EVALUASI KINERJA SEISMIK STRUKTUR DENGAN PUSHOVER ANALISIS (STUDI KASUS TK AL-AZHAR 32 PADANG) Muhammad Ichsan Ramadani Yulija, Wardi, Rini Mulyani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang E-mail :[email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Analisis Pushover merupakan sebuah sarana untuk memberikan solusi berdasarkan Performance Based Seismic Design yang pada intinya adalah mencari kapasitas struktur. Analisis Pushover dilakukan dengan memberikan beban statis dalam arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap (increment) hingga mencapai target perubahan bentuk (displacement) tertentu. Studi ini membahas tentang assessment kerentanan gedung beton bertulang yaitu analisa tentang hubungan baseshear dengan displacement dan kerusakan- kerusakan apa saja yang terjadi. Tahap pertama pengevaluasian adalah melakukan evaluasi atau control kapasitas penampang setelah itu melakukan analisis beban seismic atau analisis Statik Nonlinier (Pushover), dengan program bantu SAP2000. Dari hasil analisis pushover dapat dilihat level kerusakan yang terjadi sehingga dapat dilakukan assessment kerusakan gedung. Penelitian berpedoman pada SNI-1726-2012 dan FEMA 273 Berdasarkan hasil perhitungan numerik yang dilakukan melalui analisis pushover, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan gempa yang terjadi pada struktur tersebut dengan penambahan beban dasar sebanyak 110X dari beban dasar, didapat Level Kinerja Struktur LS (Life Safety). Terjadi kerusakan mulai dari kecil sampai dengan tingkat sedang. Kekakuan struktur berkurang, tetapi masih mempunyai ambang yang cukup besar terhadap keruntuhan. Adapun daktilitas struktur didapa tsebesar 29.37 yang artinya struktur tersebut mempunyai tingkat daktilitas yang besar. Kata Kunci : Pushover Analisis, Seismik, Gempa, Displacement, KinerjaStruktur PERFORMANCE EVALUATION SEISMIC STRUCTURE THE ANALYSIS PUSHOVER (CASE STUDY OF TK AL-AZHAR 32 PADANG) Muhammad Ichsan Ramadani Yulija, Wardi, Rini Mulyani Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University in Padang E-mail : [email protected], [email protected], [email protected] Abstrct Pushover analysis is a means to provide solutions based on Performance Based Seismic Design that are essentially looking for the capacity of the structure. Pushover analysis is done by providing a static load in the lateral direction is increased gradually (increments) to achieve the target of deformation (displacement) specific. This study discusses the vulnerability assessment of buildings of reinforced concrete that is the analysis of the relationship baseshear with displacement and damage any damage that occurs. The first stage of the evaluation is to evaluate or control the capacity of cross-section after the analysis of seismic load or Nonlinear Static analysis (Pushover), with the auxiliary program SAP2000. Pushover analysis of the results can be seen in the level of damage that occurs so it can do damage assessment of buildings. Research guided by ISO-1726-2012 and FEMA 273 Based on numerical calculations performed by pushover analysis, it can be concluded that the strength of the earthquake that occurred in the structure with the addition of base load as much as 110 times the addition of the base load, obtained Level Structure Performance LS ( Life Safety ). There is damage ranging from small to moderate. Structural rigidity is reduced, but still has a threshold substantially to collapse. The ductility of the structure obtained at 29.37 which means that these structures have a large degree of ductility. Keyword : Pushover Analysis, Seismic, Quake, Displacement, Performance structure I. tektonik utama PENDAHULUAN yaitu lempeng Pasific, lempeng Hindia – Himalaya, dan lempeng Latar Belakang Eurasia, dengan sembilan lempeng kecil Indonesia merupakan salah satu negara lainnya. Keberadaan interaksi antar yang sangat rawan akan terjadinya gempa. lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Hal Indonesia sebagai wilayah yang sangat ini disebabkan karena Indonesia merupakan tempat bertemunya tiga lempeng rawan terhadap gempa bumi. Dalam beberapa tahun belakangan, bangunan gedung), sampai dengan ( Tata cara SNI wilayah Indonesia sering kali terjadi bencana 1726-2012 perencanaan gempa bumi dalam skala yang cukup besar. ketahanan gempa untuk struktur bangunan Seperti gempa Aceh pada tahun 2004 (Mw = gedung dan non gedung). 9.2), gempa di Nias pada tahun 2005 (Mw = Kebutuhan akan analisis non-linier yang 8.7), gempa di Yogya tahun 2006 (Mw = 6.3), gempa di Tasikmalaya tahun 2009 (Mw = 7.4) serta gempa yang terjadi di Padang pada 2009 (Mw = 7.6). Berdasarkan hasil rekaman yang ada, dalam rentang waktu tahun 1900 sampai dengan tahun 2009, telah terjadi lebih dari 14.000 gempa utama (main sederhana namun dapat meramalkan perilaku seismik suatu struktur secara tepat semakin meningkat. Analisis dinamis non-linier riwayat waktu yang merupakan analisis yang paling tepat mencerminkan perilaku seismik dari suatu struktur, merupakan analisis yang rumit. Analisis statis non- linier pushover shocks) dengan skala magnitude M > 5.0. (ATC 40, 1997) yang merupakan analisis Pada peristiwa gempa yang terjadi, non-linier yang cukup sederhana, diharapkan seringkali mengakibatkan banyak bangunan mampu menjawab kebutuhan tersebut. Dasar yang mengalami kegagalan struktur, baik dari analisis pushover ini sederhana, yaitu akibat perencanaan maupun pelaksanaan dengan memberi suatu pola beban statis yang kurang baik atau bahkan sama sekali tertentu dalam arah lateral pada pusat massa belum direncanakan untuk ketahanan gempa tiap lantai dari suatu bangunan. Penambahan (Michael Titono, 2010). Pemerintah melalui beban BSNI (bertahap) (Badan Standarisasi Nasional ) dilakukan secara sampai tercapai incremental keruntuhan bersama para pakar gempa nasional telah struktur atau membuat suatu standar peraturan dalam displacement tertentu. mencapai elemen target perencanaan bangunan yang aman terhadap Metode yang digunakan dalam tugas gempa seperti yang tertuang dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) gempa. Selama ini standar gempa ini telah mengalami perubahan, dari (Ketahanan gempa SNI untuk 03-1726-1989 rumah dan gedung), SNI 03-1726-2002 (Tata cara perencanaan bangunan tahan gempa untu akhir ini adalah pembeban gempa dua arah yang saling tegak lurus, pembebeban gempa dua arah ini kenyataannya dilakukan gempa karena yang pada terjadi mempunyai dua komponen arah yang saling tegak lurus dan tidak dapat diramalkan arah datangnya. Analisis dilakukan secara analisis Batasan Masalah statik Adapun batasan masalah dalam penulisan non-linier pushover dengan menggunakan Program SAP 2000 VERSI Tugas Akhir ini adalah 14. untuk analisis dinamik non –linier 1. Melakukan perhitungan struktur suatu riwayat waktu. Data output yang digunakan gedung aktifisial yang memiliki fungsi membandingkan kedua analisis tersebut sebagai sekolah yang berlokasi di Khatib adalah kurva kapasitas, posisi sendi plastis Sulaiman, Kota Padang. atau pola kerusakan struktur, simpang antar tingkat, dan tingkat kinerja seismik struktur. 2. Standar-standar mengangkat topik untuk perancangan bangunan gedung dan struktur Kinerja Seismik Struktur dengan Analisis Padang)” SNI 1727-2013 Tentang Beban minimum “Evaluasi Pushover, (Studi Kasus TK-Al-Azhar 32 yang digunakan adalah : Hal inilah yang melatar belakangi penulis perencanaan lain. SNI 03-2847:2013 Persyaratan Beton tentang Struktural untuk Bangunan Gedung. Tujuan Tugas Akhir Maksud dari penulisan ini agar : SNI-1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gedung 1. Menganalisis kinerja sturktur TK AlAzhar dan menentukan Daktilitas Aktual Struktur. bangunan dan Non Gedung. 2. Mengetahui apakah tingkat kinerja sturktur untuk Struktur Bangunan Gedung akibat gempa rencana adalah Life Safety, yaitu walaupun stuktu bangunan mengalami Penentuan level kinerja Struktur Gedung TK Al-Azhar berdasarkan FEMA 302, FEMA 356, dan ATC-40. 3. Analisis struktur dilakukan dengan tingkat kerusakan yang cukup parah menggunakan program aplikasi analisis namun keselamatan penghuni tetap struktur yaitu SAP 2000 VERSI 14, terjaga karena struktur bangunan tidak berbasis pada metode elemen hingga sampai runtuh. (finite element). 4. Metode yang digunakan Anlisis Statik Gaya Dorong (Analysis Pushover). 5. Struktur Bangunan bersifat Reinforced Concrete II. Bangunan Gedung (SNI-03 1726-2012). Pada analisis struktur gedung ini yang digunakan sebagai dasar-dasar perencanaan LANDASAN TEORI yang akan penulis bahas pada pokok bahasan Studi Literatur selanjutnya. Dalam merencanakan suatu gedung pada dasarnya perlu diketahui komponen dari struktur gedung yang akan dibagun. Agar struktur yang memikul beban, baik Pushover Analisis a. Analisis Statik beban dorong (Static Pushover Analysis) beban tetap maupun beban sementara dapat berdiri kokoh, stabil,nyaman dan ekonomis. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menggunakan persyaratan dan ketentuan berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Perencanaan Benton Untuk Bangunan gedung (SNI 03-2847-2013), Tata Cara Perencanna Ketahan Gedung untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2012), dan penentuan Level Kinerja gedung berdasarkan FEMA 302, Analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang dalam analisisnya pengaruh gempa rencana terhadap struktur bangunan gedung dianggap sebagai beban statik pada pusat massa masing-masing yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan sehingga menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur bangunan gedung, Fema 356, dan ATC-40. lantai, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan Perhitungan dikerjakan menggunakan bentuk pasca-elastik yang besar sampai suatu mencapai target peralihan yang diharapkan program yang dapat mempercepat proses atau sampai mencapai kondisi plastik (SNI- perhitungan GEMPA 03-1726-2002). ketelitian dengan mekanikanya disamping yang ketepatan tinggi. dan Perhitungan Tujuan analisis beban dorong adalah penulanganya dan syarat-syarat detailing mengevaluasi untuk kompenen struktur beton bertulang terhadap yang berada di wilayah gempa dengan resiko memperoleh nilai faktor daktilitas aktual dan gempa tinggi memakai peraturan Cara faktor Perencanaan memperlihatkan kurva kapasitas (capacity Ketahanan Gempa untuk perilaku beban reduksi gempa gempa seismik struktur rencana, aktual yaitu struktur, curve), dan memperlihatkan skema kondisi leleh dan selanjutnya berperilaku kelelehan (distribusi sendi plastis) yang non-linier. Perubahan perilaku struktur dari terjadi (Pranata, 2006). linier menjadi non-linier berupa penurunan Metode analisis statik beban dorong merupakan metode dengan pendekatan nonlinier statik, yang dapat digunakan pada struktur bangunan gedung beraturan, dengan karakteristik dinamik mode tinggi yang tidak dominan. Salah satu hasil analisis yang mempunyai manfaat penting yaitu kurva kapasitas. yang penurunan diindikasikan kemiringan kurva dengan akibat terbentuknya sendi plastis pada balok dan kolom. Sendi plastis akibat momen lentur terjadi pada struktur jika beban yang bekerja melebihi kapasitas momen lentur yang ditinjau. Semakin banyak sendi plastis yang terjadi berarti kinerja struktur semakin bagus karena semakin banyak terjadi pemancaran b. Kurva Kapasitas energi melalui terbentuknya sendi plastis Kurva kapasitas hasil dari analisis statik beban dorong menunjukkan hubungan antara gaya kekakuan geser dasar (base shear) sebelum kapasitas struktur terlampaui (Pranata, 2006). dan Kurva kapasitas dipengaruhi oleh pola perpindahan atap akibat beban lateral yang distribusi gaya lateral yang digunakan diberikan pola sebagai beban dorong. Pola pembebanan pembebanan tertentu sampai pada kondisi umumnya berupa respon ragam-1 struktur ultimit atau target peralihan yang diharapkan (atau dapat juga berupa beban statik seperti Gambar 2.1 dibawah ini : ekivalen) berdasarkan asumsi bahwa ragam pada struktur dengan struktur yang dominan adalah ragam-1. Beban dorong statik lateral diberikan pada pusat massa sampai dicapai target perpindahan. Tujuan lain analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi, serta untuk memperoleh informasi letak bagian struktur yang kritis. Selanjutnya dapat Kurva kapasitas akan memperlihatkan diidentifikasi suatu kondisi linier sebelum mencapai memerlukan bagian-bagian perhatian khusus yang untuk pendetailan atau stabilitasnya (Dewobroto, kriteria 2005). ditetapkan, baik terhadap persyaratan Tahapan utama dalam analisa pushover adalah : yang dari awal sudah deformasi maupun kekuatan. Karena yang dievaluasi adalah komponen maka jumlahnya relatif sangat banyak, 1 Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur. Rekaman besarnya oleh karena itu proses ini sepenuhnya harus dikerjakan (fasilitas pushover oleh komputer dan evaluasi perpindahan titik kontrol dan gaya kinerja yang terdapat secara built-in geser pada program SAP 2000 VERSI 14, dasar digunakan untuk menyusun kurva pushover. mengacu pada FEMA - 440). 2 Membuat kurva pushover berdasarkan pola distribusi gaya lateral terutama Proses yang ekivalen dengan distribusi dari dengan prosedur load-controlled atau gaya inersia, sehingga diharapkan displacement-controlled. deformasi yang terjadi hampir sama load-controlled digunakan jika beban atau mendekati deformasi yang terjadi yang diaplikasikan telah diketahui akibat gempa. nilainya. Misalnya, beban gravitasi 3 Estimasi besarnya perpindahan lateral saat gempa rencana (target pushover bisa dilakukan Prosedur bisa diaplikasikan dalam pushover load-controlled. Prosedur perpindahan). Titik kontrol didorong displacement-controlled biasanya sampai taraf perpindahan tersebut, digunakan jika beban yang bisa yang perpindahan ditahan oleh suatu struktur belum maksimum yang diakibatkan oleh diketahui dengan pasti sehingga beban intensitas tersebut ditingkatkan sampai struktur mencerminkan gempa rencana yang ditentukan mencapai suatu nilai simpangan target 4 Mengevaluasi level kinerja struktur (Aisyah dan Megantara, 2011). ketika titik kontrol tepat berada pada target perpindahan. Komponen struktur dan aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika memenuhi c. Batas Kinerja Berdasarkan filosofi desain yang ada, tingkat kinerja struktur bangunan akibat gempa rencana adalah Life Safety, yaitu 1 Immediate Occupancy (IO) walaupun struktur bangunan mengalami Kondisi yang menjelaskan bahwa setelah tingkat kerusakan yang cukup parah namun terjadinya gempa, kerusakan struktur keselamatan penghuni tetap terjaga karena sangat terbatas. Sistem penahan beban struktur bangunan tidak sampai runtuh. Pada vertikal dan lateral bangunan hampir Gambar 2.2, respon linier dimulai dari titik sama dengan kondisi sebelum terjadinya A (unloaded component) dan kelelehan mula gempa, dan resiko korban jiwa akibat terjadi pada titik B. Respon dari titik B ke keruntuhan struktur dapat diabaikan. titik C merupakan respon elastis plastis. 2 Damage Control Titik C merupakan titik yang menunjukkan Kondisi ini bukanlah merupakan level puncak kekuatan komponen, dan nilai kinerja dari struktur, melainkan kondisi absisnya deformasi yang degradasi terjadinya gempa, kerusakan yang terjadi yang menunjukkan merupakan dimulainya bahwa setelah berada dalam range antara IO dan LS kekuatan struktur (garis C-D). Pada titik D, respon komponen struktur secara substansial menjelaskan 3 Life Safety (LS) menghadapi pengurangan kekuatan menuju Kondisi yang menjelaskan bahwa setelah titik E. Untuk deformasi yang lebih besar terjadinya dari titik E, kekuatan komponen struktur penting menjadi nol (FEMA 451, 2006). Komponen gempa, terhadap utama kerusakan struktur struktur yang terjadi. tidak terdislokasi dan runtuh, sehingga risiko korban jiwa terhadap kerusakan struktur sangat rendah. 4 Limited Safety Kondisi ini bukanlah level kinerja dari struktur, melainkan kondisi yang Antara titik B dan C terdapat titik- menjelaskan bahwa setelah terjadinya titik yang merupakan level kinerja dari gempa, kerusakan yang terjadi berada struktur bangunan. Level kinerja bangunan dalam range antara LS dan CP (ATC-40, 1996) dibedakan menjadi lima level sebagai berikut : 5 Structural Stability / Collapse Prevention (CP) Pada tingkatan ini, kondisi struktur setelah terjadinya gempa sangat parah, sehingga bangunan dapat mengalami keruntuhan struktur baik sebagian maupun total. Meskipun struktur masih bersifat stabil, kemungkinan terjadinya korban jiwa akibat kerusakan struktur besar. Dalam dokumen FEMA 273, kondisi structural stability dikenal dengan istilah Collapse Prevention (CP). Properti Sendi Plastis Struktur gedung apabila menerima beban gempa pada tingkatan atau kondisi tertentu, akan terjadi sendi plastis (hinge) pada balok pada gedung tersebut. Sendi plastis merupakan bentuk ketidakmampuan elemen struktur balok dan kolom menahan gaya dalam. Perencanaan suatu bangunan harus sesuai dengan konsep desain kolom kuat III. METODOLOGI Secara umum dalam metode penelitian suatu dalam skripsi ini dibagi dalam tiga tahap keruntuhan struktur, maka yang runtuh yaitu input, analisis dan output. Yang adalah baloknya dahulu. Apabila kolomnya termasuk dalam tahap input antara lain runtuh dahulu, maka struktur langsung penentuan hancur. desain, balok lemah. Adapun Apabila terjadi keterangan mengenai karakteristik sendi plastik adalah sebagai berikut : geometri penentuan struktur, jenis vareabel beban dan pemodelan struktur. Sedangkan tahap analisis yaitu analisis struktur tiga dimensi dengan memasukan respons spektra, dan parameter–parameter analisis pushover pada program SAP2000 versi 14 untuk mengetahui respons struktur dan tingkat kinerja struktur. Tahap yang terakhir yaitu tahap output yang membahas tentang hasil analisis pushover dengan berdasarkan metode FEMA 356 dan ATC 40, yang dikeluarkan dalam bentuk grafik dan gambar pada tiap tipe struktur gedung. Data Struktur Bangunan 1. Lokasi bangunan : Jln. Khatib Sulaiman - Kota Padang 2. Fungsi Bangunan : Gedung Sekolah 3. Bentuk Bangunan Jumlah lantai : 2 Lantai + Atap Tinggi total gedung : 8.1 meter Panjang gedung : 37.00 meter Lebar gedung : 26.50 meter 4. Mutu Bahan a. Kuat tekan karakteristik beton : Pelat = fc’ 25 Mpa Balok = fc’ 25 Mpa Kolom = fc’ 25 Mpa b. Kuat tarik karakteristik baja tulangan : Tulangan > D10 mutu (BJTD – 40) = fy 400 Mpa 5. Data elemen stuktur IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Struktur Balok B1.1 = 250x500 Balok B2.1 = 250x500 Kolom K1.1 = 400x400 Kolom K2.A = 400x400 Pembebanan dan perhitungan gravitasi Pembebanan gedung pada SAP 2000 Pada prinsipnya hasil yang Didapat nilai Ct x disajikan : 0.0466 : 0.9 program Sap 2000 bukanlah hasil mutlak Ta seperti kondisi riil di lapangan melainkan = x Ct X hn 0.306212 Detik masih berupa pendekatan yang mana intuisi seorang engineer memilik peran besar dalam Jadi Perioda Fundamental pendekatannya menghasilkan output yang lebih valid dan 0.3062121 detik. dapat dipertanggung jawabkan. Secara garis besar pengguna dituntut Distribusi Horizontal gaya gempa melakukan pemodelan yang cukup merepresentasikan Gaya geser gempa disemua tingkat (Vx) (kN) kondisi riil di lapangan agar hasil yang harus ditentukan dari persamaan berikut : diperoleh dapat dijadikan tolak ukur. Menentukan Perioda Fundamental Pendekatan Perioda Fundamental pendekatan (Ta), dalam detik harus ditentukan dari persamaan berikut : Dimana Fi : bagian dari geser dasar seismic (V) yang timbul di tingkat (i) dinyatakan dalam kilo newtom (kN) Menentukan faktor Resiko Struktur bangunan Dimana : hn Berdasarkan Tabel 1, SNI 1726-2012, : Ketinggian Struktur untuk jenis bangunan sarana pendidikan (m), diatas dasar sampai tingkat tertinggi dan diperoleh Kategori Resiko IV Koefisien Ct dan x ditentukan dari Tabel 4.2 berikut : Menentukan Faktor Keutamaan Bangunan Berdasarkan Tabel 2, SNI 1726-2012, untuk faktor Resiko IV keutamaan, Faktor keutamaan gempa bangunan = 1.5 Menentukan Nilai Spektral Percepatan Berdasarkan Peta Zonasi Gempa (SMS) dan Spektrum respon Indonesia Khusus SD Al-Azhar didapat percepatasn (SDS) pada perioda nilai : 0.20 detik o Respon Spektra percepatan = 0.2 = 1.0 detik Ss = 1.398g o Respon Spektra Percepatan o Menentukan detik S1 parameter spectrum respons percepatan yang disesuaikan = 0.600g dengan klasifikasi situs (SM1) dan Menentukan Klasifikasi Situs Spektrum respon percepatasn (SD1) Dalam perumusan kriteria desain gempa pada perioda 1.00 detik suatu bangunan dipermukaan tanah, maka situs tersebut harus di klsifikasikan sesuai dengan tabel 3 SNI 1726-2012 adalah . o Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 SNI Berdasarkan Tabel 4 SNI 1726-2012 1726-2012, pada kelas situs SD dengan nilai o Ss = 1.398g (Ss ≥ 1.25) Untuk kelas situs SD (tanah sedang) didapat koefisien situs, Fa = 0.9 o S1 Desain Seismik (KDS) : D (Resiko Untuk Gempa Tinggi) = 0.600g (S1 ≥ 0.5) kelas situs SD (tanah Menentukan Koefisien Respon Seismik sedang) didapat besar koefisien (Cs) situs, Fv = 2.4 Berdasarkan Tabel 9 SNI 1726-2012, Menentukan kategori desain seismic untuk sistem rangka pemikul momen (KDS) khusus untuk rangka beton bertulang : o Menentukan parameter spectrum respons percepatan yang disesuaikan dengan klasifikasi situs o Nilai Respon R=8 Modifikasi Faktor o Nilai System Overstrength factor Ω=3 o Nilai Deflection Dalam studi kasus ini gaya lateral perlantai di dalam seperti Tabel 4.3 tersebut. Sendi Amplification Cd= 5. ½ plastis didapat dengan cara TRIAL and ERROR dimana penambahan beban lateral dilakukan secara terus menerus sehingga didapat target terseebut. Didapat sebanyak 110x penambahan beban dari dasar gempa yaitu : Untuk lantai 1 :1.05 x 110 = 115.50 kN, Untuk Lantai 2: 1.65 x 110 = 181.50 kN Menentukan beban geser dasar nominal static ekivalen V = Cs x W = 0.1049 x 10.01 = 1.05 kN Perhitungan gaya gempa Dalam melakukan trial and error pada studi ini didapat hasil seperti Tabel 4.4 diatas. Dengan melakukan 110x penambahan beban dari beban gempa dasar. Mekanisme pembentukan sendi plastis Hasil Run Analysis Pushover Analysis menggunakan Program SAP 2000 Versi 14 (e) (f) Gambar 4.12 Mekanisme Pembentukan Sendi Plastis (a) Pada step 1 (a) telah terjadi sendi plastis pertama, di ujung balok lantai atas. Seperti terlihat pada Gambar 4.12 (a), walaupun terjadi sendi plastis namun struktur tersebut masih memiliki kekuatan untuk menahan gaya geser. (b) Dalam kondisi step 3 (b) , sudah terjadi sendi plastis hampir disemua balok. Hanya satu ujung balok yang tidak terjadi. Dalam kondisi ini kolom telah terjadi sendi plastis pertama namun, (c) kolom masih mampu menahan gaya geser. Di step 5 (c) , kondisi sendi plastis hampir terjadi pada lantai 2 semua elemen struktur. Hanya ada 3 tempat (d) tidak terjadinya sendi plastis. Dalam kondisi ini keadaan struktur masih bagus. Di step 7 (d) , kondisi sendi plastis sudah terjadi kerusakan yang cukup berarti pada ujung bawah kolom, dikondisi ini kolom lantai 2 masih bisa menerima gaya geser, tapi sudah mengalami retakretak rambut pada struktur. Di step 8 (e) , telah terjadi kerusakan yang berarti, di kolom lantai 2 telah terjadi kerusakan yang berarti. Kekakuan struktur berkurang, tetapi masih Penentuan Tingkat Daktilitas Struktur mempunyai ambang yang cukup besar terhadap keruntuhan. Di step 10 (f) , struktur telah mengalami keruntuhan. dimana : : Daktilitas struktur δultimate : Displacement Maksimal Keterangan : δLeleh : Displacement Leleh jadi.: = 29.37 dengan daktilitas sebesar 29,37 berarti struktur tersebut daktail. yang dimana struktur tersebut yang leleh terlebih dahulu adalah tulangan. V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Setelah menganalisis dan mengevaluasi,, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Gaya Geser dasar maksimum sebesar 553.454 kN. Dengan sebesar 0.006699m perpindahan 2. Gedung termasuk dengan level kinerja 2. Parameter untuk analisis Pushover yang LS (Life Safety) Terjadi kerusakan digunakan sebaiknya sesuai dengan mulai dari kecil sampai dengan tingkat parameter perencanaan bangunan. sedang. Kekauan struktur berkurang, 3. Membandingkan hasil evaluasi kinerja tetapi masih mempunyai ambang yang gempa cukup besar terhadap keruntuhan. statik ekuivalen dengan metode analisis 3. Program SAP 2000 telah menyediakan fasilitas yang diperlukan unutk analisis struktur berbasis kinerja seperti terdapat pada Code ATC-40. 4. Konsep desain strong Coulum Weak Beam telah dipenuhi. Hal ini ditunjukan terbentuknya sendi plastis diawalu dari elemen balok yang kemudian pada saat mencapai performance point mayoritas elemen balok terbentuk sendi plastis, kemudian pada sebagian elemen balok mencapai kondisi batas in elastis. 5. Daktilitas struktur sebesar 29.37 ≥ 8. Dimana tingkat daktilitas gedung baik. Dan pola keruntuhan struktur yang leleh terlebih dahulu ialah baja baru di susul dengan lelehnya beton. SARAN Penulis mempunyai beberapa saran, bila dimasa depan dilakukan penelitian ataupun Tugas Akhir lanjutan : time history method. metode distribusi respon riwayat waktu VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Standardisasi Nasional. “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 2847:2013”. Bandung: 2012. 2. Badan Standardisasi Nasional. “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Bandung: 2011. 3. Budiono Bambang dan Lucky Supriatna. 2011. “Studi Bangunan Komparasi Tahan Gempa Desain Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 Dan RSNI 03-1726-201X”. Bandung: ITB. 4. Imran Iswandi dan Hendrik Fajar. 2009. “Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa Berdasarkan SNI 03-2847-2002”. Bandung: ITB. 5. Patel V.M, H.S Patel and A.P Singh. 2011. Comparative Study of Earthquake and 1. Analisis pushover perlu dicoba dengan struktur Tsunami Evacuation Loading Structure on at Vertical Dwarka. International Juornal or Earth Sciences and Engineering, Vol.04, pp.659-668. 6. Tumilar Steffie. 2011. “Prosedur Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung Berdasarkan SNI 03- Gempa Padang”: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya 12. Sudarman. 2014.”Analisis Pushover 1726-201X”. Seminar HAKI: Padang. pada Struktur Gedung bertingkat Tipe 7. Wang Chu-Kia, G. Salmon Charles dan Podium”: Universitas Sam Ratulangi. Hariandja Binsar. 1994. “Desain Beton Bertulang Edisi Keempat Jilid 1”. Jakarta: Erlangga. 8. Haryono Sri. 2003. “Kajian Penggunaan Nonliniear Static Pushover Analysis dengan Metode ATC-40, FEMA 356, FEMA 440 dan Perilaku Seismik Inelastic Time History Analysis Untuk Evaluasi Kinerja Struktur Bangunan Pasca Gempa “. Yogyakarta:UGM 9. Pranata, Y.A., 2006.”Evaluasi Kinerja Beton Bertulang Tahan Gempa dengan Pushover Analysis (Sesuai ATC-40, FEMA 356, dan FEMA 440), http:///jurnalsipil.files.wordpress/2006/12 /vol315.pdf. 13 mei 2010”. Jurnal Teknik Sipil. Universitas Kristen Maranhatha, Bandung 10. Yeh Harry. 2007. Design Tsunami Forces for Onshore Structure. USA: School of Civil and Construction Engineering, Oregon State Univesity 11. Rizky Vicky. 2014.” Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Manado