GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI BAYI TERHADAP REGURGITASI DI DESA UJUNG MANGKI KECAMATAN BAKONGAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh Oleh : YUSMALIBAR NIM : 10010194 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 1 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan. Bayi memiliki sistem tubuh yang belum sempurna seperti sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem peredarahan darah, sistem pengaturan suhu, dan sistem gastrointestinal (Sodikin, 2011). Merawat bayi memang tidak semudah yang dipikirkan banyak orang, apalagi bagi para orang tua baru. Banyak informasi dan pengetahuan tentang perawatan bayi yang harus digali. Ibu yang melewatkan untuk menyendawakan bayinya setelah disusui, tentu saja bukan karena faktor kelalaian, melainkan karena faktor ketidaktahuan (Hidayat Aziz, 2005). Regurgitasi isi lambung sering terjadi pada bayi berumur 0-3 bulan (Behrman, 1992). Regurgitasi adalah kembalinya sejumlah makanan yang belum dicerna dari lambung, biasanya disertai sendawa (Wong, 2008). Meskipun normal regurgitasi yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi apabila terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum saja tetapi juga saat tidur meski aktivitas makan dan minum sudah dilakukan 3 jam yang lalu (Tampubolon, 2009). Peran ibu sangat penting dalam mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi akibat regurgitasi berulang yang dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan dan penanganan regurgitasi dengan benar. Vivian (2010) menyatakan Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian kescil isi lambung setelah makanan masuk kedalam lambung. Muntah 3 susu (Regurgitasi) adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan secara signifikan. Regurgitasi biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu. Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi, yaitu posisi saat menyusui yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau anak sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir kalau anaknya kekurangan makanan (Nursalam, dkk, 2005). Bayi sering meludahkan (regurgitasi) sejumlah kecil susu ketika atau setelah menyusu, sering kali disertai sendawa. Hal ini adalah normal. Regurgitasi yang sangat banyak bisa terjadi akibat pemberian susu yang terlalu banyak. Jika susu yang diberikan melalui botol, regurgitasi bisa dikurangi dengan menggunakan dot yang lebih keras dan lubangnya lebih kecil. Lebih sering menyendawakan bayi selama setelah menyusu juga bisa membantu, baik pada bayi yang disusui dengan ASI maupun dengan susu botol (Muslihatun, 2011). Jika terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekwensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai regurgitasi melalui hidung dan bahkan disertai muntah (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Fenomena regurgitasi terjadi pada semua bayi usia satu tahun. Begitu setahun lewat kejadian ini akan berhenti. Namun terkadang, adakalanya 4 regurgitasi mulai berkurang diatas 6 bulan. Regurgitasi bisa terjadi ketika bayi merasa kesal karena tidak bisa menelan sehingga menyebabkan bayi menanangis. Untuk meminimalkan regurgitasi, pada saat pertengahan pemberian minum bayi harus disendawakan supaya udaranya keluar dari mulut bayi (Nikita, 2006). Data dari beberapa negara termasuk indonesia memperlihatkan sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami regurgitasi minimal satu kali setiap harinya dan kejadian tersebut menurun sesuai bertambahnya umur hingga mencapai 4-7% pada umur 9-12 bulan. Walaupun demikian, hanya sekitar 25% orangtua menganggap regurgitasi sebagai suatu masalah (IDAI, 2009). Dalam Nakita (2006) dikatakan 70% bayi usia 4 bulan dalam sehari paling tidak mengalami regurgitasi. Dan saat anak berusia setahun bisa dikatakan hanya tinggal 10% yang masih mengalami regurgitasi. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peniliti setelah melihat dibeberapa tempat yaitu di Puskesmas Ingin Jaya dan Puskesmas Peukan Bada, banyak ibu-ibu yang mengetahui tentang regurgitasi pada bayi sedangkan di Desa Ujung Mangki menunjukkan hasil survey bahwa banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui tentang regurgitasi, maka dari hasil tersebut peneliti tertarik untuk meneliti judul ini. Sedangkan data yang diperoleh dari bidan Desa Ujung mangki terdapat ibu menyusui bayi berjumlah 60 orang pada bulan Januari – April 2013. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tangga l5 April 2013 dengan 10 orang ibu menyusui, ketika ditanyakan pengetahuan dan sikap mereka tentang penyebab dari regurgitasi, 4 dari 10 orang ibu menyususi memiliki 5 pengetahuan dan sikap yang tinggi tentang regurgitasi, dan 6 diantaranya memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang terhadap regurgitasi itu sendiri. Berdasarkan fenomena diatas peniliti tertarik untuk meneliti tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang ada yaitu “ Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi terhadap regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi terhadap regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan. b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu menyusui bayi terhadap regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan. 6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat mengaplikasikan ilmu dan menambah pengalaman saat penulisan Karya Tulis Ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan tentang regurgitasi. 2. Bagi Instansi Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai regurgitasi. 3. Bagi akademik Sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di STIKes U’Budiyah Kota Banda Aceh sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan Institusi Pendidikan. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regurgitasi 1. Pengertian regurgitasi Regurgitasi dapat didefinisikan sebagai keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam, dkk, 2005). Regurgitasi adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusu dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi pada dinding lambung (Purnamaningrum, 2010). 2. Etiologi Menurut purnamaningrum (2005), regurgitasi terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna. Ada beberapa hal yang menyebabkan regurgitasi: a. Belum sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan (lemahnya tonus otot sfingter), sehingga susu yang diminum mudah keluar kembali. b. Posisi menyusui yang tidak tepat. c. Terlalu banyak minum susu, padahal kapasitas lambung masih sedikit, sehingga tidak mampu menampung susu yang masuk. d. Aktivitas yang berlebihan, menangis atau menggeliat pada saat disusui, sehingga susu keluar kembali. 8 3. Patofisiologi Pada keadaan regurgitasi, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang regurgitasi bercampur dengan air liur yang mengalir kembali keatas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan regurgitasi terjadi pada bayi dibulan-bulan pertama kehidupannya (Sudarti & Endang, 2010). 4. Penatalaksanaan Menurut Bahiyatun (2009), regurgitasi dapat dicegah dengan cara : 1) Memperbaiki tehnik menyusui Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui adalah badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu dan mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu, leher bayi harus sedikit ditengadahkan, bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala yang sedikit tengadah dapat dipertahankan. Posisi bibir bawah bayi paling sedikit 1,5 cm dari pangkal puting susu, bayi harus mengulum sebagian besar areola puting kedalam mulutnya, bukan hanya ujung puting susu. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Apabila diposisikan dengan benar, sinus laktiferus akan berada didalam rongga mulut bayi. Puting susu akan masuk sejauh langit-langit 9 lunak (velum palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap. 2) Sendawakan bayi sesaat setelah minum Selesai minum bayi jangan langsung ditidurkan tetapi perlu disendawakan terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu, kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa. b. Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap atau tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa. 3) Bersikaplah tenang pada saat bayi sedang regurgitasi. 4) Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru. 5) Bersihkan segera sisa regurgitasi dengan tissue atau lap basah hingga bersih. 6) Pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur. 7) Apabila regurgitasi keluar lewat hidung, cukup dibersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot menggunakan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan penyakit. 8) Tunggu beberapa saat jika ingin memberikan ASI lagi (Purnamaningrum, 2010). B. Cara Menyusui Bayi yang Benar 1) Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui efektif. 2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam). 10 3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah kesisi lain setelah mengosongkan payudara yang sedang disusukan. 4) Keuntungan pengosongan payudara adalah : a. Mencegah pembengkakan payudara b. Meningkatkan produksi ASI c. Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir). 1. Posisi meyusui Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan, terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda. Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan isapan yang efektif. Posisi menyusui yang benar adalah : a. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar dan kaki tidak menggantung. b. Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi tidak tertutup. Kemudian tunjukan kepada ibu cara melekatkan bayi, dengan cara : a. Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi. b. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. 11 c. Segera mendekatkan bayi kearah payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak dibawah puting susu. Posisi Menyusui dengan baik,diantaranya : 1. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik jangan hanya leher dan bahunya saja 2. Kepala dan tubuh bayi lurus 3. Badan bayi menghadap kedada ibunya 4. Badan bayi dekat ke ibunya ( Gambar 2.1, WHO breastfeeding training course. Participant Manual, 1993) Posisi menyusui yang diuraikan diatas adalah posisi dimana ibu telah memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif lain yang disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya, misalnya berbaring terlentang, miring kiri atau miring kanan dan sebagainya. Posisi ibu berbaring terlentang dan setengah duduk mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini. Perlekatan yang benar Perlekatan yang salah ( Gambar 2.2, WHO/CDR/93.5 ) 12 Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik : 1. Dagu bayi menempel pada payudara ibu. 2. Mulut bayi terbuka lebar. 3. Bibir bawah bayi membuka keluar. 4. Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak. Apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi akan menghisap dengan efektif. Tanda bayi menghisap dengan efektif adalah bayi menghisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi menghisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan (Kementerian Kesehatan RI, 2010). C. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan adalah ketahuan seseorang terhadap suatu objek tertentu, seperti pengetetahuan seorang ibu terhadap regurgitasi pada bayinya dan tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh seorang ibu bila bayinya mengalami regurgitasi tersebut. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Ahmad dan Santoso, 1996) Edisi Ketiga, Terbitan Balai Pustaka, Jakarta (2001).Pengetahuan artinya adalah ilmu atau kepandaian yang tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga termasuk kebatinan dan persoalan-persoalan lainnya. Pengetahuan diartikan hanyalah sekedar tahu yaitu hasil suatu usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “What”. Misalnya apa itu regurgitasi, apa itu menyususi, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekedar dapat menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” why 13 and how. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”. Dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan (Knowledge) diartikan sebagai kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian dan menghilangkan prasangka sebagai ketidak pastian itu. Pengetahuan sangat mempengaruhi dalam prospek kehidupan, terlebih terhadap kaum ibu menyusui, kurangnya pengetahuan bisa mengakibatkan bayinya terjadi regurgitasi (Adi. R, 2004). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang dengan berbagai cara sebagai segala suatu yang diketahui dari pengalaman (Gunawan, 2002). Menurut Alimul Hidayat (2004) pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan manusia tidak ada. Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikatagorikan menjada 3 katagori yaitu : a. Tinggi jika >75% b. Sedang jika 51-75% c. Rendah jika < dari 50% 14 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan terhadap Regurgitasi Menurut Mubarak (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap regurgitasi, antara lain : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis ( mental ). Secara garis besar, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin banyak pula pengalaman yang didapati oleh orang tersebut terhadap regurgitasi itu sendiri. d. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang ibu terhadap kejadian regurgitasi baik dalam dirinya maupun pengalaman yang didapati dari lingkungan sekitar. 15 e. Informasi Kemudahan seseorang ibu untuk memperoleh suatu informasi terhadap regurgitasi secara cepat dan tepat. D. Sikap 1. Definisi Sikap adalah reaksi atau respon seorang ibu terhadap kejadian regurgitasi yang terjadi pada bayinya baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “ An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object.” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010). Menurut Mubarak (2007), sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi dan sifat emosional terhadap stimulus sosial seperti halnya dengan pengetahuan. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan 16 tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010). Notoatmodjo (2010), menjelaskan bahwa seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan yaitu: 1. Menerima Diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seorang ibu terhadap kejadian regurgitasi pada anaknya, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang regurgitasi di lingkungannya. 2. Menanggapi Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan regurgitasi tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya. 3. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon. Contoh, ibu mendiskusikan regurgitasi dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan tentang regurgitasi. 17 4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatdmojo, 2010). Salah satu kunci supaya anak tidak terjadi regurgitasi yaitu bagaimana tindakan seorang ibu apabila anaknya sudah disusui maka harus menyendawakannya, dan harus juga memperhatikan cara menyusui yang benar, maka kemungkinan besar anak tidak akan terjadi regurgitasi. Menurut Azwar (2008) sikap terdiri dari: 1. Sikap Positif yaitu kecenderungan untuk bertindak. 2. Sikap Negatif yaitu kecenderungan untuk menjauhi, menghindari. Pengukuran sikap, dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau penyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003). Sikap adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan antara sikap dan perilaku. Satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner (Niven, 2009). 18 E. Pendidikan 1. Definisi Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti yang didapatkan oleh seorang ibu terhadap kejadian regurgitasi. Dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, dan perkembangan, lebih baik dan lebih matang pada seorang ibu. Pendidikan merupakan peranan penting dalam menentukan kualitas dan pengetahuan seseorang, pendidikan membuat kehidupan seseorang menjadi bermakna, dengan adanya pendidikan seseorang akan mengalami pengetahuan yang meningkat (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahaminya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya, makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, maka akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak dan Chyatin, 2009). Soekanto (2003) menyatakan bahwa pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tongkat pendidikannya lebih rendah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuiakan dengan hal yang baru tersebut. 19 Sisdiknas (2003) mengklasifikasikan pendidikan menjadi pendidikan formal dan pendidikan non-formal, jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar (SD), dan SMP, pendidikan menengah (SMA), dan jenjang pendidikan tinggi (Akademi dan Universitas). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapakn berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan umum bentuknya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah atas (SMA). Namun menurut UU Nomor 9 tahun 2009, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar , pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Notoatmodjo, 2003). F. Sosial Budaya 1. Definisi Budaya adalah kebiasaan suatu kelompok masyarakat yang dilakukan terhadap suatu kejadian tertentu, seperti halnya kejadian regurgitasi pada bayi. (Setiadi, 2006). Berikut ini pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli : a. E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. b. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik manusia dengan belajar. 20 G. Kerangka Teori Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat kita jabarkan kerangka teori tentang kejadian Regurgitasi adalah sebagai berikut : Menurut Notoatmodjo (2010) - Pengetahuan Sikap Kejadian Regurgitasi Menurut Puspita sari (2006) - Pendidikan Sosial budaya Gambar 2.1 Kerangka Teori 21 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Dari hasil tinjauan kepustakaan dan kerangka teori, maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian ini yang terdiri dari variabel Independen dan Variabel Dependen. Dalam penelitian ini secara sistemis dapat digambarkan menurut Notoatmodjo ( 2010 ) sebagai berikut : Variabel independen Variabel Dependen Pengetahuan Kejadian Regurgitasi Sikap Gambar 3.1 Kerangka Konsep 22 B. Definisi operasional Tabel 3.1 ( Definisi Operasional ) NO Variabel Definisi Cara Ukur Operasional 1. Variabel dependen Kejadian Regurgitasi 2. Keluarnya kembali susu yang telah ditelan dengan jumlah yang sedikit Hasil Ukur Skala Ukur Penyebaran kuesioner sebanyak 1 soal dengan kriteria jawaban Pernah dan Tidak pernah Kuesioner - Pernah - Tidak pernah Nominal Penyebaran kuesioner sebanyak 10 soal dengan kriteria jawaban Baik jika jawaban benar > 7 Cukup jika jawaban benar 5-7 Kurang jika jawaban benar < 5 Penyebaran kuesioner sebanyak 10 soal dengan kriteria jawaban Kuesioner - Baik - Cukup - Kurang Ordinal Kuesioner - Positif - Negatif Ordinal Variabel Independen Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh Ibu tentang Regurgitasi 3. Alat Ukur Sikap Reaksi atau respon dan tindakan Ibu tentang kejadian Regurgitasi - Positif bila X ≥ 32,3 - Negatif bila X < 32,3 23 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoadmodjo, 2005). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan yang berjumlah 60 orang ( Data Januari - April 2013). 2. Sampel Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Acidental Sampling, dimana sampel diambil adalah ibu-ibu menyusui Bayi di Desa Ujung mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat Penelitian ini dilakukan di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Tahun 2013. 24 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 22 Juli tahun 2013 D. Cara Pengumpulan Data 1. Tehnik pengumpulan data a. Data primer Data primer dilakukan langsung dengan melakukan wawancara dan menggunakan kuesioner pada responden. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan dari buku Register di bidan Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. 2. Instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan, dan formulirformulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang bersifat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, untuk pertanyaan kejadian Regurgitasi terdiri dari 1 pertanyaan, dan untuk pengetahuan dan sikap terdiri 10 pertanyaan. 25 E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data Menurut Budiarto (2002),Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing yaitu kegiatan memeriksakan kelengkapan kuesioner yang terkumpul. b. Coding yaitu memberi kode-kode pada setiap jawaban, yaitu pada pertanyaan kejadian regurgitasi, apabila responden menjawab benar maka diberi kode 1, dan apabila reponden menjawab salah maka diberi nilai 0. Dan begitu juga pada pertanyaan pengetahuan dan sikap. c. Transfering yaitu memasukan skor-skor jawaban responden kedalam tabel atau master tabel yang berisi seluruh variabel dalam penelitian. d. Tabulating yaitu data yang telah ditabulasi atau dikumpulkan menjadi satu, lalu disajikan dalam bentuk tabel frekwensi. 2. Analisa data Analisa Univariat Dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Penilaian hasil ukur menggunakan kriteria penilaian yang terdiri dari : 1) Pengetahuan menurut Nursalam (2003): a) Berpengetahuan baik jika jawaban benar > 7 26 2) b) Berpengetahuan cukup jika jawaban benar 5-7 c) Berpengetahuan kurang jika jawaban benar < 5 Kejadian Regurgitasi a) Pernah b) Tidak pernah 3) Sikap a) Untuk pertanyaan positif nilainya : SS=4, S=3, TS=2, STS=1 b) Untuk pertanyaan negatif nilainya : SS=1, S=2, TS=3, STS=4 Kriteria variabel sikap dilakukan dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2001) yaitu : ̅= Keterangan : ̅ = rata-rata sampel Total nilai jumlah responden yang menjadi sampel Maka hasil yang didapatkan yaitu : Positif bila X ≥ 32,3 dan Negatif apabila X < 32,3 27 Penentuan persentase (P) terhadap variabel menggunakan rumus (Budiarto, 2001) sebagai berikut : P= Keterangan : p = Presentase f = Frekuensi yang diamati n = Besar sampel 28 BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ujung Mangki, Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan. Memiliki 1 buah PUSTU dan di Kecamatannya sendiri memiliki 1 Buah PUSKESMAS, dengan Luas Desa 4000 M, dan jumlah Dusun terdiri dari 5 yaitu : 1. Dusun Darul Aman 2. Dusun Kota 3. Dusun Pahlawan 4. Dusun Skep 5. Dusun Pantee Bintang Hu Batas-batas Desa Ujung Mangki : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Padang 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baro 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ujung Pulo B. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 22 Juli 2013 di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan 29 Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah 30 responden dengan cara penyebaran kuesioner. 1. Analisa Univariat Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a. Kejadian Regurgitasi Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Regurgitasi Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan No Kejadian Regurgitasi 1. Pernah 2. Tidak Pernah Jumlah Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) f 26 4 30 % 86,7 13,3 100 Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 30 responden yang diteliti, terdapat 26 responden (86,7%) yang pernah mengalami kejadian regurgitasi. b. Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan No Pengetahuan f % 30 1. 2. 3. Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) 6 17 7 30 20 56,7 23,3 100 Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 30 responden yang diteliti, terdapat 17 responden (56,7%) yang mempunyai pengetahuan cukup. c. Sikap Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan No 1. Positif 2. Negatif Sikap Jumlah Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) f 16 14 30 % 53,3 46,7 100 Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 30 responden yang diteliti, terdapat 16 responden (53,3%) mempunyai sikap positif. d. Tabel Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Pengetahuan Tabel 5.4 Tabulasi Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Pengetahuan Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan No. 1. 2. 3. Pengetahu an Baik Cukup Kurang Jumlah Kejadian Regurgitasi Pernah Tidak Pernah f % f % 6 20,0 0 0,0 15 88,2 2 11,8 5 71,4 2 28,6 26 86,7 4 13,3 Jumlah f 6 17 7 30 % 100 100 100 100 31 Berdasarkan tabel 5.4 dari 17 responden yang berpengetahuan cukup dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15 responden (88,2%). e. Tabel Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Sikap Ibu Tabel Silang 5.5 Tabulasi Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Sikap Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakonga Kabupaten Aceh Selatan N o. Sikap 1. Positif 2. Negatif Jumlah Kejadian Regurgitasi Pernah Tidak Pernah f % f % 15 93,8 1 6,3 11 78,6 3 21,4 26 86,7 4 13,3 Jumlah F 16 14 30 % 100 100 100 Berdasarkan tabel 5.5 dari16 responden yang mempunyai sikap positif dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15 responden (93,8%). C. Pembahasan Pada pembahasan ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013. 1. Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Pengetahuan Ibu Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari 17 responden yang berpengetahuan cukup dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15 responden (88,2%). 32 Hasil penelitian Dian Irawati (2010), menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan pengetahuan yang cukup tentang pengertian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 19 responden (46,3%). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah cukup mengerti tentang pengertian dari regurgitasi. Pengetahuan responden yang tergolong cukup tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan dan sikap. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka mereka akan membentuk perilaku yang baik. Sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang maka mereka tidak bisa memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sehingga akan terbentuk perilaku yang tidak baik Hal ini sesuai dengan teori yang dikemuka oleh Yunina (2009), bahwa pengetahuan ibu yang kurang tentang posisi menyusui merupakan salah satu penyebab terjadinya regurgitasi. Jika pengetahuan ibu tentang regurgitasi masih belum dapat ditingkatkan maka dapat menyebabkan asupan nutrisi pada bayi berkurang atau juga terjadi gangguan pencernaan. Notoatmodjo (2003), menambahkan bahwa pengaruh pengetahuan terhadap pertumbuhan anak sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap tingkat pendidikan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin paham ibu terhadap kejadian regurgitasi, dan juga sebaliknya. Adapun pengetahuan ibu menyusui tentang kejadian regurgitasi sangat 33 penting,dengan pengetahuan ibu yang baik tentang regurgitasi maka akan memberikan wawasan yang luas terhadap kejadian regurgitasi namun sebaliknya jika pengetahuan ibu kurang tentang regurgitasi maka akan terciptanya pemahaman yang kurang baik terhadap kejadian regurgitasi pada bayi. 2. Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Sikap Ibu Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari16 responden yang mempunyai sikap positif dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15 responden (93,8%). Hasil penelitian Dewi (2010), menunjukan bahwa dari 45 responden yang diteliti ditemukan 58% ibu post partum mempunyai sikap yang negatif tentang kejadian regurgitasi pada bayi baru lahir. Sikap negatif ibu terhadap kejadian regurgitasi pada bayi baru lahir tersebut akan mempengaruhi pemahaman yang kurang baik tentang kejadian regurgitasi pada bayi baru lahir. Menurut Mubarok (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi dan sifat emosional terhadap stimulus sosial seperti halnya dengan pengetahuan. Sikap, adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan antara sikap dan perilaku. Satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang 34 dapat menggunakan skala atau kuesioner dan sikap ibu sangat berpengaruh pada ibu menyusui bayi terhadap terjadinya regurgitasi (Niven, 2009). Azwar (2003) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan bentuk respon batin dari stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek yang menimbulkan pengetahuan berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu. Menurut Sarwono (2005), sikap merupakan potensi tingkah laku seseorang terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang ibu yang bersikap positif terhadap perawatan bayi cenderung akan mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan perawatan bayi. Hal ini dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu yang baik mengenai pentingnya perawatan bayi yang dapat mencegah bahaya dan risiko yang mungkin terjadi masa neonatal. Sikap ibu terhadap perawatan kesehatan bayi baru lahir berperan dalam pemeliharaan kesehatan neonatal secara teratul. Peneliti berasumsi bahwa sikap ibu berpengaruh terhadap pengalaman, karena semakin banyak ibu mempunyai anak, maka ibu semakin mudah mengerti terhadap kejadian regurgitasi. Adapun sikap ibu tentang terjadinya regurgitasi memiliki sikap yang positif, hal ini disebabkan karena keinginan ibu untuk menghindari regurgitasi pada 35 bayinya, yaitu dengan cara memperbaiki teknik menyusui serta menyendawakan bayi sesaat setelah minum. Sebaliknya jika ibu memiliki sikap negatif terhadap regurgitasi maka ibu akan membiarkan bayinya mengalami regurgitasi. 36 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013, maka peneliti dapat simpulkan sebagai berikut: Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari 17 responden yang berpengetahuan cukup dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15 responden (88,2%). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari16 responden yang mempunyai sikap positif dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15 responden (93,8%). B. Saran 1. Bagi peneliti yang lain agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Kepada Instansi pendidikan agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswi dalam hal melakukan acara kegiatan seminar dan sebagainya. 3. Kepada Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan agar dapat lebih menekankan kepada kader-kader desa agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kejadian regurgitasi. 37 DAFTAR PUSTAKA Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR. 2011 Budiarto, E. Biostatistik. (2002). Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Dewi Vivian. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat Azis. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika. Kementrian kesehatan. (2010). Pelayanan kesehatan Neonatal Esensial : Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementrian Kesehatan. Mubarak Wahit Iqbal. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Muslihatun Wafi. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Metode Penelitian Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika ,(2010). Penerbit Rineka Cipta. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nursalam, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. , (2002). Konsep dan Penyerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : EGC. Purnamaningrum Yuliasti. (2010). Penyakit pada Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Rukiyah, Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info Media. Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika. 38 Sudarti, Khoirunnisa. (2010). Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Wafi Nur Muslihatun. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya. Henderson, C, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC, 2006.