Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 © Indonesian Food Technologists 37 Catatan Penelitian Analisis Mikrobiologis Daging Itik yang Disimpan dalam Laktoperoksidase System Septinika Kurnia Arum, V. Priyo Bintoro, Ahmad Nimatullah Al-Baarri 1 Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang † Korespondensi dengan penulis ([email protected]) Artikel ini dikirim pada tanggal 5 Mei 2013 dan dinyatakan diterima tanggal 1 Agustus 2013. Artikel ini juga dipublikasi secara online melalui www.journal.ift.or.id. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial. Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists® ©2014 (www.ift.or.id) 2 Abstrak Laktoperoksidase system (LPOS) merupakan pengawet alami untuk menghambat mikroba pada daging itik. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penelitian dengan menggunakan LPOS (laktoperoksidase system) sebagai pengawet alami daging itik dan menganalisa total bakteri dan pH. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat mengetahui info tentang masa simpan daging itik dengan menggunakan LPOS. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Split Plot dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah daging itik tanpa LPOS dan dengan LPOS pada lama penyimpanan yang berbeda (0, 6, 12 jam). Variabel yang diuji adalah total bakteri dan pH. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P<0,05) interaksi antara LPOS dan lama penyimpanan berbeda terhadap total bakteri daging itik, perlakuan LPOS dan lama penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap total bakteri daging itik. Pada pH daging itik terdapat pengaruh nyata (P<0,05) interaksi antara LPOS dan lama penyimpanan berbeda, sedangkan perlakuan LPOS tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH daging itik tetapi lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pH daging itik. LPOS mampu menurunkan total mikroba dalam daging itik dengan lama penyimpanan 0 jam dan 6 jam, akan tetapi pada jam ke-12 LPOS tidak mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Kata kunci: laktoperoksidase system, daging itik, total bakteri, nilai pH Pendahuluan Jumlah penduduk yang meningkat serta pola pikir masyarakat semakin berkembang tentang pentingnya pangan bergizi menyebabkan kebutuhan protein hewani meningkat. Kebutuhan masyarakat akan protein hewani meningkat menyebabkan konsumsi daging sebagai sumber protein meningkat. Daging itik merupakan salah satu daging unggas yang di konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) bahwa jumlah populasi itik di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 49.392.000 ekor dan sebagai penghasil daging mencapai 29.180 ton. Populasi itik yang tinggi memiliki potensi sebagai sumber protein hewani di Indonesia. Daging itik memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu kaya akan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kandungan gizi yang tinggi menyebabkan daging itik mudah terkontaminasi mikroorganisme sehingga daging itik menjadi mudah rusak. Penanganan daging pasca pemotongan yang kurang baik juga akan menimbulkan kontaminasi mikroorganisme pembusuk maupun mikroorganisme patogen. Kontaminasi oleh mikroorganisme patogen seperti Salmonella typhimurium, Escherichia coli, dan Listeria monocytogenes dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian. Pengawetan pada daging itik merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kualitas, daya simpan daging itik dan keamanan daging dari mikroorganisme. Penggunaan pengawet kimia seperti formalin, boraks dalam daging dapat menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan seperti keracunan, kanker bahkan kematian bila digunakan dalam jangka panjang. Dewasa ini telah berkembang sistem pengawetan menggunakan sistem laktoperoksidase (LPOS) dengan mengaktifkan enzim laktoperoksidase (LPO) dalam susu sebagai pengawet alami. LPO akan diaktifkan oleh hydrogen peroxide – (H2O2) dan thiocyanate (SCN ) menjadi senyawa yang – dinamakan hiphothiocyanite (OSCN ). Proses katalisis yang dilakukan oleh LPO dalam rangka memproduksi – OSCN dinamakan laktoperoksidase system (LPOS). – Senyawa OSCN ini adalah senyawa yang bertanggung jawab untuk mematikan bakteri, fungi, dan virus ( Borch et al., 1989; Al-Baarri et al., 2011). Laktoperoksidase system (LPOS) telah diaplikasikan sebagai pengawet alami pada beberapa bahan pangan seperti susu, sayuran, buah-buahan, daging dan kaldu. Penelitian Elliot et al. (2004) telah mengaplikasikan LPOS pada daging sapi sebagai anti mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan berbagai bakteri patogen dalam daging sapi. Laktoperoksidase system efektif sebagai pengawet alami terhadap S. enteritidis pada buah-buahan dan sayuran. Pada produk hewani seperti susu, telur, dan daging ayam, LPOS dapat menghambat S. enteritidis dalam pangan tersebut (Touch et al., 2004). Laktoperoksidase system (LPOS) sangat berpotensi sebagai pengawet alami dalam berbagai bahan pangan, akan tetapi hingga saat ini belum ada penelitian tentang daging itik dengan LPO. Materi dan Metode Materi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan JanuariMaret 2013 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola Split Plot dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah daging itik tanpa LPOS dan dengan LPOS pada lama penyimpanan yang berbeda (0, 6, 12 jam). Materi yang digunakan dalam penelitian ini 38 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014 © Indonesian Food Technologists adalah daging itik segar yang dibeli dari RPU Penggaron Semarang yang diambil masing-masing 0,5 gram untuk setiap pengujian. Bahan-bahan yang lain meliputi susu segar, enzim rennet, Sepharose Fast Flow (SP-FF), NaCl 0,4 M, phosphat buffer, aquades, alkohol 70%, H2O2 1 mM, KSCN 1 mM. Peralatan yang digunakan antara lain spektrofotometer, kolom terbuka, mikro pipet 1000 µl dan 200 µl, microtube, pH meter, TM petrifilm 3M , syringe filter 0,2 µm, autoclave, vortex, aluminium foil. Metode Persiapan Pembuatan Whey Pembuatan whey dilakukan dengan menggunakan 2 liter susu sapi segar, kemudian dimasukkan dalam beker gelas masing-masing sebanyak 1000 ml. Masing-masing susu sapi segar ditambahkan dengan asam laktat hingga mencapai pH 6,0 dengan menggunakan pH meter. Setelah itu masukkan dalam waterbath 30ºC, Lalu rennet dicairkan dengan aquades dan rennet sebanyak 2% (b/v) dimasukkan dalam susu dan mengaduknya hingga rata, didiamkan selama 40 menit setelah itu diiris kotak-kotak lalu ditunggu selama 5 menit. Whey dipisahkan dengan menggunakan kain saring steril. Metode pembuatan whey ini telah diterapkan dalam penelitian Al-Baarri et al. (2010). Immobilisasi LPO Kolom disiapkan dan dibersihkan. Sepharose Fast Flow dimasukkan ke dalam kolom, untuk membersihkan Sepharose Fast Flow maka dialirkan NaCl 1 M sebanyak 300 ml ke dalam kolom. Setelah itu dialirkan 1mM Phosphate Buffer, kemudian dialirkan whey ke dalam kolom, proses ini berlangsung dengan suhu 4°C. Whey yang telah keluar dari kolom dibuang karena tidak mengandung LPO (LPO diikat oleh Sepharose). Untuk memperoleh LPO maka dialirkan 0,4 M NaCl dalam 0,1 M PB ke dalam kolom, output kemudian ditampung karena mengandung LPO. Enzim LPO yang diperoleh akan dimasukkan kedalam microtube lalu di filter dengan syringe filter 0,2 µm. Enzim LPO steril dihitung aktivitasnya dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 412 nm. Aktivitas LPO sebesar 35 Unit/ml. Metode ini diterapkan oleh Al.Baari et al. (2011) Pengawetan Daging Itik Daging itik ditimbang dengan berat 0,5 gram menggunakan timbangan analitik. Laktoperoksidase sistem (LPOS) di buat dengan menggunakan 500 µl LPO, 250 µl H2O2 1 mM, dan 250 µl KSCN 1 mM. Larutan LPOS ini di filter dengan menggunakan syringe filter 0,2 µm lalu ditempatkan dalam mikrotube, LPOS di diamkan selama 1 jam pada suhu 30°C. Setelah LPOS disiapkan, daging itik yang telah dipotong direndam dalam LPOS tersebut selama 30 menit dalam suhu 4°C. Daging itik tanpa perlakuan LPOS direndam dalam air steril selama 30 menit dalam suhu 4°C (Elliot et al., 2004). Setelah itu LPOS dan air steril dibuang kemudian daging itik di simpan dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 0, 6, dan 12 jam. Selanjutnya daging itik diamati total bakteri dan pH. Prosedur Total Bakteri Perhitungan total bakteri dengan menggunakan metode petrifilm dan metode spektrofotometer untuk pengukuran absorbansi. Sampel daging tanpa LPOS dan dengan LPOS yang telah disimpan dalam inkubator o 37 C selama 0, 6, dan 12 jam diencerkan 5-6 kali dengan menggunakan phosphat buffer steril. Sampel diletakkan tepat di tengah petrifilm, lalu ditekan menggunakan pencetak bentuk lingkaran untuk menjaga sampel terfokus di dalam lingkaran tersebut. o Sampel diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 30 C. Perhitungan koloni dengan menghitung zona merah muda yang muncul pada petrifilm (Wendy et al., 2003). Pengukuran nilai absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm untuk menduga pola pertumbuhan bakteri. Sampel daging itik diencerkan 1 kali dengan menggunakan aquades. Kuvet dimasukkan dalam spektrofotometer kemudian sampel sebanyak 1000 µl dimasukkan dalam kuvet. Nilai absorbansi dilihat pada spektrofotometer pada detik ke-10 dan detik ke-20. Total bakteri dalam Log CFU/ml dihitung dengan menggunakan rumus regresi antara nilai absorbansi dengan total bakteri pada petrifilm. Pengujian Nilai pH Pengujian nilai pH dengan menggunakan pH meter. Cara pengukurannya yaitu alat di kalibrasi dengan buffer pada pH 4 dan pH 7. Elektroda di bilas dengan aquadest sebanyak 1 menit lalu dikeringkan (Ockerman, 1983). Sampel daging sebanyak 0,5 gram dihaluskan dengan mortar dan dimasukkan dalam 1 ml aquades dan distirer hingga homogen selama 1 menit, kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sampel dan nilai pH dapat dibaca pada layar pH meter. Hasil dan Pembahasan Total Bakteri Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan, bahwa ratarata total bakteri daging itik dengan LPOS pada jam ke0 (a1b1) sebesar 5,54 Log CFU/ml merupakan perlakuan dengan total bakteri paling rendah, sedangkan perlakuan dengan total bakteri tertinggi terdapat pada daging itik tanpa LPOS pada jam ke-12 (a0b3) yaitu 8,25 Log CFU/ml. Rata-rata total bakteri daging itik tanpa LPOS pada jam ke-0 dan 6 berturutturut sebesar 6,41 dan 7,04 Log CFU/ml, sedangkan rata-rata total bakteri daging itik dengan LPOS pada jam ke-6 dan 12 berturut-turut sebesar 6,48 dan 8,24 Log CFU/ml. Hal ini menunjukkan bahwa total bakteri daging itik dengan LPOS lebih rendah dibandingkan total bakteri daging itik tanpa LPOS. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0,05) pada interaksi antara perlakuan LPOS dan lama penyimpanan terhadap total bakteri daging itik. Perlakuan LPOS berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total bakteri daging itik, lama penyimpanan (0, 6, dan 12 jam) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total bakteri daging itik. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 © Indonesian Food Technologists Tabel 1. Total Bakteri Daging Itik (log CFU/ml) dengan perlakuan LPOS dan tanpa LPOS Perlakuan Rataan U1 U2 U3 c a0b1 6,29 6,50 6,45 6,41 b a0b2 6,88 7,16 7,09 7,04 a a0b3 8,19 8,26 8,10 8,25 d a1b1 5,67 5,54 5,41 5,54 c a1b2 6,52 6,41 6,51 6,48 a a1b3 8,35 8,28 8,09 8,24 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) (a= perlakuan LPOS, b = lama penyimpanan, u = ulangan) Tabel 2. Nilai pH Daging Itik dengan LPOS dan tanpa LPOS Perlakuan Rataan U1 U2 U3 a a0b1 6,43 6,46 6,47 6,45 d a0b2 6,24 6,26 6,27 6,26 e a0b3 6,15 6,16 6,17 6,16 b a1b1 6,40 6,41 6,42 6,41 c a1b2 6,31 6,31 6,29 6,30 f a1b3 6,08 6,10 6,11 6,10 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) (a= perlakuan LPOS, b = lama penyimpanan,u = ulangan) Rata-rata total bakteri yang rendah pada daging itik dengan LPOS menunjukkan bahwa LPOS mampu menurunkan total bakteri pada daging itik dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada daging itik. Senyawa hiphothiocyanite (OSCN ) yang dihasilkan dari enzim laktoperoksidase, hydrogen peroxide (H2O2) dan thiocyanate (SCN ) mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada daging itik bahkan menurunkan total bakteri daging itik. Hal ini sesuai dengan pendapat AlBaari et al. (2011) yang menyatakan, bahwa senyawa OSCN ini adalah senyawa yang bertanggung jawab mematikan bakteri, fungi, dan virus dengan merusak gugus sulfhidril (gugus S-H) dari membran sel, yang mengakibatkan pada kerusakan vital membran sel yang pada akhirnya akan membawa pada kematian sel. Penggunaan LPOS dalam daging itik mampu menurunkan total bakteri antara 0,56-0,87 Log CFU/ml pada penyimpanan jam ke-6 dan ke-0, akan tetapi pada jam ke-12 LPOS tidak mampu menghambat mikroba daging itik. Hal ini terlihat pada rata-rata total bakteri daging itik tanpa LPOS dan dengan LPOS jam ke-12 memiliki nilai total bakteri yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan penelitian Elliot et al. (2004) bahwa LPOS mampu menghambat pertumbuhan S. aureus, S. typhimutium dan E. coli O157:H7 pada daging sapi yang disimpan pada suhu 37°C selama 6 jam. Laktoperoksidase sistem mampu menghambat 1-2 Log CFU/ml bakteri patogen pada daging sapi. Dinyatakan oleh Doyle (2006) bahwa LPOS terbukti menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada daging sapi dalam suhu 12°C. LPOS menghambat E. coli O157:H7 dan Staphylococcus aureus dalam kaldu, daging dan susu. 39 Rata-rata total bakteri daging itik pada jam ke-12 menunjukkan kesamaan pada tanpa LPOS (8,24 Log CFU/ml) maupun perlakuan dengan LPOS (8,25 Log CFU/ml). Hal ini menunjukkan bahwa LPOS tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri pada jam ke-12, karena pertumbuhan bakteri secara alami meningkat selama masa simpan. Menurut Soeparno (2009) menyatakan bahwa jumlah bakteri akan meningkat selama masa penyimpanan, pada jam ke 12-14 total bakteri dalam daging mencapai 8 Log Unit. Nilai pH Daging Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan, rata-rata pH daging itik tertinggi terdapat pada perlakuan daging itik tanpa LPOS jam ke-0 (a0b1) sebesar 6,45, sedangkan rata-rata pH daging itik terendah pada perlakuan daging itik dengan LPOS jam ke-12 (a1b3) sebesar 6,10. Hasil analisis ragam menunjukkan, bahwa terdapat pengaruh nyata (p<0,05) interaksi antara perlakuan LPOS dan lama penyimpanan terhadap nilai pH daging itik. Sedangkan, perlakuan LPOS tidak terdapat pengaruh nyata (P>0,05) pada pH daging itik, akan tetapi terdapat pengaruh nyata (P<0,05) pada daging itik dengan lama penyimpanan yang berbeda yaitu selama 0, 6, dan 12 jam. Lama penyimpanan menyebabkan rata-rata pH daging itik dengan LPOS maupun tanpa LPOS mengalami penurunan setelah 12 jam, dikarenakan adanya proses glikolisis anaerobik yang terjadi akibat proses metabolisme dalam tubuh berhenti setelah ternak mati, akan menyebabkan penumpukan asam laktat hasil metabolisme energi dan glikogen sehingga pH turun. Hal ini sesuai dengan pendapat Risnajati (2010) yang menyatakan bahwa selama penyimpanan, berlangsung laju penurunan pH daging akibat proses glikolisis anaerobik yang akan menyebabkan makin rendahnya kapasitas mengikat air sehingga mempercepat cairan keluar dari dalam daging. Dinyatakan oleh Soeparno (1998), bahwa penurunan pH post-mortem dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain adalah spesies, tipe otot, glikogen otot dan variabilitas diantara ternak, sedangkan faktor ekstrinsik, antara lain adalah temperatur lingkungan, perlakuan bahan aditif sebelum pemotongan dan stres sebelum pemotongan. Perlakuan LPOS tidak berpengaruh dalam penurunan pH daging itik, nilai pH daging itik menurun karena adanya proses glikosis secara alami pada daging itik. Nilai pH daging itik tanpa LPOS dan dengan LPOS pada jam ke-0 sebesar 6,45 dan 6,41 sedangkan pada jam ke-12 sebesar 6,16 dan 6,10. Rata-rata pH daging itik dengan perlakuan LPOS maupun tanpa LPOS memiliki nilai pH yang normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurohim et al. (2013) menunjukkan, bahwa nilai pH daging itik kontrol sebesar 6,26. Kesimpulan Perlakuan LPOS mampu menurunkan total bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging itik pada penyimpanan jam ke-0 dan 6, akan tetapi pada jam ke-12 LPOS tidak mampu menghambat 40 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014 © Indonesian Food Technologists pertumbuhan bakteri dalam daging itik. Perlakuan LPOS tidak berpengaruh pada penurunan pH daging itik, penurunan pH selama masa simpan diduga terjadi akibat adanya proses glikolisis. Saran Pengawetan alami daging itik dengan menggunakan LPOS dapat diterapkan karena terbukti dapat menghambat bakteri dan menghasilkan pangan yang aman dari mikroba patogen dalam daging, terutama pada daging itik yang disimpan selama 6 jam. Daftar Pustaka Al-Baarri, A. N., Ogawa, M. & Hayakawa, S. 2010. Scale-up studies on immobilization of lactoperoxidase using milk whey for producing antimicrobial agent. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture.35:185–191. Al-Baarri AN, Legowo A, Ogawa M, Hayakawa, S. 2011. Application of an immobilized lactoperoxidase to contiuous hypothiocyanite production. Journal of Food Science (submitted). Borch E, Wallentin C, Rosén M, Björck L. 1989. Antibacterial effect of the lactoperoxidase/thiocyanate/hydrogen peroxide system against strains of Campylobacter isolated from poultry. Journal of Food Protection, 52:638– 641. DITJEN PKH. 2011. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Jakarta Doyle ME. 2006. Natural and organic foods: Safety considerations a brief review of the literature. University of Wisconsin, Madison. Elliot RM, McLay JC, Kennedy MJ, Simmond RS. 2004. Inhibition of foodborne bacteria by the lactoperoxidase system in a beef cube system. Internasional Journal of Food Microbiology 91:7381. Nurohim, Nurwantoro dan D. Sunarti. 2013. Pengaruh metode marinasi dengan bawang putih pada daging itik terhadap pH, daya ikat air dan total coliform. Animal Agriculture Journal, 2(1):77-85 Risnajati D. 2010. Pengaruh lama penyimpanan dalam lemari es terhadap pH, daya ikat air dan susut masak karkas broiler yang dikemas plastik polyethylen. JIIP, 8(6):309-315 Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wendy, A, Mahon MC, Victoria A, Aleo, and Schultz TM TM AM. 2003. 3M Petrifilm Staph Express Count Plate Method for the Enumeration of Staphylococcus aureus in Selected Types of Meat, Seafood, and Poultry: Collaborative Study. Journal of AOAC International 86(5):947-953