BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Keluarga
1.
Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarganya yang memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Menurut Setiadi
(2008) dalam bukunya yang berjudul “Konsep dan Proses Keperawatan
Keluarga” mendefinisikan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang
peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat.
Keluarga merupakan faktor eksternal ysng memiliki hubungan paling kuat
dengan pasien. Keberadaan keluarga mampu memberikan motivasi yang sangat
bermakna pada pasien disaat pasien memiliki berbagai permasalahan
perubahan pola kehidupan yang demikian rumit dan menjenuhkan dengan
semua program kesehatan (Syamsiah, 2011).
Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan
proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota
keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga
yang harmonis (Setiadi, 2008).
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut purnawan (dalam Setiadi, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga adalah:
a.
Faktor Internal
1) Tahap perkembangan
Artinya dukungan ditentukan faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia
memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap
perubahan kesehatan.
5
6
2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang
pendidikan dan pengalaman masa lalu untuk memahami faktor-faktor
yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
3) Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami
respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon
terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara
menghawatirkan
bahwa
penyakit
tersebut
dapat
mengancam
hidupnya.
4) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannnya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga atau teman dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidupnya.
b.
Faktor Eksternal
1) Praktek Keluarga
Dukungan
keluarga
biasanya
mempengaruhi
penderita
dalam
melaksanakan kesehatannya, misalnya klien juga kemungkinan besar
akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal
yang sama, misalnya anak selalu diajak orang tuanya untuk
melakuakan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia
akan melakukan hal yang sama.
7
2) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang bereaksi terhadap
penyakitnya. Variabel psikososial mencakup stabilitas perkawinan,
gaya hidup dan lingkungan kerja seseorang biasanya akan mencari
dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya. Hal ini akan
mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaanya. Semakin
tinggi tingkat ekonomi seseorang ia akan lebih cepat tanggap terhadap
gejala penyakit yang dirasakannya. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
3) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan nilai dan kebiasaan
individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.
3.
Komponen Dukungan Keluarga
Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Ratna (2010) terdiri dari:
a.
Dukungan Emosional
Pada dukungan emosional keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
nyaman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan
afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan
semangat, perhatian, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak
menanggung
beban
sendiri
tetapi
masih
ada
orang
lain
yang
memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan
empati terhadap persoalan yang dihadapinya bahkan mau membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan individu merasa berharga.
Gagal ginjal kronik dapat menimbulkan gangguan psikologis bagi
penderitanya. Hal ini disebabkan karena gagal ginjal kronik tidak dapat
8
disembuhkan. Kondisi ini dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengendalikan emosi. Maka dukungan keluarga sangat penting yang akan
mendorong pasien untuk dapat mengendalikan emosi dan waspada
terhadap hal yang mungkin terjadi.
b. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental yaitu keluarga sebagai sumber pertolongan praktis
dan konkrit. Bantuan instrumental bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalanpersoalan yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang
dihadapinya. Misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan
memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan.
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support
material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung,
seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu
pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi,
menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat
membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila
dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan
nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan
nyata. Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada pasien
gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa diharapkan kondisi
pasien dapat terjaga dan terkontrol sehingga dapat meningkatkan
kesehatannya.
c. Dukungan Informasional
Pada dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan disseminator
(penyebar informasi).
Bantuan informasi
yang
disediakan agar dapat digunakan seseorang dalam menanggulangi
9
persoalan-persoalan
yang
dihadapi,
meliputi
pemberian
nasehat,
pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan pasien gagal
ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa. Jenis dukungan ini meliputi
jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya
memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran,
atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga
dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi
yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan
stressor.Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi. Berdasarkan hal tersebut pasien gagal ginjal kronik dalam
menjalani hemodialisa sangat membutuhkan dukungan dari orang lain
dalam arti keluarga berupa dukungan informasi. Dukungan informasi yang
dibutuhkan dapat berupa pemberian informasi tentang hemodialisa.
d. Dukungan Penghargaan
Dukungan ini merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya
sangat berarti bagi seseorang. Pada dukungan penghargaan keluarga
bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu.Individu mempunyai seseorang
yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,
persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan
positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.
Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping
individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang
berfokus pada aspek-aspek yang positif. Pada dukungan penghargaan ini
pasien gagal ginjal kronik mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara
10
tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif
individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide
atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang
lain. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping
koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman
yang berfokus pada aspek-aspek yang positif. Dapat dikatakan bahwa
adanya dukungan penghargaan pada pasien gagal ginjal kronik dalam
menjalani hemodialisa berupa penghargaan, dapat meningkatkan status
psikososial, semangat, motivasi sehingga diharapkan dapat membentuk
perilaku
yang
sehat
pada
pasien
dengan
meningkatkan
status
kesehatannya.
4. Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang
oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga
(anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari
suami atau istri serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial
keluarga eksternal (Setiadi, 2008).
5. Peran Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Hemodialisa
Dukungan keluarga terhadap pasien adalah sikap keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit yang ditunjukkan melalui interaksi dan reaksi keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit. Dukungan keluarga merupakan sebuah
proses yang terjadi sepanjang kehidupan dimana sifat dan jenis dukungan
keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Namun
demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat
keluarga mampu berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga (Friedman, 2010).
11
Klien hemodialisa menghadapi perubahan yang signifikan karena mereka harus
beradaptasi terhadap terapi hemodialisa, komplikasi-komplikasi yang terjadi,
perubahan peran di dalam keluarga, perubahan gaya hidup, yang harus mereka
lakukan terkait dengan penyakit gagal ginjal kronik dan terapi hemodialisa.
Keadaan ini tidak hanya dihadapi oleh klien saja, tetapi juga oleh anggota
keluarga yang lain.
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan atau proses terapeutik
dalam setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga yang sakit. Proses ini
menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi
serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam interaksi antara
sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional yang
menyediakan jasa pelayanan kesehatan .
Dukungan keluarga sebagai bagian dari dukungan sosial dalam memberikan
dukungan ataupun pertolongan dan bantuan pada anggota keluarga yang
memerlukan terapi hemodialisa sangat diperlukan. Orang bisa memiliki
hubungan yang mendalam dan sering berinteraksi, namun dukungan yang
diperlukan hanya benar-benar bisa dirasakan bila ada keterlibatan dan
perhatian yang mendalam (Brunner & Suddarth, 2001 ).
6. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Setiadi (2008), ada bukti kuat dari
hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil
secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan.
Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian
daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang
diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
12
pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga
kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,
sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau
otokrasi.
B. Motivasi
1.
Definisi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang member kontribusi pada
tingkat komitmen seseorang.Motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad
tertentu.Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan sesuatu yang kurang,
baik fisiologis maupun psikologis (Suarli & Bactiar, 2009).
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang berupa tindakan dalam
pencapaian tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga individu mau melakukan
tindakan dalam pencapaian tujuan. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam
diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai suatu tujuan (Nursalam, 2012).
2. Teori-Teori Motivasi
Teori motivasi dalam aplikasi dan praktik (Nursalam, 2012) mengemukakan
beberapa teori motivasi.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa teori motivasi.
a.
Teori Kebutuhan
Teori
kebutuhan
fokus
pada
kebutuhan
orang
untuk
hidup
berkecukupan.Dalam praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan
bagian pengkaryaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut
teori kebutuhan, motivasi dimiliki seseorang pada saat belum mencapai
13
tingkat tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Kebutuhan yang
telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.
1) Teori Hierarki Kebutuhan menurut Maslow
Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow dengan kebutuhan
FAKHA (Fisiologis, Aman, Kasih Sayang, Harga Diri dan
Aktualisasi Diri), dimana memandang bahwa kebutuhan manusia
sebagai lima macam hierarki yang paling mendasar sampai yang
paling tinggi. Individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan
yang paling menonjol atau paling kuat bagi mereka pada waktu
tertentu.
2) Teori ERG
Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan tentang eksistensi (Existence,
kebutuhan mendasar dari Maslow) kebutuhan yang bisa dipuaskan
oleh faktor-faktor seprti makanan, minuman, upah dengan kebutuhan
eksistensi ini sama dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan dalam
hierarki kebutuhan maslow, kebutuhan keterkaitan (Relatedness,
kebutuhan hubungan antar pribadi) kebutuhan yang dipuaskan oleh
hubungan social dan hubungan antar pribadi. Kebutuhan ini sama
dengan kebutuhan tingkat ketiga dalam hierarki maslow yaitu rasa
memiliki, sosial dan cinta dan kebutuhan pertumbuhan (Growth,
kebutuhan akan kreativitas pribadi atau pengaruh produktif)
kebutuhan yang bias dipuaskan bila seorang memberikan kontribuasi
yang kreatif dan produktif. Kebuthan ini sama dengan kebutuhan
tingkat empat dan lima dalam hierarki maslow yaitu harga diri dan
aktualisasi diri. Teori ERG menyatakan bahwa jika kebutuhan yang
lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah
akan kembali walaupun sudah terpuaskan.
14
3) Teori Tiga Macam Kebutuhan
John W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan mendasar
dalam diri orang yang termotivasi, kebutuhan untuk mencapai
prestasi (need for achievement), kebutuhan kekuatan (need of power)
dan kebutuhan untuk dekat dengan orang lain (need for affiliation).
4) Teori Motivasi Dua Faktor
Teori ini dikenal dengan teori dua faktor dari motivasi, yaitu faktor
motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan.Yang dimaksud
faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang
sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang.
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygene atau pemeliharaan
adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber
dari luar diri yang turut menentukan prilaku seseorang dalam
kehidupannya
b.
Teori Keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam
motivasi pekaryaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari
penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal mereka
dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan diharapkan.
c.
Teori Harapan
Teori ini menyatakan cara memilih bertindak dari berbagai alternatif
tingkah laku berdasarkan harapannya (apakah ada keuntungan yang
diperoleh dari tiap tingkah laku).
d.
Teori Penguatan
Ahli psikologi Skinner (Nursalam: 2011), menjelaskan bagaimana
konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi tindakan
dimasa depan dalam proses belajar silkis. Dalam pandangan ini, tingkah
15
laku sekarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan
penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan menyangkut ingatan
orang mengenai pengalaman rangsangan atau respon konsekuensi.
Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan
respon pada rangsangan pada pola tingkah laku yang konsisten sepanjang
waktu.
3.
Fungsi Motivasi
Setiawati (2008), menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu:
a.
Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat.
Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat
sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam
kegiatannya.
b.
Motivasi sebagai penentu arah perbuatan
Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benarbenar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai.
c.
Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan
Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
d.
Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.
4.
Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2012), menurut penyebabnya motivasi terdiri atas:
a.
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu
tanpa adanya rangsangan dari luar tetapi dengan sendirinya terdorong
untuk berbuat sesuatu. Misalnya, seseorang mau menjalani hemodialisa
karena merasa penting bagi dirinya sendiri.
16
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
1) Ingin Hidup
Hemodialisa yang dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik
sebenarnya tidak menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita
oleh pasien. Namun, terapi hemodialisa ini dapat meningkatkan
harapan hidup bagi gagal ginjal kronik (Brunner & Suddarth, 2002).
2) Menghilangkan rasa sakit: tidak nyaman
Pada tahap awal penyakit ginjal, pasien sering tanpa keluhan.
Namun, saat telah mencapai tahap kronik, pasien akan mulai
merasakan keluhan-keluhan sakit, seperti badan lemah dan lain
sebagainya. Rasa sakit yang tibul pada gagal ginjal kronik
diakibatkan akumulasi toksik azotemia.
b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal karena adanya rangsangan
dari luar. Misalnya, seseorang mau menjalani hemodialisa karena adanya
dorongan dari oranglain baik dari keluarga, teman dan lain-lain.
Berdasarkan (Notoatmodjo, 2012), menyebutkan jenis motivasi atas dasar
pembentukannya terdiri atas:
a. Motivasi bawaan
Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup,
motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk terhindar dari
penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai konsekuensi logis
manusia.
b. Motivasi yang dipelajari
Motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya
keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
17
c. Motivasi kognitif
Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena
adanya
desakan
proses
piker
sehingga
motivasi
ini
sangat
individualistik.
d. Motivasi ekpresi diri
Motivasi individu dalam melakukan aktifitas/kegiatan bukan hanya
untuk memuaskan kebutuhan saja tetapi ada kaitannya dengan
bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan
kegiatan tersebut.
e. Motivasi aktualisasi diri
Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membuktikan bahwa
dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca.
5.
Komponen Utama Motivasi
Komponen utama dalam motivasi (Suarli & Bactiar, 2010 ) yaitu:
a.
Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa
yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow membagi kebutuhan menjadi
lima tingkatan yakni a) kebutuhan fisiologis, b) kebutuhan akan rasa aman,
c) kebutuhan sosial, d) kebutuhan akan penghargaan diri, dan e) kebutuhan
aktualisasi.
b.
Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan.
c.
Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh seorang individu dan akhir
dari satu siklus motivasi yang mengarah ke perilaku. Interaksi kekuatan
18
mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi
pelaku.
6.
Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Gagal Ginjal Kronik Dalam
Menjalani Hemodialisa
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pasien gagal ginjal kronik
melakukan hemodialisa menggunakan Model Perilaku Green (dikutip
Wahyuni, 2010).
a.
Umur
Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturasi yang berarti
bahwa semakin meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat juga
kedewasaan atau kematangannya baik secara teknis, psikologis dan
spiritual serta akan semakin mampu melakukan tugasnya. Usia yang
semakin meningkat akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, toleransi
dan
semakin
terbuka
terhadap
pandangan
orang
lain
termasuk
keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak
pada kesehatannya.
b.
Jarak dan Biaya
Faktor akses pelayanan kesehatan meliputi: fasilitas unit hemodialisis,
kemudahan mencapai pelayanan kesehatan (termasuk didalamnya biaya,
jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan dan keterampilan
petugas).
c.
Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan
Keberadaan tenaga-tenaga perawat yang terlatih dan profesional dan
kualitas interaksi perawat dengan pasien memiliki hubungan yang
bermakna dengan tingkat kepatuhan pasien hemodialisis.
19
d.
Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan faktor eksternal yang memiliki hubungan paling kuat
dengan pasien. Keberadaan keluarga mampu memberikan motivasi yang
bermakna pada pasien disaat pasien memiliki berbagai permasalahan
perubahan pola kehidupan yang demikian rumit menjenuhkan dengan
segala macam program kesehatan.
e.
Lama Hemodialisa
Periode sakit dapat mempengaruhi motivasi , beberapa penyakit yang
tergolong penyakit kronik, banyak mengalami masalah kepatuhan.
Pengaruh sakit yang lama, perubahan pola hidup yang kompleks serta
komplikasi-komplikasi yang sering muncul sebagai dampak sakit yang
lama mempengaruhi bukan hanya pada fisik pasien namun jauh lebih
emosional, psikologis dan sosial pasien.
f.
Peran Petugas Medis
Salah satu faktor yang paling penting yang mempengaruhi motivasi adalah
menjalin hubungan yang baik antara petugas kesehatan (hemodialisa)
dengan pasien.
g.
Pendidikan
Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan kualitas pribadi seseorang dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin besar kemampuannya untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
C. Gagal Ginjal Kronik
1.
Definisi
Gagal ginjal kronik adalah sindrom klinis yang umum pada stadium lanjut dari
semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh uremia. Gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi renal progresif dan irreversibel dimana
20
kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah. Gagal ginjal kronik perkembangannya progresif dan
lambat biasanya berlangsung beberapa tahun (Haryono, 2013).
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif
dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang
mengakibatkan uremia atau azotemia. Dialisis atau transplantasi ginjal kadangkadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien (Wijaya & Putri, 2013).
2.
Etiologi
Etiologi gagal ginjal kronik (Haryono, 2013) terdiri dari:
a.
Infeksi saluran kemih (pielonefitis Kronis)
b.
Penyakit peradangan (glomerulonefritis) primer dan sekunder yaitu
peradangan ginjal bilateral biasanya timbul pasca infeksi streptococcus.
c.
Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.
d.
Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sistemik).
e.
Penyakit congenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal) yang ditandai dengan kista multiple.
3.
f.
Penyakit metabolik (Diabetes Melitus, gout, hiperparatiroidisme)
g.
Nefropati toksik
h.
Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal, sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertropi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsopsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
21
saring. Metode adaftif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsopsi berakibat dieresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya, oleh karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak,
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal
bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini, fungsi renal
yang demikian, nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih
rendah (Haryono, 2013).
4.
Manifestasi Klinis
Pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
oleh karena itu pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, kondisi lain yang mendasari adalah usia pasien. Berikut merupakan
tanda dan gejala gagal ginjal kronis (Haryono, 2013):
a.
Sistem kardiovaskuler antara lain, hipertensi, pitting edema, edema
periorbital, pembesaran vena leher, friction subpericardial.
b.
Sistem pulmoner antara lain, nafas dangkal, krekel, kusmaul, sputum
kental dan liat.
c.
Sistem gastrointestinal antara lain, anoreksia, mual dan muntah,
perdarahan saluran GI, ulserasi, perdarahan mulut, dan nafas berbau
ammonia.
d.
Sistem muskuloskletal antara lain, kram otot, kehilangan kekuatan otot dan
fraktur tulang.
e.
Sistem integumen antara lain, warna kulit abu-abu mengkilat, pruritus,
kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis rapuh, rambut tipis dan kasar.
f.
Sistem reproduksi antara lain: amenore, atrofi testis.
22
5.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan dengan beberapa prosedur antara lain (Wijaya &
Putri, 2013) yaitu: 1. Pengaturan minum dengan pemberian cairan
Pengendalian Hipertensi yaitu dengan mengurangi intake garam, 2.
Pengendalian K+ dalam darah, 3. Penanggulangan anemia dengan transfuse
darah, 4. Penanggulangan asidosis, 5. Pengobatan dan pencegahan infeksi, 6.
Pengaturan protein dalam makan, 7. Pengobatan neuropati, 8. Dialisis dan 9.
Transplantasi
6.
Definisi Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kretinin,
asam urat dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah
darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi ,
osmosis dan ultrafiltrasi (Haryono, 2013).
Dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal
kronik atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani
pencangkokan ginjal (Haryono, 2013). Salah satu terapi yang diberikan pada
pasien dengan gagal ginjal kronik adalah hemodialisa. Tujuan terapi dialisa
adalah untuk mempertahankan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih
kembali.
Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang digunakan pada klien gagal ginjal
untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit dengan prinsip osmosis dan difusi dengan
menggunakan sistem dialisa eksternal dan internal yang terdiri dari dua
kompartemen yaitu kelompok darah dan kompartemen yang berisi cairan
dialisat bebas pirogen (Wijaya & Putri, 2013).
23
7.
Tujuan Tindakan Hemodialisa
Hemodialisa tidak mengatasi gangguan kardiovaskuler dan endokrin pada
penderita gagal ginjal kronik. Tindakan hemodialisis bertujuan untuk
membuang sisa produk metabolisme protein seperti : (urea, kreatinin, asam
urat), membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, mempertahankan atau mengembalikan sistim buffer
tubuh dan mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh. Tujuan
utama tindakan hemodialisis adalah mengembalikan keseimbangan cairan
intraseluler dan ekstraseluler yang terganggu akibat dari fungsi ginjal yang
rusak (Wijaya & Putri, 2013).
8.
Indikasi Hemodialisa
Indikasi hemodialisa (Wijaya & Putri, 2013) terbagi atas:
a.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien gagal ginjal kronik
dan gagal ginjal akut untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju
filtrasi glomerulus < 5 ml).
b.
Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi sebagai berikut: hiperkalemia (K+ darah > 6 meq/l),
asidosis, kegagalan terapi konservatif, kadar ureum/kreatinin tinggi dalam
darah (Ureum > 200 mg%, kreatinin serum > 6 meq/l), kelebihan cairan,
mual dan muntah hebat.
c.
Intoksikasi obat dan zat kimia
d.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
e.
Sindrom hepatorenal dengan kriteria sebagai berikut: K+ PH darah < 7,10
= asidosis, oliguria/an uria > 5 hari, GFR < 5 ml/I pada gagal ginjal kronik
dan ureum darah > 200 mg/dl.
D. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dalam Menjalani Menjalani Hemodialisa
Berdasarkan hasil penelitian Syamsiah (2011) dengan judul faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD ( Chronic Kidney Disease)
yang
24
menjalani hemodialisa di RSPAU Dr Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma
Jakarta tahun 2011 didapatkan hasil penelitian terdapat sebanyak 62 (79,5 %)
responden dengan motivasi tinggi yang patuh menjalani hemodialisa, dengan
motivasi rendah terdapat 50 (63,3 %)responden. Hasil uji chi square diperoleh p
value 0,039 (p value< 0,05) dengan odds ratio (OR) 2,248 yang berarti bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kepatuhan pasien CKD
yang menjalani hemodialisa dengan menggunakan uji chi square . Sedangkan dari
dukungan keluarga terdapat sebanyak 59 (67,8 %) responden yang mendapat
dukungan baik dari keluarga yang patuh menjalani hemodialisa, dukungan keluarga
yang kurang baik terdapat sebanyak 33 (44,1 % ) yang patuh menjalani
hemodialisa. Dengan hasil uji chi square diperoleh p value 0,014 (p value< 0,05)
dengan odds ratio (OR) 2,363 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien CKD yang menjalani
hemodialisa.
Berdasarkan hasil penelitian Chuluq, Retno dan Rudi (2012) dengan judul
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Abdoer Rahem
Situbondo didapatkan hasil penelitian sebanyak 13 (40 %) responden mendapatkan
dukungan keluarga dalam kategori baik, 10 (31 %) responden
mendapatkan
dukungan keluarga dalam kategori sedang dan 9 ( 29 %) responden mendapatkan
dukungan keluarga dalam kategori kurang. Dengan hasil uji statistik diperoleh p
value 0,000 dan nilai koefisien korelasi -0.768 yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal yang menjalani terapi hemodialisa.
Berdasarkan hasil penelitian Iriana F (2010) dengan judul hubungan motivasi
keluarga dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani program
terapi di unit hemodialisa Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Jakarta didapatkan
60 responden dengan motivasi keluarga baik dapat dilihat
bahwa 10 (16,7%) memiliki tidak patuh terhadap program terapi dan 50 (83%)
25
responden yang patuh terhadap program terapi sedangkan dari 49 responden dengan
motivasi keluarga buruk dapat dilihat 37 (75,5%) yang tidak patuh terhadap
program terapi dan 12 (24%) yang patuh terhadap program terapi. Hasil uji statistik
chi square didapatkan p value = 0,000 dengan odds ratio 15, 417 yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi keluarga dengan kepatuhan
pasien GGK dalam menjalani program terapi di unit hemodialisa RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta.
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Dukungan keluarga
-
Dukungan emosional
Dukungan instrumental
Dukungan informasional
Dukungan penghargaan
Motivasi pasien gagal
ginjal
kronik
dalam
menjalani hemodialisa
Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesa
1.
Adanya hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pasien gagal ginjal
kronik dalam menjalani hemodialisa.
2.
Adanya hubungan dukungan emosional dengan motivasi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
3.
Adanya hubungan dukungan instrumental dengan motivasi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
4.
Adanya hubungan dukungan informasional dengan motivasi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
5.
Adanya hubungan dukungan penghargaan dengan motivasi pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.
Download