BAB II LANDASAN TEORI A. Fungsi Sumber Daya Manusia Sebelum membahas fungsi – fungsi Sumber Daya Manusia, terlebih dahulu dijelaskan defenisi dari sumber daya manusia dan manajemen Sumber Daya manusia. Sumber Daya Manusia atau disebut pekerja, buruh, pegawai atau karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji / upah sebagai imbalan atau dalam bentuk lain (Dessler, 2000). Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu proses yang menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan (tesdm. 2008). Menurut R Wayne Mondy 2008: “manajemen sumber daya manusia adalah merupakan pendayagunaan individu untuk mencapai tujuan organisasi” Globalisasi yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi kelangsungan hidup organisasi, menyebabkan perubahan – perubahan yang begitu cepat. Organisasi dituntut mampu beradaptasi, mempunyai ketahanan dan mampu melakukan perubahan dengan cepat. Dalam kondisi seperti ini fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam perusahaan harus mampu menjadi mitra kerja perusahaan yang dapat diandalkan, hal ini sejalan seperti yang diungkapkan (Stone 1998) bahwa manajer SDM saat ini berada pada tekanan yang tinggi untuk menjadi mitra bisnis strategis, yaitu berperan memberikan tanggapan terhadap tantangan – tantangan yang berkaitan dengan down sizing, restrukturisasi dan persaingan global. Selama ini fungsi SDM lebih sering dilihat sebagai pelaksana administrasi personalia atau pengawas dibidang ketenaga kerjaan, ini menunjukkan fungsi SDM selama ini lebih banyak berperan dalam hal – hal yang menyangkut penyelenggaraan hubungan industrial di perusahaan. Selain itu fungsi SDM seringkali dipersepsikan perannya tidak lebih sebagai pelaksana administrasi personalia yang mengurus masalah pembayaran gaji, cuti karyawan dan sebagainya. (Arbono Lasmahadi, 2002). Pada umumnya terdapat 4 fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu 1. Fungsi Perencanaan / Planning Yaitu suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2. Fungsi Organisasi / Organizing Suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan perusahaan 3. Fungsi Pengarahan / Directing Suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan dinamis. 4. Fungsi Pengendalian / Controlling Aktivitas menilai kinerja berdasarkan standard yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. B. Fungsi Operasional Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi operasional adalah setiap kegiatan yang menciptakan kegunaan, Manajemen Sumber Daya Manusia berperan dalam pengembangan dan pengadministrasian program untuk meningkatkan kualitas dan kinerja dari orangorang yang bekerja di dalam suatu organisasi (Mulyana, 2008) Sistem operasional sumber daya manusia dalam perkembangannya mampu mengakomodasikan konsep dan praktik bisnis yang inovatif dan sinergisistik untuk menghasilkan produk barang atau jasa yang berdaya saing tinggi dengan meletakkan Sumber Daya Manusia sebagai faktor penggerak utamanya (Tanjung, 2005). Divisi Sumber Daya Manusia memiliki peran, dan fungsi operasional antara lain : 1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and Selection. a. Persiapan / Preparation Perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan adalah perkiraan / forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu dan sebagainya. b. Recruitment tenaga kerja / recruitment. Proses mencari calon tenaga kerja atau kandidat karyawan, buruh, manajer untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia perusahaan. Dalam tahap ini diperlukan analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesipikasi pekerjaan / job specification. c. Seleksi tenaga kerja / Selection Seleksi tenaga kerja proses untuk menemukan tenaga kerja yang tepat dan memenuhi standar pekerjaan yang dibutuhkan. 2. Pengembangan dan Evaluasi Karyawan / Development and Evaluation Tenaga kerja yang bekerja pada suatu organisasi harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. 3. Memberikan Kompensasi & Proteksi / Compensation and Protection. Kompensasi sebagai imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tenang sehingga meningkatkan motivasi kerja, kinerja dan kontribusi pekerja dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu. Menurut (Wuyarnano, 2008) ada beberapa fungsi manajemen sumber daya manusia antara lain : - Perumusan peraturan sumber daya manusia , mengenai rencana – rencana tindakan dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perusahaan atau pemerintah. - Hubungan perburuhan, berkaitan dengan program komunikasi, lingkungan kerja yang efektif serta penilaian kinerja karyawan. - Pelatihan dan pengembangan, dinilai dari kebutuhan organisasi, system manajemen dan pengembangan strategi perusahaan. - Administrasi penggajian / pengupahan, serta evaluasi kerja dan rencana pengupahan ( komisi, bonus insentif) - Tunjangan dan jasa pegawai. Merencanakan kompensasi yang sesuai bagi karyawan, asuransi, bonus program – program sosial. - Perencanaan khusus, penentuan sumber – sumber untuk merekrut pegawai kebutuhan jangka panjang atau jangka pendek, penempatan, seleksi dan sistem penyimpanan data karyawan. - Keselamatan dan kesehatan. Lingkungan kerja yang aman, sehat dan program – program kesehatan karyawan. Manajemen SDM sering juga dihadapkan pada keputusan yang akan diberikan kepada para pekerja, karyawan, buruh atau sumber daya manusia lainnya, keputusan yang sering dikeluarkan manajemen SDM pada umumnya adalah promosi/ naik jabatan / Promotion, / mutasi atau rotasi pekerjaan / transfer, demosi / turun pangkat / demotion dan pemberhentian kerja / PHK/ pemecatan. C. Pengertian Gaji dan Sistem Penggajian Gaji/upah merupakan salah satu unsur yang penting dalam meningkatkan motivasi kerja karena gaji adalah alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan karyawan. Sistem penggajian berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja karyawan. Namun demikian banyak organisasi mengabaikan potensi tersebut dengan suatu persepsi bahwa ‘kompensasi tidak lebih sekadar a cost yang harus diminimisasi’. Tanpa disadari beberapa organisasi yang mengabaikan potensi penting dan berpersepsi keliru telah menempatkan sistem penggajian dan kompensasi tersebut justru sebagai sarana meningkatkan perilaku yang tidak produktif , akibatnya muncul sejumlah persoalan personal misalnya low employee motivation, poor job performance, high turn over, irresponsible behaviour, dan bahkan employee dishonesty yang diyakini berakar dari sistem kompensasi yang tidak terprogram. Secara lengkap akan dijelaskan beberapa landasan teori penelitian ini dari beberapa sumber yang telah dihimpun antara lain : ”Gaji merupakan balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang pegawai yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi ”(Marihot Tua E. Harianjda, 2002). Atau dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diperoleh atas keanggotaanya dalam organisasi. Gaji sudah merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk bekerja dan alasan penting lain diantaranya untuk berprestasi, berafiliasi dengan orang lain, mengembangkan diri, atau untuk mengaktualisasikan diri. Sedangkan menurut Marihot Tua E. Hariandja, (2002) ”Kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang dan lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif dan tunjangan lain – lain.” Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 “upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerja dan / atau jasa yang telah atau akan dilakukan. “ Sistem penggajian yang efektif didasari pada kebutuhan perusahaan dan karyawan. Sehingga sistem akan disebut efektif bila dapat memberi nilai tambah bagi organisasi setelah mempertimbangkan segi dana yang tersedia. Yang berarti bahwa sistem penggajian yang dijalankan pada suatu perusahaan tidak sama dengan perusahaan lain tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pelaksanaan sistem penggajian merupakan proses yang mengatur tatacara pemberian gaji atau upah karyawan dalam suatu organisasi / perusahaan. Sistem penggajian yang baik tidak hanya membedakan karyawan yang memiliki kinerja yang baik dengan karyawan yang malas. Lebih dari pada itu, perlu mempertimbangkan keseimbangan internal dan eksternal. Banyak perusahaan yang membayar tinggi karyawan yang mendapat gelar dari luar negeri, bahkan lebih tinggi dari karyawan yang sudah bekerja lebih dulu hal ini bisa menimbulkan kesenjangan bahkan permusuhan antara karyawan. Salah satu indikasi penggajian yang ada diperusahaan jika beberapa karyawan masuk pada saat yang sama kemudian 3 tahun berikutnya gaji mereka berbeda karena memang prestasi kerja yang tidak sama. Saatnya perusahaan – perusahaan menerapkan sistem penggajian atau kompensasi berdasarkan kompetensi dan penilaian kinerja karyawan. Gaji merupakan bagian dari kompesansi, bagi karyawan kompensasi dalam bentuk rill seperti kompensasi dasar maupun kompensasi variable adalah penting, sebab dengan kompensasi ini para karyawan dapat memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan fisiologisnya. Kompensasi Menurut Gary Dessler (2000) adalah”semua bentuk upah atau imbalan yang berlaku bagi buruh sebagai imbalan yang muncul dari pekerjaan mereka”. Terdapat empat perbedaan antara kompensasi yaitu berdasarkan ketrampilan (skill – based pay) dan kompensasi berdasarkan pekerjaan atau jabatan ( job – based pay) yaitu tes kompetensi, efek perubahan jabatan, senioritas, dan peluang promosi. D. Jenis – Jenis Sistem dalam Penggajian Pada saat ini semakin banyak organisasi yang berusaha untuk menemukan strategi – strategi baru dalam upaya meningkatkan pengembangan dan performa para pegawainya. Banyak diantara perusahaan – perusahaan tersebut memperkenalkan dan melaksanakan program sumber daya manusia yang berbasis pada kompetensi (competency based human resources program) dan bahkan perkembangannya ada perusahaan yang mencoba untuk mengembangkan competency based pay atau dikenal remunerasi berbasis kompetensi. Konsep seperti ini merupakan konsep baru di Indonesia, sekalipun perusahaan mulai menjadikan kompetensi sebagai bagian integral manajemen kinerja serta sistem staffing, ataupun pelatihan dan pengembangan karyawan yang diterapkan dalam perusahaan. Serta secara implisit pada beberapa kebijakan tentang penggajian, perusahaan selalu berusaha memberikan reward atas kompetensi yang dimiliki karyawan. Model ini diharapkan bisa menjadi salah satu cara efektif untuk memotivasi karyawan dan rangka menciptakan perubahan – perubahan ke arah yang lebih baik. Sebab sistem penggajian ini dapat membatasi ketidakadilan yang muncul di kalangan karyawan. Beberapa perusahaan masih ada juga yang menerapkan sistem penggajian tradisional atau berdasarkan senioritas, yaitu menganut pembagian tingkat penggajian berdasarkan lama bekerja di perusahaan. Menganggap karyawan senior berhak mendapatkan gaji yang lebih tinggi berdasarkan lama bekerja bukan didasarkan pada kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Kemudian munculnya peraturan pemerintah yang mengharuskan sistem penggajian berdasarkan golongan – golongan. Namun cara tersebut dianggap tidak efektif, sehingga sistem penggajian dirubah dengan menggunakan merit pay system yaitu gaji karyawan diterima berdasarkan bagus tidaknya kinerja karyawan atau didasarkan pada seberapa besar output yang diberikan karyawan terhadap perusahaan setiap tahunnya. Dari pengamatan kemudian didapati sistem merit tersebut menimbulkan banyak gejolak, diantaranya bahwa karyawan banyak merasa penilaian kinerja yang dilakukan manajemen tidaklah selalu obyektif. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya ukuran yang jelas pada jenjang yang terdapat di tiap kenaikan gaji, selain itu karyawan merasa bahwa kebijakan reward yang ada, seolah – olah tergantung tiap individu manajernya. Maka akhirnya timbul anggapan pada karyawan bahwa mereka lebih tenang dan termotivasi dalam melaksanakan pekerjaannya ketika sistem tradisional dan merit digabungkan dengan memperbaiki kekurangan dalam implementasi yang telah lalu. Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini disusun dalam sebuah konsep penggabungan traditional and merit pay sistem dapat diterapkan di PT. ”A”. Harapan dari diterapkannya sistem ini antara lain supaya karyawan dapat senantiasa meningkatkan keahliannya, dalam upaya mendapatkan reward yang sesuai kemampuan yang dimiliki dan juga karyawan senior merasa diperhatikan dan diberikan reward atas kesetiaanya mengabdi sebagi mitra bagi perusahaan. Namun dengan tetap memperhatikan seberapa besar peluang keberhasilan sistem ini, maka dianggap perlu kiranya mengkaitkan unsur aspirasi karyawan didalam perusahaan. Jika diimplementasikan dengan benar, maka harapannya sistem ini dapat memberikan hasil – hasil yang menjanjikan bagi karyawan dan tujuan perusahaan dapat terwujud. Walaupun diketahui banyak kritikan terhadap macam sistem penggajian dan perubahannya dari waktu ke waktu. Tetapi saat itu juga sejumlah besar organisasi sektor publik atau swasta berupaya menemukan cara – cara baru guna mengkaitkan secara lebih langsung antara motivasi, kinerja , kontribusi individual dan penggajian. Segala upaya tersebut untuk menciptakan kondisi tetap stabil dan terpenuhinya tujuan individu ataupun organisasi. E. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penggajian Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat patokan gaji / upah karyawan yang biasanya dijadikan acuan dalam membuat keputusan: 1. Ketetapan Pemerintah Dalam hal ini banyak perusahaan berpegang pada ketentuan pemerintah tentang upah/gaji. Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) sebagai pegangan untuk menetapkan tingkat upah patokan bagi perusahaannya. Tentu saja ini hanya berlaku untuk jabatan pelaksana tingkat terendah. 2. Tingkat Upah / Gaji di Pasaran Dalam hal ini perusahaan akan mengacu pada besarnya upah / gaji yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan lain terutama yang beroperasi pada sektor yang sama. Tingkat upah yang berlaku di pasaran dapat diperoleh melalui kegiatan benchmarking. 3. Kemampuan Perusahaan Acuan utama adalah kemampuan financial perusahaan untuk membayar. Perusahaan mungkin ingin membayar upah/gaji seperti dibayar oleh perusahaan lain tetapi pada saat itu kondisi perusahaan belum memungkinkan. 4. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kualifikasi Sumber Daya Manusia yang digunakan sebuah perusahaan sangat ditentukan terutama oleh tingkat teknologi yang digunakan dan segmen pasar dimana perusahaan tersebut bersaing. 5. Kemauan Perusahaan Dalam hal ini perusahaan tidak memperdulikan jumlah gaji pada umumnya atau harga pasar dan faktor-faktor lain, tetapi hanya berpegang pada apa yang menurut perusahaan tersebut wajar dan layak. 6. Tuntutan Pekerja Tuntutan pekerja akan menentukan pula tingkat imbalan yang dibayar , biasanya dipertemukan dalam suatu rapat atau meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar-menawar jumlah gaji / upah. Dalam mengenal teori upah menurut The Management Lecture Resume, 2008, ada beberapa strategi pengupahan yang sering dilakukan suatu organisasi / perusahaan antara lain: (1) Penawaran gaji yang kompetitif di pasar; (2) optimalisasi turn over pada penekanan strategi menarik karyawan; (3) focus pada menahan karyawan tinggal (retain) dan (4) struktur Penggajian yang sempurna ( kompetitif, menarik, menahan dan mempertahankan serta mampu mempengaruhi pasar industri). F. Aspek – Aspek Pengaruh Keadilan Dalam Penggajian dan Kompensasi Setiap perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan dengan sistem penilaian kerja yang adil. Pada umumnya kriteria penilaian setiap pegawai yang ada misalnya mulai dari jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan, kecepatan dalam bekerja, komunikasi dengan pekerja lain, prilaku, pengetahuan atas pekerjaan, dan lain sebagainya. Para karyawan mungkin akan menghitung – hitung kinerja dan pengorbanannya dengan kompensasi yang diterima. Apabila kompensasi yang diterima tidak memuaskan maka bisa saja karyawan tersebut mencari pekerjaan lain yang memberi kompensasi yang lebih baik. Hal ini cukup berbahaya bagi organisasi, apabila perusahaan pesaing merekrut / membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia perusahaan. Kompensasi yang baik akan memberi beberapa efek positif bagi perusahaan anatara lain : (a) mendapatkan karyawan yang berkualitas baik; (b) memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan berprestasi; (c) memikat pelamar kerja yang berkualitas dari lowongan kerja yang ada ; (d) mudah dalam pelaksanaan administrasi maupun aspek hukumnya dan (e) memiliki keunggulan lebih dari pesaing/ competitor Kompensasi merupakan motivasi dasar bagi kebanyakan orang menjadi pegawai pada suatu organisasi tertentu. Apabila di satu pihak seseorang menggunakan pengetahuan, ketrampilan, tenaga dan sebagian waktunya untuk berkarya pada suatu organisasi, dilain pihak ia mengharapkan imbalan tertentu (Siagian, 2002:252). Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam perancangan dan pelaksanaan sistem penggajian maupun kompensasi adalah adanya keadilan. Keadilan dapat diartikan sebagai keseimbangan antara masukan – masukan yang dibawa oleh individu kedalam pekerjaan dengan hasil – hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu dibagi rata tetapi keadilan yang menghubungkan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Input dari suatu jabatan yang ditunjukkan daru syarat – syarat (spesifikasi) yang harus dipenuhi orang yang memegang jabatan tersebut. Semakin tinggi persyaratan yang diperlukan perusahaan, maka semakin tinggi juga penghasilan (output) yang diharapkan. Output ini ditunjukkan dari upah/gaji dan kompensasi yang diterima individu karyawan. Karyawan termotivasi untuk bekerja manakala imbalan yang diterima didistribusikan secara adil. Keadilan diartikan sebagai keseimbangan antara masukan – masukan yang dibawa masuk karyawan ke dalam pekerjaan dengan hasil – hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Masukan – masukan tersebut meliputi pengalaman kerja, jenjang pendidikan, keahlian – keahlian khusus, upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan, waktu bekerja, dan kesediaan bekerja untuk tempatkan diwilayah tertentu. Hasil yang diperoleh adalah gaji, tunjangan pencapaian, pengakuan dan imbalan lainnya. Persepsi karyawan atas keadilan saat akan menerima gaji dan kompensasi dari perusahaan dipengaruhi oleh dua aspek yaitu : (1) Rasio kompensasi terhadap masukan upaya, pendidikan, pelatihan, ketahanan akan kondisi kerja yang merugikan; dan (2) perbandingan rasio ini dengan rasio – rasio lain yang dirasakan oleh karyawan lain. Dan hal – hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemberian kompensasi yaitu : (a) Kompensasi harus dapat memenuhi kebutuhan minimal, misalnya kebutuhan makan, minum, pakaian dan perumahan, dengan menggunakan ketentuan yang sudah ada, seperti ketentuan pemerintah /gaji upah minimum; (b) Kompensasi harus dapat meningkat, dalam arti besarnya kompensasi mampu mengikat karyawan, sehingga kemungkinan kecil karyawan untuk pindah ke perusahaan lain (c) Kompensasi harus dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja, (d) Kompensasi harus adil, adil sesuai dengan haknya dan (e) komposisi dari kompensasi yang diberikan tidak mutlak harus diwujudkan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk lain. Aspek keadilan dalam kompensasi dan penggajian, dapat terlaksana dengan baik, jika melalui sistem yang baik, apabila karyawan merasa kompensasi yang diterima tidak adil, maka karyawan tersebut akan membatasi atau mengurangi produktivitas kerjanya atau dapat meninggalkan perusahaan dan mencari pekerjaan lain. Seperti halnya yang terjadi di PT. “A”, karyawan yang ada dan bertahan sampai saat ini bisa saja mencari pekerjaan di tempat lain apabila kompensasi yang diberikan tidak sesuai dengan aspek – aspek keadilan yang sudah dijelaskan sebelumnya. G. Pengertian Motivasi Kerja Sebelum membicarakan masalah motivasi lebih lanjut, perlu kiranya diketahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan “motif, motivasi, dan motivator”. Definisi terhadap istilah-istilah tersebut (motif, motivasi, dan motivator), akan banyak dijumpai dalam uraian berikut ini. Menurut Schiffman & Kanuk (2000 :69) ; motivasi adalah the driving force with individual that impels then the action. Motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak. Sedangkan Handoko (2001:225) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan tertentu guna mencapai tujuan. Selain itu menurut S. Nasution, dalam Dasar-Dasar Motivasi (Moekijat: 2002: h. 4), mengemukakan bahwa dengan ‘motif’ dimaksud segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, disimpulkan bahwa motif adalah suatu daya pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan prilaku seseorang, termasuk prilaku kerja. Untuk dapat memotivasi seseorang diperlukan pemahaman tentang bagaimana terbentuknya motivasi tersebut. Berdasarkan kompleksitas faktor motivasional, sejumlah pandangan atau teori tentang motivasi ditemukan diantaranya drive – reduction theory, arousal theory, incentive theory, dan cognity theory. Drive – reduction theory mengatakan bahwa motivasi didorong untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan primer (lapar, haus) dan kebutuhan sekunder (berprestasi). Arousal theory mengatakan bahwa setiap orang memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan yang memiliki tantangan tertentu, yang mengakibatkan seseorang suka melakukannya. Incentive theory mengatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh rangsangan eksternal. Dan Cognity theory mengatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh intrinsic motivation, yaitu aktivitas untuk mencari kesenangan. (Marihot Tua E. Hariandja, 2002). Teori motivasi kebutuhan seperti yang dikemukakan oleh Abraham A. Maslow yang menyatakan bahwa motivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan. Adapun kebutuhan – kebutuhan itu adalah : kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan pengakuan (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang (Muslich, 2008). ingin dicapai. H. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Faktor – faktor motivasi yang ada dalam diri manusia terdorong oleh karena adanya (1) keinginan untuk hidup; (2) keinginan untuk memiliki sesuatu; (3) keinginan akan kekuasaan dan (4) keinginan akan adanya pengakuan. Ada tiga motivasi utama yang sering diajukan dalam teori - teori motivasi: (Geocities, Lecturer Manajemen, Teori Motivasi, Prestasi, dan Kepuasan, Kerja, 2008) 1. Model tradisional, sering disebut model klasik, dicetuskan oleh Frederick Winslow Taylor. Model ini menyatakan bahwa motivasi pada seseorang hanya dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis saja. Khususnya untuk pekerja hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang. 2. Model human relation, diartikan sebagai model hubungan manusiawi dengan penekanan pada kontak sosial merupakan kebutuhan bagi manusia yang bekerja dalam suatu organisasi. Model ini dicetuskan oleh Elton Mayo sebagai akibat kejenuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan yang sama secara berulang. Elton Mayo menekankan pada pentingnya pengakuan atau penghargaan terhadap kebutuhan sosial pekerja. 3. Model sumber daya manusia, dengan penekanan pada motivasi tidak hanya oleh masalah pemenuhan kebutuhan biologis saja akan tetapi juga kebutuhan mendapatkan kepuasan. I. Penilaian Kinerja Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja pegawai/ karyawan sehingga perusahaan menghadapi krisis yang serius. Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja seseorang merupakan Kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Malayu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Veizal Rivai (2004: 309) mengemukakan kinerja adalah: “merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”. Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: kemampuan pekerja, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi. Dalam setiap organisasi perlu mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan pegawai sebagai landasan untuk memperbaiki kelemahan tersebut dan meningkatkan kelebihan dengan tujuan produktivitas lebih baik dan untuk pengembangan pegawai. Untuk itu diperlukan kegiatan penilaian kinerja secara berkala yang berorientasi pada masa lalu atau masa yang akan datang. Marihot Tua E. Hariandja, 2002, penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kemampuan bekerja pegawai. Tujuan dilakukan penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan, latihan dan lain – lain. Penilaian kerja dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai sejauh mana kegiatan manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi dalam kegiatan perekrutan, penempatan, pelatihan , penggajian dan perencanaan karir pegawai. Victor Vroom dalam teory motivasi expentasi mengatakan bahwa salah satu unsur penting dalam motivasi adalah adanya kemungkinan bahwa seseorang dapat mencapai kinerja yang diharapkan, yang disebut dengan expectancy, disamping adanya hubungan yang jelas antara unjuk kerja dengan reward/ imbalan yang didapat (instrumentally), serta imbalan yang akan didapat sesuai dengan bentuk yang sangat diinginkan pada saat ini (valens). Motivasi kerja merupakan hasil output dari penilaian kinerja yang memiliki nilai harapan/ ekspektasi, mempunyai instrumen penilaian yang efektif dan valensi penilai yang efektif (Anderson JR, 2006). Penilaian kinerja merupakan salah satu alat manajemen untuk membentuk motivasi, persaingan positif/kompetisi pekerja untuk mencapai nilai maksimal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai atau pengakuan atas prestasinya. Pengakuan tersebut bisa berbentuk sistem kenaikan gaji, kenaikan jabatan, fasilitas, bonus dan banyak bentuk penghargaan pada pekerja (Rivai dan Basri, 2004, p. 24). Penilaian prestasi kerja merupakan kajian sistemastis tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standard kerja yang telah ditentukan perusahaan. (Rivai, 2005: 18). Adapun faktor – faktor penilaian kinerja antara lain hasil kerja karyawan , kualitas kerja karyawan , komunikasi ,tanggung jawab , motivasi kerja, kreativitas kerja, disiplin kerja, orientasi, integritas, orientasi pelayanan, kecerdasan emosional, kerjasama team, efisiensi dan control, penguasaaan bidang kerja, inisiatif dan kepemimpinan. Menurut siagian (2002:224-225) penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasional dan diterapkan dengan objektif serta didokumentasikan secara sistematik. Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.