Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik
Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012
SKRIPSI
WAHYU PUTRI LESTARI
NIM.109102000062
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
SEPTEMBER 2013
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik
Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
WAHYU PUTRI LESTARI
NIM.109102000062
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
2013
ii
HALAMAN PERYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Wahyu Putri Lestari
NIM
: 109102000062
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 30 September 2013
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama
: Wahyu Putri Lestari
Program Studi
: Strata-1 Farmasi
Judul Skripsi
:Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik
Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat
antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012. Penelitian yang
dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam
Medik pasien DM Tipe II. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama
2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013. Hasil penelitian ini
untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin, usia dan IMT) dengan
jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di
RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan
dengan usia berkisar antara 50-<60 tahun dan IMT antara 25-29,9, pasien juga
memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi. Pengunaan obat antidiabetik
yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi. Efektiv
terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang
efektiv adalah Metformin, karena Metformin dalam pengendalian gula darah
sewaktu terkendali pada hari ke 4, sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang
efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone, karena pengendalian gula darah
sewaktu terkendali pada hari ke 3.
Kata Kunci : Diabetes Mellitus Tipe II, ADO tunggal dan kombinasi, Efektivitas,
gula darah sewaktu terkendali.
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Nama
: Wahyu Putri Lestari
Program Studi
: Strata-1 Pharmacy
Judul Skripsi
: Description Effectiveness use antidiabetics single and
combination in Controlling Blood Sugar At the Patients
Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012.
This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic
single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus
Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012. An
observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical
record patient's DM Type II. Data is collect retrospektif during May to June 2013.
The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati
period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-<60
years and with BMI between 25-29.9, patient have DM Tipe II with complication.
Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single, rest ADO combined.
The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely
Metformin, because the control of blood sugar control as seen on day 4, while the
use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone, because blood sugar
control as seen in control on day 3.
Keywords: Diabetes Mellitus Type II, ADO single and combination, effectiveness,
when the uncontrolled blood sugar
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat
Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun
2012” ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati, serta teori yang
didapat dari berbagai literatur. Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai
penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang
menyertai, sehingga penulis tidak terlepas dari doa, bantuan dan bimbingan
banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra. Setianti
Haryani, M.Farm, Apt, sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,
nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan “Beasiswa Santri Jadi Dokter” selama
menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Sabrina, M.Si, Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan selama masa perkuliahan.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sigit Hardiyanto, Sp dan Ibunda Sumarni,
Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan
moral, material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.
8. Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan, semangat dan
dukungan.
9. Teman-teman di Program Studi Farmasi: Yunita Sari, Eriska Boru Saragih
serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita
selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak
pernah putus dan akan terus berlanjut
10. Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati: Ika Susanti, Dwi
Permatasari, Misriana, dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 30 September 2013
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
: Wahyu Putri Lestari
: 109102000062
: Strata-1 Farmasi
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :
GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT
ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM
MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)
FATMAWATI TAHUN 2012
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Jakarta
Pada tanggal : 30 September 2013
Yang menyatakan,
(Wahyu Putri Lestari)
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
v
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
ABSTRACT ...........................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... x
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xvii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian.............................................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum............................................................................ 4
1.4.2 Tujuan Khusus...........................................................................
4
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................
4
1.6 Ruang Lingkup.......................................................................................
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
6
2.1 Penyakit Diabetes Mellitus..................................................................... 6
2.1.1 Sejarah Diabetes Mellitus............................................................. 6
2.1.2 Definisi Diabetes Mellitus............................................................
7
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus.......................................................
8
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.4 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II..........................................
9
2.1.5 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II................................................
10
2.1.6 Gejala Klinik................................................................................
11
2.1.7 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II............................................. 12
2.2 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II...............................
12
2.3 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II.......................................
13
2.3.1 Terapi Obat Antidiabetik Oral..................................................... 13
2.3.2 Obat Antidiabetik Tunggal...........................................................
14
2.3.3 Obat Antidiabetik Kombinasi....................................................... 14
2.3.4 Obat-obat Antidiabetik Oral.........................................................
15
2.3.4.1 Golongan Sulfonilurea.....................................................
16
2.3.4.2 Golongan Meglitinid........................................................
18
2.3.4.3 Golongan Biguanid..........................................................
19
2.3.4.4 Golongan Penghambat α-Glukosida................................
20
2.3.4.5 Golongan Thiazolidinedion.............................................. 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL........................... 23
3.1 Kerangka Konsep..................................................................................
23
3.2 Definisi Operasional..............................................................................
24
BAB 4 METODE PENELITIAN..........................................................................
26
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................. 26
4.1.1 Lokasi Penelitian..........................................................................
26
4.1.2 Waktu Penelitian..........................................................................
26
4.2 Desain Penelitian...................................................................................
26
4.3 Populasi dan Sampel.............................................................................
26
4.3.1
Populasi Penelitian..................................................................... 26
4.3.2 Sampel Penelitian......................................................................
26
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................................
27
4.4.1 Kriteria Inklusi.............................................................................
27
4.4.2 Kriteria Eksklusi..........................................................................
27
4.5 Pengumpulan Data................................................................................. 27
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 Rencana Analisis...................................................................................
28
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
29
5.1 Hasil........................................................................................................ 29
5.2 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V
Selatan RSUP Fatmawati......................................................................
29
5.2.1 Jenis Kelamin...............................................................................
29
5.2.2 Usia............................................................................................... 30
5.2.3 Indeks Massa Tubuh..................................................................... 30
5.3 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit................................................
31
5.3.1 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil
Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan
RSUP Fatmawati.......................................................................... 31
5.3.2 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai
V Selatan RSUP Fatmawati.........................................................
32
5.4 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium..................................... 33
5.4.1 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar
Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap
Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)................................
33
5.4.2 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar
Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat
Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)........................
33
5.4.3 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi........................
34
5.5 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II............................................................
35
5.5.1 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap
Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati.................................. 35
5.5.2 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP
Fatmawati..................................................................................... 36
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.5.3 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan
Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan
RSUP Fatmawati.......................................................................... 37
5.6 Pembahasan............................................................................................
38
5.6.1 Keterbatasan Penelitian................................................................
38
5.6.2 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 38
5.6.2.1 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis
kelamin.............................................................................
38
5.6.2.2 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia......... 39
5.6.2.3 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT......... 39
5.6.2.4 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil
Diognosis.......................................................................... 40
5.6.2.5 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Laboratorium..............................................
41
5.6.2.6 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada
Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati...........................
42
5.6.2.7Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO
Dalam Mengendalikan
Gula Darah Sewaktu Di
Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP
Fatmawati Periode 2012................................................... 45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
46
6.1 Kesimpulan............................................................................................. 46
6.2 Saran.......................................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
47
LAMPIRAN............................................................................................................
51
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus............................................
12
2.2
Penggolongan obat Antidiabetik oral......................................................
15
2.3
Golongan Sulfonilurea............................................................................
16
2.4
Golongan Meglitinid...............................................................................
19
2.5
Gologan Biguanid...................................................................................
20
2.6
Golongan Penghambat α-Glikosidase.....................................................
21
2.7
Golongan Thiazolidinedion.....................................................................
22
5.1
Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin........................
29
5.2
Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia......................................
30
5.3
Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT.....................................
30
5.4
Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis......................
31
5.5
Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi ..........
32
5.6 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat
masuk RSUP Fatmawati).........................................................................
5.7
33
Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir
(setelah pemberian ADO)........................................................................
33
5.8 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula
darah sewaktu..........................................................................................
34
5.9 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien
DM Tipe II...............................................................................................
35
5.10 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II......................
36
5.11 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS.......................
37
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin........
51
Gambar 2. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia.......................
51
Gambar 3. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT.......................
52
Gambar 4. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis...............
52
Gambar 5. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi
Komplikasi..........................................................................................
53
Gambar 6. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah
awal (saat masuk RSUP Fatmawati)...................................................
53
Gambar 7. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah
Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)...........................................
54
Gambar 8. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar
Gula Darah Sewaktu...........................................................................
54
Gambar 9. Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan
kepada pasien DM Tipe II...................................................................
55
Gambar 10. Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II.....
55
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II...........
51
Lampiran 2. Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Diagnosa..................................................................................................... 52
Lampiran 3. Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Laboratorium........................................................................
53
Lampiran 4. Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi
Obat yang diberikan...................................................................................
55
Lampiran 5. Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal..............................................
56
Lampiran 6. Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi..........................................
60
Lampiran 7. Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati................................
63
Lampiran 8. Surat Persetujuan Etik................................................................................. 65
xvii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISTILAH
ADA
: American Diabetes Association
ADO
: Obat Antidiabetik
BB
: Berat Badan
DM
: Diabetes Mellitus
GDM
: Gestational Diabetes Mellitus
GDS
: Gula Darah Sewaktu
IDDM
: Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes
mellitus)
IMT
: Indeks Massa Tubuh
NIDDM
: Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes
mellitus)
PERKENI
: Perkumpulan Endokrin Indonesia
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
RM
: Rekam Medik
RSUP
: Rumah Sakit Umum Pusat
TTGO
: Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO
: World Health Organization
xviii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada
jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation/ ADA, 2010). Diabetes
merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan
sekresi insulin, aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer, 2008).
Menurut WHO (2011), jumlah penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat,
India dan Cina. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO,
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0
juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan
keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI, 2011).
Berdasarkan data Riskesdas 2007, angka prevalensi Diabetes Mellitus
(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan
di Indonesia adalah 5,7%. Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di
Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo, 2002).
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95% dari keseluruhan
populasi penderita diabetes (Kannan, 2012).
Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI, 2011)
Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan
mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal. Pendekatan terapi
tergantung pada tipe Diabetes. Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan
dilakukan dengan Insulin, sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk
mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Antidiabetes (ODA). Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan
penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi),
termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau
kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal
(Dipiro, 2005).
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe
II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi, tahun 2011 diketahui
bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari
10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Untuk
jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian
sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati, pada tahun 2012 bulan
Januari-Maret dilaporkan
untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan
golongan yaitu Sulfonilurea 57%, Biguanida 35%, Acarbose 8%, sedangkan
untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak
digunakan yaitu sebesar 43% (Irmayanti, 2012).
Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan
suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik
tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah. Sehingga pada akhir
penelitian ini, diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan
gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II, dengan
tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Karena selain
sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, digunakan juga sebagai Rumah
Sakit Pendidikan. Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan
masalah penelitian sebagai berikut :

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus
Tipe II semakin meningkat, Menurut WHO, jumlah penderita Diabetes
Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat, India dan Cina.
Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II
dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati.

mengendalikan gula darah.
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk
Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP
Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan
gula darah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012 ?
2. Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang
diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012 ?
3. Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang
diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012 ?
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui
gambaran
efektivitas
penggunaan
obat
antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula
darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis
kelamin, usia, dan IMT, diagnosis penyakit, serta data hasil
pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani
rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012.
2. Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal
dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II
yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati tahun 2012.
3. Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula
darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali
setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang
digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Secara Metodologi
Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam
mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II.
1.5.2 Manfaat Secara Aplikatif
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker, dokter
dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
dalam memilih obat-obatan
yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
1.6 Ruang Lingkup
Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah
luas. Namun, dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas
penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah. Penelitian
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97, dimana 73 pasien
menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik
kombinasi, dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013, berdasarkan
data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II, dengan desain penelitian
bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Diabetes Mellitus
2.1.1
Sejarah Diabetes Mellitus
Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah
DM, dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550
sebelum masehi. Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli
Mesir kuno dari Jerman, George Ebers, dan kemudian disebut sebagai The
Ebers Papyrus (Sinaga, 2008).
Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu
penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang
disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa
nyeri. Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi, penulis India Sushrutha
memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)
(Sinaga, 2008).
Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang
pertama kali memberi nama diabetes yang berarti “mengalir terus” dan
mellitus yang berarti “manis”. Disebut diabetes karena selalu minum
dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus
berupa urine yang banyak (poliuria). Disebut mellitus karena urine
penderita ini mengandung glukosa (Sinaga, 2008).
Pada tahun 1921, Frederick Banting dan Charles Best berhasil
membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Dengan demikian, jelas bahwa
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang
disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti, 2005) dalam (Fitrania,
2008).
Akhirnya, pada tahun 1945, Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO
(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia, yang kemudian temuan OHO ini
berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya
(Fitrania, 2008).
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.1.2
Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis
karena kekurangan insulin relatif, resistensi, atau keduanya. Ini
mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia, diperkirakan
bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar & Clark,
2009).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012,
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin,
kerja Insulin, atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu
gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau
meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang
(glukosa) didalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga
terganggu (Lat. diabetes = penerusan, mellitus = manis madu) (Tjay &
Rahardja, 2007).
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh
poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai dengan peningkatan kadar glukosa
darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ≥ 1β6 mg/dL atau postprandial ≥
β00 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ β00 mg/dL) (Farmakologi dan Terapi,
2009).
Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih
umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I.
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95% dari keseluruhan
populasi penderita diabetes (Kannan, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
2.1.3
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda, penyakit ini
dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya.
Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer, 2001) :
 Tipe I
: Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus [IDDM])
Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk
menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan).
 Tipe II
: Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus [NIDDM])
Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih
umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I.
Penderita DM Tipe II mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi
penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir
ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya
meningkat.
Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin, tidak selalu
dibutuhkan Insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik
oral. Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda
dengan Diabetes MellitusTipe I. Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat
lebih dari 90% kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus
Tipe I.
Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar
40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti
kecacatan dalam produksi Insulin, resistensi terhadap Insulin atau
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah.
Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. Sekitar 80% pasien
Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan
dengan resistensi Insulin. Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat
dikendalikan dengan diet, olah raga, atau obat antidiabetes.

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus
[GDM])
GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui
selama kehamilan. GDM mempersulit sekitar 7% dari seluruh kehamilan
(Dipiro, 2005). Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena
sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin.
Diabetes gestasional terjadi pada 14% dari semua wanita hamil dan
meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi
dalam kehamilan (Smeltzer, 2008).
2.1.4
Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II
Pada Diabetes Mellitus Tipe II
jumlah Insulin normal atau
mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang. Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan ini, jumlah Insulin
banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam
pembuluh darah meningkat (Subekti, 2002).
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan
gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum
diketahui. Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan Insulin, yaitu : resistensi Insulin dan gangguan
sekresi Insulin. Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
didalam sel. Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian Insulin menjadi
tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan
(Smeltzer, 2001).
2.1.5
Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer, 2001)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan
gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi Insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko
tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus
Tipe II. Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara
lain :

Usia
Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat
setelah usia 40 tahun. Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut
terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya
berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka
yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan
tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin, terutama bila
lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau
perut. Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak
dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)
Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga
menderita Diabetes Mellitus, karena kelainan gen mengakibatkan
tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resiko
terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat
badan, kurang gerak tubuh dan stres. Sekitar 50 % pasien Diabetes
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes, dan lebih
sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes.

Kelompok Etnik
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes
Mellitus Tipe II.
2.1.6
Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II
Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa
gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai
sebagai isyarat kemungkinan diabetes.
Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah
sebagai berikut (PERKENI, 2006) :
• Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia,
polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala. Namun, adanya
komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama
beberapa tahun (Dipiro, 2008). Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang
dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. Diabetes Mellitus Tipe II
seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa
tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah
terjadi. Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena
infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk dan
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care, 2005).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
2.1.7
Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II
Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal
merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar
gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mg/dL (SI
7,8 mmol/L) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mg/dL (SI
11,1 mmol/l). Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria
diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer, 2001).
Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi
orang yang usianya ≥ 45, dan lebih sering bagi orang yang riwayat
keluarga DM, obesitas, tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga
(Dipiro, 2005).
Tabel 2.1 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA, 2010)
Kadar glukosa sewaktu
Puasa
2 jam setelah pemberian
Konsentrasi plasma glukosa ≥β00 mg/dL
(11,1 mmol/L)
Konsentrasi plasma glukosa ≥1β6 mg/dL
(7,0 mmol/L)
≥β00 mg/dL (11,1 mmol/L) selama TTGO
glukosa
HbA1C
≥6,γ %
2.2 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay & Rahardja,
2010)
 Pengaturan Nutrisi
Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan
(rendah kalori, rendah kolesterol). Diet yang baik merupakan kunci
keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak,
sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:
1. Karbohidrat : 60-70%
2. Protein : 10-15%
3. Lemak : 20-25%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal.
Olahraga
Bermanfaat bagi kebanyakan pasien, berolah raga secara teratur dapat
menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada
dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis
dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak
perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan
sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
2.3
Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II
2.3.1 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)
Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan
lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat. Pasien
sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok,
karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan
penyakit kardiovaskular, dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes
Tipe II (Greenstein & wood, 2007). Jika tidak tercapai kontrol glikemik
yang baik dengan perubahan pola makan, maka diberikan Antidiabetik oral.
Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu
penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Pemilihan obat Antidiabetik
oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes. Bergantung
pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi
Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen
hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan
Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum
termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical
Care).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
2.3.2
Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)
Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat
saja. Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah
belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam
pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral
atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara
injeksi yaitu Insulin.
2.3.3
Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)
Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga
kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin
apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi.
Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixedcombination dalam bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat
dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga
ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin.
Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat
menjadi pilihan (PERKENI, 2011).
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa
ADO. Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan
Biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi
pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja
efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap
sensitivitas reseptor Insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek
saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua
golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya
tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
2.3.4 Obat-Obat Antidiabetik Oral
Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat
menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono,
2008). Menurut (Farmakologi dan Terapi, 2007) Ada 5 golongan
Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan
telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan : Sulfonilurea, Meglitinid,
Biguanid,
Penghambat
α-Glikosidase,
dan
Tiazolidinedion.
Kelima
golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak
dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja.
Tabel 2.2 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care, 2005)
Golongan
Sulfonilurea
Contoh Senyawa
Mekanisme Kerja
Tolbutamid
Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas,
Klorpropamid
sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang
Tolazomida
sel-sel
pankreasnya masih berfungsi dengan baik
Glibenklamid
Glipizid
Gliklazid
Glimepirid
Glikuidon
Meglitinida
Repaglinid
Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas
Nateglinid
Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh
pankreas
Biguanida
Metformin
Bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan
produksi glukosa hati. Tidak merangsang sekresi
insulin oleh kelenjar pankreas
Tiazolidindion
Rosiglitazon
Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin
Pioglitazon
pada
otot,
jaringan
lemak,
dan
hati
untuk
menurunkan resistensi insulin
Inhibitor α-
Akarbose
Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang
Glukosidase
Miglitol
mencerna karbohidrat, sehingga memperlambat
absorpsi glukosa ke dalam darah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
2.3.4.1 Golongan Sulfonilurea
Dikenal 2 generasi Sulfonilurea :
Generasi I
:
Tolbutamid,Tolazomid, dan Klorpropamid.
Generasi II
: Gliburid, Glipizid, Gliklazid dan Glimepirid, berpotensi
hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan
10-100x lebih kuat (Tjay & Rahardja, 2007).
Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan.
Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat
antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea. Obat antidiabetik oral
golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk
penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang
serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawa
Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati,
ginjal dan tiroid.
Tabel 2.3 Golongan Sulfonilurea
Farmakologi
Nama Obat
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Generasi Ke II
Gliklazid
Dimetabolisme dihati dan
Mekanisme :
diskresi melalui ginjal. Lama
Merangsang sekresi insulin di
kerja labih dari 12 jam dengan
kelenjar pankreas, sehingga hanya
waktu paruh 10 jam (Dipiro,
efektif pada penderita diabetes yang
2008).
sel-sel
Waktu Paruh :
berfungsi dengan baik (Dipiro, 2008)
10 jam
Efek samping :
Dosis: oral 1-3 dd 80-320 mg
Gejala saluran cerna dan sakit
/hr, dosis maksimum: 320mg/
kepala. sehingga tidak begitu sering
hari diminum setelah makan
menyebabkan efek hipoglikemik
(DIH,2009)
(Soegondo, 2002).
pankreasnya masih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
Glimepirid
Durasi kerja sampai 24 jam,
Mekanisme :
dimetabolisme di hati menjadi
Merangsang sekresi insulin di
metabolit inaktif (Dipiro,
kelenjar pankreas, sehingga hanya
2008).
efektif pada penderita diabetes yang
Dosis: 1 dd 1-4 mg, maks 6 mg sel-sel
sehari, a.c. (DIH, 2009)
pankreasnya masih
berfungsi dengan baik(Dipiro, 2008).
Efek samping :
Gejala saluran cerna dan sakit
kepala. Dibandingkan dengan
Glibenklamid, Glimepirid
lebih jarang menimbulkan efek
hipoglikemik
pada awal pengobatan (Soegondo,
2002).
Glibenklamid
Potensinya 200x lebih kuat dari Mekanisme :
Tolbutamid. Durasi kerja
Merangsang sekresi insulin di
sampai 24 jam, dimetabolisme
kelenjar pankreas, sehingga hanya
di hati, dieliminasi ½ di ginjal
efektif pada penderita diabetes yang
dan ½ di feses (Dipiro, 2008).
sel-sel
Waktu Paruh :
berfungsi dengan baik(Dipiro, 2008)
4 jam
Efek samping :
Dosis:
Gejala saluran cerna dan sakit
Permulaan 1 dd 2,5-5 mg, bila
kepala. Memiliki efek hipoglikemik
perlu dinaikkan setiap minggu
yang poten sehingga pasien perlu
sampai maksimal 2 dd 10 mg.
diingatkan untuk
Dosis tunggal harian sebesar 1
melakukan jadwal makan yang ketat
mg terbukti efektif dan dosis
(Soegondo, 2002).
maksimal yang dianjurkan
Kombinasi Obat :
adalah 8 mg (Katzung, 2010).
Metformin digunakan sekali sehari
pankreasnya masih
sebagai mono terapi atau dalam
bentuk kombinasi dengan insulin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
Glipizid
Durasi kerja sampai 20 jam,
Mekanisme :
dalam darah 98% terikat
Merangsang sekresi insulin di
protein plasma, potensinya
kelenjar pankreas, sehingga hanya
100x lebih kuat dari
efektif pada penderita diabetes yang
Tolbutamid. Dimetabolisme
sel-sel
dihati menjadi inaktif, sekitar
berfungsi dengan baik
10% diekresikan melalui ginjal
Efek samping :
dlam keadaan utuh (Dipiro,
Edema, flu, hypertensi, aritmia, sakit
2008).
kepala, insomnia, migren, depresi.
Waktu Paruh :
Jarang menimbulkan Hipoglikemia
2-4 jam
dibandingkan gliburid, juga pada
Dosis: 1 dd 2,5-5 mg ½ jam
gangguan fungsi hati/ginjal pada
a.c., maksimal 3 dd 15 mg
orang usia lanjut (Taketomo, 2003).
(DIH, 2009)
Kombinasi Obat :
pankreasnya masih
Metformin
Glikuidon
Diabsorsi dari usus (95%) dan
Mekanisme :
mencapai kadar maksimum
Merangsang sekresi insulin di
dalam plasma setelah 2-3 jam.
kelenjar pankreas, sehingga hanya
Dosis : 1 dd 15 mg pada waktu
efektif pada penderita diabetes yang
makan pagi, maksimal 2 dd 30
sel-sel
mg (DIH,2009)
berfungsi dengan baik
pankreasnya masih
Efek Samping :
Hipoglikemia
2.3.4.2 Golongan Meglitinid
Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat
antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan
sulfonilurea. Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya
senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini
dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
Tabel 2.4 Golongan Meglitinid
Farmakologi
Nama Obat
Repaglinid
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Durasi kerja sampai 4 jam,
Mekanisme:
dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi
Merangsang sekresi insulin
metabolit inaktif, diekresikan
dikelenjar pankreas
disaluran empedu (Sukandar, 2009).
Efek samping :
Waktu Paruh :
Hipoglikemia dan gangguan
1 jam.
saluran pencernaan
Dosis : 3-4 dd 1-2 mg ½ jam a.c (DIH, (Soegondo, 2002).
2009).
Nateglinid
Durasi kerja sampai 4 jam, diabsorbsi
Mekanisme:
dalam waktu 20 menit setelah
Meningkatkan kecepatan
pemberian oral, dimetabolisme
sintesis insulin oleh pankreas
disitokrom P450 2C9 dan 3A4
Efek samping :
menjadi metabolit aktif lemah,
Hipoglikemia dan gangguan
dieliminasi di ginjal (Dipiro, 2008).
saluran pencernaan (ISPA)
Waktu Paruh :
(soegondo,2002).
1 jam
Dosis : 3 dd 60 mg a.c, maksimal 3 dd
180 mg (DIH, 2009).
2.3.4.3 Golongan Biguanid
Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati
(hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan
biguanida tidak merangsang sekresi Insulin, dan hampir tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih
dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin. Metformin
masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia, karena
frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi
1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
2.5 Tabel Golongan Biguanid
Farmakologi
Nama
Obat
Farmakokinetik
Metformin Durasi kerja sampai 24 jam, tidak
Farmakodinamik
Mekanisme : Bekerja langsung pada
berikatan dengan protein plasma,
hati (hepar), menurunkan produksi
tidak terjadi metabolismedan
glukosa hati. Tidak merangsang
diekresikan oleh ginjal sebagai
sekresi insulin oleh kelenjar
senyawa aktif (Sukandar, 2009).
pankreas.
Waktu Paruh :
Efek Samping :
3-6 jam.
flu, palpitasi, sakit kepala, asodosis
Dosis : 3 dd 500 mg atau 2 dd
laktat, anoreksia, diare, dangangguan
850 mg, bila perlu setelah 1-2
penyerapan vitamin B12 (Taketomo,
minggu perlahan-lahan dinaikan
2003), terjadi pada hingga 20%
sampai maksimal 3 dd 1 g.
pasien (Katzung, 2010).
Kombinasi Obat :
Gliburid, Glipizid, Glibenklamid dan
Rosiglitazon.
2.3.4.4 Golongan Penghambat α-Glukosidase
Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim α-glukosidase
(maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif
dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga
dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita
diabetes. Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl.
Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan
tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat-obat inhibitor αglukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi
dengan obat hipoglikemik lainnya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
Tabel 2.6 Golongan Pengahambat α-Glikosidase
Nama Obat
Akarbose
Farmakologi
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Durasi kerja sampai 1-3 jam,
Mekanisme :
Di Absorpsi <2%
Menghambat kerja enzim-enzim
dimetabolisme disaluran cerna
pencenaan yang mencerna karbohidrat,
oleh bakteri intestinal dan
sehingga memperlambat absorpsi
enzim pencernaan, dieliminasi
glukosa ke dalam darah
di empedu (Dipiro, 2008).
Efeksamping :
Dosis : permulaan 3 dd 50 mg,
sakit kepala, vertigo, Urticaria,
bila perlu dinaikkan setelah 1-2 Erytema, diare, perut kembung, nyeri,
minggu sampai maksimal 3 dd
dan hepatitis (Taketomo, 2003)
100 mg.Dianjurkan untuk
Obat Kombinasi :
memberikannya bersama suap
Acarbose dapat diberikan dalam terapi
pertama setiap kali makan.
kombinasi dengan Sulfonilurea,
(DIH, 2009)
Metformin,atau Insulin(Soegondo,
2002)
Miglitol
Durasi kerja sampai 1-3 jam,
Mekanisme :
dieliminasi di renal (ISO
Menghambat kerja enzim-enzim
Farmakoterapi, 2009).
pencenaan yang mencerna karbohidrat,
Dosis : Permulaan 3 dd 50 mg
sehingga memperlambat absorpsi
a.c, berangsur-angsur dinaikan
glukosa ke dalam darah
dalam waktu 4-12 minggu
Efek samping :
menjadi dosis pemeliharaan 3
Sama dengan Akarbose, tetapi
dd 100 mg (DIH, 2009).
resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih
baik. Karena itu efek sampingnya
mengenai gangguan lambung usus lebih
sedikit (Jansman FGA 1997).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
2.2.3.5 Golongan Thiazolidinedion
Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan
tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPAR (peroxisome
proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin.
Tabel 2.7 Golongan Thiazolidinedion
Nama Obat
Rosiglitazon
Farmakologi
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Durasi kerja sampai 24
Mekanisme :
jam, di metabolisme di
Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
CYP2C8 dan 2C9 menjadi
insulin pada otot, jaringan lemak, dan
metabolit inaktif yang
hati untuk menurunkan resistensi insulin
diekresikan di renal
Efek samping :
(Dipiro, 2008).
Nyeri punggung, sakit kepala,
Waktu Paru :
hiperglikemia, luka, sinusitis, anemia
3-4 jam
ketika digunakan bersamaan dengan
Dosis :
metformin, udem ketika digunakan
Bersama Metformin atau
bersamaan dengan insulin (Dipiro,
Sulfonilurea, 1-2 dd 4 mg
2008).
a.c atau p.c (DIH, 2009)
Pioglitazon
Durasi kerja sampai 24
Mekanisme : Meningkatkan kepekaan
jam, dimetabolisme di
tubuh terhadap insulin pada otot,
CYP2C8 dan 3A4,
jaringan lemak, dan hati untuk
diekresikan melalui urin
menurunkan resistensi insulin
dan tinja (Dipiro, 2008).
Efek Samping :
Waktu Paruh :
Udem, sakit kepala, hipoglikemia,
16-24 jam
sinusitis, gangguan gigi, ISP.
Dosis :
1 dd 15-30 mg a.c atau p.c
Dosis awal yang
direkomendasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam
tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel
indepanden, sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam
penelitian, baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen.
Jenis Kelamin
Usia
IMT
Diagnosis
Jenis Antidiabetik
yang digunakan
Gula Darah
Jenis Kelamin
Usia
IMT
Diagnosis
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
3.2 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Pengamatan
1
Usia
Merupakan umur seseorang yang - 20-<30 tahun
Skala
Interval
dilihat dari Rekam Medik pasien - 30-<40 tahun
yang menderita DM Tipe II, yang - 40-<50 tahun
dilihat dari tanggal lahir sampai - 50-<60 tahun
- ≥ 60 tahun
dirawat ( WHO,1999)
2
3
Jenis
Identitas
untuk
membedakan
Kelamin
antara laki-laki dan perempuan
IMT
Merupakan nilai dari status gizi seseorang yang ditentukan dari
IMT dengan rumus :
(PERKENI, 2010).
Diagnosis
Upaya untuk menegakan atau
Penyakit DM
mengetahui jenis penyakit yang
diderita oleh seseorang.Status ini
ditentukan
dengan
keputusan
dokter (Smeltzer, 2008).
5
DM
Nominal
- Perempuan
= BB (Kg)/TB2(m)
4
- Laki-laki
Kurang < 18,5
Nominal
Normal 18,5-22,9
Lebih ≥ 23,0
o Dengan risiko
23,0-24,9
o Obes I 25,029,9
o Obes II > 30
- DM
Tanpa Nominal
Komplikasi
- DM
dengan
Komplikasi
Tanpa Diabetes Mellitus dengan tidak
- DM Tipe II
Nominal
DM Dengan Diabetes Mellitus dengan ada
- Neuropati
Nominal
Komplikasi
komplikasi penyakit, bukan hanya
- Nefropati
DM Tipe II saja ada juga penyakit
- PJK
lain
- Stroke
Komplikasi
ada komplikasi penyakit hanya
penyakit DM Tipe II saja
6
- Hipertensi
7
Kadar
darah
Gula Merupakan data kadar gula darah - Kadar gula darah Nominal
pada pasien DM, yang dilihat
sewaktu
dengan data hasil laboratorium.
mg/dl
≥200
ADA (2003)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
8
Efektivitas
Suatu
kondisi
pasien
yang - Terkendali
terkendali (70-140 mg/dl)
Nominal
atau - Tidak Terkendali
tidak terkendali (≥200 mg/dl)
kadar
gula
darahnya
setelah
pemberian obat yang dinyatakan
oleh dokter dari status pasien,
efektivitasnya dilihat dari hari ke
berapa kadar gula darah terkendali
(Soegondo, 2002).
9
ADO
ADO
Tunggal
yaitu
dengan - Satu
Tunggal
memberikan hanya satu jenis obat
jenis
obat Nominal
Antidiabetik
saja (PERKENI, 2011).
10
ADO
ADO kombinasi yaitu dengan - Dua
Kombinasi
memberikan kombinasi dua atau
jenis
obat Nominal
Antidiabetik
tiga kelompok ADO jika dengan
ADO
tunggal
sasaran
kadar
glukosa darah belum tercapai
(PERKENI, 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Fatmawati.
4.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013.
4.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional
dengan desain Cross Sectional, diharapkan dengan adanya desain ini tujuan
penelitian dapat tercapai.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien
Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai
Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP
Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah minimal
sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan
Ismael, 2010):
n = Zα2x PQ
d2
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Keterangan:
n
: Estimasi besar sampel
Zα
: Nilai untuk derajat kemaknaan 5% yaitu 1,96
P
:0,5 (Proporsi)
Q
:1 – P = 0,5
d
: Nilai untuk ketepatan relatif 10% yaitu 0,1
Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut:
n=
Jadi, minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang
pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
4.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
4.4.1
1.
Kriteria Inklusi
Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus
Tipe II
2.
Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat
Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati
3.
4.4.2
1.
Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral
Kriteria Eksklusi
Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II
menggunakan terapi Insulin
2.
Data rekam medik yang tidak lengkap
4.5 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan didapatkan dari :
1. Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif
2. Data yang dikumpulkan antara lain :
a. Nama, usia, jenis kelamin
b. Berat badan, tinggi badan
c. Diagnosa dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
d. Obat-obat Antidiabetik yang digunakan
e. Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium
4.6 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang
ada, antara lain:
1. Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin, Usia dan IMT)
2. Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)
3. Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP
Fatmawati, GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar
gula darah sewaktu)
4. Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan
(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)
Catatan :
Menurut WHO (1999), American Diabetic Association (2003) :
Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah : 70-140 mg/dl
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang
menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan
RSUP Fatmawati. Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam
Medik, untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai
dengan kriteria inklusi.
5.2 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan
RSUP Fatmawati
5.2.1
Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Pasien DM tipe II
N
%
Laki-laki
32
33
Perempuan
65
67
Total
97
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus
Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin
yang paling banyak adalah perempuan (67%).
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
5.2.2
Usia
Tabel 5.2 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia
Jumlah Pasien DM tipe II
Usia
(tahun)
N
%
20-<30
4
4
30-<40
4
4
40-<50
27
28
50-<60
34
35
≥60
28
29
Total
97
100
Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999).
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus
Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang
paling banyak adalah 50-<60 tahun (35%).
5.2.3 Indeks Massa Tubuh
Tabel 5. 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT
Indeks Massa Tubuh
Jumlah pasien DM Tipe II
N
%
<18,5 (Kurang)
6
6
18,5-22,9 (Normal)
17
18
23-24,9 ( dengan risiko)
25
26
25-29,9 (Obesitas I)
37
38
>30 (Obesitas II)
12
12
Total
97
100
Ket :
DM
: Diabetes Mellitus
IMT
: Indeks Massa Tubuh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin
Indonesia (PERKENI, 2010). Tabel diatas menunjukkan bahwa
dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya
secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT
antara 25-29,9 (38%).
5.3 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit
5.3.1
Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil
Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan
RSUP Fatmawati
Tabel 5.4 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis
Diagnosis
Jumlah Pasien DM tipe II
N
%
DM Tanpa Komplikasi
27
28
DM Dengan Komplikasi
70
72
Total
97
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat
hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan
komplikasi (72%).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
5.3.2
Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai
V Selatan RSUP Fatmawati
Tabel 5.5 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi
komplikasi
Klasifikasi Komplikasi
Komplikasi Mikrovaskular
- Nefropati
- Neuropati
Komplikasi Makrovaskular
- PJK
- Stroke
- Hipertensi
Komplikasi Mikro + Makro
Tanpa Komplikasi
Total
Ket :
Jumlah Pasien DM Tipe II
N
%
9
11
9
12
4
3
30
13
27
97
4
3
31
13
28
100
PJK
: Penyakit Jantung Koroner
DM
: Diabetes Mellitus
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat
yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38%).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
5.4 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium
5.4.1
Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan
Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di
Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP
Fatmawati)
Tabel 5.6 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula
darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)
Parameter
Glukosa darah
sewaktu
Kadar gula
darah (mg/dl)
≤200 mg/dl
≥200 mg/dl
Total
Jumlah pasien
(orang)
5
92
97
%
6
94
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus
Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula
darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak
adalah GDS ≥200 mg/dl (94%).
5.4.2
Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat
Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan
Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP
Fatmawati)
Tabel 5.7 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula
darah akhir (setelah pemberian ADO)
Kadar gula
darah (mg/dl)
darah
≤200 mg/dl
≥200 mg/dl
Total
Parameter
Glukosa
sewaktu
Jumlah
%
pasien (orang)
96
99
1
1
97
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Ket : ADO : Obat Antidiabetik Oral
GDS
: Gula Darah Sewaktu
Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat
(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati.
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat
kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)
yang paling banyak adalah GDS ≤200 mg/dl (99%).
5.4.3
Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi
Tabel 5.8 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian
kadar gula darah sewaktu
Penurunan kadar gula darah
sewaktu yang menjalani terapi
Jumlah Pasien DM tipe II
Orang
%
≤50 mg/dl
1
1
50-100 mg/dl
50
52
≥100 mg/dl
46
47
Total
97
100
Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian
Praditya (2006).Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien
Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif
terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak
adalah 50-100 mg/dl (52%).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
5.5 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II
5.5.1
Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap
Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati
Tabel 5.9 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan
kepada pasien DM tipe II
Obat Antidiabetik yang
diberikan
Jumlah Pasien DM tipe II
Orang
%
Glikuidon
27
28
Gliklazid
2
2
Glibenklamid
3
3
Glucodex
2
2
Metformin
35
36
Gludepatic
2
2
Glucobay
2
2
Glikuidon – Gludepatic
13
14
Metformin – Glucobay
4
4
Glucodex – Metformin
4
4
Glikuidon - Glucobay
3
3
Total
97
100
ADO Tunggal
ADO Kombinasi
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif, untuk
ADO Tunggal
terbanyak 36% adalah pasien diberikan
Metformin, sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14% adalah
pasien diberikan Gludepatic-Glucobay.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
5.5.2
Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan
RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan
Tabel 5.10 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien
DM Tipe II
Obat Antidiabetik yang
Jumlah Pasien DM tipe II
diberikan
N
%
Obat Antidiabetik
73
75
24
25
97
100
Tunggal
Obat Antidiabetik
Kombinasi (oral+oral)
Total
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes
Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat
yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75%).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
5.5.3
Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam
Mengendalikan
Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat
Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012
Tabel 5.11 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan
GDS
No
Nama Obat
Terkendali Hari
1
2
3
4
5
6
7
ADO Tunggal
Gologan Sulfonilurea
√
1
Glikuidon
2
Gliklazid
3
Glibenklamid
√
4
Glucodex
√
√
Golongan Biguanid
1
Metformin
√
2
Gludepatic
√
Golongan Acarbose
1
√
Glucobay
ADO Kombinasi
Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid
1
Glikuidon-Gludepatic
√
2
Glucodex-Metformin
√
Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose
1
Glikuidon-Glucobay
√
Golongan Biguanid dengan Acarbose
1
Metformin-Glucobay
√
Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik
dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140
mg/dl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
5.6 Pembahasan
5.6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain:
kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur, keterbatasan
waktu penelitian, keterbatasan dana penelitian, keterbatasan pengetahuan
peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif
sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap.
5.6.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.6.2.1 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin
Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin,
pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan.
Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan. Hasil
penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan
oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus
Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62%, lebih besar dibandingkan
dengan prevalensi pada laki-laki. Demikian pula pada penelitian Gautam
(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India, sebagian besar
(65%) berjenis kelamin perempuan. Hasil ini mendukung teori yang
dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan
bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki.
Menurut WHO (2011), DM merupakan salah satu penyakit dengan
angka kejadian tertinggi di Indonesia. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki (Stipanovic, 2002). Hal ini disebabkan perempuan
memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan
risiko obesitas (Laquatra, 2004). Terdapat hubungan yang signifikan
antara
IMT.
Beberapa
faktor
resiko,
seperti
obesitas,
kurang
aktivitas/latihan fisik, usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan
tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
5.6.2.2 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia
Berdasarkan
pengelompokkan
usia,
pasien
paling
banyak
mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-<60 tahun.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas
hidup berhubungan dengan usia (75%). Selanjutnya penelitian Isa &
Baiyewu (2006), juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah
satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien. Terkait dengan pasien
DM Tipe II, perubahan fisiologis, anatomis serta biokimiawi yang muncul
seiring dengan penambahan usia, akan meningkatkan gangguan toleransi
glukosa dan resistensi insulin. Dapat juga dikatakan bahwa gangguan
toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur.
Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia > 40 tahun,
karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi
fisiologis dengan cepat, sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena
gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin, 2008).
Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung
meningkat pada lansia (40-65 tahun), riwayat obesitas dan adanya faktor
keturunan.
5.6.2.3 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT
Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel
memiliki nilai IMT 25-29,9 memiliki status gizi obesitas sedang. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia,
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan
terjadinya DM Tipe II. IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar
untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah.
Timbunan
lemak
bebas
yang
tinggi
dapat
menyebabkan
meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu
oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa
dalam otot (Mc.Wright, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
5.6.2.4 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani
rawat inap berdasarkan hasil diagnosis
Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis, pasien yang paling
banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya
(2006), dimana 69% pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan
komplikasi. Hal ini terjadi karena, pasien yang menjalani rawat inap
adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter
setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol
sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif.
Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat
berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka
kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular
seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM. Menurut
hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM
Tipe II adalah retinopati (20%), neuropati (20%) maupun nefropati (10%)
dan selebihnya penyakit Jantung Koroner. Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi
adalah sebayak 52 pasien. Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II
di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan
nefropati.

DM tipe II dengan nefropati
Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati
sebanyak 8 kasus. Di Amerika Serikat, proporsi pasien DM tipe II dengan
gagal ginjal terminal sebasar 7% di tahun 1982 dan meningkat menjadi
36% pada tahun 1992 (Ritz dan Orth, 999).

DM tipe II dengan neuropati
Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP
Fatmawati sebanyak 10 kasus. Diabetik neuropati merupakan komplikasi
vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik
tipe I maupun tipe II. Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan
hipoinsulinemia (Partanen et al.,1995).
5.6.2.5 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data
laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP
Fatmawati. Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah
awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012,
kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah
sewaktu >200 mg/dl. Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa
seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari
atau sama dengan 200 mg/dl.
Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir
(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012, diketahui bahwa
kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah
sewaktu <200 mg/dl (70-140 mg/dl). Data yang kami kumpulkan hanya
gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami
kumpulkan, itulah keterbatasan dari penelitian kami.
Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah
sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah
sewaktu 50-100 mg/dl. Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini
dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai
kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006), bahwa pengendalian gula
darah sewaktu terbanyak 50-100 mg/dl berjumlah 43 orang pasien. Dari
hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP
Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup
baik. Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian
gula darah sewaktu.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
5.6.2.6 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien
DM Tipe II di RSUP Fatmawati
Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang
menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi
yang digunakan, untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein
terbanyak adalah Metformin, selanjutnya adalah Glikuidon. Sedangkan
untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone
dan Gludepatic.
Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses
awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI,
dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo,
2002). Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia
menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas
sehingga dapat memperbaiki fungsi sel ß (Sterne, 2007). Pemberian
Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau
kegemukan, dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II
banyak memiliki IMT obesitas I. Untuk penggunaan Metformin sendiri
dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien
ddengan usia ≤60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk
pasien yang berusia >80 tahun. Metformin bermanfaat terhadap sistem
kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian
hipoglikemia. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Praditya (2006),
penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47%). Dari
hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006), dimana
penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin. Dilihat dari hasil
penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu
terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4.
Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan
ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin, atau
digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah
target belum tercapai. Meskipun demikian, semua golongan Sulfonilurea
(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia. Pengecualian adalah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan. Golongan
Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati
dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur >40-50 tahun (Martindale,
2009). Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana
fungsi htai dan ginja, karena hampir seluruhnya diekresikan melalui
empedu dan usus, hanya 5% yang di ekresikan melalui urin (Martindale,
2009). Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)
dalam mengendalikan
kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah
sewaktu terkendali pada hari ke 5.
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati
diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk
mempertahankan kadar gula darah 70-140 mg/dl (WHO,1999). Pada
umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau
meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin. Karena melihat
pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula
darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional
bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek
yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi
tunggal).
Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang
diberikan sudah dosis maksimal, namun tidak mampu mengendalikan
kadar gula plasma, sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang
berbeda dengan ADO yang pertama. Pemberian ADO secara kombinasi
dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan
adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin.
Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di
istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika
(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II, untuk penggunaan ADO
kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (66,6%).
Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam
mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya. Dari hasil
penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan
kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3.
Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol
gula darah yang buruk, kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter.
Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan
baik ADO secara kombinasi. ADO yang dikombinasikan antara lain :
1.
Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid
Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di
Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak
18% dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang
disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin. Oleh karena itu
kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP
Fatmawati.
Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling
sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan
meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat
badan. Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi
Insulin (Soegondo, 2009).
2.
Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose
Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi
Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3%.
pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat
Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa
darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi
kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid. Pada pasien-pasien yang gagal
ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan
Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin. Acarbose akan
membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu
Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan
menurunkan jumlah gula darah pada postprandial. Dengan demikian
kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah
postprandial.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
3.
Kombinasi Biguanid dengan Acarbose
Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di
RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4%. Acarbose menghambat αGlukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi
konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata, tetapi waktu untuk
mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah. Kombinasi
Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa
darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal. Efek samping
Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga
Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut, oleh karena itu Acarbose
harus diminum pada suapan pertama pada saat makan.
5.6.2.7 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam
Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap
Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik
dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mg/dl)
setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang
digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012.
Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan
kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3, sedangkan
ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali
pada hari ke 4.
Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II
mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut. Pemilihan
obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi
Diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien,
farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan
satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pengunaan ADO
kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin,Usia, IMT dan diagnosis)
dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani
Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis
kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-<60 tahun dan IMT
antara 25-29,9, pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan
komplikasi.
2. Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal
selebihnya ADO kombinasi.
3. Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO
tunggal yang efektiv adalah Metformin, karena Metformin dalam
pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4.
4. Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO
kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone, karena
pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3.
6.2 Saran
1. Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian
informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II
dengan terapi obat.
2. Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam
memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus
Tipe II.
3. Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah secara rutin, melakukan diet yang dianjurkan,
olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar
gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
4. Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil
pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association.2010. Diabetes Care. April 21,. http://care.diabetes
journals. org/content/27/suppl1/s5.full.
American Diabetes Association (ADA).2012.Standards of Medical Care in
Diabetesd.www.care.diabetesjournals.org
American Pharmacists Association, 2009. Drug Information Handbook. A
Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals. U.S.A:
Lexi-Comp.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS). 2007. Riset
Kesehatan Dasar. http://www.depkes.go.id.[Depkes RI, Jakarta].
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2009. Farmakologi dan Terapi Edisi
ke-5.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI.2005.Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta : DEPKES
DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th ed. New York: McGraw
Hill.
Gautam, Y, et.al.2009.A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary
Care Hospital in Delhi. Indian Journal of Community Medicine, 34 (4), 346-350.
Greenstein, Wood. 2007. At a Glance Sistem Endokrin. Edisi kedua. Jakarta :
Erlangga.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Isa & Baiyewu.2006.Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian
Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry, 16, 27-33.
Kannan et al.2011.A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in
Type-2 Diabetic Patients. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol
4.
Katzung.2010. Basic and Clinical Pharmacoligy. Edition 10th. San Fransisco : EGC
Kumar, Clark.2009.Clinical Medicine.Seven Edition.London.
Lacy et all. 2009. Drug Information Hand Book. Edisi 17th . America.
Mandagi.2010.Tesis : Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup
Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota
Surabaya. Tidak dipublikasikan.
Mansjoer et all.2002. Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3.
Jakarta : FKUI, hal 578-588.
Mc.wright, Bogdan. 2008. Panduan Bagi Penderita Diabetes. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).2011.Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Praditya.2006. Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di
RSUP Fatmawati. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Purnawati, Lies. 1998. Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak
tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada
Tahun 1998. Tesis: Universitas Indonesia.
Sastro, Ismael.2010. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3. Jakarta:
Sagung Seto, 313
Sinaga. 2009. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD
DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008.Medan.
Siswandono, Soekardjo.2008.Kimia Medisinal Edisi ke-2.Surabaya : Airlangga
University Press.
Smeltzer et al.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart.
Edisi ke-8 vol terjemahan H.Y.Kuncara et al. Jakarta : EGC
Sterne, J.2007.Perjalan Panjang Metformin, dalam Ethical Digest. Mei, No.37, hal
21.
Stipanovic.2002. The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care.
Diakses dari Http://proquest.umi.com/pqdweb pada tanggal 29 Maret 2013.
Soegondo, dkk.2002.Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu. Jakarta : FKUI.
Subekti. 2002.Patofisiologi Diabetes. Jakarta: FKUI.
Sudoyo,dkk.2007.Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Edisi IV Jilid III. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sukandar, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT.ISFI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Sukarmin, S.R., 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin
dan Endokrin pada Prankreas. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sweetman, Sean C.2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th edition.
London: The Pharmaceutical Press.
Taketomo et al. 2003. Pediatric Dosage Handbook 9th Edition. American
Pharmaceutical Association.
Tesfaye, S., C. Nish, E.M.E. Simon, D.W. John, M. Christos, I. T. Constantin, R. W.
Daniel, H. F. John. 2005. Vascular risk factors an diabetic neuropathy. The New
England Journal of Medicine, 352(4):341-350.
Tjay, Rahardja. 2007. OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek
sampingnya Edisi ke 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Waspadji, Sarwono, Kartini Sukardji, Meida Oktarina. 2004. Pedoman Diet Diabetes
Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
WHO.2011. Diabetes Fact Sheet No 312. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312-/en/index.html
WHO.1999.Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 1. Diagram Distribusi Karakteristik
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
67
80
60
33
40
20
0
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
Gambar 1. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin
40
34
35
28
27
30
25
20
15
10
5
4
4
20-<30
30-<40
0
20-<30
30-<40
40-<50
40-<50
50-<60
50-<60
Gambar 2. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia
52
37
40
35
30
25
20
15
10
5
0
25
17
12
6
<18,5 (BB
Kurang)
18,5-22,9 (BB 23-24,9 (BB
Normal)
dengan
risiko)
25-29,9
(Obesitas I)
>30
(Obesitas II)
<18,5 (BB Kurang)
18,5-22,9 (BB Normal)
23-24,9 (BB dengan risiko)
25-29,9 (Obesitas I)
>30 (Obesitas II)
Gambar 3. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT
Lampiran 2. Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
berdasarkan Diagnosis Penyakit
70
70
60
50
40
30
20
10
0
27
DM Tanpa Komplikasi
DM dengan Komplikasi
DM Tanpa Komplikasi
DM dengan Komplikasi
Gambar 4. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis
53
30
30
27
25
20
15
9
11
13
10
5
0
4
3
Gambar 6. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi
Komplikasi
Lampiran 3. Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
92
100
80
60
40
20
0
5
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Gambar 7. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal
(saat masuk RSUP Fatmawati)
54
96
100
80
60
40
20
1
0
mg / dl
mg /dl
mg / dl
mg /dl
Gambar 8. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir
(sebelum keluar RSUP Fatmawati)
50
50
35
40
30
20
10
1
0
mg/dl
mg/dl
50-100mg/dl
50-100mg/dl
mg/dl
mg/dl
Gambar 9. Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar
Gula Darah Sewaktu
55
Lampiran 4. Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
berdasarkan Terapi Obat yang diberikan
35
35
30
27
25
20
13
15
10
2
5
3
2
2
4
2
4
3
0
ADO Tunggal
ADO Kombinasi
Gambar 10. Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan
kepada pasien DM Tipe II
73
80
60
25
40
20
0
Obat Antidiabetik Tunggal
Obat Antidiabetik Tunggal
Obat Antidiabetik
Kombinasi (oral+oral)
Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)
Gambar 11. Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II
56
Lampiran 5. Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal
Tabel 5.12 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
Nama Obat
Glikuidon
(30 mg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Normal
N
H1
256
202
210
215
205
202
219
225
230
197
256
244
205
201
248
211
260
204
390
300
213
221
217
220
196
217
210
H2
234
188
170
198
190
190
211
196
200
174
243
230
168
190
220
186
240
173
351
279
170
187
200
189
178
200
180
H3
210
174
156
170
173
175
173
178
173
151
221
180
143
178
189
172
222
157
322
250
155
156
180
170
160
180
164
H4
176
151
143
153
157
152
160
154
152
149
176
163
135
165
170
149
173
145
275
229
137
144
169
158
147
157
150
H5
153
135
129
140
145
135
152
130
146
135
153
140
126
150
155
134
160
127
200
180
135
130
150
140
130
145
132
H6
140
120
110
131
140
135
121
143
121
131
129
119
141
139
130
151
120
175
150
127
110
140
131
120
128
122
H7
135 H6
H5
103 H5
120 H5
118 H6
H5
100 H6
H5
127 H7
H5
100 H6
120 H5
H4
137 H7
120 H6
111 H5
137 H7
96 H5
138 H7
133 H7
110 H4
94 H5
125 H6
122 H5
100 H5
99 H6
H5
%
25,9
48,2
48,2
48,2
25,9
48,2
25,9
48,2
18,5
48,2
25,9
48,2
7,4
18,5
25,9
48,2
18,5
48,2
18,5
18,5
7,4
48,2
25,9
48,2
48,2
25,9
48,2
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 48,2% GDS terkendali pada hari ke 5.
57
Tabel 5.13 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS
Nama Obat
Metformin
( 500 mg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H1
226
219
207
206
230
205
223
210
211
256
217
250
226
230
237
227
203
197
200
230
219
215
202
211
237
222
208
225
270
231
201
210
220
195
200
H2
200
173
179
189
182
174
191
170
178
240
198
230
200
181
196
183
170
162
176
202
173
179
180
175
200
187
176
191
237
180
173
182
179
153
183
H3
163
150
157
170
160
152
170
153
160
226
177
200
187
158
171
153
152
143
161
183
152
150
154
151
185
168
150
174
197
160
154
160
158
140
152
H4
137
140
145
140
145
131
152
130
151
176
153
176
159
136
152
137
140
126
147
170
134
138
142
133
150
150
143
150
170
150
136
152
137
136
140
H5
130
133
130
134
132
127
134
119
138
150
145
160
140
123
141
121
133
120
140
158
127
119
130
120
132
130
132
142
160
135
123
140
120
121
130
H6
122
100
115
120
120
116
120
110
100
140
132
138
136
100
137
115
120
101
133
136
119
100
117
110
123
114
111
130
140
125
110
131
107
117
121
Normal
H7
116
89
100
111
114
85
124
119
125
127
111
100
110
127
121
104
95
101
106
100
99
125
131
111
122
100
102
100
N
%
H4
H4
H5
H4
H5
H4
H5
H4
H5
H6
H6
H6
H5
H4
H6
H4
H4
H4
H5
H6
H4
H4
H5
H4
H5
H5
H4
H6
H6
H5
H4
H5
H4
H3
H4
42,8
42,8
34,3
42,8
34,3
42,8
34,3
42,8
34,3
11,4
11,4
11,4
34,3
42,8
11,4
42,8
42,8
42,8
34,3
11,4
42,8
42,8
34,3
42,8
34,3
34,3
42,8
11,4
11,4
34,3
42,8
34,3
42,8
2,8
42,8
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Metformin) terlihat 42,8% GDS terkendali pada hari ke
4.
58
Tabel 5.14 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS
Nama Obat
Glikazid
( 80 mg)
1
2
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
220 200 180 168 150 140 137
214 187 171 158 145 138 127
N
H6
H6
%
100
100
Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100% GDS terkendali pada hari ke 6.
Tabel 5.15 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan
GDS
Nama Obat
Glibenklamid
( 5 mg)
1
2
3
H1
210
205
223
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H2 H3 H4 H5 H6 H7
190 175 154 130 123 119
178 165 147 129 116 100
196 170 167 145 137 116
Normal
N
%
H5 66,7
H5 66,7
H6 33,3
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 66,7% GDS terkendali pada hari
ke 5.
Tabel 5.16 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan
GDS
Nama Obat
Glucodex
(80 mg)
1
2
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
219 211 198 173 140 133 120
207 182 170 154 136 123
Normal
N
H5
H5
%
100
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100% GDS terkendali pada hari ke 5.
59
Tabel 5.17 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan
GDS
Nama Obat
Gludepatic
( 500mg)
1
2
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
212 188 165 140 123 111 101
236 225 183 137 134 132 122
Normal
N
H4
H4
%
100
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100% GDS terkendali pada hari ke
4.
Tabel 5.18 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan
GDS
Nama Obat
Glucobay
( 50 mg)
1
2
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
203 175 153 143 130 110
219 186 168 149 128 120 105
Normal
N
H5
H5
%
100
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan
Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100% GDS terkendali pada hari ke 5.
60
Lampiran 6. Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi
Tabel 5.19 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic
dalam mengendalikan GDS
Nama Obat
Gludepatic (500 mg)
Glikuidon ( 30 mg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
219
200
210
199
249
217
230
321
235
202
201
205
200
185
162
177
160
176
189
176
297
177
187
162
180
173
165
137
150
140
139
155
138
272
140
160
140
161
140
140
120
137
125
120
136
110
250
124
135
120
140
121
121
100
123
119
110
123
103
231
120
110
115
110
105
N
%
111 103 H4
H3
110
H4
106 100 H3
H3
100
H4
H3
227 210 101
H3
H4
107
H3
100
H4
100
H3
38,5
53,8
38,5
53,8
53,8
38,5
53,8
53,8
38,5
53,8
38,5
53,8
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan
Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 53,8% GDS
terkendali pada hari ke 3.
Normal
61
Tabel 5.20 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin
dalam mengendalikan GDS
Nama Obat
Glucobay
(50 mg)
Metformin
( 500 mg)
1
2
3
4
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
H6
Normal
H1
H2
H3
H4
H5
H7
N
%
203
230
210
222
175
195
182
170
139
172
162
152
110
150
140
130
104
123 110 104
127 107
119 105 100
H3
H5
H4
H4
25
25
50
50
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang
menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat
50% GDS terkendali pada hari ke 4.
Tabel 5.21 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin
dalam mengendalikan GDS
Nama Obat
Glucodex
( 80 mg)
Metformin
(500 mg)
1
2
3
4
Kadar Gula Darah Sewaktu
(mg/dl)
Normal
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
N
%
226
213
222
211
200
189
170
178
171
167
154
140
140
136
132
124
120
116
110
110
100
104
103
102
89
H4
H4
H3
H3
75
75
75
50
92
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang
menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat
75% GDS terkendali pada hari ke 4.
62
Tabel 5.22 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay
dalam mengendalikan GDS
Nama Obat
Glikuidon
( 30 mg)
Glucobay
( 50 mg)
1
2
3
Kadar Gula Darah Sewaktu
mg/dl
H1
H2
H3
Normal
H4
H5
H6
H7
231 175 156 133
207 185 137 130
213 164 136 115
119
121
110
110 100 H4 25
H3 75
100
H3 75
104
N
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan
Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75% GDS
terkendali pada hari ke 3.
%
63
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
64
65
Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik
Download