Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan merupakan masalah yang banyak diperbincangkan
belakangan ini. Jenisnya makin berkembang, sehingga membutuhkan penanganan
yang harusnya lebih baik dari sebelumnya. Makin beragamnya masalah kesehatan
yang terjadi harus diikuti dengan solusi penanganan yang lebih baik
Pengobatan secara tradisional atau yang biasa disebut sebagai
pengobatan alternatif dirasakan tidak lagi mampu secara maksimal dalam
menangani jenis-jenis penyakit yang makin kompleks penanganannya, sehingga
dibutuhkan rumah sakit dengan teknologi modern yang sanggup mengatasi lebih
maksimal hal-hal yang dirasakan terbatas pada pengobatan tradisional sehingga
Rumah sakit mempunyai peran penting di tengah masyarakat.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor.
134/Men.Kes/SK/IV-76 pasal 4 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
159B/Men.Kes.Per/11/1988 pasal 13 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta, ditetapkan bahwa :
a. Rumah Sakit Klas A dan B, ialah Rumah Sakit Umum yang melaksanakan
pelayanan kesehatan yang spesialistis dan sub. Spesialistis luas.
b. Rumah Sakit kelas C (untuk RS Swasta disebut juga sebagai RS klas
Madya) mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistis
sekurang-kurangnya 4 (empat) spesialistis dasar a.l. Spesialis Penyakit
Dalam, Penyakit Bedah, Kebidanan dan kandungan serta kesehatan anak.
Rumah Sakit klas D (untuk RS Swasta disebut klas Pratama) mempunyai
fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medis dasar
Menurut Persatuan Rumah Sakit Indonesia www.pdpersi.com pelayanan
rumah sakit telah berkembang menjadi industri yang berbasis pada prinsip-prinsip
ekonomi. Salah satu ciri menonjol adalah sifat kompetitif yang menjadi basis
pengembangan untuk pelayanan rumah sakit. Tanpa basis ini, sulit bagi rumah
sakit Indonesia terutama di daerah untuk bersaing dengan pelayanan oleh rumah
sakit di kota-kota besar. Kenyataan telah kita alami bahwa sudah banyak pasien
dari yang mencari pelayanan di rmah sakit yang ada di kota-kota besar karena
pelayanannya lebih cepat dan lebih baik. tetapi saat ini tingkat persaingan sudah
bukan dalam lingkup daerah kecil dan kota-kota besar, tetapi dalam satu
kota/daerah pun beberapa rumah sakit mulai menonjolkan sifat kompetitif demi
meraih keuntungan.
Lingkungan politik, ekonomi dan sosial yang serba tidak menentu
sebagai dampak berkepanjangan dari krisis multidimensional di negara ini,
mengakibatkan organisasi milik pemerintah maupun swasta sulit menentukan arah
perkembangan di masa mendatang. Bahkan untuk beberapa di antara organisasi
tersebut yang menjadi masalah bukannya perkembangan, tetapi bagaimana
organisasinya bisa tetap hidup di tengah berbagai tantangan mulai dari
desentralisasi sampai globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Demikian pula hal
yang terjadi pada banyak fasilitas pelayanan medik milik pemerintah maupun
swasta.
Departemen Kesehatan pada tahun 1999 mengeluarkan kebijakan
mengenai pelayanan prima untuk mengantisipasi masalah dan tantangan di bidang
pelayanan kesehatan Di bidang perumahsakitan pelayanan kepada pasien
berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien,
sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan kepada rumah sakit. Melalui pelayanan prima rumah sakit
diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetentif (competentif advantage)
melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan customer
responsiveness.
Demi mensukseskan program tersebut banyak pihak yang ikut membantu
dalam memenuhi harapan pemerintah agar masalah kesehatan yang menjadi salah
satu prioritas mereka bisa teratasi. Salah satunya adalah Rumah Sakit Pertamina
Cirebon (RSPC) salah satu unit dari PT Pertamina Bina Medika (Pertamedika)
sebagai penyedia:
1. Fasilitas Ruang Perawatan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Pelayanan 24 Jam.
4. Poliklinik.
5. Fasilitas Unggulan.
6. Fasilitas Layanan Penunjang.
7. dan lain-lain.
RS. Pertamina Cirebon sebagai rumah sakit tipe C mempunyai beberapa
kamar rawat inap yang terbagi menjadi beberapa kelas yang diantaranya adalah
kelas VIP, dimana kelas ini memiliki fasilitas lengkap dan pelayanan yang lebih
menonjol disbanding kelas-kelas dibawahnya.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh kamar rawat inap kelas VIP
antara lain :
1 buah Tempat Tidur pasien,
1 buah AC Split,
1 buah Lemari Es,
1 buah TV 20 inch,
1 set Zitje / kursi tamu / penunggu pasien
Kamar Mandi dalam + Water Heater,
Wastafel,
1 pasang Sandal Kamar,
Air minum dalam kemasan 500 ml,
Ruang tunggu/teras
Fasilitas yang tertera diatas disediakan demi tercapainya kepuasan para
pasien rawat inap, namun faktor kepuasan bukan hanya dari fasilitas yang
disediakan namun juga dipengaruhi seberapa baik kualitas pelayanan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit.
Definisi kualitas yang dirumuskan oleh Goesth dan Davis (1994) dalam
Fandy Tjiptono (2000:51) :
Kualitas merupakan suatau kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
Sedangkan menurut Wykof dalam Fandy Tjiptono (2000:59) :
kualitas adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat pengendalian tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan .
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa baik atau tidaknya
kualitas jasa bergantung kepada kepuasan konsumen. Dalam hal ini berhubungan
dengan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
Pada prinsipnya setiap perusahaan tatkala menjual produk-produknya
(barang/jasa) akan dihadapkan dengan strategi maupun teknik penjualan yang
bagus, sehingga jasa yang ditawarkannya dapat terjual dengan baik. Adapun salah
satu teknik penjualan yang dimaksud adalah terkait dengan bagaimana dan
seberapa tinggi kualitas pelayanan yang diberikan terhadap konsumen/pelanggan.
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan adalah merupakan kinerja
terpenting perusahaan bagi kepuasan konsumen/pelanggan. RS. Pertamina
Cirebon harus memperhatikan hal-hal penting bagi pasien rawat inap. Supaya
mereka merasakan kepuasan sebagaimana yang diharapkan.
Terdapat lima dimensi yang dirancang untuk mengukur kualitas
pelayanan yang didasarkan pada perbedaan antara nilai harapan dengan nilai
kinerja yang dirasakan oleh konsumen yaitu: Responsiveness, Reliability,
Assurance, Empathy, Tangibles (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988).
Responsiveness (daya tanggap/kesigapan), berkenaan dengan kesediaan
dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons
permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan
kemudian memberikan jasa secara cepat.
Reliability (keterandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang
disepakati.
Assurance
(jaminan),
yakni
perilaku
para
karyawan
mampu
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para
karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
Empathy (empati), berarti perusahaan memahami masalah para
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan
perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
Tangibles (kemampuan fisik), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan.
Semua sektor/dimensi kualitas yang dimaksud di atas bertujuan untuk
membangun dan menciptakan kepuasan di benak konsumen. Kepuasan konsumen
adalah tujuan terpenting bagi perusahaan atau dalam hal ini Rumah Sakit agar
dapat bersaing dan bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan keuntungan
yang memuaskan.
Pakar pemasaran Kotler (1994) yang dikutip oleh Tjiptono (2004:147)
menyatakan bahwa :
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya.
Berdasarkan kesimpulan para ahli tersebut, maka kepuasan pelanggan
adalah persaan senang atau kecewa akibat dari perbandingan antara hasil yang ia
rasakan dengan harapan yang diinginkan.
Seperti beberapa fenomena tentang kepuasan yang dipaparkan beberapa
pasien rawat inap kelas VIP di RS. Pertamina Cirebon, yaitu tentang mutu
pelayanan di bagian makanan rumah sakit. Beberapa pasien merasa tidak puas
terhadap makanan yang di sajikan oleh pihak rumah sakit, sehingga beberapa
pasien mengatakan jarang sekali menghabiskan makanan yang diberikan oleh
rumah sakit.
Selain itu menurut data yang diberikan pihak Rumah Sakit, permasalahan
yang menyangkut pelayanan juga terjadi di sektor dimensi Responsiveness/Daya
Tanggap seperti: Prosedur pelayanan penerimaan pasien dan prosedur pelayanan
pemeriksaan yang kurang cepat dan tanggap. Hal ini jika tidak segera dibenahi
maka cepat atau lambat akan dapat merusak citra
Setiap perusahaan jasa perlu memberikan kualitas yang terbaik kepada
pelanggannya, untuk itu setiap perubahan perlu menggunakan strategi untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas jasanya.
Sebenarnya konsep kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak.
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternative yang
dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) yang sama atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan dapat terjadi apabila
hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan yang diinginkan pelanggan. Jadi
sebenarnya ada dua faktor yang sangat menentukan kepuasan, yaitu harapan
pelanggan dan kinerja atau hasil yang mereka rasakan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai
Pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pasien rawat inap kelas VIP RS. Pertamina Cirebon .
1.2 Identifikasi Masalah
Kepuasan konsumen adalah sentral dari konsep pemasaran. Persaingan
yang semakin ketat menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan tujuan
utamanya pada kepuasan konsumen/pelanggan. Kunci utama untuk memenangkan
persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan kepada konsumen melalui
penyampaian produk dan jasa yang berkualitas.
RS. Pertamina Cirebon sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan, sudah
tentu harus mengutamakan kepuasan pasien rawat inap dalam hal mutu dan
pelayanannya. Bukan hanya karena adanya persaingan dengan perusahaan sejenis,
tetapi juga komitmen RS. Pertamina Cirebon yang selaras dengan service vision
dari Pertamedika yaitu La Prima (Layanan, Profesional, ramah, iklas, mutu,
antusias). Dalam pelaksanaan pelayanan tersebut, pencapaian kepuasan pelanggan
terukur dari lima dimensi kualitas pelayanan yang telah dijabarkan dalam latar
belakang masalah penelitian ini, yaitu Responsiveness, Reliability, Assurance,
Emphaty, dan Tangible.
Berdasarkan uraian tersebut maka Masalah yang dapat diidentifikasi dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kualitas pelayanan unit rawat inap kelas VIP pada RS. Pertamina
Cirebon?
2. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat inap kelas VIP RS. Pertamina
Cirebon?
3. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat
inap kelas VIP RS. Pertamina Cirebon?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahanbahan dan data-data yang diperlukan dalam rangka penulisan skripsi
guna menempuh ujian Sarjana Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
Tujuan Penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kualitas pelayanan unit rawat inap kelas
VIP pada RS. Pertamina Cirebon.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap kelas VIP RS. Pertamina
Cirebon.
3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap pasien
rawat inap kelas VIP RS. Pertamina Cirebon..
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pemikiran bagi RS.
Pertamina Cirebon.
2. Bagi pihak-pihak lain
Dari penelitian tersebut dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai masalah manajemen
pemasaran yang berhubungan dengan kualitas pelayanan, bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
3. Bagi penyusun
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis di bidang manajemen
pemasaran yang berkaitan dengan hubungan kualitas pelayanan dengan
kepuasan pelanggan.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh kualitas yang dijalankan oleh perusahaan
(Rumah Sakit) terhadap ke-loyalan konsumen (pasien rawat inap), harus
digunakan kuisioner sehingga dapat mengetahui sejauh mana kualitas pelayanan
yang dijalankan oleh perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
Rumah Sakit merupakan salah satu unit yang bergerak di bidang jasa. Jasa
menurut Philip Kotler yang dikutip Dharmasita (2005 : 428) memiliki pengertian :
A service is any act of performances that one party can offer to another
that is essentilly intangible and does not result in the ownership of
anything. It s production may or may not to be tied to a physical
product.
Memperhatikan arti jasa dapat disimpulkan bahwa jasa tidak berwujud.
Sehingga kita perlu merasakannya terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa
baik suatu usaha di bidang jasa.
Ada beberapa teori yang mendasari pemikiran penulis tentang kualitas
kinerja dan harapan konsumen seperti teori menurut (Kotler dan Amstrong,
1998) :
Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau
keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia
membeli atau mengkonsumsi suatu barang/jasa. Sedangkan kinerja
yang dirasakan adalah persepsi yang dibeli. Harapan pelanggan
dibentuk dan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat,
serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing.
Terdapat lima dimensi yang dirancang untuk mengukur kualitas
pelayanan yang didasarkan pada perbedaan antara nilai harapan dengan nilai
kinerja yang dirasakan oleh konsumen yaitu: Responsiveness, Reliability,
Assurance, Empathy, Tangibles (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988).
1. Responsiveness (daya tanggap/kesigapan), berkenaan dengan kesediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons
permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan
kemudian memberikan jasa secara cepat.
2. Reliability (keterandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan
apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
3. Assurance (jaminan), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan
rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan
selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
4. Empathy (empati), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya
dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian
personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Tangibles (kemampuan fisik), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan
Berdasarkan teori di atas, maka sudah seharusnya pihak perusahaan yang
bergerak di bidang jasa dalam hal ini rumah sakit harus mampu mengetahui
kebutuhan konsumen dan berusaha memberikan pelayanan terbaik sehubungan
dengan lima dimensi yang tadi di jabarkan.
Apabila semua terpenuhi sesuai dengan harapan pelanggan maka
muncullah kepuasan pelanggan yang nantinya bisa meningkat menjadi loyalitas.
Pengertian kepuasan menurut Tjiptono (2004 : 146) :
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif
yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) yang
sama atau melampaui harapan pelanggan.
Kepuasan konsumen adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan.
Ketika kepuasan konsumen sudah tercipta, maka tak jarang untuk konsumen
kembali dan menggunakan jasa yang sama secara terus menimbulkan perilaku
konsumen yang menguntungkan bagi perusahaan.
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang/jasa termasuk keputusan
mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Untuk mendapati konsumen yang loyal Griffin yang di alihbahasakan Dwi
Kartini Yahya (2005 :35) dalam bukunya Customer Loyalty mengemukakan
tahap-tahap dalam mencapai konsumen yang loyal
a) Tahap satu : Suspect. Tersangka (Suspect) adalah orang yang membutuhkan,
yang mungkin membeli produk atau jasa.
b) Tahap dua : Prospek. Prospek adalah orang yang membutuhkan barang/jasa
dan memiliki kemampuan membeli.
c) Tahap tiga : Prospek yang dikualifikasi. Adalah prospek yang telah cukup anda
pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan atau tidak
memiliki kemampuan membeli produk.
d) Tahap empat : Pelanggan pertama kali. Pelanggan pertama kali adalah orang
yang telah membeli satu kali.
e) Tahap lima : Pelanggan berulang. Pelanggan berulang adalah orang yang telah
membeli dua kali atau lebih.
f) Tahap enam : Klien. Klien membeli apapun yang dijual dan yang dapat ia
gunakan.
g) Tahap tujuh : penganjur (advocate) membeli apapun yang dijual dan yang
dapat ia gunakan, membeli secara teratur dan mendorong orang lain untuk
mengkonsumsi barang/jasa.
Dari tahap-tahap di atas perusahaan harus meningkatkan kualitas jika ingin
bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis, demi mencapai tujuan perusahaan
yaitu keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan Hipotesis yaitu :
Jika
kualitas
pelayanan
perusahaan
sesuai
dengan
harapan
konsumen, maka kepuasan konsumen akan tercapai.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam hal ini penulis mengambil lokasi penelitian di Rumah Sakit
Pertamina Cirebon yang berlokasi di Jalan Patra Raya Klayan Cirebon 45151.
Dan waktu penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai berakhirnya penelitian
ini.
Download