1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu bara adalah

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Batu bara adalah salah satu kekayaan alam Indonesia. Menurut management
batubara-indonesia.com (www.batubara-indonesia.com) sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui yang berupa batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70%
berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan
termasuk inherent moisture. Batu bara berfungsi untuk bahan bakar pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) hingga coke untuk pembuatan baja. Menurut Mashud Toarik dari
majalah Investor bulan April 2011, batu bara menjadi bahan baku bagi industri nasional
maupun manca negara. Batu bara bisa diperoleh dengan pertambangan. Menurut
management
batubara-indonesia.com
(www.batubara-indonesia.com)
perusahaan
sedang atau menengah yang memiliki modal antara US$10 juta hingga US$50 juta bisa
terjun ke bisnis pertambangan batu bara. Perusahaan juga perlu menilai kualitas batu
bara di daerah pertambangan. Kualitas batubara adalah hal yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan yang ingin terjun ke pertambangan batu bara dengan tujuan untuk
menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat
dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian yang akan ditambang. Besarnya
area pertambangan batu bara yang tersebar di seluruh Indonesia cukup beragam
tergantung dari cadangan batu bara di setiap titik yang sudah ditemukan hingga tahun
2011. Menurut Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral penyebaran
cadangan batu bara yang tersebar di Indonesia hingga tahun 2011 digambarkan sebagai
berikut:
1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Batu Bara
Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di batu bara Indonesia.com
(www.batubara-indonesia.com) batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih
dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material
karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang
dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lainlain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan
(dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik
sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap, yaitu tahap biokimia
(penggambutan)
dan
tahap
geokimia
(pembatubaraan).
Tahap
penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan
dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu
tergenang air pada kedalaman 0,5-10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini
melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi
humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut.
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,
kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut.
Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
10
2
Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia
Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara
Cadangan batu bara di Indoensia tersebar di darah Sumatra, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut management batubara-indonesia.com
(www.batubara-indonesia.com), World Energy Council memperkirakan cadangan
batubara dunia terbukti mencapai 847.488 juta ton pada akhir 2007 yang tersebar di
lebih dari 50 negara. Di Indonesia sendiri, menurut Dirjen Minerba Kementrian ESDM
Bambang Setiawan yang dikutip di majalah Investor bulan April 2011, sumber daya dan
cadangan batu bara nasional sebesar 105,2 miliar ton. Sedangkan nilai cadangan sebesar
21,13 miliar ton. Besarnya cadangan batu bara nasional menyebabkan peningkatan
produksi batu bara setiap tahunnya. Menurut data ESDM, produksi batu bara Indonesia
meningkat dari 132,352,025 ton per 2004, hingga 275,164,196 ton pada tahun 2010.
Sementara total ekspor meningkat dari 93,758,806 ton per 2004 hingga 208,000,000 ton
per 2010. Statistik data pasokan batu bara dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara
dijabarkan sebagai berikut:
3
Gambar 1.2. Realisasi Produksi, Ekspor, Impor, dan Kebutuhan dalam Negeri
Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara
Menurut Fajar Widhiyanto dalam artikelnya yang berjudul “Ironi Eksploitasi Tanpa
Kontrol” di majalah Investor bulan April 2011 mengatakan dengan mencermati volume
produksi batu bara tiap tahun, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan produksi
sebesar 14,8%. Untuk pertumbuhan ekspor, berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Batu
Bara Indonesia (APBI), pertumbuhan ekspor mengalami peningkatan hingga 15,1% per
tahun. Sementara pertumbuhan penjualan domestik hanya sebesar 13,8%. Ketua umum
APBI Kamandanu mengungkapkan pada Konferensi Tahunan Batu bara Indonesia ke 3,
yang berlangsung di Jakarta (31/3), Indonesia kini menempati posisi teratas sebagai
eksportir batu bara thermal, melampaui raja ekspor Australia. Kondisi ini disebabkan
karena melimpahnya cadangan batu bara Indonesia.
Batu bara memberikan kontribusi terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia.
Menurut Mashud Toarik dari majalah Investor bulan April 2011, pertambangan batu
bara punya arti sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Bukan hanya
sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam bentuk pajak maupun royalti, tetapi
juga sebagai pemasok energi primer. Tingkat ketergantungan terhadap batu bara
4
semakin hari semakin besar, diikuti dengan harga minyak yang semakin melambung,
karena batu bara berperan besar menjadi energi pengganti yang effisien dan ekonomis.
Menurut Singgih dari Masyarakat Batubara Indonesia yang dikutip di majalah Investor
bulan April 2011, batu bara tak sekedar komoditas ekonomi, tetapi juga economic
booster. Selain itu, menurut data dari Ditjen Minerba, saat ini batu bara juga sudah
merupakan revenue driver di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena setiap kenaikan
US$1 per ton batu bara, akan memberikan kenaikan pendapatan negara bukan pajak
(PNBP) batu bara sebesar Rp361 miliar. Sementara PNBP dari mineral dan batu bara
tahun 2010 tercatat sebesar Rp18,7 triliun, naik 22% dari tahun 2009 yang sebesar
Rp15,3 triliun. Kenaikan komoditas batu bara mengikuti kenaikan harga minyak dunia,
karena batubara adalah komoditas subtitusi minyak.
Permintaan batubara ke depan akan mengalami peningkatan yang cukup besar.
Menurut Makmun dari Peneliti Utama Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan
(www.majalahtambang.com) permintaan batu bara dapat diukur berdasarkan kebutuhan
impor batu bara dari beberapa negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan
data yang dirilis oleh Merrill Lynch 8 Juni 2010, kebutuhan impor batu bara pada tahun
2009 mencapai 591 metrik ton (Mt), tahun 2010 diperkirakan naik menjadi 635 Mt dan
pada tahun 2015 diperkirakan akan naik menjadi 803 Mt. International Energy Agency
(IEA) memprediksi pada 1990 total konsumsi batubara dunia baru mencapai 3.461 juta
ton, pada 2007 meningkat menjadi 5.522 juta ton atau meningkat sebesar 59,5%, atau
rata-rata 3,5% per tahun. Kontribusi batu bara untuk pembangkit listrik dunia
diperkirakan akan meningkat dari 41% pada 2006 menjadi 46% pada 2030.
Meningkatnya peran batu bara sebagai pemasok energi di masa-masa mendatang
membuat industri ini memiliki daya tarik yang sangat besar bagi para investor tak
terkecuali di Indonesia.
5
Kenaikan harga dan konsumsi batu bara menyebabkan banyak Investor yang
tertarik untuk mengelola bisnis pertambangan batu bara. Namun menurut Frans S
Imung dalam artikelnya yang berjudul “Metamorfosis Bisnis Indika” di majalah
Investor bulan April 2011, investasi batu bara tak hanya diminati di lahan
pertambangan. Di bursa saham, likuiditas saham sektor ini meningkat tajam, terutama
setelah bencana tsunami melanda Jepang. Hingga April 2011, Jepang membutuhkan 90
juta ton batu bara. Pasokan dari Indonesia sekitar 28 hingga 30 juta ton. Menurut Satrio
Utomo analis pertambangan dari Universal Broker Indonesia, yang dikutip di majalah
Investor bulan April 2011, emiten batu bara dengan volume pasar spot besar seperti
Indo Tambang Raya (ITMG) dan Harum Energy terimbas sentimen positif karena
produk-produk mereka memang paling banyak digunakan di Jepang, Ada banyak
pilihan saham batu bara di daftar emiten BEI. Pilihan saham-saham batu bara di daftar
emiten BEI dijabarkan sebagai berikut:
1. Indika Energy Tbk (INDY)
2. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA)
3. Indo Tambangraya Megah (ITMG)
4, Bumi Resources Tbk (BUMI)
5. Darma Henwa Tbk (DEWA)
6. Adaro Energy Tbk (ADRO)
7. Brau Coal Energy Tbk (BRAU)
8. Bayan Resources Tbk (BYAN)
9. Harum Energy Tbk (HRUM)
10. Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK)
11. Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)
12. Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
6
13. ATPK - ATPK Resources Tbk
14. BORN - Borneo Energy Tbk
Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011.
Dari ke 14 perusahaan batu bara tersebut, menurut Frans S Imung, perusahaan
batu bara dengan total aset diatas Rp10 triliun adalah Bumi Resources (BUMI), Adaro
Energy (ADRO), Brau Coal (BRAU), dan Indika Energy (INDY). BUMI yang ditopang
Kaltim Prima Coal memiliki keuanggulan dari sisi keuangan dibanding emiten batu
bara lainnya. Pangsa pasar BUMI mencapai 38.31% pada tahun 2010, diikuti ADRO
sebesar 26.94%, dan INDY sebesar 18.51%. Perkembangan pangsa pasar batu bara
selama 5 tahun terakhir ketiga emiten diatas dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 1.3. Pangsa Pasar Penjualan Batu Bara Nasional
Sumber: Investor Business & Capital Markets, XIII/214, April 2011.
Menurut Frans S Imung, investasi batu bara yang sangat diminati pada sekor
pertambangan oleh investor, minat tersebut juga cukup besar di sektor bursa saham. Di
bursa saham, likuiditas saham sektor batu bara meningkat tajam, terutama setelah
bencana tsunami melanda Jepang. Banyak investor yang tertarik menanamkan
modalnya di bursa saham pada sektor batu bara karena peningkatan produksi
perusahaan batu bara yang cukup besar, terutama pada ekspor. Namun menurut Edbert
Suryajaya dalam artikelnya berjudul “How to Read the Sentiment in Stock Market” di
majalah Investor bulan Febuari 2011 pada umumnya sebagian besar investor mulai
berinvestasi pada pasar saham yang sudah cukup tinggi. Investor mulai membeli saham
karena investor – investor yang lain telah banyak membeli. Menuru Edbert, banyak
7
sekali investor yang akan terpancing untuk terus menanamkan dananya di pasar saham
karena menganggap sekarang saat yang tepat untuk berinvestasi. Akibatnya, Investor
terjebak dengan membeli saham pada harga yang sudah tinggi (overvalued stock) dari
harga pasar (hasil hitungan harga valuasi fundamentalnya). Apabila investor membeli
saham–saham yang sudah mahal, Investor memiliki potensi keuntungan yang terbatas,
dan potensi merugi yang lebih besar. Pada akhirnya, saham–saham yang mereka beli
disaat yang sudah tepat (menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan
kerugian bagi mereka. Menghadapi kondisi demikian, apa yang mereka lakukan? Edbert
menjelaskan, investor yang menghadapi kondisi penurunan harga saham dan
menyebabkan kerugian, mulai menjual saham–saham yang mereka miliki. Tekanan jual
yang semakin hebat mengakibatkan harga saham di bursa pun melaju turun, bahkan
terkadang dengan kecepatan yang cukup tinggi. Kondisi penurunan yang cukup tinggi
dalam periode tersebut akan menyebabkan saham menjadi sangat murah dari harga
pasar atau undervalued.
Kondisi kerugian dialami investor karena kebanyakan investor tidak terlalu
paham perihal siklus pasar dan ekonomi, rasio–rasio financial, analisa fundamental,
ataupun pertumbuhan perusahaan. Ketidakpahaman tersebut menyebabkan banyak dari
mereka yang terjebak dengan mengikuti investor yang lain yang terlebih dahulu telah
banyak membeli saham. Oleh karena itu, mereka pun seringkali tidak memahami apa
yang menyebabkan harga saham–saham yang mereka beli disaat yang sudah tepat
(menurut mereka) mulai bergerak turun dan memberikan kerugian bagi mereka.
Kondisi dimana Investor mengalami kerugian disebabkan karena Investor mulai
berinvestasi pada saham yang harganya sudah cukup tinggi. Dengan ketidakpahaman
Investor tentang tools untuk berinvestasi, penulis tertarik untuk membahas tools
mengenai Investasi, yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi nilai interinsik
8
saham dalam tesis berjudul “Analisa Valuasi Saham Dengan Menggunakan Discounted
Cash Flow Pada Emiten Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
Apakah harga saham emiten batu bara pada tanggal 2 Maret 2009, 30 Desember 2009,
8 Febuari 2010, 9 Desember 2010, 24 Januari 2011, dan 22 July 2011 pada kondisi
mahal, sesuai, atau murah apabila dibandingkan dengan nilai interinsiknya (analisa
fundamental)?
1.3.
Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan valuasi nilai saham emiten perusahaan batu
bara di PT Bursa Efek Indonesia.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Penulis
Memahami lebih dalam tentang saham melalui valuasi fundamental dengan
menggunakan metode discounted cash flow.
2. Pembaca
Sebagai tools yang dapat digunakan dalam melakukan valuasi saham.
3. Universitas
Sebagai tambahan database penelitian tentang valuasi saham.
4. Peneliti
Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.4.
Ruang lingkup penelitian
Penelitian dilakukan sebatas pada saham-saham batu bara yang terdaftar pada PT Bursa
Efek Indonesia pada waktu yang dijabarkan sebagai berikut:
a. 2 Maret 2009 yaitu dimana ekonomi sedang dalam resesi global,
9
b. 30 Desember 2009 dimana ketika ekonomi sedang dalam pemulihan,
c. 8 Febuari 2010 dimana ketika ekonomi sedang dilanda spekulasi negatif akibat
lanjutan dari resesi,
d. 9 Desember 2010 dimana ketika pada saat optimisme global dan domestik sedang
membaik,
e. 24 Januari 2011 dimana ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga,
f. 22 July 2011 dimana ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik
Tools yang digunakan untuk mencari nilai interinsik adalah Discounted Cash Flow.
1.5.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.
BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab 2, akan dijelaskan mengenai landasan teori. Disini penulis akan menjabarkan
tentang investasi dan rumus-rumus yang digunakan dalam penelitian.
BAB 3: METODOLOGI
Pada bab 3, akan dijelaskan metodologi. Disini akan dijabarkan metode penelitian
seperti kerangka pikir dengan membuat denah proses yang akan dijalankan peneliti.
BAB 4: PEMBAHASAN
Pada bab 4, akan dijabarkan proses dan hasil penelitian dengan detail.
BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab 5, merupakan kelanjutan dari hasil penelitian dengan memberikan kesimpulan
dari hasil penelitian tersebut. Terakhir adalah saran yang dapat penulis berikan.
10
21
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi
antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
2.1.1. Kualitas Batu Bara
Menurut Fariz Tirasonjaya yang dikutip di (www.batubara-indonesia.com)
kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi
potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa
analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan
jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan
kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan
unsur kimia pada batu bara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
tambahan dan unsur jarang.
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboratorium,
diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan
untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan
analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara
seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur
jarang. Kualitas batu bara ini diperlukan untuk menentukan apakah batu bara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di
daerah penelitian.
2.2. Investasi
Perlu ditelusuri lebih lanjut definisi investasi, macam investasi, risiko dalam melakukan
investasi, produk–produk investasi, hingga proses keputusan investasi.
22
2.2.1. Definisi Investasi
Definisi investasi menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis pada tanggal
30 Januari 2008, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh
tingkat pengembalian yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk
memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan
sesuai dengan kemampuan akan modal, atau dapat diartikan sebagai suatu
pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran sekarang untuk memperoleh
keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang. Dengan bahasa yang lebih
sederhana, investasi adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik itu
dengan dibelikan properti, ditabung atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan
tujuan mendapat keuntungan setelah masa atau periode yang ditentukan
sebelumnya.
2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan
(2011:hal1), investasi adalah suatu komitment dari uang atau sumber daya lain
dengan mengharapkan dapat mendapat keuntungan di masa yang akan datang.
Contohnya seorang individu membeli saham dengan mengharapkan keuntungan di
masa yang akan datang dengan mempertimbangkan risiko yang ada.
3. Menurut Reilly dan Brown dalam bukunya yang berjudul “Investment Analysis And
Portfolio Management” (2007:hal6), investasi adalah sebuah komitmen dari
sejumlah dollar untuk periode waktu tertentu dengan mempertimbangkan:
a. Waktu yang diharapkan;
b. Inflasi yang diharapkan;
c. Segala sesuatu yang harus dibayarkan dikemudian hari.
23
1. (broker). Belum tentu investasi yang komisinya tinggi memberikan hasil yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan investasi sejenis dengan komisi yang rendah.
2. Jangan letakkan semua telur kedalam satu keranjang. Apabila investor meletakkan
semua telur atau investasi pada satu instrumen investasi, apabila instrumen investasi
tersebut jatuh, maka hasil investasi tersebut akan jatuh semua. Tetapi apabila
investasi pada beberapa instrumen investasi, maka apabila ada instrumen investasi
yang jatuh, maka yang jatuh hanya satu instrumen.
3. Jangan mengambil keputusan dalam kondisi panik. Kondisi sedang panic akan
menghilangkan kejernihan berpikir. Jangan membeli setelah kenaikan harga yang
besar karena panik atau ikut investor lain, kemungkinan besar harga akan segera
turun.
4. Jangan terlalu percaya bahwa dengan mengikuti prediksi dan spekulasi para pakar
dan analis akan memberikan kesuksesan. Hal ini disebabkan karena tidak satu pun
orang yang tahu dengan pasti apa yang bakan terjadi di masa yang akan dating.
Bahkan kalau ada sekalipun, tidak akan dipublikasikan di koran atau majalah.
5. Jangan mencampurkan dana investasi dengan dana untuk kebutuhan transaksi
karena akan mengacaukan kondisi keuangan investasi. Jangan abaikan untuk
membayar utang konsumtif yang ditanggung, misalnya utang kartu kredit, kredit
mobil yang lebih tinggi dari bunga tabungan, karena akan mengikis hasil
keuntungan investasi.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, proses keputusan investasi merupakan
keputusan yang berkesinambungan (on going process) dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
24
1. Penentuan Tujuan berinvestasi
Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai.
2. Penentuan Kebijakan Investasi
Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing-masing apakah seorang
yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan
diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi,
pengetahuan akan pasar modal.
3. Pemilihan strategi portofolio dan asset
Setelah mengetahui hal-hal pada poin 1 dan 2 di atas maka kita dapat membentuk
suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal.
4. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan
tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup populer yaitu
Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures.
2.3.
Pasar Modal (Capital Market)
Pada bagian pasar modal, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian pasar modal,
fungsi pasar modal, manfaat pasar modal, peran startegis pasar modal dan instrumen
pasar modal.
2.3.1. Pengertian Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dari website bapepam
(www.bapepam.go.id) tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai
“kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
25
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
2. Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt dari bukunya yang berjudul
“Financial Management” (2006;hal960), pasar modal adalah pasar keuangan
obligasi perusahaan jangka panjang, atau saham perusahaan.
3. Menurut Ross, dari bukunya yang berjudul “Modern Financial Market”
(2008;hal15), pasar modal adalah pasar untuk hutang jangka panjang dengan
pembayaran jangka waktu tertentu dan untuk saham perusahaan.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah
kegiatan pasar keuangan yang berhubungan dengan perusahaan publik dalam lingkup
hutang atau saham.
Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen
derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi
kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen
jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right,
reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com), melalui pasar modal, dunia
usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang
diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil
26
pembangunan melalui kepemilikan saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan
kerja dan pemerataan kesempatan usaha
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuitias (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung
menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan
permodalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkat kebutuhan untuk aktivitas
produksi. Oleh karena itu untuk memudahkan masyarakat dan para produsen untuk
mendapatkan permodalan maka pemerintah bersama-sama lembaga-lembaga ekonomi
menyelenggarakan kegiatan pasar modal. Perbedaan antara pasar modal dengan pasar
uang adalah jangka waktunya. Dalam pasar uang, diperdagangkan surat berharga
berjangka waktu pendek, sedangkan dalam pasar modal, diperdagangkan surat berharga
berjangka waktu panjang.
2.3.2. Fungsi Pasar Modal
Menurut website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id), pasar modal memiliki
peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan fungsi,
yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan
untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari
pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal
kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
27
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peran penting dalam
perekonomian suatu negara karena pasar modal mempunyai 2 fungsi, yaitu:
1. Fungsi ekonomi.
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua
kepentingan yaitu pihak investor dan pihak yang memerlukan dana.
2. Fungsi keuangan.
Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi
meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya
memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan fungsi pasar modal di Indonesia meliputi:
1. Sebagai sarana badan usaha untuk mendapatkan tambahan modal
2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan;
3. Memperbesar produksi dengan modal yang didapat sehingga produktivitas
meningkat;
4. Menampung tenaga kerja; dan
5. Memperbesar pemasukan pajak bagi pemerintah
28
2.3.3. Manfaat Pasar Modal
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, secara umum, manfaat dari keberadaan pasar
modal adalah:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan
untuk melakukan diversifikasi.
3. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara.
Maksudnya jika pasar modal berkembang maka diharapkan perekonomian juga
akan berkembang.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai pada lapisan masyarakat menengah
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim
berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional.
2.3.4. Peran Strategis Pasar Modal
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar modal memiliki peranan penting dalam
kegiatan ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem
ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab
pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan.
Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional
akan membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan pasar modal akan
menunjang kegiatan peningkatan GDP. Dengan kata lain, berkembangnya pasar modal
akan mendorong pula kemjuan ekonomi suatu negara.
29
2.3.5. Instrumen Pasar Modal
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh manajemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, pasar Modal di Indonesia memiliki beberapa
instrumen yang diperjualbelikan. Instrumen-instrumen tersebut dapat digolongkan
dalam tiga kelompok besar, yaitu instrumen yang tergolong ke dalam ekuitas, obligasi,
dan derivatif dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Ekuitas
Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham. Memiliki
instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut sebesar
modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis ini adalah
saham. Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common
stock) dan saham preferen (preferred stock).
2. Obligasi
Obligasi berbeda dengan ekuitas yang telah diterangkan sebelumnya. Perusahaan
sering memanfaatkan pasar ini untuk mencari pinjaman langsung dari investor
dengan menerbitkan income securities utang suratfixed yaitu berupa dokumen yang
menyatakan kesediaannya membayar sejumlah uang tertentu di masa depan. Selain
akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan investor,
perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga secara berkala.
Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap periode dalam
jumlah tetap, maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan disebut efek
berpendapatan tetap.
30
3. Derivatif
Derivatif merupakan bentuk turunan dari sekuritas utama yang ada, dalam hal ini
saham. Derivatif yang banyak dikenal di Indonesia barulah warrant dan right
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Warrant
Merupakan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan
pada waktu yang telah ditetapkan pula.
B. Right
Mirip dengan warrant, right juga merupakan hak untuk membeli saham pada
harga tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Right diberikan pada pemegang
saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang
dikeluarkan perusahaan pada secondary offering. Beda dengan warrant masa
perdagangan right sangat singkat, berkisar antara 1-2 minggu saja. Contoh dari
right dan warrant dijelaskan sebagai berikut:
2.4. Saham
Pada bagian saham, penulis akan menjabarkan seluk beluk tentang saham mulai dari
pengertian, risiko, hingga teknis analisa saham.
2.4.1. Pengertian Saham
Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham adalah surat berharga yang dapat
dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut
diperjualbelikan atau tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha)
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
31
atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2. Menurut website investorwords (www.investorwords.com) yang ditulis oleh
managemen WebFinance, saham adalah sebuah instrumen dengan memberikan
komposisi ekuisitas dari perusahaan yang menunjukan seberapa besar investor
memiliki porsi dari perusahaan tersebut.
3. Menurut
website
investopedia
(www.investopedia.com)
yang
ditulis
oleh
managemen Investopedia, saham adalah surat berharga kepemilikan perusahaan
yang menyatakan besaran porsi perusahaan terhadap asset dan ekuisitas.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat
beharga yang menentukan besaran porsi kepemilikan dari sebuah perusahaan.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham (stock) merupakan salah satu instrumen
pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan
perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham
merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
2.4.2. Bursa Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta (2008), bursa saham adalah tempat dimana perusahaan dapat menawarkan
sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal ini melalui penawaran perdana (IPO).
Setelah penawaran perdana, ribuan atau jutaan investor yang telah membeli saham
tersebut dapat kembali ke bursa saham untuk menjual sahamnya kepada investor yang
lain, sehingga dimulailah perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat
penampungan untuk perdagangan ini.
32
2.4.3. Menentukan Harga Saham
Harga saham setiap perusahaan tidaklah sama, harganya akan berbeda-beda.
Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Semua itu ditentukan oleh pendapat perusahaan.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah potensi pertumbuhan keuntungan.
Perusahaan tadi mungkin hanya dapat menghasilkan Rp10 juta tahun ini, tapi tahun
depan berpeluang mendapatkan Rp20 juta. Untuk tingkat keuntungan 10% dan potensi
pertumbuhannya, mungkin perusahaan tersebut bisa dijual dengan harga Rp150 juta.
Inilah yang menjadi alasan banyak saham yang mengalami kenaikan yang sangat pesat
walaupun sekarang mereka tidak lagi banyak menghasilkan keuntungan.
2.4.4. Apa yang Menyebabkan Gejolak Harga Saham?
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga
saham dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu:
1. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.
Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik dan
lain sebagainya dapat memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan
hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya.
2. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan
itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah,
produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja
keuntungan perusahaan tersebut secara individual.
Apa yang menyebabkan volatilitas atau gejolak harga adalah karena sering adanya
perbedaan opini tentang kemana arah profitabilitas perusahaan tersebut. Di saat banyak
orang berpikir bahwa profitabilitas suatu perusahaan menurun, maka akan lebih banyak
33
yang menjual sahamnya sehingga harganya akan menurun. Tentu saja, hal yang
sebaliknya juga dapat terjadi.
Menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth Management
(www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto, kondisi lainnya yang
dapat terjadi pada saham, yaitu saham tersebut menjadi saham gorengan. Saham
gorengan adalah saham yang dijadikan ajang spekulasi sehingga pergerakan harganya
seolah-olah terpisah dari faktor-faktor fundamental perusahaan tersebut dan terpisah
dari sentimen pasar secara keseluruhan. Saham-saham ini harganya sangat sering
dipermainkan.Harga saham ini dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu dengan
memanfaatkan corporate action yang akan dilakukan perusahaan. Biasanya dengan
memanfaatkan corporate action, akan ada rumor-rumor mengenai corporate action
sehubungan dengan harga saham tersebut. Satu atau beberapa “Bandar” dan
kawanannya bekerja sama untuk berusaha menggiring pergerakan saham. Sebagian
besar saham yang dijadikan saham gorengan ini bukanlah saham-saham blue chip,
melainkan saham-saham berkapitalisasi kecil dan dapat berpotensi untuk menimbulkan
cerita yang dapat dihembuskan. Mengapa saham blue chip sulit untuk digoreng?
Berikut beberapa alasannya:
1. Jumlah saham blue chip yang beredar biasanya jauh lebih banyak sehingga sulit
untuk memonitor pergerakannya;
2. Pemiliknya sangat heterogen baik dari dalam maupun luar negeri sehingga mungkin
tidak tertarik goreng-menggoreng;
3. Karena pemegang saham sangat banyak dan bervariasi dapat memungkinkan tidak
adanya pemegang saham mayoritas sehingga tidak ada yang dapat berperan sebagai
bandar.
34
Dengan adanya saham-saham gorengan ini jangan kaget apabila menemukan sahamsaham yang harganya melambung tinggi dengan sangat cepat atau pun sebaliknya.
Karena itu investor harus berhati-hati dengan sekedar rumor-rumor dan omongan orangorang. Investor harus mengecek dan melakukan analisa sendiri terhadap kondisi pasar.
Contoh saham gorengan menurut website Indonesia Institute Of Private Whealth
Management (www.wealthindonesia.com) yang ditulis oleh Philip Dwantanto adalah
sebagai berikut:
1. Dayaindo Resources / KARK (batubara)
KARK termasuk salah satu saham yang mencetak lonjakan saham yang cukup
spektakuler. Pada awal tahun, harga saham ini masih melata di bawah Rp50,- per
saham. Memasuki april harganya melejit dan sempat memasuki harga Rp750- per
saham atau naik sebesar 1.315%. Tapi
pada tgl 19/9 harganya kembali anjlok
menjadi Rp395,- per saham. Lejitan harga saham ini sering dikaitkan dengan langkah
KARK yang sejak Juli lalu menyatakan akan terjun ke bisnis batubara.
Isu-isu mengenai rencana corporate action ini dapat dijadikan rumor bagi para
pemain untuk menggerakan harga saham.
2. Central Korporindo (CNKO)
Harga saham CNKO sempat terbang karena rencana pembangunan tiga PLTU di
Kalimantan. Namun hingga kini pembangunan tersebut tak kunjung selesai.
Demikian juga dengan rumor awal bahwa CNKO akan membuka lokasi tambang
baru di Papua. Namun kemudian rencana ini batal karena infrastrukturnya sulit dan
batu baranya basah sehingga biaya eksploitasinya mahal dan sebagai gantinya CNKO
akan melirik lokasi di Jambi, Sumatera Selatan dan Riau.
Pergerakan coporate action seperti ini akan sangat mudah dimanfaatkan untuk menjadi
rumor.
35
Melihat situasi maraknya saham-saham gorengan sebaiknya para investor pemula
berhati-hati untuk tidak mudah ikut dalam rumor-rumor, sehingga dapat mencegah
kerugian yang besar, meskipun dalam saham-saham gorengan mungkin saja dapat
untung banyak dalam waktu singkat.
2.4.5. Dividen
Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul “Financial
Management” (2005;605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat pengembalian,
yaitu dividend dan kenaikan harga saham. Perusahaan perlu mempertimbangkan lebih
lanjut diantara keputusan membagikan dividen atau internal financing. Investor yang
dapat berpikir secara rasional, dapat menerima keputusan perusahaan dengan internal
financing ketimbang dividen. Karena dengan membagikan dividen, maka jumlah arus
kas akan berkurang.
Selain kenaikan harga ataupun penambahan modal, dividen merupakan salah
cara untuk dapat menghasilkan keuntungan. Banyak perusahaan yang membayarkan
dividen tunai tahunan yang mencerminkan bagian dari profit perusahaan tersebut.
Pembagian dividen sepenuhnya merupakan kebijakan perusahaan tersebut dan mereka
tidak wajib melakukannya. Akan tetapi pada umumnya mereka tetap akan memberikan
sebagian dari profitnya sebagai bentuk penghargaan kepada para investornya.
2.4.6. Tipe Saham
Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa (common stock) dan
saham preferen (preferred stock)
2.4.6.1. Saham biasa (common stock)
Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut
Keown
(2005;hal261),
common
stock
mempresentasikan kepemilikan dari sebuah perusahaan.
adalah
saham
yang
36
2. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan (2011:G3) common stock adalah ekuitas, atau ekuisitas security, yang diterbitkan dan
menjadi kepemilikan publik berdasarkan presentase dari perusahaan tersebut.
3. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis”
(2001:220) common stock adalah jenis saham yang mempresentasikan kepemilikan
dan pemilik saham memiliki risiko yang sangat tinggi dan imbal hasil yang tinggi
tergantung dari kinerja perusahaan.
Dengan merangkum tiga definisi common stock tersebut, common stock adalah jenis
saham yang mempresentasikan kepemilikan perusahaan berdasarkan besarnya
presentase saham yang dimiliki.
Menurut Keown (2005;hal261), common stock tidak memiliki maturity date
tetapi keberadaan saham tersebut tetap ada seiring dengan perusahaam yang
menerbitkan saham tersebut. Perusahaan dapat memberikan dividen pada pemegang
saham. Tetapi sebelum pengumuman ke publik tentang perusahaan dalam pembagian
dividen, jajaran direksi harus mendeklarasikan terlebih dahulu.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham biasa merupakan saham yang
menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak
istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan jika
perusahaan memperoleh laba.
Pemegang saham jenis ini mewakili kepemilikan di perusahaan sebesar modal
yang ditanamkan. Keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham ini berupa
dividen yang berasal dari keuntungan perusahaan. Pemegang saham ini tidak memiliki
jaminan pasti atas return yang dihasilkan perusahaan. Apabila perusahaan mendapatkan
37
keuntungan, maka pemegang saham akan mendapatkan dividen sebesar alokasi yang
ditetapkan oleh RUPS. Namun, apabila perusahaan suatu saat dilikuidasi atau bangkrut,
pemegang saham jenis ini adalah yang paling akhir mendapatkan hak atas aset
perusahaan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi dan pemegang saham preferen
dibayar sebesar nilai par sekuritas mereka.
Selain keuntungan berupa dividen, pemegang saham biasa juga bisa mendapatkan
keuntungan dari selisih nilai beli dengan nilai jual sahamnya. Katakanlah, jika anda
membeli sebuah saham pada harga Rp500,- dan menjualnya saat harga mencapai
Rp600,- maka anda akan memperoleh keuntungan sebesar Rp100,- dikalikan dengan
jumlah saham yang anda jual. Keuntungan jenis ini disebut capital gain. Sebaliknya jika
harga saham mengalami penurunan, maka anda mengalami kerugian yang disebut
capital loss.
Karakteristik lain dari saham biasa, selain klaim atas aset perusahaan paling
rendah dibandingkan dengan komponen perusahaan yang lain, juga tidak adanya
maturity date atau tanggal jatuh tempo. Orang yang mempunyai saham memiliki hak
untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan. Besar kecilnya hak suara yang
dimiliki sesuai dengan besar kecilnya saham yang dimiliki, semakin banyak persentase
saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol
operasional perusahaan.
Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak
lain sesuai dengan proporsi saham dan mempunyai hak untuk mengalihkan
kepemilikkan sahamnya kepada orang lain.
38
2.4.6.2. Saham preferen (preferred stock)
Definisi saham menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Menurut Keown (2005;hal256), preferred stock adalah hybrit security dengan
campuran karakteristik antara obligasi dengan saham
2. Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis”
(2001:hal220), preferred stock adalah saham yang masuk kategori kelas khusus
karena memiliki preferensi atau fitur tidak dinikmati oleh saham biasa.
3. Menurut Zvi Bodie dalam bukunya berjudul “Investment” edisi ke delapan
(2011:G-3) preferred stock adalah saham dalam perusahaan dan perusahaan wajib
membayar aliran tetap atau dividen.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa preferred stock adalah
tipe saham yang khusus yang berbeda dari saham biasa, dimana pemegang preferred
stock dapat menikmati fungsi ganda dari preferred stock tersebut seperti obligasi dan
saham.
Menurut Wild (2001:hal220), preferred stock biasanya adalah pemegang saham
yang senior dengan pembagian dividen tetap. Pemegang preferred stock mendapatkan
dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa mendapatkan dividen.
Pemegang saham preferen dapat berupa obligasi atau kreditur dan pemegang saham
biasa. Perbedaan penting antara para pemegang saham preferen dan kreditur adalah
bahwa pemegang saham lebih disukai perusahaan karena biasanya pemegang saham
preferen tidak memiliki hak untuk menuntut penebusan saham mereka. Namun
demikian, beberapa saham preferen memiliki hak untuk menentukan tanggal penebusan
yang disesuaikan dengan laporan keuangan perusahaan.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, saham jenis preferen memiliki sifat hybrid yang
39
artinya selain memiliki karakteristik sebagai saham, juga memiliki sifat seperti halnya
obligasi. Jika investor memiliki saham jenis ini, investor akan mendapatkan
pembayaran secara teratur sebesar harga dari saham dikalikan dengan bunga setiap
tahun (sifat obligasi). Apabila saham preferen anda berjenis cumulative, maka jika anda
belum menerima pembayaran dividen tahun lalu akan diakumulasikan dengan dividen
tahun berjalan. Jenis yang lain yaitu non cumulative, yang artinya anda tidak akan
menerima dividen yang tidak dibayarkan periode lalu, sedangkan yang berjenis
participating akan menerima peningkatan nilai dividen proporsional mengikuti
peningkatan dividen saham biasa. Pemilik saham preferen memiliki hak suara untuk
memilih direktur perusahaan, hanya jika dividen tidak dibayarkan selama setahun atau
lebih.
Sifat preferen ini tercermin pula pada perlakuan yang diterima saat perusahaan
dilikuidasi. Pemilik saham ini akan menerima pembayaran sebesar harga pari saham
sebelum dividen atas pemegang saham biasa dibayarkan. Oleh karena banyak sifat
saham jenis ini yang menyerupai obligasi, maka beberapa pihak menggolongkannya ke
dalam fixed income.
Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Menurut
website infovesta (www.infovesta.com) ada persamaan antara saham preferen dengan
obligasi :
1. Ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya
2. Selama masa saham berlaku dividen akan tetap
3. Memiliki hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa
Saham preferen lebih aman dibandingkan saham biasa karena memiliki klaim
terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Dan pemiliknya
40
akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa, contohnya hak suara
dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusaha sekuat tenaga
untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak terlambat. Tetapi
saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa karena jumlahnya
sedikit.
2.4.7. Keuntungan dan Risiko Saham
Berikut adalah keuntungan dan risiko dalam berinvestasi saham.
2.4.7.1.Keuntungan Saham
Menurut Keown (2005;hal605), pemegang saham hanya memiliki 2 tingkat
pengembalian, yaitu dividen dan kenaikan harga saham yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Dividen
Menurut John J.Wild dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis”
(2001:hal221) ada 2 macam dividen yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Dividen kas
Dividen kas adalah distribusi dividen berupa uang kas. Dividen ini adalah
dividen yang paling umum dan ketika perusahaan mengumumkan pembagian
dividen, maka pada laporan keuangan masuk pada hutang perusahaan kepada
pemegang saham. Dividen bentuk lain, seperti dividen properti. Dividen ini
dibayar dengan aset perusahaan, barang, atau dalam saham perusahaan lain.
Dividen tersebut dinilai berdasarkan nilai pasar dari aset yang didistribusikan.
b. Dividen saham
Dividen saham berupa distribusi dari perusahaan membayar pemegang saham
dengan saham. Efek dari pembayaran saham ini adalah pengaruh terhadap
kapitalisasi pasar, sehingga berpengaruh secara permanen. Untuk skala kecil,
41
dividen saham kira-kira antara 20%-25% dari saham yang beredar sesuai dengan
harga saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan. Untuk skala besar,
ukuran dividen saham lebih dari 25% saham yang beredar sesuai dengan harga
saham semenjak dividen saham ini dideklarasikan.
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, dividen merupakan pembagian keuntungan
yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat
berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula
berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya
investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp3,000,- kemudian
menjualnya dengan harga Rp3,500,- per saham yang berarti pemodal tersebut
mendapatkan capital gain sebesar Rp500,- untuk setiap saham yang dijualnya.
42
2.4.7.2. Risiko Saham
Menurut
website
infovesta
(www.infovesta.com)
yang
ditulis
pada
tanggal
30 Januari 2008 sebagai instrumen investasi, saham memiliki risiko, yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi dimana investor
menjual saham lebih rendah dari harga beli.
2. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau
perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham
mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil
penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham.
Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak
akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang
terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk
secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
2.4.8. Teknik Analisa Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, Dalam melakukan suatu investasi, seorang
investor sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar, seperti apakah harga saham
dipasar mencerminkan nilai yang sebenarnya dari perusahaan? Jika tidak, berapa nilai
sebenarnya dari saham tersebut? Nilai intrinsik (intrinsic value) merupakan nilai
sebenarnya dari suatu saham, dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah
43
saham dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced), atau dinilai terlalu
tinggi (overvalued). Sedangkan harga pasar saham (current market price) adalah harga
yang terbentuk di pasar jual beli saham.
Investor perlu menganalisis saham dengan tujuan untuk menaksir nilai intrinsic
suatu saham perusahaan, lalu membandingkannya dengan harga saham saat ini untuk
mengetahui tingkat kewajaran harga saham. Untuk itu, ada dua pendekatan yang
digunakan dalam menganalisis saham suatu perusahaan yang dikutip dari website
infovesta (www.infovesta.com) yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu, dan upaya untuk
menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan
sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan
analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average, volume
perdagangan, dan short-interest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat
mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan
sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan
volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental ini menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik.
Analisis ini mencoba untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan
menggunakan data fundamental, yaitu laporan keuangan perusahaan, seperti laba,
dividen, penjualan, struktur modal, risiko dan sebagainya. Analisis ini akan
membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasarnya untuk menentukan apakah
harga saham pasar sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
44
Menurut website PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.com), ada beberapa macam
pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata (arithmatic mean) harga saham yang masuk dalam anggota
indeks,
2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota
indeks,
3. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham
gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa
Efek Jakarta.
Seperti halnya penghitungan indeks di bursa lainnya, perhitungan indeks di BEJ
menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average
index). Rumus dasar penghitungan indeks adalah:
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini x harga pasar hari ini atau disebut
sebagai kapitalisasi pasar.
Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing-masing
saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan
kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di bursa berubah. Penyesuaian
dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan pergerakan harga saham.
2.5.
Index Harga Saham
Menurut website infovesta (www.infovesta.com) yang ditulis oleh managemen
infovesta pada tanggal 30 Januari 2008, indeks harga saham adalah suatu indikator yang
menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi
sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar
pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu.
45
Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham
saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun, misal jika di awal bulan nilai indeks 300
dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara ratarata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk
menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa
saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai
indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Untuk mengetahui pergerakan harga saham, dapat dilihat dengan menggunakan
system Relative Strength Index (RSI) yang ditulis oleh Hendra Syamir pada buku
“Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia” (2005;186). Indikator RSI ini menghitung
perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan
kedalam indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100. Formulasi RSI adalah
sebagai berikut:
RSI=100-100/(1+RS)
2.6.
Discounted Cash Flow (DCF)
Menurut Keown (2005;hal438), untuk mengerti bagaimana mengukur nilai
shareholders, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana menilai perusahaan di pasar
modal. Ada dua buah cara yang dijabarkan sebagai berikut:
1.
Accounting Model
Pada accounting model, yang diutamakan adalah price earning ratio dan earning
per share, sebagai contoh spabila ada perusahaan dengan rasio P/E sebesar 20,
maka dengan peningkatan $1 pada earning per share (EPS), maka akan
meningkatkan $20 equity value per share. Sebaliknya, apabila EPS berkurang $1,
maka akan menurunkan $20 pada share value. (A.J.Keown, et al. 2005, p. 439).
46
2.5.2.1 Competing Models of Equity Valuation
Discounted
Cash Flow
Model
Accounting (Earning) Model
Equity Value
Price
earning ratio
Value Drivers
Determinants of accounting earning and
the price-earning ratio
x
Earning per
share
Present value of
future cash flow
Determinants of
firm future cash
flows and the
opportunity
Source : A.J.Keown, et al, Financial Fundamental, p. 439
2.
Valuasi Free Cash Flow Model
Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai
perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan
datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager
yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan
harga saham tertinggi. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan
pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning
period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut metode terminal value.
Menurut Keown (2005;hal440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut:
firm value =
free cash flow1
(1+ kwacc)1
+
free cash flow2
free cash flow3
+
+
2
(1+ kwacc)
(1+ kwacc)3
free cash flow4
(1+ kwacc)4
+
terminal value4
(1+ kwacc)4
terminal value4 =
free cash flow5
kwacc
Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut:
47
Calculation of free cash flow
Net operating income (NOI)
Less: taxes
Equals: net operating income after tax
Plus: depreciation expense
Less: new investment made during the period
additional net working capital and capital expenditures
Equals: free cash flow
Selanjutnya masuk pada rumus untuk mencari share value
Firm value = Debt value + Equity Value
Share value =
equity value
number of shares
2.7.1. Weight Average Cost of Capital
Menurut Keown (2005;hal406) Weight Average Cost of Capital (WACC) adalah
rata-rata dari after tax cost dari seluruh sumber modal perusahaan untuk proyek
pembiayaan. Istilah Weight merefleksikan proporsi dari kenaikan seluruh pembiayaan
modal dari setiap sumber yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Cost of Debt
Komponen WACC yang pertama adalah biaya yang harus dikeluarkan dari hutang.
Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang
dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of
Financial Management (2005;hal315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai
berikut:
Kd = Y x ( 1 - T )
keterangan:
Kd adalah Cost of Debt
Y adalah yield to maturity
T adalah pajak.
48
2. Cost of Equity
Komponen kedua dari WACC adalah Cost of Equity. Cost of Equity merupakan
biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membiayai ekuitas seperti dividend
dan biaya untuk preferend stock. Menurut Keown (2005;hal412), menghitung cost
of equity dapat menggunakan capital asset pricing model (CAPM). CAPM adalah
hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko
yang tergolong systematic (beta) untuk aset yang berisiko. Ada 2 buah keuntungan
menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan
2. CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen, sehingga dapat diaplikasikan
untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen.
Menurut Keown (2005;hal412) rumus dari CAPM adalah sebagai berikut:
kc = krf + ß x (km - krf)
keterangan:
kc adalah CAPM
krf adalah risk-free rate
ß adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat
pengembalian saham perusahaan.
km adalah require rate of return.
Untuk menghitung ß menggunakan rumus sebagai berikut:
ß=
Co Variance Rs, Rm
Variance Rm
Untuk mencari Co Variance
berikut:
Rs, Rm
dan Variance
Rm
menggunakan rumus sebagai
49
keterangan:
Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun
Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun
Rs
adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun
Rm
adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun
Dari cost of equity dan cost of debt yang sudah diketahui, maka rumus untuk mencari
WACC menurut Arthur (2005;hal414) adalah sebagai berikut:
WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya
equisitas]
49
13. BORN - Borneo Energy Tbk
14. BRAU - Berau Coal Energy Tbk
Saham-saham batubara tersebut akan dianalisa menggunakan metode DCF dengan
framework sebagai berikut:
3.1. Tabel Framework
Hasil dari DCF adalah nilai fair value per lembar setiap perusahaan akan dilihat dengan
harga saham perusahaan saat ini (11 July 2011) apakah saat ini harga saham-saham batu
bara sedang di bawah atau diatas nilai intrinsiknya.
3.2.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data pendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan
penelitan lapangan dan kepustakaan yang dijabarkan sebagai berikut:
50
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan
topik penelitan di Pojok Bursa Efek Indonesia, BloombergBusinessweek.com,
finance.yahoo.com, Majalah Investor Febuari 2011 hingga April 2011, Real Time
Investor, duniainvestasi.com, serta website lain yang menunjang penelitian. Data
yang diperoleh dari lapangan adalah data sekunder, karena data-data yang diambil
dalam penelitan ini bukan dari sumber informasi utama, tetapi sudah tersedia dan
dipublikasikan pada masyarakat luas oleh Bursa Efek Indonesia dan website terkait.
Data penelitian yang dikumpulkan adalah harga saham, dan laporan keuangan
emiten batu bara yang terdaftar di PT Bursa Efek Jakarta pada tahun 2008 hingga
2010.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian
kepustakaan
dilakukan
dengan
mempelajari
buku-buku
dari
perpustakaan, majalah, dan jurnal yang berhubungan dengan topik yang ditulis.
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan data sekunder. Jurnal yang
terkait penelitian ini adalah journal yang disusun oleh Robert F. Bruner, Robert M.
Conroy, Wei Li, Elisabeth F. I’Halloran, dan Miguel Palacios Lleras pada
journalnya yang berjudul “Investing In Emerging Markets” dengan penerbit The
Research Foundation of AIMR (2003). Pada journal tersebut, Robert F, Bruner, et al
menjelaskan bahwa Indonesia sebagai bagian dari Emerging Markets. Investor yang
ingin berinvestasi pada saham-saham di Emerging Markets untuk melengkapi
portofolio global, perlu melakukan valuasi dengan yang teknik mendasar seperti
discounted cash flow. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah inflasi dan
korupsi dimana keduanya adalah risiko utama yang perlu diperhatikan ketika
berinvestasi pada emerging market.
51
3.3.
Company Profile
Penjelasan singkat tentang perusahaan batu bara yang akan diteliti didapat dari realtime
investor.com dijabarkan sebagai berikut:
1. PT Indika Energy Tbk. (INDY)
IDNY adalah sebuah perusahaan energi batu bara Indonesia, menyediakan solusi
energi terintegrasi melalui investasi dalam bidang sumber daya energi, jasa energi
dan infrastruktur energi. Didirikan pada tahun 2000, Indika Energy (sebelumnya
dikenal sebagai PT Indika Inti Energi) telah tumbuh menjadi perusahaan energi
terkemuka yang terintegrasi melalui investasi strategis di bidang produksi batubara
(PT Kideco Jaya Agung), Rekayasa, Pengadaan dan Konstruksi (EPC) jasa (PT
Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering), dan proyek
pembangkit listrik (PT Cirebon Electric Power). Pada akhir tahun 2007, Indika
Energy melaporkan aset bersih konsolidasi sebesar Rp 5,0 triliun (US$531.900.000),
pendapatan sebesar Rp 2,3 triliun (US$248.100.000), dan keuntungan bersih sebesar
Rp264.900.000.000,- (US$28.100.000). Indika Energy mempekerjakan 689 staf di
seluruh Indonesia. PT Kideco Jaya Agung (Kideco) adalah perusahaan batu bara
ketiga terbesar di Indonesia, diukur dengan kapasitas dan jumlah produksi. Kideco
mulai produksi komersial dengan 1,4 juta ton pada tahun 1993 dan telah secara
konsisten meningkatkan produksi tahunan sebesar ke 20,5 juta ton pada tahun 2007.
Kideco merupakan salah satu produsen biaya terendah batu bara di area konsesi
Indonesiaoperating 50.400 hektar di Pasir Kalimantan Timur dan memegang hak
pertambangan batu bara di bawah generasi pertama Kontrak Karya Batubara
(CCOW) dengan Pemerintah Indonesia sampai 2023. Pelanggan Kideco termasuk
perusahaan pembangkit listrik terkemuka di 15 negara di Asia, Eropa dan Amerika
Utara. PT Tripatra Engineers & Constructors dan
PT Tripatra Engineering
52
(Tripatra) adalah penyedia jasa terkemuka di Indonesia logistik, rekayasa, pengadaan
dan konstruksi (EPC) jasa untuk sektor energi Indonesia. Didirikan pada tahun 1973,
Tripatra telah membentuk track record yang terbukti di pasar EPC dengan basis klien
yang beragam yang terdiri dari perusahaan domestik internasional dan utama dalam
sektor energi dan infrastruktur, termasuk ExxonMobil, Chevron, BP, Hess, Conoco
Phillips, Telkom, PGN, dan Excelcomindo. Didirikan pada bulan April 2007, PT
Cirebon Electric Power (CEP) adalah sebuah konsorsium yang memiliki proyek
pembangkitan listrik internasional yang melibatkan pemain internasional terkemuka
di sektor energi dan infrastruktur di Asia, termasuk Marubeni Corporation, Korea
Power Midland, dan Samtan. 660-megawatt pembangkit listrik proyek yang
berlokasi di Cirebon, Jawa Barat, dilengkapi dengan teknologi boiler terbaru dan
paling canggih ultra atau super-kritis dirancang untuk mengkonsumsi rendah kalori
batubara. Proyek, yang akan memerlukan total investasi sebesar US $ 779.000.000,
diharapkan akan selesai pada tahun 2011.
Laba bersih INDY melonjak menjadi Rp264.969 miliar pada 2007 dari Rp177.264
miliar di tahun 2006. Laba bersih lebih tinggi sejalan dengan penjualan bersih
meningkat dari Rp188 triliun menjadi Rp2.336 triliun.
2. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 di Tanjung Enim dengan nama PT.
Tambang Batubara Bukit Asam. Namun kerja tambang telah dieksploitasi sejak
tahun 1919 di bawah Pemerintah Belanda Indie. Ambil alih oleh Jepang pada 1942,
dan dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia pada 1945. Pada 30 Oktober 1990,
Tambang Batubara bergabung dengan perusahaan perum, Sawahlunto. Pada 1983,
perusahaan yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengembangkan batubara
gundu.
53
Perusahaan ini telah berhasil membukukan laba bersih Rp760,207 miliar pada tahun
2007, naik dari Rp485,670 miliar di tahun 2006. Kenaikan laba bersih ini sejalan
dengan penjualan bersih yang melangkah naik dari Rp3,533 triliun menjadi
Rp4,123 triliun.
3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)
ITMG didirikan dengan PT nama. Megah Indotambangraya pada tanggal 2
September 1987 di Jakarta. Pada 26 September 1988 Perusahaan mengubah nama
dengan PT. Indo Tambangraya Megah. Perusahaan memiliki anak perusahaan terdiri
dari PT. Indominco Mandiri, PT.Trubaindo Coal Mining, PT. Bharinto Ekatama, PT.
Kitadin dan PT. Jorong Barutama Greston. Sampai saat ini ITMG memusatkan
perhatiannya pada pertambangan batu bara.
4, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)
BUMI adalah perusahaan batu bara dengan gabungan 3 perusahaan besar yaitu
Arutmin Indonesia, Kaltim Prima Coal dan Gallo Oil. Perusahaan ini mulai go publik
pada tanggal 30 juli 1990. Saat ini BUMI adalah perusahaan batu bara terbesar di
Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 38%. Laba bersih naik 255,41% pada tahun
2007 menjadi USD789 juta dari USD222 juta pada tahun 2006. Penjualan bersih naik
menjadi USD2 miliar dari USD1851000000.
5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)
DEWA adalah anak usaha Bumi Resources dan didirikan pada tahun 1991.
Perusahaan didirikan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang
berbasis di Jakarta, tahun 1996. Lingkup usaha DEWA berada pada kegiatan yang
menyediakan keahlian kontrak di alat berat, pertambangan Earthworks massal,
umum konstruksi, teknik sipil dan pemeliharaan tanaman. Henry Walker Eltin
(HWE) yang dijual Perseroan pada bulan Mei 2005. Pada bulan Maret 2007
54
Perusahaan mendapat tambang batu bara di Bengalon, Kalimantan Timur dan
kontrak untuk Asam-Asam, Kalimantan Selatan. Sebelum itu, Perusahaan Diberikan
USD1.25 Milyar Kontrak Bengalon pada bulan Mei 2004. Sejak September 2007,
saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
6. PT Adaro Energy Tbk. (ADRO)
ADRO didirikan dengan nama PT Padang Karunia, sebuah perseroan terbatas yang
didirikan di Indonesia pada tahun 2004. Pada 18 April 2008, Padang Karunia
berubah nama menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk menjadi
perusahaan publik. Visi Adaro Energy adalah menjadi tambang batubara terbesar dan
paling efisien terpadu dan perusahaan energi di Asia Tenggara.
ADRO dan anak perusahaannya saat ini bergerak dalam pertambangan batu bara dan
perdagangan, infrastruktur dan logistik batubara, dan jasa kontraktor penambangan.
Setiap anak perusahaan yang beroperasi diposisikan sebagai pusat laba yang bekerja
secara mandiri dan terintegrasi sehingga ADRO dapat menghasilkan produksi batu
bara yang kompetitif dan dapat diandalkan dan rantai pasokan batu bara yang
menghasilkan nilai pemegang saham yang optimal. Di masa depan, ADRO dapat
daftar anak perusahaan melakukan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan dan
pengembangan selanjutnya.
Selain cadangan batu bara, ADRO memiliki aset berkualitas tinggi untuk mendukung
operasi seperti jalan angkutan 75 kilometer yang menghubungkan lokasi
pertambangan dengan Fasilitas Crushing di Kelanis dan Terminal Batubara di Pulau
Laut. Selain itu, melalui anak perusahaannya, ADRO memiliki armada penambangan
lengkap termasuk Mesin Bor, bulldozer, Wheel Dozer, Excavator, Grader, Truk
Artikulasi, Dump Truk, Wheel Loader, Kepala Truk, Kapal, Dollys, penghancur, dan
lainnya.
55
7. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN)
BYAN didirikan oleh Dato 'Tuck Kwong dengan memulai bisnis di Indonesia pada
tahun 1973 ketika ia mendirikan sebuah perusahaan konstruksi yang berupa
pekerjaan sipil umumnya dan konstruksi kelautan. Pengalaman yang luas selama
berada di perusahaan dan pengetahuan dalam teknik sipil memungkinkan untuk
menjelajah ke kontrak pertambangan batubara pada tahun 1988. Setelah itu pada
bulan November 1997, Dato 'Low mengakuisisi konsesi pertambangan pertama
melalui PT. Gunungbayan Pratamacoal, dan PT Dermaga Perkasapratama yang
memiliki dan mengoperasikan Terminal Batubara Balikpapan pada tahun 1998.
Sejak itu, sejumlah konsesi baru telah diperoleh dan diformalkan menjadi sebuah
struktur memegang hukum melalui BYAN. Sejak tahun 2001, Grup Bayan rata-rata
telah menambahkan satu konsesi baru untuk portofolio setiap tahun. Grup Bayan
terus menerus untuk mengevaluasi peluang batubara baru di Indonesia dan berniat
untuk melakukan akuisisi tambahan dengan tambang batu bara yang memiliki
potensi yang strategis.
8. PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK)
Perseroan didirikan dengan nama PT. Perdana Karya Kaltim pada tanggal
7 Desember 1983 di Samarinda. Pada 22 Desember 2006 Perusahaan berubah nama
dengan PT. Perdana Karya Perkasa. Lingkup PKPK adalah pertambangan batu bara,
minyak dan gas bumi, dan jasa konstruksi.
9. PT Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI)
Resource Alam Indonesia (KKGI) adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia
bergerak di bidang pertambangan batu bara dan tekanan tinggi laminasi (HPL).
Segmen usaha yang dibagi menjadi batu bara, tekanan tinggi laminasi dan laminasi
melamin papan partikel. Tiga lokasi penambangan batubara berada di Simpang
56
tambang Pasir, Gunung Pinang dan Purwajaya. Perusahaan ini merupakan bagian
dari Bumi Raya Utama Group dan mengoperasikan fasilitas produksi di Pontianak,
Kalimantan Barat dan Palembang, Sumatera Selatan. Anak perusahaan, PT Insani
Baraperkasa Resource Alam Indonesia dan PT Energi, terlibat dalam kegiatan
metana batubara dan pertambangan batubara.
10. PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO)
GTBO adalah sebuah perusahaan pertambangan batubara di Indonesia. Pada tahun
2008, Garda Tujuh Buana telah menghasilkan 30.000 metrik ton (MT) batubara.
Proyek pertambangan Perseroan berlokasi di Kalimantan Timur.
11. PT ATPK Resources Tbk. (ATPK)
ATPK adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia bergerak di bidang
pertambangan batubara dan mineral lainnya, eksploitasi minyak dan gas dan
investasi dalam bisnis energy yang berhubungan, seperti perdagangan batubara,
operasi pipa pembangkit listrik, minyak dan gas, bahan bakar gas cair (LPG) dan
gas alam terkompresi (CNG) tanaman, kilang tambang, dan lain-lain. Anak
perusahaan bergerak dalam bidang jasa eksplorasi, pertambangan batubara,
pertambangan nikel, pembangkit listrik, dan minyak dan gas. Anak perusahaan
adalah PT ATPK Daya Resources, PT ATPK Energy Resources, PT Modal
Investasi Mineral, PT MIM Geoservices Technology, PT Sarana Mandiri Utama, PT
Saptajaya Menjak Sengewari, PT Tuhup Coal Mining, PT Damanka Prima, PT
Mega Alam Sejahtera, PT MIM Nikelindo Mulia, PT Wahana Bumi Mulia dan PT
Otoma global Mitra.
12. PT Harum Energy Tbk. (HRUM)
PT Harum Energy (HRUM) adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia yang
menjalani operasi pertambangan batubara. Anak perusahaan HRUM adalah PT
57
Mahakam Sumber Jaya, yang bergerak di bidang pertambangan, industri dan
perdagangan. PT Tambang Batubara Harum adalah anak usaha HRUM yang
bergerak di bidang pertambangan, anak usaha lainnya adalah PT Santan Batubara,.
Anak usaha HARUM lainnya yang bergerak di bidang pertambangan batubara di
Kalimantan Timur; PT Layar Lintas Jaya, lalu anak usaha yang terlibat dalam
pengiriman; Harum Energi Australia Limited, yang bergerak dalam kegiatan
investasi, dan Harum Energy Capital Limited, yang bergerak dalam kegiatan
investasi.
13. PT Borneo Lumbung Energi & Logam Tbk (BORN)
BORN adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Indonesia terlibat dalam kegiatan
pertambangan batu bara. Anak perusahaan BORN PT Asmin adalah Koalindo
Tuhup (AKT), yang bergerak dalam bisnis pertambangan batu bara, dan Kalimantan
PT Mining Services yang bergerak dalam bisnis pertambangan batu bara di bidang
sewa peralatan yang berhubungan dengan alat berat. Perseroan melalui anak
perusahaannya, AKT terlibat dalam pertambangan batubara kokas keras (bahan
baku pembuatan baja) di Kalimantan Tengah, Indonesia. Pasar dari produk BORN
adalah China, India, Jepang, Taiwan, Turki dan Korea Selatan.
BAB 3
METODOLOGI
3.1.
Kerangka Pikir
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai fair value saham-saham batu bara
dengan menggunakan metode discounted cash flow (DCF). Untuk meggunakan metode
DCF, terlebih dahulu perlu dikumpulkan data-data sebagai berikut:
1. Harga saham-saham batu bara selama 2010 per hari,
2. Index IHSG selama 2010 per hari,
3. Laporan keuangan saham-saham batu bara tahun 2010.
4. Sertifikat Bank Indonesia tahun 2010.
Saham-saham batu bara yang diukur terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Sahamsaham tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. INDY - Indika Energy Tbk
2. PTBA - Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
3. ITMG - Indo Tambangraya Megah
4, BUMI - Bumi Resources Tbk
5. DEWA - Darma Henwa Tbk
6. ADRO - Adaro Energy Tbk
7. BYAN - Bayan Resources Tbk
8. PKPK - Perdana Karya Perkasa Tbk
9. KKGI - Resource Alam Indonesia Tbk
10. GTBA - Garda Tujuh Buana Tbk
11. ATPK - ATPK Resources Tbk
12. HRUM - Harum Energy Tbk
48
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab 4, penulis akan menjelaskan lebih rinci proses untuk mencari nilai interinsik
suatu perusahaan dengan metode discounted cash flow (DCF). Metode DCF
memerlukan beberapa tahap yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Mencari weight average cost of capital (WACC)
Menurut Keown (2005;hal414), rumus dari WACC adalah sebagai berikut:
WACC = [cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi biaya
equisitas]
cost of debt
= biaya hutang
cost of equity
= biaya ekuisitas
proporsi biaya hutang = proporsi dari biaya hutang
proporsi biaya ekuisitas = proporsi dari biaya ekuisitas
Untuk mencari cost of debt dan cost of equity dijabarkan sebagai berikut:
a. Cost of debt
Biaya tersebut berupa bunga hutang untuk pemegang obligasi atau bunga hutang
dari bank. Menurut Block & Hirt dalam bukunya yang berjudul Foundations of
Financial Management (2005;315) rumus dari cost of debt dijabarkan sebagai
berikut:
Kd = Y x ( 1 - T )
keterangan:
Kd adalah Cost of Debt
Y adalah yield to maturity
T adalah pajak (pajak perusahaan 25%)
58
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada bab 4, maka kesimpulan yang dapat diberikan dijabarkan
sebagai berkut:
1. Tahun 2009, nilai interinsik ADRO berada pada Rp983. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada
pada Rp740. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada
Rp1,703. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.
2. Tahun 2010, nilai interinsik ADRO berada pada Rp419. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada
pada Rp1,840. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada
Rp2,625. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.
3. Tahun 2011, nilai interinsik ADRO berada pada Rp2,086. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ADRO berada
pada Rp2,350. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.
125
59
Untuk menghitung yield to maturity menggunakan rumus sebagai berikut:
Yield = interest / principal
Principal dicari dengan menjumlahkan seluruh kewajiban yang memiliki bunga.
Sedangkan interest adalah bunga dari seluruh kewajiban. Untuk mencari
principal, penulis menggunakan refrensi thesis dari mahasiswi Binus Yesika
Dian Pramesti yang berjudul “A Financial Performance Valuation Analysis
Through Economic Value Added on Merger & Acquisition Approach Between
State Owned Banks (Case Study of PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Tabungan Negara (Persero)”
(2007). Untuk pajak, menurut pajak.go.id, pajak seluruh perusahaan adalah 25%.
b. Cost of equity
Cost of Equity merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
membiayai ekuisitas seperti dividen dan biaya untuk preferend stock. Menurut
Keown (2005;hal412), menghitung cost of equity dapat menggunakan capital
asset pricing model (CAPM). CAPM adalah hubungan antara tingkat
pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko yang tergolong
systematic (beta) untuk aset yang beresiko. Ada 2 buah keuntungan
menggunakan CAPM yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan
2) CAPM tidak tergantung pada pembiayaan dividen. Sehingga dapat
diaplikasikan untuk perusahaan yang tidak atau belum membayar dividen.
Menurut Keown rumus dari CAPM adalah sebagai berikut:
kc = krf + ß x (km - krf)
60
keterangan:
kc adalah CAPM
krf adalah risk-free rate
ß adalah beta coefficient dengan melihat risiko yang sistematis dari tingkat
pengembalian saham perusahaan.
km adalah require rate of return.
Untuk menghitung ß menggunakan rumus sebagai berikut:
Co Variance Rs, Rm
ß=
Variance Rm
Untuk mencari Co Variance Rs, Rm dan Variance Rm menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
Rsi adalah tingkat pengembalian saham per tahun
Rm adalah tingkat pengembalian IHSG per tahun
Rs
adalah rata-rata tingkat pengembalian saham per tahun
Rm adalah rata-rata tingkat pengembalian IHSG per tahun
Hasil dari beta dapat dilihat pada appendix a. Untuk mencari beta, risk-free rate,
dan require rate of return, penulis menggunakan refrensi thesis dari mahasiswi
Binus Yesika Dian Pramesti yang berjudul “A Financial Performance Valuation
61
Analysis Through Economic Value Added on Merger & Acquisition Approach
Between State Owned Banks (Case Study of PT Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, and PT Bank Tabungan Negara
(Persero)” (2007). Risk-free rate didapat dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
require rate of return didapat dari tingkat pertumbuhan IHSG.
Setelah biaya hutang dan biaya ekuisitas diketahui, maka WACC dapat dihitung.
Menurut Keown (2005;hal414), rumus dari WACC adalah sebagai berikut:
WACC = [after-tax cost of debt x proporsi biaya hutang] x [cost of equity x proporsi
biaya equisitas]
Untuk lebih jelasnya, akan diberikan contoh dari Keown (2005;hal414) sebagai
berikut:
Sebuah perusahaan diketahui cost of debt sebesar 3.72%, dan cost of equity sebesar
10.18%. Maka nilai WACC adalah:
Weighted Average Cost of Capital
Source of
Capital
Percent of
Capital
Debt
Equity
30.50% x
69.50% x
100%
Weighted
cost of
Capital
3,72% =
1.10%
10.18% =
7.10%
8.20%
Cost of
Capital
Sumber: Financial Management Arthur J. Keown (419;2005)
Maka nilai WACC dari cost of debt sebesar 3.72%, dan cost of equity sebesar
10.18%. adalah 8.20%
2. Mencari discounted cash flow
Menurut Keown (2005;hal439) free cash-flow model adalah metode valuasi nilai
perusahaan dengan menghitung present value dari arus kas di masa yang akan
datang. Menurut Koller dari bukunya yang berjudul Valuation (2010;395) manager
yang menggunakan perhitungan discounted cash flow (DCF) akan mendapatkan
harga saham yang wajar. Pragmatisnya kita semua tidak dapat mengetahui dengan
62
pasti arus kas di masa yang akan datang, namun dapat diprediksi dengan planning
period, lalu mengambil nilai dari arus kas yang disebut juga metode terminal value.
Menurut Arthur J. Keown dalam bukunya yang berjudul Financial Management
(2005;440) metode dan rumus DCF dijabarkan sebagai berikut:
firm value =
free cash flow1
1
(1+ kwacc)
free cash flow4
4
(1+ kwacc)
terminal value4 =
free cash flow2
2
(1+ kwacc)
+
+
+
free cash flow3
3
(1+ kwacc)
terminal value4
4
(1+ kwacc)
free cash flow4
kwacc
Dan untuk mencari free cash flow dijabarkan sebagai berikut:
Calculation of free cash flow
Net operating income (NOI)
Less: taxes
Equals: net operating income after tax
Plus: depreciation expense
Less: new investment made during the period
additional net working capital and capital expenditures
Equals: free cash flow
Operating Income didapat dari gross margin sales. Working capital dan capital
expenditure, didapat dengan menggunakan proporsi kenaikan sales. Pada contoh
yang diberikan, Arthur berasumsi didapat kenaikan 10% pada sales masuk pada
working capital, dan 40% sales masuk capital expenditure ditambah dengan
depresiasi. Namun, Arthur tidak menjelaskan dasar dari asumsi tersebut termasuk
planning selama 4 tahun kedepan mulai dari sales, operating income, hingga
depresiasi. Sehingga disini penulis menggunakan asumsi berdasarkan presentase
kenaikan selama 4 hingga 5 tahun. Untuk perusahaan yang baru berjalan kurang dari
4 tahun, dan perusahaan yang abnormal seperti mengalami penurunan operating
income sebesar 200% lebih selama 4 tahun terakhir, penulis akan menggunakan
+
63
asumsi berdasarkan rata-rata industri. Untuk asumsi, dapat dilihat detail pada
appendix b.
Hasil dari kalkulasi nilai perusahaan, maka selanjutnya akan dimasukan kedalam
rumus: Firm value = Debt value + Equity Value
Menurut Arthur, Debt value adalah jumlah interest-bearing debt. Disini penulis
mendapat nilai interest-bearing debt dari perhitungan cost of debt diamana di
perhitungannya didapat dari seluruh kewajiban yang memiliki bunga. Setelah
diketahui equity value, maka proses selanjutnya adalah:
Share value =
equity value
number of shares
Number of shares adalah jumlah saham yang beredar. Dengan demikian, nilai
interinsik per lembar saham dapat dicari.
4.1.Mencari Nilai Interinsik
Pada bagian 4.1, penulis mulai mencari nilai interinsik dari ke 14 perusahaan batu bara
yang akan dijabarkan satu per satu. Ke 14 perusahaan tersebut adalah: INDY, PTBA,
ITMG, BUMI, DEWA, ADRO, BRAU, BYAN, HRUM, PKPK, KKGI, GTBO, ATPK,
dan BORN. Mencari nilai interinsik dimulai dari mencari cost of debt, cost of equity,
WACC, estimasi arus kas, dan nilai interinsiknya. Setelah nilai interinsik diketahui,
akan dicari titik terendah dan tertinggi. Titik terendah dicari pada saat pasar saham
sedang turun (bearish) dan titik tertinggi dicari pada saat pasar saham sedang naik
(bearish) pada tahun 2009, 2010, dan 2011 (hingga 26 july 2011).
4.1.1. Adaro Energy (ADRO)
Proses hitung nilai interinsik ADRO dijabarkan sebagai berikut:
1. Menghitung cost of debt
64
Tabel 4.1. Cost of debt ADRO
ADRO
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam juta rupiah)
2010
2009
134.698
5.102.587
188.000
1.823.127
5.548.196
5.237.285
7.559.323
2.303.985
109.144
2.025.321
142.783
Total hutang kepada pihak ketiga =
2.413.129
2.168.104
Total (a) =
7.650.414
9.727.427
1.048.252
729.260
Hutang bank
Hutang bank jangka pendek
Hutang bank jangka panjang jatuh tempo
Hutang bank jangka panjang
Total hutang bank =
Pihak ketiga
Pihak ketiga
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Interest
Biaya bunga
Total Interest expense (b) =
1.048.252
13,70%
729.260
7,50%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
10,28%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
5,62%
Interest Rate kb (b/a) =
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut
Tabel 4.2. Cost of Equity ADRO
ADRO
Cost of Equity
2010
2009
N
244
242
apendix a
Ket
CoVariance
0,000180323
0,000038648
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
1,124496634
0,169564796
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
48,43%
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis
19,39%
3. Mencari WACC
apendix a
c
c + (b x (a-c))
65
Tabel 4.3. WACC ADRO
ADRO
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
Cost of debt
10,28%
5,62%
a
Cost of Equity
48,43%
19,39%
b
Percent of debt
17,50%
22,48%
a / (a+b) x 100%
c
82,50%
77,52%
b / (a+b) x 100%
d
41,75%
16,30%
(a x c) + (b x d)
Percent of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan ADRO dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
ADRO selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian
mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Nilai untuk asumsi dijabarkan
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Pertumbuhan ADRO Untuk Asumsi 2011
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
2007 - 2010
32,20%
61,59%
4,35%
42,89%
39,89%
Sumber: hitungan penulis
Untuk mencari nilai interinsik pada tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data
actual dan forecast. Nilai share value untuk ADRO tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
66
Tabel 4.6. Estimasi Arus Kas ADRO Untuk Tahun 2009
ADRO
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
2010 (actual)
2011 (forecast)
2012 (forecast)
Sales
26.938.020.000.000
24.689.333.000.000
31.202.818.186.577
39.434.676.618.626
Operating income
13.024.258.536.842
6.284.233.000.000
8.043.201.617.009
10.165.141.265.400
Less: tax
3.256.064.634.210
1.571.058.250.000
2.010.800.404.252
2.541.285.316.350
Net operating profits after tax
9.768.193.902.631
4.713.174.750.000
6.032.401.212.757
7.623.855.949.050
Plus: depreciation expense
3.618.507.000.000
4.856.141.000.000
5.906.903.077.551
7.185.026.951.972
In net working capital
7.840.833.000.000
4.406.759.000.000
4.046.066.207.390
5.113.490.438.970
In new capital (CAPEX)
1.106.262.000.000
2.250.548.000.000
1.371.816.196.559
1.733.725.709.263
Total net investment for the period
8.947.095.000.000
6.657.307.000.000
5.417.882.403.949
6.847.216.148.232
4.439.605.902.631
2.912.008.750.000
6.521.421.886.358
7.961.666.752.790
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
16,30%
free cash flow 2012
k wacc
4.439.605.902.631
1
(1+16,30%)
7.961.666.752.790
4
(1+16,30%)
=
firm value =
7.961.666.752.790
16,30%
=
2.912.008.750.000
+
+
2
(1+16,30%)
= 48.847.766.560.184
+
6.521.421.886.358
(1+16,30%)3
48.847.766.560.184
(1+16,30%)4
4.439.605.902.631
+
2.912.008.750.000
7.961.666.752.790
+
48.847.766.560.184
+
6.521.421.886.358
41.170.253.518.208
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 9.727.427.000.000
number of shares = 31.985.960.000
firm value =
41.170.253.518.208 =
+
debt value
+
equity value
9.727.427.000.000
+
equity value
=
31.442.826.518.208
31.985.960.000
equity value =
31.442.826.518.208
Share value =
equity value
number of shares
Nilai interinsik ADRO untuk 2009 adalah Rp983.
= 983
+
67
Tabel 4.7. Estimasi Arus Kas ADRO Untuk Tahun 2010
ADRO
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
32.640.265.496.563
41.952.358.991.473
53.921.143.047.527
69.304.557.298.979
Operating income
8.231.072.942.333
13.024.258.536.842
16.740.009.966.919
21.515.845.443.321
Less: tax
2.057.768.235.583
3.256.064.634.210
4.185.002.491.730
5.378.961.360.830
Net operating profits after tax
6.173.304.706.749
9.768.193.902.631
12.555.007.475.189
16.136.884.082.491
Plus: depreciation expense
4.856.141.000.000
5.819.445.809.399
6.973.839.830.542
8.357.229.120.256
In net working capital
4.406.759.000.000
5.304.648.751.183
6.818.036.720.833
8.763.186.198.946
In new capital (CAPEX)
2.250.548.000.000
2.076.838.785.932
2.669.349.804.279
3.430.901.053.017
Total net investment for the period
6.657.307.000.000
7.381.487.537.115
9.487.386.525.111
12.194.087.251.963
4.372.138.706.749
8.206.152.174.914
10.041.460.780.620
12.300.025.950.783
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
41,75%
free cash flow 2013
k wacc
4.372.138.706.749
(1+41.75%)1
12.300.025.950.783
(1+41.75%)4
=
firm value =
=
+
+
12.300.025.950.783
41,75%
8.206.152.174.914
(1+41.75%)2
= 29.460.637.031.562
+
10.041.460.780.620
(1+41.75%)3
29.460.637.031.562
(1+41.75%)4
4.372.138.706.749
+
8.206.152.174.914
12.300.025.950.783
+
29.460.637.031.562
+ 10.041.460.780.620 +
21.037.393.305.423
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 7.650.414.000.000
number of shares = 31.985.960.000
firm value =
74.372.124.332.298 =
debt value
+
equity value
7.650.414.000.000
+
equity value
=
13.386.979.305.423
31.985.960.000
equity value = 13.386.979.305.423
Share value =
equity value
number of shares
+
Nilai interinsik ADRO untuk 2010 adalah Rp419.
= 419
68
Tabel 4.8. Estimasi Arus Kas ADRO Tahun 2011
ADRO
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
32.640.265.496.563
43.151.709.756.035
57.048.250.880.961
75.420.022.682.227
Operating income
8.231.072.942.333
10.881.800.904.030
14.386.167.118.743
19.019.076.547.498
Less: tax
2.057.768.235.583
2.720.450.226.008
3.596.541.779.686
4.754.769.136.874
Net operating profits after tax
6.173.304.706.749
8.161.350.678.023
10.789.625.339.057
14.264.307.410.623
Plus: depreciation expense
6.938.875.737.213
13.877.751.474.426
27.755.502.948.852
55.511.005.897.704
3.171.272.780.667
4.192.546.859.123
5.542.711.201.982
7.327.681.359.535
345.637.131.755
456.945.829.438
2.633.090.864.460
5.027.875.221.195
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
3.516.909.912.422
4.649.492.688.562
8.175.802.066.442
12.355.556.580.730
9.595.270.531.539
17.389.609.463.887
30.369.326.221.466
57.419.756.727.598
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
41,75%
free cash flow 2014
k wacc
9.595.270.531.539
(1+41,75%)1
57.419.756.727.598
(1+41,75%)4
=
9.595.270.531.539
=
+
+
57.419.756.727.598
=
41,75%
137.530.003.445.618
17.389.609.463.887
30.369.326.221.466
(1+41,75%)2
+
(1+41,75%)3
137.530.003.445.618
(1+41,75%)4
+ 17.389.609.463.887 +
30.369.326.221.466
57.419.756.727.598 + 137.530.003.445.618
firm value =
74.372.124.332.298
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 7.650.414.000.000
number of shares = 31.985.960.000
firm value =
74.372.124.332.298 =
+
debt value
+
equity value
7.650.414.000.000
+
equity value
equity value =
66.721.710.332.298
Share value =
equity value
number of shares
=
66.721.710.332.298
= 2.086
31.985.960.000
Nilai interinsik ADRO untuk 2011 adalah Rp2.086.
+
69
4.1.2. PT Borneo Energy Tbk (BORN)
Proses hitung nilai interinsik BORN adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.9. Cost of debt BORN
BORN
Laporan keuangan 2010 (dalam juta rupiah)
Hutang bank
2010
Pinjaman jatuh tempo
44.056
Pinjaman jangka panjang
Total hutang bank =
180.719
224.775
Pihak ketiga
Pihak ketiga
320.010
Hubungan istimewa
Total hutang dengan pihak ketiga
=
6.062
326.072
Total (a) =
550.847
Interest
Beban bunga
10.331
Total Interest expense (b) =
10.331
Interest Rate kb (b/a) =
1,88%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
1,41%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
70
Tabel 4.10. Cost of Equity BORN
BORN
Cost of Equity
2010
N=
Ket
151
apendix a
CoVariance =
0,000160212
apendix a
Variance =
0,000113962
apendix a
9,92%
a
1,405833903
b
Return IHSG =
ß=
SBI = 6,64%
c
Cost of Equity = 11,25%
c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis
3. Mencari WACC
Tabel 4.11. WACC BORN
BORN
Weighted Cost of Capital
2010
Keterangan
1,41%
a
Cost of Equity
11,25%
b
Percent of debt
11,12%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
88,88%
b / (a+b) x 100%
d
10,15%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan BORN dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka
pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.12. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara 2006/2007 - 2010
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
2006/2007 - 2010
39,49%
59,70%
14,89%
97,97%
51,22%
71
Setelah asumsi angka rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara diketahui. maka
selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BORN tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.13. Estimasi Arus Kas BORN Tahun 2009
BORN
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
3.832.935.057.151
5.338.843.129.676
7.436.402.010.022
10.358.063.256.678
Operating income
839.027.105.505
1.168.669.448.098
1.627.823.785.378
2.267.373.619.251
Less: tax
209.756.776.376
292.167.362.024
406.955.946.344
566.843.404.813
Net operating profits after tax
629.270.329.129
876.502.086.073
1.220.867.839.033
1.700.530.214.438
Plus: depreciation expense
691.355.717.443
1.382.711.434.887
2.765.422.869.773
5.530.845.739.547
In net working capital
560.847.388.001
781.196.701.634
1.088.118.264.792
1.515.625.137.300
In new capital (CAPEX)
152.565.207.945
212.506.003.916
295.996.723.687
412.289.812.141
Total net investment for the period
713.412.595.946
993.702.705.551
1.384.114.988.479
1.927.914.949.442
607.213.450.625
1.265.510.815.409
2.602.175.720.327
5.303.461.004.543
Sales
2014 (forecast)
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
10,15%
free cash flow 2014
k wacc
607.213.450.625
1
(1+10,15%)
5.303.461.004.543
4
(1+10,15%)
=
=
+
+
5.303.461.004.543
10,15%
1.265.510.815.409
2
(1+10,15%)
=
+
52.242.331.016.717
2.602.175.720.327
(1+10,15%)3
5.303.461.004.543
(1+10,15%)4
607.213.450.625
+
1.265.510.815.409
5.303.461.004.543
+
5.303.461.004.543
+
2.602.175.720.327
firm value = 42,629,782,205,444
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 10.331.000.000
number of shares = 17.693.000.000
firm value =
42.629.782.205.443 =
+
debt value
+
equity value
10.331.000.000
+
equity value
equity value = 42.619.451.205.443
+
72
Share value =
equity value
number of shares
=
42.619.451.205.443
= 2.408
17.693.000.000
Nilai interinsik dari BORN untuk 2011 adalah Rp2.408.
4.1.3. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Proses hitung nilai interinsik BUMI adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.14. Cost of debt BUMI
BUMI
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam dollar)
2010
Hutang bank
Pinjaman jangka pendek
2009
-
Pinjaman jatuh tempo
400.000.000
9.261.038
21.552.836
3.563.325.440
2.305.386.666
3.572.586.478
2.726.939.502
Pihak ketiga
96.252.166
253.654.324
Hubungan istimewa
Hutang lain-lain dengan pihak
ketiga
Total hutang kepada pihak ketiga
=
69.286.737
25.980.224
112.070.641
118.818.006
277.609.544
398.452.554
366.556.428
764.200.000
366.556.428
764.200.000
Pinjaman jangka panjang
Total hutang bank =
Pihak ketiga
Obligasi
Obligasi
Total obligasi =
Total =
4.216.752.450
3.889.592.056
Interest
Biaya bunga
630.339.475
180.923.764
Total Interest expense =
630.339.475
180.923.764
Interest Rate kb (b/a) =
14,95%
4,65%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
11,21%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
3,49%
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
73
Tabel 4.15. Cost of Equity BUMI
BUMI
Cost of Equity
2010
N
2009
244
Ket
242
apendix a
CoVariance
0,000256031
0,000033301
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
1,596612796
0,146103419
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
65,97%
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis
17,79%
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.16. WACC BUMI
BUMI
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
Cost of debt
11,21%
3,49%
a
Cost of Equity
65,97%
17,79%
b
Percent of debt
14,53%
16,40%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
85,47%
83,60%
b / (a+b) x 100%
d
58,02%
15,44%
(a x c) + (b x d)
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan BUMI dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan
selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Untuk perhitungan tahun 2009 dan 2010 menggunakan data actual dan forecast.
Angka pertumbuhan BUMI untuk asumsi tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut:
74
Tabel 4.17. Pertumbuhan BUMI
bumi
sal
37,34%
op inc
21,16%
capex
17,20%
depre
10,15%
wc
Sumber: hitungan penulis
36,01%
Setelah asumsi untuk tahun 2009. 2010. dan 2011 diketahui. maka selanjutnya akan
dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BUMI tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.18. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2009
BUMI
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
30.261.177.536.400
2009 (actual)
38.940.364.828.015
53.479.376.643.789
73.446.762.474.876
Operating income
5.531.778.700.000
9.808.946.600.000
11.317.722.081.453
15.543.375.739.210
Less: tax
1.382.944.675.000
2.452.236.650.000
2.829.430.520.363
3.885.843.934.802
Net operating profits after tax
4.148.834.025.000
7.356.709.950.000
8.488.291.561.090
11.657.531.804.407
11.635.320.000.000
11.678.756.600.000
12.863.588.402.257
14.168.623.617.234
In net working capital
1.325.400.000.000
10.217.352.600.000
5.235.378.684.305
7.190.091.560.965
In new capital (CAPEX)
5.011.849.900.000
2.996.183.900.000
2.500.128.217.707
3.433.591.318.496
Total net investment for the period
6.337.249.900.000
13.213.536.500.000
7.735.506.902.012
10.623.682.879.461
Free cash flow
9.446.904.125.000
5.821.930.050.000
13.616.373.061.335
15.202.472.542.180
Sales
Plus: depreciation expense
2010 (actual)
Less investments:
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
15,44%
free cash flow 2012
k wacc
9.446.904.125.000
1
(1+15,44%)
15.202.472.542.180
4
(1+15,44%)
=
=
+
+
15.202.472.542.180
15,44%
5.821.930.050.000
2
(1+15,44%)
+
13.616.373.061.334
(1+15,44%)3
+
98.453.063.138.880
(1+15,44%)4
9.446.904.125.000
+
5.821.930.050.000
15.202.472.542.180
+
98.453.063.138.880
firm value = 85.397.477.042.719
= 98.453.063.138.880
+ 13.616.373.061.334 +
75
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 35.006.328.504.000
number of shares = 20.773.400.000
firm value =
debt value
+
equity value
85.397.477.042.719 = 35.006.328.504.000 +
equity value
equity value =
50.391.148.538.719
Share value =
equity value
number of shares
50.391.148.538.719
20.773.400.000
=
= 2.425
Nilai interinsik BUMI untuk 2009 adalah Rp2.425.
Tabel 4.19. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2010
BUMI
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
38.940.364.828.015
50.195.144.552.532
64.702.848.773.438
83.403.657.399.912
Operating income
5.531.778.700.000
9.945.059.109.512
12.819.440.233.551
16.524.592.372.147
Less: tax
1.382.944.675.000
2.486.264.777.378
3.204.860.058.388
4.131.148.093.037
Net operating profits after tax
4.148.834.025.000
7.458.794.332.134
9.614.580.175.163
12.393.444.279.110
11.678.756.600.000
12.943.066.412.367
14.344.246.899.961
15.897.115.302.632
10.217.352.600.000
4.052.753.695.568
5.224.105.076.655
6.734.007.517.353
2.996.183.900.000
1.935.371.724.701
2.494.744.564.241
3.215.790.724.530
13.213.536.500.000
5.988.125.420.269
7.718.849.640.896
9.949.798.241.882
2.614.054.125.000
14.413.735.324.231
16.239.977.434.227
18.340.761.339.860
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
58,02%
free cash flow 2013
k wacc
2.614.054.125.000
(1+58,02%)1
18.340.761.339.860
(1+58,02%)4
=
firm value =
=
+
+
18.340.761.339.860
58,02%
14.413.735.324.231
(1+58,02%)2
+
16.239.977.434.227
(1+58,02%)3
+
31.611.059.438.331
(1+58,02%)4
2.614.054.125.000
+
14.413.735.324.231
18.340.761.339.860
+
31.611.059.438.331
19.553.628.076.962
= 31.611.059.438.331
+ 16.239.977.434.227 +
76
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 37.950.772.050.000
number of shares = 20.773.400.000
firm value =
debt value
19.553.628.076.962 = 37.950.772.050.000
+
equity value
+
equity value
equity value = (18.397.143.973.037)
Share value =
equity value
number of shares
=
(18.397.143.973.037)
=
20.773.400.000
(885)
Nilai interinsik BUMI untuk 2010 adalah Rp-885.
Tabel 4.20. Estimasi Arus Kas BUMI Tahun 2011
BUMI
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
Sales
46.552.694.924.498
55.653.135.616.600
66.532.592.989.149
79.538.841.447.406
Operating income
17.473.216.333.836
10.226.768.388.080
12.225.967.346.132
14.615.983.454.060
Less: tax
2.556.692.097.020
3.056.491.836.533
3.653.995.863.515
4.368.304.083.459
Net operating profits after tax
7.670.076.291.060
9.169.475.509.599
10.961.987.590.545
13.104.912.250.377
12.619.047.506.274
13.635.043.987.953
14.732.841.322.689
15.919.025.536.794
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
3.786.780.819.435
4.527.046.754.998
5.412.024.962.404
6.470.004.790.949
In new capital (CAPEX)
1.442.370.202.349
1.724.334.640.795
2.061.419.425.195
2.464.399.859.539
Total net investment for the period
Free cash flow
5.229.151.021.784
6.251.381.395.792
7.473.444.387.599
8.934.404.650.488
15.059.972.775.549
16.553.138.101.759
18.221.384.525.634
20.089.533.136.682
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
58,02%
free cash flow 2014
k wacc
15.059.972.775.549
(1+58,02%)1
20.089.533.136.682
(1+58,02%)4
=
+
+
20.089.533.136.682
=
58,02%
34.625.139.834.944
16.553.138.101.759
18.221.384.525.634
(1+58,02%)2
+
(1+58,02%)3
34.625.139.834.944
(1+58,02%)4
= 15.059.972.775.549 + 16.553.138.101.759 +
18.221.384.525.634
20.089.533.136.682 + 34.625.139.834.944
firm value =
+
29.552.589.767.094
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
+
77
debt value = 37.950.772.050.000
number of shares = 20.773.400.000
firm value =
debt value
+
equity value
29.552.589.767.094 = 37.950.772.050.000 +
equity value
equity value = (8.398.182.282.905)
Share value =
equity value
number of shares
=
(8.398.182.282.905)
=
20.773.400.000
(404)
Nilai interinsik BUMI untuk 2011 adalah Rp-404.
4.1.4. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN)
Proses hitung nilai interinsik BYAN adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.21. Cost of debt BYAN
BYAN
Laporan keuangan 2007 - 2010 (dalam juta rupiah)
2010
Pihak ketiga
Hutang usaha
2009
1.090.021
1.233.477
97.339
122.922
520.583
383.207
1.911.734
1.909.979
Total hutang kepada pihak ketiga =
3.619.677
3.649.585
Total (a) =
3.619.677
3.649.585
130.427
141.699
Total Interest expense (b) =
130.427
141.699
Interest Rate kb (b/a) =
3,60%
3,88%
Hubungan istimewa
Jatuh tempo
Pinjamn jangka panjang
Interest
Biaya bunga
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
2,70%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
2,91%
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
78
Tabel 4.22. Cost of Equity BYAN
BYAN
Cost of Equity
2010
N
2009
244
Ket
242
apendix a
CoVariance
0,000025248
0,000017626
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
0,157447001
0,077331059
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
12,49%
13,07%
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.23. WACC BYAN
BYAN
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
2,70%
2,91%
a
Cost of Equity
12,49%
13,07%
b
Percent of debt
17,79%
18,22%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
82,21%
81,78%
b / (a+b) x 100%
d
10,75%
11,22%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan BYAN dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
BYAN selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian
mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Tabel 4.25. Pertumbuhan BYAN
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
2007 - 2010
37,86%
96,25%
24,94%
22,88%
7,46%
79
Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data
actual dan forecast. Nilai interinsik untuk BYAN tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.26. Estimasi Arus Kas BYAN Untuk Tahun 2009
BYAN
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
8.745.624.000.000
11.052.875.166.784
13.968.820.229.696
365.022.000.000
1.307.832.000.000
2.849.117.758.611
3.600.765.699.668
91.255.500.000
326.958.000.000
712.279.439.653
900.191.424.917
273.766.500.000
980.874.000.000
2.136.838.318.958
2.700.574.274.751
1.533.075.000.000
1.807.013.000.000
2.198.010.859.008
2.673.612.052.773
(331.196.000.000)
(34.167.000.000)
1.433.225.179.835
1.811.335.474.588
351.732.000.000
257.171.000.000
485.934.093.571
614.132.150.607
20.536.000.000
223.004.000.000
1.919.159.273.406
2.425.467.625.195
1.786.305.500.000
2.564.883.000.000
2.415.689.904.560
2.948.718.702.328
Operating income
Less: tax
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
2010 (actual)
7.752.866.000.000
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
11,22%
free cash flow 2012
k wacc
1.786.305.500.000
1
(1+11,22%)
2.948.718.702.328
(1+11,22%)4
=
=
+
+
2.948.718.702.328
11,22%
2.564.883.000.000
2
(1+11,22%)
= 26.280.063.853.214
+
2.415.689.904.560
(1+11,22%)3
26.280.063.853.214
(1+11,22%)4
1.786.305.500.000
+
2.564.883.000.000
2.948.718.702.328
+
26.280.063.853.214
+
2.415.689.904.560
firm value = 24.537.189.213.952
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 3.649.585.000.000
number of shares = 3.333.330.000
firm value =
24.537.189.213.952 =
debt value
+
equity value
3.649.585.000.000
+
equity value
equity value = 20.887.604.213.952
+
+
80
Share value =
equity value
number of shares
20.887.604.213.952
3.333.330.000
=
= 6.266
Nilai interinsik BYAN untuk tahun 2009 adalah Rp6.266.
Tabel 4.27. Estimasi Arus Kas BYAN Untuk Tahun 2010
BYAN
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
Sales
8.745.624.000.000
11.240.703.838.364
14.447.616.634.538
18.569.444.531.239
Operating income
1.307.832.000.000
3.489.716.346.027
4.485.313.789.569
5.764.949.868.720
Less: tax
326.958.000.000
872.429.086.507
1.121.328.447.392
1.441.237.467.180
Net operating profits after tax
980.874.000.000
2.617.287.259.520
3.363.985.342.177
4.323.712.401.540
1.807.013.000.000
2.165.467.236.305
2.595.027.457.750
3.109.798.843.213
In net working capital
(34.167.000.000)
1.421.326.166.443
1.826.822.933.927
2.348.005.764.415
In new capital (CAPEX)
257.171.000.000
556.467.628.374
715.224.872.027
919.274.709.762
Total net investment for the period
223.004.000.000
1.977.793.794.817
2.542.047.805.954
3.267.280.474.177
2.564.883.000.000
2.804.960.701.007
3.416.964.993.973
4.166.230.770.576
Plus: depreciation expense
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
10,75%
free cash flow 2013
k wacc
2.564.883.000.000
(1+10,75%)
1
4.166.230.770.576
(1+10,75%)
=
firm value =
4
=
+
+
4.166.230.770.576
10,75%
2.804.960.701.007
2
(1+10,75%)
= 38.755.402.791.133
+
3.416.964.993.973
(1+10,75%)3
38.755.402.791.133
(1+10,75%)4
2.564.883.000.000
+
2.804.960.701.007
4.166.230.770.576
+
38.755.402.791.133
+
3.416.964.993.973
35.648.087.593.540
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 3.619.677.000.000
number of shares = 3.333.330.000
firm value =
35.648.087.593.540 =
debt value
+
equity value
3.619.677.000.000
+
equity value
equity value = 32.028.410.593.540
+
+
81
equity value
number of shares
Share value =
32.028.410.593.540
3.333.330.000
=
= 9.609
Nilai interinsik BYAN untuk tahun 2010 adalah Rp9.609.
Tabel 4.28. Estimasi Nilai Arus Kas Untuk Tahun 2011
BYAN
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
12.056.349.635.817
16.620.376.835.441
22.912.152.890.075
31.585.730.892.621
Operating income
955.944.991.537
1.317.825.583.466
1.816.698.956.334
2.504.424.818.697
Less: tax
238.986.247.884
329.456.395.867
454.174.739.084
626.106.204.674
716.958.743.653
988.369.187.600
1.362.524.217.251
1.878.318.614.023
2.385.865.692.523
2.931.866.816.707
3.602.819.327.948
4.427.318.129.142
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
247.034.968.981
340.552.024.453
469.470.706.263
647.192.582.083
In new capital (CAPEX)
825.805.313.044
1.138.420.492.943
1.569.378.639.591
2.163.479.425.813
1.072.840.282.025
1.478.972.517.396
2.038.849.345.855
2.810.672.007.896
2.029.984.154.150
2.441.263.486.910
2.926.494.199.344
3.494.964.735.268
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
10,75%
free cash flow 2014
k wacc
2.029.984.154.150
1
(1+10,75%)
3.494.964.735.268
4
(1+10,75%)
=
firm value =
=
+
+
3.494.964.735.268
10,75%
2.441.263.486.910
2
(1+10,75%)
=
+
32.511.105.004.729
2.926.494.199.344
(1+10,75%)3
32.511.105.004.729
(1+10,75%)4
2.029.984.154.150
+
2.441.263.486.910
3.494.964.735.268
+
32.511.105.004.729
+
2.926.494.199.344
29.910.771.056.359
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 3.619.677.000.000
number of shares = 3.333.330.000
firm value =
29.910.771.056.359 =
+
debt value
+
equity value
3.619.677.000.000
+
equity value
equity value = 26.291.094.056.359
+
82
Share value =
equity value
number of shares
=
26.291.094.056.359
= 7.887
3.333.330.000
Nilai interinsik BYAN tahun 2011 adalah Rp7.887.
4.1.5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)
Proses hitung nilai interinsik DEWA adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.29. Cost of debt DEWA
DEWA
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam dollar)
2010
Hutang bank
2009
Jatuh tempo
23.525.593
94.000.000
Jangka panjang
44.439.594
26.000.000
67.965.187
120.000.000
977.627
3.335.703
Total hutang bank =
Obligasi
Obligasi
Total obligasi =
977.627
3.335.703
Total (a) =
68.942.814
123.335.703
9.151.476
14.501.158
Total Interest expense (b) =
9.151.476
14.501.158
Interest Rate kb (b/a) =
13,27%
11,76%
Interest
Interest expense
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
9,96%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
8,82%
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
83
Tabel 4.30. Cost of Equity DEWA
DEWA
Cost of Equity
2010
N
2009
244
Ket
242
apendix a
CoVariance
0,000293606
0,000004303
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
1,830930458
0,01888078
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
74,68%
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis
9,06%
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.31. WACC DEWA
DEWA
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
9,96%
8,82%
a
Cost of Equity
74,68%
9,06%
b
Percent of debt
11,76%
49,31%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
88,24%
50,69%
b / (a+b) x 100%
d
67,07%
8,94%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan DEWA dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
DEWA selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk asumsi tahun 2011. Rincian
mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka pertumbukan untuk asumsi
dijabarkan sebagai berikut:
84
Tabel 4.33. Pertumbuhan DEWA
2007 - 2010
0,60%
1,69%
14,38%
32,03%
68,59%
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data
actual dan forecast. Nilai interinsik untuk DEWA tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.34. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2009
DEWA
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2.591.358.656.357
3.275.005.161.561
2.050.421.100.000
30.140.800.000
35.792.200.000
667.978.770.713
844.203.451.550
7.535.200.000
8.948.050.000
166.994.692.678
211.050.862.887
Operating income
Less: tax
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
2010 (actual)
1.894.100.000.000
22.605.600.000
26.844.150.000
500.984.078.035
633.152.588.662
1.198.500.000.000
1.273.381.900.000
1.548.913.728.824
1.884.064.583.721
(107.160.000.000)
947.239.300.000
336.021.208.982
424.669.580.612
74.410.100.000
71.584.400.000
113.927.779.043
143.983.953.551
(32.749.900.000)
1.018.823.700.000
449.948.988.026
568.653.534.164
1.253.855.500.000
281.402.350.000
1.599.948.818.834
1.948.563.638.219
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
8,94%
free cash flow 2012
k wacc
1.253.855.500.000
1
(1+8,94%)
1.948.563.638.219
4
(1+8,94%)
=
=
+
+
1.948.563.638.219
8,94%
281.402.350.000
2
(1+8,94%)
= 21.788.914.718.820
+
1.599.948.818.833
(1+8,94%)3
+
21.788.914.718.820
(1+8,94%)4
1.253.855.500.000
+
281.402.350.000
1.948.563.638.219
+
21.788.914.718.820
+
1.599.948.818.833
firm value = 19.476.928.530.881
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
+
85
debt value = 1.110.021.327.000
number of shares = 21.853.730.000
firm value =
19.476.928.530.881 =
debt value
+
equity value
1.110.021.327.000
+
equity value
=
18.366.907.203.881
21.853.730.000
equity value = 18.366.907.203.881
Share value =
equity value
number of shares
= 840
Nilai interinsik DEWA tahun 2009 adalah Rp840.
Tabel 4.35. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2010
DEWA
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2.050.421.100.000
2.635.395.293.581
3.387.259.501.685
4.353.626.554.507
35.792.200.000
818.167.809.285
1.051.586.717.455
1.351.598.794.010
8.948.050.000
204.541.952.321
262.896.679.364
337.899.698.503
Operating income
Less: tax
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
26.844.150.000
613.625.856.964
788.690.038.091
1.013.699.095.508
1.273.381.900.000
1.525.980.601.000
1.828.686.896.388
2.191.440.548.346
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
947.239.300.000
333.231.472.295
428.300.632.372
550.492.516.289
71.584.400.000
130.464.443.325
167.685.252.516
215.524.959.865
1.018.823.700.000
463.695.915.619
595.985.884.888
766.017.476.154
281.402.350.000
1.675.910.542.343
2.021.391.049.590
2.439.122.167.699
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
67,07%
free cash flow 2013
k wacc
281.402.350.000
(1+67,07%)
1
2.439.122.167.699
(1+67,07%)
=
firm value =
4
=
+
+
2.439.122.167.699
67,07%
1.675.910.542.343
2
(1+67,07%)
=
+
3.636.740.859.292
2.021.391.049.590
(1+67,07%)3
+
3.636.740.859.292
(1+67,07%)4
281.402.350.000
+
1.675.910.542.343
2.439.122.167.699
+
3.636.740.859.292
+
2.021.391.049.590
1.982.211.380.749
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
+
86
debt value = 620.485.326.000
number of shares = 21.853.730.000
firm value =
1.982.211.380.749 =
debt value
+
equity value
620.485.326.000
+
equity value
=
1.361.726.054.749
21.853.730.000
equity value =
1.361.726.054.749
Share value =
equity value
number of shares
= 62
Nilai interinsik DEWA tahun 2010 adalah Rp62.
Tabel 4.36. Estimasi Arus Kas DEWA Tahun 2011
DEWA
Estimasion Of Free Cash flow
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
2.062.722.837.800
2.075.098.381.295
2.087.548.173.289
2.100.072.659.246
34.823.141.289
35.032.066.740
35.242.245.663
35.453.685.580
8.705.785.322
8.758.016.685
8.810.561.416
8.863.421.395
Operating income
Less: tax
Net operating profits after tax
26.117.355.966
26.274.050.055
26.431.684.247
26.590.264.185
1.681.292.934.079
2.219.872.867.821
2.930.979.753.382
3.869.880.315.787
In net working capital
8.437.800.689
8.488.424.247
8.539.351.527
8.590.584.351
In new capital (CAPEX)
1.769.419.610
1.780.035.447
1.790.714.975
1.801.458.576
10.207.220.298
10.268.459.693
10.330.066.501
10.392.042.926
1.697.203.069.747
2.235.878.458.182
2.947.081.371.127
3.886.078.537.045
Plus: depreciation expense
Less investments:
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
67,07%
free cash flow 2014
k wacc
1.697.203.069.747
1
(1+67,07%)
3.886.078.537.045
4
(1+67,07%)
=
firm value =
=
+
+
3.886.078.537.045
67,07%
2.235.878.458.182
2
(1+67,07%)
=
+
5.794.158.564.603
2.947.081.371.127
(1+67,07%)3
+
5.794.158.564.603
(1+67,07%)4
1.697.203.069.747
+
2.235.878.458.182
3.886.078.537.045
+
5.794.158.564.603
+
2.947.081.371.127
3.691.418.397.576
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
+
87
debt value = 620.485.326.000
number of shares = 21.853.730.000
firm value =
3.691.418.397.576 =
debt value
+
equity value
620.485.326.000
+
equity value
=
3.070.933.071.576
21.853.730.000
equity value =
3.070.933.071.576
Share value =
equity value
number of shares
= 141
Nilai interinsik DEWA untuk tahun 2011 adalah Rp141.
4.1.6. PT Garda Tujuh Buana Tbk. (GTBO)
Proses hitung nilai interinsik GTBO adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.37. Cost of debt GTBO
GTBO
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
2010
Hutang bank
Hutang usaha
2009
584.971.450
1.823.095.499
Total hutang bank =
584.971.450
1.823.095.499
Total (a) =
584.971.450
1.823.095.499
27.498.166
39.200.945
Total Interest expense (b) =
27.498.166
39.200.945
Interest Rate kb (b/a) =
4,70%
2,15%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
3,53%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
1,61%
Interest
Biaya Bunga
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
88
Tabel 4.38. Cost of Equity GTBO
GTBO
Cost of Equity
2010
N
Ket
244
apendix a
CoVariance
0,000105716
apendix a
Variance
0,000160359
apendix a
Return IHSG
43,80%
a
ß
0,65924485
b
SBI
6,64%
c
c
+ (b x (a-c))
Cost of Equity
31,14%
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis
3. Mencari WACC
Tabel 4.39. WACC GTBO
GTBO
Weighted Cost of Capital
2010
Keterangan
3,53%
a
Cost of Equity
31,14%
b
Percent of debt
10,17%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
89,83%
b / (a+b) x 100%
d
28,33%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan GTBO dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka
pertumbuhan rata-rata industri batu bara untuk asumsi pertumbuhan 2010 dijabarkan
sebagai berikut:
89
Tabel 4.40. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara
rata-rata
sal
39,29%
op inc
21,89%
capex
14,11%
depre
24,98%
wc
Sumber: hitungan penulis
51,88%
Nilai interinsik untuk GTBO tahun 2011 dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.41. Estimasi Arus Kas GTBO Untuk Tahun 2011
GTBO
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
35.708.602.921
49.738.027.526
69.279.422.318
96.498.365.444
Operating income
7.816.591.021
10.887.623.361
15.165.222.554
21.123.432.314
Less: tax
1.954.147.755
2.721.905.840
3.791.305.639
5.280.858.079
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
5.862.443.266
8.165.717.521
11.373.916.916
15.842.574.236
42.699.648.829
52.046.575.461
63.439.538.532
77.326.414.150
14.119.951.264
Less investments:
In net working capital
5.224.997.653
7.277.828.193
10.137.187.943
In new capital (CAPEX)
1.421.336.482
1.979.760.262
2.757.581.152
3.840.997.296
Total net investment for the period
6.646.334.135
9.257.588.455
12.894.769.096
17.960.948.560
41.915.757.959
50.954.704.526
61.918.686.352
75.208.039.825
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
28,33%
free cash flow 2014
k wacc
41.915.757.959
1
(1+28,33%)
75.208.039.825
(1+28,33%)4
=
=
+
+
75.208.039.825
28,33%
50.954.704.526
2
(1+28,33%)
+
265.462.962.866
61.918.686.352
(1+28,33%)3
(1+28,33%)4
+
50.954.704.526
75.208.039.825
+
265.462.962.866
+
61.918.686.352
218.505.646.025
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value
=
584.971.450
number of shares
=
2.500.000.000
+
265.462.962.866
41.915.757.959
firm value =
=
+
90
firm value =
218.505.646.025 =
debt value
+
equity value
584.971.450
+
equity value
=
217.920.674.575
2.500.000.000
equity value =
217.920.674.575
Share value =
equity value
number of shares
= 87
Nilai interinsik GTBO untuk tahun 2011 adalah Rp87.
4.1.7. PT Harum Energy Tbk. (HRUM)
Proses hitung nilai interinsik HRUM adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.43. Cost of debt HRUM
HRUM
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam juta rupiah)
2010
Hutang bank
Pinjaman jangka pendek
-
Pinjaman jangka panjang jatuh tempo
-
Pinjaman jangka panjang
44.832
Total hutang bank =
44.832
Pihak ketiga
Hubungan istimewa
236.432
Pihak ketiga
455.148
Hubungan istimewa jangka panjang
-
Total obligasi =
691.580
Total (a) =
736.412
Interest
Biaya Bunga
69.710
Total Interest expense (b) =
69.710
Interest Rate kb (b/a) =
9,47%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
7,10%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
91
Tabel 4.44. Cost of Equity HRUM
HRUM
Cost of Equity
2010
Ket
N
187
apendix a
CoVariance
0,0000006051
apendix a
Variance
0,0000005703
apendix a
Return IHSG
11,11%
a
ß
1,061107283
b
SBI
6,64%
c
Cost of Equity
11,38% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis
3. Mencari WACC
Tabel 4.45. WACC HRUM
HRUM
Weighted Cost of Capital
2010
Keterangan
7,10%
a
Cost of Equity
11,38%
b
Percent of debt
38,42%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
61,58%
b / (a+b) x 100%
d
9,74%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan HRUM dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan
selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Pertumbuhan HRUM selama 4 tahun terakhir dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.46. Pertumbuhan HRUM
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
2007 - 2010
60,62%
155,62%
14,03%
40,89%
5,17%
92
Setelah asumsi angka pertumbuhan HRUM diketahui. maka selanjutnya akan dicari
nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk HRUM tahun 2011 dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.47. Estimasi Arus Kas HRUM Untuk Tahun 2011
HRUM
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
Sales
7.206.034.771.831
11.574.242.711.193
18.590.403.540.832
29.859.673.106.455
Operating income
1.548.593.214.960
2.487.331.007.744
3.995.119.881.913
6.416.911.469.028
Less: tax
387.148.303.740
621.832.751.936
998.779.970.478
1.604.227.867.257
1.161.444.911.220
1.865.498.255.808
2.996.339.911.435
4.812.683.601.771
278.891.033.678
392.916.651.508
553.562.059.692
779.887.929.804
In net working capital
140.646.607.987
225.904.818.516
362.845.487.417
582.797.873.033
In new capital (CAPEX)
381.614.842.558
612.944.975.957
984.504.536.124
1.581.298.843.562
Total net investment for the period
522.261.450.545
838.849.794.473
1.347.350.023.540
2.164.096.716.595
918.074.494.352
1.419.565.112.843
2.202.551.947.586
3.428.474.814.980
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
9,74%
free cash flow 2014
k wacc
918.074.494.352
1
(1+9,74%)
3.428.474.814.980
4
(1+9,74%)
=
firm value =
=
+
+
3.428.474.814.980
9,74%
1.419.565.112.843
2
(1+9,74%)
=
+
35.211.636.486.398
2.202.551.947.586
(1+9,74%)3
35.211.636.486.398
(1+9,74%)4
918.074.494.352
+
1.419.565.112.843
3.428.474.814.980
+
35.211.636.486.398
+
2.202.551.947.586
30.328.051.179.258
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 736.412.000.000
number of shares = 2.700.000.000
firm value =
30.328.051.179.258 =
equity value =
+
debt value
+
equity value
736.412.000.000
+
equity value
29.591.639.179.258
+
93
equity value
number of shares
Share value =
=
29.591.639.179.258
= 10.959
2.700.000.000
Nilai interinsik HRUM untuk tahun 2011 adalah Rp10.959.
4.1.8. Indika Energy (INDY)
Proses hitung nilai interinsik INDY adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.48. Cost of debt INDY
INDY
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribu rupiah)
2010
Hutang bank
2009
Pinjaman jangka pendek
216.212.100
51.700.000
Pinjaman jangka panjang
13.525.282
4.547.192
229.737.382
56.247.192
Total hutang bank =
Pihak ketiga
Hubungan istimewa
160.570.180
299.211.127
Pihak ketiga
Hubungan istimewa jangka
panjang
429.362.461
383.434.487
20.652.068
20.605.428
Total hutang dengan pihak ketiga =
610.584.709
703.251.042
4.173.919.091
4.335.116.754
Total obligasi =
4.173.919.091
4.335.116.754
Total (a) =
5.014.241.182
5.094.614.988
488.158.076
223.459.920
Total Interest expense (b) =
488.158.076
223.459.920
Interest Rate kb (b/a) =
9,74%
4,39%
Obligasi
Obligasi
Interest
Biaya bunga
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
7,30%
Sumber: Pusar Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
3,29%
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
94
Tabel 4.49. Cost of Equity INDY
INDY
Cost of Equity
2010
N
2009
244
Ket
242
apendix a
CoVariance
0,000192674
0,000035698
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
1,201516022
0,156619333
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
51,29%
18,51%
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.50. WACC INDY
INDY
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
7,30%
3,29%
a
Cost of Equity
51,29%
18,51%
b
Percent of debt
12,46%
15,09%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
87,54%
84,91%
b / (a+b) x 100%
d
45,81%
16,21%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan INDY dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
perusahaan batu bara secara keseluruhan untuk asumsi tahun 2009 dan 2010. dan
asumsi rata-rata pertumbuhan INDY selama 4 tahun terakhir (2007 - 2010) untuk
asumsi tahun 2011. Rincian mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b. Angka
pertumbuhan untuk asumsi 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai berikut:
95
Tabel 4.52. Pertumbuhan INDY
2007 - 2010
19,30%
15,21%
28,28%
45,87%
59,11%
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
Setelah asumsi untuk tahun 2009. 2010. dan 2011 diketahui. maka selanjutnya akan
dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk INDY tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.53. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2009
INDY
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
Sales
2010 (actual)
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2.486.579.600
3.765.467.000
4.758.864.170
6.014.337.182
Operating income
612.383.000
619.653.000
1.226.700.222
1.550.325.559
Less: tax
153.095.750
154.913.250
306.675.055
387.581.390
Net operating profits after tax
459.287.250
464.739.750
920.025.166
1.162.744.169
1.009.754.700
1.252.501.300
1.523.515.026
1.853.170.161
2.486.579.600
3.606.366.300
617.081.425
779.878.480
105.128.500
988.202.700
209.221.068
264.417.307
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
2.591.708.100
4.594.569.000
826.302.493
1.044.295.787
(1.122.666.150)
(2.877.327.950)
1.617.237.700
1.971.618.543
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
16,21%
free cash flow 2012
k wacc
(1.122.666.150)
1
(1+16,21%)
1.971.618.542
4
(1+16,21%)
=
firm value =
=
+
+
1.971.618.542
16,21%
2.877.327.950
2
(1+16,21%)
=
+
12.162.934.988
1.617.237.699
(1+16,21%)3
+
12.162.934.988
(1+16,21%)4
(1.122.666.150)
+
2.877.327.950
1.971.618.542
+
12.162.934.988
+
1.617.237.699
5.683.920.237
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
+
96
debt value = 5.094.614.988.000
number of shares = 5.207.142.000
firm value =
5.683.920.237 =
debt value
+
equity value
5.094.614.988.000
+
equity value
equity value = (5.088.931.067.762)
equity value
number of shares
Share value =
=
(5.088.931.067.762)
= (977).
5.207.142.000
Nilai interinsik INDY untuk tahun 2009 adalah Rp-977.
Tabel 4.54. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2010
INDY
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
3.765.467.000
4.839.734.633
6.220.485.087
7.995.156.274
Operating income
619.653.000
1.502.512.770
1.931.171.642
2.482.124.602
Less: tax
154.913.250
375.628.192
482.792.910
620.531.150
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
464.739.750
1.126.884.577
1.448.378.731
1.861.593.451
1.252.501.300
1.500.957.950
1.798.700.543
2.155.505.851
3.606.366.300
611.958.252
786.546.674
1.010.944.242
988.202.700
239.589.593
307.943.224
395.797.782
4.594.569.000
851.547.845
1.094.489.899
1.406.742.024
(2.877.327.950)
1.776.294.683
2.152.589.376
2.610.357.278
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
45,81%
free cash flow 2013
k wacc
(2.877.327.950)
(1+45,81%)
1
2.610.357.278
(1+45,81%)
=
firm value =
4
=
+
+
2.610.357.278
45,81%
1.776.294.683
2
(1+45,81%)
=
+
5.698.249.083
2.152.589.375
(1+45,81%)3
+
5.698.249.083
(1+45,81%)4
(2.877.327.950)
+
1.776.294.683
2.610.357.278
+
5.698.249.083
+
2.152.589.375
1.394.684.220
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
+
97
debt value = 3.619.677.000.000
number of shares = 5.207.142.000
firm value =
1.394.684.220 =
debt value
+
equity value
3.619.677.000.000
+
equity value
equity value = (3.618.282.315.779)
Share value =
equity value
number of shares
=
(3.618.282.315.779)
=
5.207.142.000
(695)
Nilai interinsik INDY untuk tahun 2010 adalah Rp-695.
Tabel 4.55. Estimasi Arus Kas INDY Untuk Tahun 2011
INDY
Estimasion Of Free Cash flow
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
4.492.270.952.074
5.359.361.350.623
6.393.816.043.818
7.627.939.399.428
Operating income
683.068.094.337
814.912.720.914
972.205.770.130
1.159.859.252.676
Less: tax
170.767.023.584
203.728.180.228
243.051.442.533
289.964.813.169
Net operating profits after tax
512.301.070.753
611.184.540.685
729.154.327.598
869.894.439.507
1.827.036.601.945
2.665.117.189.776
3.887.634.012.192
5.670.931.946.530
In net working capital
429.622.593.322
512.547.606.004
611.478.661.745
729.505.219.398
In new capital (CAPEX)
205.568.239.106
245.246.666.404
292.583.755.369
349.057.767.680
Total net investment for the period
635.190.832.428
757.794.272.408
904.062.417.114
1.078.562.987.078
1.704.146.840.270
2.518.507.458.053
3.712.725.922.674
5.462.263.398.958
Plus: depreciation expense
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
45,81%
free cash flow 2014
k wacc
1.704.146.840.270
1
(1+45,81%)
5.462.263.398.958
4
(1+45,81%)
=
firm value =
=
+
+
5.462.263.398.958
45,81%
2.518.507.458.053
2
(1+45,81%)
=
+
11.923.784.406.542
3.712.725.922.674
(1+45,81%)3
11.923.784.406.542
(1+45,81%)4
1.704.146.840.270
+
2.518.507.458.053
5.462.263.398.958
+
11.923.784.406.542
+
3.712.725.922.674
7.397.393.086.335
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value
=
+
5.014.241.182.000
+
98
number of shares = 5.207.142.000
firm value =
debt value
+
equity value
7.397.393.086.335 =
5.014.241.182.000
+
equity value
equity value =
2.383.151.904.335
Share value =
equity value
number of shares
=
2.383.151.904.335
5.207.142.000
= 458
Nilai interinsik INDY untuk tahun 2011 adalah Rp458.
4.1.9. PT Indotambang Raya Megah Tbk. (ITMG)
Proses hitung nilai interinsik ITMG adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.56. Cost of debt ITMG
ITMG
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribuan dollar)
Hutang bank
Pinjaman jangka panjang jatuh
tempo
Pinjaman jangka panjang
Total hutang bank =
2010
2009
-
15.050
-
40.000
-
55.050
Pihak ketiga
Pihak ketiga
Kewajiban lancar lain-lain pihak
ketiga
Total hutang dengan pihak ketiga =
Total (a) =
94.783
89.255
9.291
1.381
104.074
90.636
104.074
145.686
Beban bunga
Beban bunga
6.751
8.543
Total Interest expense (b) =
6.751
8.543
Interest Rate kb (b/a) =
6,49%
5,86%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
4,87%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
4,40%
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
99
Tabel 4.57. Cost of Equity ITMG
ITMG
Cost of Equity
2010
N
2009
244
Ket
242
apendix a
CoVariance
0,000170574
0,000023739
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
1,063698518
0,104154152
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
46,17%
14,91%
Sumber: SBI dan IHSG tahun 2010 dan hitungan penulis
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.58. WACC ITMG
ITMG
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
4,87%
4,40%
a
Cost of Equity
46,17%
14,91%
b
Percent of debt
9,53%
22,78%
a / (a+b) x 100%
c
90,47%
77,22%
b / (a+b) x 100%
d
42,23%
12,52%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
Percent of equity
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan ITMG dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan
dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di
appendix b. Angka pertumbuhan ITMG dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.59. Pertumbuhan ITMG
2006 - 2010
sal
27,92%
op inc
82,12%
capex
8,40%
depre
18,20%
wc
Sumber: hitungan penulis
55,60%
100
Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data
actual dan forecast. Nilai interinsik untuk ITMG tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.60. Estimasi Arus Kas ITMG Untuk Tahun 2009
ITMG
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
2010 (actual)
2011 (forecast)
2012 (forecast)
Sales
14.178.960.000.000
15.865.330.200.000
22.336.197.292.750
31.446.285.908.418
Operating income
14.207.619.600.000
15.712.775.800.000
13.104.151.990.562
18.448.839.105.497
Less: tax
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
3.551.904.900.000
3.928.193.950.000
3.276.037.997.641
4.612.209.776.374
10.655.714.700.000
11.784.581.850.000
9.828.113.992.922
13.836.629.329.123
2.757.020.000.000
3.037.759.900.000
3.695.064.311.800
4.494.594.937.651
3.127.380.000.000
2.465.673.700.000
4.302.961.468.994
6.057.976.424.251
736.565.800.000
500.148.900.000
1.092.227.952.162
1.537.706.352.191
3.863.945.800.000
2.965.822.600.000
5.395.189.421.156
7.595.682.776.442
9.548.788.900.000
11.856.519.150.000
8.127.988.883.566
10.735.541.490.332
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
12,52%
free cash flow 2012
k wacc
9.548.788.900.000
1
(1+12,52%)
10.735.541.490.332
4
(1+12,52%)
=
=
+
+
10.735.541.490.332
12,52%
11.856.519.150.000
2
(1+12,52%)
= 85.777.068.360.424
+
8.127.988.883.565
(1+12,52%)3
85.777.068.360.424
(1+12,52%)4
9.548.788.900.000
+
11.856.519.150.000
10.735.541.490.332
+
85.777.068.360.424
+
8.127.988.883.565
firm value = 83.777.184.007.076
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 1.311.174.000.000
number of shares = 1.129.925.000
firm value =
83.777.184.007.076 =
debt value
+
equity value
1.311.174.000.000
+
equity value
equity value = 82.466.010.007.076
+
+
101
Share value =
equity value
number of shares
=
82.466.010.007.076
1.129.925.000
= 72.983
Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2009 adalah Rp72.983.
Tabel 4.61. Estimasi Arus Kas ITMG Untuk Tahun 2010
ITMG
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
2011 (forecast)
Sales
15.865.330.200.000
20.930.857.146.304
27.613.719.686.651
36.430.305.247.562
Operating income
15.712.775.800.000
16.302.280.193.714
21.507.317.754.637
28.374.234.248.365
3.928.193.950.000
4.075.570.048.428
5.376.829.438.659
7.093.558.562.091
11.784.581.850.000
12.226.710.145.285
16.130.488.315.978
21.280.675.686.274
3.037.759.900.000
3.640.355.401.545
4.362.486.794.811.73
5.227.866.220.652.28
2.465.673.700.000
2.311.203.718.497
3.806.903.189.745
5.022.381.874.811
500.148.900.000
128.902.936.747
1.160.858.607.645
1.531.500.786.770
Less: tax
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
2012 (forecast)
2013 (forecast)
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
2.965.822.600.000
2.440.106.655.244
4.967.761.797.390
6.553.882.661.581
11.856.519.150.000
13.426.958.891.587
15.525.213.313.399
19.954.659.245.345
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
42,23%
free cash flow 2013
k wacc
11.856.519.150.000
(1+42,23%)1
19.954.659.245.345
(1+42,23%)4
=
19.954.659.245.345
42,23%
+
+
13.426.958.891.586
(1+42,23%)2
+
15.525.213.313.399
(1+42,23%)3
(1+42,23%)4
+
13.426.958.891.586
19.954.659.245.345
+
47.249.595.040.309
+ 15.525.213.313.399 +
36.789.861.093.236
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 620.485.326.000
number of shares = 1.129.925.000
firm value =
36.789.861.093.236 =
debt value
+
equity value
620.485.326.000
+
equity value
equity value = 36.169.375.767.236
+
47.249.595.040.309
= 11.856.519.150.000
firm value =
= 47.249.595.040.309
102
equity value
number of shares
Share value =
36.169.375.767.236
1.129.925.000
=
= 32.010
Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2010 adalah Rp32.010.
ITMG
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
Sales
20.295.139.380.147
25.961.809.635.679
33.210.688.871.572
42.483.550.677.013
Operating income
16.665.712.231.114
21.318.998.617.494
27.271.543.859.024
34.886.118.142.734
4.166.428.057.779
5.329.749.654.374
6.817.885.964.756
8.721.529.535.683
12.499.284.173.336
15.989.248.963.121
20.453.657.894.268
26.164.588.607.050
3.590.716.941.141
4.244.327.588.693
5.016.913.606.790
5.930.131.831.729
2.463.153.708.111
3.150.898.669.656
4.030.671.083.883
5.156.087.545.088
371.972.229.579
475.831.775.934
608.690.275.736
778.644.618.781
2.835.125.937.690
3.626.730.445.591
4.639.361.359.620
5.934.732.163.869
13.254.875.176.786
16.606.846.106.222
20.831.210.141.438
26.159.988.274.909
Less: tax
Net operating profits after tax
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
42,23%
free cash flow 2014
k wacc
13.254.875.176.786
1
(1+42,23%)
26.159.988.274.909
4
(1+42,23%)
=
+
+
26.159.988.274.909
=
42,23%
61.942.869.434.719
16.606.846.106.222
20.831.210.141.438
2
(1+42,23%)
+
(1+42,23%)3
61.942.869.434.719
(1+42,23%)4
= 13.254.875.176.786 + 16.606.846.106.222 +
20.831.210.141.438
26.159.988.274.909 + 61.942.869.434.719
firm value =
46.295.404.859.170
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 936.666.000.000
number of shares = 1.129.925.000
firm value =
46.295.404.859.170 =
debt value
+
equity value
936.666.000.000
+
equity value
equity value = 45.358.738.859.170
Share value =
+
equity value
number of shares
=
45.358.738.859.170
= 40.143
1.129.925.000
Nilai interinsik ITMG untuk tahun 2011 adalah Rp40.143.
+
103
4.1.10. PT Resource Alam Tbk. (KKGI)
Proses hitung nilai interinsik KKGI adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.63. Cost of debt KKGI
KKGI
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
2010
Hutang bank
Pinjaman jangka pendek
-
Pinjaman jangka panjang jatuh tempo
Pinjaman jangka panjang
141.427.159
-
Total hutang bank =
141.427.159
Pihak ketiga
Pihak ketiga
90.789.336.741
Hubungan istimewa
3.486.098
Hubungan istimewa jangka panjang
-
Total hutang dengan pihak ketiga =
Total (a) =
90.792.822.839
90.934.249.998
Interest
Biaya bunga
2.134.646.133
Total Interest expense (b) =
Interest Rate kb (b/a) =
2.134.646.133
2,35%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
1,76%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
104
Tabel 4.64. Cost of Equity KKGI
KKGI
Cost of Equity
2010
N
Ket
301
apendix a
CoVariance
0,0000416728
apendix a
Variance
0,0001498703
apendix a
Return IHSG
30,39%
a
ß
0,278059274
b
SBI
6,64%
c
Cost of Equity
13,24% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI. IHSG. dan hitungan penulis
3. Mencari WACC
Tabel 4.65. WACC KKGI
KKGI
Weighted Cost of Capital
2010
Keterangan
1,76%
a
Cost of Equity
13,24%
b
Percent of debt
11,73%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
88,27%
b / (a+b) x 100%
d
Cost of debt
WACC
11,90%
Sumber: hitungan penulis
(a x c) + (b x d)
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan KKGI dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan
selama 4 tahun terakhir. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Angka pertumbuhan KKGI dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.66. Pertumbuhan KKGI
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
KKGI
146,81%
222,89%
0,24%
6,33%
77,61%
105
Setelah asumsi angka pertumbuhan KKGI diketahui. maka selanjutnya akan dicari
nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk KKGI tahun 2011 dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.67. Estimasi Arus Kas KKGI Untuk Tahun 2011
KKGI
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
2.392.464.596.628
5.904.841.298.188
14.573.737.394.451
35.969.437.774.322
353.564.675.711
872.632.891.479
2.153.745.030.553
5.315.657.594.307
Operating income
Less: tax
88.391.168.928
218.158.222.870
538.436.257.638
1.328.914.398.577
Net operating profits after tax
265.173.506.783
654.474.668.609
1.615.308.772.915
3.986.743.195.730
Plus: depreciation expense
102.299.173.614
108.776.221.076
115.663.361.234
122.986.559.007
853.865.817.977
2.107.426.020.936
5.201.337.657.758
12.837.420.227.923
3.462.827.871
8.546.604.639
21.093.872.862
52.061.782.562
857.328.645.848
2.115.972.625.574
5.222.431.530.620
12.889.482.010.485
(489.855.965.450)
(1.352.721.735.888)
(3.491.459.396.471)
(8.779.752.255.748)
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
11,90%
free cash flow 2014
k wacc
(489.855.965.450)
1
(1+11,90%)
(8.779.752.255.748)
4
(1+11,90%)
=
(489.855.965.450)
=
+
+
(8.779.752.255.748)
=
11,90%
(73.808.737.340.230)
(1.352.721.735.888)
(3.491.459.396.471)
2
(1+11,90%)
+
(1+11,90%)3
(73.808.737.340.230)
(1+11,90%)4
+ (1.352.721.735.888) +
(3.491.459.396.471)
(8.779.752.255.748) + (73.808.737.340.230)
firm value = (56.693.564.632.464)
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 90.934.249.998
number of shares = 1.000.000.000
firm value =
(56.693.564.632.464) =
+
debt value
+
equity value
90.934.249.998
+
equity value
equity value = (56.784.498.882.462)
+
106
Share value =
equity value
number of shares
=
(56.784.498.882.462)
=
1.000.000.000
(56.784)
Nilai interinsik KKGI untuk tahun 2011 adalah Rp-56.784.
4.1.11. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA)
Proses hitung nilai interinsik PTBA adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.68. Cost of debt PTBA
PTBA
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam ribu rupiah)
2010
Hutang bank
Pinjaman jangka pendek
Total hutang bank =
2009
13.294.000
13.500.000
13.294.000
13.500.000
70.063.000
53.982.000
3.093.000
4.115.000
Pihak ketiga
Pihak ketiga
Hubungan istimewa
Total hutang dengan pihak ketiga =
Total (a) =
73.156.000
86.450.000
58.097.000
71.597.000
Interest
Beban bunga
151.720
91.571
151.720
0,18%
91.571
0,13%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
0,13%
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
0,10%
Total Interest expense (b) =
Interest Rate kb (b/a) =
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of Equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
107
Tabel 4.69. Cost of Equity PTBA
PTBA
Cost of Equity
2010
N
2009
Ket
244
242
apendix a
CoVariance
0,000172387
-0,000009200
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
1,075004004
-0,040362021
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
46,59%
Sumber: SBI, IHSG dan hitungan penulis
5,00%
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.70. WACC PTBA
PTBA
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
0,13%
0,10%
a
Cost of Equity
46,59%
5,00%
b
Percent of debt
0,28%
1,88%
a / (a+b) x 100%
c
99,72%
98,12%
b / (a+b) x 100%
d
46,46%
4,91%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
Percent of equity
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan PTBA dengan menggunakan pertumbuhan perusahaan
dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di
appendix b. Angka pertumbuhan PTBA dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.71. Pertumbuhan PTBA
2006 - 2010
sal
24,38%
op inc
28,51%
capex
0,17%
depre
7,30%
wc
Sumber: appendix b
95,97%
108
Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data
actual. Nilai interinsik untuk PTBA tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.72. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2009
PTBA
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
2010 (actual)
2011 (forecast)
2012 (forecast)
Sales
8.947.854.000.000
7.909.154.000.000
10.365.448.687.599
13.584.578.893.678
Operating income
3.516.419.000.000
2.279.884.000.000
2.412.878.822.111
3.162.230.956.685
Less: tax
879.104.750.000
569.971.000.000
603.219.705.528
790.557.739.171
Net operating profits after tax
2.637.314.250.000
1.709.913.000.000
1.809.659.116.584
2.371.673.217.514
Plus: depreciation expense
1.100.544.000.000
1.156.334.000.000
1.249.700.049.724
1.350.604.768.414
5.402.483.000.000
5.498.225.000.000
2.357.221.764.077
3.089.288.846.928
581.094.000.000
4.163.988.440
5.457.171.337
5.466.970.000.000
6.079.319.000.000
2.361.385.752.517
3.094.746.018.265
1.100.544.000.000
(3.213.072.000.000)
697.973.413.790
627.531.967.664
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
64.487.000.000
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
4,91%
free cash flow 2012
k wacc
1.100.544.000.000
1
(1+4,91%)
627.531.967.663
4
(1+4,91%)
=
firm value =
=
+
+
627.531.967.663
4,91%
(3.213.072.000.000)
2
(1+4,91%)
= 12.778.737.526.400
+
697.973.413.790
(1+4,91%)3
12.778.737.526.400
(1+4,91%)4
1.100.544.000.000
+
(3.213.072.000.000)
627.531.967.663
+
12.778.737.526.400
+
697.973.413.790
9.801.143.279.355
Setelah firm value diketahui. maka selanjutnya mencari share value.
debt value = 71.597.000.000
number of shares = 2.304.131.850
firm value =
9.801.143.279.355 =
equity value =
debt value
+
equity value
71.597.000.000
+
equity value
9.729.546.279.355
+
+
109
Share value =
equity value
number of shares
9.729.546.279.355
2.304.131.850
=
= 4.222
Nilai interinsik PTBA untuk 2009 adalah Rp4.222.
Tabel 4.73. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2010
PTBA
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
Sales
7.909.154.000.000
2010 (actual)
10.253.770.237.403
13.293.432.405.217
17.234.182.258.880
Operating income
2.279.884.000.000
2.715.432.025.193
3.520.403.836.064
4.564.004.200.433
569.971.000.000
678.858.006.298
880.100.959.016
1.141.001.050.108
Net operating profits after tax
1.709.913.000.000
2.036.574.018.895
2.640.302.877.048
3.423.003.150.324
Plus: depreciation expense
1.156.334.000.000
1.249.149.389.984
1.349.414.787.162
1.457.728.180.802
2.256.114.631.577
2.924.924.848.023
3.791.999.416.536
644.919.369
1.191.928.059
1.545.267.225
Less: tax
2013 (forecast)
Less investments:
In net working capital
5.498.225.000.000
In new capital (CAPEX)
581.094.000.000
Total net investment for the period
6.079.319.000.000
2.256.759.550.946
2.926.116.776.082
3.793.544.683.761
(3.213.072.000.000)
1.028.963.857.933
1.063.600.888.128
1.087.186.647.365
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
46,46%
free cash flow 2013
k wacc
(3.213.072.000.000)
(1+46,46%)1
1.087.186.647.365
(1+46,46%)4
= (3.213.072.000.000)
1.087.186.647.365
firm value =
=
+
+
1.087.186.647.365
46,46%
1.028.963.857.933
(1+46,46%)2
=
+
2.340.088.807.750
1.063.600.888.128
(1+46,46%)3
2.340.088.807.750
(1+46,46%)4
+
1.028.963.857.933
+
2.340.088.807.750
+
1.063.600.888.128
(630.709.638.218)
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 86.450.000.000
number of shares = 2.304.131.850
firm value =
(630.709.638.218) =
equity value =
debt value
+
equity value
86.450.000.000
+
equity value
(717.159.638.218)
+
+
110
equity value
number of shares
Share value =
(717.159.638.218)
2.304.131.850
=
=
(311)
Nilai interinsik PTBA untuk 2010 adalah Rp-311.
Tabel 4.74. Estimasi Arus Kas PTBA Untuk Tahun 2011
PTBA
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
Sales
9.837.684.938.239
12.236.459.796.338
15.220.140.641.565
18.931.348.200.755
Operating income
2.804.313.867.775
3.488.104.580.984
4.338.627.607.876
5.396.538.172.177
701.078.466.944
872.026.145.246
1.084.656.901.969
1.349.134.543.044
Net operating profits after tax
2.103.235.400.831
2.616.078.435.738
3.253.970.705.907
4.047.403.629.133
Plus: depreciation expense
1.240.788.147.597
1.331.410.498.366
1.428.651.553.928
1.532.994.718.793
1.850.744.995.404
2.302.021.956.559
2.863.336.170.915
3.561.518.605.116
3.269.306.640
4.066.479.005
5.058.030.134
6.291.356.429
1.854.014.302.045
2.306.088.435.565
2.868.394.201.049
3.567.809.961.545
1.490.009.246.384
1.641.400.498.539
1.814.228.058.785
2.012.588.386.380
Less: tax
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
46,46%
free cash flow 2014
k wacc
1.490.009.246.384
(1+46,46%)1
2.012.588.386.380
(1+46,46%)4
=
firm value =
=
+
+
2.012.588.386.380
46,46%
1.641.400.498.539
(1+46,46%)2
=
+
4.331.947.572.196
1.814.228.058.785
(1+46,46%)3
4.331.947.572.196
(1+46,46%)4
1.490.009.246.384
+
1.641.400.498.539
2.012.588.386.380
+
4.331.947.572.196
+
1.814.228.058.785
3,738,953,312,160
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 86.450.000.000
number of shares = 2.304.131.850
firm value =
3,738,953,312,160 =
equity value =
+
debt value
+
equity value
86.450.000.000
+
equity value
3.652.503.312.159
+
111
Share value =
equity value
number of shares
=
3.652.503.312.159
2.304.131.850
= 1.585
Nilai interinsik PTBA untuk tahun 2011 adalah Rp1.585.
4.1.12. PT Brau Coal Energy Tbk. (BRAU)
Proses hitung nilai interinsik BRAU adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.75. Cost of debt BRAU
BRAU
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam jutaan rupiah)
2010
Hutang bank
Hutang jangka pendek
Hutang jangka panjang
6.812.194
Total hutang bank =
6.812.194
Total (a) =
6.812.194
Interest
Biaya bunga
781.538
Total Interest expense (b) =
781.538
Interest Rate kb (b/a) =
11,47%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
Sumber: investingbusinessweek.com dan hitungan penulis
8,60%
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
112
Tabel 4.76. Cost of Equity BRAU
BRAU
Cost of Equity
2010
Ket
N
216
apendix a
CoVariance
0,0000774849
apendix a
Variance
0,0012365962
apendix a
Return IHSG
14,49%
a
ß
0,062659845
b
SBI
6,64%
c
Cost of Equity
7,13% c + (b x (a-c))
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis
3. Mencari WACC
Tabel 4.77. WACC BRAU
BRAU
Weighted Cost of Capital
2010
Keterangan
Cost of debt
8,60%
a
Cost of Equity
7,13%
b
Percent of debt
54,68%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
45,32%
b / (a+b) x 100%
d
7,94%
(a x c) + (b x d)
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan BRAU dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.78. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara
Sales
Operating income
Capital Expenditure
depreciation
Working Capital
Sumber: hitungan penulis
2006/7 - 2010
39,49%
59,70%
14,89%
97,97%
51,22%
113
Setelah asumsi angka rata-rata pertumbuhan perusahaan batu bara diketahui. maka
selanjutnya akan dicari nilai interinsiknya. Nilai interinsik untuk BRAU tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.79. Estimasi Arus Kas BRAU 2011
BRAU
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
Operating income
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
13.353.610.315.354
18.600.062.256.594
25.907.773.836.366
36.086.585.942.385
2.923.097.011.525
4.071.542.085.807
5.671.195.615.861
7.899.331.269.466
Less: tax
730.774.252.881
1.017.885.521.452
1.417.798.903.965
1.974.832.817.366
Net operating profits after tax
2.192.322.758.644
3.053.656.564.355
4.253.396.711.896
5.924.498.452.099
Plus: depreciation expense
1.298.909.757.142
1.623.427.544.929
2.029.022.400.627
2.535.950.504.909
1.953.943.219.512
2.721.620.945.235
3.790.908.812.279
5.280.305.344.569
531.523.833.355
740.352.321.043
1.031.226.682.373
1.436.381.625.631
2.485.467.052.867
3.461.973.266.277
4.822.135.494.652
6.716.686.970.199
1.005.765.462.918
1.215.110.843.006
1.460.283.617.870
1.743.761.986.809
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
7,94%
free cash flow 2014
k wacc
1.005.765.462.918
1
(1+7,94%)
1.743.761.986.809
4
(1+7,94%)
=
firm value =
=
+
+
1.743.761.986.809
7,94%
1.215.110.843.006
2
(1+7,94%)
=
+
21.969.844.922.148
1.460.283.617.870
(1+7,94%)3
21.969.844.922.148
(1+7,94%)4
1.005.765.462.918
+
1.743.761.986.809
+ 21.969.844.922.148
1.215.110.843.006
+
1.460.283.617.870
20.606.926.515.895
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 6.812.194.000.000
number of shares = 34.900.000.000
firm value =
20.606.926.515.895 =
equity value =
+
debt value
+
equity value
6.812.194.000.000
+
equity value
13.794.732.515.895
+
114
Share value =
equity value
number of shares
=
13.794.732.515.895
= 395
34.900.000.000
Nilai interinsik BRAU untuk tahun 2011 adalah Rp395.
4.1.13. PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (PKPK)
Proses hitung nilai interinsik PKPK adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.80. Cost of debt PKPK
PKPK
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
2010
Hutang bank
2009
Hutang bank jangka pendek
96.081.223.937
82.801.622.242
Hutang bank jangka panjang
49.922.622.965
71.176.529.562
146.003.846.902
153.978.151.804
Total hutang bank =
Pihak ketiga
Pihak ketiga
11.900.491.087
12.345.951.200
Hubungan istimewa jangka pendek
4.847.727.533
6.590.505.384
Hubungan istimewa jangka panjang
23.739.764.083
23.739.764.083
40.487.982.703
42.676.220.667
Total hutang dengan pihak ketiga =
Total (a) =
186.491.829.605
196.654.372.471
Interest
Biaya bunga
18.536.758.310
10.733.018.213
Total Interest expense (b) =
18.536.758.310
10.733.018.213
Average Interest Rate kb (b/a) =
9,94%
5,46%
7,45%
4,09%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
Sumber: Real-time Investor.com dan hitungan penulis
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
115
Tabel 4.81. Cost of Equity PKPK
PKPK
Cost of Equity
2010
N
2009
244
Ket
242
apendix a
CoVariance
0,000137459
0,000116112
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
0,857192687
0,509429126
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
38,50%
Sumber: SBI, IHSG dan hitungan penulis
42,69%
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.82. WACC PKPK
PKPK
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
7,45%
4,09%
a
Cost of Equity
38,50%
42,69%
b
Percent of debt
16,22%
8,75%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
83,78%
91,25%
b / (a+b) x 100%
d
33,46%
39,32%
(a x c) + (b x d)
Cost of debt
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan PKPK dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
industri batu bara. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Pertumbuhan rata-rata industri batu bara dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.83. Pertumbuhan Rata-rata Industri Batu Bara
2006/2007 - 2010
sal
39,29%
op inc
21,89%
capex
14,11%
depre
24,98%
wc
Sumber: hitungan penulis
51,88%
116
Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010, penulis menggunakan data
actual dan forecast. Nilai interinsik untuk PKPK tahun 2009. 2010. dan 2011
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.84. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2009
PKPK
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
2010 (actual)
383.836.032.612
290.440.471.584
367.063.833.959
463.901.802.202
Operating income
45.846.918.684
27.772.793.710
94.618.646.469
119.580.728.359
Less: tax
11.461.729.671
6.943.198.428
23.654.661.617
29.895.182.090
Net operating profits after tax
34.385.189.013
20.829.595.283
70.963.984.852
89.685.546.269
Plus: depreciation expense
45.181.257.581
39.526.598.313
48.079.284.605
58.482.584.052
60.154.098.717
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
Less investments:
In net working capital
30.929.464.025
21.835.945.004
47.597.129.389
In new capital (CAPEX)
769.906.318
5.656.016.000
16.137.776.709
20.395.209.243
Total net investment for the period
31.699.370.343
27.491.961.004
63.734.906.099
80.549.307.959
45.181.257.581
32.864.232.592
55.308.363.358
67.618.822.361
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
39,32%
free cash flow 2014
k wacc
45.181.257.581
1
(1+39,32%)
67.618.822.361
4
(1+39,32%)
=
firm value =
=
+
+
67.618.822.361
39,32%
32.864.232.591
2
(1+39,32%)
=
+
171.989.084.888
55.308.363.358
(1+39,32%)3
171.989.084.888
(1+39,32%)4
45.181.257.581
+
32.864.232.591
67.618.822.361
+
171.989.084.888
+
55.308.363.358
133.424.253.456
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 196.654.372.471
number of shares = 539.368.500
firm value =
+
debt value
+
equity value
133.424.253.456 =
196.654.372.471
+
equity value
equity value =
(63.230.119.014)
+
117
Share value =
equity value
number of shares
(63.230.119.014)
539.368.500
=
= (117).
Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2009 adalah Rp-117.
Tabel 4.85. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2010
PKPK
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
290.440.471.584
373.301.587.600
479.802.537.658
616.687.640.208
27.772.793.710
115.892.800.929
148.956.398.336
191.452.863.573
Operating income
Less: tax
6.943.198.428
28.973.200.232
37.239.099.584
47.863.215.893
Net operating profits after tax
20.829.595.283
86.919.600.697
111.717.298.752
143.589.647.679
Plus: depreciation expense
39.526.598.313
47.367.425.475
56.763.624.796
68.023.732.928
77.976.814.633
Less investments:
In net working capital
43.671.890.008
47.201.965.469
60.668.434.228
In new capital (CAPEX)
5.656.016.000
18.480.181.678
23.752.478.853
30.528.934.267
49.327.906.008
65.682.147.147
84.420.913.082
108.505.748.900
11.028.287.588
68.604.879.024
84.060.010.467
103.107.631.708
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
33,46%
free cash flow 2013
k wacc
11.028.287.587
(1+33,46%)1
103.107.631.707
(1+33,46%)4
=
firm value =
=
+
+
103.107.631.707
33,46%
68.604.879.024
(1+33,46%)2
=
+
308.154.690.237
84.060.010.466
(1+33,46%)3
308.154.690.237
(1+33,46%)4
11.028.287.587
+
68.604.879.024
103.107.631.707
+
308.154.690.237
+
84.060.010.466
211.776.596.266
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 186.491.829.605
number of shares = 539.368.500
firm value =
+
debt value
+
equity value
211.776.596.266 =
186.491.829.605
+
equity value
equity value =
25.284.766.661
+
118
equity value
number of shares
Share value =
25.284.766.661
539.368.500
=
= 47
Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2010 adalah Rp47.
Tabel 4.86. Estimasi Arus Kas PKPK Untuk Tahun 2011
PKPK
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
404.550.584.128
563.493.008.484
784.881.750.437
1.093.251.119.167
Operating income
88.555.871.824
123.348.269.885
171.810.128.117
239.311.991.575
Less: tax
22.138.967.956
30.837.067.471
42.952.532.029
59.827.997.894
Net operating profits after tax
66.416.903.868
92.511.202.414
128.857.596.088
179.483.993.681
Plus: depreciation expense
49.401.868.071
61.744.361.344
77.170.485.785
96.450.651.471
In net working capital
59.195.142.897
82.452.109.742
114.846.422.665
159.968.020.713
In new capital (CAPEX)
16.102.632.336
22.429.137.654
31.241.240.898
43.515.499.701
Total net investment for the period
75.297.775.233
104.881.247.396
146.087.663.563
203.483.520.414
40.520.996.706
49.374.316.361
59.940.418.308
72.451.124.738
Less investments:
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
33.46%
free cash flow 2014
k wacc
40.520.996.706
(1+33,46%)1
72.451.124.738
(1+33,46%)4
=
firm value =
72.451.124.738
33,46%
=
49.374.316.361
+
+
(1+33,46%)2
=
+
216.532.506.191
59.940.418.308
(1+33,46%)3
216.532.506.191
(1+33,46%)4
40.520.996.706
+
49.374.316.361
72.451.124.738
+
216.532.506.191
+
59.940.418.308
174.388.473.651
Setelah firm value diketahui. maka selanjutnya mencari share value.
debt value = 186.491.829.605
number of shares = 539.368.500
firm value =
+
debt value
+
equity value
174.388.473.651 =
186.491.829.605
+
equity value
equity value =
(12.103.355.953)
+
119
Share value =
equity value
number of shares
=
(12.103.355.953)
539.368.500
= -22
Nilai interinsik PKPK untuk tahun 2011 adalah Rp-22.
4.1.14. PT ATPK Resource Tbk. (ATPK)
Proses hitung nilai interinsik ATPK adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Cost of debt
Tabel 4.87. Cost of debt ATPK
ATPK
Laporan keuangan 2009 - 2010 (dalam rupiah)
2010
Obligasi
Obligasi jangka pendek
Total obligasi =
2009
98.700.000
129.700.000
98.700.000
129.700.000
Pihak ketiga
Pihak ketiga
-
Hubungan istimewa jangka pendek
24.517.988.209
7.560.805.439
2.079.964.522
Total hutang dengan pihak ketiga =
7.560.805.439
26.597.952.731
Total (a) =
7.659.505.439
26.857.352.731
190.700.000
46.294.522
Total Interest expense (b) =
190.700.000
46.294.522
Average Interest Rate kb (b/a) =
2,49%
0,17%
Cost of debt Kd = (Kb(1-tax rate))
1,87%
Sumber: investing businesweek.com dan hitungan penulis
0,13%
Interest
Beban bunga
2. Mencari Cost of Equity
Untuk menghitung Cost of equity. penulis menggunakan CAPM. Rincian
perhitungan dilampirkan di appendix a. Hasil dari hitungan CAPM adalah sebagai
berikut:
120
Tabel 4.88. Cost of Equity ATPK
ATPK
Cost of Equity
2010
2009
Ket
N
244
242
CoVariance
-0,000008613
0,000283896
apendix a
Variance
0,000160359
0,000227926
apendix a
Return IHSG
43,80%
76,32%
a
ß
-0,053713188
1,245563056
b
SBI
6,64%
7,77%
Cost of Equity
4,64%
93,16%
Sumber: SBI dan IHSG 2010 dan hitungan penulis
apendix a
c
c + (b x (a-c))
3. Mencari WACC
Tabel 4.89. WACC ATPK
ATPK
Weighted Cost of Capital
2010
2009
Keterangan
Cost of debt
1,87%
0,13%
a
Cost of Equity
4,64%
93,16%
b
Percent of debt
28,68%
0,14%
a / (a+b) x 100%
c
Percent of equity
71,32%
99,86%
b / (a+b) x 100%
d
3,85%
93,03%
(a x c) + (b x d)
WACC
Sumber: hitungan penulis
4. Mencari discounted cash flow.
Dasar asumsi pertumbuhan ATPK dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan
industri perusahaan. Detail mencari nilai asumsi. dilampirkan di appendix b.
Pertumbuhan rata-rata ATPK dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.90. Pertumbuhan Rata-rata ATPK
2006 - 2010
sal
23,64%
op inc
0,00%
capex
27,37%
depre
25,39%
wc
Sumber: hitungan penulis
59,61%
121
Untuk mencari nilai interinsik tahun 2009 dan 2010. penulis menggunakan data
actual. Nilai interinsik untuk ATPK tahun 2009. 2010. dan 2011 dijabarkan sebagai
berikut:
Tabel 4.91. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2009
ATPK
Estimasion Of Free Cash flow
2009 (actual)
Sales
Operating income
2011 (forecast)
2012 (forecast)
6.116.760.000
5.893.372.408
5.678.143.059
(29.720.500.000)
(10.488.800.000)
-
-
(7.430.125.000)
(2.622.200.000)
-
-
(22.290.375.000)
(7.866.600.000)
-
-
7.549.000.000
7.369.800.000
10.811.046.828
15.859.145.910
75.877.300.000
(111.693.796)
(107.614.674)
107.500.000
(111.693.796)
(107.614.674)
Less: tax
Net operating profits after tax
2010 (actual)
2.832.000.000
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
74.678.700.000
In new capital (CAPEX)
25.600.000
Total net investment for the period
74.704.300.000
75.984.800.000
(223.387.592)
(215.229.349)
(89.445.675.000)
(76.481.600.000)
11.034.434.421
16.074.375.259
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
93,03%
free cash flow 2014
k wacc
(89.445.675.000)
1
(1+93,03%)
16.074.375.258
4
(1+93,03%)
=
firm value =
=
+
+
16.074.375.258
93,03%
(76.481.600.000)
2
(1+93,03%)
=
+
17.279.058.017
11.034.434.420
(1+93,03%)3
17.279.058.017
(1+93,03%)4
(89.445.675.000)
+
(76.481.600.000)
16.074.375.258
+
17.279.058.017
+
11.034.434.420
(62.928.023.169)
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 26.857.352.731
number of shares = 831.204.669
firm value =
(62.928.023.169) =
equity value =
debt value
+
equity value
26.857.352.731
+
equity value
(89.785.375.900)
+
+
122
equity value
number of shares
Share value =
=
(89.785.375.900)
831.204.669
= (108).
Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2009 adalah Rp-108.
Tabel 4.92. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2010
ATPK
Estimasion Of Free Cash flow
2010 (actual)
Sales
2011 (forecast)
2012 (forecast)
2013 (forecast)
6.116.760.000
7.562.923.783
9.350.998.919
11.561.822.291
(10.488.800.000)
-
-
-
Less: tax
(2.622.200.000)
-
-
-
Net operating profits after tax
(7.866.600.000)
-
-
-
7.369.800.000
10.366.220.398
14.580.928.295
20.509.256.197
1.105.411.686
Operating income
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
1.642.380.000
723.081.891
894.037.568
In new capital (CAPEX)
1.642.380.000
723.081.891
894.037.568
1.105.411.686
3.284.760.000
1.446.163.783
1.788.075.136
2.210.823.372
(3.781.560.000)
8.920.056.615
12.792.853.159
18.298.432.824
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
3,85%
free cash flow 2013
k wacc
(3.781.560.000)
(1+3,85%)1
18.298.432.824
(1+3,85%)4
=
firm value =
=
+
+
18.298.432.824
3,85%
(8.920.056.615)
(1+3,85%)2
=
+
475.581.055.942
12.792.853.159
(1+3,85%)3
475.581.055.942
(1+3,85%)4
(3.781.560.000)
+
(8.920.056.615)
18.298.432.824
+
475.581.055.942
+
12.792.853.159
440.706.809.758
Setelelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 7.659.505.439
number of shares = 831.204.669
firm value =
440.706.809.758 =
equity value =
debt value
+
equity value
7.659.505.439
+
equity value
433.047.304.319
+
+
123
equity value
number of shares
Share value =
433.047.304.319
831.204.669
=
= 521
Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2010 adalah Rp521.
Tabel 4.93. Estimasi Arus Kas ATPK Untuk Tahun 2011
ATPK
Estimasion Of Free Cash flow
2011 (forecast)
Sales
2012 (forecast)
2013 (forecast)
2014 (forecast)
8.519.951.842
11.867.325.087
16.529.835.768
23.024.183.507
Operating income
-
-
-
-
Less: tax
-
-
-
-
Net operating profits after tax
-
-
-
-
9.211.060.472
11.512.338.872
14.388.565.432
17.983.384.393
1.246.666.762
3.212.359.292
2.418.698.746
3.368.972.599
339.126.076
472.364.100
657.949.533
916.448.959
1.585.792.838
3.684.723.392
3.076.648.279
4.285.421.558
7.625.267.634
7.827.615.479
11.311.917.153
13.697.962.834
Plus: depreciation expense
Less investments:
In net working capital
In new capital (CAPEX)
Total net investment for the period
Free cash flow
Sumber: hitungan penulis
WACC=
terminal value =
firm value =
3,85%
free cash flow 2014
k wacc
7.625.267.634
(1+3,85%)1
13.697.962.834
(1+3,85%)4
=
firm value =
13.697.962.834
3,85%
=
7.827.615.479
+
+
(1+3,85%)2
=
+
356.013.637.439
11.311.917.153
(1+3,85%)3
356.013.637.439
(1+3,85%)4
7.625.267.634
+
7.827.615.479
13.697.962.834
+
356.013.637.439
+
11.311.917.153
342.591.991.010
Setelah firm value diketahui. maka proses selanjutnya mencari share value.
debt value = 7.659.505.439
number of shares = 831.204.669
firm value =
342.591.991.010 =
equity value =
+
debt value
+
equity value
7.659.505.439
+
equity value
334.932.485.571
+
124
Share value =
equity value
number of shares
=
334.932.485.571
831.204.669
= 403
Nilai interinsik ATPK untuk tahun 2011 adalah Rp403.
4.2. Titik Tertinggi. Terendah. dan Harga Wajar
Untuk menentukan nilai wajar, penulis menggunakan nilai interinsik dari hasil metode
discounted cash flow. Sementara untuk titik tertinggi dan terendah, penulis
menggunakan titik dimana Bursa saham sendang berada dalam kondisi bearish yang
cukup dalam karena sentimen negatif terhadap bursa yang cukup tinggi dan pada saat
index berada dalam kondisi bullish karena sentimen positif terhadap bursa yang kuat
pada tahun 2009, 2010, dan 2011 (hingga 26 July 2011). Titik-titik dari sentimen
negatif dan positif yang kuat dari IHSG dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.94. Titik Tertinggi Dan Terendah
Tahun
2009
2010
2011
Nilai terendah
Tanggal
Nilai Index
3/2/09
1256.11
2/8/10
2475.57
1/24/11
3346.06
Nilai tertinggi
Tanggal
Nilai Index
12/30/09
2534.36
12/9/10
3786.10
7/26/11
4132.78
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ)
Pada tahun 2009, titik terendah jatuh pada tanggal 3/2/09 yaitu ketika sedang terjadi
ressesi global dan tertinggi 12/30/09 ketika ekonomi sedang dalam pemulihan. Pada
tahun 2010 titik terendah jatuh pada tanggal 2/8/10 yaitu ketika ekonomi sedang dilanda
spekulasi negatif akibat lanjutan dari resesi dan tertinggi 12/9/10 yaitu pada saat
optimisme global dan domestik sedang membaik. Pada tahun 2011 titik terendah jatuh
pada tanggal 1/24/11 yaitu ketika Bank Indonesia merilis kenaikan tingkat suku bunga,
dan tertinggi 7/26/11 yaitu ketika optimisme ekonomi Indonesia akan membaik. Dari
titik tertinggi pada saat pasar saham sendang dalam kondisi bullish dan terendah pada
saat harga saham sendang dalam kondisi pada kondisi bearish, maka pada tanggal
125
tersebut akan dicari harga saham emiten-emiten perusahaan batu bara. Harga saham
emiten batu bara pada saat titik tertinggi dan terendah dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.95. Titik Tertinggi Dan Terendah Saham Emiten Batu Bara
Date
IHSG ADRO ATPK BORN
7/22/11 4106.82
2500
156
1400
1/24/11 3346.06
2350
188
1620
12/9/10 3786.1
2625
162
1370
2/8/10 2475.57
1840
220
12/30/09 2534.36
1730
265
3/2/09 1256.11
740
129
Date
IHSG
GTBO HRUM INDY
7/22/11 4106.82
139
10400
3850
1/24/11 3346.06
62
8700
4275
12/9/10 3786.1
62
7550
4600
2/8/10 2475.57
74
2250
12/30/09 2534.36
66
2225
3/2/09 1256.11
1510
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ)
BRAU
530
530
510
ITMG
49300
46050
52750
28950
31800
9600
BUMI
3125
3025
3025
2400
2425
770
KKGI
6250
3650
2800
-
BYAN
23350
17400
12650
5700
5650
1080
PKPK
165
157
184
290
310
310
DEWA
121
62
75
117
136
57
PTBA
20900
19700
22000
15550
17250
7450
Dari titik tertinggi dan terendah harga saham emiten batu bara, maka titik tertinggi dan
terendah disatukan dengan nilai interinsik emiten-emiten batu bara. Harga-harga saham
dengan nilai interinsik, pada saat pasar bullish dan bearish dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.96. Titik Saat Pasar Bullish. Bearish. dan Nilai Interinsik
Emiten
2009
bearish
Interinsik
2010
bullish
bearish
Interinsik
ADRO
740
983
1730
1.840
419
ATPK
265
(108)
129
162
521
BORN
BRAU
BUMI
770
2.425
2.425
2.400
(885)
BYAN 1.080
6.266
5.650
5.700
9.609
DEWA
57
480
136
117
62
GTBO
HRUM
INDY
1.510
(977)
2.225
2.250
(695)
ITMG
9.600
72.983
31.800 28.950
32.010
KKGI
PKPK
310
(117)
310
290
47
PTBA
7.450
4.222
17.250 15.550
-311
Sumber: Pusat Refrensi Pasar Modal (BEJ) dan hitungan penulis
2011
bullish
bearish
2.625
220
1.370
510
3.025
12.650
75
7.550
4.600
52.750
2.800
184
22.000
2.350
188
1.620
530
3.025
17.400
62
62
8.700
4.275
46.050
3.650
157
19.700
Interinsik
2.086
403
2.408
395
(404)
7.887
141
87
10.959
458
40.143
(56.784)
-22
1.585
bullish
2.500
156
1.400
530
3.125
23.350
121
139
10.400
3.850
49.300
6.250
165
20.900
126
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ADRO berada pada
Rp2,500. Kesimpulannya saham ADRO saat itu sedang mahal.
4. Tahun 2011, nilai interinsik BORN berada pada Rp2,408. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BORN berada
pada Rp1,620. Kesimpulannya saham BORN saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BORN berada pada
Rp1,400. Kesimpulannya saham BORN saat itu sedang murah.
5. Tahun 2009, nilai interinsik BUMI berada pada Rp2.425. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada
pada Rp770. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada
Rp2,425. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang wajar.
6. Tahun 2010, nilai interinsik BUMI berada pada Rp-885. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada
pada Rp2,400. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada
Rp3,025. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.
127
7. Tahun 2011, nilai interinsik BUMI berada pada Rp-404. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BUMI berada
pada Rp3,025. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BUMI berada pada
Rp3,125. Kesimpulannya saham BUMI saat itu sedang mahal.
8. Tahun 2009, nilai interinsik BYAN berada pada Rp1.080. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada
pada Rp1,080. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang wajar.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada
Rp5,650. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.
9. Tahun 2010, nilai interinsik BYAN berada pada Rp9.609. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada
pada Rp5,700. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada
Rp12,650. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.
10. Tahun 2011, nilai interinsik BYAN berada pada Rp7,887. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
128
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BYAN berada
pada Rp17,400. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BYAN berada pada
23,350. Kesimpulannya saham BYAN saat itu sedang mahal.
11. Tahun 2009, nilai interinsik DEWA berada pada Rp480. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA
berada pada Rp57. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada
Rp136. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah.
12. Tahun 2010, nilai interinsik DEWA berada pada Rp62. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA
berada pada Rp117. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada
Rp75. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang mahal.
13. Tahun 2011, nilai interinsik DEWA berada pada Rp141. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham DEWA berada
pada Rp141. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang dalam harga wajar.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham DEWA berada pada
Rp121. Kesimpulannya saham DEWA saat itu sedang murah.
129
14. Tahun 2011, nilai interinsik GTBO berada pada Rp87. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham GTBO berada
pada Rp62. Kesimpulannya saham GTBO saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham GTBO berada pada
Rp139. Kesimpulannya saham GTBO saat itu sedang mahal.
15. Tahun 2011, nilai interinsik HRUM berada pada Rp10.959. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham HRUM berada
pada Rp8,700. Kesimpulannya saham HRUM saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham HRUM berada pada
Rp10,400. Kesimpulannya saham HRUM saat itu sedang murah.
16. Tahun 2009, nilai interinsik INDY berada pada Rp-977. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada
pada Rp1,510. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada
Rp2,225. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.
17. Tahun 2010, nilai interinsik INDY berada pada Rp-695. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
130
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada
pada Rp4,275. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada
Rp3,850. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.
18. Tahun 2011, nilai interinsik INDY berada pada Rp458. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham INDY berada
pada Rp4,275. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham INDY berada pada
Rp3,850. Kesimpulannya saham INDY saat itu sedang mahal.
19. Tahun 2009, nilai interinsik ITMG berada pada Rp72,983. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada
pada Rp9,600. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada
Rp31,800. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah.
20. Tahun 2010, nilai interinsik ITMG berada pada Rp32.010. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada
pada Rp28,950. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada
Rp52,750. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal.
131
21. Tahun 2011, nilai interinsik ITMG berada pada Rp40,143. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ITMG berada
pada Rp46,050. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ITMG berada pada
Rp49,300. Kesimpulannya saham ITMG saat itu sedang mahal.
22. Tahun 2011, nilai interinsik KKGI berada pada Rp-56,784. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham KKGI berada
pada Rp46,050. Kesimpulannya saham KKGI saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham KKGI berada pada
Rp49,300. Kesimpulannya saham KKGI saat itu sedang mahal.
23. Tahun 2009, nilai interinsik PTBA berada pada Rp4.222. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada
pada Rp7,450. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada
Rp17,250. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.
24. Tahun 2010, nilai interinsik PTBA berada pada Rp-311. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
132
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada
pada Rp15,550. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada
Rp22,000. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.
25. Tahun 2011, nilai interinsik PTBA berada pada Rp1.585. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PTBA berada
pada Rp19.700. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PTBA berada pada
Rp20.900. Kesimpulannya saham PTBA saat itu sedang mahal.
26. Tahun 2011, nilai interinsik BRAU berada pada Rp395. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham BRAU berada
pada Rp530. Kesimpulannya saham BRAU saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham BRAU berada pada
Rp530. Kesimpulannya saham BRAU saat itu sedang mahal.
27. Tahun 2009, nilai interinsik PKPK berada pada Rp-117. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada
pada Rp310. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada
Rp310. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.
133
28. Tahun 2010, nilai interinsik PKPK berada pada Rp47. Pada saat index sedang dalam
titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish)
pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada
pada Rp290. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada
Rp184. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.
29. Tahun 2011, nilai interinsik PKPK berada pada Rp-22. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham PKPK berada
pada Rp157. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham PKPK berada pada
Rp165. Kesimpulannya saham PKPK saat itu sedang mahal.
30. Tahun 2009, nilai interinsik ATPK berada pada Rp-108. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2009
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada
pada Rp265. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang mahal.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada
Rp129. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang mahal.
31. Tahun 2010, nilai interinsik ATPK berada pada Rp521. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2010
dijabarkan sebagai berikut:
134
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada
pada Rp162. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada
Rp220. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.
32. Tahun 2011, nilai interinsik ATPK berada pada Rp403. Pada saat index sedang
dalam titik terendahnya (bearish) dan titik tertingginya (bullish) pada tahun 2011
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada saat index sedang dalam titik terendahnya (bearish), saham ATPK berada
pada Rp188. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.
b. Pada saat index sedang titik tertingginya (bullish), saham ATPK berada pada
Rp156. Kesimpulannya saham ATPK saat itu sedang murah.
Secara keseluruhan, harga saham-saham batu bara yang terdaftar di bursa efek
Indonesia sedang dalam keadaan mahal. Pada tahun 2009 pada saat terjadi resesi global,
harga saham sedang dalam keadaan murah. Begitu dalam tahap pemulihan, harga saham
mulai bergerak naik dan memnyebabkan rata-rata sedang dalam keadaan mahal. Pada
tahun 2010, rata-rata harga saham batu bara sedang dalam keadaan mahal, dengan
kondisi perekonomian dunia yang sudah membaik. Pada tahun 2011, pada saat
pengumuman suku bunga Bank Indonesia, index mengalami penurunan, dan
menyebabkan harga saham turun, namun masih diatas nilai interinsiknya atau rata-rata
harga sedang dalam keadaan mahal. Nilai interinsik industri batu bara dari tahun 2009
ke 2010 rata-rata mengalami penurunan. Namun, nilai interinsik dari tahun 2009 hingga
2011 rata-rata mengalami kenaikan karena kondisi perekonomian yang membaik, dan
diikuti pula dengan harga saham yang juga mengalami peningkatan sehingga
menyebabkan rata-rata harga saham-saham batu bara pada titik terendah dan tertinggi di
135
2011 dalam keadaan mahal. Hanya 2 perusahaan yang harga sahamnya masih jauh
dibawah nilai interinsiknya yaitu BORN dan HRUM.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini, saran yang penulis dapat berikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk Investor:
a. Untuk saham-saham di sektor batu bara, saham-saham yang masih dapat
dijadikan instrumen investasi jangka panjang untuk mendapat potensi capital
gain saat ini adalah HRUM dan BORN karena kedua saham tersebut pada saat
index titik tertingginya (bullish) dan dalam titik terendahnya (bearish), harga
saham kedua perusahaan tersebut masih dibawah nilai interinsiknya.
b. Untuk saham-saham yang sudah tergolong mahal (di atas nilai interisniknya)
pada saat pasar sedang dalam kondisi titik tertingginya (bullish), startegi investasi
yang dapat penulis berikan adalah melakukan short term trading dan lebih
disiplin dalam kebijakan investasi.
2. Implikasi Managerial
Implikasi untuk Manager yang berada dalam lingkup investasi saham-saham batu
bara, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk berinvestasi pada
saham-saham batu bara. Saham-saham yang masih dapat dijadikan instrumen
investasi jangka panjang untuk mendapat potensi capital gain saat ini adalah
HRUM dan BORN karena kedua saham tersebut pada saat index titik tertingginya
(bullish) dan dalam titik terendahnya (bearish), harga saham kedua perusahaan
tersebut masih dibawah nilai interinsiknya. Industri batu bara rentan terhadap
perekonomian dunia. Pada saat perekonomian sedang dalam resesi pada mei 2009,
berdampak pada penurunan permintaan batu bara. Kondisi ini bisa dimanfaatkan
untuk membeli saham-saham batu bara yang tergolong murah. Begitu perekonomian
136
membaik pada juli 2011, permintaan batu bara kembali mengalami kenaikan
sehingga harga saham-saham batu bara naik.
3. Untuk Management masing-masing perusahaan
Dengan melihat kondisi harga batu bara yang rentan terhadap perekonomian, maka
saran yang penulis dapat berikan adalah membeli kembali saham perusahaan ketika
perekonomian dunia sedang dalam resesi, karena harga saham sedang tergolong
murah. Sebaliknya, begitu perekonomian sedang naik, dan harga saham sudah
tergolong mahal, maka perusahaan dapat menjual kembali saham perusahaan.
4. Untuk penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk melakukan penelitian lebih
lanjut untuk industri lainnya.
Download