identifikasi pola kuman dan tes resistensi antibiotik

advertisement
IDENTIFIKASI POLA KUMAN DAN TES RESISTENSI ANTIBIOTIK
PADA PENDERITA ULKUS DEKUBITUS
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO
IDENTIFICATION OF BACTERIAL PATTERNS AND ANTIBIOTIC
RESISTANCE TEST IN PATIENTS WITH DECUBITUS ULCERS
AT WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL
Albert Julyson Wishnu Cahyopeotro, Sumantri Sarimin, Arifin Seweng
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi:
Albert Julyson Wishnu Cahyopeotro
Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245
HP: 081343599984
Email: [email protected]
Abstrak
Ulkus dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang
sangat lemah, dan pasien yang lumpuh dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran jenis kuman pada penderita ulkus dekubitus, hasil tes kepekaan antibiotik terkini dari bahan biakan
yang dapat membantu mengarahkan pemberian antibiotik secara empiris menjadi lebih cepat dan tepat.
Penelitian dilaksanakan di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar selama Juli-September 2014. Sampel sebanyak
30 pasien ulkus dekubitus. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian potong lintang. Penelitian dilakukan
dengan cara mengambil identitas, anamnesis, pemeriksaan derajat ulkus dekubitus, pengambilan apusan pada
ulkus untuk melihat pola kuman dan dilanjutkan dengan tes resistensi antibiotik. Data dianalisis dengan uji Chi
Square dengan kemaknaan P ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita ulkus dekubitus terbanyak
adalah laki-laki ( 90%) dengan umur terbanyak 35-55 tahun. Jenis kuman terbanyak adalah Gram negatif
(86,7%). Mikroorganisme yang
paling dominan adalah Pseudomonas Aeroginosa (50%), diikuti oleh
Acinetobacter baumanii (16,7%) dan Staphylococcus aureus (13,3%). Antibiotika yang memiliki sensitivitas
terhadap kuman penderita ulkus dekubitus yaitu Amikacin, Gentamicin dan Ciprofloxacin.
Kata kunci : ulkus dekubitus, Pola kuman, Tes resistensi antibiotik
Abstract
Pressure sores are a problem faced by patients with chronic disease, patients who are very weak, and the patient
who was paralyzed in a long time. The aim of this research were to obtain bacterial patterns in patients with
decubitus ulcers, recent antibiotic resistence test results of material culture that can help guide empirically
antibiotics faster and more accurate. The research method was cross-sectional study, conducted at Wahidin
Sudirohusodo hospital Makassar, from July - September 2014. Data were obtained from 30 patients with
decubitus ulcers. The data includes identity, anamnesis, staging of decubitus ulcers, swabs from ulcus to
observe the bacterial pattern continued with antibiotic resistance testing. Data were analyzed by chi-square test
with significance P ≤ 0.05. The results indicated that most patients with decubitus ulcers in this study were male
(90%) with the oldest age 35-55 years. Most types of bacteria are Gram-negative (86.7%). The most dominant
microorganism is Pseudomonas aeroginosa (50%), followed by Acinetobacter baumannii (16.7%) and
Staphylococcus aureus (13.3%). Antibiotic sensitivity against germs in decubitus ulcer patients is Amikacin,
Gentamicin and Ciprofloxacin.
Keywords : Decubitus ulcers, Bacterial patterns, Antibiotic resistance test
1
PENDAHULUAN
Ulkus dekubitus berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring. Ulkus
dekubitus merupakan luka tekan. Secara defenisi ulkus dekubitus diartikan sebagai kerusakan
kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi lubang
yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.
Ulkus dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan
penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien yang lumpuh dalam waktu yang lama,
bahkan saat ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasienpasien yang dirawat di rumah sakit (Bergstrom, 2005).
Keberhasilan penanganan dekubitus melalui pembedahan dimulai pada saat Perang
Dunia II ketika para ahli bedah dihadapkan pada meningkatnya jumlah pasien muda yang
menderita cedera saraf spinal. Pada saat yang sama, diketahui pula bahwa diet tinggi protein
dibutuhkan untuk mengatasi keseimbangan nitrogen negatif pada pasien dengan luka terbuka
yang kronis.
Sejak saat itu, meskipun pencegahan dan pengobatan dekubitus telah diteliti secara
lebih luas dari 30 tahun terakhir ini, hanya terdapat sedikit bukti yang menunjukkan adanya
penurunan insidens dekubitus atau adanya suatu perbaikan dalam Pengobatannya (Kirman,
2008).
Ulkus dekubitus merupakan luka terbuka kronis yang sering dijumpai di berbagai
rumah sakit. Ulkus dekubitus sering terjadi akibat penekanan pada kulit yang disertai dengan
imobilisasi pasien. Selain itu akibat pengaruh kulit yang terlalu kering ataupun basah
sehingga memudahkan terjadinya kolonisasi bakteri (Gibb et al., 2007).
Kuman yang sering dijumpai pada ulkus dekubitus adalah Proteus mirabilis group D
streptococci,
Escheria
coli,
Staphylococcus
species,
Pseudomonas
species,
dan
Corynebacterium. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi polibakteria pada ulkus dekubitus.
Antibiotika, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada 1910, sampai saat
ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi.
Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak
hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika
Serikat. The Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta
peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing) dari 150 juta peresepan
setiap tahun. Menurut Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, sekitar 92 persen
masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tepat. Ketika digunakan secara
2
tepat, antibiotik memberikan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi. Namun bila dipakai
atau diresepkan secara tidak tepat (irrational prescribing) dapat menimbulkan kerugian yang
luas dari segi kesehatan, ekonomi bahkan untuk generasi mendatang.
Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu (antimicrobacterial
resistance) atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multiple drug resistance) sangat
menyulitkan proses pengobatan. Pemakaian antibiotika lini pertama yang sudah tidak
bermanfaat harus diganti dengan obat-obatan lini kedua atau bahkan lini ketiga. Hal ini jelas
akan merugikan pasien, karena antibiotika lini kedua maupun lini ketiga masih sangat mahal
harganya (Boykin et al., 2007). Sayangnya, tidak tertutup kemungkinan juga terjadi kekebalan
kuman terhadap antibiotika lini kedua dan ketiga. Disisi lain, banyak penyakit infeksi yang
merebak karena pengaruh komunitas, baik berupa epidemi yang berdiri sendiri di masyarakat
(independent epidemic) maupun sebagai sumber utama penularan di rumah sakit (nosocomial
infection). Apabila resistensi terhadap pengobatan terus berlanjut tersebar luas, dunia yang
sangat telah maju dan canggih ini akan kembali ke masa-masa kegelapan kedokteran seperti
sebelum ditemukannya antibiotika.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh
gambaran jenis kuman pada penderita ulkus dekubitus, hasil tes kepekaan antibiotik terkini
dari bahan biakan yang dapat membantu mengarahkan pemberian antibiotik secara empiris
menjadi lebih cepat dan tepat.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2014, bertempat di Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
bekerja sama dengan bagian Ilmu Patologi Klinik dan Departemen Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.
Desain Penelitian
Rancangan/ desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini semua penderita ulkus dekubitus yang menjalani perawatan di
RSWS. Sampel penelitian adalah semua penderita ulkus dekubitus yang memenuhi kriteria
inklusi yakni Penderita Ulkus Dekubitus yang bersedia untuk ikut dalam penelitian serta
kriteria ekskusi yakni penderita ulkus yang bukan ulkus dekubitus dan penderita yang disertai
3
DM, riwayat mengkonsumsi imunosupresan atau kortikosteroid. Sehingga sampel dalam
penelitian ini berjumlah 30 pasien ulkus dekubitus.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data terdiri dari: 1) Pengambilan Biospesimen dengan memakai
sarung tangan sebelum melakukan pengambilan sampel. Penutup tabung reaksi yang berisikan
medium BHIB dipanasi pada lampu spiritus kemudian dibuka penutupnya, mulut tabung
dipanasi kembali permukaannya dan dimasukkan kapas lidi steril yang telah diusap pada
ulkus dekubitus dan dipatahkan sebagian lidinya kemudian ditutup rapat. 2) Inokulasi pada
Nutrient Agar dan Agar Mac Counkey. Setelah 24 jam sampel dikeluarkan dari incubator,
penutup tabung reaksi dipanasi dan dibuka penutupnya kemudian permukaan mulut tabung
reaksi dipanasi lagi, lalu menggunakan sengkelit berujung loop dipijarkan dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi berisi sampel. Identifikasi Kuman. Cawan Petri kemudian dikeluarkan
dari incubator kemudian sengkelit berujung lurus dipijarkan, cawan petri diambil satu koloni
kuman diletakkan pada kaca objek kemudian diwarnai dengan pewarnaan Gram untuk melihat
morfologi kuman dan identifikasi jenis kuman.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan ditabulasi dan hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk
tabel, grafik, dan narasi. Analisa statistik dengan menggunakan SPSS 22, menggunakan uji
chi square, dengan nilai kemaknaan p ≤ 0.05
HASIL
Telah dilakukan penelitian observasional dengan metode penelitian Cross Sectional
Study untuk memperoleh gambaran jenis kuman pada penderita ulkus dekubitus, hasil tes
kepekaan antibiotik terkini dari bahan biakan yang dapat membantu mengarahkan pemberian
antibiotik secara empiris menjadi lebih cepat dan tepat yang dilaksanakan di Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo bekerja
sama dengan bagian Ilmu Patologi Klinik dan Departemen Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin/ RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian didapatkan bahwa penderita ulkus
dekubitus terbanyak adalah laki-laki ( 90%) dengan umur terbanyak 35-55 tahun. Jenis kuman
terbanyak adalah Gram negatif (86,7%). Mikroorganisme yang
paling dominan adalah
Pseudomonas Aeroginosa (50%), diikuti oleh Acinetobacter baumanii (16,7%) dan
Staphylococcus aureus (13,3%). Antibiotika yang memiliki sensitivitas terhadap kuman
penderita ulkus dekubitus yaitu Amikacin, Gentamicin dan Ciprofloxacin.
4
Pseduomonas aeruginosa merupakan jenis kuman terbanyak baik pada usia ≤ 45 tahun
maupun > 45 tahun. Sebaran biakan menurut umur tidak berbeda signifikan (p>0,05) tetapi
terlihat bahwa persentase Pseudomonas aeruginosa dan Providenca stuartii lebih tinggi pada
umur ≤ 45 tahun dibandingkan umur > 45 tahun (lampiran, Tabel 1)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pada jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan jenis gram yang terbanyak yaitu gram negatif, masing-masing sebesar 23
( 85,2%) kasus dan 3 ( 100%) kasus. Sebaran jenis gram kuman tidak berbeda signifikan
menurut jenis kelamin ( p>0,05) (lampiran, Tabel 2).
Sebaran jenis gram kuman tidak berbeda signifikan menurut derajat ulkus (p.0,05),
namun terlihat bahwa
jenis gram negatif merupakan jenis yang terbanyak ditemukan
pada semua derajat ulkus dan persentasenya paling tinggi pada derajat 4 (100%) (lampiran,
Tabel 3). Sebaran jenis gram tidak berbeda signifikan menurut umur ( p >0,05) (lampiran,
Tabel 4).
Didapatkan bahwa 5 jenis kuman yang tersering ditemukan pada ulkus dekubitus
masih sensitif terhadap antibiotik amikacin. Antibiotik ciprofloxacin dilaporkan sensitif
terhadap 4 kuman kecuali jenis Acinobacter baumanii. Antibiotic gentamicin juga didapatkan
sensitif terhadap 4 kuman kecuali jenis Klebsiella pneumonia. Jenis antibiotik lainnya yakni
cefepime, ceptonide, ceftriaxone dan cefotaxime ternyata resisten terhadap 5 jenis kuman
yang tersering pada ulkus dekubitus (lampiran, Tabel 5).
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa penderita ulkus dekubitus lebih banyak pada lakilaki (90%) dengan kisaran umur terbanyak 35-55 tahun. Jenis kuman yang terbanyak pada
penderita ulkus dekubitus adalah kuman gram negatif. Mikroorganisme yang paling dominan
pada spesimen ulkus dekubitus adalah Pseudomonas aeroginosa diikuti oleh Acinetobacter
baumannii dan Staphylococcus aureus. Antibiotik yang memiliki nilai sensitivitas terhadap
kuman penderita ulkus dekubitus yaitu amikacin, gentamicin dan ciprofloxacin.
Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan
lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu
lama. Terjadi gangguan mikrosirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan.
Jaringan memperoleh oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme melalui darah.
Beberapa faktor yang mengganggu proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dengan
cara mengurangi atau menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemi jaringan
(Sanada et al., 2004).
5
Dari hasil kultur yang dilakukan didapatkan bahwa jenis kuman yang paling banyak
adalah Pseudomonas aeroginosa, diikuti oleh Acitenobacter baumannii, dan Staphylococcus
aureus. Pseudomonas aeroginosa merupakan bakteri gram negatif yang bersifat aerob obligat.
Bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit tetapi
bersifat patogen oportunistik.
Staphylococcus merupakan bakteri gram positif yang bersifat aerobic fakultatif.
Acinetobacter baumannii merupakan bakteri gram negatif yang bersifat aerob dengan
karakteristik yang cepat resisten terhadap antibiotik (Torre, 2007).
Dibandingkan dengan beberapa negara lain, di India pernah dilakukan penelitian pada
penderita ulkus dekubitus selama 5 tahun (Juni 1997 – Mei 2002), bakteri yang paling banyak
ditemukan adalah Pseudomonas aeroginosa (59%), diikuti oleh Staphylococcus aeureus
(17,9%), Acinetobacter (7,2%), Klebsiella spp (3,9%), Enterobacter (3,9%), Proteus (3,3%),
lain-lain (4,8%). Pseudomonas aeroginosa tetap predominan dan ditemukan secara terus
menerus selama 5 tahun. Pada penelitian ini pengambilan spesimen dengan cara swab pada
luka.
Di Mesir, mikroorganisme yang ditemukan pada penderita ulkus dekubitus adalah
Pseudomonas aeroginosa (21,6%), Klebsiella pneumoniae(15,2%), Escherichia coli (13,6%),
Staphylococcus aureus (13,2%), Staphylococci koagulase-negatif (11,6%), Streptococcus
pyogenes (8,3%), Enterobacter sp. (6,6%), Streptococcus faecalis (5,9%) dan Candida
albicans (3,6%).
Di Indonesia, mikroorganisme pada penderita ulkus dekubitus di RSCM didapatkan
Klebsiella pneumonia (23%) sebagai mikroorganisme dominan diikuti Pseudomonas
aeroginosa (20%).
Pada uji kepekaan antibiotik, didapatkan 5 jenis kuman yang tersering ditemukan pada
ulkus dekubitus masih sensitif terhadap antibiotik amikacin, sedangkan antibiotik
ciprofloxacin dilaporkan sensitif terhadap 4 kuman kecuali kuman Acinetobacter Spp yang
masih resisten, sama halnya dengan antibiotik gentamicin yang sensitif terhadap 4 kuman
kecuali kuman klabsiella yang juga dilaporkan resisten. Sedangkan 4 jenis antibiotik yakni
cefepime, ceptonide, ceftriaxone dan cefotaxime ternyata resisten terhadap 5 jenis kuman
yang tersering pada ulkus dekubitus (Kryger et al., 2007).
Penyebab utama terjadinya resistensi terhadap berbagai antibiotik tersebut adalah
penggunaan yang tidak empiris ataupun penggunaan antibiotik dalam jangka panjang. Begitu
pula terdapat kemungkinan organisme yang resisten terhadap satu antibiotik juga cenderung
menjadi resisten terhadap antibiotika lainnya (Seiler et al., 2008). Cross resistance dan lokus
6
genetik memegang peranan dalam keadaan tersebut. Waktu rawat inap juga merupakan faktor
yang turut berperan dalam resistensi bakteri.
Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan terpadu, karena
proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Agency for Health Care
Policy and Research (AHCPR) telah membuat standar baku dalam penatalaksanaan ulkus
dekubitus. Ketika ulkus dekubitus telah terbentuk, maka pengobatan harus diberikan dengan
segera. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tempat tidur yang termodifikasi baik untuk
penderita ulkus dekubitus, pemberian salep, krim, ointment, solution, kasa, gelombang
ultrasonic, atau lampu panas ultraviolet,dan tindakan bedah (Wilhelmi et al., 2008)
Terapi rehabilitasi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus dekubitus
adalah dengan radiasi infra merah, short wafe diathermy, dan pengurutan.Tujuan terapi ini
adalah untuk memberikan efek peningkatan vaskularisasi sehingga dapat membantu
penyembuhan ulkus.Sedangkan penggunaan terapi ultrasonic, sampai saat ini masih terus
diselidiki manfaatnya terhadap terapi (Revis, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
Peneliti menyimpulkan bahwa penderita ulkus dekubitus yang dirawat di RSWS lebih
banyak pada laki-laki (90%) dengan kisaran umur terbanyak 35-55 tahun. Jenis kuman yang
terbanyak pada penderita ulkus dekubitus adalah kuman gram negatif. Mikroorganisme yang
paling dominan pada spesimen ulkus dekubitus adalah Pseudomonas aeroginosa diikuti oleh
Acinetobacter baumannii dan Staphylococcus aureus. Antibiotik yang memiliki nilai
sensitivitas terhadap kuman penderita ulkus dekubitus yaitu amikacin, gentamicin dan
ciprofloxacin. Perlu adanya penelitian lebih lanjut secara periodik terhadap jenis bakteri
maupun resistensinya terhadap antibiotik sehingga bisa menjadi acuan terhadap pemberian
antibiotik profilaksis kasus ulkus dekubitus.
7
DAFTAR PUSTAKA
Bergstrom. (2005). Patients at Risk for Pressure Ulcers and Evidence-Based Care for
Pressure Ulcer Prevention in Pressure Ulcer Research 1st ed, London.
Boykin et al. (2007). Debridement of Dekubitus Ulcer in Surgical Wound Healing and
Menagement.New York: Informa Healthcare.
Gibb et al. (2007). Skin Integrity and Wound Care in Potter and Perry’s Fundamentals of
Nursing 4th ed, Australia: Mosby Elsevier.
Kirman. (2008). Pressure Ulcers, Nonsurgical Treatment and Principles. Available from
www.emedicine.com. Accessed on August 5th 2013
Kryger et al. (2007). Pressure Ulcers in Practical Plastic Surgery. Chicago: Landes,
Bioscience.
Revis. (2008). Dekubitus Ulcer. Available from www.medicine,com. Accessed on August 5th
2013.
Sanada et al. (2004). D-E-S-I-G-N: Wound Healing Progress Tool Reliability and Validity.
Scientific Education Committee of Japanese Society of Pressure Ulcers.
Seiler et al. (2008). Phase Spesific Wound Management of Dekubitus Ulcer. Available from
www.hartmann.info. Accessed on August 5th 2013.
Torre. (2007). Wound Healing, Chronic Wounds. Available from www.emedicine.com,
Accessed on August 5th 2013.
Wilhelmi et al. (2008). Pressure Ulcers, Surgical Treatment and Principles. Available from
www.emedicine.com. Accessed on August 5th 2013.
8
Tabel 1. Sebaran biakan menurut umur
Umur
Biakan
Pseudomonas aeruginosa
≤ 45
8
53.3%
2
13,3 %
2
13,3%
2
13,3%
1
6,7 %
15
100 %
Acinobacter baumanii
Providenca stuartii
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae
Total
Total
15
50 %
5
16,7 %
3
10 %
4
13,3 %
3
10 %
30
100%
>45
7
46,7%
3
20,0%
1
6,7%
2
13,3%
2
13,3 %
15
100 %
Chi Square test (p=0,920)
Tabel 2. Sebaran jenis gram menurut jenis kelamin
Gram
Laki-laki
4
14,8 %
23
85,2 %
27
100 %
Positif
Negatif
Total
Jenis Kelamin
Perempuan
0
0%
3
100 %
3
100 %
Total
4
13,3 %
26
86,7 %
30
100%
Fisher Exact test ( p =0,640)
Tabel 3. Sebaran jenis gram menurut derajat ulkus
Gram
Positif
Negatif
Total
2
1
10,0%
9
90,0%
10
100,0%
Derajat Ulkus
3
3
20,0 %
12
80,0 %
15
100 %
Total
4
13,3 %
26
86,7 %
30
100%
4
0
0%
5
100 %
5
100 %
Chi Square Test (p=0,486)
Tabel 4. Sebaran jenis gram kuman menurut umur
Gram
Positif
Negatif
Total
Umur
≤ 45
2
13,3 %
13
86,7%
15
100 %
> 45
2
13,3 %
13
86,7 %
15
100 %
Total
4
13,3 %
26
86,7 %
30
100%
Fisher Exact Test (p=0,701)
9
Tabel 5. Tes sensitivitas terhadap golongan antibiotika
Antibiotika
Amikacin
Amoxicilin –
Clav
Cefepime
Pseudomonas
aeruginosa

Acinobacter
baumanii

Klebsiella
pneumoniae

Providenca
stuartii

Staphylococcus
aureus

Total
5
--

--
--
--
1
--
--
--
--
--
0
Ceptonidne
--
--
--
--
--
0
Ceftriaxone
--
--
--
--
--
0
Ciprofloxacin

--



4
Cefpiron
--
--

--
--
1
Gentamicin


--


4
Cefotaxim
--
--
--
--
--
0
Cefalexin
--
--


--
2
Levofloxacin

--

--

3
Neomycin
--
--

--
--
1
Imipenem
--
--
--
--

1
Meropenem

--
--


3
10
Download