JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA ISSN

advertisement
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
1
ISSN : 1410-5829
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
2
ISSN : 1410-5829
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
3
ISSN : 1410-5829
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
4
ISSN : 1410-5829
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan
tekno-logi informasi dan industri yang
begitu pesat, maka diikuti pula dengan
peningkatan jumlah konsumsi energi listrik, baik dalam industri maupun pemukiman. Sehingga keberadaan energi listrik
sudah merupakan sesuatu kebutuhan
primer dalam kehidupan manusia modern. Energi Listrik, bagi industri besar
sam-pai ke rumah tangga ketersediaan
energi listrik sangat dibutuhkan, Oleh
karena itu dunia industri maupun instansi-instansi lainnya energi listrik sangat
menentukan kelangsungan proses produksinya atau kegiatan-kegiatan yang
dapat langsung digunakan, baik sebagai
konsumsi tenaga maupun sebagai penerangan listrik.
ISSN : 1410-5829
listrik arus bolak-balik (AC), sedangkan
dalam kenya-taanya hanya energi listrik
searah (DC) yang dapat disimpan dalam
jangka waktu tertentu. Pada prinsipnya
sumber listrik bolak-balik dapat diubah
menjadi sumber listrik searah (DC) dan
sumber listrik searah (DC) dapat juga
diubah menjadi sumber listrik bolak-balik
(AC). Dari prinsip diatas memungkinkan
bahwa sumber listrik searah (DC) dapat
diubah menjadi sumber listrik bolak-balik
(AC) dengan sebuah rangkaian converter
ataupun inverter. Dalam hal ini sebagai
sumber cadangan, kami menggunakan
akumulator yang kemudian dengan
rangkaian Inverter energi listrik searah
diubah ke listrik bolak-balik. Dari sumber
AC tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
catu daya cadangan yang dapat bekerja
secara otomatis, walaupun masih pada
pembebanan yang terbatas.
Dari rangkaian Inverter tersebut
di-harapkan dapat menjadi salah satu
solusi dalam usaha menanggulangi masalah tidak adanya ketersediaan energi
listrik. Sehingga alat ini hanya berfungsi
pada saat adanya gangguan pada instalasi listrik rumah atau terhentinya suplai
energi dari PLN.
Di Indonesia energi listrik pada
umumnya disuplai dari PLN sebagai
penyuplai tunggal, sehingga hampir semua masyarakat mengandalkan suplai
listrik dari PLN. Tidak bisa dipungkiri
bahwa ketersediaan energi listrik dari
PLN dapat dijamin 100%, banyak kendala yang menyebabkan terhentinya suplai
energi listrik ke konsumen. Baik pada
sistem pembangkitannya maupun pada
sistem jaringan distribusi, sehingga apabila suplai energi listrik dari PLN terhenti,
tentunya akan menyebabkan berbagai
masalah yang nantinya akan sedikit
menghambat kegiatan-kegiatan masyarakat, yang pada kenyataan sehari-harinya tidak bisa lepas dari energi listrik.
Tinjauan Pustaka
Suplai listrik untuk instalasi penerangan darurat dapat digunakan baterai akumulator. Kekuatan baterai sebagai
mensupali listrik, harus cukup besar
untuk menjalankan instalasi darurat selama sekurang-kurangnya dua jam. Setelah dipakai selama 1½ jam, tegangan
tersimpan harus sekurang-kurangnya
masih 87,5% dari tegangan normalnya
(PUIL 1977, ayat 853 A4a).
Penguat operasi (operational
amplifier/op-amp), rangkaian penguat
sifat-sifat rangkaian ditentukan oleh unsur-unsur umpan-balik di luar rangkaian
penguat. Karena itu kini penguat yang
karakteristiknya ditentukan hanya oleh
unsur-unsur umpan balik disebut penguat
operasi (op-amp). Op-amp dapat diterapkan sebagai penguat, pembelah fasa,
tapis aktif, tapis selektif, penyearah setengah gelombang, penyearah gelombang penuh, osilator sinus maupun osilator blok (Wasito, 1978).Transistor banyak
digunakan antara lain untuk: penguat
Berangkat dari sebuah pemikiran
sederhana, kami sebagai peneliti masalah ketersediyaan energi listrik cadangan
dari teknik elektro, mencoba untuk merancang sebuah alat yang diharapkan
dapat berguna bagi masyarakat umum,
khususnya sebatas untuk beban listrik
dalam rumah tangga. Dengan memanfaatkan beberapa komponen yang sudah tersedia di pasaran, sehingga kami
mencoba merancang sebuah alat,
“Penyedia Catu Daya Cadangan Untuk
Beban Listrik Rumah Tangga Secara
Automatis”.
Rumusan Masalah
Pemakaian sehari-hari energi
listrik dimanfaatkan dalam bentuk energi
61
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
arus, membangkitkan getaran, mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah
yang stabil, dan mencampurkan sinyal
listrik. Dalam contoh penggunaannya
transistor digunakan sebagai penguat
arus. Pada arus input yang kecil dengan
penguatan arus output yang besar (Sunarto, 1989).
ISSN : 1410-5829
ya pembuatan peralatan penyedia power
listrik cadangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lebih lanjut aplikasi dari rangkaian Inverter sebagai
alat pengubah tegangan DC ke AC
yang berfungsi sebagai catu daya
cadangan.
2. Untuk mengembangkan penalaran
melalui media nyata yang didukung
oleh perlengkapan peralatan yang
ada, sehingga dapat melatih diri
dalam bidang teknik, teknologi dan
aplikasinya yang nantinya dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu dan
kemampuan berinovasi.
3. Bagi Institusi(ISTA): Sebagai media
penambah wawasan bagi para pembaca. Sebagai media pembanding
apabila ditemukan hal-hal baru yang
memungkinkan untuk dikembangkan
guna kesempurnaan hasil penelitian.
4. Bagi Masyarakat: Membantu masyarakat dalam usaha mengatasi tidak
adanya energi listrik akibat gangguan
suplai listrik dari PLN yang terhenti.
Sebagai alternatif pilihan bagi masyarakat untuk dapat mempunyai
power supply cadangan yang harganya relatif lebih murah..
Teknologi MOS (Metal Oxid Semiconductor) telah memberikan solusi
terhadap masalah yang terdapat pada
pengembangan untai terpadu (Integrated
Circuit). Masalah yang dimaksud adalah
disipasi panas yang dengan untai MOS
menjadi sangat berkurang. Disamping itu
untai MOSFET lebih kecil diban-ding
dengan untai BJT (Thomas S.W, 2002).
UPS (Uninterruptible Power Supply)
diguna-kan untuk mengantisipasi listrik
padam. Walaupun tidak sehandal UPS
yang asli, rangkaian ini sedikit bermakna
karena gampang dan mudah merakitnya.
Dengan biaya yang relatif lebih murah
dari pada membeli UPS yang asli. Dengan memanfaatkan IC CD 4047 yang beroperasi sebagai multivibrator pada frekuen-si 50 Hz (Ferry, 2003).
Menurut (Taufik,1999), dari berbagai ragam barang atau peralatan
elektronik yang kita jumpai saat ini, kita
dapati bahwa hampir semua bagianbagiannya disuplay oleh sumber tenaga
satu arah (DC). Penyediaan sum-ber
tenaga DC tersebut dapat dalam bentuk
baterai ataupun sumber daya (power
supply) DC yang mana keluaran DC nya
tidak hanya harus tersaring (filter) dengan bersih tetapi juga teregulasi dengan
baik. Dalam sistem pengubahan daya,
terdapat empat jenis proses yang telah
dikenal yaitu sistim pengubahan daya AC
ke DC, DC ke DC, DC ke AC, dan AC ke
AC. Masing masing sistem pengubahan
memiliki keunikan aplikasi tersendiri,
namun ada dua yang implementasinya
ke-mudian berkembang pesat dan luas
yaitu sistem pengubahan AC ke DC (DC
power supply) dan DC ke AC (DC-AC
Inverter).
Landasan Teori
Instalasi Penerangan Darurat,
aliran listrik pada jaringan secara umum
dapat putus karena adanya suatu gangguan. Untuk mencegah situasi-situasi
yang membahayakan akibat gangguan
dari gangguan yang dimaksud, dapat
digunakan suplai listrik darurat. Suplai
listrik darurat harus mampu menganti
suplai dari jaringan listrik selama waktu
tertentu.
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memindahkan hubungan ke
sumber listrik darurat dan sebaliknya,
dapat dibedakan dalam 3 sistem yaitu :
a. Tanpa pemutus aliran listrik, sebagai
sumber listrik darurat digunakan
baterai akumulator.
b. Dengan pemutus singkat, lama
gangguan alirannya ditentukan oleh
waktu
yang
diperlukan
untuk
memindahkan hubungan listriknya.
Sebagai sumber listrik darurat juga
digunakan baterai akumulator.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat, dari
hasil pelaksanaan penelitian dalam upa-
62
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
c.
Agregat darurat dengan motor bensin, motor gas atau diesel. Motormotor ini digunakan secara otomatis
dengan menggunakan baterai start.
ISSN : 1410-5829
Accu tergolong elemen sekunder, yang berarti dapat menyimpan
muatan listrik didalamnya, dan apabila
habis dapat diberi muatan lagi sampai
berulang-ulang, yaitu dengan jalan memberi tambahan catu daya dari luar.
Sedangkan elemen Volta dan
elemen kering tergolong elemen primer,
yang berarti elemen itu menghasilkan
muatan listrik, tetapi kalau habis tidak
dapat diberi muatan lagi.
Untuk suplai darurat biasanya
diguna-kan tegangan kerja 6, 12, 24, 60,
110 atau 220 volt. Suplai darurat sistem
digunakan pada penerangan bangunanbangunan yang terbuka untuk umum
misalnya rumah sakit, rumah, hotel, restoran, gedung bioskop, sekolah dan gedung olah raga. Bangunan-bagunan tersebut seharusnya dilengkapi dengan
instalasi penerangan darurat. Penerangan darurat ini diperlukan untuk orientasi
dan penandaan.
Tahap pengerjaan, dari alat
inverter sebagai catu daya secara otomatis dimulai dari tahap perancangan,
perakitan dan pemasangan komponen.
Dari tahap perancangan menghasilkan
sebuah rangkaian inverter sebagai
rangkaian pengubah tegangan DC ke AC
yang dipadukan dengan rangkaian Automatic Batery Charger sebagai sistem isi
ulang dari akumulator.
1. Pembuatan gambar pada PCB (Printed Circuit Board). PCB merupakan
salah satu komponen bagian yang
berfungsi sebagai media penyambungan antara komponen-komponen
elektronik yang satu dengan yang
lain. Cara penggambaran pada PCB
adalah sebagai berikut: Penggambaran pada PCB dimulai dari pembersihan lapisan tembaga dari lemak
yang mungkin menempel pada PCB
dengan pembersih logam. Setelah itu
PCB dikeringkan sampai benarbenar kering. Kemudian meng-gambar pola rangkaian alat pada PCB
dengan menggunakan spidol permanen yang tidak larut dalam air. Diusahakan agar lapisan tembaga pada
PCB tidak tersentuh oleh tangan atau
terkena kotoran, setelah terbentuk
gambar pola rangkaian, ditunggu
hingga kering.
Untuk suplai instalasi penerangan darurat dapat digunakan baterai akumulator. Baterai ini harus cukup besar
untuk menjalankan instalasi darurat itu
selama sekurang-kurangnya dua jam.
Setelah dipakai selam 1½ jam, tegangannya harus sekurang-kurangnya masih
87,5% dari tegangan normalnya (PUIL
1977, ayat 853 A4a).
Akumulator pada umumnya sering disebut accu. Sebuah akumulator
terdiri dari :
a. Sebuah bejana atau bak kecil yang
terbuat dari karet keras atau plastik.
b. Larutan asam sulfat (H2SO4) cair
atau encer.
c. Dua kerangka yang berlubang-lubang peroksida (PbO2) yang berwarna coklat, sebagai kutub positif dan
kutub negatif. Kutub positif berlapis
timbal (Pb) dalam bentuk buih berpori dan warnanya abu-abu.
Beda potensial pada tiap kutubkutubnya sekitar 2 volt. Pada umumnya
accu, untuk keperluan sehari-hari mempunyai beda potensial 6 volt, 8 volt, 10
volt, 12 volt maupun 24 volt. Sehingga
dapat dikatakan sebenarnya beda potensial terdiri dari beberapa buah selaccu tersusun secara seri dari masingmasing sel yang mempunyai beda potensial 2 volt. Misalnya accu dengan potensial 12 volt, sebenarnya terdiri dari 6
buah sel aki yang disusun secara seri
dan masing-masing beda potensial 2
volt.
2. Pelarutan dengan Ferid Chloride
(FeCl3). Proses pelarutan PCB ini
bertujuan melarutkan lapisan tembaga pada PCB yang tidak tertutup oleh
spidol sesuai dengan pola rangkaian.
Sebagai bahan pelarutnya digunakan
senyawa Ferid Chloride dengan
proses sebagai berikut :
a. Menyiapkan tempat pelarutan
PCB.
63
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
b. Memasukkan serbut FeCl3 dengan perbandingan yang cukup
antara serbuk FeCl3 dengan air
bersih dalam kondisi hangat
sampai warna larutan berubah
menjadi coklat kehitam-hitaman,
karena temperatur air berpengaruh dalam kecepatan melarutkan tembaga pada PCB.
c. Kemudian memasukkan PCB
yang telah digambar pola didalam larutan tersebut sambil digoyang-goyang agar larutan tersebut dapat cepat melarutkan tembaga pada PCB yang tidak
tertutup spidol.
d. Angkat PCB dari larutan tersebut
lalu dicuci dengan air bersih dan
dikeringkan.
tempat yang akan kita lubangi
b. Melakukan pengeboran pada
tempat-tempat tersebut dengan
bor yang mempunyai putaran
yang konstan.
c. Membersihkan PCB yang telah
dibor dengan menggunakan tinner.
4. Pemasangan komponen
Pada waktu melakukan pemasangan komponen, yang perlu diperhatikan adalah saat pemasangan
kaki-kaki yang terdapat pada komponen elektronik tersebut jangan
sampai terbalik atau salah yang
nantinya akan mengakibatkan rangkaian tidak akan bekerja. Pada saat
penyolderan
diusahakan
agar
hasilnya serapi mungkin agar kakikaki komponen tidak terhubung
satusama lain.
3. Pengeboran pada PCB
a. Membuat tanda pada tiap-tiap
AC MAINS
CHARGER
ISSN : 1410-5829
RECEFIER (DC)
INVERTER
OUT PUT 220 V AC
BATTERY 12V DC
Gambar 1 Rangkaian blok diagram inverter sebagai catu daya cadangan
Rangkaian Catu Daya
Alat ini merupakan pengabungan
dari dua buah rangkaian yaitu: rangkaian
pengisi batery otomatis (Automatic Baterry Charger) dan rangkaian inverter sebagai rangkaian pengubah tegangan DC
12V dari akumulator menjadi tegangan
220V AC. Pada rangkaian pengisi batery
otomatis, batery akan diisi oleh catu daya
dari PLN 220V AC yang sudah diturunkan tegangannya menjadi 12V DC. Saat
tegangan pada akumulator melemah
(kurang dari 12V), maka secara otomatis
rangkaian pengisi akan terhubung ke
terminal akumulator. Bila tegangan batery sudah penuh (mencapai ±12V), maka
secara otomatis rangkaian pengisi akan
memutuskan hubungan catu daya ke terminal batery. Sedangkan pada rangkaian
pengubah tegangan DC 12V ke tegangan AC 220V, saat suplai listrik dari PLN
tersedia maka seluruh pembebebanan
berasal dari tegangan PLN 220V. Bila
terjadi gangguan pada instalasi listrik
rumah yang menyebabkan terhentinya
suplai listrik dari PLN, maka rangkaian
inverter dengan sumber dari akumulator
akan menjadi catu daya cadangan
walaupun masih dalam pembebebanan
yang terbatas.
PEMBAHASAN
Hasil pengukuran diperlihatkan
pada tabel , 2 dan 3 yaitu besaran bebannya terpasang adalah sebesar 60
watt dan 70 watt untuk beban lampu pijar
( beban Resistif), beban Induktif lampu
TL dan beban motor listrik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin
besar beban yang terpasang, maka tegangan kerja semakin menurun. Arus
yang terukur semakin membesar sebab
beban yang terpasang, sedangkan drop
tegangan input semakin membesar. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1, 2
dan 3.
64
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
ISSN : 1410-5829
.
Tabel 1 Hasil pengujian pada pembebanan lampu pijar 60, 75 watt
1
2
3
4
5
Teg.
Input
DC
( volt )
12
12
11.8
11.8
11,9
Arus
Output
DC
(ampere)
4,5
4,5
4,7
4,6
4,5
Tegangan
Output
Alat AC
(volt )
210
208
210
199
200
1
2
3
4
5
11,9
11,8
11,7
11.6
11.8
5,0
4,8
4,9
4,6
4.7
190
191
190
183
189
No
Arus
Beban
(amper)
Beban
Terpasang
(Watt )
0.30
0.30
0.29
0.28
0.29
60
60
60
60
60
Beban
Lampu
Terukur
(Watt )
65.40
65.70
63.22
59.59
60.51
0.36
0.37
0.38
0.39
0.39
75
75
75
75
75
76.12
76.46
75.66
75.25
75.25
Analisis
Beban
(Watt )
63,0
62.4
60,9
55,7
58,0
68,4
70,7
72,2
71,4
73,7
Tabel 2 pembebanan lampu TL 10 dan 20 watt (pembebanan induktif).
No
Teg.
Input
DC
( volt )
Arus
Output
DC
(ampere)
Tegangan
Output
Alat AC
(volt )
Arus
Beban
(ampere)
Beban
Terpasang
(Watt )
Beban
Terukur
(Watt )
Analisis
Beban
(Watt )
1
2
3
4
5
12
12
11.8
11.9
11.9
3,4
3,5
4,1
3,8
3,6
210
210
208
209
209
0.13
0.11
0.10
0.12
0.11
10
10
10
10
10
30,3
28,6
25,5
29,4
27,2
27,3
23,1
20,8
25,1
23,0
1
2
3
4
5
11.9
12
12
11.9
12
5
5
4.8
4.8
4.8
206
207
205
205
207
0.22
0.24
0.22
0.22
0.23
20
20
20
20
20
49,6
50,2
48,2
45.1
50,3
45.3
49.7
45.1
45.1
47.6
pengamatan Beban Lampu Pijar 60 dan 75 W
Terhadap Naik dan turunnya Tegangan Kerja
Beban Terukur (watt)
90
85
80
75
70
65
60
55
50
180
185
190
195
200
205
210
215
Tegangan Beban keluaran (volt)
Kondisi Pengukuran
Hubungan Beban dan Tegangan Kerja
Gambar 2 Grafik hubungan Tegangan Kerja Vs Beban terukur
65
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
ISSN : 1410-5829
Naik dan Turunnya Te gangan Ke rja Te rhadap
Be ban Lam pu TL 10 dan 20 w att
Beban Terukur(watt)
60
50
40
30
20
10
0
204
205
206
207
208
209
210
211
Te gangan Ke rja (volt)
Kondisi Tegangan Pengukuran
Hubungan Beban dan tegangan
Gambar 3 Grafik antara besar daya dengan tegangan output
pada pengujian pembebanan lampu TL
3. Pengujian pada pembebanan motor (kipas angin 30, 60 watt).
Tabel 3 Hasil pengujian pada pembebanan motor kipas angin 30 w dan 60 watt
Teg.
Input
Accu
( volt )
Arus
Output
Accu
(ampere)
Tegangan
Output
Alat AC
(volt )
Arus
Beban
(amper)
Beban
Terpasang
(Watt )
Beban
Terukur
(Watt )
Analisis
Beban
(Watt )
1
2
3
4
5
12
12
12
11.8
11.8
4,4
4,2
3,7
3,9
3,8
195
195
193
193
193
0.31
0.34
0.31
0.33
0.35
30
30
30
30
30
48,8
57.6
57.6
57.82
56.64
60.45
68.25
59.83
59.83
59.83
1
2
3
4
5
12
12
11.7
11.7
11.7
5
4.8
4.8
4.8
4.8
179
179
175
175
175
0.4
0.4
0.37
0.39
0.4
60
60
60
60
60
60
57.6
56.16
56.16
56.16
71.6
71.6
64.75
68.25
70
Naik dan Turunnya Tegangan Kerja Terhadap
Beban Motor 30, 40 Watt
80
Beban(watt)
No
60
40
20
0
170
175
180
185
190
195
200
Tegangan Kerja (volt)
Kondisi Pengukuran
Hubungan Beban terhdap Tegangan Kerja
Gambar 3 Grafik Hubungana besar Beban Terhadap tegangan Kerja
pada pengujian pembebanan Motor Listrik
66
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA
Vol. 11 No. 1 Agustus 2006
Pengujian
dilakukan selama
jangka waktu 0 – 10 menit. Pembebanan
dengan kipas angin ini termasuk pembebanan induktif. Pada tegangan keluaran
terjadi drop tegangan yang cukup besar.
Meskipun demikian kipas angin masih
dapat berputar.
ISSN : 1410-5829
d. Sedangkan pada pembebanan induktif, tegangan keluaran mengalami
drop tegangan.
SARAN
Pada rangkaian penyedia catu
daya cadangan sebagai inverter ini
masih terdapat kelemahan di sisi outputnya pada saat pembebanan yang
besar. Untuk itu masih diperlukan rangkaian tambahan agar pada saat pembebanan besar, tegangan output dapat
diper-tahankan pada 220 V (stabil).
Hasil analisis gambar 1,2 dan 3
Pada pengukuaran dengan beban lampu
pijar, lampu TL, dan beban motor mempunyai kecenderungan, menunjukkan
bahwa besarnya sumbangan (kontribusi )
Tegangan kerja terhadap variasi penambahan beban terpasang sangat berpengaruh terhadap drop tegangan sumber.
Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi
variabel tegangan terhadap besarnya
beban terpasang, setiap penurunan tegangan akan diikuti naiknya, penunjukkan beban terukur. Begitu pula pengaruh
pada pembebanan resistif, tegangan
keluaran yang dihasilkan hampir tidak
mengalami drop tegangan. Sedangkan
pada pembebanan induktif, tegangan
keluaran mengalami drop tegangan yang
cukup nyata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arismunandar, A., 1973, Teknik Tenaga Listrik jilid II, Pradya Paramita,
Jakarta
2. Ganti, S. Depari., 1986, Teori dan Ketrampilan Elektronika, CV Armico
Bandung.
3. Ibrahim KF, 1979, Electronic System
and technology, By Pitman Publishing Ltd.
5. Michael Neidle., 1982, Elektrical Instalation Teknology, Macmillan
Press Ltd.
6. Michael Neidle., 1979, Basic Elektrical
nd
Instalations, 2 Edition, Macmillan
7. Van Harten P, Setiawan E., 1991,
Instalasi Listrik Arus Kuat Jilid II,
Bina Cipta, Bandung
8. Warsito,S., 1992, Vademekum
Elektronika, Jakarta, Gramedia
KESIMPULAN
a. Pada rangkaian catu daya pengisi
akumulator otomatis, bekerja berdasar prinsip kerja IC LM 308 yang
beroperasi sebagai OP-AMP.
b. Bila beban yang terpasang semakin
besar maka drop tegangan keluaran
juga semakin membesar.
c. Pada pembebanan resistif, tegangan
keluaran yang dihasilkan hampir tidak
mengalami drop tegangan.
67
Download