. Menampung tenaga kerja; dan 5. Memperbesar pemasukan pajak bagi pemerintah 28 2.3.3. Manfaat Pasar Modal Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, secara umum, manfaat dari keberadaan pasar modal adalah: 1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi. 3. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara. Maksudnya jika pasar modal berkembang maka diharapkan perekonomian juga akan berkembang. 4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai pada lapisan masyarakat menengah 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional. 2.3.4. Peran Strategis Pasar Modal Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan pasar modal akan menunjang kegiatan peningkatan GDP. Dengan kata lain, berkembangnya pasar modal akan mendorong pula kemjuan ekonomi suatu negara. 29 2.3.5. Instrumen Pasar Modal Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar Modal di Indonesia memiliki beberapa instrumen yang diperjualbelikan. Instrumen-instrumen tersebut dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar, yaitu instrumen yang tergolong ke dalam ekuitas, obligasi, dan derivatif dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Ekuitas Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham. Memiliki instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis ini adalah saham. Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). 2. Obligasi Obligasi berbeda dengan ekuitas yang telah diterangkan sebelumnya. Perusahaan sering memanfaatkan pasar ini untuk mencari pinjaman langsung dari investor dengan menerbitkan income securities utang suratfixed yaitu berupa dokumen yang menyatakan kesediaannya membayar sejumlah uang tertentu di masa depan. Selain akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan investor, perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga secara berkala. Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap periode dalam jumlah tetap, maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan disebut efek berpendapatan tetap. 30 3. Derivatif Derivatif merupakan bentuk turunan dari sekuritas utama yang ada, dalam hal ini saham. Derivatif yang banyak dikenal di Indonesia barulah warrant dan right dengan penjelasan sebagai berikut: a. Warrant Merupakan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan pada waktu yang telah ditetapkan pula. B. Right Mirip dengan warrant, right juga merupakan hak untuk membeli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Right diberikan pada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan pada secondary offering. Beda dengan warrant masa perdagangan right sangat singkat, berkisar antara 1-2 minggu saja. Contoh dari right dan warrant dijelaskan sebagai berikut: 2.4. Saham Pada bagian saham, penulis akan menjabarkan seluk beluk tentang saham mulai dari pengertian, risiko, hingga teknis analisa saham. 2.4.1. Pengertian Saham Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: 1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan atau tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim 31 atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Menurut website investorwords (www.investorwords.com) yang ditulis oleh managemen WebFinance, saham adalah sebuah instrumen dengan memberikan komposisi ekuisitas dari perusahaan yang menunjukan seberapa besar investor memiliki porsi dari perusahaan tersebut. 3. Menurut website investopedia (www.investopedia.com) yang ditulis oleh managemen Investopedia, saham adalah surat berharga kepemilikan perusahaan yang menyatakan besaran porsi perusahaan terhadap asset dan ekuisitas. Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat beharga yang menentukan besaran porsi kepemilikan dari sebuah perusahaan. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. 2.4.2. Bursa Saham Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta (2008), bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO). Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat penampungan untuk perdagangan ini. 32 2.4.3. Menentukan Harga Saham Harga saham setiap perusahaan tidaklah sama, harganya akan berbeda-beda. Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Semua itu ditentukan oleh pendapat perusahaan. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah potensi pertumbuhan keuntungan. Perusahaan tadi mungkin hanya dapat menghasilkan Rp10 juta tahun ini, tapi tahun depan berpeluang mendapatkan Rp20 juta. Untuk tingkat keuntungan 10% dan potensi pertumbuhannya, mungkin perusahaan tersebut bisa dijual dengan harga Rp150 juta. Inilah yang menjadi alasan banyak saham yang mengalami kenaikan yang sangat pesat walaupun sekarang mereka tidak lagi banyak menghasilkan keuntungan. 2.4.4. Apa yang Menyebabkan Gejolak Harga Saham? Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga saham dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu: 1. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik dan lain sebagainya dapat memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. 2. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan tersebut secara individual. Apa yang menyebabkan volatilitas atau gejolak harga adalah karena sering adanya perbedaan opini tentang kemana arah profitabilitas perusahaan tersebut. Di saat banyak orang berpikir bahwa profitabilitas suatu perusahaan menurun, maka akan lebih banyak 33 yang menjual sahamnya sehingga harganya akan menurun. Tentu saja, hal yang sebaliknya juga dapat terjadi. Menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth Management (www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto, kondisi lainnya yang dapat terjadi pada saham, yaitu saham tersebut menjadi saham gorengan. Saham gorengan adalah saham yang dijadikan ajang spekulasi sehingga pergerakan harganya seolah-olah terpisah dari faktor-faktor fundamental perusahaan tersebut dan terpisah dari sentimen pasar secara keseluruhan. Saham-saham ini harganya sangat sering dipermainkan.Harga saham ini dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan corporate action yang akan dilakukan perusahaan. Biasanya dengan memanfaatkan corporate action, akan ada rumor-rumor mengenai corporate action sehubungan dengan harga saham tersebut. Satu atau beberapa “Bandar” dan kawanannya bekerja sama untuk berusaha menggiring pergerakan saham. Sebagian besar saham yang dijadikan saham gorengan ini bukanlah saham-saham blue chip, melainkan saham-saham berkapitalisasi kecil dan dapat berpotensi untuk menimbulkan cerita yang dapat dihembuskan. Mengapa saham blue chip sulit untuk digoreng? Berikut beberapa alasannya: 1. Jumlah saham blue chip yang beredar biasanya jauh lebih banyak sehingga sulit untuk memonitor pergerakannya; 2. Pemiliknya sangat heterogen baik dari dalam maupun luar negeri sehingga mungkin tidak tertarik goreng-menggoreng; 3. Karena pemegang saham sangat banyak dan bervariasi dapat memungkinkan tidak adanya pemegang saham mayoritas sehingga tidak ada yang dapat berperan sebagai bandar. 34 Dengan adanya saham-saham gorengan ini jangan kaget apabila menemukan sahamsaham yang harganya melambung tinggi dengan sangat cepat atau pun sebaliknya. Karena itu investor harus berhati-hati dengan sekedar rumor-rumor dan omongan orangorang. Investor harus mengecek dan melakukan analisa sendiri terhadap kondisi pasar. Contoh saham gorengan menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth Management (www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto adalah sebagai berikut: 1. Dayaindo Resources / KARK (batubara) KARK termasuk salah satu saham yang mencetak lonjakan saham yang cukup spektakuler. Pada awal tahun, harga saham ini masih melata di bawah Rp50,- per saham. Memasuki april harganya melejit dan sempat memasuki harga Rp750- per saham atau naik sebesar 1.315%. Tapi pada tgl 19/9 harganya kembali anjlok menjadi Rp395,- per saham. Lejitan harga saham ini sering dikaitkan dengan langkah KARK yang sejak Juli lalu menyatakan akan terjun ke bisnis batubara. Isu-isu mengenai rencana corporate action ini dapat dijadikan rumor bagi para pemain untuk menggerakan harga saham. 2. Central Korporindo (CNKO) Harga saham CNKO sempat terbang karena rencana pembangunan tiga PLTU di Kalimantan. Namun hingga kini pembangunan tersebut tak kunjung selesai. Demikian juga dengan rumor awal bahwa CNKO akan membuka lokasi tambang baru di Papua. Namun kemudian rencana ini batal karena infrastrukturnya sulit dan batu baranya basah sehingga biaya eksploitasinya mahal dan sebagai gantinya CNKO akan melirik lokasi di Jambi, Sumatera Selatan dan Riau. Pergerakan coporate action seperti ini akan sangat mudah dimanfaatkan untuk menjadi rumor. 35 Melihat situasi maraknya saham-saham gorengan sebaiknya para investor pemula berhati-hati untuk tidak mudah ikut dalam rumor-rumor, sehingga dapat mencegah kerugian yang besar, meskipun dalam saham-saham gorengan mungkin saja dapat untung banyak dalam waktu singkat. 2.4.5. Dividen Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul “Financial Management” (2005;605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat pengembalian, yaitu dividend dan kenaikan harga saham. Perusahaan perlu mempertimbangkan lebih lanjut diantara keputusan membagikan dividen atau internal financing. Investor yang dapat berpikir secara rasional, dapat menerima keputusan perusahaan dengan internal financing ketimbang dividen. Karena dengan membagikan dividen, maka jumlah arus kas akan berkurang. Selain kenaikan harga ataupun penambahan modal, dividen merupakan salah cara untuk dapat menghasilkan keuntungan. Banyak perusahaan yang membayarkan dividen tunai tahunan yang mencerminkan bagian dari profit perusahaan tersebut. Pembagian dividen sepenuhnya merupakan kebijakan perusahaan tersebut dan mereka tidak wajib melakukannya. Akan tetapi pada umumnya mereka tetap akan memberikan sebagian dari profitnya sebagai bentuk penghargaan kepada para investornya. 2.4.6. Tipe Saham Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock) 2.4.6.1. Saham biasa (common stock) Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: 1. Menurut Keown (2005;hal261), common stock mempresentasikan kepemilikan dari sebuah perusahaan. adalah saham yang 36 2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:G3) common stock adalah ekuitas, atau ekuisitas security, yang diterbitkan dan menjadi kepemilikan publik berdasarkan presentase dari perusahaan tersebut. 3. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis” (2001:220) common stock adalah jenis saham yang mempresentasikan kepemilikan dan pemilik saham memiliki risiko yang sangat tinggi dan imbal hasil yang tinggi tergantung dari kinerja perusahaan. Dengan merangkum tiga definisi common stock tersebut, common stock adalah jenis saham yang mempresentasikan kepemilikan perusahaan berdasarkan besarnya presentase saham yang dimiliki. Menurut Keown (2005;hal261), common stock tidak memiliki maturity date tetapi keberadaan saham tersebut tetap ada seiring dengan perusahaam yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan dapat memberikan dividen pada pemegang saham. Tetapi sebelum pengumuman ke publik tentang perusahaan dalam pembagian dividen, jajaran direksi harus mendeklarasikan terlebih dahulu. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan jika perusahaan memperoleh laba. Pemegang saham jenis ini mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal yang ditanamkan. Keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham ini berupa dividen yang berasal dari keuntungan perusahaan. Pemegang saham ini tidak memiliki jaminan pasti atas return yang dihasilkan perusahaan. Apabila perusahaan mendapatkan 37 keuntungan, maka pemegang saham akan mendapatkan dividen sebesar alokasi yang ditetapkan oleh RUPS. Namun, apabila perusahaan suatu saat dilikuidasi atau bangkrut, pemegang saham jenis ini adalah yang paling akhir mendapatkan hak atas aset perusahaan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi dan pemegang saham preferen dibayar sebesar nilai par sekuritas mereka. Selain keuntungan berupa dividen, pemegang saham biasa juga bisa mendapatkan keuntungan dari selisih nilai beli dengan nilai jual sahamnya. Katakanlah, jika anda membeli sebuah saham pada harga Rp500,- dan menjualnya saat harga mencapai Rp600,- maka anda akan memperoleh keuntungan sebesar Rp100,- dikalikan dengan jumlah saham yang anda jual. Keuntungan jenis ini disebut capital gain. Sebaliknya jika harga saham mengalami penurunan, maka anda mengalami kerugian yang disebut capital loss. Karakteristik lain dari saham biasa, selain klaim atas aset perusahaan paling rendah dibandingkan dengan komponen perusahaan yang lain, juga tidak adanya maturity date atau tanggal jatuh tempo. Orang yang mempunyai saham memiliki hak untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan. Besar kecilnya hak suara yang dimiliki sesuai dengan besar kecilnya saham yang dimiliki, semakin banyak persentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sesuai dengan proporsi saham dan mempunyai hak untuk mengalihkan kepemilikkan sahamnya kepada orang lain. 38 2.4.6.2. Saham preferen (preferred stock) Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: 1. Menurut Keown (2005;hal256), preferred stock adalah hybrit security dengan campuran karakteristik antara obligasi dengan saham 2. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis” (2001:hal220), preferred stock adalah saham yang masuk kategori kelas khusus karena memiliki preferensi atau fitur tidak dinikmati oleh saham biasa. 3. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:G-3) preferred stock adalah saham dalam perusahaan dan perusahaan wajib membayar aliran tetap atau dividen. Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa preferred stock adalah tipe saham yang khusus yang berbeda dari saham biasa, dimana pemegang preferred stock dapat menikmati fungsi ganda dari preferred stock tersebut seperti obligasi dan saham. Menurut Wild (2001:hal220), preferred stock biasanya adalah pemegang saham yang senior dengan pembagian dividen tetap. Pemegang preferred stock mendapatkan dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa mendapatkan dividen. Pemegang saham preferen dapat berupa obligasi atau kreditur dan pemegang saham biasa. Perbedaan penting antara para pemegang saham preferen dan kreditur adalah bahwa pemegang saham lebih disukai perusahaan karena biasanya pemegang saham preferen tidak memiliki hak untuk menuntut penebusan saham mereka. Namun demikian, beberapa saham preferen memiliki hak untuk menentukan tanggal penebusan yang disesuaikan dengan laporan keuangan perusahaan. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham jenis preferen memiliki sifat hybrid yang 39 artinya selain memiliki karakteristik sebagai saham, juga memiliki sifat seperti halnya obligasi. Jika investor memiliki saham jenis ini, investor akan mendapatkan pembayaran secara teratur sebesar harga dari saham dikalikan dengan bunga setiap tahun (sifat obligasi). Apabila saham preferen anda berjenis cumulative, maka jika anda belum menerima pembayaran dividen tahun lalu akan diakumulasikan dengan dividen tahun berjalan. Jenis yang lain yaitu non cumulative, yang artinya anda tidak akan menerima dividen yang tidak dibayarkan periode lalu, sedangkan yang berjenis participating akan menerima peningkatan nilai dividen proporsional mengikuti peningkatan dividen saham biasa. Pemilik saham preferen memiliki hak suara untuk memilih direktur perusahaan, hanya jika dividen tidak dibayarkan selama setahun atau lebih. Sifat preferen ini tercermin pula pada perlakuan yang diterima saat perusahaan dilikuidasi. Pemilik saham ini akan menerima pembayaran sebesar harga pari saham sebelum dividen atas pemegang saham biasa dibayarkan. Oleh karena banyak sifat saham jenis ini yang menyerupai obligasi, maka beberapa pihak menggolongkannya ke dalam fixed income. Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) ada persamaan antara saham preferen dengan obligasi : 1. Ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya 2. Selama masa saham berlaku dividen akan tetap 3. Memiliki hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa Saham preferen lebih aman dibandingkan saham biasa karena memiliki klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Dan pemiliknya 40 akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa, contohnya hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak terlambat. Tetapi saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa karena jumlahnya sedikit. 2.4.7. Keuntungan dan Risiko Saham Berikut adalah keuntungan dan risiko dalam berinvestasi saham. 2.4.7.1.Keuntungan Saham Menurut Keown (2005;hal605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat pengembalian, yaitu dividen dan kenaikan harga saham yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Dividen Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis” (2001:hal221) ada 2 macam dividen yang dijelaskan sebagai berikut: a. Dividen kas Dividen kas adalah distribusi dividen berupa uang kas. Dividen ini adalah dividen yang paling umum dan ketika perusahaan mengumumkan pembagian dividen, maka pada laporan keuangan masuk pada hutang perusahaan kepada pemegang saham. Dividen bentuk lain, seperti dividen properti. Dividen ini dibayar dengan aset perusahaan, barang, atau dalam saham perusahaan lain. Dividen tersebut dinilai berdasarkan nilai pasar dari aset yang didistribusikan. b. Dividen saham Dividen saham berupa distribusi dari perusahaan membayar pemegang saham dengan saham. Efek dari pembayaran saham ini adalah pengaruh terhadap kapitalisasi pasar, sehingga berpengaruh secara permanen. Untuk skala kecil, 41 dividen saham kira-kira antara 20%-25% dari saham yang beredar sesuai dengan harga saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan. Untuk skala besar, ukuran dividen saham lebih dari 25% saham yang beredar sesuai dengan harga saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp3,000,- kemudian menjualnya dengan harga Rp3,500,- per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp500,- untuk setiap saham yang dijualnya. 42 2.4.7.2. Risiko Saham Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal 30 Januari 2008 sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Capital Loss Merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. 2. Risiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. 2.4.8. Teknik Analisa Saham Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, Dalam melakukan suatu investasi, seorang investor sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar, seperti apakah harga saham dipasar mencerminkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan? Jika tidak, berapa nilai sebenarnya dari saham tersebut? Nilai intrinsik (intrinsic value) merupakan nilai sebenarnya dari suatu saham, dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah 43 saham dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced), atau dinilai terlalu tinggi (overvalued). Sedangkan harga pasar saham (current market price) adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Investor perlu menganalisis saham dengan tujuan untuk menaksir nilai intrinsic suatu saham perusahaan, lalu membandingkannya dengan harga saham saat ini untuk mengetahui tingkat kewajaran harga saham. Untuk itu, ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis saham suatu perusahaan yang dikutip dari website infovesta (www.infovesta.com) yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu, dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average, volume perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham. 2. Analisis Fundamental Analisis fundamental ini menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Analisis ini mencoba untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data fundamental, yaitu laporan keuangan perusahaan, seperti laba, dividen, penjualan, struktur modal, risiko dan sebagainya. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah harga saham pasar sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. 44 Menurut website PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.com), ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata (arithmatic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, 2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, 3. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Jakarta. Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, perhitungan indeks di BEJ menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average index). Rumus dasar penghitungan indeks adalah: Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini x harga pasar hari ini atau disebut sebagai kapitalisasi pasar. Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di bursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan pergerakan harga saham. 2.5. Index Harga Saham Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu. 45 Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun, misal jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara ratarata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. Untuk mengetahui pergerakan harga saham, dapat dilihat dengan menggunakan system Relative Strength Index (RSI) yang ditulis oleh Hendra Syamir pada buku “Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia” (2005;186). Indikator RSI ini menghitung perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan kedalam indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100. Formulasi RSI adalah sebagai berikut: RSI=100-100/(1+RS) 2.6. Discounted Cash Flow (DCF) Menurut Keown (2005;hal438), untuk mengerti bagaimana mengukur nilai shareholders, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana menilai perusahaan di pasar modal. Ada dua buah cara yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Accounting Model Pada accounting model, yang diutamakan adalah price earning ratio dan earning per share, sebagai contoh spabila ada perusahaan dengan rasio P/E sebesar 20, maka dengan peningkatan $1 pada earning per share (EPS), maka akan meningkatkan $20 equity value per share. Sebaliknya, apabila EPS berkurang $1, maka akan menurunkan $20 pada share value. (A.J.Keown, et al. 2005, p. 439). 46 2.5.2.1 Competing Models of Equity Valuation Discounted Cash Flow Model Accounting (Earning) Model Equity Value Price earning ratio Value Drivers Determinants of accounting earning and the price-earning ratio x Earning per share Present value of future cash flow Determinants of firm future cash flows and the opportunity Source : A.J.Keown, et al, Financial Fundamental, p. 439 2. Valuasi Free Cash Flow Model Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan harga saham tertinggi. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut metode terminal value. Menurut Keown (2005;hal440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut: firm value = free cash flow1 (1+ kwacc)1 + free cash flow2 free cash flow3 + + 2 (1+ kwacc) (1+ kwacc)3 free cash flow4 (1+ kwacc)4 + terminal value4 (1+ kwacc)4 terminal value4 = free cash flow5 kwacc Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut: 47 Calculation of free cash flow Net operating income (NOI) Less: taxes Equals: net operating income after tax Plus: depreciation expense Less: new investment made during the period additional net working capital and capital expenditures Equals: free cash flow Selanjutnya masuk pada rumus untuk mencari share value Firm value = Debt value + Equity Value Share value = equity value number of shares 2.7.1. Weight Average Cost of Capital Menurut Keown (2005;hal406) Weight Average Cost of Capital (WACC) adalah rata-rata dari after tax cost dari seluruh sumber modal perusahaan untuk proyek pembiayaan. Istilah Weight merefleksikan proporsi dari kenaikan seluruh pembiayaan modal dari setiap sumber yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Cost of Debt Komponen WACC yang pertama adalah biaya yang harus dikeluarkan dari hutang. Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of Financial Management (2005;hal315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai berikut: Kd = Y x ( 1 - T ) keterangan: Kd adalah Cost of Debt Y adalah yield to maturity T adalah pajak. 48 2. Cost of Equity Komponen kedua dari WACC adalah Cost of Equity. Cost of Equity merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membiayai ekuitas seperti dividend dan biaya untuk preferend stock. Menurut Keown (2005;hal412), menghitung cost of equity dapat menggunakan capital asset pricing model (CAPM). CAPM adalah hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko yang tergolong systematic (beta) untuk aset yang berisiko. Ada 2 buah keuntungan menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan 2. CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen, sehingga dapat diaplikasikan untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen. Menurut Keown (2005;hal412) rumus dari CAPM adalah sebagai berikut: kc = krf + ß x (km - krf) keterangan: kc adalah CAPM krf adalah risk-free rate ß adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat pengembalian saham perusahaan. km adalah require rate of return. Untuk menghitung ß menggunakan rumus sebagai berikut: ß= Co Variance Rs, Rm Variance Rm Untuk mencari Co Variance berikut: Rs, Rm dan Variance Rm menggunakan rumus sebagai 49 keterangan: Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun Rs adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun Rm adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun Dari cost of equity dan cost of debt yang sudah diketahui, maka rumus untuk mencari WACC menurut Arthur (2005;hal414) adalah sebagai berikut: WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya equisitas] 49 13. BORN - Borneo Energy Tbk 14. BRAU - Berau Coal Energy Tbk Saham-saham batubara tersebut akan dianalisa menggunakan metode DCF dengan framework sebagai berikut: 3.1. Tabel Framework Hasil dari DCF adalah nilai fair value per lembar setiap perusahaan akan dilihat dengan harga saham perusahaan saat ini (11 July 2011) apakah saat ini harga saham-saham batu bara sedang di bawah atau diatas nilai intrinsiknya. 3.2. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data pendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitan lapangan dan kepustakaan yang dijabarkan sebagai berikut: 50 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan topik penelitan di Pojok Bursa Efek Indonesia, BloombergBusinessweek.com, finance.yahoo.com, Majalah Investor Febuari 2011 hingga April 2011, Real Time Investor, duniainvestasi.com, serta website lain yang menunjang penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan adalah data sekunder, karena data-data yang diambil dalam penelitan ini bukan dari sumber informasi utama, tetapi sudah tersedia dan dipublikasikan pada masyarakat luas oleh Bursa Efek Indonesia dan website terkait. Data penelitian yang dikumpulkan adalah harga saham, dan laporan keuangan emiten batu bara yang terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta pada tahun 2008 hingga 2010. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari buku-buku dari perpustakaan, majalah, dan jurnal yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan data sekunder. Jurnal yang terkait penelitian ini adalah journal yang disusun oleh Robert F. Bruner, Robert M. Conroy, Wei Li, Elisabeth F. I’Halloran, dan Miguel Palacios Lleras pada journalnya yang berjudul “Investing In Emerging Markets” dengan penerbit The Research Foundation of AIMR (2003). Pada journal tersebut, Robert F, Bruner, et al menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari Emerging Markets. Investor yang ingin berinvestasi pada saham-saham di Emerging Markets untuk melengkapi portofolio global, perlu melakukan valuasi dengan yang teknik mendasar seperti discounted cash flow. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah inflasi dan korupsi dimana keduanya adalah risiko utama yang perlu diperhatikan ketika berinvestasi pada emerging market. 51 3.3. Company Profile Penjelasan singkat tentang perusahaan batu bara yang akan diteliti didapat dari realtime investor.com dijabarkan sebagai berikut: 1. PT Indika Energy Tbk. (INDY) IDNY adalah sebuah perusahaan energi batu bara Indonesia, menyediakan solusi energi terintegrasi melalui investasi dalam bidang sumber daya energi, jasa energi dan infrastruktur energi. Didirikan pada tahun 2000, Indika Energy (sebelumnya dikenal sebagai PT Indika Inti Energi) telah tumbuh menjadi perusahaan energi terkemuka yang terintegrasi melalui investasi strategis di bidang produksi batubara (PT Kideco Jaya Agung), Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) jasa (PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering), dan proyek pembangkit listrik (PT Cirebon Electric Power). Pada akhir tahun 2007, Indika Energy melaporkan aset bersih konsolidasi sebesar Rp 5,0 triliun (US$531.900.000), pendapatan sebesar Rp 2,3 triliun (US$248.100.000), dan keuntungan bersih sebesar Rp264.900.000.000,- (US$28.100.000). Indika Energy mempekerjakan 689 staf di seluruh Indonesia. PT Kideco Jaya Agung (Kideco) adalah perusahaan batu bara ketiga terbesar di Indonesia, diukur dengan kapasitas dan jumlah produksi. Kideco mulai produksi komersial dengan 1,4 juta ton pada tahun 1993 dan telah secara konsisten meningkatkan produksi tahunan sebesar ke 20,5 juta ton pada tahun 2007. Kideco merupakan salah satu produsen biaya terendah batu bara di area konsesi Indonesiaoperating 50.400 hektar di Pasir Kalimantan Timur dan memegang hak pertambangan batu bara di bawah generasi pertama Kontrak Karya Batubara (CCOW) dengan Pemerintah Indonesia sampai 2023. Pelanggan Kideco termasuk perusahaan pembangkit listrik terkemuka di 15 negara di Asia, Eropa dan Amerika Utara. PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering 52 (Tripatra) adalah penyedia jasa terkemuka di Indonesia logistik, rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) jasa untuk sektor energi Indonesia. Didirikan pada tahun 1973, Tripatra telah membentuk track record yang terbukti di pasar EPC dengan basis klien yang beragam yang terdiri dari perusahaan domestik internasional dan utama dalam sektor energi dan infrastruktur, termasuk ExxonMobil, Chevron, BP, Hess, Conoco Phillips, Telkom, PGN, dan Excelcomindo. Didirikan pada bulan April 2007, PT Cirebon Electric Power (CEP) adalah sebuah konsorsium yang memiliki proyek pembangkitan listrik internasional yang melibatkan pemain internasional terkemuka di sektor energi dan infrastruktur di Asia, termasuk Marubeni Corporation, Korea Power Midland, dan Samtan. 660-megawatt pembangkit listrik proyek yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat, dilengkapi dengan teknologi boiler terbaru dan paling canggih ultra atau super-kritis dirancang untuk mengkonsumsi rendah kalori batubara. Proyek, yang akan memerlukan total investasi sebesar US $ 779.000.000, diharapkan akan selesai pada tahun 2011. Laba bersih INDY melonjak menjadi Rp264.969 miliar pada 2007 dari Rp177.264 miliar di tahun 2006. Laba bersih lebih tinggi sejalan dengan penjualan bersih meningkat dari Rp188 triliun menjadi Rp2.336 triliun. 2. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 di Tanjung Enim dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam. Namun kerja tambang telah dieksploitasi sejak tahun 1919 di bawah Pemerintah Belanda Indie. Ambil alih oleh Jepang pada 1942, dan dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia pada 1945. Pada 30 Oktober 1990, Tambang Batubara bergabung dengan perusahaan perum, Sawahlunto. Pada 1983, perusahaan yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengembangkan batubara gundu. 53 Perusahaan ini telah berhasil membukukan laba bersih Rp760,207 miliar pada tahun 2007, naik dari Rp485,670 miliar di tahun 2006. Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan penjualan bersih yang melangkah naik dari Rp3,533 triliun menjadi Rp4,123 triliun. 3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) ITMG didirikan dengan PT nama. Megah Indotambangraya pada tanggal 2 September 1987 di Jakarta. Pada 26 September 1988 Perusahaan mengubah nama dengan PT. Indo Tambangraya Megah. Perusahaan memiliki anak perusahaan terdiri dari PT. Indominco Mandiri, PT.Trubaindo Coal Mining, PT. Bharinto Ekatama, PT. Kitadin dan PT. Jorong Barutama Greston. Sampai saat ini ITMG memusatkan perhatiannya pada pertambangan batu bara. 4, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) BUMI adalah perusahaan batu bara dengan gabungan 3 perusahaan besar yaitu Arutmin Indonesia, Kaltim Prima Coal dan Gallo Oil. Perusahaan ini mulai go publik pada tanggal 30 juli 1990. Saat ini BUMI adalah perusahaan batu bara terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 38%. Laba bersih naik 255,41% pada tahun 2007 menjadi USD789 juta dari USD222 juta pada tahun 2006. Penjualan bersih naik menjadi USD2 miliar dari USD1851000000. 5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) DEWA adalah anak usaha Bumi Resources dan didirikan pada tahun 1991. Perusahaan didirikan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berbasis di Jakarta, tahun 1996. Lingkup usaha DEWA berada pada kegiatan yang menyediakan keahlian kontrak di alat berat, pertambangan Earthworks massal, umum konstruksi, teknik sipil dan pemeliharaan tanaman. Henry Walker Eltin (HWE) yang dijual Perseroan pada bulan Mei 2005. Pada bulan Maret 2007 54 Perusahaan mendapat tambang batu bara di Bengalon, Kalimantan Timur dan kontrak untuk Asam-Asam, Kalimantan Selatan. Sebelum itu, Perusahaan Diberikan USD1.25 Milyar Kontrak Bengalon pada bulan Mei 2004. Sejak September 2007, saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). 6. PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) ADRO didirikan dengan nama PT Padang Karunia, sebuah perseroan terbatas yang didirikan di Indonesia pada tahun 2004. Pada 18 April 2008, Padang Karunia berubah nama menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk menjadi perusahaan publik. Visi Adaro Energy adalah menjadi tambang batubara terbesar dan paling efisien terpadu dan perusahaan energi di Asia Tenggara. ADRO dan anak perusahaannya saat ini bergerak dalam pertambangan batu bara dan perdagangan, infrastruktur dan logistik batubara, dan jasa kontraktor penambangan. Setiap anak perusahaan yang beroperasi diposisikan sebagai pusat laba yang bekerja secara mandiri dan terintegrasi sehingga ADRO dapat menghasilkan produksi batu bara yang kompetitif dan dapat diandalkan dan rantai pasokan batu bara yang menghasilkan nilai pemegang saham yang optimal. Di masa depan, ADRO dapat daftar anak perusahaan melakukan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan selanjutnya. Selain cadangan batu bara, ADRO memiliki aset berkualitas tinggi untuk mendukung operasi seperti jalan angkutan 75 kilometer yang menghubungkan lokasi pertambangan dengan Fasilitas Crushing di Kelanis dan Terminal Batubara di Pulau Laut. Selain itu, melalui anak perusahaannya, ADRO memiliki armada penambangan lengkap termasuk Mesin Bor, bulldozer, Wheel Dozer, Excavator, Grader, Truk Artikulasi, Dump Truk, Wheel Loader, Kepala Truk, Kapal, Dollys, penghancur, dan lainnya. 55 7. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) BYAN didirikan oleh Dato 'Tuck Kwong dengan memulai bisnis di Indonesia pada tahun 1973 ketika ia mendirikan sebuah perusahaan konstruksi yang berupa pekerjaan sipil umumnya dan konstruksi kelautan. Pengalaman yang luas selama berada di perusahaan dan pengetahuan dalam teknik sipil memungkinkan untuk menjelajah ke kontrak pertambangan batubara pada tahun 1988. Setelah itu pada bulan November 1997, Dato 'Low mengakuisisi konsesi pertambangan pertama melalui PT. Gunungbayan Pratamacoal, dan PT Dermaga Perkasapratama yang memiliki dan mengoperasikan Terminal Batubara Balikpapan pada tahun 1998. Sejak itu, sejumlah konsesi baru telah diperoleh dan diformalkan menjadi sebuah struktur memegang hukum melalui BYAN. Sejak tahun 2001, Grup Bayan rata-rata telah menambahkan satu konsesi baru untuk portofolio setiap tahun. Grup Bayan terus menerus untuk mengevaluasi peluang batubara baru di Indonesia dan berniat untuk melakukan akuisisi tambahan dengan tambang batu bara yang memiliki potensi yang strategis. 8. PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK) Perseroan didirikan dengan nama PT. Perdana Karya Kaltim pada tanggal 7 Desember 1983 di Samarinda. Pada 22 Desember 2006 Perusahaan berubah nama dengan PT. Perdana Karya Perkasa. Lingkup PKPK adalah pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi, dan jasa konstruksi. 9. PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI) Resource Alam Indonesia (KKGI) adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia bergerak di bidang pertambangan batu bara dan tekanan tinggi laminasi (HPL). Segmen usaha yang dibagi menjadi batu bara, tekanan tinggi laminasi dan laminasi melamin papan partikel. Tiga lokasi penambangan batubara berada di Simpang 56 tambang Pasir, Gunung Pinang dan Purwajaya. Perusahaan ini merupakan bagian dari Bumi Raya Utama Group dan mengoperasikan fasilitas produksi di Pontianak, Kalimantan Barat dan Palembang, Sumatera Selatan. Anak perusahaan, PT Insani Baraperkasa Resource Alam Indonesia dan PT Energi, terlibat dalam kegiatan metana batubara dan pertambangan batubara. 10. PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) GTBO adalah sebuah perusahaan pertambangan batubara di Indonesia. Pada tahun 2008, Garda Tujuh Buana telah menghasilkan 30.000 metrik ton (MT) batubara. Proyek pertambangan Perseroan berlokasi di Kalimantan Timur. 11. PT ATPK Resources Tbk. (ATPK) ATPK adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia bergerak di bidang pertambangan batubara dan mineral lainnya, eksploitasi minyak dan gas dan investasi dalam bisnis energy yang berhubungan, seperti perdagangan batubara, operasi pipa pembangkit listrik, minyak dan gas, bahan bakar gas cair (LPG) dan gas alam terkompresi (CNG) tanaman, kilang tambang, dan lain-lain. Anak perusahaan bergerak dalam bidang jasa eksplorasi, pertambangan batubara, pertambangan nikel, pembangkit listrik, dan minyak dan gas. Anak perusahaan adalah PT ATPK Daya Resources, PT ATPK Energy Resources, PT Modal Investasi Mineral, PT MIM Geoservices Technology, PT Sarana Mandiri Utama, PT Saptajaya Menjak Sengewari, PT Tuhup Coal Mining, PT Damanka Prima, PT Mega Alam Sejahtera, PT MIM Nikelindo Mulia, PT Wahana Bumi Mulia dan PT Otoma global Mitra. 12. PT Harum Energy Tbk. (HRUM) PT Harum Energy (HRUM) adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia yang menjalani operasi pertambangan batubara. Anak perusahaan HRUM adalah PT 57 Mahakam Sumber Jaya, yang bergerak di bidang pertambangan, industri dan perdagangan. PT Tambang Batubara Harum adalah anak usaha HRUM yang bergerak di bidang pertambangan, anak usaha lainnya adalah PT Santan Batubara,. Anak usaha HARUM lainnya yang bergerak di bidang pertambangan batubara di Kalimantan Timur; PT Layar Lintas Jaya, lalu anak usaha yang terlibat dalam pengiriman; Harum Energi Australia Limited, yang bergerak dalam kegiatan investasi, dan Harum Energy Capital Limited, yang bergerak dalam kegiatan investasi. 13. PT Borneo Lumbung Energi & Logam Tbk (BORN) BORN adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Indonesia terlibat dalam kegiatan pertambangan batu bara. Anak perusahaan BORN PT Asmin adalah Koalindo Tuhup (AKT), yang bergerak dalam bisnis pertambangan batu bara, dan Kalimantan PT Mining Services yang bergerak dalam bisnis pertambangan batu bara di bidang sewa peralatan yang berhubungan dengan alat berat. Perseroan melalui anak perusahaannya, AKT terlibat dalam pertambangan batubara kokas keras (bahan baku pembuatan baja) di Kalimantan Tengah, Indonesia. Pasar dari produk BORN adalah China, India, Jepang, Taiwan, Turki dan Korea Selatan. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai fair value saham-saham batu bara dengan menggunakan metode discounted cash flow (DCF). Untuk meggunakan metode DCF, terlebih dahulu perlu dikumpulkan data-data sebagai berikut: 1. Harga saham-saham batu bara selama 2010 per hari, 2. Index IHSG selama 2010 per hari, 3. Laporan keuangan saham-saham batu bara tahun 2010. 4. Sertifikat Bank Indonesia tahun 2010. Saham-saham batu bara yang diukur terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Sahamsaham tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. INDY - Indika Energy Tbk 2. PTBA - Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 3. ITMG - Indo Tambangraya Megah 4, BUMI - Bumi Resources Tbk 5. DEWA - Darma Henwa Tbk 6. ADRO - Adaro Energy Tbk 7. BYAN - Bayan Resources Tbk 8. PKPK - Perdana Karya Perkasa Tbk 9. KKGI - Resource Alam Indonesia Tbk 10. GTBA - Garda Tujuh Buana Tbk 11. ATPK - ATPK Resources Tbk 12. HRUM - Harum Energy Tbk 48 BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab 4, penulis akan menjelaskan lebih rinci proses untuk mencari nilai interinsik suatu perusahaan dengan metode discounted cash flow (DCF). Metode DCF memerlukan beberapa tahap yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Mencari weight average cost of capital (WACC) Menurut Keown (2005;hal414), rumus dari WACC adalah sebagai berikut: WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya equisitas] cost of debt = biaya hutang cost of equity = biaya ekuisitas proporsi biaya hutang = proporsi dari biaya hutang proporsi biaya ekuisitas = proporsi dari biaya ekuisitas Untuk mencari cost of debt dan cost of equity dijabarkan sebagai berikut: a. Cost of debt Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of Financial Management (2005;315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai berikut: Kd = Y x ( 1 - T ) keterangan: Kd adalah Cost of Debt Y adalah yield to maturity T adalah pajak (pajak perusahaan 25%) 58 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian pada bab 4, maka kesimpulan yang dapat diberikan dijabarkan sebagai berkut: 1. Tahun 2009, nilai interinsik ADRO berada pada Rp983. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada pada Rp740. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada Rp1,703. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal. 2. Tahun 2010, nilai interinsik ADRO berada pada Rp419. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada pada Rp1,840. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada Rp2,625. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal. 3. Tahun 2011, nilai interinsik ADRO berada pada Rp2,086. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada pada Rp2,350. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal. 125 59 Untuk menghitung yield to maturity menggunakan rumus sebagai berikut: Yield = interest / principal Principal dicari dengan menjumlahkan seluruh kewajiban yang memiliki bunga. Sedangkan interest adalah bunga dari seluruh kewajiban. Untuk mencari principal, penulis menggunakan refrensi thesis dari mahasiswi Binus Yesika Dian Pramesti yang berjudul “A Financial Performance Valuation Analysis Through Economic Value Added on Merger & Acquisition Approach Between State Owned Banks (Case Study of PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Tabungan Negara (Persero)” (2007). Untuk pajak, menurut pajak.go.id, pajak seluruh perusahaan adalah 25%. b. Cost of equity Cost of Equity merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membiayai ekuisitas seperti dividen dan biaya untuk preferend stock. Menurut Keown (2005;hal412), menghitung cost of equity dapat menggunakan capital asset pricing model (CAPM). CAPM adalah hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko yang tergolong systematic (beta) untuk aset yang beresiko. Ada 2 buah keuntungan menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut: 1) Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan 2) CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen. Sehingga dapat diaplikasikan untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen. Menurut Keown rumus dari CAPM adalah sebagai berikut: kc = krf + ß x (km - krf) 60 keterangan: kc adalah CAPM krf adalah risk-free rate ß adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat pengembalian saham perusahaan. km adalah require rate of return. Untuk menghitung ß menggunakan rumus sebagai berikut: Co Variance Rs, Rm ß= Variance Rm Untuk mencari Co Variance Rs, Rm dan Variance Rm menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun Rs adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun Rm adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun Hasil dari beta dapat dilihat pada appendix a. Untuk mencari beta, risk-free rate, dan require rate of return, penulis menggunakan refrensi thesis dari mahasiswi Binus Yesika Dian Pramesti yang berjudul “A Financial Performance Valuation 61 Analysis Through Economic Value Added on Merger & Acquisition Approach Between State Owned Banks (Case Study of PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Tabungan Negara (Persero)” (2007). Risk-free rate didapat dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan require rate of return didapat dari tingkat pertumbuhan IHSG. Setelah biaya hutang dan biaya ekuisitas diketahui, maka WACC dapat dihitung. Menurut Keown (2005;hal414), rumus dari WACC adalah sebagai berikut: WACC = [after-tax cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya equisitas] Untuk lebih jelasnya, akan diberikan contoh dari Keown (2005;hal414) sebagai berikut: Sebuah perusahaan diketahui cost of debt sebesar 3.72%, dan cost of equity sebesar 10.18%. Maka nilai WACC adalah: Weighted Average Cost of Capital Source of Capital Percent of Capital Debt Equity 30.50% x 69.50% x 100% Weighted cost of Capital 3,72% = 1.10% 10.18% = 7.10% 8.20% Cost of Capital Sumber: Financial Management Arthur J. Keown (419;2005) Maka nilai WACC dari cost of debt sebesar 3.72%, dan cost of equity sebesar 10.18%. adalah 8.20% 2. Mencari discounted cash flow Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan harga saham yang wajar. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan 62 pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut juga metode terminal value. Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul Financial Management (2005;440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut: firm value = free cash flow1 1 (1+ kwacc) free cash flow4 4 (1+ kwacc) terminal value4 = free cash flow2 2 (1+ kwacc) + + + free cash flow3 3 (1+ kwacc) terminal value4 4 (1+ kwacc) free cash flow4 kwacc Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut: Calculation of free cash flow Net operating income (NOI) Less: taxes Equals: net operating income after tax Plus: depreciation expense Less: new investment made during the period additional net working capital and capital expenditures Equals: free cash flow Operating Income didapat dari gross margin sales. Working capital dan capital expenditure, didapat dengan menggunakan proporsi kenaikan sales. Pada contoh yang diberikan, Arthur berasumsi didapat kenaikan 10% pada sales masuk pada working capital, dan 40% sales masuk capital expenditure ditambah dengan depresiasi. Namun, Arthur tidak menjelaskan dasar dari asumsi tersebut termasuk planning selama 4 tahun kedepan mulai dari sales, operating income, hingga depresiasi. Sehingga disini penulis menggunakan asumsi berdasarkan presentase kenaikan selama 4 hingga 5 tahun. Untuk perusahaan yang baru berjalan kurang dari 4 tahun, dan perusahaan yang abnormal seperti mengalami penurunan operating income sebesar 200% lebih selama 4 tahun terakhir, penulis akan menggunakan + 63 asumsi berdasarkan rata-rata industri. Untuk asumsi, dapat dilihat detail pada appendix b. Hasil dari kalkulasi nilai perusahaan, maka selanjutnya akan dimasukan kedalam rumus: Firm value = Debt value + Equity Value Menurut Arthur, Debt value adalah jumlah interest-bearing debt. Disini penulis mendapat nilai interest-bearing debt dari perhitungan cost of debt diamana di perhitungannya didapat dari seluruh kewajiban yang memiliki bunga. Setelah diketahui equity value, maka proses selanjutnya adalah: Share value = equity value number of shares Number of shares adalah jumlah saham yang beredar. Dengan demikian, nilai interinsik per lembar saham dapat dicari. 4.1.Mencari Nilai Interinsik Pada bagian 4.1, penulis mulai mencari nilai interinsik dari ke 14 perusahaan batu bara yang akan dijabarkan satu per satu. Ke 14 perusahaan tersebut adalah: INDY, PTBA, ITMG, BUMI, DEWA, ADRO, BRAU, BYAN, HRUM, PKPK, KKGI, GTBO, ATPK, dan BORN. Mencari nilai interinsik dimulai dari mencari cost of debt, cost of equity, WACC, estimasi arus kas, dan nilai interinsiknya. Setelah nilai interinsik diketahui, akan dicari titik terendah dan tertinggi. Titik terendah dicari pada saat pasar saham sedang turun (bearish) dan titik tertinggi dicari pada saat pasar saham sedang naik (bearish) pada tahun 2009, 2010, dan 2011 (hingga 26 july 2011). 4.1.1. Adaro Energy (ADRO) Proses hitung nilai interinsik ADRO dijabarkan sebagai berikut: 1. Menghitung cost of debt 64 Tabel 4.1. Cost of debt ADRO ADRO Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam juta rupiah) 2010 2009 134.698 5.102.587 188.000 1.823.127 5.548.196 5.237.285 7.559.323 2.303.985 109.144 2.025.321 142.783 Total hutang kepada pihak ketiga = 2.413.129 2.168.104 Total (a) = 7.650.414 9.727.427 1.048.252 729.260 Hutang bank Hutang bank jangka pendek Hutang bank jangka panjang jatuh tempo Hutang bank jangka panjang Total hutang bank = Pihak ketiga Pihak ketiga Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Interest Biaya bunga Total Interest expense (b) = 1.048.252 13,70% 729.260 7,50% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 10,28% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 5,62% Interest Rate kb (b/a) = 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut Tabel 4.2. Cost of Equity ADRO ADRO Cost of Equity 2010 2009 N 244 242 apendix a Ket CoVariance 0,000180323 0,000038648 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 1,124496634 0,169564796 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 48,43% Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis 19,39% 3. Mencari WACC apendix a c c + (b x (a-c)) 65 Tabel 4.3. WACC ADRO ADRO Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan Cost of debt 10,28% 5,62% a Cost of Equity 48,43% 19,39% b Percent of debt 17,50% 22,48% a / (a+b) x 100% c 82,50% 77,52% b / (a+b) x 100% d 41,75% 16,30% (a x c) + (b x d) Percent of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan ADRO dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan ADRO selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Nilai untuk asumsi dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.5. Pertumbuhan ADRO Untuk Asumsi 2011 Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital 2007 - 2010 32,20% 61,59% 4,35% 42,89% 39,89% Sumber: hitungan penulis Untuk mencari nilai interinsik pada tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data actual dan forecast. Nilai share value untuk ADRO tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: 66 Tabel 4.6. Estimasi Arus Kas ADRO Untuk Tahun 2009 ADRO Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) Sales 26.938.020.000.000 24.689.333.000.000 31.202.818.186.577 39.434.676.618.626 Operating income 13.024.258.536.842 6.284.233.000.000 8.043.201.617.009 10.165.141.265.400 Less: tax 3.256.064.634.210 1.571.058.250.000 2.010.800.404.252 2.541.285.316.350 Net operating profits after tax 9.768.193.902.631 4.713.174.750.000 6.032.401.212.757 7.623.855.949.050 Plus: depreciation expense 3.618.507.000.000 4.856.141.000.000 5.906.903.077.551 7.185.026.951.972 In net working capital 7.840.833.000.000 4.406.759.000.000 4.046.066.207.390 5.113.490.438.970 In new capital (CAPEX) 1.106.262.000.000 2.250.548.000.000 1.371.816.196.559 1.733.725.709.263 Total net investment for the period 8.947.095.000.000 6.657.307.000.000 5.417.882.403.949 6.847.216.148.232 4.439.605.902.631 2.912.008.750.000 6.521.421.886.358 7.961.666.752.790 Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 16,30% free cash flow 2012 k wacc 4.439.605.902.631 1 (1+16,30%) 7.961.666.752.790 4 (1+16,30%) = firm value = 7.961.666.752.790 16,30% = 2.912.008.750.000 + + 2 (1+16,30%) = 48.847.766.560.184 + 6.521.421.886.358 (1+16,30%)3 48.847.766.560.184 (1+16,30%)4 4.439.605.902.631 + 2.912.008.750.000 7.961.666.752.790 + 48.847.766.560.184 + 6.521.421.886.358 41.170.253.518.208 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 9.727.427.000.000 number of shares = 31.985.960.000 firm value = 41.170.253.518.208 = + debt value + equity value 9.727.427.000.000 + equity value = 31.442.826.518.208 31.985.960.000 equity value = 31.442.826.518.208 Share value = equity value number of shares Nilai interinsik ADRO untuk 2009 adalah Rp983. = 983 + 67 Tabel 4.7. Estimasi Arus Kas ADRO Untuk Tahun 2010 ADRO Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 32.640.265.496.563 41.952.358.991.473 53.921.143.047.527 69.304.557.298.979 Operating income 8.231.072.942.333 13.024.258.536.842 16.740.009.966.919 21.515.845.443.321 Less: tax 2.057.768.235.583 3.256.064.634.210 4.185.002.491.730 5.378.961.360.830 Net operating profits after tax 6.173.304.706.749 9.768.193.902.631 12.555.007.475.189 16.136.884.082.491 Plus: depreciation expense 4.856.141.000.000 5.819.445.809.399 6.973.839.830.542 8.357.229.120.256 In net working capital 4.406.759.000.000 5.304.648.751.183 6.818.036.720.833 8.763.186.198.946 In new capital (CAPEX) 2.250.548.000.000 2.076.838.785.932 2.669.349.804.279 3.430.901.053.017 Total net investment for the period 6.657.307.000.000 7.381.487.537.115 9.487.386.525.111 12.194.087.251.963 4.372.138.706.749 8.206.152.174.914 10.041.460.780.620 12.300.025.950.783 Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 41,75% free cash flow 2013 k wacc 4.372.138.706.749 (1+41.75%)1 12.300.025.950.783 (1+41.75%)4 = firm value = = + + 12.300.025.950.783 41,75% 8.206.152.174.914 (1+41.75%)2 = 29.460.637.031.562 + 10.041.460.780.620 (1+41.75%)3 29.460.637.031.562 (1+41.75%)4 4.372.138.706.749 + 8.206.152.174.914 12.300.025.950.783 + 29.460.637.031.562 + 10.041.460.780.620 + 21.037.393.305.423 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 7.650.414.000.000 number of shares = 31.985.960.000 firm value = 74.372.124.332.298 = debt value + equity value 7.650.414.000.000 + equity value = 13.386.979.305.423 31.985.960.000 equity value = 13.386.979.305.423 Share value = equity value number of shares + Nilai interinsik ADRO untuk 2010 adalah Rp419. = 419 68 Tabel 4.8. Estimasi Arus Kas ADRO Tahun 2011 ADRO Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 32.640.265.496.563 43.151.709.756.035 57.048.250.880.961 75.420.022.682.227 Operating income 8.231.072.942.333 10.881.800.904.030 14.386.167.118.743 19.019.076.547.498 Less: tax 2.057.768.235.583 2.720.450.226.008 3.596.541.779.686 4.754.769.136.874 Net operating profits after tax 6.173.304.706.749 8.161.350.678.023 10.789.625.339.057 14.264.307.410.623 Plus: depreciation expense 6.938.875.737.213 13.877.751.474.426 27.755.502.948.852 55.511.005.897.704 3.171.272.780.667 4.192.546.859.123 5.542.711.201.982 7.327.681.359.535 345.637.131.755 456.945.829.438 2.633.090.864.460 5.027.875.221.195 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow 3.516.909.912.422 4.649.492.688.562 8.175.802.066.442 12.355.556.580.730 9.595.270.531.539 17.389.609.463.887 30.369.326.221.466 57.419.756.727.598 Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 41,75% free cash flow 2014 k wacc 9.595.270.531.539 (1+41,75%)1 57.419.756.727.598 (1+41,75%)4 = 9.595.270.531.539 = + + 57.419.756.727.598 = 41,75% 137.530.003.445.618 17.389.609.463.887 30.369.326.221.466 (1+41,75%)2 + (1+41,75%)3 137.530.003.445.618 (1+41,75%)4 + 17.389.609.463.887 + 30.369.326.221.466 57.419.756.727.598 + 137.530.003.445.618 firm value = 74.372.124.332.298 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 7.650.414.000.000 number of shares = 31.985.960.000 firm value = 74.372.124.332.298 = + debt value + equity value 7.650.414.000.000 + equity value equity value = 66.721.710.332.298 Share value = equity value number of shares = 66.721.710.332.298 = 2.086 31.985.960.000 Nilai interinsik ADRO untuk 2011 adalah Rp2.086. + 69 4.1.2. PT Borneo Energy Tbk (BORN) Proses hitung nilai interinsik BORN adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.9. Cost of debt BORN BORN Laporan keuangan 2010 (dalam juta rupiah) Hutang bank 2010 Pinjaman jatuh tempo 44.056 Pinjaman jangka panjang Total hutang bank = 180.719 224.775 Pihak ketiga Pihak ketiga 320.010 Hubungan istimewa Total hutang dengan pihak ketiga = 6.062 326.072 Total (a) = 550.847 Interest Beban bunga 10.331 Total Interest expense (b) = 10.331 Interest Rate kb (b/a) = 1,88% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 1,41% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 70 Tabel 4.10. Cost of Equity BORN BORN Cost of Equity 2010 N= Ket 151 apendix a CoVariance = 0,000160212 apendix a Variance = 0,000113962 apendix a 9,92% a 1,405833903 b Return IHSG = ß= SBI = 6,64% c Cost of Equity = 11,25% c + (b x (a-c)) Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis 3. Mencari WACC Tabel 4.11. WACC BORN BORN Weighted Cost of Capital 2010 Keterangan 1,41% a Cost of Equity 11,25% b Percent of debt 11,12% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 88,88% b / (a+b) x 100% d 10,15% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan BORN dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.12. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara 2006/2007 - 2010 Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis 2006/2007 - 2010 39,49% 59,70% 14,89% 97,97% 51,22% 71 Setelah asumsi angka rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara diketahui. maka selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BORN tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.13. Estimasi Arus Kas BORN Tahun 2009 BORN Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 3.832.935.057.151 5.338.843.129.676 7.436.402.010.022 10.358.063.256.678 Operating income 839.027.105.505 1.168.669.448.098 1.627.823.785.378 2.267.373.619.251 Less: tax 209.756.776.376 292.167.362.024 406.955.946.344 566.843.404.813 Net operating profits after tax 629.270.329.129 876.502.086.073 1.220.867.839.033 1.700.530.214.438 Plus: depreciation expense 691.355.717.443 1.382.711.434.887 2.765.422.869.773 5.530.845.739.547 In net working capital 560.847.388.001 781.196.701.634 1.088.118.264.792 1.515.625.137.300 In new capital (CAPEX) 152.565.207.945 212.506.003.916 295.996.723.687 412.289.812.141 Total net investment for the period 713.412.595.946 993.702.705.551 1.384.114.988.479 1.927.914.949.442 607.213.450.625 1.265.510.815.409 2.602.175.720.327 5.303.461.004.543 Sales 2014 (forecast) Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 10,15% free cash flow 2014 k wacc 607.213.450.625 1 (1+10,15%) 5.303.461.004.543 4 (1+10,15%) = = + + 5.303.461.004.543 10,15% 1.265.510.815.409 2 (1+10,15%) = + 52.242.331.016.717 2.602.175.720.327 (1+10,15%)3 5.303.461.004.543 (1+10,15%)4 607.213.450.625 + 1.265.510.815.409 5.303.461.004.543 + 5.303.461.004.543 + 2.602.175.720.327 firm value = 42,629,782,205,444 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 10.331.000.000 number of shares = 17.693.000.000 firm value = 42.629.782.205.443 = + debt value + equity value 10.331.000.000 + equity value equity value = 42.619.451.205.443 + 72 Share value = equity value number of shares = 42.619.451.205.443 = 2.408 17.693.000.000 Nilai interinsik dari BORN untuk 2011 adalah Rp2.408. 4.1.3. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Proses hitung nilai interinsik BUMI adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.14. Cost of debt BUMI BUMI Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam dollar) 2010 Hutang bank Pinjaman jangka pendek 2009 - Pinjaman jatuh tempo 400.000.000 9.261.038 21.552.836 3.563.325.440 2.305.386.666 3.572.586.478 2.726.939.502 Pihak ketiga 96.252.166 253.654.324 Hubungan istimewa Hutang lain-lain dengan pihak ketiga Total hutang kepada pihak ketiga = 69.286.737 25.980.224 112.070.641 118.818.006 277.609.544 398.452.554 366.556.428 764.200.000 366.556.428 764.200.000 Pinjaman jangka panjang Total hutang bank = Pihak ketiga Obligasi Obligasi Total obligasi = Total = 4.216.752.450 3.889.592.056 Interest Biaya bunga 630.339.475 180.923.764 Total Interest expense = 630.339.475 180.923.764 Interest Rate kb (b/a) = 14,95% 4,65% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 11,21% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 3,49% 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 73 Tabel 4.15. Cost of Equity BUMI BUMI Cost of Equity 2010 N 2009 244 Ket 242 apendix a CoVariance 0,000256031 0,000033301 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 1,596612796 0,146103419 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 65,97% Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis 17,79% c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.16. WACC BUMI BUMI Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan Cost of debt 11,21% 3,49% a Cost of Equity 65,97% 17,79% b Percent of debt 14,53% 16,40% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 85,47% 83,60% b / (a+b) x 100% d 58,02% 15,44% (a x c) + (b x d) WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan BUMI dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Untuk perhitungan tahun 2009 dan 2010 menggunakan data actual dan forecast. Angka pertumbuhan BUMI untuk asumsi tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: 74 Tabel 4.17. Pertumbuhan BUMI bumi sal 37,34% op inc 21,16% capex 17,20% depre 10,15% wc Sumber: hitungan penulis 36,01% Setelah asumsi untuk tahun 2009. 2010. dan 2011 diketahui. maka selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BUMI tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.18. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2009 BUMI Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) 30.261.177.536.400 2009 (actual) 38.940.364.828.015 53.479.376.643.789 73.446.762.474.876 Operating income 5.531.778.700.000 9.808.946.600.000 11.317.722.081.453 15.543.375.739.210 Less: tax 1.382.944.675.000 2.452.236.650.000 2.829.430.520.363 3.885.843.934.802 Net operating profits after tax 4.148.834.025.000 7.356.709.950.000 8.488.291.561.090 11.657.531.804.407 11.635.320.000.000 11.678.756.600.000 12.863.588.402.257 14.168.623.617.234 In net working capital 1.325.400.000.000 10.217.352.600.000 5.235.378.684.305 7.190.091.560.965 In new capital (CAPEX) 5.011.849.900.000 2.996.183.900.000 2.500.128.217.707 3.433.591.318.496 Total net investment for the period 6.337.249.900.000 13.213.536.500.000 7.735.506.902.012 10.623.682.879.461 Free cash flow 9.446.904.125.000 5.821.930.050.000 13.616.373.061.335 15.202.472.542.180 Sales Plus: depreciation expense 2010 (actual) Less investments: Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 15,44% free cash flow 2012 k wacc 9.446.904.125.000 1 (1+15,44%) 15.202.472.542.180 4 (1+15,44%) = = + + 15.202.472.542.180 15,44% 5.821.930.050.000 2 (1+15,44%) + 13.616.373.061.334 (1+15,44%)3 + 98.453.063.138.880 (1+15,44%)4 9.446.904.125.000 + 5.821.930.050.000 15.202.472.542.180 + 98.453.063.138.880 firm value = 85.397.477.042.719 = 98.453.063.138.880 + 13.616.373.061.334 + 75 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 35.006.328.504.000 number of shares = 20.773.400.000 firm value = debt value + equity value 85.397.477.042.719 = 35.006.328.504.000 + equity value equity value = 50.391.148.538.719 Share value = equity value number of shares 50.391.148.538.719 20.773.400.000 = = 2.425 Nilai interinsik BUMI untuk 2009 adalah Rp2.425. Tabel 4.19. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2010 BUMI Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 38.940.364.828.015 50.195.144.552.532 64.702.848.773.438 83.403.657.399.912 Operating income 5.531.778.700.000 9.945.059.109.512 12.819.440.233.551 16.524.592.372.147 Less: tax 1.382.944.675.000 2.486.264.777.378 3.204.860.058.388 4.131.148.093.037 Net operating profits after tax 4.148.834.025.000 7.458.794.332.134 9.614.580.175.163 12.393.444.279.110 11.678.756.600.000 12.943.066.412.367 14.344.246.899.961 15.897.115.302.632 10.217.352.600.000 4.052.753.695.568 5.224.105.076.655 6.734.007.517.353 2.996.183.900.000 1.935.371.724.701 2.494.744.564.241 3.215.790.724.530 13.213.536.500.000 5.988.125.420.269 7.718.849.640.896 9.949.798.241.882 2.614.054.125.000 14.413.735.324.231 16.239.977.434.227 18.340.761.339.860 Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 58,02% free cash flow 2013 k wacc 2.614.054.125.000 (1+58,02%)1 18.340.761.339.860 (1+58,02%)4 = firm value = = + + 18.340.761.339.860 58,02% 14.413.735.324.231 (1+58,02%)2 + 16.239.977.434.227 (1+58,02%)3 + 31.611.059.438.331 (1+58,02%)4 2.614.054.125.000 + 14.413.735.324.231 18.340.761.339.860 + 31.611.059.438.331 19.553.628.076.962 = 31.611.059.438.331 + 16.239.977.434.227 + 76 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 37.950.772.050.000 number of shares = 20.773.400.000 firm value = debt value 19.553.628.076.962 = 37.950.772.050.000 + equity value + equity value equity value = (18.397.143.973.037) Share value = equity value number of shares = (18.397.143.973.037) = 20.773.400.000 (885) Nilai interinsik BUMI untuk 2010 adalah Rp-885. Tabel 4.20. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2011 BUMI Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) Sales 46.552.694.924.498 55.653.135.616.600 66.532.592.989.149 79.538.841.447.406 Operating income 17.473.216.333.836 10.226.768.388.080 12.225.967.346.132 14.615.983.454.060 Less: tax 2.556.692.097.020 3.056.491.836.533 3.653.995.863.515 4.368.304.083.459 Net operating profits after tax 7.670.076.291.060 9.169.475.509.599 10.961.987.590.545 13.104.912.250.377 12.619.047.506.274 13.635.043.987.953 14.732.841.322.689 15.919.025.536.794 Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital 3.786.780.819.435 4.527.046.754.998 5.412.024.962.404 6.470.004.790.949 In new capital (CAPEX) 1.442.370.202.349 1.724.334.640.795 2.061.419.425.195 2.464.399.859.539 Total net investment for the period Free cash flow 5.229.151.021.784 6.251.381.395.792 7.473.444.387.599 8.934.404.650.488 15.059.972.775.549 16.553.138.101.759 18.221.384.525.634 20.089.533.136.682 Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 58,02% free cash flow 2014 k wacc 15.059.972.775.549 (1+58,02%)1 20.089.533.136.682 (1+58,02%)4 = + + 20.089.533.136.682 = 58,02% 34.625.139.834.944 16.553.138.101.759 18.221.384.525.634 (1+58,02%)2 + (1+58,02%)3 34.625.139.834.944 (1+58,02%)4 = 15.059.972.775.549 + 16.553.138.101.759 + 18.221.384.525.634 20.089.533.136.682 + 34.625.139.834.944 firm value = + 29.552.589.767.094 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. + 77 debt value = 37.950.772.050.000 number of shares = 20.773.400.000 firm value = debt value + equity value 29.552.589.767.094 = 37.950.772.050.000 + equity value equity value = (8.398.182.282.905) Share value = equity value number of shares = (8.398.182.282.905) = 20.773.400.000 (404) Nilai interinsik BUMI untuk 2011 adalah Rp-404. 4.1.4. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) Proses hitung nilai interinsik BYAN adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.21. Cost of debt BYAN BYAN Laporan keuangan 2007 - 2010 (dalam juta rupiah) 2010 Pihak ketiga Hutang usaha 2009 1.090.021 1.233.477 97.339 122.922 520.583 383.207 1.911.734 1.909.979 Total hutang kepada pihak ketiga = 3.619.677 3.649.585 Total (a) = 3.619.677 3.649.585 130.427 141.699 Total Interest expense (b) = 130.427 141.699 Interest Rate kb (b/a) = 3,60% 3,88% Hubungan istimewa Jatuh tempo Pinjamn jangka panjang Interest Biaya bunga Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 2,70% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 2,91% 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 78 Tabel 4.22. Cost of Equity BYAN BYAN Cost of Equity 2010 N 2009 244 Ket 242 apendix a CoVariance 0,000025248 0,000017626 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 0,157447001 0,077331059 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 12,49% 13,07% Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.23. WACC BYAN BYAN Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan 2,70% 2,91% a Cost of Equity 12,49% 13,07% b Percent of debt 17,79% 18,22% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 82,21% 81,78% b / (a+b) x 100% d 10,75% 11,22% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan BYAN dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan BYAN selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Tabel 4.25. Pertumbuhan BYAN Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis 2007 - 2010 37,86% 96,25% 24,94% 22,88% 7,46% 79 Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data actual dan forecast. Nilai interinsik untuk BYAN tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.26. Estimasi Arus Kas BYAN Untuk Tahun 2009 BYAN Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 8.745.624.000.000 11.052.875.166.784 13.968.820.229.696 365.022.000.000 1.307.832.000.000 2.849.117.758.611 3.600.765.699.668 91.255.500.000 326.958.000.000 712.279.439.653 900.191.424.917 273.766.500.000 980.874.000.000 2.136.838.318.958 2.700.574.274.751 1.533.075.000.000 1.807.013.000.000 2.198.010.859.008 2.673.612.052.773 (331.196.000.000) (34.167.000.000) 1.433.225.179.835 1.811.335.474.588 351.732.000.000 257.171.000.000 485.934.093.571 614.132.150.607 20.536.000.000 223.004.000.000 1.919.159.273.406 2.425.467.625.195 1.786.305.500.000 2.564.883.000.000 2.415.689.904.560 2.948.718.702.328 Operating income Less: tax Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 2010 (actual) 7.752.866.000.000 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 11,22% free cash flow 2012 k wacc 1.786.305.500.000 1 (1+11,22%) 2.948.718.702.328 (1+11,22%)4 = = + + 2.948.718.702.328 11,22% 2.564.883.000.000 2 (1+11,22%) = 26.280.063.853.214 + 2.415.689.904.560 (1+11,22%)3 26.280.063.853.214 (1+11,22%)4 1.786.305.500.000 + 2.564.883.000.000 2.948.718.702.328 + 26.280.063.853.214 + 2.415.689.904.560 firm value = 24.537.189.213.952 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 3.649.585.000.000 number of shares = 3.333.330.000 firm value = 24.537.189.213.952 = debt value + equity value 3.649.585.000.000 + equity value equity value = 20.887.604.213.952 + + 80 Share value = equity value number of shares 20.887.604.213.952 3.333.330.000 = = 6.266 Nilai interinsik BYAN untuk tahun 2009 adalah Rp6.266. Tabel 4.27. Estimasi Arus Kas BYAN Untuk Tahun 2010 BYAN Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) Sales 8.745.624.000.000 11.240.703.838.364 14.447.616.634.538 18.569.444.531.239 Operating income 1.307.832.000.000 3.489.716.346.027 4.485.313.789.569 5.764.949.868.720 Less: tax 326.958.000.000 872.429.086.507 1.121.328.447.392 1.441.237.467.180 Net operating profits after tax 980.874.000.000 2.617.287.259.520 3.363.985.342.177 4.323.712.401.540 1.807.013.000.000 2.165.467.236.305 2.595.027.457.750 3.109.798.843.213 In net working capital (34.167.000.000) 1.421.326.166.443 1.826.822.933.927 2.348.005.764.415 In new capital (CAPEX) 257.171.000.000 556.467.628.374 715.224.872.027 919.274.709.762 Total net investment for the period 223.004.000.000 1.977.793.794.817 2.542.047.805.954 3.267.280.474.177 2.564.883.000.000 2.804.960.701.007 3.416.964.993.973 4.166.230.770.576 Plus: depreciation expense Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 10,75% free cash flow 2013 k wacc 2.564.883.000.000 (1+10,75%) 1 4.166.230.770.576 (1+10,75%) = firm value = 4 = + + 4.166.230.770.576 10,75% 2.804.960.701.007 2 (1+10,75%) = 38.755.402.791.133 + 3.416.964.993.973 (1+10,75%)3 38.755.402.791.133 (1+10,75%)4 2.564.883.000.000 + 2.804.960.701.007 4.166.230.770.576 + 38.755.402.791.133 + 3.416.964.993.973 35.648.087.593.540 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 3.619.677.000.000 number of shares = 3.333.330.000 firm value = 35.648.087.593.540 = debt value + equity value 3.619.677.000.000 + equity value equity value = 32.028.410.593.540 + + 81 equity value number of shares Share value = 32.028.410.593.540 3.333.330.000 = = 9.609 Nilai interinsik BYAN untuk tahun 2010 adalah Rp9.609. Tabel 4.28. Estimasi Nilai Arus Kas Untuk Tahun 2011 BYAN Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 12.056.349.635.817 16.620.376.835.441 22.912.152.890.075 31.585.730.892.621 Operating income 955.944.991.537 1.317.825.583.466 1.816.698.956.334 2.504.424.818.697 Less: tax 238.986.247.884 329.456.395.867 454.174.739.084 626.106.204.674 716.958.743.653 988.369.187.600 1.362.524.217.251 1.878.318.614.023 2.385.865.692.523 2.931.866.816.707 3.602.819.327.948 4.427.318.129.142 Net operating profits after tax Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital 247.034.968.981 340.552.024.453 469.470.706.263 647.192.582.083 In new capital (CAPEX) 825.805.313.044 1.138.420.492.943 1.569.378.639.591 2.163.479.425.813 1.072.840.282.025 1.478.972.517.396 2.038.849.345.855 2.810.672.007.896 2.029.984.154.150 2.441.263.486.910 2.926.494.199.344 3.494.964.735.268 Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 10,75% free cash flow 2014 k wacc 2.029.984.154.150 1 (1+10,75%) 3.494.964.735.268 4 (1+10,75%) = firm value = = + + 3.494.964.735.268 10,75% 2.441.263.486.910 2 (1+10,75%) = + 32.511.105.004.729 2.926.494.199.344 (1+10,75%)3 32.511.105.004.729 (1+10,75%)4 2.029.984.154.150 + 2.441.263.486.910 3.494.964.735.268 + 32.511.105.004.729 + 2.926.494.199.344 29.910.771.056.359 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 3.619.677.000.000 number of shares = 3.333.330.000 firm value = 29.910.771.056.359 = + debt value + equity value 3.619.677.000.000 + equity value equity value = 26.291.094.056.359 + 82 Share value = equity value number of shares = 26.291.094.056.359 = 7.887 3.333.330.000 Nilai interinsik BYAN tahun 2011 adalah Rp7.887. 4.1.5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) Proses hitung nilai interinsik DEWA adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.29. Cost of debt DEWA DEWA Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam dollar) 2010 Hutang bank 2009 Jatuh tempo 23.525.593 94.000.000 Jangka panjang 44.439.594 26.000.000 67.965.187 120.000.000 977.627 3.335.703 Total hutang bank = Obligasi Obligasi Total obligasi = 977.627 3.335.703 Total (a) = 68.942.814 123.335.703 9.151.476 14.501.158 Total Interest expense (b) = 9.151.476 14.501.158 Interest Rate kb (b/a) = 13,27% 11,76% Interest Interest expense Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 9,96% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 8,82% 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 83 Tabel 4.30. Cost of Equity DEWA DEWA Cost of Equity 2010 N 2009 244 Ket 242 apendix a CoVariance 0,000293606 0,000004303 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 1,830930458 0,01888078 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 74,68% Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis 9,06% c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.31. WACC DEWA DEWA Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan 9,96% 8,82% a Cost of Equity 74,68% 9,06% b Percent of debt 11,76% 49,31% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 88,24% 50,69% b / (a+b) x 100% d 67,07% 8,94% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan DEWA dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan DEWA selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbukan untuk asumsi dijabarkan sebagai berikut: 84 Tabel 4.33. Pertumbuhan DEWA 2007 - 2010 0,60% 1,69% 14,38% 32,03% 68,59% Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data actual dan forecast. Nilai interinsik untuk DEWA tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.34. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2009 DEWA Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2.591.358.656.357 3.275.005.161.561 2.050.421.100.000 30.140.800.000 35.792.200.000 667.978.770.713 844.203.451.550 7.535.200.000 8.948.050.000 166.994.692.678 211.050.862.887 Operating income Less: tax Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 2010 (actual) 1.894.100.000.000 22.605.600.000 26.844.150.000 500.984.078.035 633.152.588.662 1.198.500.000.000 1.273.381.900.000 1.548.913.728.824 1.884.064.583.721 (107.160.000.000) 947.239.300.000 336.021.208.982 424.669.580.612 74.410.100.000 71.584.400.000 113.927.779.043 143.983.953.551 (32.749.900.000) 1.018.823.700.000 449.948.988.026 568.653.534.164 1.253.855.500.000 281.402.350.000 1.599.948.818.834 1.948.563.638.219 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 8,94% free cash flow 2012 k wacc 1.253.855.500.000 1 (1+8,94%) 1.948.563.638.219 4 (1+8,94%) = = + + 1.948.563.638.219 8,94% 281.402.350.000 2 (1+8,94%) = 21.788.914.718.820 + 1.599.948.818.833 (1+8,94%)3 + 21.788.914.718.820 (1+8,94%)4 1.253.855.500.000 + 281.402.350.000 1.948.563.638.219 + 21.788.914.718.820 + 1.599.948.818.833 firm value = 19.476.928.530.881 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. + 85 debt value = 1.110.021.327.000 number of shares = 21.853.730.000 firm value = 19.476.928.530.881 = debt value + equity value 1.110.021.327.000 + equity value = 18.366.907.203.881 21.853.730.000 equity value = 18.366.907.203.881 Share value = equity value number of shares = 840 Nilai interinsik DEWA tahun 2009 adalah Rp840. Tabel 4.35. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2010 DEWA Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2.050.421.100.000 2.635.395.293.581 3.387.259.501.685 4.353.626.554.507 35.792.200.000 818.167.809.285 1.051.586.717.455 1.351.598.794.010 8.948.050.000 204.541.952.321 262.896.679.364 337.899.698.503 Operating income Less: tax Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 26.844.150.000 613.625.856.964 788.690.038.091 1.013.699.095.508 1.273.381.900.000 1.525.980.601.000 1.828.686.896.388 2.191.440.548.346 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period 947.239.300.000 333.231.472.295 428.300.632.372 550.492.516.289 71.584.400.000 130.464.443.325 167.685.252.516 215.524.959.865 1.018.823.700.000 463.695.915.619 595.985.884.888 766.017.476.154 281.402.350.000 1.675.910.542.343 2.021.391.049.590 2.439.122.167.699 Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 67,07% free cash flow 2013 k wacc 281.402.350.000 (1+67,07%) 1 2.439.122.167.699 (1+67,07%) = firm value = 4 = + + 2.439.122.167.699 67,07% 1.675.910.542.343 2 (1+67,07%) = + 3.636.740.859.292 2.021.391.049.590 (1+67,07%)3 + 3.636.740.859.292 (1+67,07%)4 281.402.350.000 + 1.675.910.542.343 2.439.122.167.699 + 3.636.740.859.292 + 2.021.391.049.590 1.982.211.380.749 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. + 86 debt value = 620.485.326.000 number of shares = 21.853.730.000 firm value = 1.982.211.380.749 = debt value + equity value 620.485.326.000 + equity value = 1.361.726.054.749 21.853.730.000 equity value = 1.361.726.054.749 Share value = equity value number of shares = 62 Nilai interinsik DEWA tahun 2010 adalah Rp62. Tabel 4.36. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2011 DEWA Estimasion Of Free Cash flow Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 2.062.722.837.800 2.075.098.381.295 2.087.548.173.289 2.100.072.659.246 34.823.141.289 35.032.066.740 35.242.245.663 35.453.685.580 8.705.785.322 8.758.016.685 8.810.561.416 8.863.421.395 Operating income Less: tax Net operating profits after tax 26.117.355.966 26.274.050.055 26.431.684.247 26.590.264.185 1.681.292.934.079 2.219.872.867.821 2.930.979.753.382 3.869.880.315.787 In net working capital 8.437.800.689 8.488.424.247 8.539.351.527 8.590.584.351 In new capital (CAPEX) 1.769.419.610 1.780.035.447 1.790.714.975 1.801.458.576 10.207.220.298 10.268.459.693 10.330.066.501 10.392.042.926 1.697.203.069.747 2.235.878.458.182 2.947.081.371.127 3.886.078.537.045 Plus: depreciation expense Less investments: Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 67,07% free cash flow 2014 k wacc 1.697.203.069.747 1 (1+67,07%) 3.886.078.537.045 4 (1+67,07%) = firm value = = + + 3.886.078.537.045 67,07% 2.235.878.458.182 2 (1+67,07%) = + 5.794.158.564.603 2.947.081.371.127 (1+67,07%)3 + 5.794.158.564.603 (1+67,07%)4 1.697.203.069.747 + 2.235.878.458.182 3.886.078.537.045 + 5.794.158.564.603 + 2.947.081.371.127 3.691.418.397.576 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. + 87 debt value = 620.485.326.000 number of shares = 21.853.730.000 firm value = 3.691.418.397.576 = debt value + equity value 620.485.326.000 + equity value = 3.070.933.071.576 21.853.730.000 equity value = 3.070.933.071.576 Share value = equity value number of shares = 141 Nilai interinsik DEWA untuk tahun 2011 adalah Rp141. 4.1.6. PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO) Proses hitung nilai interinsik GTBO adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.37. Cost of debt GTBO GTBO Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah) 2010 Hutang bank Hutang usaha 2009 584.971.450 1.823.095.499 Total hutang bank = 584.971.450 1.823.095.499 Total (a) = 584.971.450 1.823.095.499 27.498.166 39.200.945 Total Interest expense (b) = 27.498.166 39.200.945 Interest Rate kb (b/a) = 4,70% 2,15% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 3,53% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 1,61% Interest Biaya Bunga 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 88 Tabel 4.38. Cost of Equity GTBO GTBO Cost of Equity 2010 N Ket 244 apendix a CoVariance 0,000105716 apendix a Variance 0,000160359 apendix a Return IHSG 43,80% a ß 0,65924485 b SBI 6,64% c c + (b x (a-c)) Cost of Equity 31,14% Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis 3. Mencari WACC Tabel 4.39. WACC GTBO GTBO Weighted Cost of Capital 2010 Keterangan 3,53% a Cost of Equity 31,14% b Percent of debt 10,17% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 89,83% b / (a+b) x 100% d 28,33% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan GTBO dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbuhan rata-rata industri batu bara untuk asumsi pertumbuhan 2010 dijabarkan sebagai berikut: 89 Tabel 4.40. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara rata-rata sal 39,29% op inc 21,89% capex 14,11% depre 24,98% wc Sumber: hitungan penulis 51,88% Nilai interinsik untuk GTBO tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.41. Estimasi Arus Kas GTBO Untuk Tahun 2011 GTBO Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 35.708.602.921 49.738.027.526 69.279.422.318 96.498.365.444 Operating income 7.816.591.021 10.887.623.361 15.165.222.554 21.123.432.314 Less: tax 1.954.147.755 2.721.905.840 3.791.305.639 5.280.858.079 Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 5.862.443.266 8.165.717.521 11.373.916.916 15.842.574.236 42.699.648.829 52.046.575.461 63.439.538.532 77.326.414.150 14.119.951.264 Less investments: In net working capital 5.224.997.653 7.277.828.193 10.137.187.943 In new capital (CAPEX) 1.421.336.482 1.979.760.262 2.757.581.152 3.840.997.296 Total net investment for the period 6.646.334.135 9.257.588.455 12.894.769.096 17.960.948.560 41.915.757.959 50.954.704.526 61.918.686.352 75.208.039.825 Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 28,33% free cash flow 2014 k wacc 41.915.757.959 1 (1+28,33%) 75.208.039.825 (1+28,33%)4 = = + + 75.208.039.825 28,33% 50.954.704.526 2 (1+28,33%) + 265.462.962.866 61.918.686.352 (1+28,33%)3 (1+28,33%)4 + 50.954.704.526 75.208.039.825 + 265.462.962.866 + 61.918.686.352 218.505.646.025 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 584.971.450 number of shares = 2.500.000.000 + 265.462.962.866 41.915.757.959 firm value = = + 90 firm value = 218.505.646.025 = debt value + equity value 584.971.450 + equity value = 217.920.674.575 2.500.000.000 equity value = 217.920.674.575 Share value = equity value number of shares = 87 Nilai interinsik GTBO untuk tahun 2011 adalah Rp87. 4.1.7. PT Harum Energy Tbk. (HRUM) Proses hitung nilai interinsik HRUM adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.43. Cost of debt HRUM HRUM Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam juta rupiah) 2010 Hutang bank Pinjaman jangka pendek - Pinjaman jangka panjang jatuh tempo - Pinjaman jangka panjang 44.832 Total hutang bank = 44.832 Pihak ketiga Hubungan istimewa 236.432 Pihak ketiga 455.148 Hubungan istimewa jangka panjang - Total obligasi = 691.580 Total (a) = 736.412 Interest Biaya Bunga 69.710 Total Interest expense (b) = 69.710 Interest Rate kb (b/a) = 9,47% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 7,10% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 91 Tabel 4.44. Cost of Equity HRUM HRUM Cost of Equity 2010 Ket N 187 apendix a CoVariance 0,0000006051 apendix a Variance 0,0000005703 apendix a Return IHSG 11,11% a ß 1,061107283 b SBI 6,64% c Cost of Equity 11,38% c + (b x (a-c)) Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis 3. Mencari WACC Tabel 4.45. WACC HRUM HRUM Weighted Cost of Capital 2010 Keterangan 7,10% a Cost of Equity 11,38% b Percent of debt 38,42% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 61,58% b / (a+b) x 100% d 9,74% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan HRUM dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Pertumbuhan HRUM selama 4 tahun terakhir dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.46. Pertumbuhan HRUM Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis 2007 - 2010 60,62% 155,62% 14,03% 40,89% 5,17% 92 Setelah asumsi angka pertumbuhan HRUM diketahui. maka selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk HRUM tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.47. Estimasi Arus Kas HRUM Untuk Tahun 2011 HRUM Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) Sales 7.206.034.771.831 11.574.242.711.193 18.590.403.540.832 29.859.673.106.455 Operating income 1.548.593.214.960 2.487.331.007.744 3.995.119.881.913 6.416.911.469.028 Less: tax 387.148.303.740 621.832.751.936 998.779.970.478 1.604.227.867.257 1.161.444.911.220 1.865.498.255.808 2.996.339.911.435 4.812.683.601.771 278.891.033.678 392.916.651.508 553.562.059.692 779.887.929.804 In net working capital 140.646.607.987 225.904.818.516 362.845.487.417 582.797.873.033 In new capital (CAPEX) 381.614.842.558 612.944.975.957 984.504.536.124 1.581.298.843.562 Total net investment for the period 522.261.450.545 838.849.794.473 1.347.350.023.540 2.164.096.716.595 918.074.494.352 1.419.565.112.843 2.202.551.947.586 3.428.474.814.980 Net operating profits after tax Plus: depreciation expense Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 9,74% free cash flow 2014 k wacc 918.074.494.352 1 (1+9,74%) 3.428.474.814.980 4 (1+9,74%) = firm value = = + + 3.428.474.814.980 9,74% 1.419.565.112.843 2 (1+9,74%) = + 35.211.636.486.398 2.202.551.947.586 (1+9,74%)3 35.211.636.486.398 (1+9,74%)4 918.074.494.352 + 1.419.565.112.843 3.428.474.814.980 + 35.211.636.486.398 + 2.202.551.947.586 30.328.051.179.258 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 736.412.000.000 number of shares = 2.700.000.000 firm value = 30.328.051.179.258 = equity value = + debt value + equity value 736.412.000.000 + equity value 29.591.639.179.258 + 93 equity value number of shares Share value = = 29.591.639.179.258 = 10.959 2.700.000.000 Nilai interinsik HRUM untuk tahun 2011 adalah Rp10.959. 4.1.8. Indika Energy (INDY) Proses hitung nilai interinsik INDY adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.48. Cost of debt INDY INDY Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribu rupiah) 2010 Hutang bank 2009 Pinjaman jangka pendek 216.212.100 51.700.000 Pinjaman jangka panjang 13.525.282 4.547.192 229.737.382 56.247.192 Total hutang bank = Pihak ketiga Hubungan istimewa 160.570.180 299.211.127 Pihak ketiga Hubungan istimewa jangka panjang 429.362.461 383.434.487 20.652.068 20.605.428 Total hutang dengan pihak ketiga = 610.584.709 703.251.042 4.173.919.091 4.335.116.754 Total obligasi = 4.173.919.091 4.335.116.754 Total (a) = 5.014.241.182 5.094.614.988 488.158.076 223.459.920 Total Interest expense (b) = 488.158.076 223.459.920 Interest Rate kb (b/a) = 9,74% 4,39% Obligasi Obligasi Interest Biaya bunga Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 7,30% Sumber: Pusar Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 3,29% 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 94 Tabel 4.49. Cost of Equity INDY INDY Cost of Equity 2010 N 2009 244 Ket 242 apendix a CoVariance 0,000192674 0,000035698 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 1,201516022 0,156619333 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 51,29% 18,51% Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.50. WACC INDY INDY Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan 7,30% 3,29% a Cost of Equity 51,29% 18,51% b Percent of debt 12,46% 15,09% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 87,54% 84,91% b / (a+b) x 100% d 45,81% 16,21% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan INDY dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara secara keseluruhan untuk asumsi tahun 2009 dan 2010. dan asumsi rata-rata pertumbuhan INDY selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbuhan untuk asumsi 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: 95 Tabel 4.52. Pertumbuhan INDY 2007 - 2010 19,30% 15,21% 28,28% 45,87% 59,11% Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis Setelah asumsi untuk tahun 2009. 2010. dan 2011 diketahui. maka selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk INDY tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.53. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2009 INDY Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) Sales 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2.486.579.600 3.765.467.000 4.758.864.170 6.014.337.182 Operating income 612.383.000 619.653.000 1.226.700.222 1.550.325.559 Less: tax 153.095.750 154.913.250 306.675.055 387.581.390 Net operating profits after tax 459.287.250 464.739.750 920.025.166 1.162.744.169 1.009.754.700 1.252.501.300 1.523.515.026 1.853.170.161 2.486.579.600 3.606.366.300 617.081.425 779.878.480 105.128.500 988.202.700 209.221.068 264.417.307 Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow 2.591.708.100 4.594.569.000 826.302.493 1.044.295.787 (1.122.666.150) (2.877.327.950) 1.617.237.700 1.971.618.543 Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 16,21% free cash flow 2012 k wacc (1.122.666.150) 1 (1+16,21%) 1.971.618.542 4 (1+16,21%) = firm value = = + + 1.971.618.542 16,21% 2.877.327.950 2 (1+16,21%) = + 12.162.934.988 1.617.237.699 (1+16,21%)3 + 12.162.934.988 (1+16,21%)4 (1.122.666.150) + 2.877.327.950 1.971.618.542 + 12.162.934.988 + 1.617.237.699 5.683.920.237 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. + 96 debt value = 5.094.614.988.000 number of shares = 5.207.142.000 firm value = 5.683.920.237 = debt value + equity value 5.094.614.988.000 + equity value equity value = (5.088.931.067.762) equity value number of shares Share value = = (5.088.931.067.762) = (977). 5.207.142.000 Nilai interinsik INDY untuk tahun 2009 adalah Rp-977. Tabel 4.54. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2010 INDY Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 3.765.467.000 4.839.734.633 6.220.485.087 7.995.156.274 Operating income 619.653.000 1.502.512.770 1.931.171.642 2.482.124.602 Less: tax 154.913.250 375.628.192 482.792.910 620.531.150 Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 464.739.750 1.126.884.577 1.448.378.731 1.861.593.451 1.252.501.300 1.500.957.950 1.798.700.543 2.155.505.851 3.606.366.300 611.958.252 786.546.674 1.010.944.242 988.202.700 239.589.593 307.943.224 395.797.782 4.594.569.000 851.547.845 1.094.489.899 1.406.742.024 (2.877.327.950) 1.776.294.683 2.152.589.376 2.610.357.278 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 45,81% free cash flow 2013 k wacc (2.877.327.950) (1+45,81%) 1 2.610.357.278 (1+45,81%) = firm value = 4 = + + 2.610.357.278 45,81% 1.776.294.683 2 (1+45,81%) = + 5.698.249.083 2.152.589.375 (1+45,81%)3 + 5.698.249.083 (1+45,81%)4 (2.877.327.950) + 1.776.294.683 2.610.357.278 + 5.698.249.083 + 2.152.589.375 1.394.684.220 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. + 97 debt value = 3.619.677.000.000 number of shares = 5.207.142.000 firm value = 1.394.684.220 = debt value + equity value 3.619.677.000.000 + equity value equity value = (3.618.282.315.779) Share value = equity value number of shares = (3.618.282.315.779) = 5.207.142.000 (695) Nilai interinsik INDY untuk tahun 2010 adalah Rp-695. Tabel 4.55. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2011 INDY Estimasion Of Free Cash flow Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 4.492.270.952.074 5.359.361.350.623 6.393.816.043.818 7.627.939.399.428 Operating income 683.068.094.337 814.912.720.914 972.205.770.130 1.159.859.252.676 Less: tax 170.767.023.584 203.728.180.228 243.051.442.533 289.964.813.169 Net operating profits after tax 512.301.070.753 611.184.540.685 729.154.327.598 869.894.439.507 1.827.036.601.945 2.665.117.189.776 3.887.634.012.192 5.670.931.946.530 In net working capital 429.622.593.322 512.547.606.004 611.478.661.745 729.505.219.398 In new capital (CAPEX) 205.568.239.106 245.246.666.404 292.583.755.369 349.057.767.680 Total net investment for the period 635.190.832.428 757.794.272.408 904.062.417.114 1.078.562.987.078 1.704.146.840.270 2.518.507.458.053 3.712.725.922.674 5.462.263.398.958 Plus: depreciation expense Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 45,81% free cash flow 2014 k wacc 1.704.146.840.270 1 (1+45,81%) 5.462.263.398.958 4 (1+45,81%) = firm value = = + + 5.462.263.398.958 45,81% 2.518.507.458.053 2 (1+45,81%) = + 11.923.784.406.542 3.712.725.922.674 (1+45,81%)3 11.923.784.406.542 (1+45,81%)4 1.704.146.840.270 + 2.518.507.458.053 5.462.263.398.958 + 11.923.784.406.542 + 3.712.725.922.674 7.397.393.086.335 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = + 5.014.241.182.000 + 98 number of shares = 5.207.142.000 firm value = debt value + equity value 7.397.393.086.335 = 5.014.241.182.000 + equity value equity value = 2.383.151.904.335 Share value = equity value number of shares = 2.383.151.904.335 5.207.142.000 = 458 Nilai interinsik INDY untuk tahun 2011 adalah Rp458. 4.1.9. PT Indotambang Raya Megah Tbk. (ITMG) Proses hitung nilai interinsik ITMG adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.56. Cost of debt ITMG ITMG Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribuan dollar) Hutang bank Pinjaman jangka panjang jatuh tempo Pinjaman jangka panjang Total hutang bank = 2010 2009 - 15.050 - 40.000 - 55.050 Pihak ketiga Pihak ketiga Kewajiban lancar lain-lain pihak ketiga Total hutang dengan pihak ketiga = Total (a) = 94.783 89.255 9.291 1.381 104.074 90.636 104.074 145.686 Beban bunga Beban bunga 6.751 8.543 Total Interest expense (b) = 6.751 8.543 Interest Rate kb (b/a) = 6,49% 5,86% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 4,87% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 4,40% 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 99 Tabel 4.57. Cost of Equity ITMG ITMG Cost of Equity 2010 N 2009 244 Ket 242 apendix a CoVariance 0,000170574 0,000023739 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 1,063698518 0,104154152 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 46,17% 14,91% Sumber: SBI dan IHSG tahun 2010 dan hitungan penulis c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.58. WACC ITMG ITMG Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan 4,87% 4,40% a Cost of Equity 46,17% 14,91% b Percent of debt 9,53% 22,78% a / (a+b) x 100% c 90,47% 77,22% b / (a+b) x 100% d 42,23% 12,52% (a x c) + (b x d) Cost of debt Percent of equity WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan ITMG dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbuhan ITMG dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.59. Pertumbuhan ITMG 2006 - 2010 sal 27,92% op inc 82,12% capex 8,40% depre 18,20% wc Sumber: hitungan penulis 55,60% 100 Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data actual dan forecast. Nilai interinsik untuk ITMG tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.60. Estimasi Arus Kas ITMG Untuk Tahun 2009 ITMG Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) Sales 14.178.960.000.000 15.865.330.200.000 22.336.197.292.750 31.446.285.908.418 Operating income 14.207.619.600.000 15.712.775.800.000 13.104.151.990.562 18.448.839.105.497 Less: tax Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 3.551.904.900.000 3.928.193.950.000 3.276.037.997.641 4.612.209.776.374 10.655.714.700.000 11.784.581.850.000 9.828.113.992.922 13.836.629.329.123 2.757.020.000.000 3.037.759.900.000 3.695.064.311.800 4.494.594.937.651 3.127.380.000.000 2.465.673.700.000 4.302.961.468.994 6.057.976.424.251 736.565.800.000 500.148.900.000 1.092.227.952.162 1.537.706.352.191 3.863.945.800.000 2.965.822.600.000 5.395.189.421.156 7.595.682.776.442 9.548.788.900.000 11.856.519.150.000 8.127.988.883.566 10.735.541.490.332 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 12,52% free cash flow 2012 k wacc 9.548.788.900.000 1 (1+12,52%) 10.735.541.490.332 4 (1+12,52%) = = + + 10.735.541.490.332 12,52% 11.856.519.150.000 2 (1+12,52%) = 85.777.068.360.424 + 8.127.988.883.565 (1+12,52%)3 85.777.068.360.424 (1+12,52%)4 9.548.788.900.000 + 11.856.519.150.000 10.735.541.490.332 + 85.777.068.360.424 + 8.127.988.883.565 firm value = 83.777.184.007.076 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 1.311.174.000.000 number of shares = 1.129.925.000 firm value = 83.777.184.007.076 = debt value + equity value 1.311.174.000.000 + equity value equity value = 82.466.010.007.076 + + 101 Share value = equity value number of shares = 82.466.010.007.076 1.129.925.000 = 72.983 Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2009 adalah Rp72.983. Tabel 4.61. Estimasi Arus Kas ITMG Untuk Tahun 2010 ITMG Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) 2011 (forecast) Sales 15.865.330.200.000 20.930.857.146.304 27.613.719.686.651 36.430.305.247.562 Operating income 15.712.775.800.000 16.302.280.193.714 21.507.317.754.637 28.374.234.248.365 3.928.193.950.000 4.075.570.048.428 5.376.829.438.659 7.093.558.562.091 11.784.581.850.000 12.226.710.145.285 16.130.488.315.978 21.280.675.686.274 3.037.759.900.000 3.640.355.401.545 4.362.486.794.811.73 5.227.866.220.652.28 2.465.673.700.000 2.311.203.718.497 3.806.903.189.745 5.022.381.874.811 500.148.900.000 128.902.936.747 1.160.858.607.645 1.531.500.786.770 Less: tax Net operating profits after tax Plus: depreciation expense 2012 (forecast) 2013 (forecast) Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow 2.965.822.600.000 2.440.106.655.244 4.967.761.797.390 6.553.882.661.581 11.856.519.150.000 13.426.958.891.587 15.525.213.313.399 19.954.659.245.345 Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 42,23% free cash flow 2013 k wacc 11.856.519.150.000 (1+42,23%)1 19.954.659.245.345 (1+42,23%)4 = 19.954.659.245.345 42,23% + + 13.426.958.891.586 (1+42,23%)2 + 15.525.213.313.399 (1+42,23%)3 (1+42,23%)4 + 13.426.958.891.586 19.954.659.245.345 + 47.249.595.040.309 + 15.525.213.313.399 + 36.789.861.093.236 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 620.485.326.000 number of shares = 1.129.925.000 firm value = 36.789.861.093.236 = debt value + equity value 620.485.326.000 + equity value equity value = 36.169.375.767.236 + 47.249.595.040.309 = 11.856.519.150.000 firm value = = 47.249.595.040.309 102 equity value number of shares Share value = 36.169.375.767.236 1.129.925.000 = = 32.010 Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2010 adalah Rp32.010. ITMG Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) Sales 20.295.139.380.147 25.961.809.635.679 33.210.688.871.572 42.483.550.677.013 Operating income 16.665.712.231.114 21.318.998.617.494 27.271.543.859.024 34.886.118.142.734 4.166.428.057.779 5.329.749.654.374 6.817.885.964.756 8.721.529.535.683 12.499.284.173.336 15.989.248.963.121 20.453.657.894.268 26.164.588.607.050 3.590.716.941.141 4.244.327.588.693 5.016.913.606.790 5.930.131.831.729 2.463.153.708.111 3.150.898.669.656 4.030.671.083.883 5.156.087.545.088 371.972.229.579 475.831.775.934 608.690.275.736 778.644.618.781 2.835.125.937.690 3.626.730.445.591 4.639.361.359.620 5.934.732.163.869 13.254.875.176.786 16.606.846.106.222 20.831.210.141.438 26.159.988.274.909 Less: tax Net operating profits after tax Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 42,23% free cash flow 2014 k wacc 13.254.875.176.786 1 (1+42,23%) 26.159.988.274.909 4 (1+42,23%) = + + 26.159.988.274.909 = 42,23% 61.942.869.434.719 16.606.846.106.222 20.831.210.141.438 2 (1+42,23%) + (1+42,23%)3 61.942.869.434.719 (1+42,23%)4 = 13.254.875.176.786 + 16.606.846.106.222 + 20.831.210.141.438 26.159.988.274.909 + 61.942.869.434.719 firm value = 46.295.404.859.170 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 936.666.000.000 number of shares = 1.129.925.000 firm value = 46.295.404.859.170 = debt value + equity value 936.666.000.000 + equity value equity value = 45.358.738.859.170 Share value = + equity value number of shares = 45.358.738.859.170 = 40.143 1.129.925.000 Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2011 adalah Rp40.143. + 103 4.1.10. PT Resource Alam Tbk. (KKGI) Proses hitung nilai interinsik KKGI adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.63. Cost of debt KKGI KKGI Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah) 2010 Hutang bank Pinjaman jangka pendek - Pinjaman jangka panjang jatuh tempo Pinjaman jangka panjang 141.427.159 - Total hutang bank = 141.427.159 Pihak ketiga Pihak ketiga 90.789.336.741 Hubungan istimewa 3.486.098 Hubungan istimewa jangka panjang - Total hutang dengan pihak ketiga = Total (a) = 90.792.822.839 90.934.249.998 Interest Biaya bunga 2.134.646.133 Total Interest expense (b) = Interest Rate kb (b/a) = 2.134.646.133 2,35% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 1,76% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 104 Tabel 4.64. Cost of Equity KKGI KKGI Cost of Equity 2010 N Ket 301 apendix a CoVariance 0,0000416728 apendix a Variance 0,0001498703 apendix a Return IHSG 30,39% a ß 0,278059274 b SBI 6,64% c Cost of Equity 13,24% c + (b x (a-c)) Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis 3. Mencari WACC Tabel 4.65. WACC KKGI KKGI Weighted Cost of Capital 2010 Keterangan 1,76% a Cost of Equity 13,24% b Percent of debt 11,73% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 88,27% b / (a+b) x 100% d Cost of debt WACC 11,90% Sumber: hitungan penulis (a x c) + (b x d) 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan KKGI dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbuhan KKGI dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.66. Pertumbuhan KKGI Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis KKGI 146,81% 222,89% 0,24% 6,33% 77,61% 105 Setelah asumsi angka pertumbuhan KKGI diketahui. maka selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk KKGI tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.67. Estimasi Arus Kas KKGI Untuk Tahun 2011 KKGI Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 2.392.464.596.628 5.904.841.298.188 14.573.737.394.451 35.969.437.774.322 353.564.675.711 872.632.891.479 2.153.745.030.553 5.315.657.594.307 Operating income Less: tax 88.391.168.928 218.158.222.870 538.436.257.638 1.328.914.398.577 Net operating profits after tax 265.173.506.783 654.474.668.609 1.615.308.772.915 3.986.743.195.730 Plus: depreciation expense 102.299.173.614 108.776.221.076 115.663.361.234 122.986.559.007 853.865.817.977 2.107.426.020.936 5.201.337.657.758 12.837.420.227.923 3.462.827.871 8.546.604.639 21.093.872.862 52.061.782.562 857.328.645.848 2.115.972.625.574 5.222.431.530.620 12.889.482.010.485 (489.855.965.450) (1.352.721.735.888) (3.491.459.396.471) (8.779.752.255.748) Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 11,90% free cash flow 2014 k wacc (489.855.965.450) 1 (1+11,90%) (8.779.752.255.748) 4 (1+11,90%) = (489.855.965.450) = + + (8.779.752.255.748) = 11,90% (73.808.737.340.230) (1.352.721.735.888) (3.491.459.396.471) 2 (1+11,90%) + (1+11,90%)3 (73.808.737.340.230) (1+11,90%)4 + (1.352.721.735.888) + (3.491.459.396.471) (8.779.752.255.748) + (73.808.737.340.230) firm value = (56.693.564.632.464) Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 90.934.249.998 number of shares = 1.000.000.000 firm value = (56.693.564.632.464) = + debt value + equity value 90.934.249.998 + equity value equity value = (56.784.498.882.462) + 106 Share value = equity value number of shares = (56.784.498.882.462) = 1.000.000.000 (56.784) Nilai interinsik KKGI untuk tahun 2011 adalah Rp-56.784. 4.1.11. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) Proses hitung nilai interinsik PTBA adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.68. Cost of debt PTBA PTBA Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribu rupiah) 2010 Hutang bank Pinjaman jangka pendek Total hutang bank = 2009 13.294.000 13.500.000 13.294.000 13.500.000 70.063.000 53.982.000 3.093.000 4.115.000 Pihak ketiga Pihak ketiga Hubungan istimewa Total hutang dengan pihak ketiga = Total (a) = 73.156.000 86.450.000 58.097.000 71.597.000 Interest Beban bunga 151.720 91.571 151.720 0,18% 91.571 0,13% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 0,13% Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 0,10% Total Interest expense (b) = Interest Rate kb (b/a) = 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 107 Tabel 4.69. Cost of Equity PTBA PTBA Cost of Equity 2010 N 2009 Ket 244 242 apendix a CoVariance 0,000172387 -0,000009200 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 1,075004004 -0,040362021 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 46,59% Sumber: SBI, IHSG dan hitungan penulis 5,00% c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.70. WACC PTBA PTBA Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan 0,13% 0,10% a Cost of Equity 46,59% 5,00% b Percent of debt 0,28% 1,88% a / (a+b) x 100% c 99,72% 98,12% b / (a+b) x 100% d 46,46% 4,91% (a x c) + (b x d) Cost of debt Percent of equity WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan PTBA dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbuhan PTBA dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.71. Pertumbuhan PTBA 2006 - 2010 sal 24,38% op inc 28,51% capex 0,17% depre 7,30% wc Sumber: appendix b 95,97% 108 Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data actual. Nilai interinsik untuk PTBA tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.72. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2009 PTBA Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) 2010 (actual) 2011 (forecast) 2012 (forecast) Sales 8.947.854.000.000 7.909.154.000.000 10.365.448.687.599 13.584.578.893.678 Operating income 3.516.419.000.000 2.279.884.000.000 2.412.878.822.111 3.162.230.956.685 Less: tax 879.104.750.000 569.971.000.000 603.219.705.528 790.557.739.171 Net operating profits after tax 2.637.314.250.000 1.709.913.000.000 1.809.659.116.584 2.371.673.217.514 Plus: depreciation expense 1.100.544.000.000 1.156.334.000.000 1.249.700.049.724 1.350.604.768.414 5.402.483.000.000 5.498.225.000.000 2.357.221.764.077 3.089.288.846.928 581.094.000.000 4.163.988.440 5.457.171.337 5.466.970.000.000 6.079.319.000.000 2.361.385.752.517 3.094.746.018.265 1.100.544.000.000 (3.213.072.000.000) 697.973.413.790 627.531.967.664 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) 64.487.000.000 Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 4,91% free cash flow 2012 k wacc 1.100.544.000.000 1 (1+4,91%) 627.531.967.663 4 (1+4,91%) = firm value = = + + 627.531.967.663 4,91% (3.213.072.000.000) 2 (1+4,91%) = 12.778.737.526.400 + 697.973.413.790 (1+4,91%)3 12.778.737.526.400 (1+4,91%)4 1.100.544.000.000 + (3.213.072.000.000) 627.531.967.663 + 12.778.737.526.400 + 697.973.413.790 9.801.143.279.355 Setelah firm value diketahui. maka selanjutnya mencari share value. debt value = 71.597.000.000 number of shares = 2.304.131.850 firm value = 9.801.143.279.355 = equity value = debt value + equity value 71.597.000.000 + equity value 9.729.546.279.355 + + 109 Share value = equity value number of shares 9.729.546.279.355 2.304.131.850 = = 4.222 Nilai interinsik PTBA untuk 2009 adalah Rp4.222. Tabel 4.73. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2010 PTBA Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) Sales 7.909.154.000.000 2010 (actual) 10.253.770.237.403 13.293.432.405.217 17.234.182.258.880 Operating income 2.279.884.000.000 2.715.432.025.193 3.520.403.836.064 4.564.004.200.433 569.971.000.000 678.858.006.298 880.100.959.016 1.141.001.050.108 Net operating profits after tax 1.709.913.000.000 2.036.574.018.895 2.640.302.877.048 3.423.003.150.324 Plus: depreciation expense 1.156.334.000.000 1.249.149.389.984 1.349.414.787.162 1.457.728.180.802 2.256.114.631.577 2.924.924.848.023 3.791.999.416.536 644.919.369 1.191.928.059 1.545.267.225 Less: tax 2013 (forecast) Less investments: In net working capital 5.498.225.000.000 In new capital (CAPEX) 581.094.000.000 Total net investment for the period 6.079.319.000.000 2.256.759.550.946 2.926.116.776.082 3.793.544.683.761 (3.213.072.000.000) 1.028.963.857.933 1.063.600.888.128 1.087.186.647.365 Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 46,46% free cash flow 2013 k wacc (3.213.072.000.000) (1+46,46%)1 1.087.186.647.365 (1+46,46%)4 = (3.213.072.000.000) 1.087.186.647.365 firm value = = + + 1.087.186.647.365 46,46% 1.028.963.857.933 (1+46,46%)2 = + 2.340.088.807.750 1.063.600.888.128 (1+46,46%)3 2.340.088.807.750 (1+46,46%)4 + 1.028.963.857.933 + 2.340.088.807.750 + 1.063.600.888.128 (630.709.638.218) Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 86.450.000.000 number of shares = 2.304.131.850 firm value = (630.709.638.218) = equity value = debt value + equity value 86.450.000.000 + equity value (717.159.638.218) + + 110 equity value number of shares Share value = (717.159.638.218) 2.304.131.850 = = (311) Nilai interinsik PTBA untuk 2010 adalah Rp-311. Tabel 4.74. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2011 PTBA Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) Sales 9.837.684.938.239 12.236.459.796.338 15.220.140.641.565 18.931.348.200.755 Operating income 2.804.313.867.775 3.488.104.580.984 4.338.627.607.876 5.396.538.172.177 701.078.466.944 872.026.145.246 1.084.656.901.969 1.349.134.543.044 Net operating profits after tax 2.103.235.400.831 2.616.078.435.738 3.253.970.705.907 4.047.403.629.133 Plus: depreciation expense 1.240.788.147.597 1.331.410.498.366 1.428.651.553.928 1.532.994.718.793 1.850.744.995.404 2.302.021.956.559 2.863.336.170.915 3.561.518.605.116 3.269.306.640 4.066.479.005 5.058.030.134 6.291.356.429 1.854.014.302.045 2.306.088.435.565 2.868.394.201.049 3.567.809.961.545 1.490.009.246.384 1.641.400.498.539 1.814.228.058.785 2.012.588.386.380 Less: tax Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 46,46% free cash flow 2014 k wacc 1.490.009.246.384 (1+46,46%)1 2.012.588.386.380 (1+46,46%)4 = firm value = = + + 2.012.588.386.380 46,46% 1.641.400.498.539 (1+46,46%)2 = + 4.331.947.572.196 1.814.228.058.785 (1+46,46%)3 4.331.947.572.196 (1+46,46%)4 1.490.009.246.384 + 1.641.400.498.539 2.012.588.386.380 + 4.331.947.572.196 + 1.814.228.058.785 3,738,953,312,160 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 86.450.000.000 number of shares = 2.304.131.850 firm value = 3,738,953,312,160 = equity value = + debt value + equity value 86.450.000.000 + equity value 3.652.503.312.159 + 111 Share value = equity value number of shares = 3.652.503.312.159 2.304.131.850 = 1.585 Nilai interinsik PTBA untuk tahun 2011 adalah Rp1.585. 4.1.12. PT Brau Coal Energy Tbk. (BRAU) Proses hitung nilai interinsik BRAU adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.75. Cost of debt BRAU BRAU Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam jutaan rupiah) 2010 Hutang bank Hutang jangka pendek Hutang jangka panjang 6.812.194 Total hutang bank = 6.812.194 Total (a) = 6.812.194 Interest Biaya bunga 781.538 Total Interest expense (b) = 781.538 Interest Rate kb (b/a) = 11,47% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) Sumber: investingbusinessweek.com dan hitungan penulis 8,60% 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 112 Tabel 4.76. Cost of Equity BRAU BRAU Cost of Equity 2010 Ket N 216 apendix a CoVariance 0,0000774849 apendix a Variance 0,0012365962 apendix a Return IHSG 14,49% a ß 0,062659845 b SBI 6,64% c Cost of Equity 7,13% c + (b x (a-c)) Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis 3. Mencari WACC Tabel 4.77. WACC BRAU BRAU Weighted Cost of Capital 2010 Keterangan Cost of debt 8,60% a Cost of Equity 7,13% b Percent of debt 54,68% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 45,32% b / (a+b) x 100% d 7,94% (a x c) + (b x d) WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan BRAU dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.78. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara Sales Operating income Capital Expenditure depreciation Working Capital Sumber: hitungan penulis 2006/7 - 2010 39,49% 59,70% 14,89% 97,97% 51,22% 113 Setelah asumsi angka rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara diketahui. maka selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BRAU tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.79. Estimasi Arus Kas BRAU 2011 BRAU Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales Operating income 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 13.353.610.315.354 18.600.062.256.594 25.907.773.836.366 36.086.585.942.385 2.923.097.011.525 4.071.542.085.807 5.671.195.615.861 7.899.331.269.466 Less: tax 730.774.252.881 1.017.885.521.452 1.417.798.903.965 1.974.832.817.366 Net operating profits after tax 2.192.322.758.644 3.053.656.564.355 4.253.396.711.896 5.924.498.452.099 Plus: depreciation expense 1.298.909.757.142 1.623.427.544.929 2.029.022.400.627 2.535.950.504.909 1.953.943.219.512 2.721.620.945.235 3.790.908.812.279 5.280.305.344.569 531.523.833.355 740.352.321.043 1.031.226.682.373 1.436.381.625.631 2.485.467.052.867 3.461.973.266.277 4.822.135.494.652 6.716.686.970.199 1.005.765.462.918 1.215.110.843.006 1.460.283.617.870 1.743.761.986.809 Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 7,94% free cash flow 2014 k wacc 1.005.765.462.918 1 (1+7,94%) 1.743.761.986.809 4 (1+7,94%) = firm value = = + + 1.743.761.986.809 7,94% 1.215.110.843.006 2 (1+7,94%) = + 21.969.844.922.148 1.460.283.617.870 (1+7,94%)3 21.969.844.922.148 (1+7,94%)4 1.005.765.462.918 + 1.743.761.986.809 + 21.969.844.922.148 1.215.110.843.006 + 1.460.283.617.870 20.606.926.515.895 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 6.812.194.000.000 number of shares = 34.900.000.000 firm value = 20.606.926.515.895 = equity value = + debt value + equity value 6.812.194.000.000 + equity value 13.794.732.515.895 + 114 Share value = equity value number of shares = 13.794.732.515.895 = 395 34.900.000.000 Nilai interinsik BRAU untuk tahun 2011 adalah Rp395. 4.1.13. PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK) Proses hitung nilai interinsik PKPK adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.80. Cost of debt PKPK PKPK Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah) 2010 Hutang bank 2009 Hutang bank jangka pendek 96.081.223.937 82.801.622.242 Hutang bank jangka panjang 49.922.622.965 71.176.529.562 146.003.846.902 153.978.151.804 Total hutang bank = Pihak ketiga Pihak ketiga 11.900.491.087 12.345.951.200 Hubungan istimewa jangka pendek 4.847.727.533 6.590.505.384 Hubungan istimewa jangka panjang 23.739.764.083 23.739.764.083 40.487.982.703 42.676.220.667 Total hutang dengan pihak ketiga = Total (a) = 186.491.829.605 196.654.372.471 Interest Biaya bunga 18.536.758.310 10.733.018.213 Total Interest expense (b) = 18.536.758.310 10.733.018.213 Average Interest Rate kb (b/a) = 9,94% 5,46% 7,45% 4,09% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) Sumber: Real-time Investor.com dan hitungan penulis 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 115 Tabel 4.81. Cost of Equity PKPK PKPK Cost of Equity 2010 N 2009 244 Ket 242 apendix a CoVariance 0,000137459 0,000116112 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß 0,857192687 0,509429126 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 38,50% Sumber: SBI, IHSG dan hitungan penulis 42,69% c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.82. WACC PKPK PKPK Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan 7,45% 4,09% a Cost of Equity 38,50% 42,69% b Percent of debt 16,22% 8,75% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 83,78% 91,25% b / (a+b) x 100% d 33,46% 39,32% (a x c) + (b x d) Cost of debt WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan PKPK dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.83. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara 2006/2007 - 2010 sal 39,29% op inc 21,89% capex 14,11% depre 24,98% wc Sumber: hitungan penulis 51,88% 116 Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010, penulis menggunakan data actual dan forecast. Nilai interinsik untuk PKPK tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.84. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2009 PKPK Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) 2010 (actual) 383.836.032.612 290.440.471.584 367.063.833.959 463.901.802.202 Operating income 45.846.918.684 27.772.793.710 94.618.646.469 119.580.728.359 Less: tax 11.461.729.671 6.943.198.428 23.654.661.617 29.895.182.090 Net operating profits after tax 34.385.189.013 20.829.595.283 70.963.984.852 89.685.546.269 Plus: depreciation expense 45.181.257.581 39.526.598.313 48.079.284.605 58.482.584.052 60.154.098.717 Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) Less investments: In net working capital 30.929.464.025 21.835.945.004 47.597.129.389 In new capital (CAPEX) 769.906.318 5.656.016.000 16.137.776.709 20.395.209.243 Total net investment for the period 31.699.370.343 27.491.961.004 63.734.906.099 80.549.307.959 45.181.257.581 32.864.232.592 55.308.363.358 67.618.822.361 Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 39,32% free cash flow 2014 k wacc 45.181.257.581 1 (1+39,32%) 67.618.822.361 4 (1+39,32%) = firm value = = + + 67.618.822.361 39,32% 32.864.232.591 2 (1+39,32%) = + 171.989.084.888 55.308.363.358 (1+39,32%)3 171.989.084.888 (1+39,32%)4 45.181.257.581 + 32.864.232.591 67.618.822.361 + 171.989.084.888 + 55.308.363.358 133.424.253.456 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 196.654.372.471 number of shares = 539.368.500 firm value = + debt value + equity value 133.424.253.456 = 196.654.372.471 + equity value equity value = (63.230.119.014) + 117 Share value = equity value number of shares (63.230.119.014) 539.368.500 = = (117). Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2009 adalah Rp-117. Tabel 4.85. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2010 PKPK Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 290.440.471.584 373.301.587.600 479.802.537.658 616.687.640.208 27.772.793.710 115.892.800.929 148.956.398.336 191.452.863.573 Operating income Less: tax 6.943.198.428 28.973.200.232 37.239.099.584 47.863.215.893 Net operating profits after tax 20.829.595.283 86.919.600.697 111.717.298.752 143.589.647.679 Plus: depreciation expense 39.526.598.313 47.367.425.475 56.763.624.796 68.023.732.928 77.976.814.633 Less investments: In net working capital 43.671.890.008 47.201.965.469 60.668.434.228 In new capital (CAPEX) 5.656.016.000 18.480.181.678 23.752.478.853 30.528.934.267 49.327.906.008 65.682.147.147 84.420.913.082 108.505.748.900 11.028.287.588 68.604.879.024 84.060.010.467 103.107.631.708 Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 33,46% free cash flow 2013 k wacc 11.028.287.587 (1+33,46%)1 103.107.631.707 (1+33,46%)4 = firm value = = + + 103.107.631.707 33,46% 68.604.879.024 (1+33,46%)2 = + 308.154.690.237 84.060.010.466 (1+33,46%)3 308.154.690.237 (1+33,46%)4 11.028.287.587 + 68.604.879.024 103.107.631.707 + 308.154.690.237 + 84.060.010.466 211.776.596.266 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 186.491.829.605 number of shares = 539.368.500 firm value = + debt value + equity value 211.776.596.266 = 186.491.829.605 + equity value equity value = 25.284.766.661 + 118 equity value number of shares Share value = 25.284.766.661 539.368.500 = = 47 Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2010 adalah Rp47. Tabel 4.86. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2011 PKPK Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 404.550.584.128 563.493.008.484 784.881.750.437 1.093.251.119.167 Operating income 88.555.871.824 123.348.269.885 171.810.128.117 239.311.991.575 Less: tax 22.138.967.956 30.837.067.471 42.952.532.029 59.827.997.894 Net operating profits after tax 66.416.903.868 92.511.202.414 128.857.596.088 179.483.993.681 Plus: depreciation expense 49.401.868.071 61.744.361.344 77.170.485.785 96.450.651.471 In net working capital 59.195.142.897 82.452.109.742 114.846.422.665 159.968.020.713 In new capital (CAPEX) 16.102.632.336 22.429.137.654 31.241.240.898 43.515.499.701 Total net investment for the period 75.297.775.233 104.881.247.396 146.087.663.563 203.483.520.414 40.520.996.706 49.374.316.361 59.940.418.308 72.451.124.738 Less investments: Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 33.46% free cash flow 2014 k wacc 40.520.996.706 (1+33,46%)1 72.451.124.738 (1+33,46%)4 = firm value = 72.451.124.738 33,46% = 49.374.316.361 + + (1+33,46%)2 = + 216.532.506.191 59.940.418.308 (1+33,46%)3 216.532.506.191 (1+33,46%)4 40.520.996.706 + 49.374.316.361 72.451.124.738 + 216.532.506.191 + 59.940.418.308 174.388.473.651 Setelah firm value diketahui. maka selanjutnya mencari share value. debt value = 186.491.829.605 number of shares = 539.368.500 firm value = + debt value + equity value 174.388.473.651 = 186.491.829.605 + equity value equity value = (12.103.355.953) + 119 Share value = equity value number of shares = (12.103.355.953) 539.368.500 = -22 Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2011 adalah Rp-22. 4.1.14. PT ATPK Resource Tbk. (ATPK) Proses hitung nilai interinsik ATPK adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Cost of debt Tabel 4.87. Cost of debt ATPK ATPK Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah) 2010 Obligasi Obligasi jangka pendek Total obligasi = 2009 98.700.000 129.700.000 98.700.000 129.700.000 Pihak ketiga Pihak ketiga - Hubungan istimewa jangka pendek 24.517.988.209 7.560.805.439 2.079.964.522 Total hutang dengan pihak ketiga = 7.560.805.439 26.597.952.731 Total (a) = 7.659.505.439 26.857.352.731 190.700.000 46.294.522 Total Interest expense (b) = 190.700.000 46.294.522 Average Interest Rate kb (b/a) = 2,49% 0,17% Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate)) 1,87% Sumber: investing businesweek.com dan hitungan penulis 0,13% Interest Beban bunga 2. Mencari Cost of Equity Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai berikut: 120 Tabel 4.88. Cost of Equity ATPK ATPK Cost of Equity 2010 2009 Ket N 244 242 CoVariance -0,000008613 0,000283896 apendix a Variance 0,000160359 0,000227926 apendix a Return IHSG 43,80% 76,32% a ß -0,053713188 1,245563056 b SBI 6,64% 7,77% Cost of Equity 4,64% 93,16% Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis apendix a c c + (b x (a-c)) 3. Mencari WACC Tabel 4.89. WACC ATPK ATPK Weighted Cost of Capital 2010 2009 Keterangan Cost of debt 1,87% 0,13% a Cost of Equity 4,64% 93,16% b Percent of debt 28,68% 0,14% a / (a+b) x 100% c Percent of equity 71,32% 99,86% b / (a+b) x 100% d 3,85% 93,03% (a x c) + (b x d) WACC Sumber: hitungan penulis 4. Mencari discounted cash flow. Dasar asumsi pertumbuhan ATPK dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan industri perusahaan. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Pertumbuhan rata-rata ATPK dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.90. Pertumbuhan Rata-rata ATPK 2006 - 2010 sal 23,64% op inc 0,00% capex 27,37% depre 25,39% wc Sumber: hitungan penulis 59,61% 121 Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data actual. Nilai interinsik untuk ATPK tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.91. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2009 ATPK Estimasion Of Free Cash flow 2009 (actual) Sales Operating income 2011 (forecast) 2012 (forecast) 6.116.760.000 5.893.372.408 5.678.143.059 (29.720.500.000) (10.488.800.000) - - (7.430.125.000) (2.622.200.000) - - (22.290.375.000) (7.866.600.000) - - 7.549.000.000 7.369.800.000 10.811.046.828 15.859.145.910 75.877.300.000 (111.693.796) (107.614.674) 107.500.000 (111.693.796) (107.614.674) Less: tax Net operating profits after tax 2010 (actual) 2.832.000.000 Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital 74.678.700.000 In new capital (CAPEX) 25.600.000 Total net investment for the period 74.704.300.000 75.984.800.000 (223.387.592) (215.229.349) (89.445.675.000) (76.481.600.000) 11.034.434.421 16.074.375.259 Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 93,03% free cash flow 2014 k wacc (89.445.675.000) 1 (1+93,03%) 16.074.375.258 4 (1+93,03%) = firm value = = + + 16.074.375.258 93,03% (76.481.600.000) 2 (1+93,03%) = + 17.279.058.017 11.034.434.420 (1+93,03%)3 17.279.058.017 (1+93,03%)4 (89.445.675.000) + (76.481.600.000) 16.074.375.258 + 17.279.058.017 + 11.034.434.420 (62.928.023.169) Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 26.857.352.731 number of shares = 831.204.669 firm value = (62.928.023.169) = equity value = debt value + equity value 26.857.352.731 + equity value (89.785.375.900) + + 122 equity value number of shares Share value = = (89.785.375.900) 831.204.669 = (108). Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2009 adalah Rp-108. Tabel 4.92. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2010 ATPK Estimasion Of Free Cash flow 2010 (actual) Sales 2011 (forecast) 2012 (forecast) 2013 (forecast) 6.116.760.000 7.562.923.783 9.350.998.919 11.561.822.291 (10.488.800.000) - - - Less: tax (2.622.200.000) - - - Net operating profits after tax (7.866.600.000) - - - 7.369.800.000 10.366.220.398 14.580.928.295 20.509.256.197 1.105.411.686 Operating income Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital 1.642.380.000 723.081.891 894.037.568 In new capital (CAPEX) 1.642.380.000 723.081.891 894.037.568 1.105.411.686 3.284.760.000 1.446.163.783 1.788.075.136 2.210.823.372 (3.781.560.000) 8.920.056.615 12.792.853.159 18.298.432.824 Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 3,85% free cash flow 2013 k wacc (3.781.560.000) (1+3,85%)1 18.298.432.824 (1+3,85%)4 = firm value = = + + 18.298.432.824 3,85% (8.920.056.615) (1+3,85%)2 = + 475.581.055.942 12.792.853.159 (1+3,85%)3 475.581.055.942 (1+3,85%)4 (3.781.560.000) + (8.920.056.615) 18.298.432.824 + 475.581.055.942 + 12.792.853.159 440.706.809.758 Setelelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 7.659.505.439 number of shares = 831.204.669 firm value = 440.706.809.758 = equity value = debt value + equity value 7.659.505.439 + equity value 433.047.304.319 + + 123 equity value number of shares Share value = 433.047.304.319 831.204.669 = = 521 Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2010 adalah Rp521. Tabel 4.93. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2011 ATPK Estimasion Of Free Cash flow 2011 (forecast) Sales 2012 (forecast) 2013 (forecast) 2014 (forecast) 8.519.951.842 11.867.325.087 16.529.835.768 23.024.183.507 Operating income - - - - Less: tax - - - - Net operating profits after tax - - - - 9.211.060.472 11.512.338.872 14.388.565.432 17.983.384.393 1.246.666.762 3.212.359.292 2.418.698.746 3.368.972.599 339.126.076 472.364.100 657.949.533 916.448.959 1.585.792.838 3.684.723.392 3.076.648.279 4.285.421.558 7.625.267.634 7.827.615.479 11.311.917.153 13.697.962.834 Plus: depreciation expense Less investments: In net working capital In new capital (CAPEX) Total net investment for the period Free cash flow Sumber: hitungan penulis WACC= terminal value = firm value = 3,85% free cash flow 2014 k wacc 7.625.267.634 (1+3,85%)1 13.697.962.834 (1+3,85%)4 = firm value = 13.697.962.834 3,85% = 7.827.615.479 + + (1+3,85%)2 = + 356.013.637.439 11.311.917.153 (1+3,85%)3 356.013.637.439 (1+3,85%)4 7.625.267.634 + 7.827.615.479 13.697.962.834 + 356.013.637.439 + 11.311.917.153 342.591.991.010 Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value. debt value = 7.659.505.439 number of shares = 831.204.669 firm value = 342.591.991.010 = equity value = + debt value + equity value 7.659.505.439 + equity value 334.932.485.571 + 124 Share value = equity value number of shares = 334.932.485.571 831.204.669 = 403 Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2011 adalah Rp403. 4.2. Titik Tertinggi. Terendah. dan Harga Wajar Untuk menentukan nilai wajar, penulis menggunakan nilai interinsik dari hasil metode discounted cash flow. Sementara untuk titik tertinggi dan terendah, penulis menggunakan titik dimana Bursa saham sendang berada dalam kondisi bearish yang cukup dalam karena sentimen negatif terhadap bursa yang cukup tinggi dan pada saat index berada dalam kondisi bullish karena sentimen positif terhadap bursa yang kuat pada tahun 2009, 2010, dan 2011 (hingga 26 July 2011). Titik-titik dari sentimen negatif dan positif yang kuat dari IHSG dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.94. Titik Tertinggi Dan Terendah Tahun 2009 2010 2011 Nilai terendah Tanggal Nilai Index 3/2/09 1256.11 2/8/10 2475.57 1/24/11 3346.06 Nilai tertinggi Tanggal Nilai Index 12/30/09 2534.36 12/9/10 3786.10 7/26/11 4132.78 Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) Pada tahun 2009, titik terendah jatuh pada tanggal 3/2/09 yaitu ketika sedang terjadi ressesi global dan tertinggi 12/30/09 ketika ekonomi sedang dalam pemulihan. Pada tahun 2010 titik terendah jatuh pada tanggal 2/8/10 yaitu ketika ekonomi sedang dilanda spekulasi negatif akibat lanjutan dari resesi dan tertinggi 12/9/10 yaitu pada saat optimisme global dan domestik sedang membaik. Pada tahun 2011 titik terendah jatuh pada tanggal 1/24/11 yaitu ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga, dan tertinggi 7/26/11 yaitu ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik. Dari titik tertinggi pada saat pasar saham sendang dalam kondisi bullish dan terendah pada saat harga saham sendang dalam kondisi pada kondisi bearish, maka pada tanggal 125 tersebut akan dicari harga saham emiten-emiten perusahaan batu bara. Harga saham emiten batu bara pada saat titik tertinggi dan terendah dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.95. Titik Tertinggi Dan Terendah Saham Emiten Batu Bara Date IHSG ADRO ATPK BORN 7/22/11 4106.82 2500 156 1400 1/24/11 3346.06 2350 188 1620 12/9/10 3786.1 2625 162 1370 2/8/10 2475.57 1840 220 12/30/09 2534.36 1730 265 3/2/09 1256.11 740 129 Date IHSG GTBO HRUM INDY 7/22/11 4106.82 139 10400 3850 1/24/11 3346.06 62 8700 4275 12/9/10 3786.1 62 7550 4600 2/8/10 2475.57 74 2250 12/30/09 2534.36 66 2225 3/2/09 1256.11 1510 Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) BRAU 530 530 510 ITMG 49300 46050 52750 28950 31800 9600 BUMI 3125 3025 3025 2400 2425 770 KKGI 6250 3650 2800 - BYAN 23350 17400 12650 5700 5650 1080 PKPK 165 157 184 290 310 310 DEWA 121 62 75 117 136 57 PTBA 20900 19700 22000 15550 17250 7450 Dari titik tertinggi dan terendah harga saham emiten batu bara, maka titik tertinggi dan terendah disatukan dengan nilai interinsik emiten-emiten batu bara. Harga-harga saham dengan nilai interinsik, pada saat pasar bullish dan bearish dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.96. Titik Saat Pasar Bullish. Bearish. dan Nilai Interinsik Emiten 2009 bearish Interinsik 2010 bullish bearish Interinsik ADRO 740 983 1730 1.840 419 ATPK 265 (108) 129 162 521 BORN BRAU BUMI 770 2.425 2.425 2.400 (885) BYAN 1.080 6.266 5.650 5.700 9.609 DEWA 57 480 136 117 62 GTBO HRUM INDY 1.510 (977) 2.225 2.250 (695) ITMG 9.600 72.983 31.800 28.950 32.010 KKGI PKPK 310 (117) 310 290 47 PTBA 7.450 4.222 17.250 15.550 -311 Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis 2011 bullish bearish 2.625 220 1.370 510 3.025 12.650 75 7.550 4.600 52.750 2.800 184 22.000 2.350 188 1.620 530 3.025 17.400 62 62 8.700 4.275 46.050 3.650 157 19.700 Interinsik 2.086 403 2.408 395 (404) 7.887 141 87 10.959 458 40.143 (56.784) -22 1.585 bullish 2.500 156 1.400 530 3.125 23.350 121 139 10.400 3.850 49.300 6.250 165 20.900 126 b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada Rp2,500. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal. 4. Tahun 2011, nilai interinsik BORN berada pada Rp2,408. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BORN berada pada Rp1,620. Kesimpulannya saham BORN saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BORN berada pada Rp1,400. Kesimpulannya saham BORN saat itu sedang murah. 5. Tahun 2009, nilai interinsik BUMI berada pada Rp2.425. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada pada Rp770. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada Rp2,425. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang wajar. 6. Tahun 2010, nilai interinsik BUMI berada pada Rp-885. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada pada Rp2,400. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada Rp3,025. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal. 127 7. Tahun 2011, nilai interinsik BUMI berada pada Rp-404. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada pada Rp3,025. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada Rp3,125. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal. 8. Tahun 2009, nilai interinsik BYAN berada pada Rp1.080. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada pada Rp1,080. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang wajar. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada Rp5,650. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal. 9. Tahun 2010, nilai interinsik BYAN berada pada Rp9.609. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada pada Rp5,700. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada Rp12,650. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal. 10. Tahun 2011, nilai interinsik BYAN berada pada Rp7,887. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: 128 a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada pada Rp17,400. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada 23,350. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal. 11. Tahun 2009, nilai interinsik DEWA berada pada Rp480. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA berada pada Rp57. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada Rp136. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah. 12. Tahun 2010, nilai interinsik DEWA berada pada Rp62. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA berada pada Rp117. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada Rp75. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang mahal. 13. Tahun 2011, nilai interinsik DEWA berada pada Rp141. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA berada pada Rp141. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang dalam harga wajar. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada Rp121. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah. 129 14. Tahun 2011, nilai interinsik GTBO berada pada Rp87. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham GTBO berada pada Rp62. Kesimpulannya saham GTBO saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham GTBO berada pada Rp139. Kesimpulannya saham GTBO saat itu sedang mahal. 15. Tahun 2011, nilai interinsik HRUM berada pada Rp10.959. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham HRUM berada pada Rp8,700. Kesimpulannya saham HRUM saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham HRUM berada pada Rp10,400. Kesimpulannya saham HRUM saat itu sedang murah. 16. Tahun 2009, nilai interinsik INDY berada pada Rp-977. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada pada Rp1,510. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada Rp2,225. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal. 17. Tahun 2010, nilai interinsik INDY berada pada Rp-695. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: 130 a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada pada Rp4,275. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada Rp3,850. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal. 18. Tahun 2011, nilai interinsik INDY berada pada Rp458. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada pada Rp4,275. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada Rp3,850. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal. 19. Tahun 2009, nilai interinsik ITMG berada pada Rp72,983. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada pada Rp9,600. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada Rp31,800. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah. 20. Tahun 2010, nilai interinsik ITMG berada pada Rp32.010. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada pada Rp28,950. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada Rp52,750. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal. 131 21. Tahun 2011, nilai interinsik ITMG berada pada Rp40,143. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada pada Rp46,050. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada Rp49,300. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal. 22. Tahun 2011, nilai interinsik KKGI berada pada Rp-56,784. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham KKGI berada pada Rp46,050. Kesimpulannya saham KKGI saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham KKGI berada pada Rp49,300. Kesimpulannya saham KKGI saat itu sedang mahal. 23. Tahun 2009, nilai interinsik PTBA berada pada Rp4.222. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada pada Rp7,450. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada Rp17,250. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal. 24. Tahun 2010, nilai interinsik PTBA berada pada Rp-311. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: 132 a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada pada Rp15,550. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada Rp22,000. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal. 25. Tahun 2011, nilai interinsik PTBA berada pada Rp1.585. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada pada Rp19.700. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada Rp20.900. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal. 26. Tahun 2011, nilai interinsik BRAU berada pada Rp395. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BRAU berada pada Rp530. Kesimpulannya saham BRAU saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BRAU berada pada Rp530. Kesimpulannya saham BRAU saat itu sedang mahal. 27. Tahun 2009, nilai interinsik PKPK berada pada Rp-117. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada pada Rp310. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada Rp310. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal. 133 28. Tahun 2010, nilai interinsik PKPK berada pada Rp47. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada pada Rp290. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada Rp184. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal. 29. Tahun 2011, nilai interinsik PKPK berada pada Rp-22. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada pada Rp157. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada Rp165. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal. 30. Tahun 2009, nilai interinsik ATPK berada pada Rp-108. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada pada Rp265. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang mahal. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada Rp129. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang mahal. 31. Tahun 2010, nilai interinsik ATPK berada pada Rp521. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010 dijabarkan sebagai berikut: 134 a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada pada Rp162. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada Rp220. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah. 32. Tahun 2011, nilai interinsik ATPK berada pada Rp403. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut: a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada pada Rp188. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah. b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada Rp156. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah. Secara keseluruhan, harga saham-saham batu bara yang terdaftar di bursa efek Indonesia sedang dalam keadaan mahal. Pada tahun 2009 pada saat terjadi resesi global, harga saham sedang dalam keadaan murah. Begitu dalam tahap pemulihan, harga saham mulai bergerak naik dan memnyebabkan rata-rata sedang dalam keadaan mahal. Pada tahun 2010, rata-rata harga saham batu bara sedang dalam keadaan mahal, dengan kondisi perekonomian dunia yang sudah membaik. Pada tahun 2011, pada saat pengumuman suku bunga Bank Indonesia, index mengalami penurunan, dan menyebabkan harga saham turun, namun masih diatas nilai interinsiknya atau rata-rata harga sedang dalam keadaan mahal. Nilai interinsik industri batu bara dari tahun 2009 ke 2010 rata-rata mengalami penurunan. Namun, nilai interinsik dari tahun 2009 hingga 2011 rata-rata mengalami kenaikan karena kondisi perekonomian yang membaik, dan diikuti pula dengan harga saham yang juga mengalami peningkatan sehingga menyebabkan rata-rata harga saham-saham batu bara pada titik terendah dan tertinggi di 135 2011 dalam keadaan mahal. Hanya 2 perusahaan yang harga sahamnya masih jauh dibawah nilai interinsiknya yaitu BORN dan HRUM. 5.2. Saran Berdasarkan penelitian ini, saran yang penulis dapat berikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk Investor: a. Untuk saham-saham di sektor batu bara, saham-saham yang masih dapat dijadikan instrumen investasi jangka panjang untuk mendapat potensi capital gain saat ini adalah HRUM dan BORN karena kedua saham tersebut pada saat index titik tertingginya (bullish) dan dalam titik terendahnya (bearish), harga saham kedua perusahaan tersebut masih dibawah nilai interinsiknya. b. Untuk saham-saham yang sudah tergolong mahal (di atas nilai interisniknya) pada saat pasar sedang dalam kondisi titik tertingginya (bullish), startegi investasi yang dapat penulis berikan adalah melakukan short term trading dan lebih disiplin dalam kebijakan investasi. 2. Implikasi Managerial Implikasi untuk Manager yang berada dalam lingkup investasi saham-saham batu bara, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk berinvestasi pada saham-saham batu bara. Saham-saham yang masih dapat dijadikan instrumen investasi jangka panjang untuk mendapat potensi capital gain saat ini adalah HRUM dan BORN karena kedua saham tersebut pada saat index titik tertingginya (bullish) dan dalam titik terendahnya (bearish), harga saham kedua perusahaan tersebut masih dibawah nilai interinsiknya. Industri batu bara rentan terhadap perekonomian dunia. Pada saat perekonomian sedang dalam resesi pada mei 2009, berdampak pada penurunan permintaan batu bara. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk membeli saham-saham batu bara yang tergolong murah. Begitu perekonomian 136 membaik pada juli 2011, permintaan batu bara kembali mengalami kenaikan sehingga harga saham-saham batu bara naik. 3. Untuk Management masing-masing perusahaan Dengan melihat kondisi harga batu bara yang rentan terhadap perekonomian, maka saran yang penulis dapat berikan adalah membeli kembali saham perusahaan ketika perekonomian dunia sedang dalam resesi, karena harga saham sedang tergolong murah. Sebaliknya, begitu perekonomian sedang naik, dan harga saham sudah tergolong mahal, maka perusahaan dapat menjual kembali saham perusahaan. 4. Untuk penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk industri lainnya.