Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Analisis Kelayakan Lingkungan dan Ekonomi Instalasi Pengolahan Air Limbah Biogas pada Industri Tahu Ade Triyasa Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Kelompok Keahlian : Sistem dan Permodelan Ekonomi Institut Teknologi Bandung Jl.Ganesha No.10 Bandung Telp/Hp. 08122440521 [email protected] Abstrak. Industri tahu saat ini banyak berkembang di Indonesia, dan pada umumnya dilakukan dengan teknologi yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbahnya relatif tinggi. Sumber daya manusia yang terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah serta belum banyak yang melakukan pengolahan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui instalasi pengolahan air limbah biogas dibandingkan dengan baku mutu lingkungan dan kelayakan ekonomi dari pengoperasian instalasi pengolahan air limbah biogas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kelayakan ekonomi. Penelitian dilakukan pada industri tahu Sederhana yang berlokasi di Kendal Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengujian laboratorium untuk pengujian kualitas air limbah. Teknik analisis data dengan menggunakan perbandingan hasil pengujian kualitas air dengan standar baku mutu sesuai Peraturan daerah Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 tentang Baku mutu Limbah Cair. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan ekonomi dari pengoperasian IPAL Biogas dengan menggunakan NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan B/C Ratio (Benefit Cost Ratio). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah industri tahu membutuhkan luas lahan 25 m2, biaya investasi sebesar Rp.34.718.165,-, beban biaya bangunan / m3 limbah ± Rp.5.786.361,-. Berdasarkan analisis Net Prenent Value menunjukkan bahwa IPAL Biogas menguntungkan, karena telah memenuhi syarat NPV > 1 yaitu Rp.17.807.349,-, Berdasarkan kriteria IRR (11,31 %) dan B/C ratio (2,94) pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah Biogas layak untuk dilaksanakan. Hasil pengujian kualitas air limbah effluen memenuhi syarat (TSS 66 mg/l, BOD5 137,9 mg/l, COD 239,8 mg/l, efisiensi penurunan BOD5 sebesar 95,8 % dan COD 96,30 %, biogas dimanfaatkan untuk memasak. Hasil analisis SWOT yaitu efisiensi pemakaian air masih rendah. Kata kunci : biogas, kelayakan ekonomi, kelayakan lingkungan, industri tahu, instalasi pengolahan air limbah. B - 80 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 yang tidak berbau lagi, biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar untuk kompor masak dan lampu penerangan, yang mempunyai nilai ekonomis bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara teknis unit pengolahan limbah tahu, menjadi biogas, mengkaji unit pengolahan yang ramah lingkungan dari hasil analisis SWOT yang dilakukan dan menganilisis kelayakan ekonomis dari pengoperasian instalasi pengolahan air limbah biogas. Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan manfaat bagi para pelaku industri tahu dalam hal penerapan teknologi pengolahan limbah tahu menjadi biogas yang efektif dan efisien serta dampaknya terhadap masyarakat. Pendahuluan Usaha tahu di Indonesia pada umumnya masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya yaitu air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbahnya relatif tinggi. Kegiatan industri tahu di Indonesian merupakan usaha skala kecil dengan modal yang terbatas, sumber daya manusia yang terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah, dan belum banyak yang melakukan pengolahan limbah. Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, yaitu limbah padat dan cair. Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman dan pencucian kedelai, penyaringan, pengepresan dan pencetakan tahu, pencucian proses produksi tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Limbah cair tahu mengandung bahan organik dengan kadar COD dan BOD yang cukup tinggi, jika langsung dibuang ke badan air, akan menurunkan daya dukung lingkungan, sehingga industri tahu memerlukan pengolahan limbah untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada. Teknologi pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan proses biologis sistem anaerob, aerob dan kombinasi aerob-anaerob. Teknologi pengolahan limbah tahu yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah dengan sistem anaerob, karena biaya operasionalnya lebih murah. Mengingat industri tahu merupakan industri dengan skala kecil, maka membutuhkan instalasi pengolahan limbah yang peralatannya sederhana, biaya operasionalnya murah, memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan. Pada saat ini cara yang dikembangkan adalah pemanfaatan biogas dari hasil pengolahan limbah cair tahu dengan sistem anaerob. Setiap bahan organik bila tertampung dalam bak penampungan akan mengalami perombakan secara alami / fermentasi. Proses ini lebih cepat bila bak penampungan dibuat kedap udara. Selain menghasilkan cairan Metodologi Penelitian dilakukan pada industri tahu Sederhana yang berlokasi di Kendal Jawa Tengah. Sifat penelitian adalah deskriptif analisis, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif . Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Mendeskripsikan proses produksi tahu mulai dari perendaman bahan baku kedelai sampai menjadi tahu dan sumber timbunan limbah industri tahu. Mendeskripsikan proses pengolahan limbah cair pada industri tahu, meliputi teknologi yang digunakan, proses yang terjadi, menganilisis hasil pengujian laboratorium yang meliputi parameter fisika (suhu dan TSS), parameter kimia (BOD5, COD dan pH) pada titik inlet dan outlet IPAL, serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Melakukan analisis SWOT dengan menyusun factor-faktor strategis dengan menggunakan matrik SWOT. analisis SWOT yang digunakan untuk mengetahui kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakneses) sekaligus menentukan peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas B - 81 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki industri tahu. Menganilisis unit pengolahan limbah yang efektif dan efisien serta dampaknya terhadap lingkungan. berlangsungnya proses anaerob dan pengambilan biogas. Bentuk dari bak ini adalah lingkaran dan tutup setengah bola (dome). Bak disekat menjadi 2 bagian dengan bagian akhir dipasang media filter (dengan botol kemasan air minum). Dilihat dari sisi konstruksinya, reaktor biogas jenis fixed dome digester, dikenal dengan model China. Jenis reaktor ini memiliki volume tetap, sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan di dalam reaktor. Teknologi biogas pada umumnya memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri metanogen yang produknya berupa gas metan (CH4). Gas metan hasil pencernaan tersebut bisa mencapai 60 % dari keseluruhan gas hasil reaktor biogas, sedangkan sisanya didominasi oleh CO2. Bakteri ini bekerja pada lingkungan yang hampa udara (anaerob), sehingga proses ini disebut dengan pencernaan anaerob. Dalam digester permanen, gas ditampung pada bagian atas dari kubah bangunan digester. Proses produksi biogas dimulai dalam waktu 3 – 5 hari. Menurut Garcelon, dkk, (2007) keberhasilan proses pencernaan bergantung pada kelangsungan hidup bakteri metanogen dalam reaktor, sehingga beberapa kondisi yang mendukung berkembangbiaknya bakteri ini di dalam reaktor perlu diperhatikan, seperti temperatur, keasaman dan jumlah materi organik yang hendak dicerna. Di dalam reaktor biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asam dan bakteri metan. Kedua jenis bakteri ini perlu eksis dalam jumlah yang berimbang. Kegagalan reaktor biogas bisa dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metan terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metan. Keasaman substrat / media biogas dianjurkan untuk berada pada rentang pH 6,5 s/d 8. Bakteri metan ini cukup sensitif terhadap temperatur. Temperatur 35 oC diyakini sebagai temperatur optimum untuk perkembangbiakan bakteri metan (Garcelon, dkk). Bahan yang sudah diolah di dalam digester kemudian akan mengalir keluar dari digester menuju ke bak pelimpahan. Bak pelimpahan ini mempunyai volume 2,4 m3 dan waktu tinggal 11,5 jam. Dari bak pelimpahan kemudian dialirkan dibuang ke Hasil dan Diskusi Industri tahu ini mempunyai kapasitas 300 kg/hari.Kondisi disekitar industri tahu merupakan perkampungan penduduk dengan beberapa pengrajin tahu. Industri ini tempat produksinya mengambil lokasi di area belakang rumah, begitu juga dengan pengolahan limbahnya. Pola pendekatan teknologi penanggulangan buangan adalah dengan sitem pengolahan limbah sendiri. Pembuatan IPAL dilakukan atas bantuan dari Bapedal Kabupaten Kendal. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang digunakan adalah sistem anaerob – biogas. Biogas di industri tahu ini dimanfaatkan oleh pengrajin tahu setempat sebagai bahan bakar untuk memasak dan penerangan (lampu petromaks). Sistem biogas merupakan gabungan antara Up-flow anaerob dengan anaerob biofilter, sistem ini sangat tepat untuk industri tahu rumah tangga, karena pemakaian biofilter bisa mengurangi volume IPAL, sehingga lokasi yang digunakan untuk IPAL tidak terlalu memakan tempat, disamping itu hasil biogas bisa langsung digunakan untuk memasak dan penerangan rumah tangga. Air limbah sisa proses produksi ,mengalir melalui parit atau selokan yang dibuat di dalam pabrik menuju ke bak equalisasi (bak penampungan), disini air limbah melalui penyaringan terlebih dahulu untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut, sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya. Bak penampungan mempunyai ukuran 0,8 x 0,8 x 1,2 m, volume 0,768 m3, dan waktu tinggal 3,6 jam. Dengan adanya jeda waktu produksi tiap harinya bak ini secara teknis dapat menjadi tempat berlangsungnya proses asidifikasi. Air limbah selanjutnya memasuki bak anaerob, di dalam bak anaerob ini terjadi penguraian materi organik (fermentasi). Bak anaerob 3 mempunyai volume 30 m dan waktu tinggal 6 hari. Bak anaerob ini mempunyai tempat B - 82 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 badan sungai. Untuk memanfaatkan biogas tersebut pada saluran bagian atas bak penampungan tersebut diberi saluran (terbuat dari pipa PVC), kemudian gas akan keluar melalui saluran tersebut. Pipa ini diberi kran, sehingga bila dibutuhkan bisa dibuka. Sedangkan bila tidak dipakai bisa ditutup kembali, sehingga gas tetap berada dalam penampungan. Dari saluran pipa tadi dihubungkan dengan selang plastik yang lebih kecil, selang ini dihubungkan pada alat yang akan digunakan seperti kompor gas dan lampu petromak (yang biasanya memakai bahan bakar minyak). Kompor gas yang dipakai adalah kompor gas biasa tetapi yang harganya lebih murah. Dengan adanya biogas ini dari segi ekonomis sedikit banyak dapat membantu masyarakat terutama pemilik industri tahu dalam hal pemakaian bahan bakar, karena biogas merupakan energi alternatif pengganti listrik dan bahan bakar lainnya. Manfaat lainnya adalah mengurangi pencemaran air, mengurangi bau yang kurang sedap (H2S) yang dihasilkan dari proses anaerob, dengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik. Gas metan termasuk gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemansan global. Pengurangan gas metan secara lokal dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian masalah global yaitu efek rumah kaca. Tabel 1 : Hasil analisis IPAL industri tahu 1. 2. 3. 4. 5. 6. Parameter Influen Kualitas Temperatur Total Suspended Solid BOD5 (mg/l) COD (mg/l) pH Debit (m3/ton) 50,4 oC 575 3283 6486 4,53 Bila dibandingkan dengan bahan baku mutu air limbah industri tahu, ditinjau dari konsentrasi, semua parameter tidak Efluen Kualitas Beban (kg/jam) 36,9 oC 66 0,696 137,9 1,590 239,8 3,070 7,32 6 Kadar maks (mg/l) 38 oC 100 150 275 6,0 – 9,0 20 memenuhi baku mutu yang ditentukan, hal ini menunjukkan efisiensi pemakaian air di industri tahu rendah. Tabel 2 : Efisiensi IPAL industri tahu Parameter 1. BOD5 2. COD Influent (mg/l) 3283 6486 Effluent (mg/l) 137,9 239,8 Nilai efisiensi penurunan COD dan BOD industri tahu 95,80 % untuk BOD5 dan 96,30 % untuk COD. Nilai efisiensi yang tinggi ini dapat tercapai karena kondisi operasi dapat dipenuhi. Kondisi operasi tersebut yaitu volume air limbah (debit) yang masuk ke sistem pengolahan terjaga stabil dan kontinyu. Pengaturan debit ini sangat mempengaruhi kenerja dari sistem, dimana dengan debit yang terjaga adanya beban berlebihan dapat terhindari. Sistem biogas Efisiensi 95,80 % 96,30 % digester ini hanya menggunakan metode anaerob dengan waktu tinggal yang sangat terbatas, sehingga diperlukan proses pengolahan lanjutan dengan proses aerob. Pemakaian media filter dari botol minuman yang kurang optimal, mengakibatkan kontak antara mikroorganisme dengan lumpur berkurang. B - 83 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 yang kurang baik / kurang menyenangkan. c. Peluang / Opportunity, suatu kondisi atau keadaan ekstern yang ada, akan mempengaruhi kondisi yang sudah / akan terjadi di dalam lingkup studi yang dirasakan berpeluang digunakan untuk pengembangan potensi. d. Ancaman / Threats, suatu kondisi atau keadaan ekstern yang ada akan mempengaruhi kondisi yang sudah / akan terjadi di dalam lingkup studi yang dianggap menghambat pengembangan potensi. Analisis SWOT Industri Tahu Analisis SWOT merupakan metode analisis yang cocok untuk melaksanakan tugas perencanaan, khususnya bila keadaannya demikian kompleks dimana faktor intern dan ekstern mempunyai peran yang sama pentingnya. a. Kekuatan / Strength, suatu kondisi atau keadaan yang ada / dimiliki yang dianggap / merupakan hal-hal yang sudah baik. b. Kelemahan / Weaknesses, suatu kondisi atau keadaan intern yang bersifat kelemahan / masalah yang ada dan dirasakan sebagai hal-hal Tabel 3 : Faktor internal industri tahu beserta nilai bobotnya a. Strength 1. Biogas dimanfaaatkan untuk keperluan rumah tangga (memasak dan penerangan) b. Weakness 1. IPAL tanpa perawatan 2. Kualitas effluen tidak memenuhi syarat 3. Efisiensi rendah 4. Tidak ada sistem pengaturan lumpur 5. Tidak ada pengolahan lanjut (aerob) 6. Pemanfaatan air berlebihan Tabel 4 : Faktor eksternal industri tahu beserta nilai bobotnya a. Opportunity 1. Memberi kesempatan bagi pengrajin yang lain untuk menyalurkan limbhanya ke IPAL 2. Pengurangan pencemaran lingkungan oleh gas metan 3. Pengolahan limbah padat untuk memperluas lapangan kerja dan peningkatan pendapatan b. Threat 1. Pencemaran air karena kualitas effluen di bawah baku mutu yang ditetapkan 2. IPAL semakin tidak terawat Penentuan strategi dan sentra industri tahu dapat dianalisis berdasarkan matriks dari setiap elemen faktor internal dan eksternal Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman Skor 4 5 5 5 5 5 5 Skor 4 4 4 5 5 eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT industri tahu dapat dilihat pada tabel yang terdapat di bawah ini : B - 84 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Tabel 5 : Matriks SWOT industri tahu FAKTOR Strength Weakness INTERNAL 1. Biogas dimanfaatkan untuk 1. IPAL tanpa keperluas rumah tangga perawatan, kualitas (memasak dan penerangan) efluen tidak memenuhi syarat 2. Efluent rendah 3. Tidak ada sistem pengaturan lumpur 4. Tidak ada pengolahan lanjut (aerob) 5. Tingkat pendidikan pengrajin rendah 6. Pemakaian air berlebihan FAKTOR EKSTERNAL Opportunity 1. Pengurangan pencemaran lingkungan oleh gas metan 2. Memberi kesempatan bagi pengrajin yang lain untuk menyalurkan limbahnya ke IPAL 3. Pengolahan limbah padat untuk memperluas lapangan kerja dan peningkatan pendapatan Threats 1. IPAL semakin tidak terawat Strength-Opportunity 1. Perluasan pemanfaatan biogas Weakness – Opportunity 1. Proses pengolahan lanjutan agar efisiensi penurunan COD dan BOD dapat ditingkatkan Strengyh-Threats 1. Adanya panduan pengoperasian dan perawatan IPAL Weakneses – Threat 1. Peningkatan pengawasan terhadap operasional dan pemeliharaan IPAL 0,8 x 1,2 m = 0,768 m3, bak anaerob 30 m3, bak pelimpahan 2,4 m3. Watu tinggal : bak penampung 3,6 jam, bak anaerob 6 hari, bak pelimpahan : 11,5 jam, jenis bak : fixed dome digester. Analisa ekonomi IPAL Biogas Pembuatan unit IPAL membutuhkan biaya investasi awal. Kapasitas produksi tahu 300 kg / hari, debit air limbah 6 m3/detik, jumlah pengrajin 1 orang. Sistem pengolahan IPAL Anaerob, ukuran bak penampung 0,8 x B - 85 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Tabel 6 : Hasil analisis ekonomi instalasi pengolahan limbah industri tahu No. Rincian Biaya Jumlah Biaya Jml Biaya I Pekerjaan Persiapan 1 Pembersihan Lahan 25 m2 4375 109.375 109.375 II Pekerjaan Saluran 1 Galian 3 m3 15.625 46.875 2 Urugan tanah kembali 1 m3 3.906 3.906 3 Tanah diratakan dan dipadatkan 0,5 m3 14.375 7.188 4 Pasang saluran U 20 20 m3 38.979 779.580 837.549 III Pekerjaan Bak Penampung dan Saringan : 8 m3 15.625 125.000 2,5 m3 3.906 9.765 3 Tanah diratakan dan dipadatkan 1,25 m3 14.375 17.969 4 Pasangan Batu kali 1 PC : 2 PS 0,85 m3 289.590 246.152 5 Pasangan 1 bata (1PC : 2PS) 8,24 m3 106.604 878.417 12 m2 29.700 356.400 8 Waterproofing 7 m2 16.500 115.500 9 Saringan : 2 buah 95.000 190.000 1 Galian 2 Urugan tanah kembali 6 Plesteran (campuran 1 PC : 2PS) 1.939.202 IV Pekerjaan Bak Biogas 1 Galian 54 m3 15.625 843.750 2 Urugan tanah kembali 16 m3 3.906 62.496 3 Tanah diratakan dan dipadatkan 6 m3 14.375 86.250 4 Pasangan Batu kali 1 PC : 2 PS 7,25 m3 289.590 2.099.528 136,82 m3 106.604 14.585.559 56 m3 2,2 m3 29.700 1.663.200 5 Pasangan 1 bata (1PC : 2PS) 6 Plesteran (campuran 1 PC : 2PS) 8 Beton B - 86 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 9 Waterproofing V 38 m2 2.816.112 6.195.446 16.500 627.000 26.163.229 Pipa & Fitting 1 Pasang Pipa PVC AW dia 4" 8 m 31.357 250.856 2 Pasang Pipa PVC AW dia 11/2 " 12 m 19.355 232.260 3 Pasang Pipa PVC AW dia 1/2 " 40 m 11.285 451.400 4 Elbow 90 o PVC 4" 2 buah 24.800 49.600 5 Tee PVC AW 1 1/2" 2 buah 30.150 60.300 6 Sock PVC AW 4 " 4 buah 3.000 12.000 7 Sock PVC AW 3 " 4 buah 28.600 114.400 53.250 26.625 3.300 6.600 8 Lem PVC 9 Amplas 0,5 kg 2 lembar 953.185 VI Pekerjaan Prasarana 1 Administrasi dan dokumentasi 1 paket 300.000 300.000 2 Test Laboratorium 3 titik 700.000 2.100.000 3 Tungku Pemanas / Kompor Penyempurnaan dan 4 Pembersihan 1 unit 450.000 450.000 1 paket 400.000 400.000 3.250.000 VII Seeding 1 Ls 1.575.000 Jumlah Modal Usaha 1.575.000 1.575.000 34.718.165 Biaya Tidak Tetap Penyusutan 3.471.816 Tenaga kerja 12 OB 300.000 3.600.000 Utilitas 12 Ls 250.000 3.000.000 B - 87 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 10.071.816 Pendapatan : Biogas 2190 m3 4.960 10.862.400 Pupuk Organik Padat 1095 kg 500 547.500 Pupuk Organik Cair 36500 liter 500 18.250.000 Jumlah Pendapatan 29.659.900 Keuntungan 19.588.084 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah industri tahu membutuhkan luas lahan 25 m2, biaya investasi sebesar Rp.34.178.165,-, beban biaya bangunan / m3 limbah ± Rp.5.786.361,. Berdasarkan analisis Net Prenent Value menunjukkan bahwa IPAL Biogas menguntungkan, karena telah memenuhi syarat NPV > 1 yaitu Rp.17.807.349,-, Berdasarkan kriteria IRR (11,31 %) dan B/C ratio (2,94) pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah Biogas layak untuk dilaksanakan. analisis effluen IPAL kualitas efluen memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Instalasi Pengolahan Air Limbah industri tahu membutuhkan luas lahan 25 m2, biaya investasi sebesar Rp.34.718.165,-, beban biaya bangunan / m3 limbah ± Rp.5.786.361,-. Hasil analisis Net Prenent Value menunjukkan bahwa IPAL Biogas menguntungkan, karena telah memenuhi syarat NPV > 1 yaitu Rp.17.807.349,-, Berdasarkan kriteria IRR (11,31 %) dan B/C ratio (2,94) pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah Biogas layak untuk dilaksanakan. Hasil pengujian kualitas air limbah effluen memenuhi syarat (TSS 66 mg/l, BOD5 137,9 mg/l, COD 239,8 mg/l, efisiensi penurunan BOD 5 sebesar 95,8 % dan COD 96,30 %, biogas dimanfaatkan untuk memasak. Hasil analisis SWOT yaitu efisiensi pemakaian air masih rendah. Dampak terhadap masyarakat dan lingkungan. Dengan adanya keberadaan IPAL , maka diharapkan dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, terutama untuk air, udara serta diharapkan masyarakat dapat mengambil keuntungan dan tidak merasa terganggu dengan keberadaan IPAL tersebut. Dari hasil pengamatan dilapangan gas metan yang dihasilkan dari proses anaerob digunakan untuk memasak dan penerangan menggunakan lampu petromaks. Ini sangat membantu masyarakat di sekitarnya, karena bernilai ekonomis yang dapat menghemat kerena tidak perlu membeli minyak tanah yang saat ini harganya semakin mahal yaitu mencapai Rp. 10.000,- per liter. Dari hasil B - 88 Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Pustaka APHA (American Public Health Association), 1985, Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, Ed. 12th, APHA, Washington D.C. ESCAP, 1984, Updated Guidebook on Biogas Development, Energy Resources Development Series No. 27, Economic and Social Commission for Asia and the Pacific, United Nations, Bangkok, New York. Dinamarca, S., Aroca, G., Chamy, R. and Guerrero, L., 2003, The influence oh pH in the hydrolityc stage of anaerobic digestion of the organic fraction of urban solid waste, Eater Science and Technology, Vol. 48 No. 6 pp. 249 – 254. B - 89 Garcelon, J., Clark, J. Waste Digester Design, Civil Engineering Laboratory Agenda, University of Florida, dalam http://www.ce.ufl.edu/activities/wast e/wddndx.html Kaswinarni, F., Kajian teknis pengolahan limbah padat dan cair industri tahu, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program PascaSarjana, Universitas Dipenogoro, Semarang, 2007. Jewell, W.J., Adams, B.A., Eckstrom, B.P., Fanfoni, K.J., Kabrick, R.M. and Sherman, D.F., The feasibility of Biogas Production on Farms, Department of Agricultural Engineering Cornell University, Ithaca, New York, 1982.