Potensial Listrik dan Kapasitor

advertisement
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
PROGRAM STUDI FISIKA
FMIPA
Bahan Ajar 2:
Potensial Listrik dan Kapasitor
(Minggu ke 3 dan 4)
FISIKA DASAR II
Semester 2/3 sks/MFF 1012
Oleh
Muhammad Farchani Rosyid
Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaran
2013
Nopember 2013
BAB 2: POTENSIAL LISTRIK
DAN KAPASITOR
1. Potensial Dan Usaha Listrik
1.1 Usaha untuk menggerakkan muatan uji.
Perhatikan gambar 2.1 (B). Sebuah muatan titik q digerakkan melalui suatu lintasan dalam
medan listrik yang dihasilkan oleh muatan Q. Selama bergerak dalam lintasan itu, muatan q
berada dalam pengaruh gaya listrik akibat medan yang dihasilkan oleh Q. Lalu, berapakah usaha
dilakukan oleh gaya listrik itu? Mari kita hitung bersama.
Andaikan dl adalah segmen atau potongan kecil pada lintasan di sembarang titik yang
dilalui oleh muatan q. Usaha yang dilakukan oleh gaya listrik selama bergerak sepanjang
segemen itu adalah
dW = F•dl = Fdl cos .
Q
Q
F
r

B
dl
(B)
(A)
A
Gambar 2.1
Usaha total yang dilakukan oleh gaya listrik selama muatan q bergerak sepanjang lintasan dari A
menuju B adalah jumlahan usaha-usaha sepanjang segmen-segmen kecil yang ada di sepanjang
lintasan antara A dan B. Jumlahan ini dilambangkan dengan
W AB 

l int asan
F •dl.
Bagaimanapun lintasan yang dilalui oleh muatan q, usaha yang dilakukan oleh gaya listrik itu
adalah
B
WAB 

B
F •dl =
 F cos dl ,
(2.1)
A
A
dengan  adalah sudut yang dibentuk oleh vektor F dan dl sepanjang lintasan. Integrasi ini rumit
dikerjakan, sehingga lebih mudah jika kita memberikan pendekatan. Tetapi karena gaya listrik
yang ditimbulkan oleh muatan titik Q berarah radial, maka ada jalan untuk mneyederhanakan
perhitungan di atas. Sifat radial itu memungkinkan kita menuliskan integral di atas sebagai
rB
W AB   F dr
(2.2)
rA
dengan r menyatakan jarak diukur dari muatan Q, rA jarak titik A dari muatan Q dan rB jarak
titik B dari muatan Q. Dengan memasukkan besarnya gaya listrik maka diperoleh
W AB 
rB
rB
rA
rA
 F dr   k
rB
qQ
1
dr  k q Q  2 dr
2
r
rA r
1
1
  k q Q   
rA 
 rB
1
1
 k q Q   
 rA rB 
Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh gaya listrik pada muatan q yang bergerak dalam
medan listrik yang dihasilkan oleh muatan Q sepanjang lintasan manapun yang berawal dari titik
berjarak rA ke titik yang berjarak rB dari Q diberikan oleh
1
1
W AB  k q Q    .
 rA rB 
(2.3)
Sekarang kita definisikan besaran V A dan VB menurut
VA 
kQ
rA
dan
VB 
kQ
.
rB
( 2.4)
Kita menyebut kedua besaran baru ini sebagai potensial listrik di titik A dan B. Dengan
menggunakan kuantitas baru ini, usaha yang dilakukan oleh gaya listrik sepanjang lintasan dapat
dinyatakan sebagai
1
1
 k q Q  
 rA rB
  q ( VB  V A )
W AB



(2.5)
  q V AB
Dengan VAB  VB  VA menyatakan beda potensial listrik antara kedua titik itu. Apakah
makna yang terkandung dalam potensial listrik serta hubungannya dengan usaha?. Anda dapat
membacanya dari persamaaan (2.4) bahwa secara umum potensial listrik pada titik berjarak r dari
muatan sumber, akan mempunyai potensial listrik
Q
.
(2.6)
r
Besaran ini merupakan besaran skalar dan gayut (tergantung) pada jarak. Apabila kita himpun
titik-titik yang mempunyai potensial yang sama disekitar Q, akan kita dapatkan permukaan yang
menyatakan daerah-daerah di sekitar muatan yang mempunyai potensial listrik yang sama.
Permukaan ini disebut sebagai permukaan equipotensial. Permukaan equipotensial selalu
mempunyai sifat berikut
Vr  k
1. Tidak pernah berpotongan satu dengan yang lain
2. Bidang-bidang tersebut selalu tergambar tegak lurus terhadap garis-garis gaya.
Untuk jelasnya, perhatikan bidang equipo-tensial dari muatan titik yang diperlihatkan pada
gambar 2.1(B).
q
B
WAB = q(VA −VB)
A
VB
VA
Gambar 2.2 Lintasan muatan q yang
melalui bidang-bidang equipotensial.
Dari perumusan usaha di atas mudah ditebak jika muatan uji bergerak sepanjang lintasan
equipotensial, maka usaha yang dilakukannya adalah nol. Misalkan muatan bergerak dari A ke B
dengan
(dalam
satu
bidang
equipotensial),
maka
kita
dapatkan
V A  VB
WAB   q ( VB  VA )  0 . Sementara itu, bagaimanapun bentuk lintasan yang disusuri oleh
muatan tersebut dari A menuju ke B, besarnya usaha yang dikerjakan sama dengan beda
potensial antara bidang-bidang equipotensial tempat kedua titik itu berada. Perhatikanlah gambar
2.2 untuk lebih jelasnya.
3. 2 Prinsip superposisi potensial.
Anda telah mengetahui bahwa potensial
P
listrik yang ditimbulkan oleh sebuah muatan
r1
rn
qn
titik Q pada jarak r darinya adalalah
Q
q1
Vr  k .
r2
r
Sekarang, bagaimana dengan beberapa
muatan yang tersebar dalam ruang? Berapa
q2
besarkah potensial listrik yang dirasakan pada
Gambar 2.3
sutu titik disekitar kumpulan muatan-muatan
tersebut?. Masalah ini terjawab oleh prinsip
superposisi potensial. Jika terdapat n buah muatan, maka di suatu titik P masing-masing muatan
tersebut menghadirkan potensial listrik sebesar V1 , V2 , ...., Vn . Potensial listrik total yang
dirasakan pada titik P adalah jumlahan potensial listrik yang dihadirkan oleh masing-masing
muatan itu, yaitu
V  V1  V2  ....  Vn
(2.7)
sebagai catatan, untuk menghitung potensial listrik masing-masing muatan titik perlu
dimasukkan tanda muatan tersebut. Karena potensial listrik adalah bilangan skalar, maka
cara penjumlahannya sama dengan cara penjumlahan bilangan biasa.
Satuan potensial listrik tentu saja adalah Nm/C. Satuan ini disebut juga dengan volt (V) sebagai
penghormatan bagi Alessandro Volta (1745-1827). Jadi 1 V = 1 Nm/C.
3.3 Energi potensial listrik dan usaha.
Anda telah mengetahui bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya listrik selama pemindahan
muatan q sepanjang suatu lintasan dari titik A ke B diberikan oleh
WAB   q (VB  VA )   q VAB . .
(2.8)
k q Q
sebagai energi potensial (dan diberi simbol E p ) yang
rA
diterima oleh q di titik sejauh rA dari Q. Jadi
Kita menyebut besaran q VA 
E p ( A) 
k qQ
rA
dan
E p ( B) 
k qQ
rB
(2.9)
Usaha yang dilakukan oleh gaya listrik akibat keberadaan muatan Q, bila diungkapkan dalam
energi potensial, dapat dihitung melalui ungkapan
WAB  ( EP (B)  EP (B))  EP .
(2.10)
Jadi sepertinya, terdapat tingkat-tingkat energi disekitar suatu muatan yang dinyatakan
dengan E p pada setiap titiknya. Dan untuk menggerakkan suatu muatan lain dari titik ke titik
memerlukan usaha sebesar beda energi potensial pada kedua titik itu.
Tapi apa makna energi potensial tersebut dan mengapa disebut energi? Cukup jelas untuk
disebut sebagai energi karena besaran sekalar ini berdimensi energi. Tetapi untuk mengetahui
apa makna energi potensial di suatu titik, perlu dijelaskan sebagai berikut. Tenaga potensial di
titik B, yaitu Ep(B), sama nilanya dengan −WAB, yaitu usaha yang dilakukan oleh gaya listrik
pada muatan q selama muatan q menyusuri lintasan dari titik B menuju ke titik A, jika tenaga
potensial di titik A sama dengan nol, yakni Ep(A) = 0. Ini terjadi manakala titik A terletak di jauh
tak terhingga, yaitu bila rA menjadi tak berhingga. Ini menunjukkan bahwa energi potensial di B,
yaitu Ep(B), adalah energi yang diperlukan oleh muatan Q untuk membuang muatan q dari
titik B yang jaraknya rB menuju ke tempat yang jauhnya tidak terhingga. Ini sama nilainya
dengan energi yang diperlukan oleh pihak luar untuk membawa muatan q dari titik di tak
terhingga menuju ke titik B yang jaraknya rB dari muatan Q.
Secara umum, energi potensial yang dimiliki oleh dua muatan q1 dan q2 yang berjarak r12
dapat dituliskan sebagai
EP(12) =
kq1 q 2
.
r12
(2.11)
Energi potensial juga bermakna sebagai usaha untuk menempatkan sejumlah muatan bersamasama di suatu tempat. Usaha yang diperlukan untuk keperluan ini disebut sebagai energi
konfigurasi (Ekonfiguarsi) yang besarnya adalah jumlahan energi potensial dari setiap pasangan
muatan.
Semisal terdapat tiga buah muatan q1 , q2 dan q3 yang akan dikumpulkan bersama, maka
energi konfigurasi untuk mengumpulkan muatan-muatan tersebut adalah
EP(12) + EP(13) + EP(23) =
kq q
kq1 q 2 kq1 q3
+
+ 2 3
r23
r12
r13
dengan r12, r13, dan r23 adalah jarak-jarak pemisah antar ketiga muatan itu.
3.4 Hubungan timbal-balik antara potensial listrik dan medan listrik.
Telah anda ketahui bahwa potensial listrik pada titik-titik sejauh r dari muatan titik Q
diberikan oleh
V=
kQ
,
r
sedangkan kuat medan listrik di titik-titik itu dapat dinyatakan dengan
kQ
r.
r3
Yang satu merupakan besaran skalar dan yang lain besaran vektor. Adakah kaitan antara
keduanya? Bagaimana menghubungkan kedua besaran itu? Bila diketahui yang satu dapatkah
diketahui yang lain ? Ya. Keduanya saling terkait. Dengan keterkaitan itu, jika kita kesulitan
menentukan yang satu kita dapat mencari yang lain dulu dan kemudian menurunkannya.
a. Menentukan E dari V . Jika potensial listrik V telah diketahui hanya gayut pada r, maka
kuat medan listrik dapat ditentukan dari
E=
E= 
dV
rˆ .
dr
(2.12)
b. Menentukan V dari E. Jika kuat medan listrik diketahui, maka hanya sebagai fungsi r
dan hanya berarah radial saja, maka
rB
V 
 E dr
(2.13)
rA
2. Kapasitor
Pada tahun 1746, seorang ilmuan Perancis bernama M. Reaumur menerima surat dari
Proffesor Musschenbroek dari universitas Leiden Belanda. Dalam surat tersebut diceritakan
sebuah eksperimen baru yang sangat berbahaya. Yang melibatkan suatu alat yang kemudian
dikenal sebagai toples Leiden (Leiden jar). “Ada kejutan kilat yang menyebabkan aku sukar
bernafas ketika pertama kali aku menyentuhnya”, begitu kata M. Allaman, yang juga berasal dari
Leiden. Alat tersebut terbuat dari pipa yang dibatasi oleh gelas tipis dan permukaan luardalamnya diberi kulit dari lapisan metal. Sekarang ini, alat–alat yang serupa dengannya: dua
konduktor yang dipisahkan oleh isolator, disebut dengan kapasitor. Akan kita lihat nanti, alatalat semacam ini berisikan bahan-bahan yang bermuatan yang ketika muatannya tidak seimbang
akan menyebabkan aliran muatan dari bahan-bahan tersebut Aliran muatan inilah yang
menyebabkan kejutan listrik.
1.2 Kapasitor dan kapasitansi
Kapasitor secara umum terbuat dari dua
konduktor A dan B yang diisolasi satu dengan
yang lain dengan masing-masing konduktor
Gambar 2.4
mempunyai muatan yang sama besar tapi berbeda tanda. Katakanlah muatan A dan B masingmasing adalah  q dan  q . Dengan adanya muatan pada kedua konduktor, tentu saja akan
timbul perbedaan potensial V antara kedua konduktor tersebut. Perhatikanlah Gambar 2.5. Kita
mendefinisikan tetapan kesebandingan antara besarnya muatan di salah satu konduktor (yakni q )
dengan beda potensial ( V ) antara kedua konduktor itu sebagai kapasitas ( C ). Yaitu,
C
q
V
atau
q  CV.
(2.14)
Satuan kapasitas adalah farad (F), yang diambil dari nama ilmuan inggris Michael Faraday
(1791-1867) yang mengenalkan konsep kapasitas dan beberapa sumbangan penting dalam
kelistrikan dan kemagnetan. Kapasitas 1 F didefinisikan sebagai kapasitas suatu kapasitor
yang harus menyimpan muatan sebesar 1 C untuk menghasilkan beda potensial sebesar 1
volt antara kedua plat pada kapasitor itu. Dalam laboratorium, muatan sebesar 1 C tersebut
sangatlah besar, oleh karena itu tidak menherankan jika kapasitas yang umum ditemukan berada
dalam orde picofarad (1 pF = 10-12 F) hingga mikrofarad (1  F = 10-12 F) saja. Kapasitas C
sangat tergantung pada bentuk konduktor A dan B serta cara meletakkannya, juga tergantung
pula pada medium pengisi antara kedua konduktor tersebut. Tetapi untuk pembahasan awal kita
anggap saja tidak ada bahan pengisi antara A dan B (vakum). Perlu diingat, besarnya C selalu
tetap atau tidak berubah. Jadi meskipun muatan konduktor berubah, beda potensial antar kedua
plat konduktor juga akan berubah mengikuti perubahan muatan sumbernya tersebut.
Sekarang mari kita beberapa contoh kapasitor sederhana berikut dan cara menentukan
konduktansinya.
Kapasitor keping sejajar tersusun atas dua plat konduktor
yang terpisah oleh jarak sejauh d. Biasanya d jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan luas kedua plat konduktor
itu. Oleh karena itu plat boleh dianggap memiliki luas tak
terhingga. Tentukan besarnya kapasitas kapasitor keping
sejajar.
Jawab: Silahkan tengok kembali contoh dalam bab
sebelumnya. Kuat medan listrik di tengah dua plat tak
terhingga yang dimuati dengan muatan tak sejenis dan
terpisah oleh jarak sejauh d diberikan oleh
E
Gambar 2.5

.
0
Potensial listrik yang terpasang pada antara kedua plat itu adalah
d
V   E dr  d E .
0
(2.15)
Padahal dari hukum Gauss, besarnya muatan yang terkandung dalam setiap keping adalah
q   0 E A dengan A luas plat konduktor. Ini berarti, kapasitasnya adalah
C
 A
q 0 E A 0 A


C  0
V
dE
d
d
(2.16)
Jadi kapasitas kapasitor keping sejajar hanya bergantung pada luas keping dan jarak antara kedua
keping itu..
Kapasitor Silinder: Sebuah pipa silinder cukup tipis yang
terbuat dari konduktor (katakanlah dengan panjang l dan jarijari b) dan sebuah silinder pejal (katakanlah dengan panjang l
dan jari-jari a) yang juga terbuat dari konduktor dapat dibuat
kapasitor dengan memasukkan batang silinder pejal ke dalam
pipa silinder sehingga sumbu kedua silinder itu berimpit
(lihat gambar 2.6). Bila b − a jauh lebih kecil dibandingkan
dengan l, maka tentukanlah besarnya kapasitas kapasitor
silinder itu. Jawab: Andaikan batang silinder konduktor yang
berada di tengah diberi muatan positif. Penerapan hukum
Gauss menghasilkan
2k q
E
rl
dengan r menyatakan jarak titik di dalam kapasitor diukur
dari sumbu kedua silinder itu. Oleh karena itu,
b
Gambar 2.6 Penampang
Silinder
b
2kq
2k q b
dr 
ln
rl
l
a
a
V   E dr  
a
( 2.17)
Sehingga kapasitas kapasitor itu adalah
C
q
l
a

ln
V 2k b
(2.18)
2.2 Energi elektrostatik dalam kapasitor: energi yang tersimpan.
Untuk memuati sebuah kapasitor yang awalnya kosong, harus ada pemindahan muatan
dari satu plat kapasitor ke plat yang lain. Jika itu dilakukan, maka akan terjadi pemindahan
muatan. Katakanlah muatan yang diambil dan dipindahkan adalah q’. Akibat pemindahan
muatan tersebut akan timbul beda potensial pada kedua plat sebesar
V 
q'
.
C
Sedangkan untuk menggerakkan dan memindahkan sejumlah muatan diperlukan usaha
guna melawan beda potensial tersebut. Jika beda potensial yang terbentuk dalam proses
pemindahan muatan sebelumnya adalah V, maka untuk memindahkan muatan sebanyak q’,
diperlukan usaha sebesar
W  V q'
Usaha total yang diperlukan untuk memindahkan muatan hingga terkumpul sebanyak q
tentu saja adalah jumlahan usaha-usaha W yang digunakan untuk memindahkan muatan q’
sedikit demi sedikit tersebut. Jadi,

W 
W  Vq
Untuk q yang semakin hingga kecil menuju nol, jumlahan di atas menjadi
q
W   Vdq '
(2.19)
0
Dari definisi diketahui bahwa beda potensial V dan muatan q dalam kapasitor memenuhi
hubungan V = q/C. Maka usaha total dapat dihitung dengan mensubtitusikan ungkapan untuk V
ini ke dalam persamaan ( 2.6) , sehingga didapat
W 
1
2
qV.
(2.20)
Tetapi energi untuk menggerakkan muatan dalam medan listrik di antara potensial V adalah
energi potensial (EP) yang tersimpan, sehingga sesungguhnya usaha yang dikemukakan di
atas tidak lain adalah energi potensial yang tersimpan dalam kapasitor, yaitu,
Ep 
1
2
q V  12 CV 2  12
Q2
.
C
(2.21)
Ketiganya setara satu dengan yang lain. Cobalah buktikan sendiri.
1.3 Rangkaian kapasitor: seri dan paralel
Rangkaian seri
Gambar 2.7
Dua atau lebih kapasityor dikatakan terhubung seri
jika ujung antar kapasitor dihubungkan satu dengan yang
lain, kemudian ujung-ujung terluarnya dihubungkan dengan
sumber beda potensial listrik. Dengan pengaturan seperti ini,
tentu saja beda potensial total yang diberikan adalah
jumlahan aljabar beda potensial dari setiap kapasitor
V  V1  V2  ......  Vn
(2.22)
Tetapi dalam rangkaian seri, banyaknya muatan yang mengalir selalu tetap. Jika kapasitor
pertama memindahkan muatan sebanyak q, maka kapasitor kedua akan menerima muatan
sebanyak itu pula serta memindahkan ke kapasitor ketiga , dan seterusnya. Jadi
q1  q 2  .........  q n  q
(2.23)
Dari persamaan (2.20) dan V  q / C diperoleh
V  V1  V2  ...  Vn 
q
q
q1 q2
q
q
1
1
1

 ...  n 

 ... 


 ... 
C1 C 2
C n C1 C 2
Cn
C1 C 2
Cn
q
Jika kita ingin menggantikan rangkaian kapasitor seri dengan sebuah kapasitor saja yang
berkapasitas Cs, maka haruslah dipenuhi
V 

1
1
1

 ...... 
C1
C2
Cn
q 
q
Cs
Ini berarti kapasitor pengganti tersebut harus mempunyai kapasitas yang memenuhi
1
1
1
1


 ...... 
C s C1
C2
Cn
(2.24)
Rangkaian paralel
Kapasitor dikatakan tersusun paralel jika disusun sejajar kemudian elektrode-elektrode yang
sekutub saling disatukan dengan penghantar yang sama (lihat gambar 2.30). Dengan cara ini,
maka muatan total yang dikumpulkan sama dengan jumlah semua muatan yang dipindahkan dari
masing-masing kapasitor.
q  q1  q 2  ......  q n
(2.25)
Tetapi beda potensial yang diberikan pada setiap kapasitor
adalah sama, yaitu
V1  V2  .........  Vn  V
sehingga kita dapatkan
Gambar 2.8
(2.26)
q  q1  q2  ...  qn  C1V1  C2V2  ...  CnVn  C1V  C2V  ...  CnV  (C1  C2  ...  Cn )V
Jika kita ingin menggantikan rangkaian kapasitor ini dengan kapasitor tunggal dengan kapasitas
Cp, maka haruslah
q  (C1  C 2  ....  C n )V
 C pV
Jadi kapasitansi kapasitor pengganti rangkaian paralel tersebut haruslah memenuhi hubungan
Cp  C1  C2  ....  Cn .
(2.28)
Contoh: Dua buah kapasitor berkapasitas 10 pF dan 5 pF disusun seri. Berapakah kapasitas total
rangkaian tersebut?
Jawab:
Kapasitas rangkaian seri diberikan oleh persamaan (2.24). Jadi untuk kasus ini,
1
1
1
1
1
1





Cs
C1 C 2
C s 10 pF 5pF
1
1
2
3



C s 10 pF 10 pF 10 pF
Ini berarti C s 
10 pF
 3,33pF
3
Contoh: Tiga buah kapasitor dengan kapasitas 3 pF, 7 pF dan 4 pF disusun paralel Berapakah
kapasitas totalnya?
Jawab:
Kapasitas rangkaian paralel diberikan oleh persamaan (2.28), sehingga untuk kasus ini,
C p  C1  C 2  C 3  3pF  7pF  4 pF
 14 pF
Jadi kapasitas totanya adalah 14 pF
3 Pengaruh bahan pengisi kapasitor terhadap kapasitansinya.
Pada tahun 1837, Michael Faraday
menyelidiki efek pengisian bahan di antara plat-plat
konduktor kapasitor. Dia membuat dua kapasitor
yang sama, yang satu hanya berisikan udara
sedangkan yang lainnya diberi bahan pengisi. Yang
menarik, bila keduanya diberikan muatan sehingga
memperoleh beda potensial yang sama, ternyata
kapasitor berbahan pengisi memerlukan lebih banyak
muatan untuk mencapai beda potensial tersebut. Ini
menunjukkan kapasitas kapasitor berbahan pengisi
lebih besar daripada kapasitas kapasitor tanpa bahan
pengisi.
Katakanlah C 0 menyatakan kapasitas kapasitor
dengan isi udara, sedangkan C kapasitor yang terisi
bahan, maka C  C 0 . Hubungan keduanya
tergantung pada bahan pengisi yang digunakan yang
dicirikan oleh sutu konstanta yang disebut konstanta
dielektrik bahan (  ). Dengan konstanta ini, kapasitansi kapasitor dapat dinyatakan sebagai
Tabel 1: Dielektrisitas bahan
Bahan

Vakum
1,00000
Udara
1,00054
Air
78
Kertas
3,5
Mika merah delima
5,4
Porselin
6,5
Kuarsa lebur
3,8
Ambar
2,7
Teflon
2,1
Titanium dioksida
100
Poliesterin
2,6
C   C0
(2.29)
Contoh: Jika sebuah kapasitor keping sejajar diberikan tambahan bahan pengisi berupa kertas,
Kapasitansinya menjadi berapa?
Jawab:
Menurut persamaan (2.16), kapasitas kapasitor keping sejajar tanpa bahan pengisi adalah
C0 
0 A
d
.
Kapasitasnya akan berubah menjadi C   C 0 jika telah diisi dengan bahan berdielektrik  .
Untuk bahan pengisi kertas,   3,5 , sehingga kapasitasnya menjadi
C   C 0  C  3,5
0 A
d
Daftar Pustaka
1. Blatt, F.D., 1983, Principles of Physics, second edition, Allyn and Bacon Inc., Boston.
2. Duncan, T., 1987, Advanced Physics. Fields, Waves and Atoms, edisi ketiga, John Murray,
Hongkong.
3. Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J., 1997, Fundamental of Physics, fifth edition, John
Wiley & Sons, Inc., New York.
4. Hewitt, P.G., 2002, Conceptual Physics, ninth edition, Addison Wesley, New York.
5. Serway, R. A. dan Beichner, R.J., 2000, Phyisics for Scientists and Engineers with Modern
Physics, Saunders College Publishing, New York.
6. Vanderlinde, J., 1993, Classical Electromagnetic Theory, John Wiley & Sons, Canada.
7. Wangness, R. K.,1986, Electromagnetics Fields, edisi kedua, John Wiley & Sons, New
York.
Download