jurnal keperawatan - Stikes hang tuah tanjungpinang

advertisement
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2011
ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN
• Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan (Overweight)
Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah Tanjungpinang.
• Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi
Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009.
• Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu
Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S
Tanjungpinang Tahun 2009.
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria
Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009.
• Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009.
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009.
Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 1 NOMOR 1 TAHUN 2011
PENELITIAN
HAL
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan
(Overweight) Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang
Tuah Tanjungpinang.
(Syamilatul Khariroh, M. Sulaiman, Benny Wahyudi)
1-10
Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan
Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009.
(Puji Agung Wibowo, Linda Widiastuti, Nurhidayati)
11-18
Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam
Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang
Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun
2009.
(Syamilatul Khariroh, Dede satia S, Apit Komar)
19-28
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya
Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009.
(Iwan Iskandar, Yoyok, Sumardiana)
29-37
Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S
Tanjungpinang Tahun 2009.
(Endang Abdullah, Yusnaini, Indah Prihatin)
38-44
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2009.
(Ekandra Indra Sadri, Afianti Asdarina, Marlina Invitasari)
45-53
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober
Penanggung Jawab :
Prof. Elly Nurachmah, D.N.Sc.,RN
Letkol (Purn) Endang Abdullah, S.Kp, M.Si
Penasehat :
Wakil Ketua I Stikes Hang Tuah
Wakil Ketua II Stikes Hang Tuah
Wakil Ketua III Stikes Hang Tuah
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah
Ketua Program Studi D-III Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah
Penyunting :
Ketua :
Ernawati
Sekretaris :
Wasis Pujiati,S.Kep.Ns
Hotmaria Julia Dolok Saribu,S.Kep.Ns
Bendahara :
Lili Sartika, S.Farm, Apt
Penyunting Pelaksana :
Ikha Rahardiantini,S.Si,Apt,
Ummu Fadhilah, S.pd
Lidia Wati, S.Kep, Ns
Liza Wati, S.Kep, Ns
Meyli Nirna Sari, S.Kep, Ns
Irma Yuni, S.Kep, Ns
Pelaksana Tata Usaha:
Siti Halimah
Cian Ibnu Sina
Ummu Fadhilah
Distribusi dan Pemasaran :
Ade Pardi
Anas Fajri
Ahmad Hiyari
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk
memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya
terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal.
Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Maret 2011
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Endang Abdullah, S.Kp, M.Si
Letkol Purn
FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN KELEBIHAN BERAT BADAN (Overweight) PADA
MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HANG TUAH TANJUNGPINANG.
Syamilatul Khariroh 1, M. Sulaiman 2, Benny Wahyudi 3
ABSTRAK
Kelebihan berat badan (overweight) merupakan masalah global di Indonesia, khususnya di Tanjungpinang.
Masalah tersebut mulai mendapat perhatian serius dikarenakan jumlahnya makin bertambah dan dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu penelitian ini mengambil bahasan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian overweight dengan tujuan memperoleh hubungan antara pola makan, jenis
makanan, mekanisme pertahanan diri dan status sosial ekonomi dengan kejadian overweight pada mahasiswa
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan di Kampus STIKES Hang Tuah Tanjungpinang di
mana peneliti akan menghubungkan faktor-faktor penyebab overweight dengan kejadian overweight pada
mahasiswa dengan menggunakan metodologi deskriptif cross sectional dengan populasi mahasiswa STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang sebanyak 415 orang dengan teknik pengambilan sampel judgemental sampling. Hasil analisis
pada penelitian ini didapat 12,29% mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berumur 18-25 tahun
menderita overweight dan faktor penyebab yang paling tinggi berperan pada penelitian ini adalah pola makan
mahasiswa (88,2%) serta dari uji kemaknaan Kai Kuadrat diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara pola
makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini hanya faktor
pola makan yang berhubungan bermakna dengan kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang dan disarankan agar mahasiswa dapat mengatur diit khususnya pola makan untuk mengurangi efek
dari overweight.
Kata kunci: kelebihan berat badan, mahasiswa STIKES hangtuah, faktor penyebab.
ABSTRACT
Excess weight (overweight) is a global problem, particularly in Indonesia in Tanjungpinang problems begin
serious attention due to the increased amount and may cause various diseases. Therefore, this research to take the
discussion about the factors associated with incident overweight with the goal of obtaining the relationship
between eating patterns, typed of food, self-defence mechanism and socio-economic status with the occurrence of
overweight students STIKES Hangtuah Tanjungpinang. This research is conducted in the campus STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang where researchers connect the factors that cause overweight with overweight incidence in
students using the descriptive cross-sectional methodology with the student population STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang of 415 people with the sampling technique judgemental sampling. The result of the analysis in this
study gained 12,29% STIKES Hang Tuah Tanjungpinang students aged 18-25 years suffering from overweight
and the factors that cause the high role in this researched is the pattern of student meals (88,2%) and from test
chi-square obtained the square meaningful relationship between eating patterns with the incident in the overweight
student. So that it can be in this research only factor eating pattern associated with significant event in the
overweight students STIKES Hang Tuah Tanjungpinang and suggested that students can manage diit especially
eating pattern to reduce the effects of overweight.
Key words : overweight, student population STIKES hangtuah, factors that cause.
LATAR BELAKANG
Kelebihan
berat
badan
ini. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
(Overweight)
menyatakan obesitas sebagai penyebab
merupakan masalah yang global pada saat
kematian kedua di dunia setelah merokok.
1
Lebih dari 1,7 miliar penduduk di dunia
menjadi obesitas (http : //www. Surya
mengalami kelebihan berat badan dan
Online.co.id).
obesitas. Bahkan prevalensi penderitanya
Menurut
Prof.
Dr.
Hamam
Hadi,
meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut
M.S.,Sc.D dalam pidatonya tahun 2005
dapat disebabkan kebiasaan pola makan dan
mengemukakan
gaya
dianggap sebagai sinyal pertama dari
hidup
yang
salah
(Http
:
//www.pdpersi.co.id).
bahwa
overweight
munculnya kelompok penyakit-penyakit
Banyak orang mengartikan obesitas dan
non infeksi (Non Communicable Disease)
overweight adalah sama, namun sebenarnya
yang sekarang ini banyak terjadi di negara-
obesitas dan overweight adalah dua hal
negara maju maupun negara-negara yang
yang
(kegemukan)
sedang berkembang. Fenomena ini sering
adalah suatu keadaan di mana terjadi
disebut “New World Syndrome” atau
penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
sindroma
sehingga berat badan seseorang jauh diatas
menimbulkan beban sosial-ekonomi serta
normal
kesehatan masyarakat yang sangat besar di
berbeda.
kesehatan,
dan
Obesitas
dapat
membahayakan
sedangkan
overweight
Dunia
negara-negara
baru dan ini
sedang
telah
berkembang
(kelebihan berat badan) adalah keadaan di
termasuk Indonesia (http : //www.gizi.net).
mana berat badan seseorang melebihi berat
Prevalensi overweight meningkat sangat
normal, tetapi obesitas merupakan bagian
tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai
dari
contoh, 20,5% dari penduduk korea selatan
overweight.
(Http://
www.kabarindonesia.com).
tergolong overweight dan 1,5 tergolong
Data yang dikumpulkan di seluruh dunia
obesitas. Berdasarkan kepustakaan, tercatat
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
pada Negara Thailand 16% penduduknya
prevalensi overweight pada 10 – 15 tahun
mengalami overweight dan 4% mengalami
terakhir. Tahun 2007 didapat data angka
obesitas, daerah perkotaan Cina prevalensi
kejadian obesitas di Amerika 7,20%,
overweight adalah 12% pada laki-laki dan
Perancis 20%, Jerman 30%, dan Inggris
14,4% pada perempuan, sedangkan di
25% dari 1000 penduduk.
Saat ini
pedesaan prevalensi overweight pada laki-
diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta
laki dan perempuan masing-masing adalah
penduduk dunia menderita obesitas, dan
5,3% dan 9,8% (Http : //www.gizi.net).
angka ini masih akan terus meningkat
Overweight tidak hanya ditemukan pada
dengan cepat. Jika keadaan ini terus
penduduk dewasa tetapi juga pada anak-
berlanjut, pada tahun 2230 diperkirakan
anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan
100% penduduk Amerika Serikat akan
di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan
2
bahwa prevalensi overweight
mencapai
menjual makanan. Akibat dari pengaruh
6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan
kehidupan pesisir pantai seperti Negara
menjadi 13,8% pada kelompok umur 10
Malaysia, pola makan yang banyak berasal
tahun. Negara Cina tercatat kurang lebih
dari biota laut yang tingkat gizinya relatif
10% anak sekolah mengalami overweight,
tinggi
sedangkan di Jepang prevalensi overweight
masalah berat badan, pada tahun 2007
pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara
didapat sekitar 50 orang atau 20% dari 250
5% s/d 11% (Http : //www.gizi.net).
orang pasien yang datang ke rumah sakit
Data tentang overweight di Indonesia
belum bisa menggambarkan prevalensi
sehingga
dapat
menimbulkan
dengan Diabetes Melitus akibat efek dari
Obesitas.
obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data
Overweight sekarang banyak diderita
obesitas pada orang dewasa yang tinggal di
anak-anak usia
ibukota provinsi seluruh Indonesia cukup
Diperoleh data dari bagian administrasi
untuk menjadi perhatian kita. Survei
Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Hang
nasional
tahun
Tuah Tanjungpinang tercatat mahasiswa
1996/1997 di ibukota seluruh provinsi
Strata 1 dan Diploma III program Reguler
Indonesia
8,1%
yang menderita overweight adalah sekitar
penduduk laki-laki dewasa (≥ 18 tahun)
13,37% dari 374 mahasiswa dan sekitar
mengalami overweight (BMI 25-27) dan
75%
6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk
mahasiswa
wanita dewasa mengalami overweight dan
Tanjungpinang.
13,5% mengalami obesitas. Kelompok
disebabkan akibat pola makan, jenis
umur 40-49 tahun overweight maupun
makanan, jumlah makanan
obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-
dengan
masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan
kebutuhan
30,4% dan 43% Pada Wanita (Http :
terpenuhi.
yang dilakukan
menunjukkan
pada
bahwa
sekolah dan dewasa.
kasus overweight diderita oleh
berasal
orang
Hal
dari
ini
Kota
kemungkinan
dan tinggal
tua
sehingga
semua
pangan,
sandang,
papan
//www.gizi.net).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh
Departemen
Kesehatan
Tanjungpinang termasuk
BAHAN DAN CARA
maka
Lokasi Penelitian ini mengambil tempat
daerah
yang
di
overweight.
Mata
Tanjungpinang propinsi Kepulauan Riau,
pencaharian kebanyakan pedagang dan
yang berlokasi di jalan Nala No. 1, dengan
pekerja di perusahaan-perusahaan, jarang
waktu pengambilan data dimulai dari
kita jumpai tempat-tempat yang tidak
tanggal 12 Februri 2008 sampai dengan
bermasalah
dengan
3
kampus
STIKES
Hang
Tuah
tanggal 1 April 2008. Dimulai dari tahap
yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan
Pengumpulan
untuk
data
penelitian
dengan
mengetahui
hubungan
variabel
pengukuran dan kuesioner sampai dengan
independen dengan variabel dependen. Test
Pengumpulan laporan hasil penelitian.
kemaknaan menggunakan uji statistik Kai
dalam
Kuadrat menghasilkan nilai P, dengan α =
penelitian ini dilakukan melalui cara-cara
5%. Bila nilai P > 0.05 menunjukkan bahwa
berikut :
tidak
Teknik
pengumpulan
data
1. Observasi yaitu pengamatan langsung
ada
variabel
perbedaan
independen
proporsi
dengan
antara
variabel
dengan pencatatan terhadap obyek
dependen, dengan kata lain tidak ada
yang diteliti berkaitan dengan berat
hubungan yang bermakna. Bila nilai P ≤
badan mahasiswa dan keinginannya
0.05 menunjukkan ada perbedaan proporsi
dalam menurunkan berat badan.
antara variabel independen dengan variabel
2. Wawancara,
yaitu
cara
untuk
mendapatkan informasi dengan cara
dependen, dengan kata lain ada hubungan
yang bermakna.
tatap muka langsung, melakukan
tanya jawab dengan pihak-pihak yang
HASIL
terkait yang berhubungan dengan
masalah penelitian ini, yaitu staf
A.
Tabel 1.
Distribusi kejadian overweight pada
mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
bagian kemahasiswaan, ibu/bapak
asrama serta mahasiswa STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang.
3. Angket/Kuesioner,
Kejadian
overweight pada
mahasiswa
overweight sedang
overweight berat
Total
yaitu
teknikpengumpulan data dengan cara
menyelidiki
suatu
masalah
dan
menyampaikan pertanyaan tertulis
disertai
pilihan
jawaban
untuk
dijawab oleh responden.
Analisis Univariat
Jumlah
Persen
17
34
51
33,3
66,7
100,0
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar
responden mengalami overweight pada
tahap overweight berat yaitu sebesar 66,7%.
Analisis data dilakukan melalui analisis
Tabel 2.
Distribusi Pola Makan pada mahasiswa STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang
univariat, bivariat atau analisis Chi Square
dengan menggunakan komputer. Analisis
Pola Makan
Sedikit
Sedang
Banyak
Univariat digunakan untuk mengetahui
gambaran distribusi frekuensi atau besarnya
proporsi menurut karakteristik atau variabel
4
Jumlah
1
28
22
Persen
2,0
54,9
43,1
Total
51
100,0
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar
responden mempunyai pola makan yang
sedang
(kebiasaan makan 4 x 1 sehari)
overweight
pada
mahasiswa
dengan
kategori overweight sedang sebagian besar
terjadi pada mahasiswa dengan pola makan
sedang (88,2%) . Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat
sebesar 54,9%.
disimpulkan
Tabel 3.
Distribusi Mekanisme Pertahanan Diri pada
mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
kejadian
ada
perbedaaan
overweight
pada
proporsi
mahasiswa
dengan pola makan mahasiswa. Tabel 5.
Hubungan faktor Mekanisme Pertahanan
Mekanisme
Pertahanan Diri
Dengan hal lain
Dengan Makan
Total
Jumlah
Persen
25
26
51
49,0
51,0
100,0
diri dengan Kejadian overweight pada
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Tabel 5.
Hubungan faktor Mekanisme
Pertahanan diri dengan Kejadian
overweight pada STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang
Tabel 3 dapat di lihat sebagian besar
responden
mempunyai
mekanisme
pertahanan diri dengan cara makan yaitu
Kejadian
overweight
Pada
mahasiswa
/
Mekanism
e
pertahana
n diri
Sedikit
sebesar 51%.
B.
Analisis Bivariat
Tabel 4.
Hubungan faktor pola makan dengan
Kejadian overweight pada Mahasiswa
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Kejadian
overweig
ht Pada
mahasisw
a/ Pola
Makan
Sedikit
Sedang
Banyak
Total
Overweig
ht sedang
Overweig
ht berat
Jum
lah
0
Jum
lah
1
5
2
7
%
0,0
88,
2
11,
8
10
0
13
20
34
Nila
i p
Overweigh
t sedang
Overweigh
t berat
Juml
ah
Juml
ah
10
Sedang
7
Banyak
Total
17
17
%
58,
8
41,
2
100
100
15
19
34
34
Nilai
P
%
44,
12
55,
88
100
100
382
%
Kejadian overweight pada mahasiswa
2,9
38,
2
58,
9
10
0
0.00
3
dengan overweight sedang, sebagian besar
menggunakan mekanisme dengan hal lain
selain makan seperti : tidur, bermain game,
olahraga, shopping, menyendiri, jalan-jalan
di tepi pantai, nonton TV/film atau tidak
Hasil analisis hubungan antara pola
makan dengan kejadian overweight pada
mahasiswa
diperoleh bahwa kejadian
masuk kuliah/absen pada perkuliahan yaitu
sebesar 58,8% . Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,382 maka dapat disimpulkan
5
tidak ada perbedaaan proporsi kejadian
ini menunjukkan bahwa overweight
overweight
pada mahasiswa tidak selalu terjadi pada
pada
mahasiswa
dengan
mekanisme pertahanan diri mahasiswa.
pola makan yang berlebihan atau banyak
yang
Tabel 6.
Hubungan faktor Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian overweight pada Mahasiswa STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang.
Kejadian
overweigh
t Pada
mahasisw
a / Status
Sosial
Ekonomi
Sedikit
Sedang
Overweig
ht sedang
Jum
lah
%
5,
8
58
,8
35
,4
1
0
Banyak
6
Total
Overweig
ht berat
7
Jum
lah
%
0
0,0
15
4,1
19
5,9
34
10
0
disebutkan
pada
teori,
dimungkinkan karena banyak makananmakanan selingan yang sering mereka
konsumsi baik pada waktu menjelang
N
Nilai
p
siang, sore hari maupun menjelang tidur
sesuai dengan data yang diperoleh pada
kuesioner
yang
kemungkinan
disebarkan
kecil
terjadi
dan
pada
mahasiswa yang pola makannya sedikit
0,176
seperti data pada tabel 5 menunjukkan
hanya 2,0% dari responden yang pola
00
makannya sedikit.
2. Gambaran Jenis Makanan Mahasiswa
Hasil analisis hubungan antara status
Jenis makanan yang dikonsumsi
sosial ekonomi dengan kejadian overweight
mahasiswa sebagian besar karbohidrat
pada mahasiswa diperoleh bahwa kejadian
dikarenakan karbohidrat, contohnya nasi
overweight
dengan
merupakan makanan pokok penduduk
kategori overweight sedang (IMT 23,0-28,0
Indonesia dan khususnya di daerah
Kg/M²)
Tanjungpinang.
pada
sebagian
mahasiswa
besar
terjadi
pada
Karbohidrat
sangat
mahasiswa yang status sosial ekonominya
dibutuhkan
sedang (58,8%). Hasil analisis uji statistik
dikarenakan sebagian besar sekitar (60%
diperoleh nilai p = 0,176 maka dapat
– 75%) energi yang dihasilkan tubuh
disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi
bersumber dari karbohidrat. Tetapi jika
kejadian
energi tersebut tidak digunakan maka
overweight
pada
mahasiswa
dengan status sosial ekonomi mahasiswa.
oleh
tubuh
manusia
energi tersebut yang dalam bentuk ADP
dan ATP akan menumpuk sehingga
PEMBAHASAN
1. Gambaran Pola Makan Mahasiswa.
mempercepat terjadinya overweight.
3. Gambaran Mekanisme Pertahanan Diri
Pola makan mahasiswa sebagian
Mahasiswa.
besar pada tahap sedang yaitu kebiasaan
Mekanisme pertahanan diri yang
makan 4 x 1 piring sedang perhari. Hal
sering diistilahkan dengan koping pada
6
mahasiswa
STIKES
Hang
Tuah
Dari hasil analisis data diperoleh
Tanjungpinang sebagian besar bersifat
bahwa
positif antara lain: dengan olahraga,
perbedaan proporsi yang bermakna
jalan-jalan dan sebagian kecil yang
dengan kejadian overweight atau dengan
absen pada perkuliahan dan menyendiri.
kata lain ada hubungan yang bermakna
Tetapi dari pengolahan data hanya beda
antara pola makan dengan kejadian
satu orang saja dengan koping makan,
overweight mahasiswa ini dapat dilihat
hal
sebagian
pada uji kemaknaan menggunakan uji
menjadi
Kai Kuadrat di mana didapat p < 0,05
ini
memungkinkan
mahasiswa
cenderung
overweight disebabkan oleh makan yang
tidak
terkontrol
menghilangkan
tekanan
dari
tujuannya
stres
atau
sekitar
pola
makan
mempunyai
sehingga H0 ditolak.
untuk
Hal ini disebabkan karena kebutuhan
tekanan-
akan
mahasiswa.
nutrien
diperlukan
(zat-zat
melebihi
gizi)
yang
dari
yang
Makanan yang dikonsumsi pun banyak
dibutuhkan oleh tubuh dengan kata lain
mengandung karbohidrat dan lemak
dengan pola makan yang berlebihan
yang sangat berpotensi menyebabkan
akan terjadi penumpukan cadangan
overweight.
makanan dalam bentuk cadangan lemak
4. Gambaran
Status
Sosial
Ekonomi
dibawah
Mahasiswa.
kulit
sehingga
menyebabkan overweight sesuai dengan
Status sosial ekonomi mahasiswa
sebagian besar merupakan dari keluarga
teori yang ada pada tinjauan pustaka.
6. Hubungan
yang statusnya sedang dan tinggi yaitu
penghasilan
jaringan
orangtua
diatas
Jenis
Makanan
dengan
Kejadian Overweight pada Mahasiswa.
UMR
Dari hasil analisis didapat jenis
Tanjungpinang (≥ Rp. 900.000,-). Hal ini
makanan tidak terlalu significant dengan
dimungkinkan karena untuk kuliah di
kejadian overweight pada mahasiswa
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
atau tidak ada hubungan antara jenis
memerlukan biaya yang tidak sedikit
makanan dengan kejadian overweight ini
sehingga sebagian besar yang kuliah di
dapat dilihat pada uji kemaknaan dengan
STIKES
Hang
Tuah
merupakan
menggunakan uji Kai Kuadrat di mana
keluarga
yang
taraf
ekonominya
didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal
menengah keatas.
ditolak.
5. Hubungan Pola makan dengan Kejadian
Hal ini dimungkinkan karena pada
Overweight pada Mahasiswa.
kuesioner
unsur-unsur
nutrien
kita
pisahkan satu persatu sedangkan setiap
7
manusia membutuhkan semua unsur
menyebabkan terjadinya
yang ada pada zat-zat nutrien tersebut.
tetapi dapat menjadi faktor predisposisi
Pada teori disebutkan jenis makanan
terjadinya overweight.
dapat menyebabkan overweight tetapi
hal
ini
tidak
harus
overweight
8 Hubungan
menyebabkan
dikarenakan
dengan
pada
Status
Kejadian
overweight,
Sosial
Ekonomi
Overweight
Pada
Mahasiswa.
mahasiswa sebagian besar telah tahu
Dari hasil analisis menunjukkan
tentang pengaturan gizi seimbang dan
bahwa status sosial ekonomi tidak ada
jarang
hanya
perbedaan proporsi dengan kejadian
mengkonsumsi hanya salah satu unsur
overweight pada mahasiswa atau dengan
nutrien.
kata lain tidak ada hubungan yang
dari
mereka
yang
7. Hubungan Mekanisme Pertahanan Diri
dengan
Kejadian
Overweight
bermakna antara status sosial ekonomi
pada
dengan
Mahasiswa.
Dari
kejadian
overweight
pada
mahasiswa ini dapat dilihat dengan uji
hasil
analisis
diperoleh
kemaknaan dengan uji kai Kuadrat
mekanisme pertahanan diri atau koping
dengan hasil nilai p > 0,05 sehingga H0
seseorang tidak ada perbedaan proporsi
gagal ditolak.
atau tidak ada hubungan yang bermakna
antara
mekanisme
pertahanan
diri
KESIMPULAN
dengan kejadian overweight ini dapat
dilihat
pada
uji
kemaknaan
Obesitas dan overweight adalah dua hal
yang
berbeda.
Obesitas
(kegemukan)
menggunakan uji Kai Kuadrat di mana
adalah suatu keadaan di mana terjadi
didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal
penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
ditolak.
sehingga berat badan seseorang jauh diatas
Hal
ini
mekanisme
dimungkinkan
pertahanan
koping dengan makan
diri
karena
normal
antara
kesehatan,
dan
dapat
sedangkan
membahayakan
overweight
dan koping
(kelebihan berat badan) adalah keadaan di
dengan hal lain hanya terpaut satu orang
mana berat badan seseorang melebihi berat
responden sehingga menunjukkan tidak
normal, tetapi obesitas merupakan bagian
semua orang yang mengalami tekanan
dari overweight.
atau stres menggunakan mekanisme
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
untuk mempertahankan diri dengan
kejadian overweight diantaranya adalah
pelarian makan. Sehingga mekanisme
pola makan, jenis makanan, mekanisme
pertahanan
pertahanan diri dan status sosial ekonomi.
diri
tidak
selalu
8
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah,
2005,
Buku
Saku
Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006,
Praktikum
Sains Dalam Keperawatan; Fisika,
Kebutuhan Dasar Manusia; editor
Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa
Monica Ester, EGC, Jakarta.
Palupi Widiyastuti; editor bahasa
Indonesia
Anas Tamsuri,2007. Gangguan Pengaturan
Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh,
Monica
Ester,
EGC,
Jakarta.
Litbang,2004,Penanganan
15 Agustus 2007
Demam
Berdarah Harus Cepat,22 Februari
2004.
Azril Kimin, 2008,Kompres Panas atau
http:
//www.
balipost.co.id/BaliPoscetak/2004/2/
Dingin?, 05 November 2008. http:
22/kas 2 html.26 k
//www.mailarchive.com./[email protected]
Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta
edia majalah. com/
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,
Media Aesculapius-FKUI, Jakarta.
Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008,
Ketika
si
Kecil
Sakit,
Terapi
Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta
Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,
di Rumah, terjemahan dari buku asli
Media Aesculapius – FKUI, Jakarta.
What To Do When Your Child Gets
Sick oleh Ganjar D, Golden Books,
Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Jogjakarta.
Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit
Tropis,
Harnawatiaj,2008,Penyakit
Berdarah,27
Maret
www.
com/2008/03/penyakit
Demam
2008.
IDAI,
30
April
2008.
www.muslimah.or.id
http://
infopenyakit.
Monica
demam-
Ester,
Berdarah
berdarah-dbd.html
Pengobatan,
SKp,
1999,
Dengue,
Demam
Diagnosis,
Pencegahan
dan
Pengendalian, EGC, Jakarta.
Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu
Kompres ? 05 November 2008.http:
Muslimah,2008,Asuhan
Keperawatan
//www.mail.archive.com/balitaanda
Anak Dengan DHF, 29 September
@indoglobal.com/msg.36569.html
2008.
9
http://indonesianursing.com/2008/09/
Soegeng
29/askep anak dengan DHF
Soegijanto,
Berdarah
2006,
Dengue
Edisi
Demam
Kedua
Cetakan I, Airlangga University
Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan
Memahami
Berbagai
Press, Surabaya.
Gangguan
Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin,
Susilawati,2004,
Katahati, Jogjakarta.
Asuhan
Keperawatan
Pada Anak Dengan DHF.
Sudigdo Sastro Asmoro, Prof. DR. Dr, SpA.
WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan,
(K), 2002, Dasar-dasar Metodologi
waspadai
Demam
Berdarah,
19
Penelitian Edisi ke 2, CV Sagung
Januari 2004. Danlt;img src=danquot;
Seto,Jakarta.
images/kata/a.040119;indosiar.com
Suharsimi Arikunto, DR, 1996, Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
1. Dosen
Praktek,PT Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto,Prof.DR,
2002,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
1988, Demam Berdarah Pada Anak.
(UI-Press),
Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
2005, Demam Berdarah (Dengue)
Anak,
STIKES
Tanjungpinang
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
Pada
STIKES
3. Mahasiswa
Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku
Indonesia
Tuah
Hang
Tuah
Tanjungpinang
Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta.
Universitas
Hang
Tanjungpinang
2. Dosen
Suharsimi
STIKES
Universitas
Indonesia(UI-Press), Jakarta.
10
Hang
Tuah
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN
DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT
INAP ANGGREK KELAS III RSU PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI
TANJUNG UBAN TAHUN 2009.
Puji Agung Wibowo1 ,Linda Widiastuti2, Nurhidayati3.
ABSTRAK
Pelayanan keperawatan sebagai salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang memerlukan aspek penilaian dan
perhatian khusus dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan penanganan dalam membantu memecahkan
permasalahan-permasalahan pelayanan kesehatan. Ada 5 dimensi karakteristik yang digunakan oleh klien/ pasien
dalam evaluasi pelayanan termasuk pelayanan keperawatan yaitu.konsisten menjaga kepercayaan, kenyamanan,
rasa kasih sayang dan kejelasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualiatas
pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pada pasien. Metode yang digunakan adalah deskripsi dengan
pendekatan cross sectional. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dan metode analisa
construktif computer memberikan hasil pada pasien dengan ungkapan kepuasan (72,7%) dan tidak puas 27,3%)
rata-rata pasien yang menunjukkan ungkapan pelayanan baik dihitung (65,5%) dan pelayanan kurang baik
(34,5%) dari hasil tabulasi yang telah didapat bahwa p<0,05 arti Ho menolak, dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang berarti antara kepuasan pelayanan perawatan pasien di ruang Anggrek, rumah sakit
Provinsi Kepulauan Riau.
Kata Kunci : Pelayanan keperawatan, kepuasan pasien, dimensi karakteristik.
ABSTRACT
Service of nursing as one of the service type at hospital needing special assessment aspect because treatment is
tip of lance service of health and often used as indicator service of certifiable health and also share and
determining satisfaction level of patients. There are five characteristic dimensions that used by all clients / patients
in evaluating the quality of service including service of treatment that are reliability, responsiveness, assurance,
empathy, tangibles. As for intention of this research is to check relation between quality of service of treatment
with satisfaction level of patient. Method which used is descriptive with approach of cross-sectional. Analysis
which used is analysis of univariat and bivariat and Method analysis constructively computer give result of patient
by expressing to satisfy ( 72,7%) and dissatisfy (27,3), meanwhile patient express good service counted (65,5%)
and bad service counted (34,5%). From tabulation result traverse to be got that p < 0,05 meaning Ho refused,
hence result of research express that there is relation, having a meaning between service of treatment to
satisfaction of patient in Orchid room, Public Hospital of Province Archipelago Of Riau.
Key words : Service of nursing , satisfaction of patient, characteristic dimensions.
11
LATAR BELAKANG
adalah ujung tombak pelayan kesehatan dan
Rumah sakit sebagai bagian integral dari
sering
pelayanan kesehatan telah mengalami
pelayanan kesehatan yang bermutu serta
proses perubahan orientasi
berperan serta dalam menentukan tingkat
nilai
dan
pemikiran. Fungsi rumah sakit yang tadinya
digunakan
sebagai
indikator
kepuasan klien.
sebagai tempat untuk pengobatan penyakit,
kini telah berkembang kearah kesatuan
BAHAN DAN CARA
upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat
Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat
mencakup aspek promotif, preventif dan
Inap Anggrek Kelas III Rumah sakit Umum
rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini
Provinsi Kepulauan Riau selama 1 bulan
bukan
dari tanggal 09 februari 2009 sampai
hanya
pada
terselenggaranya
program saja tetapi telah menekankan aspek
dengan tanggal 28 februari 2009.
mutu/kualitas pelayanan.
Penelitian
Kualitas pelayanan kesehatan seperti di
ini
questionnaire
menggunakan
(angket).
Teknik
teknik
ini
rumah sakit, merupakan suatu fenomena
merupakan teknik pengumpulan data yang
unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat
dilakukan
berbeda diantara orang-orang yang terlibat
seperangkat pertanyaan atau pernyataan
dalam
tertulis kepada responden untuk dijawab.
pelayanan
pelayanan
kesehatan.
menunjuk
Kualitas
pada
tingkat
dengan
Questionnaire
cara
memberi
merupakan
teknik
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
pengumpulan data yang efisien bila peneliti
memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
pasien.
dan tahu mengenai informasi yang akan
Pelayanan keperawatan sebagai salah
diperoleh
dari
responden.
Instrumen
satu jenis pelayanan di rumah sakit yang
penelitian yang digunakan dalam penelitian
memerlukan aspek penilaian khusus dan
ini adalah questionnaire dengan likert scales
menjadi perhatian dikarenakan hal tersebut
dengan memodifikasi pada bagian kualitas
berkaitan
pelayanan.
dengan
membantu
penanganan
memecahkan
permasalahan
pelayanan
dalam
permasalahan-
Pertanyaan dirancang berdasar pada
kesehatan.
ukuran yang relevan dan saling membangun
Pelayanan keperawatan mempunyai posisi
terutama
yang strategis dalam menentukan mutu
pengukuran. Uji coba kuesioner dilakukan
karena jumlah perawat yang lebih banyak
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
dan paling lama kontak dengan pasien.
pernyataan
Dengan
Validitas menunjukkan sejauh mana alat
demikian
maka
keperawatan
12
beberapa
di
dalam
materi
skala
questionnaire.
ukur (instrument) dapat mengukur secara
Terlihat bahwa dari
tepat sesuatu yang akan diukur, sedangkan
reliabilitas menunjukkan kemampuan suatu
alat ukur (instrument) dapat mengukur
sesuatu yang akan diukur secara konsisten
dari
waktu
ke
waktu.
Uji
validitas
menggunakan tehnik product moment
correlation dari Pearson dan uji reliabilitas
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.
umur 26 – 35 tahun sebanyak 25 orang
(45,5%).
Tabel 2.
Distribusi Responden
Menurut Tingkat Pendidikan di Instalasi Rawat Inap
Angrek Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau
Tahun 2009
PENDIDIKAN
SD
SLTP
SLTA
AKADEMI/PT
Jumlah
korelasi dari tiap pertanyaan, hasil uji r
hitung dibandingkan dengan r tabel.
Berdasarkan pada model ini, ditemukan
hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak
15 butir indikator yang menyusun model
pelayanan
keperawatan
responden,
sebagian besar terdapat dari kelompok
Pada uji validitas, untuk menguji tingkat
pertanyaan
55
FREKWENSI
2
13
34
6
55
%
3,6
23,6
61,8
10,9
100
Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan
untuk mengelompokkan tingkat pendidikan
mempunyai nilai > 0, 434. Hasil dari uji
responden,
validitas menghasilkan 15 butir pernyataan
mendapatkan
yang valid. Selanjutnya dilakukan uji
berlatar belakang berpendidikan SLTA
reliabilitas dengan menggunakan rumus
dengan jumlah 34 orang (61,8%).
hasil
pengujian
mayoritas
presentase
dari
mereka
Cronbach’s Alpha pada 15 butir pertanyaan
Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau
Tahun 2009
yang telah dikatakan valid.
HASIL
a.
Karakteristik Responden
UMUR
PNS
TNI
SWASTA
LAINNYA
Jumlah
Tabel 1.
Distribusi Responden
Menurut Umur di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah sakit Umum
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009
UMUR
< 25 tahun
26-35 tahun
FREKWENSI
5
25
%
9,1
45,5
36 – 45 tahun
46 – 55 tahun
Jumlah
21
4
55
38,2
7,3
100
FREKWENSI
8
7
35
5
55
%
14,5
12,7
63,3
9,1
100
Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan
untuk
mengelompokkan
responden,
hasil
pengujian
pekerjaan
presentase
mendapatkan mayoritas dari mereka adalah
13
pegawai swasta dengan jumlah 35 orang
(63,3%).
Hasil pengolahan data tentang kepuasan
pasien didapatkan hasil 15 orang (27,3%)
menyatakan kurang puas dengan pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi
B. Pelayanan Keperawatan
Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit
Tabel 4.
Kualitas Pelayanan Keperawatan
di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah
Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009
Umum Provinsi Kepulauan Riau akan tetapi
40 orang (72,7 %) menyatakan puas dengan
pelayanan keperawatan.
JENIS
PELAYANAN
Buruk
Baik
Jumlah
FREKWEN
SI
19
36
55
%
34,5
65,5
100
D. Analisa
Hubungan
Pelayanan
Kualitas
Keperawatan
dengan
Tingkat Kepuasan Pasien.
Hasil pengolahan data terhadap 55
Tabel 6.
Hubungan kualitas pelayanan
keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di Rawat Inap Anggek
Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2009
jawaban responden didapatkan hasil 19
orang (34,5%)
menyatakan pelayanan
keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum
KEPUASAN
Provinsi Kepulauan Riau tergolong buruk
Buruk
Baik
Total
akan tetapi 36 orang (65,5 %) menyatakan
pelayanan keperc. Kepuasan
Pasien
KURANG
PUAS
12
3
15
PUAS
TOTAL
7
33
40
19
36
55
terhadap Pelayanan Keperawatan.
Chi Square Hitung = 18,846
p = 0,00
C. Kepuasan
PEMBAHASAN
Pasien
terhadap
df= 1
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
Pelayanan Keperawatan
data terhadap ke 55 jawaban responden
Tabel 5.
Tingkat Kepuasan Pasien terhadap
Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau
Tahun 2009
TINGKAT
KEPUASAN
Kurang Puas
Puas
Jumlah
FREKWEN
SI
15
40
55
dengan menggunakan uji chi Square dapat
disimpulkan bahwa p (0,00) < α (0,05), hal
ini berarti bahwa ada hubungan yang
bermakna
%
27,3
72,7
100
antara
kualitas
keperawatan dengan tingkat
pelayanan
kepuasan
pasien di Instalasi Rawat Inap Anggrek
Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2009 (tabel 8).
Hasil pengolahan data tentang kepuasan
14
pasien didapatkan hasil 40 orang (72,7%)
merupakan evaluasi atau hasil evaluasi
menyatakan
setelah membandingkan apa yang dirasakan
puas
dengan
pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi
dengan harapannya. (Kakawit, 1992)
Rawat Inap Anggrek Kelas III Rumah Sakit
Pasien yang puas akan setia lebih lama,
Umum Provinsi Kepulauan Riau, namun 15
kurang sensitif terhadap harga dan memberi
orang (27,7 %) menyatakan kurang puas
komentar yang baik tentang pelayanan yang
dengan pelayanan keperawatan. Dari data
diberikan
di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit
pasien puas dengan pelayanan keperawatan
harus menciptakan dan mengelola suatu
yang telah dilakukan oleh perawat di
sistem untuk memperoleh pasien yang lebih
Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III
banyak
Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan
mempertahankan pasiennya. Kotler (dalam
Riau, hal tersebut berarti bahwa apa yang
Zulian Yamit, 2005 : 80)
diterima
pasien
tentang
pelayanan
keperawatan sesuai dengan harapan.
oleh
rumah
dan
sakit.
kemampuan
Untuk
untuk
Hasil yang diperoleh dari pengolahan
data dengan menggunakan uji chi Square
Sesuai dengan Pendapat dari Kotler
dapat disimpulkan bahwa p (0,00) < α
(2003 : 61) mendefinisikan kepuasan
(0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan
sebagai perasaan senang atau kecewa
yang bermakna antara kualitas pelayanan
seseorang
setelah
keperawatan dengan tingkat kepuasan
membandingkan antara persepsi kinerja
pasien di Instalasi rawat Inap Anggrek
atau hasil suatu produk dengan harapan-
Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi
harapannya.
Kepulauan Riau Tahun 2009. Berdasarkan
yang
dialami
Jika harapan pasien ini sesuai dengan
tabel 7 dapat disimpulkan bahwa dari 55
apa yang dialami dan dirasakan melebihi
orang responden, 12 orang (21,82 %)
harapannya sudah dapat dipastikan pasien
menyatakan kurang puas dengan pelayanan
tersebut akan merasa puas. Tetapi bila yang
keperawatan
dialami dan dirasakan pasien tidak sesuai
pelayanan keperawatan tersebut buruk, 7
dengan harapannya, misal pelayanannya
orang (12,73%) menyatakan puas tapi
tidak ramah, tidak tanggap, pelayanan
pelayanan keperawatan termasuk buruk,
lambat sudah dapat dipastikan pasien tidak
sedangkan hasil lainnya adalah 3 orang
merasa puas. Kepuasan pasien dapat
(5,45 %) orang menyatakan kurang puas
diketahui setelah pasien menggunakan atau
dengan
menerima produk dan jasa pelayanan.
menyatakan pelayanan adalah baik, hal
Dengan
tersebut berhubungan dengan faktor-faktor
kata
lain
kepuasan
pasien
15
dan
pelayanan
menyatakan
keperawatan
bahwa
tetapi
lain, dan yang terakhir 33 orang (60 %)
pelayanan keperawatan dan meningkatkan
menyatakan
pelayanan
pelayanan keperawatan yang dianggap
keperawatan yang baik. Dari data diatas
pasien masih kurang sehingga harapan
dapat
pasien
puas
dilihat
dengan
bahwa
sebagian
responden
menyatakan
pelayanan
keperawatan
besar
puas
dengan
yang
dapat
terpenuhi
dan
tercipta
kepuasan.
telah
dilakukan perawat di Instalasi Rawat Inap
KESIMPULAN
Kelas III Rumah Sakit Umum Kepulauan
Fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk
Riau. Dan jika dilihat tingkat hubungan
pengobatan
penyakit,
antara pelayanan keperawatan dengan
berkembang
kearah
kepuasan maka sangat signifikan. Temuan
pelayanan
ini
terdapat
mencakup aspek promotif, preventif dan
hubungan yang positif antara kualitas
rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini
pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien.
bukan
menyimpulkan
bahwa
untuk
hanya
kini
telah
kesatuan
upaya
seluruh
pada
masyarakat
terselenggaranya
Berarti makin tinggi kualitas pelayanan
program saja tetapi telah menekankan aspek
keperawatan maka akan meningkat pula
mutu/kualitas pelayanan. Semakin tinggi
kepuasan pasien, hal ini sebabkan harapan
kualitas pelayanan keperawatan maka akan
mereka tentang pelayanan sesuai dengan
meningkat pula kepuasan pasien.
apa yang mereka terima. Menurut Azwar
(1996)
kualitas
kesehatan
Riau harus tetap menjaga mutu pelayanan
kesempurnaan
keperawatan dan meningkatkan pelayanan
pelayanan kesehatan dalam menimbulkan
keperawatan yang dianggap pasien masih
rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
kurang sehingga harapan pasien dapat
sempurna kepuasan tersebut, makin baik
terpenuhi dan tercipta kepuasan.
menunjukkan
pula
kualitas
pelayanan
Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan
tingkat
pelayanan
kesehatan.
Kepuasan pasien ini sangat penting karena
DAFTAR PUSTAKA
berhubungan
Aditama,
dengan
eksistensi
suatu
T,
Y.1999,
Management
Rumah Sakit, karena jika pasien puas dapat
Administrasi RS, Edisi kedua, UI,
membentuk persepsi dan selanjutnya dapat
Jakarta
memposisikan produk di layanan di mata
pelanggannya.
Anjaswarrni T, et all, 2002, Jurnal
Dengan demikian diharapkan bahwa di
Keperawatan
Indonesia,
Vol
Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan
6,Fakultas Ilmu Keperawatan UI,
Riau sendiri untuk tetap menjaga mutu
Jakarta
16
Assauri, Sofjan. 2003, Customer Service
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan
yang Baik Landasan Pencapaian
Penelitian
Customer
Pedoman skripsi, Tesis dan instrumen
Satisfaction
dalam
Usahawan, No. 01, Tahun XXXII,
Ilmu
Keperawatan
:
penelitian, Salemba Medika, Jakarta
Januari, hal. 25-30 : Jakarta.
Penelitian pengukuran mutu RS II, 2006,
Azwar A, 1996, Menjaga Mutu Pelayanan
Keperawatan
Kesehatan,
http/:www.
Pustaka
images.trimor.multiply.com
Sinar Harapan, Jakarta
RSUP Kepulauan Riau, 2008, Profil Rumah
________, 1996, Pengantar Administrasi
Sakit Umum Provinsi Kepulauan
Kesehtan, Binarupa Aksara, Jakarta
Kesehatan RI, 2005, Instrumen Evaluasi
Penerapan
Standar
Riau.
____________,
Asuhan
Rumah
Keperawatan Di Rumah Sakit, Ditjen
2008,
Sakit
Rekam
Umum
Medik
Provinsi
Kepulauan Riau.
Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta
Purnama, Nursya,bani. 2006. Manajemen
Departemen Kesehatan RI, 2001, Petunjuk
Pelaksanaan
pelayanan
Indikator
Rumah
Sakit,
Kualitas Perspektif Global. Edisi
mutu
Pertama, Cetakan Pertama. Penerbit
Ditjen
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi
Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
UII Yogyakarta.
Santoso, Singgih, 2002, SPSS Versi 10
Gaspersz, Vincent. 2002,
Kualitas
dalam
Manajemen
Industri
Mengolah
Jasa.
Profesional,
Gramedia :Jakarta.
Kotler,
Philip
2003,
Data
Statistik
PT
Elex
Secara
Media
Komputindo, Jakarta
Marketing
Supranto J, 2002 Metode riset Aplikasi
Management. Prentice Hall : New
dalam Pemasaran, Edisi 7, Rineka
Jersey.
Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, Sukijo 2002. Metodologi
Setiadi, 2007, Konsep dan penulisan Riset
Penelitian Kesehatan. Penerbit PT
Keperawatan, Edisi Pertama, Graha
Rineka Cipta, Jakarta.
Ilmu, Yogyakarta
17
Tjiptono, Fandi dan Gregorius Candra.
2005.
Service,
Satisfaction.
Quality,
Andi
and
Offset:
Yogyakarta.
________. 2005, Manajemen Kualitas
Produk
dan
Jasa.
Edisi
Pertama,cetakan keempat, Penerbit
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi
UII Yogyakarta.
Wexley KN, Yukl GA, 1998, Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia,
Bina Aksara, Jakarta
1. Dosen
STIKES
Hang
Tuah
Hang
Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen
STIKES
Tanjungpinang.
3. Mahasiswi
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang
18
EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN
KOMPRES DINGIN DALAM MEMBANTU MENURUNKAN SUHU
TUBUH PASIEN ANAK DENGAN DHF DI RUANG RAWAT INAP
PULAU SUBI KECIL RUMKITAL Dr. MIDIYATO S
TANJUNGPINANG TAHUN 2009.
Syamilatul Khariroh1, Dede Satia S2, Apit Komar3
ABSTRAK
Pemanfaatan kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu klien untuk menurunkan demam sampai saat
ini masih terdapat perbedaan terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Rumah Sakit TNI AL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk membuktikan efektifitas pemanfaatan
kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu menurunkansuhu tubuh klien dengan DHF yang mengalami
demam. Penelitian ini bersifat eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang
Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Pengumpulan data melalui Pre
Eksperimen terhadap 30 responden masing-masing dengan dua perlakuan yaitu perlakuan pertama dengan
kompres hangat dan perlakuan kedua dengan kompres dingin pada pasien yang sama dalam waktu yang berbeda.
Hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (significant) suhu setelah diberikan kompres hangat
dibandingkan kompres dingin. Kompres hangat lebih efektif daripada kompres dingin. Perlu upaya peningkatan
pengetahuan perawat tentang perkembangan pemberian asuhan keperawatan kompres yang efektif, serta adanya
komitmen penyamaan visi dan protap pemberian kompres yang efektif di tempat-tempat pelayanan kesehatan,
perlunya penyampaian informasi pengetahuan yang tepat kepada masyarakat tentang pemberian kompres yang
efektif.
Kata Kunci : Efektif, Kompres Hangat, Kompres Dingin.
ABSTRACT
Utilization compress and warm in the cold compress to help clients to reduce fever, still there is a difference,
especially in the implementation of nursing care at the Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Goal of
this research is done to prove the effectiveness and utilization of warm compress cold compress to help reduce
body temperature with clients who have a fever DHF. This study is experiment that aims to determine the
effectiveness of warm compress and cold compress to help reduce the patients body temperature of children with
DHF in the inpatient room Subi Kecil Island Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang 2009. Collecting data
through Pre Experiment of 30 respondents each with two treatment that is the first treatment with the warm
compress and second treatment with the cold compress on the same patient in different time. The results obtained
that there are meaningful differences (significant) temperature after a given of warm compress compared to cold
compress. Warm compress more effectively that cold compress. Its need to increase nurse knowledge about the
development of the giving nursing care compress effective, and commitment of vision equation and effective
permanent procedure compress provision of places in health service, its need to delivery the right information to
the public about the effective using of compress. Key words : Knowledge, attitudes to smoking activity.
Key words : Effective,Warm Compress, Cold Compress.
LATAR BELAKANG
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue terutama terdapat pada anak dan
19
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
tinggi. Oleh karena itu harus segera
otot dan sendi, dan biasanya memburuk
diberikan obat penurun panas. Kompres
pada
dapat membantu bila anak menderita
dua
hari
pertama
(Prof.dr.
ArjatmoTjokronegoro, 1996;417).
demam terlalu tinggi. Sebagai tambahan,
Demam pada penyakit demam berdarah
untuk anak yang mempunyai riwayat
terjadi secara mendadak antara 38,50C-
kejang demam disamping obat penurun
400C. Pada anak-anak terjadi peningkatan
panas
suhu yang mendadak. Demam akan terjadi
kejang.(Sabrina, 2008)
terus menerus dan hanya menurun sebentar
dapat
diberikan
obat
anti
Suhu tubuh adalah cerminan dari
setelah diberikan obat penurun panas. Pada
keseimbangan
antara
produksi
dan
hari sakit ke 3-5 terjadi gejala lanjutan yang
pelepasan panas. Keseimbangan ini diatur
merupakan saat-saat berbahaya, suhu badan
oleh pengatur suhu (termostat) yang
akan turun jadi seolah-olah anak sembuh
terdapat di otak tepatnya di hipotalamus.
karena sudah tidak demam lagi. Yang perlu
Pada orang normal, termostat ini diatur
diperhatikan saat ini adalah tingkah laku si
pada suhu 36,5 0C - 37,2 0C. Sedangkan
anak. Apabila demam menghilang, anak
bila kenaikan suhu lebih dari 41,20C
tampak segar dan mau bermain serta
disebut hiperpireksia (dr. Sinarty Hartanto,
makan/minum,biasanya termasuk demam
2008).
dengue ringan. Tetapi apabila demam
Demam adalah kondisi dimana otak
menghilang tetapi anak bertambah lemah,
menetapkan suhu di atas seting normal
ingin tidur dan tidak mau makan/minum
yaitu diatas 38 0C. Namun demikian, panas
apapun, apalagi disertai nyeri perut, ini
yang sesungguhnya adalah bila suhu > 38.5
merupakan tanda awal shock.
0C. Akibat tuntutan peningkatan seting
Dalam keadaan demam tubuh banyak
kekurangan cairan tubuh karena terjadi
tersebut maka tubuh akan memproduksi
panas. (dr. Purnamawati, 2007)
penguapan yang lebih banyak daripada
Kompres dilakukan untuk mengeluarkan
biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila
panas yang ada dalam tubuh. Panas tubuh
anak terus menerus muntah atau tidak mau
keluar melalui pembuluh-pembuluh darah
minum, sehingga pertolongan pertama yang
besar yang dekat dengan kulit yang berada
terpenting adalah memberikan minum
di leher, axila dan lipatan paha. Sehingga,
sebanyak-banyaknya. Demam yang tinggi
bila melakukan kompres untuk menurunkan
juga akan mengurangi cairan tubuh dan
suhu tubuh, kompres di tempat tersebut,
dapat menyebabkan kejang pada anak yang
jangan di dahi karena tidak banyak
mempunyai riwayat kejang bila demam
manfaatnya.
20
Kalau
hanya
dahi
yang
dikompres,
maka
yang dingin
cuma
dingin maka suhu tubuh akan turun
dahinya saja sementara tubuh tetap panas.
mendekati normal. Yang setuju dengan cara
(dr. Sinarty Hartanto, 2008)
kompres panas berargumen kompres dingin
Namun perlu diingat, kompres dilakukan
itu
sebenarnya
tidak
begitu
efektif
bukan untuk keadaan darurat bila anak
menurunkan panas. Karena kontak dengan
demam. Kompres dipakai untuk membantu
air dingin maka pembuluh darah yang
penurunan
kontak dengan kain kompres dingin akan
suhu
tubuh
disamping
pemberian obat penurun panas. Jika anak
menciut
(vasokonstriksi)
sehingga
panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan
menyulitkan pengeluaran panas.
kompres tapi memberikan obat penurun
Kimin, 2008)
(Azril
panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi,
Kompres untuk demam karena infeksi
barulah dibantu dengan kompres. Jika
virus pada penyakit DHF di kalangan
cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan
masyarakat (dan mungkin juga di kalangan
kompres lagi.(dr.Sinarty Hartanto, 2008 )
dokter)
Beberapa tahun lalu, semua orang tua
terdapat
dua pendapat, yaitu
kompres hangat dan kompres dingin.
menggunakan lap yang dibasahi air dingin/
Pendapat
tentang
kompres
dingin
es untuk mengompres anak bila demam,
berargumen bahwa panas tubuh harus
seperti yang dianjurkan tenaga medis dan
dibuang dengan cara kompres dengan
buku-buku kesehatan. Dan beberapa tahun
sesuatu yang dingin yang bisa menyerap
belakangan mulai muncul anjuran dari
panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau
dunia medis untuk menggunakan kompres
kompres dengan air hangat justru malah
panas atau air hangat, yang seakan-akan
sebaliknya.
menyalahkan teori kompres masa lalu.
Pendapat tentang kompres air hangat
Banyak orang tua yang bingung dengan
berargumen bahwa kompres dingin justru
fenomena ini, metode kompres apa yang
merangsang tubuh untuk memproduksi
akan dipilih.
panas karena saraf menerima informasi
Kedua metode kompres ini punya
argumen
pembenaran
bahwa di luar tubuh (di kulit) suhu lebih
sendiri-sendiri,
rendah. Kalau kompres dengan air hangat
sehingga sulit untuk menyalahkan secara
tubuh akan terangsang untuk mengeluarkan
mutlak. Yang setuju dengan kompres
keringat dan kemudian suhu tubuh akan
dingin agaknya berlindung kepada hukum
turun.
fisika bahwa panas dari suatu tempat bisa
Senada dengan dikotomi di atas. Pakaian
berkurang setelah diserap benda lain .
untuk orang demam juga ada dua pendapat.
Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain
Pendapat
21
yang
pertama
(mungkin
pendukung kompres dingin) mengatakan
DHF adalah kompres hangat. Beberapa
bahwa orang demam jangan diselimuti
penelusuran tersebut antara lain :
bahkan pakaiannya harus tipis supaya panas
Tindakan yang perlu dilakukan untuk
tubuh bisa bebas lepas keluar. Pendapat
orang yang akan atau sudah terkena demam
yang lain (mungkin pendukung kompres
berdarah salah satunya adalah dengan
hangat) mengatakan bahwa orang demam
pemberian kompres dingin (Litbang, 2004).
harus menggunakan pakaian tebal dan
Sedangkan menurut (Harnawatiaj,2008)
diselimuti supaya berkeringat dan suhu
Asuhan keperawatan penurunan suhu tubuh
tubuh turun. (Harnawatiaj, 2008). Dari
pada anak dengan DHF adalah pemberian
fenomena
kompres
tersebut
tampak
bahwa
hangat,
dengan
informasi pengetahuan tentang kompres
vasodilatasi
masih
penguapan yang mempercepat penurunan
belum
diketahui
secara
dapat
rasional
meningkatkan
merata/meluas sepenuhnya oleh masyarakat
suhu
tubuh.
Lain
halnya
menurut
termasuk juga oleh tenaga kesehatan dokter
(Hardiansyah,
Juni
ataupun perawat.
hiperpireksia pada DHF dapat diatasi
2008)
bahwa
Menurut Sabrina Maharani, Februari
dengan memberikan kompres air hangat
2008 dalam bukunya berjudul “Mengenal
atau dingin ditambah antipiretik, demikian
dan
juga menurut (Pustekkom, 2005) bahwa
Memahami
Kesehatan
Berbagai
Anak”
Gangguan
mengatakan
bahwa
pemberian kompres pada anak dengan DHF
kompres yang diberikan pada anak dengan
DHF adalah kompres air es.
adalah kompres hangat. Demikian juga
Pendapat (Arsifa, Maret 2007) bahwa
menurut Gloria Mayer & Ann Kuklierus,
Penanganan kompres untuk anak dengan
Juli 2008 dalam bukunya berjudul “ What
DHF adalah kompres air hangat, tetapi
To Do When Your Child Gets Sick”
menurut
mengatakan
membantu
keperawatan pada diagnosa keperawatan
menurunkan demam pada anak adalah
hipertermi (suhu tubuh lebih dari 40°C)
dengan mengompres air hangat
hangat
anak dengan DHF adalah berikan kompres
kuku. Sedangkan menurut penelusuran
dingin (air biasa). Demikian juga menurut
dalam beberapa journal dikatakan bahwa
(Muslimah,
kompres yang diberikan pada anak dengan
keperawatan
DHF adalah kompres dingin, sementara
dengan
pada jurnal lainnya mengatakan bahwa
kompres air kran dengan rasional kompres
kompres yang diberikan pada anak dengan
dingin akan terjadi pemindahan secara
bahwa
untuk
(Susilawati, 2004) Intervensi
2008)
Pada
hipertermi
infeksi
virus
intervensi
berhubungan
dengue
adalah
konduksi. Pengobatan lain selain yang
22
bersifat suportif dan simtomatif pada
kompres hangat dan kompres dingin dalam
penderita DHF adalah kompres hangat
membantu menurunkan suhu tubuh pasien
(Maroji’, 2008)
anak
Perencanaan
Keperawatan
dengan
DHF.
Populasi
dalam
pada
penelitian ini adalah semua pasien anak
penderita DHF diantaranya adalah berikan
yang menderita DHF umur 0-12 tahun
kompres
dengan
dengan disertai tanda/gejala demam ≥ 38
meningkatkan
0C. Lokasi penelitian di ruang rawat inap
penguapan yang mempercepat penurunan
pulau Subi kecil Rumkital Dr. Midiyato S
suhu tubuh (Effendy,Christiantie,1995).
Tanjungpinang mulai tanggal 30 Januari
Tetapi lain halnya dengan (Otong, 2004)
sampai dengan 21 Februari 2009.
hangat,
vasodilatasi
rasional
dapat
:
menurutnya Pertolongan Pertama pada
Prosedur
pengumpulan
data
yaitu
penderita Demam Berdarah Dengue salah
dengan mengukur terlebih dahulu suhu
satunya adalah Pemberian Kompres Dingin.
tubuh
Demikian
juga
menurut
pasien
sebagai
langkah
awal
(WAP
penelitian selanjutnya dilakukan kompres
INDOSIAR, 2004) bahwa Tindakan yang
kepada pasien sesuai kriteria penelitian.
harus dilakukan bila ada penderita Demam
Kompres hangat dilakukan pada pagi hari
Berdarah salah satunya adalah kompres
selama
dengan air es, sama halnya menurut
kompres selanjutnya pasien diukur suhu
(Harnawatiaj,
tubuhnya
2008)
menurutnya
15
menit,
setelah
dengan
dilakukan
menggunakan
Pengobatan penyakit Demam Berdarah
thermometer air raksa. Kemudian pada
salah satu diantaranya adalah dengan
siang/sore harinya dilakukan kompres
melakukan kompres dingin. Tetapi menurut
dingin pada pasien yang sama. Selanjutnya
(Mother and Baby, 2007) bahwa pada saat
dilakukan
anak mulai demam, kompres dengan air
menggunakan system komputer.
hangat. Sama halnya menurut pendapat
Untuk
tabulasi
dan
mengetahui
analisis
apakah
data
suhu
(Pusponegoro Hardiono, 2007) bahwa cara
responden yang diberikan kompres dingin
mengompres yang benar pada anak yang
dan kompres hangat adalah Matching
mengalami demam adalah lap dengan air
(sama), dilakukan uji statuistik Uji-t data
hangat.
independent. Untuk mengetahui efektifitas
kompres dalam menurunkan suhu tubuh
dilakukan Uji-t data berpasangan (Paired t-
BAHAN DAN CARA
Dalam penelitian menggunakan desain
Pre Eksperimen , untuk mencari perbedaan
yang
bermakna
efektifitas
test). Penafsiran uji statistic digunakan cara
sebagai berikut :
pemberian
23
1) Jika nilai probabilitas (P-value)
> α, maka Ho gagal ditolak artinya tidak ada
perbedaan
antara
pemberian
sesudah dilakukan kompres dingin adalah
37,290C.
kompres
Penelitian
dilanjutkan
dengan
dingin dengan kompres hangat dalam
melakukan Uji – t Data Independent
menurunkan
(Independent
suhu tubuh pasien anak
dengan DHF.
t-Test)
bertujuan
untuk
menguji metode pemberian kompres mana
2) Jika nilai probabilitas (p-value) <
yang lebih efektif dalam menurunkan suhu
α, maka Ho ditolak artinya ada perbedaan
tubuh pasien anak dengan DHF. Untuk
antara pemberian kompres dingin dengan
mengetahui distribusi frekuensi pengukuran
kompres hangat dalam menurunkan suhu
suhu tubuh rata-rata sebelum dan sesudah
tubuh pasien anak dengan DHF.
dilakukan kompres hangat dan dingin pada
pasien anak dengan DHF, dapat dilihat pada
tabel 1.
HASIL
Responden
dalam
penelitian
ini
berjumlah 30 orang yaitu pasien anak yang
menderita DHF yang dibagi dalam dua
perlakuan kompres yaitu masing masing
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Pengukuran Suhu
Tubuh Rata-rata Sebelum dan Sesudah dilakukan
Kompres Hangat dan Dingin Pada Pasien Anak
Dengan DHF Di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil
Rumkital
Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
dilakukan kompres hangat dan kompres
dingin dalam waktu yang berbeda. Sebelum
dilakukan
kompres
hangat
Metode
Kompres
maupun
kompres dingin terlebih dahulu diukur suhu
Kompres
Hangat
Kompres
Dingin
tubuh dari masing-masing pasien tersebut,
untuk
selanjutnya
dilakukan
kembali
pengukuran suhu tubuh pasien setelah
dilakukan
kompres
hangat
Rata-rata suhu tubuh pasien sebelum
dilakukan kompres hangat adalah 38,710C,
sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien
sesudah dilakukan kompres hangat adalah
Dari
hangat
sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien
0,009
38,160C
37,290C
0,009
Nilai p
penelitian
dan
dilakukan
kompres
dingin
kompres
untuk
mengetahui efektifitas penurunan suhu
tubuh.
Penelitian
melakukan
uji
di
dengan
mulai
dengan
menggunakan
kompres hangat terlebih dahulu.
36,630C. Untuk suhu tubuh pasien sebelum
dilakukan kompres dingin adalah 38,160C,
Suhu ratarata
sesudah
kompres
36,630C
PEMBAHASAN
maupun
kompres dingin.
Suhu
rata-rata
sebelum
kompres
38,710C
Kompres yang lazim digunakan untuk
membantu menurunkan suhu tubuh anak
yang mengalami demam adalah kompres
24
hangat. Sebab dengan suhu di luar terasa
menggunakan
hangat
akan
38,16oC, rata-rata suhu setelah dilakukan
menginterpretasikan bahwa suhu di luar
kompres dingin adalah 37,29oC. Dari uji t
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
data
menurunkan pengatur suhu di otak supaya
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha
tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
sebesar 0,05. Ini berarti bahwa Hipotesis
lagi. Disamping itu lingkungan luar yang
Null ditolak interpretasinya adalah bahwa
hangat akan membuat pembuluh darah tepi
ada perbedaan yang bermakna antara suhu
di
mengalami
sebelum dan sesudah dilakukan kompres
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
dingin. Kompres dingin juga efektif dalam
kulit terbuka sehingga akan mempermudah
menurunkan suhu tubuh.
kulit
maka
tubuh
melebar
atau
pengeluaran panas dari tubuh.(dr. Sinarty
Hartanto,2007).
Asuhan
kompres
berpasangan
dingin
didapatkan
adalah
p-value
Hal ini sesuai dengan sebuah pendapat
keperawatan
bahwa pemberian kompres pada pasien
penurunan suhu tubuh pada anak dengan
demam adalah dengan kompres dingin,
DHF adalah pemberian kompres hangat,
pendapat ini mengacu kepada hukum fisika
dengan
dapat
bahwa panas dari suatu tempat bisa
yang
berkurang setelah diserap benda lain .
tubuh.
Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain
rasional
vasodilatasi
meningkatkan
mempercepat
penguapan
penurunan
suhu
(Harnawatiaj, Maret 2008)
dingin maka suhu tubuh akan turun
Hasil analisis menunjukkan rata-rata
mendekati normal (Azril Kimin,2008).
suhu sebelum dilakukan kompres hangat
Pendapat lain tentang kompres dingin
adalah 38,71oC, sedangkan rata-rata suhu
mengatakan bahwa panas tubuh harus
setelah dilakukan kompres hangat adalah
dibuang dengan cara kompres dengan
36,63oC. Dari uji t data berpasangan
sesuatu yang dingin yang bisa menyerap
didapatkan p-value sebesar 0,000 yang
panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau
lebih kecil dari alpha sebesar 0,05.
kompres dengan air hangat justru malah
Ini
berarti bahwa Hipotesis Null ditolak,
interpretasinya
adalah
bahwa
sebaliknya (Harnawatiaj, 2008).
ada
Untuk menguji apakah perbedaan ini
perbedaan yang bermakna antara suhu
bermakna secara statistik, dilakukan uji t
sebelum dan sesudah dilakukan kompres
data independen. Hasil uji Levene’s Test for
hangat, kompres hangat efektif dalam
Equality of Variances di dapatkan nilai p
menurunkan suhu tubuh.
sebesar 0,009 yang lebih rendah dari nilai
Penelitian kedua dengan menggunakan
kompres
dingin.
Hasil
analisis
alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah
varian kedua sampel adalah berbeda,
25
sehingga menggunakan asumsi varian yang
(p-value) sebesar 0,000 yang lebih kecil
tidak sama (equal variances not assumed).
dari alpha sebesar 0,05. Interpretasinya
Hasil uji t-test for Equality of Means
adalah
menggunakan asumsi varian yang tidak
perbedaan yang bermakna (significant)
sama didapatkan nilai p (p-value) sebesar
suhu setelah diberikan kompres hangat
0,000 yang lebih kecil dari alpha sebesar
dibandingkan dengan kompres dingin.
0,05.
Kompres hangat
Interpretasinya
adalah
terdapat
perbedaan yang bermakna rata-rata suhu
sebelum dilakukan kompres.
suhu
setelah
ditolak,
artinya
terdapat
lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh.
Rata-rata
suhu sebelum kompres hangat lebih tinggi.
Rata-rata
Ho
KESIMPULAN
dilakukan
Kompres dapat dipakai untuk membantu
kompres hangat adalah 36,63oC, sedangkan
penurunan
suhu
tubuh
disamping
rata-rata suhu setelah dilakukan kompres
pemberian obat penurun panas. Jika anak
dingin adalah 37,29oC. Tampak bahwa
panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan
rata-rata suhu setelah diberikan kompres
kompres tapi memberikan obat penurun
hangat lebih rendah dari rata-rata suhu
panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi,
setelah diberikan kompres dingin. Padahal
barulah dibantu dengan kompres. Jika
rata-rata suhu sebelum diberikan kompres
cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan
lebih tinggi pada sampel yang diberikan
kompres lagi.
kompres hangat. Untuk menguji apakah
Ada 2 macam kompres yaitu kompres
perbedaan ini bermakna (significant) secara
hangat dan kompres dingin. Dari hasil
statistik dilakukan uji t data independen.
penelitian dapat didapat kesimpulan yaitu
Dari hasil uji t data independen bagian
Kompres hangat
pertama yaitu untuk menguji apakah kedua
menurunkan suhu tubuh.
lebih efektif dalam
sampel memiliki varian yang sama, dengan
menggunakan
uji
Levene’s
Test
for
Equality of Variances di dapatkan nilai p (p-
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah,
value) sebesar 0,055 yang lebih besar dari
2005,
Buku
Saku
Praktikum
alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah
Kebutuhan Dasar Manusia; editor
varian kedua sampel adalah sama, sehingga
Monica Ester, EGC, Jakarta.
uji t menggunakan asumsi varian yang sama
(equal variances assumed). Hasil uji t-test
for Equality of Means
Anas Tamsuri, 2007. Gangguan Pengaturan
menggunakan
Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh,
asumsi varian yang sama didapatkan nilai p
15
26
Agustus
2007.
http:
//nursingbegin.cm.gangguan-
Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa
pengaturan-suhu-tubuh/#.80
Palupi Widiyastuti; editor bahasa
Indonesia
Arsifa,2007,Demam,18
Maret
2007.
Monica
Ester,
EGC,
Jakarta.
http://arsifa.blog.friendster.com/page
/2/
Litbang,2004,Penanganan
Demam
Berdarah Harus Cepat, 22 Februari
Azril Kimin,2008,Kompres Panas atau
Dingin?,05
November
2004.
2008.
http:
//www.balipost.co.id/BaliPoscetak/2
http://www.mail-
004/2/22/kas 2 htnl.26
archive.com./[email protected]
ediamajalah.com/
Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2,
Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008,
Ketika
si
Kecil
Sakit,
Media Aesculapius-FKUI, Jakarta.
Terapi
Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua
Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta
di Rumah, terjemahan dari buku asli
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,
What To Do When Your Child Gets
Media Aesculapius – FKUI, Jakarta.
Sick oleh Ganjar D, Golden Books,
Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Jogjakarta.
Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit
Harnawatiaj,2008,Penyakit
Berdarah,27
Demam
Maret
Tropis,IDAI,30
2008.
April
2008.
www.muslimah.or.id
http://www.infopenyakit.com/2008
/03/penyakitdemam-berdarah-
Monica
dbd.html
Ester,
Berdarah
Pengobatan,
Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu
SKp,
1999,
Dengue,
Demam
Diagnosis,
Pencegahan
dan
Pengendalian, EGC, Jakarta.
Kompres ? 05 November 2008. http:
//www.mail.archive.com/balitaanda
Muslimah,2008,Asuhan
@indoglobal.com/msg.36569.html
Keperawatan
Anak Dengan DHF, 29 September
2008.
Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006,
http://indonesianursing.com/2008/09/
Sains Dalam Keperawatan; Fisika,
29/askep anak dengan DHF.
27
Otong,2004,System informasi Kesehatan
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
Kota Balikpapan
2005, Demam Berdarah (Dengue)
Pada
Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan
Memahami
Berbagai
Anak,
Universitas
Indonesia(UI-Press), Jakarta.
Gangguan
Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin,
Soegeng
Katahati, Jogjakarta.
Soegijanto,
Berdarah
2006,
Dengue
Edisi
Demam
Kedua
Cetakan I, Airlangga University
Santo Tomas, Universiy of Manila, 2006,
Press, Surabaya.
Mata Ajar Nursing.
Susilawati, 2004, Asuhan Keperawatan
Sudigdo
Sastro
Pada Anak Dengan DHF.
Asmoro,Prof.DR.Dr,SpA.(K), 2002,
Dasar-dasar Metodologi Penelitian
WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan ,
Edisi ke 2, CV Sagung Seto, Jakarta.
waspadai
Demam
Berdarah,
19
Januari 2004
Suharsimi
Arikunto,DR,1996,Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Danlt;img
Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta.
src=danquot;images/kata/a.040119;
indosiar.com
Suharsimi
Arikunto,
Prof.DR,2002,Prosedur
Penelitian
W.F. Ganong, 1992, Buku Ajar Fisiologi
Suatu Pendekatan Praktek,PT Rineka
Kedokteran Edisi 14 Cetakan I, alih
Cipta,Jakarta.
bahasa dr. Petrus Andrianto; editor dr.
Jonathan Oswari, EGC, Jakarta.
Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
1.
ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta.
Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo,
Universitas
Indonesia
STIKES
Hang
Tuah
Hang
Tuah
Tanjungpinang.
2.
1988, Demam Berdarah Pada Anak.
Dosen
Dosen
STIKES
Tanjungpinang.
3.
(UI-Press),
Mahasiswa
STIKES
Tanjungpinang.
Jakarta.
28
Hang
Tuah
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TINDAKAN IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT
MALARIA DI DESA TELUK BAKAU TAHUN 2009
Iwan Iskandar1, Yoyok2, Sumardiana3.
ABSTRAK
Wabah penyakit malaria terjadi Desa Teluk Bakau tahun 2007. Jika dibandingkan dengan daerah yang lain,
penyakit malaria di daerah Gunung Kijang selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam upaya
pencegahan penyakit malaria di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan desain cross
sectional yang sudah dilakukan di Desa Teluk Bakau kabupaten Bintan bulan pada Februari hingga Maret 2009.
Jumlah sampel adalah 80 orang . Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data
primer dan sekunder, dilakukan dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa tindakan ibu untuk mencegah malaria adalah 31% (38,8%) memiliki tindakan yang buruk
dalam upaya pencegahan penyakit malaria, dan 49 (61,2%) penduduk melakukan tindakan yang baik. Disamping
itu hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada tindakan yang signifikan dari pengetahuan, tingkah laku, umur
dan informasi kesehatan (p<0,05) dan untuk pendidikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≥0,05).
Sesuai dengan hasil penelitian disarankan bahwa penting untuk meningkatkan peran serta petugas kesehatan untuk
memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan tindakan yang dilakukan untuk
pencegahan penyakit malaria.
Kata Kunci: Malaria, faktor-faktor, analisa univariat dan bivariat.
ABSTRACT
Insiden Malaria at Teluk Bakau Village get fisrt expert. Beside it, compared with the other district, happenings
Malaria at Gunung Kijang district always high from year to year. The purpose of this research to know factors
that relate with mother’s action to prevent Malaria at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s. This research is Cross
Sectional that was done at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s on February until March 2009. Amount of sample
is 80 people. Samples were gotby Stratified Random Sampling. Files were resud from primer and sekunder., done
by univariat and bivariat analyzes. The result of this research show that mother’s action to prevent Malaria are
31 (38,8%) people do bad action to prevent Malaria, and 49 (61,2%) people do good action. Beside it the result
of this research show that action has significant different for knowledge, attitude, age and health information
(p<0,05) and for education doesn’t show significant different (p≥0,05). According the result of this research
suggest that is important to increase the clown of healthy guard to give healthy information to society about
Malaria and the action that be done to prevent Malaria
Key words: Malaria, factor-factor, univariat and bivariat analyzes.
LATAR BELAKANG
kematian yang tinggi dan memberikan
Malaria adalah penyakit infeksi akut mau
kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga
pun
oleh
bagi banyak manusia di dunia. Itulah
plasmodium malaria dengan demam yang
sebabnya mengapa WHO menempatkan
rekuren, anemia dan hepatosplenomegali
malaria sebagai prioritas utama dalam
(Rampengan,
program penanggulangan dan penelitian
kronis
menyebabkan
yang
disebabkan
2000:18).
angka
Malaria
kesakitan
dan
penyakit tropis yang disponsorinya. Di
29
Indonesia
penyakit
masih
angka kejadian malaria Kecamatan Gunung
merupakan penyebab utama kematian dan
Kijang termasuk ke dalam 3 besar dengan
diperkirakan 50 orang menderita malaria
jumlah
per 1.000 orang penduduk. Diperkirakan 40
berdasarkan
% dari penduduk dunia mempunyai resiko
(AMI),
terhadap
Kecamatan Gunung Kijang adalah 76,2 per
malaria
malaria
(Saroso,
2003:
[email protected]).
Penyakit malaria
8,2
per 1000 penduduk. Dan
Annual
angka
Malaria
kejadian
Inciden
malaria
di
1000 penduduk. Berdasarkan persentase
tersebar di seluruh
mKabupaten Bintan, Kecamatan Gunung
pulau di Indonesia dengan derajat endemis
Kijang termasuk ke dalam rangking 4 besar
yang berbeda-beda dan dapat terjangkit di
yaitu 10,81 persen.
daerah ketinggian sampai 1800 meter di
Bedasarkan keterangan dari petugas
atas permukaan laut. Angka kesakitan
kesehatan setempat bahwa masih banyak
malaria di pulau Jawa dan Bali pada tahun
ibu di kecamatan Gunung Kijang tidak
1993 berkisar 1 sampai 2 per 1000
mengikuti penyuluhan tentang malaria
penduduk, sedangkan di luar Jawa dan Bali
sehingga
10 kali lebih besar ( Rampengan, 2000:188
tentang penyakit malaria. Dan masih
).
banyak ibu di Kecamatan Gunung Kijang
pengetahuan
mereka
kurang
Penyakit malaria masih merupakan
juga belum menunjukkan sikap positif yang
penyakit endemis di Kabupaten Bintan
menunjang terhadap pencegahan penyakit
sampai saat ini. Hal ini disebabkan wilayah
malaria. Selain itu, dibandingkan dengan
Kabupaten
daerah
kecamatan lain, insiden/angka kejadian
Kepulauan dan sebagian besar terdiri dari
penyakit malaria di Kecamatan Gunung
rawa-rawa/perairan
lagi
Kijang selalu tinggi, pada tahun 2006
pelaksanaan pembangunan infrastruktur
berjumlah 112,6 % dan 2007 terdapat 76,2
baik industri, pertambangan, perkantoran
% (DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37).
Bintan
sebagai
ditambah
dan perumahan yang sedang giat-giatnya
Profil Kesehatan Puskesmas Toapaya
dikembangkan mengakibatkan banyaknya
Kecamatan Gunung Kijang menyebutkan,
bekas-bekas
menjadi
dari distribusi 4 wilayah kerja puskesmas
penampungan air hujan dan menjadi sarang
Kawal, maka angka kejadian malaria di
perkembangan nyamuk Anopheles yang
Desa Teluk Bakau menduduki urutan
merupakan vektor penyebaran malaria
pertama. Adapun rekapitulasi malaria di
(DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37).
puskesmas tersebut adalah: Desa Teluk
galian
yang
Berdasarkan Annual Parasit Inciden
Bakau: 57,08 persen, Desa Gunung Kijang:
(API) di Kabupaten Bintan tahun 2007,
30
20,7 persen, Desa Malang Rapat: 15,67
penelitian
persen dan Kelurahan Kawal: 6,54 persen.
(independent variabel) adalah pengetahuan,
Pernyataan Becker dalam Notoatmodjo
sikap,
dimana
variabel
pendidikan,
usia,
bebas
informasi
(2003: 14) mengatakan bahwa perilaku
kesehatan, dan variabel terikat (dependent
kesehatan adalah hal-hal yang berhubungan
variabel) adalah tindakan ibu dalam upaya
dengan
pencegahan penyakit malaria yang diamati
tindakan
dilakukan
atau
seseorang.
tindakan-tindakan
kegiatan
Dalam
yang
yang
hal
ini
dan di ukur dalam waktu yang bersamaan.
dilakukan
Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu di
menyangkut tindakan pencegahan penyakit,
desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung
kebersihan perorangan, dan sebagainya.
Kijang Kabupaten Bintan yang berjumlah
Maka dalam hal ini peranan ibu di dalam
447 orang. Waktu pelaksanaan penelitian
rumah tangga dalam proses perubahan
bulan 1 November sampai 28 November
perilaku sangat penting, dimana ibu sangat
2008. Pengambilan sampel dengan cara
banyak melakukan tindakan-tindakan di
Stratified
dalam rumah tangga. Oleh karena itu
menggunakan pendekatan metode alokasi
tindakan-tindakan
proporsional.
dalam
upaya
Random
Sampling.
Dengan
menciptakan kesehatan yang optimal di
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dalam keluarga sangat ditentukan oleh
diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data
orang terdekat atau ibu dan termasuk
primer dan sekunder. Data primer diperoleh
kedalam reinforcing factor yaitu faktor
melalui wawancara langsung dan observasi
pendorong terbentuknya perilaku. Faktor
dengan
pendorong terbentuknya perilaku dalam
menggunakan kuesioner sebagai panduan
pencegahan
malaria
yang dilaksanakan langsung oleh peneliti
pengetahuan,
sikap,
antara
usia,
lain:
tingkat
pada
responden,
responden.
yaitu
Data
primer
dengan
yang
pendidikan, kepercayaan, tradisi dan norma
dibutuhkan melalui wawancara langsung
sosial.
berupa pengetahuan, sikap, pendidikan,
usia, informasi kesehatan dan tindakan.
Data sekunder merupakan data umum (data
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini merupakan penelitian
demografis, data geografis, serta data
deskriptif yang memberikan gambaran
morbiditas). Data sekunder ini diperoleh
terhadap
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
menerangkan
fenomena-fenomena,
hubungan
hipotesa-hipotesa.
Dan
dan
menguji
menggunakan
dan Puskesmas Kawal yang berada di
Kecamatan Gunung Kijang.
pendekatan cross sectional, yaitu suatu
31
Data di analisis secara statistik di mulai
Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat
dari analisis univariat dilakukan untuk
pendidikan ibu yang berpendidikan rendah
melihat distribusi frekuensi dari variabel
sebanyak 83,8% (67), yang berpendidikan
independen, yaitu pengetahuan, sikap, usia,
tinggi sebanyak 16,2% (13).
dan informasi kesehatan, serta variabel
dependen yaitu tindakan ibu dalam upaya
pencegahan penyakit malaria, dan data
Tabel 3.
Distribusi Informasi Kesehatan Tentang Pencegahan
Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008
bivariat untuk melihat hubungan antara dua
Tingkat Pendidikan
variabel yaitu variabel independen dengan
Tidak Pernah
Pernah
Jumlah
dependen.
HASIL
Tabel 3 menunjukkan bahwa informasi
a. Analisis Univariat
kesehatan tentang pencegahan penyakit
Tabel 1
Distribusi Sikap Ibu Tentang Pencegahan Penyakit
Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung
Kijang
Kabupaten Bintan
Tahun 2008
Frekuensi
Jumlah
%
34
42,5
46
57,5
80
100
Negatif
Positif
Jumlah
Tabel 1 menunjukkan bahwa sikap ibu
memiliki
sifat
positif
malaria tidak pernah sebanyak 21,3% (17),
yang pernah menerima informasi kesehatan
sebanyak 78,7%(63).
a. Analisis bivariat
Tabel 4.
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di Desa
Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2008
terhadap
pencegahan penyakit malaria sebanyak
57,5% (46), sedangkan yang memiliki sikap
negatif 42,5% (34).
Tabel 2.
Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Teluk
Bakau Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2008
Tingkat Pendidikan
Rendah
Tinggi
Jumlah
Frekuensi
Jumlah
%
67
83,8
13
16,2
80
100
32
Tingkat
Pendidikan
Sikap
yang
Frekuensi
Jumlah
%
17
21,3
63
78,7
80
100
n
%
Ren
dah
2
6
38
,8
Ting
gi
5
38
,5
Juml
ah
3
1
38
,8
R
(95
Total
%
Baik
CI)
n % n % 1,01
1 5
4 61 6
0 0,29
1 ,2 7
0 –
1 3,43
61 1
8
0
,5 3
0
1
4 61 8
0
9 ,2 0
0
Tindakan
Buruk
Val
ue
P
1,0
00
Tabel 5.
Hubungan Usia Dengan Tindakan Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Malaria di Desa Teluk Bakau
Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2008
memakai obat anti nyamuk serta pergi ke
petugas
kesehatan
jika
ada
anggota
keluarga yang sakit, tetapi ada sebagian ibuibu melakukan tindakan yang buruk terlihat
Usia
Tindakan
Buruk
Tua
n
2
2
9
Jumla
h
3
1
Muda
Total
Baik
%
6,7
n
1
%
3,3
n
3
%
00
19,
1
38,
8
3
8
4
9
80,
9
61,
2
4
7
8
0
10
0
10
0
R
(95
%
CI)
8,44
4
3,02
–
23,5
4
Val
ue
P
dari observasi bahwa masih ada ibu yang
P
0,00
05
tidak
membersihkan
selokan
untuk
menghindari air kotor yang tergenang dan
tidak memakai kelambu sewaktu tidur.
Tingkat Pengetahuan responden yang
berpengetahuan tinggi tentang penyakit
malaria
lebih
tinggi
dibandingkan
responden berpengetahuan rendah tentang
pencegahan pencegahan penyakit malaria.
Tabel 6.
Hubungan Informasi Kesehatan Dengan Tindakan
Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di
Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan Tahun 2009
Sehingga
tingkat
pengetahuan
sangat
dibutuhkan sebagai upaya untuk mengubah
Informasi
Kesehatan
perilaku individu.
Tida
k
Pern
ah
Pern
ah
Juml
ah
Tindakan
Buruk
n
1
3
1
8
3
1
%
76,
5
28,
6
38,
8
Total
Baik
n
4
4
5
4
9
%
23,
5
71,
4
61,
2
n
1
7
5
3
8
0
%
10
0
10
0
10
0
R
(95
%
CI)
8,12
5
2,33
28,2
7
Val
ue
P
Sikap responden yang memiliki sikap
positif
tentang
pencegahan
penyakit
P
0,0
01
malaria, terlihat sikap-sikap yang mengarah
positif, seperti memasang kawat kasa pada
ventilasi, tidak membiarkan genangan air
kotor pada selokan, serta membersihkan
lingkungan sekitarnya. Namun masih ada
juga responden memiliki sikap negatif
tentang pencegahan penyakit malaria, ini
terlihat masih ada ibu-ibu yang masih
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dapat diketahui
membiarkan anggota keluarga untuk berada
bahwa tindakan ibu sudah baik, terlihat dari
diluar rumah pada malam hari, serta
tindakan (practice) yang telah ibu lakukan
membuat kolam didekat rumah sehingga
seperti
semak-semak
dapat memudahkan nyamuk Anopheles
disekitar rumah, ikut serta dalam gotong-
untuk berkembang biak. Secara teoritis
royong
lingkungan,
seseorang yang memiliki sikap yang positif
memasang kawat kasa pada ventilasi,
terhadap suatu objek, maka seseorang
membersihkan
membersihkan
33
cenderung untuk melakukan atau bertindak
ibu dalam upaya pencegahan penyakit
terhadap objek tersebut
malaria, menunjukkan responden yang
Pendidikan ibu-ibu di daerah Teluk
mempunyai sikap positif lebih sedikit
Bakau Kecamatan Gunung Kijang masih
melakukan tindakan yang buruk ini sesuai
tergolong rendah. Tujuan dari pendidikan
dengan theory of resoneed action dalam
adalah menuju kepada suatu perubahan,
Fishbeinh (1975:80).
yakni perubahan tingkah laku individu ke
arah yang diinginkan.
Teori tersebut secara tidak langsung
menyatakan bahwa perilaku pada umumnya
Usia ibu-ibu yang berusia lebih dari 40
mengikuti niat dan tidak pernah terjadi
tahun lebih banyak dibandingkan usia
tanpa ada niat seseorang, yang di pengaruhi
kurang dari 39 tahun. Sehingga ada
oleh sikap terhadap suatu tindakan atau
kecenderungan orang yang berusia lebih tua
perilaku. Hubungan tingkat pendidikan
menganggap dirinya lebih rentan terkena
dengan
penyakit dan lebih berusaha tindakan
pencegahan penyakit malaria menunjukkan
pencegahan.
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
Informasi
ibu
dalam
upaya
menunjukkan
yang responden peroleh, maka belum tentu
responden pernah mendapatkan informasi
dapat menjadikan seseorang itu menjadi
kesehatan tentang pencegahan penyakit
lebih tahu serta bertambah kedewasaan
malaria, dan ada beberapa responden yang
dalam
tidak
bertindak/berperilaku,
pernah
Kesehatan
tindakan
mendapatkan
informasi
menggambil
keputusan
melainkan
untuk
dari
kesehatan tentang pencegahan penyakit
pengalaman dalam menghadapi anggotan
malaria. Semakin banyak informasi yang
keluarga yang pernah menderita malaria.
diserap maka semakin banyak individu
untuk
mengadopsinya
kedalam
Hubungan usia dengan tindakan ibu
suatu
dalam upaya pencegahan penyakit malaria
tindakan, tetapi tidak lepas dari tingkat
semakin dewasa seseorang tentunya ada
pengetahuan seseorang
kecenderungan untuk memiliki pengalaman
Analisis bivariat, meliputi hubungan
hidup yang lebih banyak lagi. Semakin
tingkat pengetahuan dengan tindakan ibu
dewasa usia responden maka akan memiliki
dalam upaya pencegahan penyakit malaria,
sikap positif terhadap penyakit malaria.
responden dengan pengetahuan luas tentang
Hubungan informasi kesehatan dengan
malaria akan semakin luas wawasan
tindakan ibu dalam upaya pencegahan
berpikirnya,sehingga akan lebih terbuka
penyakit malaria (tabel 11) menunjukkan
terhadap tindakan pencegahan terhadap
adanya
malaria. Hubungan sikap dengan tindakan
mengenai tindakan menurut informasi
34
perbedaan
yang
bermakna
kesehatan (p<0,05). Hal ini berarti bahwa
Ahmadi. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta :
terdapat perbedaan bermakna tindakan
Rineka Cipta.
yang akan dilakukan antara responden yang
pernah mendapat
informasi
kesehatan
Arikunto.
dengan responden yang tidak pernah
2002.
Prosedur
Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta
mendapat informasi kesehatan.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode
Sampel Pada Penelitian Kesehatan.
KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit infeksi akut
Jakarta : FKM UI
maupun kronis yang disebabkan oleh
plasmodium malaria dengan demam yang
Azwar, Azrul. 1988. Epidemiologi. Jakarta
rekuren, anemia dan hepatosplenomegali.
: PT. Bina Rupa Aksara.
Malaria menyebabkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi dan memberikan
Depkes RI. 1989. Pedoman Kegiatan Kader
kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga
dalam
bagi banyak manusia di dunia.
Pencegahan
Penyakit malaria masih merupakan
Pemberantasan
Penyakit
dan
Malaria.
Jakarta.
penyakit endemis di Kabupaten Bintan. Hal
ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan
sebagian
besar
terdiri
dari
Entjang, Indang. 2000. Ilmu Kesehatan
rawa-
Masyarakat. Bandung : PT. Citra
rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan
Aditya Bakti.
pembangunan infrastruktur baik industri,
pertambangan, perkantoran dan perumahan
Friaraiyatini. 2005. Pengaruh Lingkungan
yang sedang giat-giatnya dikembangkan
dan
mengakibatkan
bekas-bekas
//www.journal.unair.ac.id Download
galian yang menjadi penampungan air
tanggal 4 November 2008 jam 14.00
hujan dan menjadi sarang perkembangan
WIB.
banyaknya
Perilaku
Masyarakat,
http:
nyamuk Anopheles yang merupakan vektor
penyebaran malaria. Perlu adanya upaya
Frued.
Konsep
Keluarga,
http://www.
pencegahan penyakit malaria baik dari
yenibeth. wordpress. com Download
petugas kesehatan, masyarakat sekitar.
Tanggal 4 November 2008 jam 15.00
WIB.
DAFTAR PUSTAKA
35
Harijanto. 2000. Malaria Epidemiologi,
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
2007.
Penanganannya. Jakarta : EGC.
Profil
Hurlock,
Elizabeth.
Psikologi
Kesehatan
Puskesmas
Topaya
Kabupaten Bintan Tahun 2007.
Perkembangan Jakarta : Erlangga
Purwanto.
Laporan Puskesmas Toapaya Tahun 2007.
1999.
Pengantar
Perilaku
Manusia. Jakarta : EGC.
Kabupaten Bintan.
Rampengan. 2000. Penyakit Infeksi Tropik
Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta
Pada Anak. Jakarta : EGC.
: Ghalia Indonesia.
Sarafino. 1996. Health Psycology Biopsy
Nelson. 1991. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2
chososial Interaction. New York :
Edisi 15. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo,S
John Willey & Son Inc.
.
2002.
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset
MetodologiPenelitian
Kesehatan.
Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Jakarta : Rineka Cipta.
Ilmu.
---. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta :
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
PT. Gramedia Pustaka utama.
Cipta.
Sutanto. 2001. Modul Analisa
---. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Data.
Jakarta: FKM UI.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sutisna. 2004. Malaria Secara Ringkas.
---.
2004.
Pendidikan
dan
Perilaku
Jakarta: EGC.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Yahya. 2005. Pengetahuan, Sikap dan
Prabowo. 2004. Pusat Penyakit Infeksi
Tropik,
Perilaku Ibu Terhadap Malaria Pada
http://www.infeksi.com
Anak di Kecamatan Sungai Liat
Download tanggal 4 November 2008
Kabupaten Bangka, http: //www.
jam 14.20 WIB.
litbangdepkes.go.id
36
Download
tanggal 4 November 2008 jam 14.00
WIB.
1. Dosen
STIKES
Hang
Tuah
Hang
Tuah
Hang
Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen
STIKES
Tanjungpinang.
3. Dosen
STIKES
Tanjungpinang.
37
HUBUNGAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN TINGKAT KEPUASAN
PASIEN DI UNIT RAWAT JALAN RSAL Dr. MIDIYATO S
TANJUNGPINANG TAHUN 2009
Endang Abdullah1, Yusnaini2, Indah Prihatin3.
ABSTRAK
Kepuasan pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan oleh pasien dan merupakan hasil penampilan atau
outcome jasa petugas kesehatan. Pasien merasa tidak puas atau merasa hak-haknya terabaikan maka mereka tidak
segan menggunakan media massa untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasannya terhadap rumah sakit. Jumlah
kunjungan pasien rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan, sedangkan tahun 2007 terjadi penurunan di
poliklinik RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pelayanan
petugas kesehatan dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien di unit rawat jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan
pendekatan analitik. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh
dari profil RSAL Midiyato S Tanjungpinang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan pelayanan
dokter baik 44%, pelayanan perawat baik 46%, lingkungan rumah sakit baik 44%, dan tingkat kepuasan pasien
baik 46%. Hasil uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter,
pelayanan perawat, dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien. Untuk meningkatkan tingkat
kepuasan pasien, disarankan kepada petugas kesehatan RSAL Midiyato S Tanjungpinang agar mengevaluasi
pelayanan, pemasangan poster-poster tentang penyakit dan pencegahannya serta dilakukan perbaikan terhadap
lingkungan rumah sakit di unit rawat jalan .
Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Petugas Kesehatan, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.
ABSTRACT
Patient Satisfaction is situation storey felt by patient and result of comparison from appearance or outcome from
service of health officer. Patient dissatisfy or feel its rightss is uncared hence them is not reluctant use the mass
media to lay open to feel the the disgrutled to hospital. Amount of visit of year outpatient 2006 happened by the
improvement, while at 2007 happened by the degradation compared in polyclinic of RSAL Dr. Midiyato S
Tanjungpinang. Target of this research is know the relation of service of officer of health and environment of
houspital with the storey of patient satisfaction in unit take care of the road of RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Year 2009. This research use the desain cross sectional study with the analytic approach. Primary data obtained
from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from profile of RSAL Midiyato S
Tanjungpinang. Result of research indicate that the patient with the good doctor service 44%, nurse service 46%,
unfavourable hospital environment 44%, and mount the good patient satisfaction 46%. Statistical Test result of
chi square is got by there is relation having a meaning of between doctor service, nurse service, and hospital
environment with the storey of patient satisfaction. To increase mount the patient satisfaction, suggested to officer
of health of RSAL Midiyato S Tanjungpinang so that evaluating service, pandemic poster installation and its
prevention is and also conducted.
Key words: Patient satisfaction, officer of health, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.
LATAR BELAKANG
adalah setiap upaya yang diselenggarakan
Menurut Levey dan Lomba (1973) yang
sendiri atau secara bersama-sama dalam
dimaksud dengan pelayanan kesehatan
suatu organisasi untuk memelihara dan
38
meningkatkan kesehatan, mencegah dan
Pelayanan yang diberikan RSAL terdiri dari
menyembuhkan penyakit serta memulihkan
Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok,
Gawat Darurat, Poli Bedah, Poli gigi, Poli
dan atau masyarakat (Azwar, 2002).
Syaraf, Poli Anak, Poli Mata, Psikiatri, dan
Departemen Kesehatan RI merumuskan
Rawat Intensif yang terdiri dari ICU, kamar
bahwa rumah sakit adalah suatu kompleks
operasi dan kamar perawatan, Instalasi
atau ruang yang dipergunakan untuk
farmasi,
menampung dan merawat orang sakit dan
Laboratorium, Instalasi Gizi, Pelayanan
atau bersalin atau kamar-kamar orang sakit
ambulance. Selain itu, RSAL juga memiliki
yang berada dalam suatu perumahan khusus
kelengkapan pelayanan spesialis; bedah,
seperti
penyakit dalam, anak, serta kandungan.
rumah
bersalin,
lembaga
masyarakat, atau kapal laut (Damayanti,
1997).
Berdasarkan
Radiologi,
hasil
laporan
Instalasi
medical
record mengenai jumlah kunjungan pasien
Soeprapto (2985) mendefinisikan rumah
sakit
Instalasi
adalah
kesehatan
suatu
upaya
pelayanan
institusional
yang
menyelenggarakan
rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan
dibandingkan
dengan
tahun
2005,
pelayanan
sedangkan pada kunjungan tahun 2007
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
terjadi penurunan dibanding dengan tahun
rehabilitatif, melalui pelayanan medis,
2006 di poliklinik RSAL Dr. Midiyato S
pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan
Tanjungpinang. Selain dari data di atas
pelayanan administratif, secara rawat jalan,
penulis juga melakukan wawancara dengan
rawat darurat, rawat tinggal, dan memiliki
sepuluh orang pasien rawat jalan di poli
sekurang-kurangnya
tersedia
di
kegiatan
unit rawat jalan, jumlah kunjungan pasien
25
tempat
tidur
umum, kebidanan, penyakit dalam, dan
itu
dapat
bedah pada tanggal 1 Januari 2009, yang
pendidikan
tenaga
samping
menyelenggarakan
sebelumnya
pernah
mendapatkan
paramedis, membantu pendidikan tenaga
pelayanan rawat jalan sebelum penulis
medis,
melakukan
membantu
penelitian
dan
penelitian,
bahwa
sepuluh
pengembangan kesehatan, serta membantu
pasien ini mengatakan bahwa ia kurang
kegiatan penyelidikan epidemiologi.
puas terhadap pelayanan yang diberikan
Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.
kepadanya seperti :
Midiyato S adalah rumah sakit milik TNI
1. Dokter yang kurang ramah. Seperti tidak
AL yang ada di Kota Tanjungpinang.
menyambut pasien dengan senyum,
Tentunya
memberikan
kurang tanggap seperti mengabaikan
pelayanan yang terbaik bagi konsumennya.
keluhan yang dikemukakan oleh pasien
RSAL
ingin
39
dan kurang komunikatif seperti: kurang
dengan
memberikan informasi tentang penyakit
mengetahui
yang diderita oleh pasien.
upaya pelayanan rawat jalan yang diberikan
2. Perawat yang kurang ramah. Seperti
tidak
pendekatan
kuantitatif,
penilaian
pasien
untuk
terhadap
oleh Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato.
menyambut
pasien
dengan
kurang
empati
dalam
dengan tingkat kepuasan pasien. Hal-hal
dan
yang dilakukan peneliti adalah untuk
senyum,
mendengarkan
keluhan
pasien
S
Tanjungpinang
kurang komunikasi dalam memberikan
menerangkan
informasi yang diinginkan oleh pasien.
hipotesis
3. Lingkungan fisik yang masih kurang
nyaman.
Lingkungan
hubungan
suatu
dihubungkan
dan
masalah
menguji
yang
ingin
diketahui dengan menggunakan kuesioner.
yang
Penelitian ini jika merupakan penelitian
dirasakan pasien mulai dari kerapian
cross sectional atau potong lintang, karena
seperti
data diambil pada suatu saat saja.
tata
ruangan
poli
yang
yang
masih
semberawut dan ketenangan pasien
Data yang dikumpulkan meliputi data
dalam menerima pelayanan seperti suara
primer dan data sekunder. Data primer
yang ribut.
berupa kuesioner (Nainggolan, D. 1999)
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
Hal-hal yang menjadi pemikiran peneliti
di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S
untuk melakukan penelitian di Unit Rawat
Tanjungpinang. Kuesioner dijawab sendiri
Jalan dikarenakan rawat jalan merupakan
oleh pasien yang menjadi responden (self
salah satu ujung tombak pelayanan di
administered questioner). Kuesioner ini
rumah sakit, dimana pelayanan yang
berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup yang
pertama kali diberikan sebelum pasien
disusun berdasarkan definisi operasional
mendapatkan
variabel-variabel penelitian.
pelayanan
selanjutnya.
Adapun hal-hal yang akan diteliti antara
Analisis
univariat
meliputi
hasil
lain, bagaimanakah hubungan pelayanan
pengisian kuesioner oleh responden tentang
dokter dan perawat terhadap kepuasan
pelayanan yang diterima, yaitu mengenai
pasien serta hubungan lingkungan fisik
identitas pasien yang terdiri dari umur, jenis
terhadap kepuasan pasien di rawat jalan
kelamin, tingkat pendidikan dan status
RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang.
pekerjaan. Bertujuan untuk melihat faktorfaktor apa saja yang berpengaruh terhadap
kepuasan pasien di Rawat Jalan RSAL Dr.
BAHAN DAN CARA
Penelitian
ini
merupakan
suatu
Midiyato S Tanjungpinang dan analisis
penelitian yang bersifat diskriptif analitik
bivariat untuk melihat hubungan antara dua
40
variabel independent (pelayanan dokter,
Baik
Kurang Baik
Jumlah
pelayanan perawat serta lingkungan fisik)
2
8
0
44
56
100 %
dengan variabel dependen (kepuasan pasien
Tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui
di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S
bahwa dari 50 responden ada 28 pasien
Tanjungpinang).
yang berpendapat Lingkungan Rumah Sakit
kurang baik (56%).
HASIL
A. Analisis univariat
B.
Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut
Pelayanan Dokter di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
n
22
28
50
Tabel 4.
Hubungan Pelayanan Dokter dengan Tingkat
Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
%
44
56
100 %
Pelayanan
Dokter
Pelayanan Dokter
Baik
Kurang Baik
Jumlah
Tabel 1 menunjukkan bahwa diketahui
berpendapat pelayanan dokter kurang baik
(56%).
Tabel
2
menunjukkan
50
responden ada 27 pasien yang berpendapat
pelayanan perawat kurang baik (54%).
Pelayanan
Perawat
%
46
54
100 %
bahwa
n
27
n
22
28
%
100
100
54,0 50 100
P = 0,02
Tingkat Kepuasan
Pasien
Baik
Kurang
Baik
n
%
n
%
15 65,2 8
34,8
8
29,6 19 70,4
Baik
Kuran
g Baik
Jumla
23
h
X2 = 46,080
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah Sakit di
Unit Rawat Jalan RSAL
Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Lingkungan Rumah Sakit
46,0
Jumlah
Tabel 5.
Hubungan Pelayanan Perawat dengan Tingkat
Kepuasan Pasien
di Unit Rawat Jalan
RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut
Pelayanan Perawat di Unit Rawat Jalan RSAL Dr.
Midiyato S Tanjungpinang
Tahun 2009
n
23
27
50
Tingkat Kepuasan
Pasien
Kurang
Baik
Baik
n
%
n
%
14 63,6 8
36,4
9
32,1 19 63,9
Baik
Kurang
Baik
Jumlah
23
X2 = 4,981
dari 50 responden ada 28 pasien yang
Pelayanan Perawat
Baik
Kurang Baik
Jumlah
Analisis Bivariat
46,0
27
54,0
Jumlah
n
23
27
%
100
100
50
100
P = 0,000
Tabel 6.
Hubungan Lingkungan Rumah Sakit
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat
Jalan RSAL Dr. Midiyato S
%
41
Tanjungpinang Tahun 2009
Tabel 2 menunjukkan pasien masih
Pelayanan
Perawat
Tingkat Kepuasan
Pasien
Jumlah
Kurang
Baik
Baik
n
%
n
%
n
%
Baik
14 63,
8
36,4 22 100
6
Kuran
9
32, 19
63,9 28 100
g Baik
1
Jumla
23 46, 27
54,0 50 100
h
0
X2 = 4,981
P = 0,026
hasil
menggunakan
penelitian,
analisis
data
diolah
univariat
dan
bivariat. Analisis univariat dapat di lihat
dari tabel 1 menunjukkan bahwa pelayanan
dokter kurang baik sebesar 56%. Hal ini
disebabkan bahwa pasien masih kurang
puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
dokter
seperti
pasien
atau
mengambil
kurangnya
keluarga
tindakan
keterlibatan
pasien
dalam
pengobatan
pelayanannya
kepada
pasien.
Menurut Jhon Ross dalam Aditama (2003)
ada tujuh keluhan pasien terhadap dokter di
rumah sakit. Keluhan itu meliputi tidak
diberi
cukup
waktu
oleh
dokter,
keangkuhan dokter, tidak diberi informasi
lengkap tentang penyakitnya, biaya yang
terlalu
tinggi,
pasien kurang memuaskan disebabkan oleh
perawat
masih
kurang
menunjukkan
empatinya kepada pasien serta kurang
proaktif dalam memberikan informasi
kesehatan pada pasien terutama dalam hal
penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut
tidak
diberi
informasi
lengkap tentang biaya, waktu tunggu terlalu
lama serta tidak adanya kerjasama antara
dokter pribadi dan spesialis konsul.
proses
keperawatan
sebagai
pedoman
dapat
dalam
digunakan
pemecahan
masalah klien, dapat menunjukkan profesi
yang memiliki profesionalitas yang tinggi,
serta dapat memberikan kebebasan klien
untuk mendapatkan pelayanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat
dirasakan manfaatnya baik dari perawat
maupun klien.
Tabel 3 menunjukkan lingkungan rumah
dan
kurang lengkapnya informasi dari dokter
dalam
Pelayanan perawat masih dirasakan oleh
Hidayat (2007) sebagai seorang perawat
PEMBAHASAN
Dari
kurang nyaman dengan perilaku perawat.
sakit kurang baik sebesar 56%. Lingkungan
rumah sakit masih kurang memuaskan
untuk pasien unit rawat jalan dikarenakan
kenyamanan seperti kebersihan, keleluasan,
dan luas ruangan yang masih kurang untuk
pasien, sehingga membuat pasien tidak
betah berada di ruang unit rawat jalan
dengan
waktu
yang
lama.
Menurut
Sastrawati (1999), lingkungan Rumah Sakit
harus dapat memberikan kepuasan kepada
pasien dengan memeberikan kenyamanan
dan keamanan yang memadai seperti :
sirkulasi udara yang baik, suhu yang
terjaga, suasana tenang, penerangan cukup,
42
kebersihan yang terjaga dan hal-hal yang
pasien. Hasil uji statistik menunjukkan
dapat memberikan kesenangan pada pasien.
bahwa dari 23 pasien ada 15 (65,2%) pasien
Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 4
menunjukkan
bahwa
berpendapat
bahwa
pelayanan
dengan
perawat baik dan tingkat kepuasan baik.
pelayanan dokter kurang baik dan tingkat
Artinya semakin tinggi angka kepuasan
kepuasan pasien kurang baik (63,9%).
pasien terhadap pelayanan perawat maka
Hasil uji statistik dengan uji chi-square
tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Sitorus
didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada
pada tahun 2006 menyatakan bahwa
hubungan yang bermakna antara pelayanan
terdapat beberapa konsep dasar tentang
dokter dengan tingkat kepuasan pasien.
hubungan perawat terhadap kepuasan klien
Adanya hubungan antara pelayanan dokter
yang
dengan kepuasan pasien artinya semakin
keperawatan professional, yaitu : hubungan
tinggi angka kepuasan pasien dalam hal
saling percaya, konsep empati, konsep
pelayanan dokter maka semakin tinggi pula
caring, dan konsep otonomi dan mutualitas.
tingkat kepuasan pasien. Dilihat dari hasil
Tabel 6 menunjukkan bahwa pasien
uji statistik menunjukkan bahwa pasien
dengan lingkungan rumah sakit kurang baik
yang berpendapat pelayanan dokter baik
dan tingkat kepuasan pasien kurang baik
dan tingkat kepuasan pasien baik yaitu ada
(63,9%). Hasil uji statistik dengan uji chi-
14 dari 22 pasien (53,6%). Menurut Wijono
square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05)
(1997), kepuasan pasien terhadap mutu
artinya ada hubungan yang bermakna antara
pelayanan Rumah Sakit sangat tergantung
lingkungan fisik dengan tingkat kepuasan
dari pelayanan dokter yang menyangkut
pasien. Kurangnya
tentang sifat dan kepribadian dokter seperti
lingkungan
tenggang rasa, simpatik, mudah dihubungi
mempengaruhi
dan
serta
pasien untuk berkunjung dalam menjalani
bagaimana cara mengurus pasien seperti
poses pelayanan kesehatan terutama pada
cermat dan teliti.
lingkungan fisik rumah sakit
memberikan
pasien
yang
kepercayaan
sangat
relevan
dalam
praktik
perhatian terhadap
rumah
sakit
kurangnya
sangat
kenyamanan
seperti
Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien
penatanan ruangan, ventilasi, penerangan
dengan pelayanan perawat kurang baik dan
atau pencahayaan dan ketenangan di ruang
tingkat kepuasan pasien kurang baik
tunggu rawat jalan.
(70,4%). Hasil uji statistik dengan uji chisquare didapatkan p = 0,000 (p < 0,05)
KESIMPULAN
artinya ada hubungan yang bermakna antara
pelayanan perawat dengan tingkat kepuasan
Rumah
sakit
adalah
suatu
upaya
pelayanan kesehatan institusional yang
43
menyelenggarakan
kegiatan
pelayanan
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit,
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
Lembaga
rehabilitatif, melalui pelayanan medis,
Airlangga,.
pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan
penelitian
Departemen
Universitas
Kesehatan
RI.
1992.
pelayanan administratif, secara rawat jalan,
Direktorat Rumah Sakit Umum dan
rawat darurat, rawat tinggal, di samping itu
Pendidikan,
rumah
Rumah Sakit,
sakit
dapat
menyelenggarakan
Standar
Pelayanan
pendidikan tenaga paramedis, membantu
pendidikan
tenaga
medis,
membantu
Donabedian, Avedis. 1980. The Definition
penelitian dan pengembangan kesehatan,
ofQuality and
Approches
serta membantu kegiatan penyelidikan
Assesment.
epidemiologi. Oleh karena itu untuk
Administration Press.
Michigan
:
to
It
Health
meningkatkan kualitas pelayanannya, perlu
dijaga hubungan yang baik antara dokter,
Elsinarti, Marlia. 2003. Faktor-Faktor yang
perawat dan lingkungan rumah sakit
Berhubungan
dengan
Kepuasan
terhadap pasien sehingga pasien bisa
Pasien Terhadap Penyelenggaraan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang
Pelayanan Kesehatan di Instalasi
lebih optimal.
Rawat Jalan Rumah Sakit SalakBogor, Skripsi Sarjana FKM, UI
DAFTAR PUSTAKA
Depok.
Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen
Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan,
Kurniawan, Triwahyudi. 2002. Faktor-
Jakarta.
Faktoryang
Berhubungan
dengan
Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat
Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen
Jalan Runah Sakit Pelabuhan Jakarta,
Administrasi Rumah Sakit, UI –
Skripsi Sarjana FKM, UI Depok.
Press, Jakarta.
Ariawan, Iwan. 1998. Besar Sampel dan
Metode
Sampel
pada
Penelitian
1.
Kesehatan, FKM UI
Dosen
Damayanti, Nyoma Anita. 1997. Dimensi
Perkotaan
Kepuasan
Terhadap
Hang
Tuah
Hang
Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen
Tingkat
STIKES
Pasien
di
STIKES
Tanjungpinang.
3.
Sistem
Mahasiswa
STIKES
Tanjungpinang.
44
Hang
Tuah
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2009
Ekandra Indra Sadri1 , Afianti Asdarina2, Marlina Invitasari3.
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan minuman yang lain sampai bayi berusia 6
bulan. Pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif (23%) di Puskesmas Sei Jang Bukit Bestari masih di bawah
rata-rata pemberian ASI eksklusif Kota Tanjungpinang (6,8%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor –
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan
pendekatan analitik. Sampel diambil secara total sampling berjumlah 57 Ibu yang mempunyai bayi usia 4 – 6
bulan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari laporan
tahunan Puskesmas Sei Jang tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif 1,8%, sikap positif 17,5%, dukungan petugas kesehatan baik 15,8%, dukungan keluarga baik 29,8%.
Hasil uji statistik chi square dengan 0,05 didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu,
dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk meningkatkan
pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif, disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Sei Jang
Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif,
diadakan konseling ibu menyusui dan pemasangan poster-poster tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci: Asi Eksklusif, Pendekatan Analitik, UjiStatistik.
ABSTRACT
Exclusive mother milk is giving mother milk without other food and beverage addition until baby have age 6
month. Attainment of giving Coverage exclusive mother milk (23%) in Puskesmas Sei Jang of Hill Bestari still
below/under mean of attainment of gift coverage exclusive mother milk of Town Tanjungpinang (6,8%). Target
of this research is know the factor - factor of related to gift exclusive mother milk in region work the Puskesmas
Sei Jang of District of Hill of Bestari of Town of Tanjungpinang Year 2009. This research use the desain cross
sectional study with the analytic approach. Sampel taken totally is sampling amount to 57 Mother having age baby
4 - 6 month. Primary data obtained from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from
annual report of Puskesmas Sei Jang year 2007. Research result indicate that the mother giving mother milk
exclusively 1,8%, positive attitude 17,5%, good health officer support 15,8%, good family support 29,8%.
statistical Test result of chi square by 0,05 is got by there no relation having a meaning of between mother attitude,
support of health officer, and support of mother family with the giving exclusive mother milk. To increase
attainment of giving coverage exclusive mother milk, suggested to officer of health of Puskesmas Sei Jang of
District of Hill of Bestari of Town Tanjungpinang of so that more improving of counselling of about exclusive
mother milk, performed by konseling mother suckle and poster installation about its important giving exclusive
mother milk.
Key words: Exclusive mother milk, analytic approach, statistical Test result.
LATAR BELAKANG
perkembangan fisik dan perkembangan
Gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat
mentalnya. Keadaan gizi yang lebih banyak
keseimbangan
ditemukan di tentukan oleh konsumsi zat
dan
keserasian
antara
45
gizi pada masa lampau, ini berarti bahwa
waktu pemberian ASI eksklusif selama 6
konsumsi zat gizi masa kecil memberi andil
bulan (Roesli, 2003: 3).
terhadap status gizi saat dewasa (Wiryo,
2001: 1).
Fakta ilmiah membuktikan bayi dapat
tumbuh secara lebih cepat dan cerdas bila
Salah
satu
langkah
awal
diberi ASI secara ekslusif pada 4-6 bulan
pemberian
pertama kehidupannya. Menurut dr. Utami
makanan pertama dengan kualitas dan
Roesli Spa. MBA ASI ekslusif lebih tepat
kuantitas
(Iwan,
disebut pemberian ASI secara ekslusif
Soepamanto
artinya hanya memberi ASI pada bayi
mewujudkannya
adalah
optimal
www.goegle.co.id).
mengatakan bahwa menyusui merupakan
(Iwan,
cara pemberian makanan yang paling ideal
penelitian menunjukan bahwa menyusui
untuk anak umur 4-6 bulan pertama karena
dapat meningkatkan pertumbuhan dan
Air Susu Ibu (ASI) dapat memenuhi
perkembangan bayi dan semakin banyak
kebutuhan zat gizi bayi. Beragam gizi yang
bayi yang mendapat ASI maka semakin
dikandung ASI memberikan keseimbangan
tinggi tingkat IQ yang dicapai (Roesli,
yang ideal yang dibutuhkan bayi (Neilson,
2003: 28).
1995: 1).
www.google.co.id).
Berbagai
ASI mengandung semua gizi (Nutrient)
Kecukupan
membuat
yang dibutuhkan untuk membangun dan
optimal
menyediakan energi bagi pertumbuhan dan
(Widyaastuti dan Widyani, 2002: 7).
perkembangan bayi secara optimal. ASI
Keadaan gizi kurang pada masa anak-anak
juga
akan
penyakit-penyakit
pertumbuhan
gizi
anak
berdampak
pertumbuhan
dan
akan
menjadi
pada
kelambatan
mengandung
zat
yang
anti
terhadap
keberadaannya
perkembangannya
tidak dapat diberikan dengan jalan lain
(Suharjo, 1992: 15). Salah satu penyebab
(Riadi dan Tjokronegoro, 1992: 1). ASI
timbulnya gizi kurang adalah kurangnya
adalah makanan yang paling baik dan tepat
pemberian ASI oleh ibu pada bayinya
untuk pertumbuhan dan perkembangan
(Suharjo, 2003: 5).
yang sehat bagi bayi (Depkes, 1994: 1).
Pada tahun 1999 setelah pengalaman
salama
9
tahun,
UNICEF
memberi
klarifikasi tentang rekomendasi jangka
waktu
pemberian
ASI
Menurut dr. Faizah Jasin (2000: 155) ASI
adalah
makanan
yang
terbaik
untuk
membantu bayi tumbuh sehat.
eksklusif.
ASI ekslusif adalah pemberian ASI
Rekomendasi terbaru UNICEF bersama
tanpa makanan dan minuman lain. ASI
Worid Heatlh Asembly (WHA) dan banyak
ekslusif yang dianjurkan 4 sampai 6 bulan
negara lain adalah menetapkan jangka
pertama kehidupan bayi (Depkes, 2002: 5).
46
Dr. Utami Roesli (2003: 3) mengatakan
menahan bakteri tertentu dan virus. ASI
bahwa ASI ekslusif adalah bayi hanya
mengandung
diberi ASI tanpa tambahan cairan lain
mengikat besi sehingga bakteri yang
seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih
berbahaya yang terdapat dalam usus tidak
dan tanpa tambahan makanan padat seperti
memperoleh
pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, nasi
pertumbuhannya, karena itu suplemen besi
dan tim, dan dianjurkan untuk jangka waktu
melalui mulut tidak boleh diberikan pada
sampai 6 bulan. ASI ekslusif adalah bayi
bayi yang disusui karena akan berpengaruh
hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan
terhadap peran laktoverin dalam proteksi
minuman lain termasuk air putih kecuali
tubuh. ASI mengandung lisozim yaitu suatu
obat-obatan (Depkes, 2002: 6).
enzim yang dapat menghancurkan sejumlah
laktoverin
yang
mineral
dapat
untuk
ASI mengandung susunan karbohidrat,
bakteri berbahaya dan berbagai virus. ASI
lemak, protein, mineral dimana zat-zat ini
mengandung sel-sel darah putih selama dua
sangat sesuai untuk pertumbuhan dan
minggu pertama hingga 4000 sel per ml. Sel
perkembang bayi. Karbohidrat yang banyak
ini mengeluarkan Ig A, laktoferin dan
dalam
Laktosa
lisozim dan interferon. Interferon adalah
merupakan karbohidrat rantai pendek yang
suatu substansi yang dapat menghambat
dengan cepat diubah menjadi energi yang
aktivitas virus tertentu (Suharjo, 1992: 74).
memenuhi pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001:
ASI mengandung berbagai anti bodi
112). ASI mengandung laktosa yang lebih
serta leukosit dan makrofa yang berguna
tinggi, dalam usus laktosa akan membentuk
untuk mempertinggi kekebalan atau daya
asam laktat. Asam laktat akan menghambat
tahan tubuh terhadap infeksi. ASI juga
pertumbuhan bakteri patologis, merangsang
mengandung hormon tiroid yang berguna
pertumbuhan
untuk melindungi otak bayi (Riadi dan
ASI
adalah
laktosa.
mikroorganisme
yang
menghasilkan berbagai asam organik dan
Tjokronegoro, 1992: 2).
mensintesa beberapa vitamin dalam usus,
memudahkan
mengandung
protein
yang
kalsium
berkualitas baik dari susu sapi meskipun
penyerapan
secara kuantitas protein susu sapi lebih
berbagai jenis mineral seperti kalsium,
tinggi, tapi keadaan ini sesuai untuk
pospor, magnesium (Moehji, 1992: 24).
pertumbuhan
caseinat,
ASI
pengendapan
ASI
memudahkan
mengandung
immunoglobulin
bayi
dan
ginjalnya
(Soetjiningsih, 1997: 73). Protein ASI
terutama Ig A. Antibodi ini banyak terdapat
mengandung
dalam kolostrum dan lebih rendah pada air
laktoalbumin, laktoglobulin, dan asam
susu berikutnya. Ig A bekerja dalam usus
47
sejumlah
kasein,
amino
yang
sangat
sesuai
untuk
pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001: 112).
yaitu variabel independen dan variabel
dependen diukur pada waktu yang sama.
ASI mengandung Decosahexanic Acid
Pengumpulan data meliputi data primer
(DHA) dan Arachidonic Asid (AA) yang
diperoleh dengan menggunakan daftar
merupakan asam lemak tak jenuh rantai
pertanyaan (kuesioner) yang mencakup
panjang
sikap ibu terhadap pemberian ASI secara
yang
diperlukan
untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal.
eksklusif,
DHA dan AA yang ada dalam ASI
kesehatan, dan dukungan dari keluarga.
jumlahnya
untuk
Data Sekunder diperoleh daridata yang
pertumbuhan dan kecerdasan dikemudian
didapat dari catatan dan laporan Dinas
hari (Depkes, 2002: 8).
Kesehatan
sangat
mencukupi
ASI mengandung vitamin B12 dan Asam
dukungan
Kota
dari
petugas
Tanjungpinang
petugas Puskesmas Sei Jang Kecamatan
Folat dan mengandung Fe yang terikat
Bukit
dengan protein sehingga absorbsinya lebih
mengenai
mudah dan kuman yang memerlukan Fe
mempunyai bayi di bawah 6 bulan.
sukar
untuk
berkembang
biak
(Soetjiningsih, 1997: 74).
dan
Bestari
Tanjungpinang
jumlah
Barat
responden
yang
Analisis data meliputi analisis data
univariat
yaitu
untuk
memperoleh
Berdasarkan data yang diperoleh dari
gambaran dari masing–masing variabel
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, dari
dependen maupun variabel independen.
4
Kota
Data disajikan dalam tabel frekuensi.
Tanjungpinang adalah Puskesmas Sei Jang
Meliputi analisis bivariat yang bertujuan
yang paling rendah persentase pemberian
untuk mengetahui adanya hubungan antara
ASI secara ekslusif yaitu pada tahun 2006
variabel
adalah 43,7% sedangkan persentase pada
dependen.
tahun 2007 sebesar 13.47 %, tahun 2008
tidaknya
adalah 6,8%.
menggunakan uji Chi Square dengan
Puskesmas
yang
ada
di
independen
Untuk
dengan
variabel
membuktikan
hubungan
tersebut
ada
peneliti
menggunakan komputer. Jika nilai P = <
0,05 maka
BAHAN DAN CARA
Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu
melihat
gambaran
faktor-faktor
secara
statistik disebut
bermakna dan jika nilai P = > 0,05 maka
yang
hasil perhitungan disebut tidak bermakna.
berhubungan dengan pemberian ASI pada
Langkah kedua adalah mengkategorikan
bayi umur di bawah 6 bulan di kecamatan
variable penelitian termasuk pemberian
Bukit Bestari Kota Tanjungpinang tahun
ASI
2008 dengan desain cross sectional Study
48
eksklusif,
sikap
Ibu
terhadap
pemberian
ASI
eksklusif,
dukungan
Jumlah
petugas kesehatan, dukungan keluarga.
57
100 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan
petugas kesehatan baik sebanyak 15,8% (9),
HASIL
sedangkan yang kurang baik sebanyak
A. Analisis univariat
Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Pemberian ASI Eksklusif Jumlah
Tidak
56
Ya
1
Jumlah
57
%
98,2
1,8
100 %
84,2% (48).
Tabel 4.
Distribusi Dukungan Keluarga Dalam Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang
Tahun 2008
Dukungan Keluarga
Kurang Baik
Baik
Jumlah
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden
Jumlah
%
40
17
57
70,2
29,8
100 %
yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1
orang,
yang
tidak
memberikan
Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan
ASI
keluarga kurang baik sebanyak 70,2% (40),
eksklusif sebanyak 56 orang.
sedangkan yang baik sebanyak 29,8% (17).
Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu
di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Jumlah
47
10
57
Tabel 2 menunjukkan bahwa
Tabel 5.
Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang
Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang
Tahun 2008
%
82,5
17,5
100 %
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Ya
Ju
Jum
% mla %
lah
h
21
95,
1
0,
5
5
35
100
0
0
ibu
Sikap Ibu
Sikap Ibu
Negatif
Positif
Jumlah
B. Analisis Bivariat
bersikap negative sebanyak 47 (82,5%), ibu
yang bersikap positif sebanyak 10 (17,5%).
Tabel 3.
Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
Positif
Negatif
Jumlah
Dukungan Petugas
Kesehatan
Kurang Baik
Baik
Jumlah
%
48
9
84,2
15,8
56
98,
2
1
1,
8
X2 = 0,056
= 0,813
Tabel 6.
Hubungan Dukungan Petugas
49
Jumlah
Jum
lah
22
%
10
0
10
0
10
0
35
57
P
Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2008
setalah
lahir.
Sikap Ibu
Positif
Negatif
Jumlah
X2 = 0,00
Jumlah
membutuhkan
bantuan dan informasi tentang ASI dan
menyusui
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Ya
Ju %
Ju %
ml
m
ah
lah
21 95,
1
0,
5
5
35
10
0
0
0
56 98,
1
1,
2
8
Ibu-ibu
sehingga
menambahkan
keyakinan si ibu untuk dapat menyusui
bayinya (Depkes, 2002).
Jum
lah
%
22
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan
keluarga terhadap ibu diketahui masih
kurang dalam proses pemberian ASI secara
35
100
eksklusif karena anggota keluarga ibu
57
100
masih memberikan makanan tambahan dan
P = 1,000
kurang mengerti tentang ASI eksklusif.
Dalam Penelitian Rustam (1997 : 47) di
PEMBAHASAN
Jakarta didapatkan, bahwa ibu-ibu yang
Dari hasil penelitian dapat diambil
analisis bahwa pada tabel 1 dan tabel 2
menunjukkan sebagian besar responden
tidak memberikan ASI secara eksklusif
kepada
bayi
disebabkan
karena
ibu
mendapat
ibu membaca buku petunjuk ibu menyusui
atau
buku-buku
informasi
lainnya.
Sebagian besar ibu juga memiliki sikap
negatif dikarenakan ibu menyusui bayi
tidak
sesuai
jadwal
(bukan
sesuai
kebutuhan bayi) dan keinginan ibu untuk
menjaga keindahahan tubuh dengan tidak
memberikan ASI.
petugas kesehatan sangat kurang. Hal ini
terlihat dari kurangnya petugas kesehatan
memberikan
eksklusif
penyuluhan
sehingga
ibu
tentang
lebih
ASI
banyak
memberikan susu formula kepada bayi
keluarga
besar untuk memberikan ASI secara
eksklusif dari pada yang tidak mendapat
dukungan keluarga.
Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 5
dan tabel 6. Tabel 5 menunjukkan bahwa
ibu yang memiliki sikap negatif dan tidak
memberikan ASI Eksklusif (100%). Hasil
uji
statistik
dengan
uji
chi-square
didapatkan p = 0,813 (p > 0,05) artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara
sikap ibu dengan pemberian ASI. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Rekha
Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan
dari
mempunyai kemungkinan 3,26 kali lebih
memberikan makanan tambahan selain ASI
yang terlalu dini dan rendahnya minat ibu-
dorongan
Yulianifa
tahun
2006
yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara sikap ibu dengan
pemberian ASI eksklusif. Begitu juga
dengan penelitian Syamsudirman tahun
2006 yang mengatakan bahwa tidak ada
hubungan
50
yang
bermakna
dengan
pemberian
hasil
yang baik dari anggota keluarga. Hal ini
penelitian dapat diketahui bahwa hampir
sesuai dengan pendapat Soenarto (200 : 23-
keseluruhan responden tidak memberikan
38) yang mengatakan bahwa peranan
ASI eksklusif, sementara penilaian ibu
anggota keluarga sangat besar dalam
terhadap pemberian ASI eksklusif cukup
pemberian ASI eksklusif, suami yang
positif.
mengerti bahwa ASI dan menyusui paling
Tabel
ASI.
6
Berdasarkan
menunjukkan,
ibu
yang
baik untuk bayi merupakan dukungan yang
mendapat dukungan petugas kesehatan
baik untuk ibu agar berhasil menyusui
kurang baik dan tidak memberikan ASI
bayinya. Pendapat yang sama dari Roesli
secara eksklusif (97,0%). Hasil uji statistik
(2000
dengan uji chi square diketahui bahwa nilai
dukungan keluarga saat si ibu menyusui
p = 1,000
bayinya terutama dukungan dari suami.
(p > 0,05) ini menunjukkan
:45)
bahwa
ibu
memerlukan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga ibu dengan
KESIMPULAN
pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian
Menyusui merupakan cara pemberian
yang dilakukan oleh Irma Awana (2005 :
makanan yang paling ideal untuk anak
47) menunjukkan hasil yang sama yaitu
umur 4-6 bulan pertama karena Air Susu
tidak ada hubungan yang bermakna antara
Ibu (ASI) dapat memenuhi kebutuhan zat
dukungan
petugas
gizi bayi. ASI mengandung semua gizi yang
pemberian
ASI
kesehatan
eksklusif.
dengan
Dukungan
dibutuhkan
untuk
membangun
dan
petugas kesehatan yang baik terhadap
menyediakan energi bagi pertumbuhan dan
pemberian ASI eksklusif juga menambah
perkembangan bayi secara optimal.
keyakinan, motivasi dan semangat si ibu
Oleh karena itu perlu kesadaran dari ibu
untuk memberikan ASI secara eksklusif
untuk
memahami
betapa
pentingnya
pada bayinya, si ibu akan mendapat
pemberian ASI eksklusif serta perlunya
pengetahuan yang tinggi dari petugas
dukungan dari keluarga ibu sehingga ibu
kesehatan.
bisa memberikan ASI secara optimal.
Dukungan keluarga ibu baik dari orang
tua, mertua atau anggota keluarga yang lain
DAFTAR PUSTAKA
terutama dari suami terhadap pemberian
Awana Irma, 2005. Hubungan Dukungan
ASI eksklusif juga menambah keyakinan,
Petugas
motivasi dan semangat si ibu untuk
Inisiasi ASI Ibu di Wilayah Kerja
memberikan ASI secara eksklusif pada
Puskesmas Jujun Kabupaten Kerinci
bayinya, si ibu akan mendapat perhatian
51
Kesehatan
dengan
Pola
Tahun 2005. Skripsi, Fkep. Unja .
Lisdiana, Ir. 1998. Wapada Terhadap
Jambi
Kelebihan dan Kekurangan Gizi.
Trubus Agriwidya.
Basuki, Endah. 2004 Penyuluhan Diabetes
Melitus.
Soegondo,
Dalam
Sidarmawan
(ed)
Moehji, Sjahmien. 1992. Pemeliharaan Gizi
2004.
Bayi dan Balita. Jakarta: Bhratara.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Hlm 131-135. RSUP Dr.
Muchtadi, Deddy. 1998. Gizi Untuk Bayi
Cipto Mangun Kusumo dan Depkes
ASISusu Formula, dan Makanan
RI.
Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Depkes RI. 1999. Indonesia Sehat 2010.
Jakarta.
Notoadmodjo, Soekirdjo. 2002. Metodologi
Penelitian
__, 2000. Konseling Penyusui Pelatihan
Kesehatan.
Jakarta
:
Rineka Cipta.
Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Neilson,
Dinkes Kota Tanjungpinang, 2008 Laporan
Tahunan
Puskesmas
Joan.
1995.
Succesful
breastfeeding. Diterjemahkan oleh
Kota
Giato dan YUstina Rostiawati. 1995.
Tanjungpinang. Kepulauan Riau.
Cara Menyusui yang Baik. Jakarta :
Arcan.
Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi.
Universitas sebelas Maret.
Puskesmas
Khomson, Ali. 2004. Pengantar Pangan dan
Sei
Tahunan
Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT
Jang,
2007.
Puskesmas
Sei
Laporan
Jang.
Tanjungpinang.
Raja Grafindo Persada
Riadi, Sugeng dan Arjatno Tjokronegoro.
King, Savage F. 1993. Helping Mother To
1992. Apa yang Ingin Anda Ketahui
Breastfeed. Kenya African Medical
Tentang ASI. Jakarta : PT. Gramedia
and Research Foundation. Menolong
Pustaka Utama.
ibu menyusui. 1993. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Soetijiningsih. 1998. ASI Petunjuk Untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.
52
Soenarto, Yati dkk. 2000. Peningkatan
Cakupan Ibu Menyusui Eksklusif.
1. Dosen
Yogyakarta: Laboratorium Penelitian
Kesehatan
Fakultas
dan
Gizi
Masyarakat
Kedokteran
Universitas
STIKES
2. Dosen
STIKES
3. Mahasiswa
Suharjo. 1992. Pemberian Makanan Pada
Anak.
Yogyakarta:
Kanisius.
Utami, Roesli. 2000. Mengenal
Eksklusif.
Jakarta:
ASI
Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara.
Utami, Roesli. 2003. Mengenal
Eksklusif.
Jakarta:
ASI
Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara.
Widyaastuti, Danis dan Retno Widyani.
2002Panduan Perkembangan Anak 1
– 6 Tahun. Jakarta : Puspa Swara.
Wiryo, Hanato. 2001. Peningkatan Gizi
Bayi, Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui
dengan
Bahan
Makanan
Lokal.
Mataram : Sagung Seto.
Yulianifa,
Rekha.
2006.
Hang
Tuah
Tanjungpinang.
STIKES
Tanjungpinang.
dan
Tuah
Tanjungpinang.
Gadjahmada.
Bayi
Hang
Hubungan
Karakteristik Ibu dengan Pemberian
ASI pada Bayi 6 – 12 Bulan di
Kabupaten Solok Selatan Tahun
2006. Skripsi, Jurusan Gizi Poltekes
Padang.
53
Hang
Tuah
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH
TANJUNGPINANG
Umum
Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan
belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah
tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik
penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan
1.
Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset
keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :
: berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.
Pendahuluan
: berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara
Metodologi
pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan
grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang
disajikan dalam tabel atau gambar.
: berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil
Hasil
tersebut dengan penelitian lain.
Dan Pembahasan
: berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil
Daftar Pustaka
tersebut dengan penelitian lain.
2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;
kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).
3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan
alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal
40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.
4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan
kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang
aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada
halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel
yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.
5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan
tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.
6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di
lampiri referensi.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber
pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:
(Novia, 2009:12).
8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).
9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi
ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi
nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.
10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam
bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,
Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang
Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN
Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor
/bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal
keperawatan STIKES Hang Tuah.
54
 Jenis Artikel
 Penelitian
 Ulasan artikel
 Ringkasan
 Laporan kasus
 Penelitian klinis
 Tinjauan pustaka
 Lembar Metodologi
 Halaman Judul
 Judul Artikel
 Nama lengkap penulis
 Tingkat pendidikan penulis
 Asal institusi penulis
 Alamat lengkap penulis
 Abstrak
 Abstrak dalam Bahasa Indonesia
 Abstrak dalam Bahasa Inggris
 Kata kunci dalam Bahasa Indonesia
 Kata kunci dalam Bahasa Inggris
 Teks
Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan
 Pendahuluan
 Bahan dan Cara
 Hasil
 Diskusi
 Kesimpulan
 Kepustakaan
 Gambar dan Tabel
 Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab
 Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
…
 Nama dan alamat untuk percetakan ulang
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
 Soft Copy
Penulis menjamin bahwa:
 Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan.
 Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun.
 Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis
Tanda tangan penulis utama:
……………………………….
Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Nama



Alamat
:………………………………………………………………………………………
Mahasiswa
Individu
Instansi
:……………………………………………….......................................................................
…………………………………………………………………...............................
Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan,
Vol..............: No:……………………..s/d……………………………………
Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan
Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening
No……………….., Bank……………a/n…………………………………………..
Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang:
Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau
Telp / fax (0771) 316516
Pelanggan
Tgl. Pesanan :…………………….
…………………..
Download