1 gambaran pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi terhadap

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI BAYI
TERHADAP REGURGITASI DI DESA UJUNG MANGKI
KECAMATAN BAKONGAN KABUPATEN
ACEH SELATAN TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh
Oleh :
YUSMALIBAR
NIM : 10010194
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan. Bayi memiliki sistem tubuh
yang belum sempurna seperti sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem
peredarahan darah, sistem pengaturan suhu, dan sistem gastrointestinal (Sodikin,
2011). Merawat bayi memang tidak semudah yang dipikirkan banyak orang,
apalagi bagi para orang tua baru. Banyak informasi dan pengetahuan tentang
perawatan bayi yang harus digali. Ibu yang melewatkan untuk menyendawakan
bayinya setelah disusui, tentu saja bukan karena faktor kelalaian, melainkan
karena faktor ketidaktahuan (Hidayat Aziz, 2005). Regurgitasi isi lambung sering
terjadi pada bayi berumur 0-3 bulan (Behrman, 1992). Regurgitasi adalah
kembalinya sejumlah makanan yang belum dicerna dari lambung, biasanya
disertai sendawa (Wong, 2008). Meskipun normal regurgitasi yang berlebihan
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan
bayi apabila terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum saja tetapi juga saat
tidur meski aktivitas makan dan minum sudah dilakukan 3 jam yang lalu
(Tampubolon, 2009). Peran ibu sangat penting dalam mencegah terjadinya
gangguan kesehatan pada bayi akibat regurgitasi berulang yang dapat dilakukan
dengan melakukan pencegahan dan penanganan regurgitasi dengan benar.
Vivian (2010) menyatakan Regurgitasi adalah keluarnya kembali
sebagian kescil isi lambung setelah makanan masuk kedalam lambung. Muntah
3
susu (Regurgitasi) adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang
mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan
secara signifikan. Regurgitasi biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada
saat menyusu. Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi, yaitu posisi saat
menyusui yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau anak sudah kenyang tetapi
tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir kalau anaknya kekurangan
makanan (Nursalam, dkk, 2005).
Bayi sering meludahkan (regurgitasi) sejumlah kecil susu ketika atau
setelah menyusu, sering kali disertai sendawa. Hal ini adalah normal. Regurgitasi
yang sangat banyak bisa terjadi akibat pemberian susu yang terlalu banyak. Jika
susu yang diberikan melalui botol, regurgitasi bisa dikurangi dengan
menggunakan dot yang lebih keras dan lubangnya lebih kecil. Lebih sering
menyendawakan bayi selama setelah menyusu juga bisa membantu, baik pada
bayi yang disusui dengan ASI maupun dengan susu botol (Muslihatun, 2011). Jika
terjadi regurgitasi secara berlebihan, frekwensi sering dan terjadi dalam waktu
lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan
pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang
karena asupan makanan tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding
kerongkongan akibat asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi
kalau sampai regurgitasi melalui hidung dan bahkan disertai muntah (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).
Fenomena regurgitasi terjadi pada semua bayi usia satu tahun. Begitu
setahun lewat kejadian ini akan berhenti. Namun terkadang, adakalanya
4
regurgitasi mulai berkurang diatas 6 bulan. Regurgitasi bisa terjadi ketika bayi
merasa kesal karena tidak bisa menelan sehingga menyebabkan bayi menanangis.
Untuk meminimalkan regurgitasi, pada saat pertengahan pemberian minum bayi
harus disendawakan supaya udaranya keluar dari mulut bayi (Nikita, 2006).
Data dari beberapa negara termasuk indonesia memperlihatkan sekitar
70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami regurgitasi minimal satu kali
setiap harinya dan kejadian tersebut menurun sesuai bertambahnya umur hingga
mencapai 4-7% pada umur 9-12 bulan. Walaupun demikian, hanya sekitar 25%
orangtua menganggap regurgitasi sebagai suatu masalah (IDAI, 2009). Dalam
Nakita (2006) dikatakan 70% bayi usia 4 bulan dalam sehari paling tidak
mengalami regurgitasi. Dan saat anak berusia setahun bisa dikatakan hanya
tinggal 10% yang masih mengalami regurgitasi.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peniliti setelah
melihat dibeberapa tempat yaitu di Puskesmas Ingin Jaya dan Puskesmas Peukan
Bada, banyak ibu-ibu yang mengetahui tentang regurgitasi pada bayi sedangkan di
Desa Ujung Mangki menunjukkan hasil survey bahwa banyak ibu-ibu yang tidak
mengetahui tentang regurgitasi, maka dari hasil tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti judul ini. Sedangkan data yang diperoleh dari bidan Desa Ujung mangki
terdapat ibu menyusui bayi berjumlah 60 orang pada bulan Januari – April 2013.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tangga l5 April 2013
dengan 10 orang ibu menyusui, ketika ditanyakan pengetahuan dan sikap mereka
tentang penyebab dari regurgitasi, 4 dari 10 orang ibu menyususi memiliki
5
pengetahuan dan sikap yang tinggi tentang regurgitasi, dan 6 diantaranya
memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang terhadap regurgitasi itu sendiri.
Berdasarkan fenomena diatas peniliti tertarik untuk meneliti tentang
“Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap
Regurgitasi Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh
Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
peneliti merumuskan masalah yang ada yaitu “ Bagaimanakah Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap Regurgitasi Di Desa Ujung
Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan?”
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu menyusui bayi
terhadap regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui bayi terhadap
regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu menyusui bayi terhadap
regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan.
6
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat mengaplikasikan ilmu dan menambah
pengalaman saat penulisan Karya Tulis Ilmiah, serta sebagai masukan
pengetahuan tentang regurgitasi.
2.
Bagi Instansi
Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
regurgitasi.
3.
Bagi akademik
Sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi
selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di STIKes U’Budiyah
Kota Banda Aceh sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan
Institusi Pendidikan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Regurgitasi
1.
Pengertian regurgitasi
Regurgitasi dapat didefinisikan sebagai keadaan normal yang sering
terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya
usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami
oleh anak (Nursalam, dkk, 2005). Regurgitasi adalah keluarnya kembali susu yang
telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusu
dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi pada dinding lambung
(Purnamaningrum, 2010).
2.
Etiologi
Menurut purnamaningrum (2005), regurgitasi terjadi pada bayi
karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna.
Ada beberapa hal yang menyebabkan regurgitasi:
a.
Belum sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan (lemahnya
tonus otot sfingter), sehingga susu yang diminum mudah keluar kembali.
b.
Posisi menyusui yang tidak tepat.
c.
Terlalu banyak minum susu, padahal kapasitas lambung masih sedikit,
sehingga tidak mampu menampung susu yang masuk.
d.
Aktivitas yang berlebihan, menangis atau menggeliat pada saat disusui,
sehingga susu keluar kembali.
8
3.
Patofisiologi
Pada keadaan regurgitasi, biasanya lambung sudah dalam keadaan
terisi penuh, sehingga terkadang regurgitasi bercampur dengan air liur yang
mengalir kembali keatas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal
tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan
baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini
dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar.
Kebanyakan regurgitasi terjadi pada bayi dibulan-bulan pertama kehidupannya
(Sudarti & Endang, 2010).
4.
Penatalaksanaan
Menurut Bahiyatun (2009), regurgitasi dapat dicegah dengan cara :
1) Memperbaiki tehnik menyusui
Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui adalah badan bayi harus
dihadapkan kearah badan ibu dan mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu,
leher bayi harus sedikit ditengadahkan, bayi sebaiknya ditopang pada
bahunya sehingga posisi kepala yang sedikit tengadah dapat dipertahankan.
Posisi bibir bawah bayi paling sedikit 1,5 cm dari pangkal puting susu, bayi
harus mengulum sebagian besar areola puting kedalam mulutnya, bukan
hanya ujung puting susu. Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian
dari jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan lidah dan rahang
bawah. Apabila diposisikan dengan benar, sinus laktiferus akan berada
didalam rongga mulut bayi. Puting susu akan masuk sejauh langit-langit
9
lunak (velum palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut.
Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap.
2) Sendawakan bayi sesaat setelah minum
Selesai minum bayi jangan langsung ditidurkan tetapi perlu disendawakan
terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar
dipundak ibu, kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai
terdengar suara bersendawa.
b.
Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap atau tepuk punggung
bayi sampai terdengar suara bersendawa.
3) Bersikaplah tenang pada saat bayi sedang regurgitasi.
4) Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru.
5) Bersihkan segera sisa regurgitasi dengan tissue atau lap basah hingga bersih.
6) Pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
7) Apabila regurgitasi keluar lewat hidung, cukup dibersihkan dengan cotton
bud, jangan menyedot menggunakan mulut karena akan menyakiti bayi dan
rentan menularkan penyakit.
8) Tunggu beberapa saat jika ingin memberikan ASI lagi (Purnamaningrum,
2010).
B. Cara Menyusui Bayi yang Benar
1) Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui
efektif.
2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam).
10
3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah kesisi lain setelah
mengosongkan payudara yang sedang disusukan.
4) Keuntungan pengosongan payudara adalah :
a.
Mencegah pembengkakan payudara
b.
Meningkatkan produksi ASI
c.
Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir).
1. Posisi meyusui
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan
pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk
bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan,
terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.
Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman
selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan
isapan yang efektif.
Posisi menyusui yang benar adalah :
a. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar
dan kaki tidak menggantung.
b. Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi
tidak tertutup.
Kemudian tunjukan kepada ibu cara melekatkan bayi, dengan cara :
a. Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
b. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
11
c. Segera mendekatkan bayi kearah payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak dibawah puting susu.
Posisi Menyusui dengan baik,diantaranya :
1. Seluruh badan bayi tersangga dengan
baik jangan hanya leher dan bahunya
saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Badan bayi menghadap kedada ibunya
4. Badan bayi dekat ke ibunya
( Gambar 2.1, WHO breastfeeding training course. Participant Manual, 1993)
Posisi menyusui yang diuraikan diatas adalah posisi dimana ibu telah
memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya.
Masih ada beberapa posisi alternatif lain yang disesuaikan dengan
kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya, misalnya berbaring terlentang,
miring kiri atau miring kanan dan sebagainya. Posisi ibu berbaring terlentang
dan setengah duduk mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.
Perlekatan yang benar
Perlekatan yang salah
( Gambar 2.2, WHO/CDR/93.5 )
12
Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik :
1. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
2. Mulut bayi terbuka lebar.
3. Bibir bawah bayi membuka keluar.
4. Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak.
Apabila posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi
akan menghisap dengan efektif. Tanda bayi menghisap dengan efektif adalah
bayi menghisap secara dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi
menghisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan (Kementerian Kesehatan
RI, 2010).
C. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah ketahuan seseorang terhadap suatu objek
tertentu, seperti pengetetahuan seorang ibu terhadap regurgitasi pada bayinya dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan oleh seorang ibu bila bayinya mengalami
regurgitasi tersebut. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Ahmad dan
Santoso, 1996) Edisi Ketiga, Terbitan Balai Pustaka, Jakarta (2001).Pengetahuan
artinya adalah ilmu atau kepandaian yang tidak saja berkenaan dengan masalah
keadaan alam, tapi juga termasuk kebatinan dan persoalan-persoalan lainnya.
Pengetahuan diartikan hanyalah sekedar tahu yaitu hasil suatu usaha
manusia untuk menjawab pertanyaan “What”. Misalnya apa itu regurgitasi, apa itu
menyususi, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekedar dapat
menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” why
13
and how. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”. Dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, raba
dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan (Knowledge) diartikan sebagai kesan di dalam pikiran
manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. Pengetahuan bertujuan untuk
mendapatkan kepastian dan menghilangkan prasangka sebagai ketidak pastian itu.
Pengetahuan sangat mempengaruhi dalam prospek kehidupan, terlebih terhadap
kaum ibu menyusui, kurangnya pengetahuan bisa mengakibatkan bayinya terjadi
regurgitasi (Adi. R, 2004).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang dengan
berbagai cara sebagai segala suatu yang diketahui dari pengalaman (Gunawan,
2002). Menurut Alimul Hidayat (2004) pengetahuan merupakan sesuatu yang ada
dalam pikiran manusia, tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan manusia tidak
ada.
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikatagorikan menjada 3
katagori yaitu :
a. Tinggi jika >75%
b. Sedang jika 51-75%
c. Rendah jika < dari 50%
14
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan terhadap Regurgitasi
Menurut Mubarak (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang terhadap regurgitasi, antara lain :
a.
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin
banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b.
Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.
Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek
fisik dan psikologis ( mental ). Secara garis besar, semakin bertambah umur
seseorang maka akan semakin banyak pula pengalaman yang didapati oleh
orang tersebut terhadap regurgitasi itu sendiri.
d.
Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang ibu
terhadap kejadian regurgitasi baik dalam dirinya maupun pengalaman yang
didapati dari lingkungan sekitar.
15
e.
Informasi
Kemudahan seseorang ibu untuk memperoleh suatu informasi terhadap
regurgitasi secara cepat dan tepat.
D. Sikap
1.
Definisi
Sikap adalah reaksi atau respon seorang ibu terhadap kejadian
regurgitasi yang terjadi pada bayinya baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Sikap juga merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya). Campbell mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “ An individual’s
attitude is syndrome of response consistency with regard to object.” Jadi jelas,
disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Mubarak (2007), sikap merupakan reaksi atau respons yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi dan sifat emosional terhadap
stimulus sosial seperti halnya dengan pengetahuan. Newcomb salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, dalam kata
lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan
16
tetapi
merupakan
predisposisi
perilaku
(tindakan)
atau
reaksi
tertutup
(Notoatmodjo, 2010).
Notoatmodjo (2010), menjelaskan bahwa seperti halnya dengan
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan yaitu:
1.
Menerima
Diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya, sikap seorang ibu terhadap kejadian regurgitasi pada
anaknya, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk
mendengarkan penyuluhan tentang regurgitasi di lingkungannya.
2.
Menanggapi
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti
penyuluhan regurgitasi tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh
penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.
3.
Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain
dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespon. Contoh, ibu mendiskusikan regurgitasi dengan suaminya, atau
bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan tentang
regurgitasi.
17
4.
Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatdmojo, 2010). Salah
satu kunci supaya anak tidak terjadi regurgitasi yaitu bagaimana tindakan
seorang ibu apabila anaknya sudah disusui maka harus menyendawakannya,
dan harus juga memperhatikan cara menyusui yang benar, maka
kemungkinan besar anak tidak akan terjadi regurgitasi.
Menurut Azwar (2008) sikap terdiri dari:
1.
Sikap Positif yaitu kecenderungan untuk bertindak.
2.
Sikap Negatif yaitu kecenderungan untuk menjauhi, menghindari.
Pengukuran sikap, dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau penyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden
(Notoatmodjo, 2003). Sikap adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku
kesehatannya yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan antara sikap
dan perilaku. Satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat
menggunakan skala atau kuesioner (Niven, 2009).
18
E. Pendidikan
1.
Definisi
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti yang didapatkan
oleh seorang ibu terhadap kejadian regurgitasi. Dalam pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, dan perkembangan, lebih baik dan lebih matang pada
seorang ibu. Pendidikan merupakan peranan penting dalam menentukan kualitas
dan pengetahuan seseorang, pendidikan membuat kehidupan seseorang menjadi
bermakna, dengan adanya pendidikan seseorang akan mengalami pengetahuan
yang meningkat (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahaminya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah
pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya, makin banyak pula pengetahuan
yang dimilikinya, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah, maka akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak dan
Chyatin, 2009). Soekanto (2003) menyatakan bahwa pendidikan dapat membawa
wawasan
atau
pengetahuan
seseorang.
Secara
umum,
seseorang
yang
berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan seseorang yang tongkat pendidikannya lebih rendah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru
dan mudah menyesuiakan dengan hal yang baru tersebut.
19
Sisdiknas (2003) mengklasifikasikan pendidikan menjadi pendidikan
formal dan pendidikan non-formal, jenjang pendidikan formal terdiri dari
pendidikan dasar (SD), dan SMP, pendidikan menengah (SMA), dan jenjang
pendidikan tinggi (Akademi dan Universitas). Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapakn berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang
pendidikan umum bentuknya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Sekolah Menengah atas (SMA). Namun menurut UU Nomor 9 tahun
2009, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar , pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi (Notoatmodjo, 2003).
F. Sosial Budaya
1.
Definisi
Budaya adalah kebiasaan suatu kelompok masyarakat yang
dilakukan terhadap suatu kejadian tertentu, seperti halnya kejadian regurgitasi
pada bayi. (Setiadi, 2006).
Berikut ini pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli :
a.
E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
b.
Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, milik manusia dengan belajar.
20
G.
Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka
dapat kita
jabarkan kerangka teori tentang kejadian Regurgitasi adalah sebagai berikut :
Menurut Notoatmodjo (2010)
-
Pengetahuan
Sikap
Kejadian
Regurgitasi
Menurut Puspita sari (2006)
-
Pendidikan
Sosial budaya
Gambar 2.1 Kerangka Teori
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Dari
hasil
tinjauan
kepustakaan
dan
kerangka
teori,
maka
dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian ini yang terdiri dari variabel
Independen dan Variabel Dependen. Dalam penelitian ini secara sistemis dapat
digambarkan menurut Notoatmodjo ( 2010 ) sebagai berikut :
Variabel independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Kejadian
Regurgitasi
Sikap
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
22
B. Definisi operasional
Tabel 3.1 ( Definisi Operasional )
NO
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Operasional
1.
Variabel
dependen
Kejadian
Regurgitasi
2.
Keluarnya
kembali susu
yang telah
ditelan dengan
jumlah yang
sedikit
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Penyebaran
kuesioner
sebanyak 1 soal
dengan kriteria
jawaban
Pernah dan
Tidak pernah
Kuesioner
- Pernah
- Tidak
pernah
Nominal
Penyebaran
kuesioner
sebanyak 10 soal
dengan kriteria
jawaban
Baik jika jawaban
benar > 7
Cukup jika
jawaban benar 5-7
Kurang jika
jawaban benar < 5
Penyebaran
kuesioner
sebanyak 10 soal
dengan kriteria
jawaban
Kuesioner
- Baik
- Cukup
- Kurang
Ordinal
Kuesioner
- Positif
- Negatif
Ordinal
Variabel
Independen
Pengetahuan Segala sesuatu
yang diketahui
oleh Ibu
tentang
Regurgitasi
3.
Alat Ukur
Sikap
Reaksi atau
respon dan
tindakan Ibu
tentang
kejadian
Regurgitasi
- Positif bila
X ≥ 32,3
- Negatif bila
X < 32,3
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan rancangan penelitian cross
sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk
faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus
pada waktu yang sama (Notoadmodjo, 2005).
B.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi di
Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan yang berjumlah 60 orang
( Data Januari - April 2013).
2.
Sampel
Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode
Acidental Sampling, dimana sampel diambil adalah ibu-ibu menyusui
Bayi di Desa Ujung mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh
Selatan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat Penelitian ini dilakukan di Desa Ujung Mangki Kecamatan
Bakongan Tahun 2013.
24
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan
22 Juli tahun 2013
D. Cara Pengumpulan Data
1. Tehnik pengumpulan data
a. Data primer
Data primer dilakukan langsung dengan melakukan wawancara dan
menggunakan kuesioner pada responden.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari buku Register di
bidan Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh
Selatan.
2. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan, dan formulirformulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain
(Notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang bersifat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden,
untuk pertanyaan kejadian Regurgitasi terdiri dari 1 pertanyaan, dan untuk
pengetahuan dan sikap terdiri 10 pertanyaan.
25
E. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Menurut Budiarto (2002),Data yang telah dikumpulkan diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing yaitu kegiatan memeriksakan kelengkapan kuesioner yang
terkumpul.
b. Coding yaitu memberi kode-kode pada setiap jawaban, yaitu pada
pertanyaan kejadian regurgitasi, apabila responden menjawab benar
maka diberi kode 1, dan apabila reponden menjawab salah maka
diberi nilai 0. Dan begitu juga pada pertanyaan pengetahuan dan
sikap.
c. Transfering yaitu memasukan skor-skor jawaban responden kedalam
tabel atau master tabel yang berisi seluruh variabel dalam penelitian.
d. Tabulating yaitu data yang telah ditabulasi atau dikumpulkan menjadi
satu, lalu disajikan dalam bentuk tabel frekwensi.
2. Analisa data
Analisa Univariat
Dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini
menghasilkan
distribusi
dan
persentasi
dari
tiap
variabel
(Notoatmodjo, 2005). Penilaian hasil ukur menggunakan kriteria
penilaian yang terdiri dari :
1)
Pengetahuan menurut Nursalam (2003):
a)
Berpengetahuan baik jika jawaban benar > 7
26
2)
b)
Berpengetahuan cukup jika jawaban benar 5-7
c)
Berpengetahuan kurang jika jawaban benar < 5
Kejadian Regurgitasi
a) Pernah
b) Tidak pernah
3)
Sikap
a) Untuk pertanyaan positif nilainya : SS=4, S=3, TS=2, STS=1
b) Untuk pertanyaan negatif nilainya : SS=1, S=2, TS=3,
STS=4
Kriteria variabel sikap dilakukan dengan menggunakan rumus
(Budiarto, 2001) yaitu :
̅=
Keterangan :
̅
=
rata-rata sampel
Total nilai
jumlah responden yang menjadi sampel
Maka hasil yang didapatkan yaitu :
 Positif bila X ≥ 32,3 dan
 Negatif apabila X < 32,3
27
Penentuan persentase (P) terhadap variabel menggunakan rumus
(Budiarto, 2001) sebagai berikut :
P=
Keterangan :
p = Presentase
f = Frekuensi yang diamati
n = Besar sampel
28
BAB V
HASIL PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Ujung Mangki, Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh
Selatan. Memiliki 1 buah PUSTU dan di Kecamatannya sendiri memiliki 1 Buah
PUSKESMAS, dengan Luas Desa 4000 M, dan jumlah Dusun terdiri dari 5 yaitu
:
1. Dusun Darul Aman
2. Dusun Kota
3. Dusun Pahlawan
4. Dusun Skep
5. Dusun Pantee Bintang Hu
Batas-batas Desa Ujung Mangki :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Padang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baro
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ujung Pulo
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15 sampai
dengan 22 Juli 2013 di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan
29
Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah 30 responden dengan cara
penyebaran kuesioner.
1. Analisa Univariat
Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap
Regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh
Selatan dapat dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
a. Kejadian Regurgitasi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Regurgitasi
Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan
Kabupaten Aceh Selatan
No
Kejadian Regurgitasi
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Jumlah
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
f
26
4
30
%
86,7
13,3
100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 30 responden yang
diteliti, terdapat 26 responden (86,7%) yang pernah mengalami kejadian
regurgitasi.
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan
Kabupaten Aceh Selatan
No
Pengetahuan
f
%
30
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
6
17
7
30
20
56,7
23,3
100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 30 responden yang
diteliti, terdapat 17 responden (56,7%) yang mempunyai pengetahuan
cukup.
c. Sikap
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Di Desa
Ujung Mangki Kecamatan Bakongan
Kabupaten Aceh Selatan
No
1. Positif
2. Negatif
Sikap
Jumlah
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
f
16
14
30
%
53,3
46,7
100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 30 responden yang
diteliti, terdapat 16 responden (53,3%) mempunyai sikap positif.
d. Tabel Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Pengetahuan
Tabel 5.4
Tabulasi Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Pengetahuan
Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan
Kabupaten Aceh Selatan
No.
1.
2.
3.
Pengetahu
an
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Kejadian Regurgitasi
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
6
20,0
0
0,0
15
88,2
2
11,8
5
71,4
2
28,6
26
86,7
4
13,3
Jumlah
f
6
17
7
30
%
100
100
100
100
31
Berdasarkan tabel 5.4 dari 17 responden yang berpengetahuan cukup
dan
yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15
responden (88,2%).
e. Tabel Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Sikap Ibu
Tabel Silang 5.5
Tabulasi Silang Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Sikap
Di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakonga
Kabupaten Aceh Selatan
N
o.
Sikap
1. Positif
2. Negatif
Jumlah
Kejadian Regurgitasi
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
15
93,8
1
6,3
11
78,6
3
21,4
26
86,7
4
13,3
Jumlah
F
16
14
30
%
100
100
100
Berdasarkan tabel 5.5 dari16 responden yang mempunyai sikap
positif dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi adalah sebanyak 15
responden (93,8%).
C. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Bayi Terhadap
Regurgitasi di Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2013.
1. Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Pengetahuan Ibu
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari 17 responden yang
berpengetahuan cukup dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi
adalah sebanyak 15 responden (88,2%).
32
Hasil penelitian Dian Irawati (2010), menunjukkan bahwa
persentase terbesar adalah responden dengan pengetahuan yang cukup
tentang pengertian regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 19
responden (46,3%). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah cukup
mengerti tentang pengertian dari regurgitasi. Pengetahuan responden yang
tergolong cukup tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
pengetahuan dan sikap. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka
mereka akan membentuk perilaku yang baik. Sebaliknya semakin rendah
pengetahuan seseorang maka mereka tidak bisa memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya sehingga akan terbentuk perilaku yang tidak baik
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemuka oleh Yunina (2009),
bahwa pengetahuan ibu yang kurang tentang posisi menyusui merupakan
salah satu penyebab terjadinya regurgitasi. Jika pengetahuan ibu tentang
regurgitasi masih belum dapat ditingkatkan maka dapat menyebabkan
asupan nutrisi pada bayi berkurang atau juga terjadi gangguan pencernaan.
Notoatmodjo (2003), menambahkan bahwa pengaruh pengetahuan
terhadap pertumbuhan anak sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang
mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap
tingkat pendidikan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka
semakin paham ibu terhadap kejadian regurgitasi, dan juga sebaliknya.
Adapun pengetahuan ibu menyusui tentang kejadian regurgitasi sangat
33
penting,dengan pengetahuan ibu yang baik tentang regurgitasi maka akan
memberikan wawasan yang luas terhadap kejadian regurgitasi namun
sebaliknya jika pengetahuan ibu kurang tentang regurgitasi maka akan
terciptanya pemahaman yang kurang baik terhadap kejadian regurgitasi
pada bayi.
2. Kejadian Regurgitasi di Tinjau Dari Sikap Ibu
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari16 responden yang
mempunyai sikap positif dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi
adalah sebanyak 15 responden (93,8%).
Hasil penelitian Dewi (2010), menunjukan bahwa dari 45
responden yang diteliti ditemukan 58% ibu post partum mempunyai sikap
yang negatif tentang kejadian regurgitasi pada bayi baru lahir. Sikap negatif
ibu terhadap kejadian regurgitasi pada bayi baru lahir tersebut akan
mempengaruhi pemahaman yang kurang baik tentang kejadian regurgitasi
pada bayi baru lahir.
Menurut Mubarok (2007), sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi dan sifat
emosional terhadap stimulus sosial seperti halnya dengan pengetahuan.
Sikap, adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku
kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan antara
sikap dan perilaku. Satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang
34
dapat menggunakan skala atau kuesioner dan sikap ibu sangat berpengaruh
pada ibu menyusui bayi terhadap terjadinya regurgitasi (Niven, 2009).
Azwar (2003) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan
(konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sikap
yang ditujukan seseorang merupakan bentuk respon batin dari stimulus yang
berupa materi atau obyek di luar subyek yang menimbulkan pengetahuan
berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk
sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu.
Menurut Sarwono (2005), sikap merupakan potensi tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat
dikatakan seorang ibu yang bersikap positif terhadap perawatan bayi
cenderung akan mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan perawatan
bayi. Hal ini dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu yang
baik mengenai pentingnya perawatan bayi yang dapat mencegah bahaya
dan risiko yang mungkin terjadi masa neonatal. Sikap ibu terhadap
perawatan kesehatan bayi baru lahir berperan dalam pemeliharaan
kesehatan neonatal secara teratul.
Peneliti berasumsi bahwa sikap ibu berpengaruh terhadap
pengalaman, karena semakin banyak ibu mempunyai anak, maka ibu
semakin mudah mengerti terhadap kejadian regurgitasi. Adapun sikap ibu
tentang terjadinya regurgitasi memiliki sikap yang positif, hal ini
disebabkan karena keinginan ibu untuk menghindari regurgitasi pada
35
bayinya,
yaitu
dengan
cara
memperbaiki
teknik
menyusui
serta
menyendawakan bayi sesaat setelah minum. Sebaliknya jika ibu memiliki
sikap negatif terhadap regurgitasi maka ibu akan membiarkan bayinya
mengalami regurgitasi.
36
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Ujung Mangki Kecamatan
Bakongan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013, maka peneliti dapat
simpulkan sebagai berikut:
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari 17 responden yang
berpengetahuan cukup dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi
adalah sebanyak 15 responden (88,2%).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari dari16 responden yang
mempunyai sikap positif dan yang pernah mengalami kejadian regurgitasi
adalah sebanyak 15 responden (93,8%).
B. Saran
1. Bagi peneliti yang lain agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Kepada Instansi pendidikan agar dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswi
dalam hal melakukan acara kegiatan seminar dan
sebagainya.
3. Kepada Desa Ujung Mangki Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh
Selatan agar dapat lebih menekankan kepada kader-kader desa agar
melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kejadian
regurgitasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: JNPK-KR. 2011
Budiarto, E. Biostatistik. (2002). Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Dewi Vivian. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat Azis. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Kementrian kesehatan. (2010). Pelayanan kesehatan Neonatal Esensial :
Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementrian
Kesehatan.
Mubarak Wahit Iqbal. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Muslihatun Wafi. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Metode Penelitian Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
,(2010).
Penerbit Rineka Cipta.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan.
Jakarta:
Nursalam, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
, (2002). Konsep dan Penyerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Purnamaningrum Yuliasti. (2010). Penyakit pada Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya.
Rukiyah, Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Trans Info Media.
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
38
Sudarti, Khoirunnisa. (2010). Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wafi Nur Muslihatun. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.
Henderson, C, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC, 2006.
Download