BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kadar Gula Darah Pasien Diabetas Militus Tipe II 1. Pengertian Pemeriksaan terhadap kadar gula darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (GDP/gula darah puasa/nuchter) atau 2 jam setelah makan (sutejo 2009). Dengan melakukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri penderita Diabetes Millitus kini dapat mengatur terapi untuk mengendalikan kadar gula darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia dan hiperglikemia (Suddarth 2002). Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu dengan kadar gula dalam darah puasa dan 2 jam setelah makan dengan dengan cara tersebut dapat mengendalikan kadar gula darah secaraoptimal. 2. Tujuan Pemeriksaan Gula Darah Tujuan dari pemeriksaan gula darah pada pasien Diabetes Millitus adalah: a. Untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai b. Untuk melihat toleransi tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa dari waktu ke waktu. http://repository.unimus.ac.id 3. Jenis pemeriksaan Gula Darah Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan Gula Darah No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan 1. KGD Puasa (Nuchter) 70-110 mg/dl Orang dewasa (OD) 60-100 mg/dl Whole blood OD 60-100 mg/dl Anak 30-80 mg/dl Bayi baru lahir < 140 mg/dl/ 2jam Orang dewasa makan (Post Prandial < 120 mg/dl/ 2jam Whole blood OD Hb AIC 4-6% total SDM <8 % Orang dewasa kadar anjuran 2. 3. KGD 2 jam setelah untuk penurunan resiko komplikasi. Setiap penurunan 1% - Menurunkan resiko gangguan mikrovaskuler 35 % - Menurunkan resiko komplikasi lain dan kematian 21 % 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan diabetes mellitus. Menurut susianti (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah adalah sebagai berikut: a. Banyak mengkonsumsi makanan bergula Disekitar kita banyak sekali minuman atau makanan yang mengandung gula, bahkan kita tidak mengetahui berapa jumlah takaran yang dipakai untuk membuat makanan atau minuman tersebut. Berbeda dengan makanan atau minuman yang kita buat dengan tangan sendiri yang sudah kita ketahui takarannya. Maka dari itu kurangi atau batasi pemakaian gula dan konsumsilah air putih yang cukup minimal 8 gelas perhari. http://repository.unimus.ac.id b. Kurang aktifitas fisik atau olahraga Pada jaman sekarang ini orang sudah banyak yang punya kendaraan pribadi, sehingga kemana mana akan naik kendaraan. Gaya hidup seperti ini memang tidak salah karena sudah jamannya. Akan tetapi, alangkah lebih baik jika meluangkan sedikit waktu untuk menggerakan tubuh kita karena dapat merubah glukosa menjadi energi. c. Stress Seseorang yang stress juga bisa memicu diabetes. Hal tersebut dikarenakan kinerja adrenalin sebagai pengatur gula darah tidak stabil, sehingga mengakibatkan hormoninsulin kesusahan untuk menstabilkan gula darah. Untuk menghindari stress bisa dilakukan dengan berbagi masalah kepada sahabat atau orang lain. d. Kurang tidur Seseorang yang sulit tidur akan mudah sekali terserang penyakit karena imun tubuh menurun. Bukan hanya itu, orang yang kurang tidur juga bisa menyebakantubuh susahuntuk memproses glukosa sehingga resiko diabetes akan meningkat. Orang yang kurang tidur juga merangsang suatu hormon yang ada dalam darah yang menjadikan nafsu makan meningkat. Karena merasaa lapar, sehingga orang yang mengalami gangguan tidur akan memakan makanan yang memiliki kadar kalori tinggi yang mengakibatkan gua darah naik. Maka dari itu diperlukan istirahat yang cukup minimal 6jam atau paling baik 8 jam perhari. http://repository.unimus.ac.id 5. Sebab-sebab Kadar Gula dalam Darah Abnormal. Rujukan glukosa darah puasa: 60-110 mg %. Tabel 2.2 Sebab-sebab Kadar Gula Darah Abnormal No 1. Peningkatan/penurunan kadar Kemungkinan penyebab gula darah Hiperglikemi menetap - Diabetes militus - Sindrom Cushing (hiperaktif cortex adrenal) - Hiperfungsi kelenjar tiroid - Akromegali - Obesitas 2. 3. Hiperglikemi sejenak/sementara Hipoglikemi menetap - Feokromositoma - Penyakithati berat - Stres fisik emosi akut - Renjatan - Kejang - Insulinoma - Penyakit Adisson (insufisiensi cortex adrenal) 4. Hipoglikemi sejenak/sementara - Hipofunsi hipofisis - Galaktosemia - Produksi insulin ektopik oleh tumor - Alkoholis - Obat-obat salisilat - Obat tuberkulostatik - Penyakit hati berat - Intoleransi frukktosaheriditer. Kadar gula darah sangat diperlukan dalam pemantuan diabetes millitus tipe II dengan PROLANIS. http://repository.unimus.ac.id B. Diabetes Militus 1. Pengertian Diabetes mellitus merupakan sekelompok heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia(Andra S, 2013).Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Purnamasari, 2009). Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak minum(polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah. 2. Klasifikasi Diabetes mellitus Menurut Brunner & Sunddarth dalam Corwin (2009), dijelaskan bahwa klasifikasi Diabetes Mellitus adalah sebagai berikut: a. Diabetes militus tipe I atau Diabetes Mellitus tergantung insulin (ID diabetes militus). Diabetes tipe ini disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang bertugas menghasilkan insulin. Tipe ini menjurus ke defisiensi insulin absolut. Proses destruksi ini dapat terjadi karena proses imunologik maupun idiopatik. b. Diabetes militus tipe II atau Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NID Diabetes militus). Tipe ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. http://repository.unimus.ac.id c. Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain atau diabetes sekunder. d. Diabetes Mellitus gestasional atau Diabetes Mellitus kehamilan. e. Penelitian dikhususkan pada respon diabetes millitus tipe II. PROLANIS membuat kebijakan Khusus pada pasien diabetes militus tipe II. 3. Etiologi a. Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDiabetes Mellitus) Diabetes type ini ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya terjadi pada usia 30 tahun. 1) Faktor Genetika Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes type I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Menurut Sylvia A. Price, dijelaskan bahwa bukti untuk determinan genetik diabetes tipe I adalah adanya kaitan dengan tipetipe histokompatibilitas (Human Leukocyte Antigen) spesifik. Tipe gen ini berkaitan dengan Diabetes Mellitus tipe I yaknimemberi kode kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limposit. Protein-protein ini mengatur respon sel T yang merupakan bagian normal dari respon imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limposit T yang terganggu akan berperan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau langerhans. Selain itu juga terdapat bukti adanya peningkatan antibodi terhadap sel-sel pulau langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenik tertentu dari sel beta. http://repository.unimus.ac.id 2) Faktor Imunologi Pada Diabetes type I terdapat bukti adanya suatu proses autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya saolah-olah sebagai jaringan asing. autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen (interna) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes type 3) Faktor Lingkungan Infeksi virus misalnya Coxsackie B4, gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus dan toksin tertentu misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging yang diawetkan dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta pankreas. b. Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDiabetes Mellitus) Virus dan HLA tidak nampak berperan dalam proses terjadinya NIDDiabetes Mellitus. Akan tetapi faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Selain itu terdapat pula faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus type II yaitu usia, obesitas, riwayat keluarga, dan kelompok etnik tertentu. 1) Usia Resistensi insulin cenderung terjadi pada usia diatas 65 tahun. Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan fungsi pankreas menjadi menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut terganggu. 2) Obesitas Riset melaporkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor determinan yang menyebabkan terjadinya NIDDIABETES MILITUS, sekitar 80% klien niddiabetes melitus adalah individu dengan masalah kegemukan atau obesitas (20% diatas BB ideal) karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin sehingga akan timbul kegagalan toleransi glukosa. http://repository.unimus.ac.id Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme tubuh. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami kelainan dalam pengikatan dengan insulin. Kondisi seperti ini apabia berlangsung dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan terjadinya resistensi insulin. 3) Riwayat Keluarga Klien dengan riwayat keluarga menderita diabetes melitus akan berisiko lebih besar. Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Memperbaiki pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang mengerikan ini 4) Kelompok Etnik Misalnya penduduk di Amerika Serikat, dimana golongan Hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Afrika. 4. Patofisiologi NonInsulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Jika terjadi resistensi insulin pada diabetes tipe ini dan disertai dengan penurunan reaksi intra sel, maka insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, maka sekresi insulin harus meningkat. Pada penderita http://repository.unimus.ac.id toleransi glukosa terganggu, keadaan resistensi ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan agar kadar glukosa dapat dipertahankan pada tingkat yang normal. Akan tetapi jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes. 5. Manifestasi Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) Pasien NIDDM mempunyai manifestasi klinik secara perlahan- lahan dan sering tidak disadari bahwa penyakit telah terjadi. Hiperglikemia biasanya tidak seberat IDDM, tetapi gejala-gejala sama, terutama polyuria dan polydipsia. Polyphagia sering tidak tampak, dan kehilangan berat badan tidak selalu ada. Akibat hiperglikemia maka akan muncul kekaburan penglihatan, fatigue dan infeksi kulit. C. PROLANIS 1. Pengertian Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SISN) dan Undang-Undang nomor 24 tahun 2001 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan bahwa operasional BPJS kesehatan dimulai sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS kesehatan sebagai badan pelaksana merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat indonesia.PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang mengalami penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup normal yang ptimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. 2. Tujuan Tujuan diberlakukannya program jaminan kesehatan nasional ini untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak diberikan http://repository.unimus.ac.id kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah. Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil ‘baik’ pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sesuai dengan panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. 3. Sasaran Sasarannya adalah seluruh peserta BPJS kesehatan penyandang penyakit kronis (diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi). 4. Bentuk pelaksanaan Aktifitas PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, home visit, pemberitahuan, aktifitas klub, dan pemantauan status kesehatan. 5. Langkah pelaksanaan Persiapan pelaksanaan PROLANIS a. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan: 1) Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan 2) Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS). b. Menentukan target sasaran c. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas berdasarkan distribusi target sasaran peserta d. Menyelenggarakan sosialisasi PROLANIS kepada Faskes Pengelola e. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium) f. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta PROLANIS. g. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain). h. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS. http://repository.unimus.ac.id i. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta PROLANIS. j. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar PROLANIS. k. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar l. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS m. Melakukan distribusi data peserta PROLANIS sesuai Faskes Pengelola n. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan. o. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care). p. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola: 1) Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola 2) Menganalisa data q. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS. r. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat. 6. Aktifitas PROLANIS Terdapat beberapa kegiatan aktifitas prolanis yaitu: a. Konsultasi Medis Peserta PROLANIS : jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola. b. Edukasi Kelompok Peserta PROLANIS Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub PROLANIS) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS. http://repository.unimus.ac.id Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi. Langkah – langkah : 1) Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang. 2) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya. 3) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub. 4) Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal dari peserta. Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok PROLANIS (membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub). 5) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub minimal 3 bulan pertama. 6) Melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing Faskes Pengelola: a) Menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola. b) Menganalisis data 7) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS 8) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat dengan tembusan kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya. c. Komunikasi melalui SMS Gateway (Pengingat Jadwal Kunjungan) Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Sasaran tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing Faskes Pengelola Langkah – langkahnya adalah Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta PROLANIS atau http://repository.unimus.ac.id Keluarga peserta per masing-masing Faskes Pengelola, Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway, Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola, Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola, Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat reminder), Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder dengan jumlah kunjungan, Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional atau Kantor Pusat. d. Home Visit (Kunjungan Rumah) Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta PROLANIS untuk pemberian informasi atau edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga. Sasaran Peserta PROLANIS dengan kriteria Peserta baru terdaftar, Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan, Klinik atau Puskesmas 3 bulan berturut turut, Peserta dengan Gula Darah Puasa/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM), Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT), Peserta pasca opname. Langkahnya dengan cara Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home Visit, Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan, Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit, Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta yang dikunjungi, Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes Pengelola, Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat Home Visit), Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta, Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat. Di puskesmas tidak menyelenggarakan home visit dikarenakan keterbatasan sumber daya manuasia. http://repository.unimus.ac.id e. Aktifitas Kelompok Aktifitas kelompok yang dilakukan dalam prolanis adalah dengan melakukan senam yang dilakukan secara bersama-sama peserta prolanis yang hadir pada jadwal pertemuan. 7. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian a. Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam PROLANIS oleh calon peserta PROLANIS. Peserta PROLANIS harus sudah mendapat penjelasan tentang program dan telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung. b. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta. Peserta PROLANIS adalah peserta BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingkat Lanjutan. c. Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus dilakukan proses entri data dan pemberian flag peserta didalam aplikasi Kepesertaan. Demikian pula dengan Peserta yang keluar dari program. d. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer (PCare). D. PROLANIS Terhadap Gula Darah Pemeriksaan terhadap kadar gula darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (GDP/gula darah puasa/nuchter) atau 2 jam setelah makan (ay sutejo 2009). Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan carapemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang di anjurkan. Secara berkala, hasil pemantaun dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional. http://repository.unimus.ac.id Ilyas (2013) menjelaskan latihan jasmani menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah, jala-jala kapiler lebih banyak terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes. Penatalaksanaan DM yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit DM. Menurut PERKENI (2011), perubahan perilaku dengan pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak dalam darah. Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular. Latihan juga dapat mengubah kadar lemak darah dengan meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (Smeltzer & Bare, 2013). Olahraga yang dilakukan secara rutin dan benar akandapat menurunkan kolesterol total, dan kadar glukosa darah (Tandra, 2007). Latihan jasmani pada DM tipe 2 berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Pada tipe ini produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menyandang penyakit ini. Masalah utama adalah kurangnya respons reseptor insulin terhadap insulin. Otot yang terkontraksi atau aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel karena pada otot yang aktif sensitivitas reseptor insulin meningkat. Oleh karena itu latihan jasmani 5 pada DM tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin eksogen, dan keuntungan ini tidak bertahan lama oleh karena itu dibutuhkan latihan jasmani kontinu dan teratur selain bermanfaat dalam mengontrol kadar glukosa darah, latihan jasmani pada DM tipe 2 diharapkan dapat menurunkan BB dan ini merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai, bahkan sebagian ahli menganggap bahwa manfaat latihan jasmani bagi DM tipe 2 lebih jelas bila disertai dengan penurunan BB atau berkurangnya lemak tubuh http://repository.unimus.ac.id Di Indonesia sudah ada suatu progam yang ditujukan untuk pengelolaan penyakit kronis yang disebut PROLANIS. Di PROLANIS ini akan disediakan dokter keluarga yang bertugas sebagai gate keeper yang tidak hanya memilih pasien untuk dirujuk ke spesialis terkait, tetapi juga dapat memberikan pelayanan komprehensif dan terfokus dalam upaya promotif dan preventif. Melalui PROLANIS yang diusung BPJS ini, diharapkan kualitas hidup para penyandang diabetes mellitus akan lebih baik (Hidayat, 2010).Manfaat PROLANIS DM tipe II adalah: 1. Mendekatkan pelayanan karena tidak harus berobat ke rumah sakit 2. Memperoleh pelayanan obat kronis secara cepat dan mudah d apotik untuk pemakaian selama 1 bulan 3. Memperoleh jadwal konsultasi pemeriksaan laboratorium, pengambilan obat, dan pertemuan bulanan paguyuban 4. Memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan pola hidup sehat secara teratur dan terstruktur 5. Mendapat pemantauan status kesehatan secara intensif (Perkini, 2014). http://repository.unimus.ac.id E. Kerangka Teori Kebijakan Pemerintah Hipertensi Indeks Masa Tubuh BPJS Tekanan Darah PROLANIS Diabetes Militus Tipe II Hemoglobin Kadar Gula darah Puasa dan kadar gula darah Sewaktu Kadar Gula darah pengukuran pertama (Pre Test) Kadar Gula darah pengukuran pertama (PostTest) Gambar 2.1 : Kerangka Teori : Sumber: PERKENI (2011) http://repository.unimus.ac.id F. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori maka dapat digambarkan kerangka konsepnya adalah sebagai berikut Variabel Independent Variabel dependent Kadar gula darah post test PROLANIS Tabel 2.4. Kerangka konsep G. Variabel Penelitian Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota–anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo 2010, h.103). Variabel dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel terikat (dependent) Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2009). Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah Kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus. 2. Variabel independent Variabel independent merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antar variabel, tetapi tidak dapat diamati atau diukur (Sugiyono 2009).Pada penelitian interveningnya adalah edukasi PROLANIS. http://repository.unimus.ac.id ini variabel H. Hipotesis Penelitian Ada pengaruh (PROLANIS) terhadap kadar gula darah pasien Diabestes Millitus Tipe II. http://repository.unimus.ac.id