PSAK 19 Aktiva Tidak Berwujud

advertisement
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19
AKTIVA TAK BERWUJUD
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 tentang Aktiva Tak
Berwujud disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24
Agustus 1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia
pada tanggal 7 September 1994.
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material (immaterial
items)
Jakarta, 7 September 1994
Pengurus Pusat
Ikatan Akuntan Indonesia
Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
Hans Kartikahadi
Jusuf Halim
Ketua
Sekretaris
Hein G. Surjaatmadja
Anggota
Katjep K. Abdoelkadir
Anggota
Wahjudi Prakarsa
Anggota
Jan Hoesada
Anggota
M. Ashadi
Anggota
Mirza Mochtar
Anggota
IPG. Ary Suta
Anggota
Sobo Sitorus
Anggota
Timoty Marnandus
Anggota
Mirawati Soedjono
Anggota
1 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
PENDAHULUAN
Tujuan
Pernyataan ini mengatur mengatur akuntansi untuk aktiva tak berwujud beserta
pengungkapannya.
Ruang Lingkup
01 Pernyataan ini tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk:
(a) biaya riset dan pengembangan; dan
(b) goodwill.
Definisi
02 Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Aktiva tak berwujud (in tangible asset) adalah aktiva tak lancar (noncurrent asset)
dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam
klasifikasi aktiva yang lain. Salah satu karakteristik aktiva tak berwujud yang paling
penting adalah tingkat ketidakpastian mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian
hari. Dalam banyak kasus, nilai aktiva tak berwujud berkisar antara nihil sampai
dengan jumlah yang besar. Aktiva tak berwujud antara lain dapat berbentuk hak
paten, hak cipta, franchise, merk dagang dan goodwill.
PENJELASAN
03 Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak
berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah
penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan
tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas
penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang
dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada
umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik
yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai
perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
04 Aktiva tak berwujud dibedakan menurut sifat kekhususannya, masa manfaatnya,
hubungannya dengan kegiatan usaha, dan penghapusannya. Dasar penggolongan
aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
2 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
- Kemampuan untuk diidentifikasikan: dapat atau tidak dapat diidentifikasikan
secara khusus.
-
Cara perolehan: diperoleh secara individual, secara
penggabungan badan usaha atau dikembangkan sendiri.
kelompok,
melalui
- Masa manfaat yang diharapkan: tergantung pada pembatasan yang diatur oleh
hukum/perjanjian, pada faktor keekonomian atau manusia, atau pada jangka
waktu yang tidak terbatas atau tidak dapat ditentukan di ma sa depan.
- Kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan perusahaan: hak yang dapat
dialihkan tanpa bukti pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat dipisahkan dari
perusahaan atau dari bagian pokoknya.
05 Perusahaan harus mencatat nilai perolehan aktiva tak berwujud yang diperoleh
dari individu atau badan usaha lain sebagai aktiva. Biaya pemeliharaan atau
penyimpanan aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan secara khusus,
tidak dapat ditentukan masa manfaatnya/umurnya, atau tidak dapat dihindarkan
dalam suatu kegiatan usaha harus dibebankan dalam laporan laba rugi periode yang
bersangkutan.
06 Aktiva tak berwujud yang diperoleh harus dicatat sebesar harga perolehan pada
tanggal akuisisi. Harga perolehan tersebut dinilai sebesar jumlah yang dibayar, nilai
wajar dari aktiva lain yang diperoleh, nilai tunai dari kewajiban yang ada atau nilai
wajar dari aktiva yang diterima untuk saham yang dikeluarkan.
07 Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian dari
perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal
akuisisi. Penilaian harga perolehan ini tergantung pada- apakah aktiva tak berwujud
tersebut dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak. Harga perolehan aktiva tak
berwujud yang dapat diidentifikasikan adalah sebagian dari harga perolehan
sekelompok aktiva atau perusahaan yang diakuisisi yang biasanya ditentukan dari
nilai wajar masing- masing aktiva tersebut.
08 Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga
harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama
taksiran masa manfaatnya dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode
perolehan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat suatu
aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
- Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat
maksimum.
- Kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat
yang telah ditentukan.
- Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor perubahan ekonomi
dan teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.
3 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
-
Prakiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana
hukum/peraturan dan lainnya yang membatasi keunggulan dalam daya saing
(competitive advantage).
- Adanya suatu masa manfaat yang tidak terbatas, dan masa manfaat yang
diharapkan tidak dapat ditaksir secara wajar.
- Kemungkinan aktiva tak berwujud terdiri dari beberapa jenis/faktor yang
mempunyai masa manfaat yang berbeda.
Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar ma ka hal-hal
tersebut di atas harus dianalisa terlebih dahulu. Taksiran masa manfaat yang wajar
biasanya ditentukan dengan membuat batas atas dan batas bawah karena taksiran
masa manfaat yang sesungguhnya sulit untuk ditentukan.
09 Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 (duapuluh) tahun berdasarkan
pertimbangan bahwa dalam 20 (duapuluh) tahun sudah banyak perkembangan yang
terjadi sehingga untuk tenggang waktu selebihnya aktiva tak berwujud diperkiraan
tidak lagi memiliki manfaat keekonomian. Oleh karena itu, meskipun analisa pada
saat perolehan suatu aktiva tak berwujud menunjukan masa manfaat yang melebihi
20 (duapuluh) tahun, periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 (duapuluh) tahun.
10 Metode amortisasi aktiva tak berwujud adalah metode garis lurus (straight line
method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi yang
digunakan.
11 Perusahaan harus mengevaluasi periode amortisasi aktiva tak berwujud secara
teratur untuk memutuskan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut
perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Jika taksiran masa
manfaat berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus
dibebankan pada sisa masa manfaat yang baru, dengan syarat tidak boleh melebihi
20 (duapuluh) tahun dari tanggal perolehan. Taksiran nilai dan manfaat masa depan
suatu aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi tersebut harus dikurangi dengan
jumlah tertentu sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi periode yang
bersangkutan. Meskipun demikian, kerugian pada satu atau beberapa tahun tertentu
secara berurutan tidak dapat dijadikan alasan untuk membebankan semua atau
sebagian harga perolehan aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi sebagai
pembebanan luar biasa pada periode yang bersangkutan. Jika ada pembebanan luar
biasa, maka alasan pembebanannya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
4 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMOR 19
AKTIVA TAK BERWUJUD
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19 terdiri dari paragraf 12 - 20.
Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks paragraf 1 -11.
12 Pengertian dan sifat aktiva tak berwujud:
- Aktiva tak berwujud adalah aktiva tidak lancar (noncurrent atau capital asset)
yang tidak berwujud dan nilainya tergantung pada hak-hak yang dinikmati
pemiliknya.
- Ciri khas aktiva tak berwujud yang paling utama adalah tingkat ketidakpastian
mengenai nilai dan manfaatnya di kemudian hari.
- Aktiva tak berwujud ada dan mempunyai nilai karena eksistensinya yang
berkaitan dengan aktiva berwujud perusahaan .
Perlakuan Akuntansi
13 Klasifikasi aktiva tak berwujud:
- Aktiva tak berwujud dibedakan menurut sifat kekhususan, masa manfaat,
metode amortisasi dan hubungannya dengan kegiatan usaha.
- Berdasarkan eksistensinya, aktiva tak berwujud dapat dikelompokkan dalam 2
(dua) kategori:
a. Aktiva tak berwujud yang eksistensinya dibatasi oleh ketentuan perundangundangan, peraturan pemerintah, perjanjian yang dibuat antara para pihak
atau sifat dari aktiva tersebut, misalnya hak paten, hak sewa, hak cipta,
franchise yang terbatas, lisensi.
b. Aktiva tak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas dan tidak dapat
dipastikan masa berakhir nya, misalnya merk dagang, proses dan formula
rahasia, perpetual franchise, goodwill.
14 Penilaian aktiva tak berwujud tergantung pada tujuan pelaporan:
- Kalau tujuannya adalah untuk mengukur dan melaporkan aktiva tak berwujud
secara keseluruhan dalam rangka penggabungan usaha, maka biasanya
digunakan cara dengan menila i perusahaan secara keseluruhan dan kemudian
mengurangi jumlah tersebut dengan nilai aktiva lain yang dapat diukur secara
langsung. Cara seperti ini sifatnya subyektif, kecuali kalau nilai perusahaan
dapat ditentukan secara obyektif di bursa saham.
- Kalau tujuannya untuk melaporkan aktiva tertentu, maka pengukuran secara
independen akan lebih bermanfaat.
5 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
15 Perolehan aktiva tak berwujud:
- Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak luar atau
dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Biaya yang terjadi sehubungan dengan
aktiva tak berwujud yang dikembangkan sendiri dicatat sebagai beban usaha,
kecuali aktiva tak berwujud tersebut dapat diidentifikasikan secara spesifik.
- Perusahaan harus mencatat nilai perolehan aktiva tak berwujud yang diperoleh
baik secara satuan maupun dari akuisisi perusahaan lain sebagai aktiva.
- Biaya pemeliharaan, atau penyimpanan aktiva tak berwujud yang tidak dapat
diidentifikasikan secara khusus, atau biaya yang tidak dapat dihindarkan dalam
suatu kegiatan usaha dan merupakan bagian dari perusahaan secara
keseluruhan, harus dibebankan dalam laporan laba rugi periode yang
bersangkutan.
16 Harga perolehan aktiva tak berwujud:
- Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara satuan harus dicatat sebesar harga
perolehan pada tanggal perolehannya.
-
Harga perolehan tersebut dinilai berdasarkan jumlah pembayaran yang
dilakukan, nilai wajar dari aktiva lain yang diperoleh, nilai tunai dari kewajiban
yang ada atau nilai wajar dari aktiva yang diterima untuk saham yang
dikeluarkan .
- Aktiva tak berwujud yang diperoleh secara kelompok atau sebagai bagian dari
perusahaan yang diakuisisi, harus dicatat sebesar harga perolehan pada
tanggal perolehannya.
- Penilaian atas harga perolehan tergantung pada apakah aktiva tak berwujud
tersebut dapat diidentifikasikan secara khusus atau tidak.
- Harga perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan adalah
merupakan bagian dari jumlah harga perolehan sekelompok aktiva dari
perusahaan yang diakuisisi .
- Harga perolehan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasikan tidak boleh
dimasukkan dalam goodwill.
17 Amortisasi aktiva tak berwujud:
- Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu,
sehingga harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara
sistematis selama taksiran masa manfaatnya.
- Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat suatu
aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
a.
Ketentuan hukum
maksimum.
atau
perjanjian
yang
membatasi
masa
manfaat
6 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
b. Kemungkinan untuk me mperpanjang atau memperbaharui batas masa
manfaat yang semula telah ditentukan.
c. Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor keekonomian lain
dapat mengurangi masa manfaat.
d.
Perkiraan tindakan yang akan dilakukan oleh saingan yang
mempengaruhi keunggulan komparatif perusahaan tersebut.
dapat
e. Adanya suatu masa manfaat yang tidak terbatas dan manfaat yang
diharapkan tidak dapat ditaksir secara wajar.
f. Suatu aktiva tak berwujud mungkin terdiri dari beberapa unsur yang
mempunyai masa manfaat yang berbeda satu dengan yang lainnya.
-
Harga perolehan untuk setiap aktiva tak berwujud harus diamortisasi
berdasarkan taksiran masa manfaat aktiva tersebut dan tidak boleh dibebankan
seluruhnya pada periode perolehan.
- Untuk menentukan masa manfaat akt iva tak berwujud secara wajar, hal-hal
yang dikemukakan sebelumnya harus dianalisa terlebih dahulu.
- Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 (dua puluh) tahun. Periode 20 tahun
ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa dalam jangka waktu 20 tahun
sudah banyak perkembangan yang terjadi sehingga setelah lewat waktu 20
tahun aktiva tak berwujud tersebut diperkirakan tidak ada manfaat
keekonomiannya lagi.
-
Apabila analisa pada saat perolehan suatu aktiva tak berwujud dapat
menunjukkan bahwa sesungguhnya aktiva tak berwujud tersebut mempunyai
masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun, masa manfaat sebagai dasar
amortisasi setinggi-tingginya adalah 20 (dua puluh) tahun.
18 Metode amortisasi:
- Metode amortisasi aktiva tidak tetap berwujud adalah metode garis lurus
(straight line), kecuali jika suatu perusahaan mempunyai metode lain yang
lebih sesuai dengan, kondisi perusahaan yang bersangkutan.
- Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi aktiva
tak berwujud yang digunakan.
19 Evaluasi atas amortisasi:
- Perusahaan harus dapat mengevaluasi periode amortisasinya secara teratur
untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut
perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan tersebut.
- Jika taksiran masa manfaat berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum
diamortisasi harus dibebankan pada sisa manfaat setelah kenaikan/penurunan
7 of 8
PSAK No. 19 AKTIVA TAK BERWUJUD
masa manfaat tersebut dengan syarat jumlah masa manfaat tidak boleh
melebihi 20 (dua puluh) tahun dari tanggal perolehan.
- Taksiran nilai dan manfaat di masa akan datang atas suatu aktiva tak berwujud
dapat menunjukkan bahwa nilai aktiva tak berwujud yang belum
diamortisasikan tersebut harus dikurangi sejumlah tertentu (write-down)
sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan.
- Kerugian pada satu atau beberapa tahun tertentu secara berurutan tidak dapat
dijadikan alasan untuk membebankan semua atau sebagian harga perolehan
yang belum diamortisasi sebagai pembebanan luar biasa, dan jika ada, harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Tanggal Efektif
20 Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan yang mencakupi periode
laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini
sangat dianjurkan.
8 of 8
Download