J. Sains MIPA, April 2007, Vol. 13, No. 1, Hal.: 37 - 42 ISSN 1978-1873 KAJIAN ADSORPSI Cu(II) DENGAN BIOMASSA Hydrilla verticillata TERAKTIVASI Noer Komari1,*, Azidi Irwan1, Eka Susilawati 2 1Prog. Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Prog. Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan *Alamat untuk surat menyurat e-mail : [email protected] 2Alumni Diterima 24 September 2006, perbaikan 16 Januari 2007, disetujui untuk diterbitkan 19 Maret 2007 ABSTRACT The present of heavy metals, such as Cu is now a major concern and the elimination of the heavy metals from environment is important. One of the alternative treatments to handle the pollution of heavy metals is by the use of biomass as biosorbent. The aims of this research are therefore to find out the ability of activated biomass Hydrilla verticillata to adsorb Cu(II) ion. The biomass was activated by NaOH treatment. This research was performed with batch system. The measurements of the experiments includ pH, time dependence, metal-binding capacities of biomassa and Cu(II) recovery. The bound-metals ion were recovered by treatment with HCl. The functional groups were analysis with IR spectroscopy. The results showed that the opmimum adsorption occurred at pH 5 within 15 minutes of mixing. The adsorbtion capacity of the activated biomassa was 3,5721 mg Cu/g biomass, while that of non-activated biomass was 3,3071 mg Cu/g biomassa. The recovery Cu(II) ion with activated biomass was 99,0509 %, and that of non-activates was99,4013 %. From the infrared spectra, it is estimated that the carboxylate groups play a pivotal role in the interaction with Cu(II) ion. Keywords: Cu(II), biomass, Hydrilla verticillata, activated 1. PENDAHULUAN Biosorpsi, penggunaan biomassa sebagai alternatif bahan adsorben logam berat sudah banyak dikembangkan1). Keunggulan biosorpsi efektif menghilangkan ion logam berat pada limbah dengan volume besar dan konsentrasi sangat rendah2). Selain itu juga murah karena prosesnya dapat balik sehingga biomassa dapat dipakai berulang-ulang, serta ramah lingkungan3). Proses biosorpsi oleh biomassa dipengaruhi oleh pH dan waktu adsorpsi. pH mempengaruhi muatan adsorben pada titik isoelektrik. Pada pH yang lebih tinggi dari titik isoelektrik, adsorben akan memiliki muatan positif dan pada pH yang lebih rendah dinding sel adsorben akan memiliki muatan negatif. Muatan negatif pada dinding sel inilah yang akan berinteraksi dengan ion logam4). Waktu adsorpsi berpengaruh pada lama interaksi logam dengan adsorben. Pengikatan ion logam umumnya terjadi pada awal reaksi dan pada reaksi selanjutnya akan berjalan seragam, atau bahkan bisa terjadi penurunan. Hal ini disebabkan dinding sel biomassa sudah mengalami dekomposisi lebih lanjut5). Salah satu tanaman air yang dapat digunakan sebagai biomassa adalah Hydrilla verticillata. Tanaman ini dapat 2007 FMIPA Universitas Lampung mentolerir toksisitas logam berat, sehingga dapat tumbuh walaupun media tumbuhnya terkontaminasi oleh logam berat. Tanaman gulma ini memiliki keunggulan dalam fotosintesis, menyediakan banyak oksigen, menyerap karbon dari air dengan efisien, menyimpan banyak fosfor, serta dapat mentoleransi salinitas6). Hydrilla verticillata tumbuh liar di Irigasi Riam Kanan Kalimantan Selatan sangat berpotensi sebagai biosorben untuk mengurangi kandungan logam berat di lingkungan perairan. Kemampuan biosorpsi logam dapat ditingkatkan melalui proses aktivasi, misalnya dengan NaOH6). Aktivasi tersebut menyebabkan biomassa memiliki lebih banyak situs aktif yang dapat berikatan dengan ion logam. Menurut hasil penelitian oleh peneliti sebelumnya7-10), bahwa aktivasi dapat dilakukan dengan menggunakan asam atau basa, yang akan membuat ion Cu2+ yang terserap lebih banyak, sehingga proses biosorpsi terjadi dengan sangat optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan adsorpsi biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi terhadap ion Cu2+. Penelitian ini diharapkan dapat dapat diaplikasikan untuk mengurangi pencemaran logam berat di lingkungan terutama di lingkungan perairan. 37 Noer Komari, dkk…Kajian Adsorpsi Cu(II) dengan Biomassa 2. METODE PENELITIAN 2.1. Preparasi dan Aktivasi Biomassa Hydrilla verticillata diambil dari Irigasi Riam Kanan Kalimantan Selatan. Sampel dicuci dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 2 hari. Sampel kering digerus dan disaring dengan ukuran 100 mesh. Sampel (+ 15 g) dicuci dua kali dengan HCl 0,1 M. Sampel disentrifuge pada 2800 rpm. Endapannya dicuci dengan akuades dan ditambah 150 ml NaOH 0,1 M lalu dikocok dengan shaker selama 1 hari. Larutan disentrifuge lagi pada 2800 rpm selama 5 menit. Endapan dicuci dengan akuades 3 kali dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 1 hari. 2.2. Penentuan pH Optimum Adsorpsi Sebanyak 1,25 g biomassa dicuci dua kali dengan HCl 0,1 M dan sekali dengan akuades. Sampel ditambah 250 ml HCl 0,01 M untuk memperoleh konsentrasi biomassa 5 mg/mL. Sebanyak 10 ml suspensi dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan pH diatur pada masing-masing 2, 3, 4, 5, dan 6 dengan menambahkan CH3COONa. Semua larutan disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Endapan yang didapat ditambahkan dengan 10 ml larutan logam Cu2+ 0,3 mM dengan pH 2, 3, 4, 5, dan 6 sambil dikocok menggunakan shaker selama 1 jam. Larutan disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). 2.3. Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi Sebanyak 1,25 g biomassa dicuci dua kali dengan HCl dan sekali dengan akuades . Sampel ditambah ± 250 ml CH3COONa untuk memperoleh konsentrasi biomassa 5 mg/mL. Larutan diatur pada pH optimum. Sebanyak 10 ml suspensi dimasukkan kedalam masing-masing tabung dengan interval waktu 10, 15, 30, 60 dan 90 menit, lalu disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Endapan ditambahkan dengan 10 ml larutan logam Cu2+ 0,3 mM pada pH optimum. Larutan dikocok menggunakan shaker sesuai dengan interval waktu yang telah ditetapkan. Larutan diputar dengan sentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). 2.4. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Sebanyak 0,5 g biomassa dicuci dua kali dengan HCl dan sekali dengan akuades. Sampel ditambah ± 100 ml CH3COONa agar didapatkan pH optimum. Sebanyak 10 ml suspensi dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Endapan yang didapat ditambahkan dengan 10 ml larutan logam Cu2+ 0,3 mM pada setiap tabung, kemudian 38 dikocok menggunakan shaker selama waktu optimum. Larutan diputar dengan sentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). 2.5. Recovery Logam Cu2+ Biomassa yang telah mengikat ion logam ditambahkan dengan 10 ml HCl 0,1 M pada masing-masing tabung, kemudian dikocok menggunakan shaker selama waktu optimum. Setelah itu diputar menggunakan sentrifuge dengan kecepatan 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada supernatan tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). 2.6. Analisis Gugus Fungsi Identifikasi gugus fungsi biomassa dilakukan dengan Spektroskopi Inframerah. 2.7. Perhitungan Kapasitas Adsorpsi dan persen recovery Kapasitas adsorpsi dihitung dengan rumus pada Persamaan (1): (1) q = V x(Co − Ce ) m Dengan: q = kapasitas adsorpsi logam (mg/g) V = volume larutan logam (L) m = massa biomassa (g) Co = konsentrasi larutan logam mula-mula (mg/L) Ce = konsentrasi larutan logam setelah adsorpsi (mg/L) Sedang % recovery dihitung dengan rumus pada Persamaan (2) : %R = Cr x100 % (2) Co − Ce Dengan : %R = perolehan kembali CR = konsentrasi larutan logam setelah peroleh kembali Ce = konsentrsi larutan logam setelah adsorpsi Co = konsentrasi larutan logam mula-mula 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengaruh pH terhadap Adsorpsi Cu2+ Interaksi antara logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata merupakan interaksi kimia melalui pembentukan ikatan kimia antara logam dengan gugusgugus yang terdapat pada dinding sel. Oleh karena itu interaksi logam Cu2+ dengan biomassa dipengaruhi oleh pH. Kondisi pH dalam larutan merupakan faktor penting dalam biosorpsi logam, yang mana fenomena ini dapat menjelaskan pemutusan ikatan dan sifat kimia dari logam Cu2+. Secara umum pada pH rendah, ikatan dalam biomassa akan terprotonasi (muatan positif) 2007 FMIPA Universitas Lampung J. Sains MIPA, April 2007, Vol. 13, No. 1 Tabel 1. Pengaruh pH terhadap adsorpsi Cu2+ pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi pH 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 Teraktivasi (mg/L) 8,272 10,634 12,294 18,298 16,832 Tidak Teraktivasi (mg/L) 4,516 6,228 10,464 16,824 15,908 Tabel 2. Pengaruh waktu pada adsorpsi Cu2+ pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi Waktu (menit) 10 15 30 60 90 Teraktivasi (mg/L) 16,733 17,011 17,288 17,082 17,118 Tidak Teraktivasi (mg/L) 16,609 16,890 17,137 17,067 17,079 Tabel 3. Kapasitas adsorpsi logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi Biomassa Aktivasi Tidak aktivasi Kapasitas adsorpsi (mgg Cu2+/g biomassa) 3,5721 3,3071 maka akan terjadi tolakan antara logam dengan biomassa. Pada pH tinggi, ikatan akan mulai terdeprotonasi (muatan negatif) yang akan menimbulkan situs-situs baru yang dapat berikatan dengan logam. Pengaruh pH terhadap adsorpsi sangat besar, karena akan mempengaruhi muatan pada situs aktif dan muatan ion logam dalam larutan. Tabel 1 menunjukkan bahwa biosorpsi Cu2+ meningkat pada pH 1 sampai 5, tetapi mengalami penurunan pada pH 6 dengan adsorpsi maksimum terjadi pada pH 5. Dalam penelitian ini tidak dilakukan variasi diatas pH 6, karena pada pH tersebut Cu2+ mulai mengendap, sehingga adsorpsi Cu2+ oleh biomassa Hydrilla verticillata pada pH tersebut tidak dapat dilakukan. Biomassa yang teraktivasi dapat mengadsorpsi ion logam Cu2+ lebih besar daripada biomassa yang tidak aktivasi. Hal ini terjadi karena pada biomassa yang teraktivasi lebih banyak mempunyai situs-situs aktif yang dapat berikatan dengan logam akibat dari reaksi hidrolisis basa yang akan menghasilkan suatu garam karboksilat, sehingga dapat meningkatkan daya penyerapan logam oleh biomassa tersebut. 3.2. Pengaruh Waktu Terhadap Adsorpsi Cu2+ Salah satu faktor yang berpengaruh dalam adsorpsi Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata adalah waktu interaksi. Dengan pertambahan waktu banyaknya Cu2+ yang adsorpsi akan semakin banyak sampai pada suatu titik, dimana seluruh situs aktif pada biomassa telah 2007 FMIPA Universitas Lampung jenuh oleh Cu2+, sehingga jumlah Cu2+ yang terikat tidak mengalami pertambahan yang signifikan. Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu optimum adsorpsi terjadi pada waktu interaksi 15 menit pertama. Waktu yang diperlukan pada proses adsorpsi Cu2+ oleh biomassa Hydrilla verticillata relatif singkat, karena interaksinya merupakan interaksi pasif yang tidak melibatkan proses metabolisme3). Adsorpsi Cu2+ pada biomassa yang teraktivasi lebih besar, bila dibandingkan dengan biomassa yang tidak teraktivasi, walaupun dengan Cu2+ yang terserap tidak terlalu signifikan berbeda. Pengikatan ion logam umumnya terjadi pada awal-awal reaksi dan pada reaksi selanjutnya akan berjalan seragam, atau bahkan bisa terjadi penurunan karena dinding sel biomassa sudah mengalami dekomposisi lebih lanjut5). Adsorpsi ion logam pada dinding sel biomassa disebabkan karena terjadinya ikatan pada permukaan dinding sel (surface-binding), melalui mekanisme fisika dan kimia, seperti adsorpsi, pertukaran ion, dan pembentukan kompleks. Akan tetapi, ikatan antara biomassa Hydrilla verticillata dengan logam Cu2+ harus cukup kuat, sehingga dapat menjaga terjadinya perpindahan molekul yang telah teradsorpsi sepanjang permukaan dinding sel biomassa4). 3.3. Kapasitas Adsorpsi Logam Cu2+ Tabel 3 menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi untuk biomassa teraktivasi sebesar 3,5721 mg Cu/g biomassa dan tak teraktivasi sebesar 3,3071 mg Cu/g biomassa. 39 Noer Komari, dkk…Kajian Adsorpsi Cu(II) dengan Biomassa Adsorpsi logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi lebih besar dibandingkan dengan yang tidak aktivasi walaupun tidak berbeda jauh dengan kapasitas adsorpsi biomassa teraktivasi. Persen kenaikan adsorpsi hanya sebesar 8,0131 %. Kapasitas adsorpsi dipengaruhi rekasi hidrolisis biomassa pada saat diaktivasi. Hal ini disebabkan karena pada biomassa teraktivasi telah terjadi pembentukan gugus karboksilat selama terjadinya reaksi hidrolisis. Gugus karboksilat sangat berperan dalam proses biosorpsi. Semakin banyak gugus karboksilat, maka akan semakin banyak pula situs-situs aktif biomassa yang dapat berikatan dengan ion logam Cu2+. Kapasitas adsorpsi logam Cu2+ oleh biomassa Hydrilla vercillata jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi oleh biomassa Solanum elaeagnifolium. Pada Solanum elaeagnifolium kapasitas adsorpsi biomassa yang teraktivasi sebesar 19,96 mg/g dan biomassa tidak teraktivasi sebesar 13,14 mg/g. Bila ditinjau dari perbandingan sifat asam ion logam, kation yang bersifat asam keras akan berinteraksi dengan ligan yang bersifat basa keras. Sebaliknya kation yang bersifat asam lunak akan berinteraksi dengan ligan yang bersifat basa lunak. Berdasarkan sifat keasaman, logam Cu2+ bersifat antara, yang dapat berinteraksi dengan ligan basa keras maupun basa lunak pada situs aktif biomassa. Walaupun logam Cu2+ dapat berinteraksi dengan basa keras maupun basa lunak, akan tetapi situs-situs aktif yang berada pada dinding sel biomassa Hydrilla verticillata sedikit, sehingga akan mengakibatkan kecilnya kapasitas yang dicapai. 3.4. Recovery Logam Cu2+ Pada pengaruh pH terhadap adsorpsi logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla vercillata diketahui bahwa ikatan logam Cu2+ akan menurun dengan menurunnya pH larutan. Hal ini dapat dijadikan acuan, sehingga dalam proses recovery logam Cu2+ digunakan larutan encer, agar tidak dapat merusak atau mendegradasi biomassa. Dalam penelitian ini digunakan larutan HCl 0,1 M. Larutan dengan konsentrasi sebesar 0,1 M, dapat dikatakan larutan encer, sehingga ia tidak membuat biomassa tersebut menjadi rusak atau terdegradasi. Data dari hasil recovery logam Cu2+ dapat ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Recovery adsorpsi logam Cu2+ pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi Recovery (%) 99,0509 99,4013 Biomassa Aktivasi Tidak aktivasi Tabel 5. Perbandingan Bilangan Gelombang Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla verticillata Alami, Hydrilla verticillata Teraktivasi, dan Hydrilla verticillata Teraktivasi dengan Cu2+ Biomassa Hydrilla verticillata Alami (Cm-1) 3425,3 2923,9 2854,5 2341,4 1639,4 Biomassa Hydrilla verticillata Teraktivasi (Cm-1) 3435,3 2923,9 2854,5 2341,4 1743,5 1639,4 Biomassa Hydrilla verticillata Teraktivasi dengan Cu2+ (Cm-1) Gugus Fungsional 3448,5 2923,9 2345,3 1639,4 - 1524,9 1419,5 1323,1 1033,8 1068,5 1157,2 956,6 894,9 1523,7 Rangkaian OH Rangkaian CH dari CH3 Rangkaian CH2 dan CH3 OH dari ikatan H Rangkaian COOH dan C=O C=C aromatik, C=O ikatan H ganda yang terkonjugasi dengan vibrasi karbonil, dan COORangkaian antisimetri COO- 1319,2 1033,8 Rangkaian –C-O dari karboksilat Rangkaian –C-O Getaran dari O-CH3 956,6 C-C, C-OH, C-O-C yang merupakan ciri khas sambungan glukosida, bahan polimer, dan ketidakmurnian dalam senyawa 1323,1 1377,1 1072,3 960,5 40 2007 FMIPA Universitas Lampung J. Sains MIPA, April 2007, Vol. 13, No. 1 Tabel 4 menunjukkan bahwa 99,0509% logam Cu2+ terdesorpsi pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan 99,4013% logam Cu2+ terdesorpsi pada biomassa Hydrilla verticillata tidak teraktivasi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua logam Cu2+ yang telah berikatan dapat dilepas kembali, sehingga biosorpsi bersifat reversibel (bolak-balik). Dengan adanya sifat reversibel tersebut maka biomassa dapat dipakai berulang-ulang, dan ramah lingkungan karena ion logam berat yang terikat dapat diperoleh kembali dan dipisahkan sehingga tidak dihasilkan limbah baru yang beracun. Proses biosorpsi merupakan gabungan dari berbagai proses akumulasi yang bersifat pasif dan tidak tergantung pada proses metabolisme dari biomassa. Gambar 1. Spektra Inframerah Biomassa Hydrilla verticillata Gambar 2. Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi Gambar 3. Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla verticillata Teraktivasi berinteraksi dengan Logam Cu2+ 2007 FMIPA Universitas Lampung 41 Noer Komari, dkk…Kajian Adsorpsi Cu(II) dengan Biomassa 3.5. Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla Verticillata Berdasarkan spektra Inframerah biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dengan logam Cu2+ seperti yang tersaji pada Gambar 1, 2 dan 3, memperlihatkan adanya pergeseran bilangan gelombang dari spektra inframerah biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi. Pergeseran itu terjadi pada bilangan gelombang 3425,3 cm-1 menjadi 3448,5 cm-1 yang mengidentifikasikan adanya vibrasi ulur –OH dan semakin lemah bahkan menghilangnya peak pada bilangan gelombang 1743,5 cm-1 yang menunjukkan –C=O dari –COOH, serta bergesernya gugus –C-O dari bilangan gelombang 1323,1 cm-1 menjadi 1319,1 cm-1, dan bergesernya rangkaian antisimetri –COO- pada bilangan gelombang 1523,7 cm1, serta adanya vibrasi ulur antisimetri anion –COOpada bilangan gelombag 1319,2 cm-1 dan 1523 cm-1 yang menunjukkan bahwa biomassa Hydrilla verticillata mengikat ion logam Cu2+ melalui gugus karboksilat. Pita serapan pada bilangan gelombang 1639,4 cm-1 sebagai vibrasi ulur anion –COO- menunjukkan bahwa interaksi antara biomassa Hydrilla verticillata dengan ion logam terjadi dengan melibatkan ikatan kovalen koordinasi. Ikatan kovalen koordinasi terjadi pada serapan bilangan gelombang 1650 cm-1 sampai 1620 cm-1. DAFTAR PUSTAKA 1. Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan. Seminar On-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21. Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technologi. 2. Volesky, B. 1987. Biosorbents for Metal recovery. Tibtech., 5: 96-101. 3. Susanti, Zakia, E.N. & Utomo, Y. 2004. Biosorpsi Ion Logam Berat oleh Ragi Roti. Forum Penelitian Kependidikan, 16 (1): 37-50. 4. Lestari, S, Sugiharto, E. & Mudasir. 2003. Studi Kemampuan Biosorpsi Biomassa Saccharomyces cerevisiae yang Terimobilkan pada Silika Gel terhadap Tembaga (II). Gajah Mada University, Yogyakarta. J. Teknosains, 16A (3): 356-371. 5. Jasmidi, Sugiharto, E. & Mudjiran. 2002. Pengaruh Lama dan Kondisi Penyimpanan Biomassa terhadap Biosorpsi Timbal(II) dan Seng(II) oleh Biomassa Saccharomyces cerevisiae. Indo. J. Chem..2: 11-14. 6. Lukito, S. 2001. Pustaka. Jakarta. 7. Gardea-Torresday, Baig, T.H. & Garcia, A.E. 1999. Biosorption of Heavy Metal Ions by The Biomass of Solanum elaegnifolium (silverleaf nighshade). Proceeding of The 1999 Conference on Hazardous waste Research, 131-142. 8. Yan, G. & Viraraghavan. 2002. Effect of Pretreatment on the Biobiosorption of Heavy Metal on Mucor rouxii. Water S.A., 26 (1): 122-136. 9. Horsfall, M. Jr., Abia, A.A., & Spirr, A.L. 2003. Removal of Cu(II) and Zn (II) from Wastewater by Cassava (Manihot esculenta Cranz) waste Biomass. Elec. J. Biotech., 7(3): 313-323. 4. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pada variasi pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0, didapatkan pH optimum adalah pH 5,0, pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi maupun tidak teraktivasi. Pada variasi waktu interaksi selama 10, 15, 30, 60, dan 90 menit, didapatkan waktu interaksi yang optimum adalah 15 menit, pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi maupun tidak teraktivasi. Kapasitas Adsorpsi pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi lebih besar daripada biomassa Hydrilla verticillata tidak teraktivasi.Proses recovery ion Cu(II), gugus karboksilat sangat berperan dalam interaksi logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi. 42 Tanaman Air. Agromedia 10. Goksungur, Y, Uren, S & Guvenc, U. 2003. Biosorption of Copper Ions by Caustic treated Waste Baker’s Yeast Biomass. Turk. J. Biol., 27: 23-29. 2007 FMIPA Universitas Lampung