PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Sri Budiyati, Sutama, dan Sabar Narimo Magister Manajemen Pendidikan PPs UMS [email protected] ABSTRAK The research objective is to describe contextual-based math learning management, which includes planning, implementation and evaluation as well as describe the constraints of experienced math teachers in the implementation of contextual-based mathematics learning at SMK Negeri 3 Klaten. The research method used is descriptive qualitative research, research data on the implementation of contextual learning was collected using interviews, observation and documentation. It is concluded in conclusion: (1) Planning learning early in the learning of mathematics held by preparing syllabi and lesson plans, (2) implementation of contextual learning mathematics in SMK Negeri 3 Klaten is not optimal, (3) Ratings are not only assess the final outcome but also to assess the process. Implementation of learning mathematics is not optimal constrained by: (1) Teachers do not fully understand and master the contextual learning, (2) Teachers difficulties when learning material linked with the life situation that is already known by the student, (3) Teachers still tend to use the lecture method, although teachers have learned a variety of learning methods. Kata Kunci: contextual, learning, management kurikulum mata pelajaran matematika Pendahuluan Seiring dengan perkembangan dan menyatunya teknologi informasi perlu dirancang dan dipersiapkan dengan dan matang agar siswa lulusan SMK komunikasi dalam dunia kerja atau Dunia mempunyai skill yang sesuai dengan yang Usaha (DUDI) dibutuhkan oleh DUDI. Hal ini sesuai matematika dengan pendapat Russel (Sumardyono, dan dibutuhkan Dunia Industri pembelajaran ditingkat satuan pendidikan, khususnya 2009: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ratunya ilmu sebab ia lebih penting dari sesuai logika dan menjadi pelayan ilmu sebab dengan kemajuan Ilmu 5) yaitu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). dengan Siswa berkembang SMK setelah menyelesaikan studinya lebih banyak yang mencari kerja Tinggi (PT). Untuk matematika jauh ilmu bahkan menjadi dapat melebihi perkiraan manusia. dibanding dengan yang melanjutkan ke Perguruan matematika Sejauh ini pendidikan kita masih itu didominasi 115 oleh pandangan bahwa 116 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199 pengetahuan adalah seperangkat fakta menciptakan yang pengembangan yang profesional. harus dihafal. Guru masih program-program merupakan sumber utama pengetahuan, Di samping itu pemahaman yang kemudian ceramah sebagai pilihan utama keliru terhadap fungsi manajemen atau metode pembelajaran. Kebanyakan siswa, pengelolaan akan berpengaruh terhadap dalam mengikuti pembelajaran disekolah pengelolaan tidak siap, minimal membaca terlebih pendapat Mulyasa (2000:20), bahwa guru dahulu bahan yang akan dipelajari, siswa merasa datang ke sekolah tanpa bekal seperti meskipun tidak dapat menunjukkan alasan botol kosong. yang mendasari asumsi tersebut. Asumsi Lebih parah lagi, siswa tidak mengetahui tujuan belajar yang pembelajaran. Berdasar telah mengajar dengan baik yang keliru tersebut menyebabkan banyak guru mengambil jalan pintas dalam sebenarnya, tidak mengetahui manfaat pembelajaran, baik dalam perencanaan, belajar bagi masa depan. Ditambah lagi pelaksanaan maupun evaluasi. materi matematika yang disajikan oleh Mengambil jalan pintas yang guru abstrak, suasana pembelajaran yang dilakukan guru disebabkan guru belum monoton, penuh ketegangan, banyak tugas memandang pembelajaran sebagai sebuah dan sistem. Demikian juga dalam mengelola membosankan, kurang, maka fasilitas lengkaplah belajar penunjang kegagalan belajar. Fakta di pembelajaran matematika lapangan juga matematika. dengan karakteristiknya berbagai Materi macam membutuhkan menunjukkan bahwa pembelajaran yang pengelolaan pembelajaran yang tepat, selama ini dilakukan oleh guru masih sehingga merupakan tugas dari guru untuk terpaku pada kebiasaan urutan dalam menciptakan pengelolaan pembelajaran menyajikan yang efektif dan efisien. pembelajaran matematika sebagai berikut: (1) dimulai dengan Strategi kontekstual mengajarkan teori / teorema / definisi, (2) pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan contoh- mengubah contoh soal dan (3) selanjutnya latihan membuat skenario pembelajaran yang soal-soal. Sesuai dengan dimulai dari kontek kehidupan nyata Soebakri (2011: 1), pendapat kondisi diatas, berusaha dengan guru siswa. Selanjutnya, guru memfasilitasi cara-cara siswa untuk mengangkat obyek dari rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebih kehidupan nyata itu ke dalam konsep seyogyanya yakni matematika dalam meninggalkan Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 117 matematika dengan tanya jawab, diskusi guru dan matematika. inkuiri. (Rachmajanti, Menurut Johnson 2008:34), strategi dalam mengelola kontekstual memberi kesempatan siswa Metode Penelitian aktif membelajarkan diri sendiri dengan Jenis pengalaman nyata, bukan menghafal. pembelajaran penelitian pendekatannya berdasarkan kualitatif. Desain Berdasarkan hal-hal tersebut diatas penelitian studi kasus (Sutama, 2010:38). sudah saatnya diadakan pembaharuan, Penelitian dilaksanakan selama delapan inovasi perubahan pembelajaran kearah bulan tujuan sampai Pebruari 2013 di SMK Negeri 3 pendidikan matematika. Pembelajaran matematika sebaiknya lebih bervariasi strateginya yaitu dimulai bulan Juli 2012 Klaten. untuk Teknik pengumpulan data dengan siswa. wawancara, observasi dan dokumentasi mengelola (Sutama, 2010:92). Informan penelitian pembelajaran, merupakan bagian penting kepala sekolah, wakil kepala sekolah dalam bagian kurikulum, guru matematika dan mengoptimalkan Usaha tujuan. guru kemampuan untuk keberhasilan Untuk itu siswa mencapai penelitian mengangkat topik pembelajaran matematika ini pengelolaan Teknik analisis data menggunakan berbasis analisis interaktif yang meliputi reduksi kontekstual. data, Penelitian ini dilakukan, dengan tujuan mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran matematika mendeskripsikan kendala pembelajaran siswa. matematika dan pelaksanaan berbasis sajian kesimpulan data yang dan saling penarikan berinteraksi (Sutopo, 2006:109). Uji keabsahan data menggunakan uji credibility/validitas internal, transferability/validitas eksternal, dependability/reliabilitas dan kontekstual di SMK Negeri 3 Klaten. confirmability /obyektivitas (Sugiyono, Sedangkan manfaat penelitian ini secara 2007:366). teoritis memberikan informasi tambahan mengenai kemampuan guru SMK dalam melaksanakan pembelajaran matematika Hasil Penelitian dan Pembahasan Perencanaan pembelajaran berbasis kontekstual. Informasi tersebut matematika di SMK Negeri 3 Klaten diharapkan bisa dijadikan sebagai umpan dilaksanakan di awal tahun pembelajaran balik dalam merefleksi ketrampilan para dengan membuat silabus, prota, promes 118 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199 dan kemudian dijabarkan dalam RPP yang sekolah dan lingkungannya, silabus dapat didalamnya terkandung SK, KD, Indikator disusun secara mandiri . keberhasilan materi, metode pembelajaran RPP yang sudah dibuat pada awal dan alokasi waktu. Hal ini sesuai dengan tahun amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 oleh bagian kurikulum. Ini dilakukan tahun merencanakan sebagai bukti jika ada monitoring dari pembelajaran dengan membuat silabus Pengawas SMK atau keperluan akreditasi dan RPP. sekolah. Dalam pembelajaran kontekstual, 2005, Semua guru guru sudah pembelajaran didokumentasikan membuat RPP lebih bersifat sebagai rencana pribadi silabus dan RPP, namun guru matematika dari pada sebagai laporan untuk kepala kebanyakkan masih mengganggap sulit sekolah atau pengawas seperti yang mengembangkan silabus. Para guru sudah dilakukan saat ini. Jadi RPP lebih terbiasa mengkopi paste silabus dari cenderung berfungsi mengingatkan guru sekolah lain terus menggunakannya tanpa sendiri dalam menyiapkan alat-alat/media di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi dan sekolah yang ada. Hal ini dapat dilihat (skenario) dari jumlah alokasi waktu yang berbeda bentuknya antara yang tertuang di silabus dengan 2003:4). yang ada pada RPP. Sebetulnya mengkopi silabus dari sekolah lain atau mengendalikan langkah-langkah pembelajaran lebih sehingga sederhana (Jumadi, Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran kontekstual, menggunakan contoh dari MGMP boleh menyiapkan saja, dahulu Rancangan itu merupakan bagian dari jam persiapan mengajar. Rancangan dibuat masing-masing. dalam bentuk model pembelajaran yang namun harus disesuaikan dengan implementasi sekolah dilihat jumlah rancangan guru Dengan demikian guru matematika dapat menggambarkan mengembangkan silabus secara kreatif pembelajaran dari awal pembelajaran dan mandiri. Sesuai dengan BSNP dalam sampai akhir untuk satu KD. Satu KD Supinah (2008,8), bahwa pengembang dapat dituangkan dalam satu atau lebih silabus : (1) dapat dilakukan oleh guru RPP. secara mandiri atau dari MGMP dan digunakan guru sebagai petunjuk strategi Dinas Pendidikkan, (2) jika guru mampu mengajar mengenali karakteristik siswa, kondisi pembelajaran. Model merupakan rencana pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai Model salah satu tersebut tujuan pembelajaran cara untuk Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 119 meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan belajar pembelajaran Joice dan Weil (Wardhani, tujuan dengan dan jelas, materi meliputi 2004:17). Disamping itu Kutz (Wardhani, penjelasan kompetensi yang akan dicapai, 2004:17), mengemukakan tanpa model mendiskripsikan cakupan materi yang pembelajaran akan dipelajari dan melakukan apersepsi yang nyata, guru mengembangkan pola pembelajarannya dengan berdasarkan pada pengalaman masa lalu pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan dan intuisinya. yang telah dimiliki siswa dengan materi Guru SMK menyiapkan Negeri rancangan 3 Klaten mengajukan pertanyaan- yang akan dipelajari. pembelajaran Tahapan inti meliputi, (1) guru kontekstual sebagai berikut: (1) pada awal mengajukan proses pembelajaran guru mengajukan kontekstual berkaitan dengan materi yang permasalahan kontekstual yang ditulis akan dipelajari dalam bentuk lembar kerja, dalam (2) siswa membentuk kelompok dengan lembar kontekstual kerja. tersebut masing-masing Permasalahan diberikan kelompok permasalahan yang pada aturan setiap kelompok terdiri dari 4 atau untuk 5 siswa dengan kemampuan heterogin, (3) diselesaikan (2) mengembangkan cara guru memfasilitasi dapat penyelidikan dan menemukan sendiri menyelesaikan masalah tersebut dengan pemecahan dari permasalahan, (4) guru caranya memberi kesempatan kepada siswa untuk siswa sendiri, kesempatan untuk (3) kepada Memberikan siswa untuk memfasilitasi mengkonstruksi siswa melakukan pengetahuan dan menjelaskan dan memberi alasan terhadap keterampilan yang dimiliki (5) guru jawabannya kelompok dan ditanggapi oleh mengembangkan Hal ini akan untuk bertanya, (6) guru menyajikan interaksi dan dapat model lain. menumbuhkan keterampilan pembelajaran yang siswa inovatif. membantu mengembangkan keterampilan Pembahasan dari kegiatan inti diuraikan bertanya siswa, (4) melakukan refleksi. singkat dibawah. Pelaksanaan pembelajaran yang Dalam mengajukan permasalahan kontekstual, dibagi dalam tiga tahapan kontekstual, masih banyak guru yang yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Pada belum terbiasa sehingga siswa kurang tahapan pendahuluan, hampir semua guru terbiasa sudah melaksanakan dengan baik. Guru menerapkan memulai disampaikan guru matematika, belum pembelajaran dengan untuk menemukan idenya. Masalah dan yang 120 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199 dapat dipikirkan secara nyata dalam khayalan atau nyata yang diperoleh siswa pikiran dari siswa, sebagai contoh pada pengalaman, membuat belajar penyampaian materi Program Linier, guru matematika sebagai suatu aktivitas yang mengajukan masalah tentang hotel yang berguna memiliki dua tipe kamar atau tentang menekankan penalaran bukan rumus- pesawat yang memiliki dua macam tempat rumus matematika (Turmudi, 2009: 1-15). duduk untuk penumpang kelas ekonomi Pada kegiatan inti pembelajaran dan kelas eksekutif. Hal tersebut tidak matematika di SMK tempat penelitian, dapat dipikirkan secara nyata oleh siswa siswa karena kebanyakan siswa belum mengenal aturan anggota kelompok terdiri dari 4 atau atau mengalami situasi tersebut. dan bermakna membentuk 5 siswa yang kelompok dengan lebih dengan kemampuan Sebaiknya dalam mengajukan masalah heterogin. Dalam satu kelas jumlah siswa yang kontekstual dipilih permasalahan berkisar antara 38 sampai 40 siswa dan yang dekat dengan kehidupan siswa dan terbagi dalam delapan kelompok belajar. siswa sudah mengenali dengan baik Siswa melakukan diskusi, bekerjasama sehingga membangkitkan mencari penyelesaian dari permasalahan pengetahuan yang telah dimiliki oleh yang diajukan guru dengan caranya siswa dan dapat sebagai pijakan untuk sendiri. memahami konsep yang akan dipelajari berlangsung nampak siswa yang belum (Wickless, mengerti bertanya kepada siswa yang dapat Ribenboim dan Dobbs , 2006:252-259) proses diskusi pandai bahkan ada yang bertanya kepada Selain itu penggunaan konteks dalam Selama pembelajaran guru untuk mendapatkan bimbingan. matematika Menurut Hakim (2008:98), Kerjasama menjadikan konsep-konsep abstrak dapat akan saling menguntungkan satu dengan dipahami berdasarkan situasi yang sudah yang dikenal dengan baik oleh siswa (Anggo, kesatuan yang lebih baik dari pada bekerja 2011:35). Hal ini menunjukkan bahwa sendiri. berbagai situasi yang sudah dikenal siswa lainnya siswa dapat menemukan dan memberi akan membentuk Guru kurang dalam memfasilitasi dalam lingkungan kehidupan sehari-hari dimanfaatkan dan melakukan sendiri penyelidikan dan pemecahan dari kontribusi yang besar dalam membangun masalah dengan alasan tidak cukup waktu. pengertian terhadap fakta, konsep dan Guru yang sudah terbiasa menggunakan prinsip matematika. Situasi yang bersifat metode ceramah, memberikan semua Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 121 pengetahuan terlebih bertahap, memberi makna konsep tersebut soal-soal melalui penerapan ke bidang yang lain, kontekstual yang berkaitan dengan KD bahkan untuk menghadapi kehidupan yang diterangkan. Dengan demikian siswa nyata siswa. dahulu, kepada baru siswa memberikan kurang mandiri dalam melakukan usaha Bahan ajar matematika yang untuk mencari pemecahan dari suatu digunakan guru tempat penelitian, buku permasalahan. Menemukan adalah proses paket dan modul. Buku paket digunakan yang penting dalam pembelajaran, sebab sebagai buku pegangan guru sedangkan dengan menemukan pemecahan masalah modul dimiliki oleh setiap siswa. Modul sendiri, pembelajaran matematika dibuat oleh siswa mempunyai kepuasan tersendiri dan tidak mudah lupa. Hal ini MGMP sesuai Suherman digunakan sebagai acuan utama untuk (2012:11-54), bahwa dengan menemukan, urutan materi ajar, baik yang disampaikan kemampuan berpikir mandiri akan terlatih pada proses pembelajaran maupun pada dan menjadi terbiasa. penyusunan RPP. Hasil penelitian yang dengan pendapat Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan dimiliki. Kecenderungan kabupaten setempat dan berkaiatan dengan bahan ajar, adalah modul digunakan sebagai acuan utama yang dalam pembelajaran matematika. Hal ini guru menunjukkan bahwa bahan ajar masih menggunakan metode yang konvensional kurang. Sumber belajar yang digunakan menjadikan siswa sebagai penonton dan guru masih sebatas pada buku pegangan, guru sebagai pemain. Sebaiknya, dalam belum memanfaatkan literatur seperti pembelajaran metode yang digunakan jurnal ilmiah matematika, perpustakaan lebih bervariasi, ini akan mengubah siswa pribadi guru dan menelusuri website di sebagai pemain dan guru sutradaranya. internet. Hal ini sesuai dengan pendapat Lynch dan Usaha guru Dorothy (2003: 1-4), bahwa pembelajaran mengembangkan tidak hanya mentransfer ilmu melainkan untuk bertanya hanya sedikit. Dilihat dari proses pengetahuan. hasil pengamatan siswa bertanya jika Belajar adalah suatu proses bukan sekedar diminta oleh guru untuk bertanya, bukan menghafal konsep yang sudah jadi, tetapi kemauan belajar harus mengalami sendiri. Siswa bertanya. Mestinya siswa akan bertanya mengkonstruksi sendiri konsep secara ketika menemui kesulitan, saat berdiskusi, mengkontruksi dari keterampilan untuk siswa sendiri siswa untuk 122 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199 saat mengamati dan saat bekerja dalam yang inovatif memuat langkah-langkah kelompok dan sebagainya. Dari aktivitas yang harus dikerjakan dengan jelas, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu terorganisasi dan sistematis. Jika model diharapkan pembelajaran tumbuh dorongan untuk inovatif dilaksanakan bertanya, sehingga keterampilan bertanya dengan baik akan menimbulkan interaksi siswa dalam pembelajaran kontekstual siswa yang positif. Model pembelajaran tercapai. Hal ini didukung hasil penelitian merupakan bentuk pembelajaran dari awal Wasis (2006:9), yang menunjukkan sampai akhir yang disajikan secara khas banyak praktik, banyak memperoleh oleh guru (Sutama, 2011: 12-13). Dengan kesempatan berbicara, banyak bertanya kata lain, model pembelajaran merupakan kepada teman dan guru dapat menambah bingkai dari penerapan suatu pendekatan, kesenangan Strategi, siswa dalam belajar matematika. teknik dan taktik pembelajaran. Selain itu apabila selama proses pembelajaran metode, pada kegiatan berlangsung penutup, guru dan siswa melakukan tidak banyak pertanyaan atau refleksi dengan mengadakan tanya jawab, komentar hanya penyelesaian soal-soal tentang hal-hal yang baru saja dipelajari. dengan bantuan guru, maka pembelajaran Guru dan siswa bersama-sama membuat matematika tidak produktif. Siswa kurang rangkuman. Guru melakukan penguatan percaya diri atau tidak mempunyai sikap atau penekanan terhadap materi yang telah yang positif terhadap matematika. Padahal diajarkan, sehingga siswa mempunyai siswa pemahaman yang sama. Guru sudah siswa dapat matematika matematika Selanjutnya menyelesaikan dengan sukses masalah apabila mengadakan penilaian penilaian dengan proses baik, mempunyai sikap positif atau sikap meliputi maupun percaya diri terhadap matematika, Juter penilaian hasil. Penilaian tidak hanya (Sutama, 2013:93). dilakukan pada akhir semester, akhir Model pembelajaran yang inovatif, tahun atau ujian akhir tapi penilaian juga dan tidak monoton akan menumbuhkan dilaksanakan saat proses pembelajaran terjadinya interaksi antar siswa. Interaksi berlangsung. tersebut dapat diamati pada waktu siswa penilaian pada saat siswa bekerjasama bekerja sama dalam kelompok, siswa dalam kerja kelompok, pada saat siswa saling bertanya, saling membatu satu mengadakan penyelidikan atau penemuan, dengan yang lain. pada saat siswa mendemonstrasikan hasil Pada pembelajaran Guru sudah melakukan Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 123 diskusi dan keaktifan siswa dalam bertanyapun juga dinilai oleh guru. pembelajaran. Sedangkan penilaian yang dilakukan untuk kelas XII pada semester Evaluasi atau penilaian digunakan genap cenderung menggunakan penilaian guru untuk mengumpulkan informasi hasil sebanyak-banyaknya tentang kemajuan prosesnya. Hal ini terjadi karena siswa belajar siswa. Biasanya setelah siswa kelas mengetahui hasil belajarnya kurang baik, menyiapkan diri untuk menghadapi ujian akan mengambil keputusan untuk belajar Nasional. yang lebih baik, sedangkan untuk guru pembelajaran tidak dilakukan oleh guru akan memanfaatkan hasil penilaian untuk karena siswa hanya dilatih belajar soal- memperbaiki pembelajaran selanjutnya. soal yang berbentuk pilihan ganda. Menurut Wasis (2006:2), terdapat saja XII dan tidak memperhatikan pada semester Penilaian terhadap Pembelajaran Kelas genap proses XII masalah dalam penilaian hasil belajar saat difokuskan untuk melatih siswa agar dapat ini : (1) tes tertutup / tes dengan jawaban menyelesaikan soal pilihan ganda dan tunggal tidak memberikan gambaran yang dapat memperoleh Nilai Ebtanas Murni memadai tentang kemampuan siswa, (2) (NEM) yang tinggi. Hal ini bertentangan penilaian tidak perlu disesuaikan dengan dengan tujuan pembelajaran matematika cara biasanya yaitu untuk melatih daya nalar siswa dan bervariasi, (3) penilaian lebih menunjukan dapat menggunakan matematika dalam ketidakmampuan kehidupan belajar siswa yang siswa dari pada kemampuan siswa, (4) penilaian tidak mempertimbangkan serta mampu berpikir logis, kritis dan sistematis. siswa Lebih memprihatinkan lagi, demi dalam mata pelajaran yang bersangkutan untuk meraih NEM yang tinggi siswa dan (5) penilaian tidak diselenggarakan dibelajari untuk menghafalkan prosedur sebagai untuk penyelesaian soal. Sistem penilaian yang meningkatkan pembelajaran yang telah terfokus pada hasil berdampak pada siswa dilaksanakan. tidak menyukai terhadap soal-soal yang salah kemajuan sehari-hari, satu cara Penilaian di SMK Negeri 3 Klaten, berbentuk uraian, sehingga siswa untuk kelas X dan XI baik semester gasal mengganggap matematika mata pelajaran maupun genap sudah dilakukan penilaian yang sukar. dengan baik yaitu penilaian proses pada saat pembelajaran penilaian hasil berlangsung pada saat Pelaksanaan pembelajaran dan matematika berbasis kontekstual di SMK akhir Negeri 3 Klaten belum optimal. Hal ini 124 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199 disebabkan guru belum sepenuhnya memahami dan menguasai tentang nyata, (3) dapat mempercepat pemahaman konsep. pembelajaran yang kontekstual. Berkaitan dengan kendala pada Pembelajaran matematika dengan proses pembelajaran tersebut dapat diatasi strategi kontekstual sangat baik diterapkan dengan dalam proses pembelajaran matematika, Musyawarah karena konsep lebih (MGMP) yang ada di kabupaten setempat. tertanam dalam memori siswa, namun Kegiatan yang ada di MGMP dapat untuk melaksanakan para guru banyak digunakan menemui kendala. Adapun kendala yang permasalahan-permasalahan dialami dijumpai akan membuat guru dalam pembelajaran pelaksanaaan matematika yang cara mengaktifkan Guru Mata untuk guru kegiatan dalam Pelajaran menyelesaikan yang menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. kontekstual antara lain: (1) Guru menemui kendala dalam hal merumuskan skenario Simpulan pembelajaran atau rencana pembelajaran Perencanaan pembelajaran tahap demi tahap kegiatan siswa, (2) matematika di SMK Negeri 3 Klaten Kurangnya dimaknai sebatas penyusunan perangkat pemahaman bagaimana mengaitkan antara materi pembelajaran pembelajaran dengan administrasi situasi nyata siswa atau untuk memenuhi sekolah. Perencanaan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, (3) pembelajaran dilaksanakan di awal tahun Materi atau kemampuan prasyarat yang pembelajaran dengan membuat silabus, harus dimiliki oleh siswa yang tidak prota, promes dan kemudian dijabarkan memadai. Akibatnya, proses pembelajaran dalam RPP yang didalamnya terkandung menjadi terhambat, (4) Kurangnya media SK, KD, Indikator keberhasilan materi, dalam proses pembelajaran. Para guru metode pembelajaran dan alokasi waktu. sendiri sangat penggunakan menyadari media pentingnya dalam proses pembelajaran matematika. adalah: (1) memudahkan siswa menerima materi yang diajarkan, (2) Siswa pada jenjang SMK ternyata masih pembelajaran matematika kontekstual di SMK Negeri 3 Klaten, dilakukan dengan tiga tahapan, Pentingnya media dalam proses pembelajaran matematika Pelaksanaan membutuhkan media yaitu: tahap penutup. pendahuluan, Masing-masing inti dan tahapan diuraikan singkat dibawah. Tahap pendahuluan yaitu: Guru menyampaikan tujuan dan materi Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 125 pembelajaran dengan meliputi Evaluasi untuk kelas X dan XI di penjelasan kompetensi yang akan dicapai, SMK tempat penelitian, dilakukan dengan mendiskripsikan materi akan menggunakan penilaian autentik, yang dipelajari melakukan apersepsi meliputi penilaian proses dan penilaian dan jelas, yang dengan tanya jawab. hasil. Penilaian proses dilakukan guru Tahapan inti meliputi, (1) guru mengajukan yang menilai keaktifan siswa dalam bekerja kontekstual berkaitan dengan materi yang sama dan saling menghargai dalam satu akan dipelajari dalam bentuk lembar kerja, kelompok. (2) siswa membentuk kelompok dengan dengan tes harian atau semesteran, untuk aturan setiap kelompok terdiri dari 4 atau menilai tingkat penguasaan siswa terhadap 5 siswa dengan kemampuan heterogin, (3) materi yang diajarkan. guru permasalahan pada saat pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa Penilaian hasil dilakukan melakukan Evaluasi atau penilaian untuk kelas penyelidikan dan menemukan sendiri XII hanya dilakukan dengan penilaian pemecahan dari permasalahan, (4) guru hasil disebabkankelas XII dipersiapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk untuk menghadapi ujian Nasional yang mengkontruksi soal-soalnya berbentuk pilihan ganda. pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (5) guru mengembangkan keterampilan Kendala dalam melaksanaan siswa pembelajaran matematika kontekstual: (1) untuk bertanya, (6) guru menyajikan guru belum benar-benar memahami dan pembelajaran yang inovatif. menguasai pembelajaran matematika yang Tahap penutup yaitu guru dan siswa melakukan refleksi dengan kontekstual (2) guru masih cenderung menggunakan metode ceramah, walaupun mengadakan tanya jawab, tentang hal-hal sebetulnya yang baru saja dipelajari. Guru dan siswa bermacam-macam metode pembelajaran. bersama-sama membuat rangkuman. Guru (3) kurangnya media pembelajaran yang melakukan penguatan atau penekanan menunjang terhadap materi yang telah diajarkan, kontekstual. (4) guru sehingga siswa mempunyai pemahaman mengaitkan materi pembelajaran dengan yang sama. Guru sudah mengadakan permasalahan dalam kehidupan nyata penilaian dengan baik, meliputi penilaian siswa. proses maupun penilaian hasil. guru sudah pembelajaran mengetahui matematika belum terbiasa Berbagai ucapan terima kasih perlu kami sampaikan kepada berbagai pihak. 126 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199 Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada KOPERTIS Wilayah VI yang telah membantu dalam pendanaan biaya penelitian multitahun Penelitian Tim melalui Pascasarjana. Hibah Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Ketua Lembaga Penelitian UMS beserta stafnya, yang telah memberikan fasilitas dan dorongan sehingga kami bisa melakukan penelitian. Ucapan terima juga kami sampaikan kepada kepala sekolah, para guru dan staf SMK Negeri 3 Klaten, yang telah membantu proses penelitian sehingga berjalan sesuai perencanaan Daftar Pustaka Anggo, Mustamin, 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika volume 01 nomor 02 Hakim, Lukmanul, 2008. Pendekatan Contextual Teaching and Learning Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Sebagai Media Pembelajaran Entomologi, Jurnal Pendidikan Serambi. Volume 5 Nomor 2 Jumadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya Makalah disampaikan pada workshop sosialisasi dan implementasi kurikulum 2004. Jogyakarta: FMIPA UNY. Lynch Richard L. dan Dorothy Harnish., (2003), Contextual Teaching and Learning: Lessons Learned from Teacher Preparation through Novice Teaching, University of Georgia Mulyasa, 2004. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Soebakri, 2011. Lesson Study (Suatu Model Pembelajaran Profesional), http://soebakri.blogspot.com/2011/ 05/lesson-study-suatu-modelpembelajaran.html Suherman, Erman, (2012:11-54). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya Sulistyo,Rachmajanti,Widiyati, 2008. Pengembangan Model Pembelajaran MIPA Bilingual Berbasis Pndekatan Kontekstual Berbentuk Compact Disc (CD). Malang: Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Jurnal Penelitian Kependidikan Tahun 18 Nomor 1 Sumardyono, 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika. Supinah, 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Sutama, 2010. Metoda Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media. Sutama, 2011. “Pengelolaan pembelajaran Matematika Berbasis Aptitude Treatment Interaction” Pidato Pengukuhan Guru Besar, Disampaikan pada Sidang Senat Terbuka UMS, Sabtu, 8 Januari 2011. Sutama, Sabar Narimo dan Haryoto, 2013. Pembelajaran Matematika Kontekstual Berbasis Lesson Studi Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 127 di SD Pasca Bencana Erupsi Merapi. Sukoharjo: Kafilah Publishing. Sutopo, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Turmudi, (2009), Students’S Responses To The Realistic Mathematics Teaching Approach In Junior Secondary School, Indonesia University Of Education, Proceeding Of IICMA. Wardhani, Sri, 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual di SMP, Yogyakarta: PPPG Matematika. Wasis, 2006. Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains- Fisika SMP, Cakrawala pendidikan TH XXV. No 1 Wickless, Ribenboim, Dobbs, (2006). Contextual approach in teaching mathematics: an example using the sum of series of positive integers, National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapore , 36.252-259