19 Oktober 2014 - Indikator Politik

advertisement
19 Oktober 2014
Latar Belakang:
Distribusi Kekuatan Politik Nasional
 Pada pemilu 9 April 2014 yang lalu, PDI Perjuangan keluar
sebagai peraih suara terbesar dengan 18.95% suara.
Selengkapanya seperti grafik di bawah:
25
19.5
19.0
20
16.3
14.8
15
13.0
11.8
10
10.9
10.2
9.0
8.4
8.8
7.6
6.87.1
6.76.3
6.57.0
5.3
5
2.9
1.5
0.9
0
NASDEM
PKB
PKS
PDIP
GOLKAR GERIND
RA
% Suara
DEMO
KRAT
PAN
PPP
HANURA
PBB
PKPI
% Kursi DPR
Diskusi Publik: "Divided Government"
2
Latar Belakang:
Distribusi Kekuatan Politik Nasional
 PDI Perjuangan juga meraih jumlah kursi terbesar di DPR, 109
kursi atau 19.46% dari total 560 kursi di DPR
 Kemudian pada 9 Juli 2014, dilakukan pemilihan Presiden-Wakil
Presiden. Dari momentum ini kemudian terbentuk dua kubu
kekuatan politik yang mengusung masing-masing pasangan
calon Presiden-Wakil Presiden periode 2014-2019.
 Kubu pertama merupakan gabungan atau koalisi partai
pengusung pasangan Jokowi-JK, atau Koalisi Indonesia Hebat
(KIH). Koalisi ini digalang oleh PDI Perjuangan sebagai peraih
suara terbesar pada pemilu legislatif, kemudian PKB, NasDem,
Hanura dan partai non-parlemen PKPI.
 Sementara kubu lainnya, Koalisi Merah Putih (KMP) mengusung
pasangan Prabowo-Hatta. Koalisi ini secara agregat lebih besar
dibanding KIH. Gabungan suara partai hasil pemilu 2014 pada
KMP mencapai 59.1%, sementara KIH hanya sekitar 40.9%.
Diskusi Publik: "Divided Government"
3
Latar Belakang:
Distribusi Kekuatan Politik Nasional
 Namun kemudian melalui pemilihan secara langsung, pasangan Jokowi-JK
berhasil keluar sebagai pemenang.
 Pada pilpres tahun 2004 dan 2009 yang lalu, partai-partai pengusung
pasangan calon Presiden-Wakil Presiden kemudian saling menentukan
arah koalisi baru dalam pembentukan pemerintahan selanjutnya setelah
pemilihan berakhir.
 Namun pasca-Pilpres 2014 yang lalu, koalisi partai pengusung pasangan
calon cenderung solid (terutama KMP), dan melalui proses politik yang
sedemikian rupa sehingga kemudian terjadi penguasaan KMP atas
legislatif.
 Kekalahan dalam pemilihan pimpinan lembaga legislatif ini melengkapi
derita Koalisi Indonesia Hebat yang dimotori Puan Maharani yang
sebelumnya juga dipaksa menelan kekalahan dalam sidang paripurna
revisi UU MD3, Tatib DPR dan RUU Pilkada.
 Pemerintahan ke depan kemudian terbelah, antara kubu eksekutif yang
dimotori oleh KIH dan kubu legislatif yang dimotori oleh KMP.
Diskusi Publik: "Divided Government"
4
Latar Belakang:
Distribusi Kekuatan Politik Nasional
 Inilah kali pertama pemerintahan pasca-reformasi mengalami divided
government (pemerintahan yang terbelah). Sebelumnya belum pernah
sekalipun presiden yang didukung oleh kekuatan politik yang terlalu
kurus dan minimalis di parlemen. Bahkan pada masa Abdurrahman
Wahid sekalipun awalnya mengantongi dukungan politik kuat dari
Poros Tengah meski kemudian menyusut seiring polarisasi yang
makin tajam antara pemerintah dengan DPR.
 Dalam kondisi ini, banyak pandangan dari berbagai kalangan
bahwa pemerintahan Indonesia ke depan akan banyak mengalami
masalah, bahkan isu menggagalkan pelantikan pasangan Jokowi-JK
sebagai Presiden-Wakil Presiden terpilih juga banyak beredar di
media massa.
 Berdasar kondisi tersebut, maka melalui forum diskusi ini, kami ingin
menyajikan serangkaian analisis terkait kondisi pemerintahan yang
terbelah, serta beberapa konsekuensinya.
Diskusi Publik: "Divided Government"
5
Pertanyaan Riset
 Apa yang mendasari dinamika
bagaimana konsekuensinya?
tersebut
dan
 Bagaimana pengalaman yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya?
 Apakah pemerintahan yang akan datang bisa keluar
dari potensi kebuntuan yang mungkin terjadi?
Diskusi Publik: "Divided Government"
6
Alokasi Kekuatan Politik, Stabilitas
Pemerintahan & Perekonomian
Alokasi Kekuatan Politik, Stabilitas
Pemerintahan & Perekonomian
 Dinamika peta kekuatan politik nasional hingga saat ini
menggambarkan strategi dari partai-partai politik dalam
melakukan alokasi kekuatan politik di dalam institusi-institusi
politik.
 Institusi politik akan menentukan distribusi kekuatan politik de
jure, dan distribusi sumber daya akan mempengaruhi distribusi
terhadap kekuatan politik de facto. Kedua sumber kekuatan
politik tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi institusi
ekonomi dan perubahan pada institusi politik di masa depan.
Institusi ekonomi menentukan kinerja perekonomian termasuk
distribusi sumber daya di masa depan (Acemoglu, Johnson &
Robinson, 2004).
 Hal ini akan membawa konsekuensi pada stabilitas pemerintahan
yang akan terbentuk, dan efek lanjutannya terutama pada
perekonomian dan distribusi kekuatan politik di masa
mendatang.
Diskusi Publik: "Divided Government"
8
Alokasi Kekuatan Politik, Stabilitas
Pemerintahan & Perekonomian
 Pengaruh partai di dewan perwakilan dapat digunakan sebagai
kontrol terhadap eksekutif. Kinerja partai merupakan aspek
penting bagi pemilu berikutnya, dan partai tidak ingin kehilangan
kredibilitasnya, Weingast & Wittman (2006) dan Mujani, Liddle &
Ambardi (2012).
 Hirarki yang ada pada lembaga legislatif akan mempengaruhi
penyusunan agenda kerja dengan mengontrol pengalokasian
anggota-anggota dewan, seperti penentuan kursi-kursi pimpinan
komisi.
 Kekuasaan pengalokasian tersebut didelegasikan oleh anggotaanggota partai kepada hierarki partai di dalam dewan yang dapat
digunakan sebagai penghargaan untuk meningkatkan disiplin
partai, dan pada gilirannya untuk meningkatkan nilai partai pada
kompetisi pemilu.
Diskusi Publik: "Divided Government"
9
Alokasi Kekuatan Politik, Stabilitas
Pemerintahan & Perekonomian
 Oleh karena itu penguasaan terhadap hirarki tertinggi dalam
suatu institusi politik menjadi penting, dan konsekuensi
lanjutannya adalah kinerja perekonomian dan distribusi kekuatan
politik di masa mendatang.
 Kinerja perekonomian akan sangat tergantung dari kebijakankebijakan yang dihasilkan dari interaksi politik dalam
pemerintahan. Institusi ekonomi yang kita miliki, yang secara
langsung membentuk dunia kita merupakan turunan dari institusi
politik (Douglass C. North, 2003). Dan karena kebijakan
merupakan output dari interaksi antar institusi politik, eksekutif
dan legislatif, maka stabilitas dalam pemerintahan merupakan hal
yang mendasar.
 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa indikator stabilitas
politik memiliki peran positif terhadap kondisi perekonomian.
Stabilitas politik akan mereduksi ketidakpastian, dimana kondisi
ini menjadi vital bagi iklim investasi, dan investasi sendiri
merupakan bagian utama dalam pertumbuhan ekonomi.
Diskusi Publik: "Divided Government"
10
Temuan Empiris
 Salah satu temuan empiris tentang pengaruh stabilitas politik
terhadap kinerja perekonomian disebutkan dalam sebuah tesis.
Pendekatan stabilitas politik dalam tesis tersebut adalah
dukungan partai politik yang menguasai legislatif kepada
eksekutif.
 Daerah pemerintahan yang menjadi objek amatan adalah
Kabupaten/Kota yang melaksanakan pilkada tahun 2005 dan
tidak mengalami pemekaran wilayah selama 2004-2009.
 Variabel-variabel utama yang digunakan adalah:




Pertumbuhan PDRB perkapita (dependen)
Perolehan kursi partai terbesar di DPRD Kab/Kota tahun 2004
(independen/penjelas)
Dukungan partai terbesar kepada eksekutif. Dukungan ini
didefinisikan
sebagai
dukungan
ketika
pilkada
(independen/penjelas)
Komponen belanja daerah (independen/penjelas)
Diskusi Publik: "Divided Government"
11
Distribusi Wilayah Amatan
(192 Kabupaten/Kota)
Diskusi Publik: "Divided Government"
12
Temuan Empiris
 Dalam tesis tersebut disimpulkan:
 Dukungan partai terbesar di legislatif kepada eksekutif,
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah. Argumentasinya, kepala daerah sebagai
pimpinan eksekutif secara konstitusional memiliki kewenangan
dalam mengajukan kebijakan-kebijakan pembangunan beserta
kewenangan pengelolaan keuangannya kepada dewan perwakilan.
Rencana kebijakan yang diusulkan harus mendapat persetujuan
dari dewan perwakilan. Sementara itu di dewan perwakilan
terdapat hierarki yang ditentukan sesuai dengan besarnya alokasi
kursi partai. Hierarki ini kemudian akan mempengaruhi agenda
kerja dewan perwakilan secara keseluruhan. Oleh karena itu, jika
pimpinan eksekutif tidak mendapat dukungan dari partai yang
memiliki pengaruh kuat di dewan perwakilan, maka berpotensi
menimbulkan kebuntuan yang menyebabkan kebijakan-kebijakan
pembangunan yang telah dirancang tidak bisa berjalan.
Diskusi Publik: "Divided Government"
13
Temuan Empiris
 Dominasi partai juga berpengaruh, semakin besar dominasi partai
pendukung eksekutif di legislatif, maka pengaruhnya juga positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Dominasi
partai di sini didefinisikan dengan banyaknya perolehan kursi di
parlemen.
 Jika dukungan partai terbesar kepada eksekutif, dan lebih jauh
partai tersebut semakin dominan di dewan perwakilan, memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
maka kemungkinan juga bisa dikatakan bahwa jika partai terbesar
tidak mendukung eksekutif, dan lebih jauh partai tersebut
semakin dominan di dewan perwakilan, maka bisa menghambat
pertumbuhan ekonomi. Ini terkait dengan masalah komitmen
politik dari kelompok yang memiliki kekuatan politik.
 Kekuatan politik memiliki masalah bawaan yang melekat, yaitu
komitmen politik. Kelompok yang memiliki kekuatan politik
cenderung memilih kebijakan yang bisa menguntungkan mereka.
Pertimbangan efisiensi bagi perekonomian tidak dapat dipisahkan
dari konflik distribusi (Acemoglu, 2002)
Diskusi Publik: "Divided Government"
14
Temuan Empiris

Pada kelompok data di sebelah kanan yaitu kelompok partai yang mendukung eksekutif,
tampak beberapa nilai pada kelompok partai yang paling dominan menunjukkan pola
penurunan dalam pertumbuhannya. Kemungkinan ini seperti pendapat Weingast &
Wittman, yaitu eksekutif sangat kuat, tapi partai di dewan perwakilan lemah dalam
melakukan kontrol. Atau (koalisi) partai pendukung eksekutif begitu kuat, sehingga kontrol
(oposisi) di dewan perwakilan menjadi sangat lemah.

Kemudian masing-masing kelompok diuji untuk melihat bagaimana pengaruh variabelvariabel kebijakan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Diskusi Publik: "Divided Government"
15
Temuan Empiris
Dependent : Y. RATA2 GROWTH PDRB
PERCAPITA 2007-2009
Independent
(Constant)
X1. Ln PDRB RIIL PERCAPITA 2005 (JUTA)
X2. IPM 2005
X3. RATA2 RASIO PEGAWAI 2007-2009
X4. RATA2 RASIO BARJAS 2007-2009
X5. RATA2 RASIO MODAL 2007-2009
Partai terbesar tidak Mengusung (n=106)
Adjusted R
DW
F
Sig.
Square
Statistic
0.143
1.81
4.50
0.00
Standardized
Coefficients
-0.48
0.23
-0.21
-0.14
0.19
Partai terbesar Mengusung (n=86)
Adjusted R
DW
F
Sig.
Square
Statistic
0.236
1.93
6.25
0.00
t
Sig.
VIF
Standardized
Coefficients
-0.39
-4.26
2.20
-1.10
-0.50
0.81
0.70
0.00
0.03
0.28
0.62
0.42
1.55
1.36
4.54
9.06
7.03
-0.28
0.16
-0.68
-0.57
1.35
t
Sig.
VIF
-0.01
-2.22
1.09
-2.91
-2.02
4.97
1.00
0.03
0.28
0.00
0.05
0.00
1.77
2.39
6.03
8.91
8.23

Pada kelompok kelompok daerah dimana partai terbesar mendukung eksekutif, komponen
belanja daerah menunjukkan pengaruh yang signifikan. Belanja pegawai dan, barang dan
jasa pengaruhnya negatif. Ini bisa difahami karena kedua jenis belanja ini bersifat
konsumtif dan sesuai dengan kerangka teoritis. Sementara jenis belanja produktif, belanja
modal, kontribusinya yang positif.

Sementara pada kondisi pemerintahan daerah di mana eksekutif kurang mendapat
dukungan kuat dari legislatif, variabel-variabel kebijakan tidak berpengaruh signifikan.
Pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah ini hanya signifikan dijelaskan oleh modal awal
daerah itu sendiri, sementara kontribusi pemerintah kurang bermakna.
Diskusi Publik: "Divided Government"
16
Temuan Empiris
Rata-rata rasio belanja terhadap PDRB Riil
2007
2008
2009
Belanja Pegawai (%)
Tidak Mengusung
6.4
6.3
11.6
Mengusung
6.0
5.5
9.8
Belanja Barang & Jasa (%)
Tidak Mengusung
3.9
3.7
6.6
Mengusung
4.0
3.4
5.6
Belanja Modal (%)
Tidak Mengusung
7.8
6.7
10.9
Mengusung
7.3
6.4
9.0

Rata-rata rasio belanja pada daerah-daerah dimana eksekutif tidak mendapat
dukungan dari partai terbesar di legislatif hampir selalu lebih besar dibanding daerah
lainnya.

Sehingga bukan hanya fungsi alokasi yang menjadi kurang bermakna kontribusinya
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, tapi juga relatif lebih mahal. Dengan kata
lain, daerah harus membayar lebih mahal untuk kontribusi yang tak berarti.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa menjadi lebih mahal?
Diskusi Publik: "Divided Government"
17
Temuan Empiris
1.4
2
1.2
1.5
1
0.8
1
0.6
0.4
0.5
0.2
0
0
0
0.2
0.4
0.6
Daerah-daerah dimana eksekutif tidak didukung
partai terbesar di parlemen
0
0.2
0.4
0.6
0.8
Daerah-daerah dimana eksekutif didukung partai
terbesar di parlemen

Keterangan: sumbu x = persen kursi partai terbesar, sumbu y = rata-rata rasio belanja
(pegawai+barjas+modal) terhadap PDRD Riil

Jika kekuatan partai politik di parlemen lebih berimbang, alokasi belanja daerah
cenderung lebih mahal. Ini konsisten dengan kerangka teoritis dari Alesina & Drazen
(1991), Spolaore (1992), dan temuan empiris Roubini & Sachs (1989a,b) dan Grilli,
Masciandaro & Tabellini (1991) dalam Alesina & Rosenthal (1995), “when coalitions
become too large and fragmented, they are associated with undesirable economic
outcomes, such as large budget deficits”
Diskusi Publik: "Divided Government"
18
Pengalaman Sebelumnya
Distribusi Suara Partai 1999-2014
Tren Suara Partai 1999-2014 (%)

35
33.7
NASDEM
PKB
30
PKS
25
PDIP
22.4
21.6
20
19.0
18.5
15
14.5
14.0
12.6
10
10.7
10.6
7.1
8.2
7.5
7.3
6.4
1.9
1.4
1.0
2.6
1.3
5
0
1999
2004
GOLKAR
20.9
7.9
6.0
5.3
4.9
4.5
3.8
1.8
0.9
2009
14.8
11.8
10.2
9.0
7.6
6.8
6.7
6.5
5.3
1.5
0.9
GERINDRA
DEMOKRAT
PAN
PPP
HANURA
PBB
PKPI
2014
Diskusi Publik: "Divided Government"
20
Pengalaman Sebelumnya
 Megawati Soekarnoputri ditunjuk sebagai Presiden Republik
Indonesia menggantikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang
mandatnya dicabut oleh MPR.
 Pemakzulan terhadap Gus Dur lebih banyak dipicu oleh konflik
internal di dalam pemerintahannya. Konflik ini kemudian meluas
kepada institusi lain, TNI dan DPR/MPR, karena banyak
kebijakan-kebijakannya yang dianggap akan menimbulkan
keresahan di kalangan masyarakat dan bahkan potensi terjadinya
disintegritas bangsa.
 Gus Dur juga dituduh terlibat dalam kasus korupsi, yaitu Bulogate
dan Bruneigate. Bantahannya terlibat dalam kasus tersebut tidak
membuat puas DPR. DPR juga mengusulkan untuk diadakannya
sidang istimewa terkait pertanggung jawaban Gus Dur sebagai
Presiden. Gus Dur secara resmi dimakzulkan pada tanggal 23 Juli
2001, dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.
Diskusi Publik: "Divided Government"
21
Pengalaman Sebelumnya
 Gus Dur gagal dalam menjalin kerjasama dengan institusiinstitusi yang secara konstitusional memiliki kekuatan politik.
Bahkan di lingkungan eksekutif sendiri banyak terjadi
perpecahan, pemerintahan era kepresidenan Gus Dur sangat tidak
stabil.
 Pengganti Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, hanya bertahan
hingga tahun 2004. Megawati kalah oleh pasangan SBY-JK dalam
pemilihan langsung yang pertama kali dilakukan di Indonesia.
Aturan main ini juga dihasilkan pada era kepresidenan Megawati.
 Bukan hanya itu, suara PDIP juga merosot tajam pada pemilu
legislatif tahun 2004. Megawati gagal meraih insentif secara
politik.
 Pasca pemilihan presiden 2004, koalisi baru kemudian terbentuk.
PDIP merupakan satu-satunya partai besar di parlemen yang
memilih menjadi oposisi. JK kemudian mengambil alih Golkar,
yang pada periode 2004-2009 menguasai parlemen.
Diskusi Publik: "Divided Government"
22
Pengalaman Sebelumnya
 Pada pemilu tahun 2009, suara Demokrat meningkat pesat dan
berhasil meraih suara terbanyak. Golkar, PDIP, PKB dan PPP
menurun perolehan suaranya, dan masuk kekuatan baru di
parlemen yaitu Gerindra dan Hanura, tapi suaranya kurang dari
5%.
 Secara politik, Demokrat memperoleh insentif besar selama
kepemimpinan SBY sebagai presiden selama 2004-2009.
Demokrat meraih suara terbesar dan menguasai kursi pimpinan
DPR.
 Ini karena evaluasi publik atas kinerja pemerintahan positif.
Terutama yang menyangkut isu-isu sensitif, ekonomi, politik,
keamanan, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.
 Legitimasi publik atas kinerja pemerintahan ini kemudian
mendorong pada tingkat kepuasan atas kinerja SBY sebagai
Presiden tinggi dan membawa SBY terpilih untuk kedua kalinya
untuk periode 2009-2014.
Diskusi Publik: "Divided Government"
23
Pengalaman Sebelumnya
 Pada pemilu presiden tahun 2009, SBY dan JK masing-masing
memutuskan maju sebagai calon presiden. Pasangan SBYBoediono diusung oleh koalisi yang dipimpin Demokrat. Pasangan
JK-Wiranto diusung koalisi Golkar dan Hanura, dan pasangan
Mega-Prabowo diusung koalisi PDIP dan Gerindra.
 Seperti pengalaman tahun 2004, pasca pemilihan presiden koalisi
baru kemudian terbentuk, dan menyisakan PDIP, Gerindra dan
Hanura di pihak oposisi.
 Dan pada pemilu tahun 2014 yang lalu, PDIP meraih suara
terbesar dalam pemilihan legislatif. Perolehan suaranya menguat
dibandingkan tahun 2009.
 Sementara Demokrat, suaranya merosot tajam. Penurunan
dukungan terhadap Demokrat terjadi seiring dengan ramainya
pemberitaan di media massa tentang keterkaitan politisi-politisi
Demokrat dengan sejumlah kasus korupsi, terutama Century dan
Wisma Atlet.
Diskusi Publik: "Divided Government"
24
Pengalaman Sebelumnya
 Hal tersebut terekam oleh masyarakat sehingga evaluasi publik
atas kinerja pemerintahan secara umum juga melemah, terutama
dalam pemberantasan korupsi, penegakan hukum dan dalam
menciptakan stabilitas politik.
 Evaluasi yang buruk tersebut menghukum Demokrat pada pemilu
2014.
Diskusi Publik: "Divided Government"
25
Evaluasi Publik

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu
(%)
70
Le bih ba ik
Sama
Le bih buruk
T ida k t a hu
60
58
56
53
50
51 52
50
49
47
40
41
36
30
45
43
38
35
44
42
37 37
31 32 32
2
29
8 29
26
24 24
23
20
37
33
33
3
32
1
29
22 22
28
23 23
22
31
27
25
22
10
5
0
0
5
5
5
7
6
5
5
6
4
32 31
40 39
39
33
31 31
30
21
15
7
38
26
26 2
27
6
25 24 25 25
24
19
10
42
40
38
3
35
4 34
30 29
32
1 31
30
26
24
23 23
21 21 22
26
39
38
39
37
34 3
35
4
32 33 31
32
39
37
3
5
3
5
34
31
29
29
2
28
8
26 25
26 26
22
21
36
23
21
23
21
18
17
16
8
4
37 37
5
6
6
7
5
5
8
6
4
4
7
7
5
7
6
7
7
8
9
9
7
9
10
9
7
9
2
Diskusi Publik: "Divided Government"
26
Evaluasi Publik
Kondisi politik nasional sekarang (%)

50
40
40
39
34 34
30
30
37
35
39
39
37
37 37
32
31
27
35
3
34
4
29 29 29
28
25
24
22
20
38
23
23
40
37 36
37
36
35
35
34
33
32 33 32
31 30 31
31 31 30
31
30
29
28 29
28
28
2
27
27
7 27 27
26
26 26
26
25 24
24
24
23 23
23 23 23
34
32
34 35
21
20
19
13
10
8
7
9
9
10
S e da ng
B uruk
T ida k t a hu
17
15 15
11
B a ik
19
17 17
10
36
11
9
8
8
14
9
10 10 10
9
11 11
9
11
10
10 11 10
12
0
Diskusi Publik: "Divided Government"
27
Evaluasi Publik
Kondisi keamanan dan ketertiban nasional sekarang (%)

80
69
70
60
5958
52
55
5757
6059
61
5554
55
54
5352
4745
50
46464745
B a ik
S e da ng
40
20
55
5959
48
50
30
67
3031
2425
2829
2626
27 27
29
27
29
28
32
31
27
303030
B uruk
26
T ida k t a hu
24
23
23232222
22212121 20 21
21
20
19
19
18
17
1615
16
15
15
14
13
13
11101210101010
10
9
10
6
0
5
5
5 4 5 6
3 3 5 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3
3 2 4 3
2 2
Diskusi Publik: "Divided Government"
28
Evaluasi Publik
Kondisi penegakan hukum nasional sekarang (%)

70
60
59
61
59
54
50
46
40
30
20
10
41
46
43
48 49
43
41
42
41
39
38
37
36 36 36 35
35
35
3
4
33 33 34 33
33
32
32 32
31 30
31
30
30 30 31 31
0
30 30 3
2
9
29 28 29 29
28
28
28 28 28
27
26
26
26
26
26
25 26
2
4
24
23
22 23 22
22
20
18
18
18
15
15
14 14 14
11
10 11
9
9
8
7 7
7 7
6 7 6 6 6 6 6 7
6 6 7 7
6 7
6
5
5 5 5 5
5
37
34 34
37
35 35
B a ik
S e da ng
B uruk
T ida k t a hu
0
Diskusi Publik: "Divided Government"
29
Evaluasi Publik
Kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi (%)
100
80
80
77
65
78
84
80
79
Baik +
Sangat baik
63
60
59
56
55
51
49
45
40
45
44
38
20
Des'11
Jul'11
Des'10
Okt'10
Mar'10
Jan'10
Jul'09
Jun'09
Mei'09
Mar'09
Feb'09
Des'08
Okt'08
Sept'08
Sept'07
Sept'06
0
Sept'05

Diskusi Publik: "Divided Government"
30
50
Okt'13
Des'13
Apr'14
Mei'14
Jun'14
60
Des'10
Mei'11
Jul'11
Des'11
Feb'12
Sep'12
Des'12
Mar'13
Apr'13
Jun'13
70
Mar'09
Apr'09
Mei'09
Jun'09
Jul'09
Nov'09
Jan'10
Mar'10
Aug'10
Okt'10
80
Jun'07
Sep'07
Des'07
Mar'08
Jun'08
Sep'08
Okt'08
Des'08
Feb'09
90
Des' 05
Jan' 06
Mar' 06
Jun'06
Sep'06
Nov' 06
Des'06
Feb' 07
Mar'07
Mei' 07

Nov'04
Des'004
Mar'05
Jun'05
Sept' 05
Evaluasi Publik
Puas terhadap kinerja SBY sebagai presiden (%)
100
80
85
808079
75
74
71
70
70
69
69
67 67
6566
65 63
64
63
62
6263
59 60
58
58
58 5657
57
56
565655
56
56
5452
54 5556 5354
5354
51
50
45
40
30
20
10
0
Diskusi Publik: "Divided Government"
31
Evaluasi Publik

Kinerja lembaga penegak hukum dalam memberantas
korupsi (baik atau sangat baik) (%)
70
66
66
61
60
54
50
48
46
56
48
47
57
50
48
47
45
POLISI
40
39
38
KEJAKSAAN
PENGADILAN
30
KPK
20
Jan'10
Des'10
Mei'11
Des'12
Diskusi Publik: "Divided Government"
32
Kinerja Perekonomian
 Sejak tahun 2000, perekonomian nasional terus menunjukkan
perkembangan ke arah yang positif. Selalu mengalami
pertumbuhan meski berfluktuasi.
 Pada tiga periode pemerintahan pasca reformasi, rata-rata
pertumbuhan ekonomi pada periode kepresidenan SBY selalu
lebih tinggi dibandingkan dengan periode Megawati.
 Tahun 2005, terjadi kenaikan harga BBM dan angka inflasi tinggi,
ini menekan pertumbuhan ekonomi dari 2005 ke 2006. Tahun
2007 pertumbuhan yang lebih tinggi terjadi.
 Tahun 2008-2009, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
Sebagaimana kita ketahui pada masa itu juga terjadi pelambanan
ekonomi secara global. Tapi tahun 2010-2012 pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.
Diskusi Publik: "Divided Government"
33
Kinerja Perekonomian
 Evaluasi publik terhadap situasi politik dan penegakan hukum
nasional sejak 2011-2013, secara umum negatif. Akan tetapi
tidak lantas berdampak serius terhadap kinerja perekonomian. Ini
kemungkinan lebih karena semakin rendahnya evaluasi publik
atas kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
 Efek langsung atas evaluasi negatif ini kepada SBY sebagai
pemimpin pemerintahan. Pada tahun 2011-2013 secara rata-rata
kepuasan atas kinerjanya paling rendah selama periode 20092014.
 Tidak hanya terhadap SBY, begitu juga terhadap partai Demokrat
yang dipimpin oleh SBY. Perolehan suaranya pada pemilu 2014
menurun hingga separuh.
 Evaluasi atas kondisi politik nasional yang buruk juga terjadi pada
April 2004, meski kinerja perekonomian nasional mengalami
pertumbuhan, akan tetapi konsekuensi politik harus ditanggung
oleh PDIP, perolehan suara menurun dan Megawati kalah.
Diskusi Publik: "Divided Government"
34
Kinerja Ekonomi Nasional
Tren PDB Perkapita (juta Rp)

12
11
10
9
8
7
6.8
6.9
7.1
7.3
6
5.9
6.1
6.3
6.5
7.6
6.7
7.9
7.0
8.2
7.3
8.6
7.7
9.0
8.0
9.3
8.3
9.7
8.7
10.2
9.2
10.7
9.7
11.1
10.2
5
4
3
2
1
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
PDB riil/kapita*
PDRB riil/kapita (akumulasi 33 Provinsi)
*) 2012: data sementara, 2013: data sangat sementara
Diskusi Publik: "Divided Government"
35
Kinerja Ekonomi Nasional
Growth PDB Perkapita (juta Rp)

7
18
17.1
16
6
5
5.0
4.9
12.6
4.6
4
4.2
10.0
3
2.7
2
2.9
3.4
3.2
11.1
4.3
4.0
4.9
12
4.3
10
8.4
8
7.0
6.6
6
5.1
3.8
1.5
1
4.8
3.2
6.6
14
5.4
3.8
3.6
3.5
6.4
4.9
4.6
4.6
4.5
5.3
5.0
4.3
4
2.8
Growth PDB
riil/kapita*
Growth PDRB
riil/kapita (akumulasi
33 Provinsi)
Inflasi
2
0
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
*) 2012: data sementara, 2013: data sangat sementara
Diskusi Publik: "Divided Government"
36
Kinerja Ekonomi Nasional
Average Growth PDB Perkapita (juta Rp)

10
10
9
8.5
9
8.8
8
8
7
7
6
5
4.4
4.2
4
3
6
5.9
5.1
4.7
5
3.9
3.2
2.8
4
3
Rata-rata Growth PDRB
riil/kapita (akumulasi
33 Provinsi)
Rata-rata Inflasi
2
2
1
1
2001-2004
Rata-rata Growth PDB
riil/kapita*
2005-2009
2010-2013
2014**
*) 2012: data sementara, 2013: data sangat sementara
**) Hingga Sept 2014, tingkat inflasi 3.65. Ditambah rata-rata inflasi bulan Oktober-Desember 2009-2013, 0.29
Diskusi Publik: "Divided Government"
37
Tantangan Pemerintahan
Jokowi-JK
Menciptakan Stabilitas Politik
 Menciptakan stabilitas politik untuk pemerintahan mendatang
harus menjadi prioritas utama.
 Distribusi kekuatan politik merupakan konsekuensi langsung dari
sistem demokrasi di Indonesia hingga saat ini, rakyat yang
menentukan, dan oleh karena itu menjadi cermin dari harapan
rakyat.
 Polarisasi kekuatan yang saat ini terjadi pada institusi-institusi
politik kita sangat berpotensi menimbulkan kebuntuan atau
deadlock, menghambat pembangunan dan pada akhirnya
merugikan rakyat.
 Sejarah pemerintahan Indonesia sejak era reformasi telah
menunjukkan, atau bahkan malah memberi pendidikan kepada
elit politik untuk tidak membuat kegaduhan politik. Karena setiap
kelompok yang dinilai bertanggung jawab kemudian dihukum,
secara politik.
Diskusi Publik: "Divided Government"
39
Jokowi Harus Proaktif Melakukan
Komunikasi Politik
 Dalam sistem presidensial dengan cita rasa parlementer, peran
DPR tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, Koalisi Indonesia Hebat
harus lebih lincah melakukan komunikasi politik ke elit-elit
Koalisi Merah Putih.
 Kemenangan politik KMP dalam sidang-sidang paripurna di DPR
maupun MPR sebenarnya bukan menunjukkan kehebatan elit-elit
KMP, tapi harus dibaca dalam kerangka kelemahan elit politik PDI
Perjuangan dalam menjalin komunikasi politik.
 Jokowi harus diberikan ruang lebih luas untuk menjadi panglima
politik KIH untuk menjalin komunikasi politik dengan DPR dan
DPD. Sebagai presiden terpilih, Jokowi adalah figur menentukan
untuk menjajaki komitmen dengan beberapa anggota KMP yang
bisa diajak bergabung dengan KIH. Jokowi juga dikenal lihai dan
rendah hati, sehingga memudahkan penjajakan politik agar KIH
tak mengulang kesalahan dan kekalahan di parlemen.
Diskusi Publik: "Divided Government"
40
Jokowi Tak Boleh Menjadi Presiden Boneka
dan Harus Membentuk Kabinet Kerja
 Selain harus memegang tongkat komando politik dan
manajemen koalisi yang solid, ujian berikutnya yang tak kalah
berat buat Jokowi adalah mengelola harapan publik yang
membuncah.
 Agar Jokowi bisa mewujudkan harapan publik, Jokowi tidak
boleh menjadi “presiden boneka.”
 Untuk membuktikan Jokowi bukan presiden boneka, Jokowi
harus membentuk kabinet kerja, yang diisi kalangan ahli yang
kompeten, berintegritas, dan tidak punya catatan HAM.
 Pemerintahan yang terbelah antara kekuatan di
eksekutif dan legislatif seharusnya menjadi pemicu buat
Jokowi untuk membentuk kabinet yang mengedepankan
prinsip meritokrasi, yakni menempatkan the right persons in
the right place.
Diskusi Publik: "Divided Government"
41
Kemajuan Perekonomian
 Interaksi antar institusi politik menjadi faktor kunci berhasil
atau tidaknya suatu pemerintahan dalam mencapai kemajuan
ekonomi.
 Oleh karena itu, komitmen dari kelompok-kelompok yang
memiliki kekuatan politik menjadi sangat penting, agar bisa
mendistribusikan sumberdaya-sumberdaya potensial secara
efisien.
 Semakin cepat interaksi tersebut mencapai stabilitas politik di
pemerintahan, maka semakin cepat kemajuan ekonomi bisa
tercapai.
Diskusi Publik: "Divided Government"
42
Penegakan Hukum dan Mekanisme
Kontrol
 Akan tetapi, kekuatan politik memiliki masalah bawaan yang
melekat, yaitu komitmen politik. Kelompok yang memiliki
kekuatan politik cenderung memilih kebijakan yang bisa
menguntungkan mereka. Pertimbangan efisiensi bagi
perekonomian tidak dapat dipisahkan dari konflik distribusi.
 Stabilitas politik kemudian menjadi semakin sulit dicapai,
pada akhirnya menghambat kemajuan ekonomi. Bukan hanya
menghambat, malahan bisa semakin membebani keuangan
negara.
 Oleh karena itu, penguatan mekanisme kontrol terhadap
interaksi politik di pemerintahan menjadi penting. Bukan
hanya untuk menyelamatkan keuangan negara, tetapi juga
institusi politik dan sistem demokrasi yang terhormat.
Diskusi Publik: "Divided Government"
43
Penegakan Hukum dan Mekanisme
Kontrol
 Sejauh ini, KPK sebagai salah satu lembaga penegakan hukum,
legitimasinya paling tinggi dalam upaya pemberantasan
korupsi.
 Akan tetapi lembaga ini lebih terpusat sehingga sangat sulit
untuk menjangkau seluruh wilayah pemerintahan di Indonesia.
Harus ada upaya untuk semakin menguatkan fungsi KPK.
Diskusi Publik: "Divided Government"
44
Download