Bandung Philharmonic New s

advertisement
Edisi Keempat
Bandung Philharmonic News
BANDUNG PHILHARMONIC
15 Oktober 2016
Konser Destiny oleh
Bandung Philharmonic
Di hari jadi Bandung ke
206, mendengar pertama
kali Halo-halo Bandung
dengan
cara
ini.
Merinding.
Semoga
menjadi
kebanggaan
bersama. Di jangka
menengah Insha/Insya
Allah pemkot akan menRobert Nordling memberi arahan kepada para
pemusik
dukung
dan
perjuangankan
gedung
konser musik berkualitas di
juga membawakan ―Nagara
Krtagama‖ karya Singih
Bandung. Nuhun.
Sanjaya, komponis senior
Indonesia. Tembang Sunda ―Es Lilin‖ dan ―HaloBegitu tulis wali kota BanHalo Bandung‖ sebagai
dung, Ridwan Kamil, di
encore
menjadi
pemakun media sosialnya. Hari
bungkus yang cantik di
itu beliau turut hadir
akhir konser.
menyaksikan konser terakhir Bandung Philharmonic
―Menurut saya konser hari
Orchestra di tahun 2016.
ini perfect. Bagus sekali,‖
Destiny‖ sengaja digelar
bertepatan
dengan
ulangtahun kota Bandung.
Konser yang dipersiapkan
sepenuh hati merupakan
hadiah orkestra muda ini
untuk kota yang menaunginya.
Selain membawakan tiga
komposisi
klasik
–
―Overture Don Giovanni‖
karya Mozart, ―Prelude di
Siang Sang Satir‖ karya
Debussy, dan ―Simfoni
No.8 di G Mayor, Op.88‖
karya Dvorak – malam itu
Bandung
Philharmonic
ungkap Jim Supangkat,
anggota yayasan Bandung
Philharmonic Orchestra.
Robert Nordling selaku
konduktor pun menyampaikan salut pada para
pemain, ―Lagu Debussy
tadi termasuk komposisi
yang sangat sulit. Tapi
mereka bisa membawakannya
dengan
bagus
sekali.‖
Salah satu keistimewaan
lain dari konser malam itu
adalah bersandingnya tiga
alat musik tradisional—
kentongan, kecapi, dan
angklung – dengan alatalat
musik
standard
orkestra. Kentongan memegang peran penting
dalam
komposisi
―Nagara Krtagama‖ yang
naratif-historis. Sementara kecapi dan angklung
menghadirkan orkestrasi
dengan warna Sunda
yang kental dalam ―Es
Lilin‖.
―Destiny‖ memuat makna
takdir, tujuan, dan keyakinan sekaligus. Setelah
satu tahun yang penuh cerita, destiny masih akan tetap
menuturi perjalanan Bandung Philharmonic Orchestra.
Mempertemukannya
dengan orang-orang yang
luar biasa. Mengantarnya
pada
peristiwa-peristiwa
tak terduga. Dan membuka
jalan untuk mimpi-mimpi
yang tak pernah dinikmati
dalam lena dan lelap.
Mungkin di tahun yang
akan datang Bandung Philharmonic
Orchestra
tak
perlu berpindah-pindah lagi
mencari rumah. Janji kang
Emil kami pegang erat-erat
Kehidupan Diawali dengan Denyut
Hari Minggu malam, hujan tahu-tahu
turun deras. Mereka membilas rencana
Bandung Philharmonic merespon ―Script
of Tectonic‖, karya arsitektur SAPPK
ITB yang diketuai oleh Dr Andry
Widyowijatnoko.
Kendati begitu bukan berarti konser harus
berhenti berdenyut. Acara yang seharusnya digelar di Ampitheater Selasar
dipindahkan ke Bale Handap. Meski tak
jadi merespon kubah, performance art
yang sudah dipersiapkan tetap berlangsung.
Malam itu pemain muncul dari berbagai
sisi dari sela-sela penonton, memainkan
nada-nada atonal, kemudian naik ke
panggung sebagai pembuka acara.
―Saya seperti dengar orkestra serangga.
Saya terkesan di bagian alat musik tiup,
suka bagaimana mereka bersahut-sahutan
riuh seperti orang yang lagi sibuk masak
di dapur,‖ komentar Andika Budiman,
salah satu penonton yang hadir hari itu,
mengenai musik teatrikal pembuka acara.
Kwartet gesek dan kwartet tiup kayu
Bandung Philharmonic membawakan
lima komposisi. ―Suita Carmen‖ karya
George Bizet, ―Tiga Karya Pendek‖ karya Jacques Ibert, ―Mario Bros Theme‖
karya Koji Kondi, ―Amerika‖ karya Dvorak, dan ―Fantasia Sunda‖ karya salah
satu pendiri Bandung Philharmonic Orchestra, Fauzie Wiriadisastra. Penonton
yang duduk melantai – sangat dekat
dengan pemain — tampak menikmati
keintiman yang terbangun.
―Kehidupan diawali dengan denyut,‖ ujar
Pak Yus Herdiawan dari Selasar Sunaryo.
Maka, konser ―Denyut‖ malam itu
mengawali rangkaian acara yang dihantar
Bandung Philharmonic sepanjang pekan
kemudian.
Merayakan yang Lapang
Flashmob Bandung Philharmonic di
Pesta Rakyat
Tuba — alat musik
logam yang hampir
sebesar tubuh manusia
– memancing
perhatian. Di tengah
Lapangan Upakarti
Soreang, ia melepaskan nada-nada jenaka. Warga yang
hadir
di
―Pesta
Rakyat‖ menghentikan kegiatan mereka.
Musik semakin hidup ketika beberapa
pemain alat musik tiup yang lain ikut
menimpali dengan improvisasi groovy
dan masuknya strings section yang lincah
seperti sekelompok kupu-kupu. Seluruh
pemain Bandung Philharmonic membentuk format setengah lingkaran dan memainkan lagu rakyat yang dikenal baik
oleh kita semua. ―Cing Cang Keling‖.
―Pesta Rakyat‖ adalah acara yang digelar
setahun sekali oleh yayasan Bank Sampah Bersinar (BSB). Organisasi yang
didirikan oleh Ibu Fifie Rahrdja ini
mengajak warga menjual sampah mereka
Page 2
kepada
kelompok-kelompok
BSB,
kemudian membina warga yang tergabung dalam kelompok BSB tersebut
untuk mengolahnya.
―Pesta Rakyat‖ adalah
bentuk sosialisasi dari
organisasi berusia dua
tahun ini. Flashmob
Bandung Philharmonic merupakan bagian
dari
rangkaian
acaranya.
Ada yang tahu kalau ―Cing Cang Keling‖
bukan lagu dolanan tanpa makna? Manuk
alias burung yang blas ka kolong (langit)
seumpama hati bebas dan lapang. Kelapangan itulah yang kemudian mengantar manusia kepada dunia yang damai,
penuh rahmat Tuhan.
Warga yang tersebar
di lapangan segera
merapat. Penuh rasa ingin tahu mereka
mengamati cara kerja setiap alat musik
dari dekat. Di sela-sela itu, tak lupa mereka ber-selfie dengan para pemain dan
Robert Nordling, konduktor yang tak
pernah kehabisan energi.
…
Semoga lagu yang diterbangkan ke langit
luas siang itu mengantarkan doa-doa baik
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos ka kolong bapak satar buleneng
B A N D U N G P HI L H A R M O N I C NE W S
Chris Schaub: “Saya Melihat Berbagai Hal Baru untuk
Dicoba Setiap Hari”
biasanya sekitar 2-3. Mudah sekali mengidentifikasi alat ini. Perhatikan deretan
belakang kelompok orkestra. Jika kamu
melihat semacam tongkat yang lebih tinggi daripada kepala pemain, itu bassoon.
Dari mana Anda mengenal Bandung
Philharmonic Orchestra?
Karena jumlah pemain alat tiup kayu di
Indonesia yang masih terbatas, untuk
saat ini Bandung Philharmonic masih
mendatangkan bala bantuan dari negara
lain. Salah satunya adalah Chris Schaub.
Pemain dari
Thailand Philharmonic
Orchestra ini memegang instrumen yang
mungkin masih asing untuk sebagian
kita: bassoon.
Halo, Chris, bassoon, alat Anda, unik.
Boleh cerita sedikit tentang alat Anda
ini?
Bassoon adalah instrumen klasik yang
dikembangkan sekitar 350 tahun yang
lalu di Eropa. Jangkauan suaranya dari
bas sampai tenor tinggi, membuat alat ini
suportif berperan sebagai bas juga memainkan melodi-melodi manis. Dalam
satu simfoni orkestra jumlah bassoon
Saya mengenal Bandung Philharmonic
dari teman baik saya, Michael Hall. Kami
punya visi yang sama tentang pengembangan pendidikan musik di Asia
Tenggara.
Menurut Anda, apa yang paling
menarik dari Bandung Philharmonic
Orchestra?
Hal yang paling menarik buat saya, terutama sebagai pengajar, adalah kerja keras
anggota tim. Mereka masih terus berlatih
di luar waktu latihan rutin yang sudah
enam jam lamanya. Ini luar biasa.
Apakah ada kesamaan antara Bandung Philharmonic Orchestra dan
Thailand Philharmonic Orchestra?
Keduanya mengalami kecepatan perkembangan yang serupa. Thailand Philharmonic sudah memasuki peride ke-11 dan
saya sudah bermain di sana selama 9
periode.
Apa bagian favorit Anda di konser
"Destiny"?
Bagi saya, semua bagus. Tapi ada satu
bagian yang paling mencuri perhatian
saya di "Prelude di Siang Sang Satir"
karya Debussy. Bagian tiup kayu dalam
lagu ini luar biasa sulitnya dan principal
flute kami secara khusus dapat memainkan bagian solonya dengan mencengangkan. Itu sangat istimewa untuk
saya.
Apa"destiny" (tujuan, cita-cita) dalam
hidup Anda?
Destiny? Pertanyaan yang sulit.Saya
masih belum punya jawaban untuk pertanyaan yang satu ini, tapi saya tahu saya
sangat senang mengajar dan bermain
musik di Asia Tenggara. Saya melihat
berbaga hal baru dicoba setiap hari. Menjadi bagian dari itu semua adalah sesuatu
yang membangkitkan semangat.
Ketulusan yang ditiupkan Chris memberi
kekuatan pula untuk Bandung Philharmonic Orchestra. Semoga kelak contoh
dan didikan yang ditanamkannya melahirkan pemain alat-alat tiup kayu pula
di Indonesia.
Mungkin ada di antara Anda yang tertarik memperkenalkan diri atau anak-anak
Anda dengan alat tiup kayu atau woodwind?
Galeri Foto
E D I S I KE E M P A T
Page 3
BANDUNG PHILHARMONIC
Contact us:
Airin Efferin
082221100175 /
[email protected]
Ronny Gunawan
082121777730 /
[email protected]
“Kami Mendirikan Bandung Philharmonic dengan satu tujuan: membangun mimpi, budaya, dan sumber daya manusia Indonesia melalui simfoni orchestra berstandar internasional. Ini adalah bentuk cinta dan
pengabdian kami untuk kota Bandung.”
"With an orchestra, you are building
citizens. Better citizens for the community."
www.bandungphilharmonic.web.id
Download