Volume 1, Nomor 1, Tahun 2011 ISSN : 2086-9703 JURNAL KEPERAWATAN • Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan (Overweight) Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah Tanjungpinang. • Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009. • Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009. • Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009. • Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009. • Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 1 NOMOR 1 TAHUN 2011 PENELITIAN HAL Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kelebihan Berat Badan (Overweight) Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Hang Tuah Tanjungpinang. (Syamilatul Khariroh, M. Sulaiman, Benny Wahyudi) 1-10 Hubungan Kualitas Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III RSU Provinsi Kepulauan Riau Di Tanjung Uban Tahun 2009. (Puji Agung Wibowo, Linda Widiastuti, Nurhidayati) 11-18 Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009. (Syamilatul Khariroh, Dede satia S, Apit Komar) 19-28 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Teluk Bakau Tahun 2009. (Iwan Iskandar, Yoyok, Sumardiana) 29-37 Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan Dan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009. (Endang Abdullah, Yusnaini, Indah Prihatin) 38-44 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. (Ekandra Indra Sadri, Afianti Asdarina, Marlina Invitasari) 45-53 JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober Penanggung Jawab : Prof. Elly Nurachmah, D.N.Sc.,RN Letkol (Purn) Endang Abdullah, S.Kp, M.Si Penasehat : Wakil Ketua I Stikes Hang Tuah Wakil Ketua II Stikes Hang Tuah Wakil Ketua III Stikes Hang Tuah Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah Ketua Program Studi D-III Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Wasis Pujiati,S.Kep.Ns Hotmaria Julia Dolok Saribu,S.Kep.Ns Bendahara : Lili Sartika, S.Farm, Apt Penyunting Pelaksana : Ikha Rahardiantini,S.Si,Apt, Ummu Fadhilah, S.pd Lidia Wati, S.Kep, Ns Liza Wati, S.Kep, Ns Meyli Nirna Sari, S.Kep, Ns Irma Yuni, S.Kep, Ns Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran : Ade Pardi Anas Fajri Ahmad Hiyari Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388 PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan. Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian. Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya. Tanjungpinang, Maret 2011 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Endang Abdullah, S.Kp, M.Si Letkol Purn FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KELEBIHAN BERAT BADAN (Overweight) PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HANG TUAH TANJUNGPINANG. Syamilatul Khariroh 1, M. Sulaiman 2, Benny Wahyudi 3 ABSTRAK Kelebihan berat badan (overweight) merupakan masalah global di Indonesia, khususnya di Tanjungpinang. Masalah tersebut mulai mendapat perhatian serius dikarenakan jumlahnya makin bertambah dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu penelitian ini mengambil bahasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian overweight dengan tujuan memperoleh hubungan antara pola makan, jenis makanan, mekanisme pertahanan diri dan status sosial ekonomi dengan kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan di Kampus STIKES Hang Tuah Tanjungpinang di mana peneliti akan menghubungkan faktor-faktor penyebab overweight dengan kejadian overweight pada mahasiswa dengan menggunakan metodologi deskriptif cross sectional dengan populasi mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang sebanyak 415 orang dengan teknik pengambilan sampel judgemental sampling. Hasil analisis pada penelitian ini didapat 12,29% mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berumur 18-25 tahun menderita overweight dan faktor penyebab yang paling tinggi berperan pada penelitian ini adalah pola makan mahasiswa (88,2%) serta dari uji kemaknaan Kai Kuadrat diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini hanya faktor pola makan yang berhubungan bermakna dengan kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang dan disarankan agar mahasiswa dapat mengatur diit khususnya pola makan untuk mengurangi efek dari overweight. Kata kunci: kelebihan berat badan, mahasiswa STIKES hangtuah, faktor penyebab. ABSTRACT Excess weight (overweight) is a global problem, particularly in Indonesia in Tanjungpinang problems begin serious attention due to the increased amount and may cause various diseases. Therefore, this research to take the discussion about the factors associated with incident overweight with the goal of obtaining the relationship between eating patterns, typed of food, self-defence mechanism and socio-economic status with the occurrence of overweight students STIKES Hangtuah Tanjungpinang. This research is conducted in the campus STIKES Hang Tuah Tanjungpinang where researchers connect the factors that cause overweight with overweight incidence in students using the descriptive cross-sectional methodology with the student population STIKES Hang Tuah Tanjungpinang of 415 people with the sampling technique judgemental sampling. The result of the analysis in this study gained 12,29% STIKES Hang Tuah Tanjungpinang students aged 18-25 years suffering from overweight and the factors that cause the high role in this researched is the pattern of student meals (88,2%) and from test chi-square obtained the square meaningful relationship between eating patterns with the incident in the overweight student. So that it can be in this research only factor eating pattern associated with significant event in the overweight students STIKES Hang Tuah Tanjungpinang and suggested that students can manage diit especially eating pattern to reduce the effects of overweight. Key words : overweight, student population STIKES hangtuah, factors that cause. LATAR BELAKANG Kelebihan berat badan ini. Organisasi kesehatan dunia (WHO) (Overweight) menyatakan obesitas sebagai penyebab merupakan masalah yang global pada saat kematian kedua di dunia setelah merokok. 1 Lebih dari 1,7 miliar penduduk di dunia menjadi obesitas (http : //www. Surya mengalami kelebihan berat badan dan Online.co.id). obesitas. Bahkan prevalensi penderitanya Menurut Prof. Dr. Hamam Hadi, meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut M.S.,Sc.D dalam pidatonya tahun 2005 dapat disebabkan kebiasaan pola makan dan mengemukakan gaya dianggap sebagai sinyal pertama dari hidup yang salah (Http : //www.pdpersi.co.id). bahwa overweight munculnya kelompok penyakit-penyakit Banyak orang mengartikan obesitas dan non infeksi (Non Communicable Disease) overweight adalah sama, namun sebenarnya yang sekarang ini banyak terjadi di negara- obesitas dan overweight adalah dua hal negara maju maupun negara-negara yang yang (kegemukan) sedang berkembang. Fenomena ini sering adalah suatu keadaan di mana terjadi disebut “New World Syndrome” atau penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sindroma sehingga berat badan seseorang jauh diatas menimbulkan beban sosial-ekonomi serta normal kesehatan masyarakat yang sangat besar di berbeda. kesehatan, dan Obesitas dapat membahayakan sedangkan overweight Dunia negara-negara baru dan ini sedang telah berkembang (kelebihan berat badan) adalah keadaan di termasuk Indonesia (http : //www.gizi.net). mana berat badan seseorang melebihi berat Prevalensi overweight meningkat sangat normal, tetapi obesitas merupakan bagian tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai dari contoh, 20,5% dari penduduk korea selatan overweight. (Http:// www.kabarindonesia.com). tergolong overweight dan 1,5 tergolong Data yang dikumpulkan di seluruh dunia obesitas. Berdasarkan kepustakaan, tercatat memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan pada Negara Thailand 16% penduduknya prevalensi overweight pada 10 – 15 tahun mengalami overweight dan 4% mengalami terakhir. Tahun 2007 didapat data angka obesitas, daerah perkotaan Cina prevalensi kejadian obesitas di Amerika 7,20%, overweight adalah 12% pada laki-laki dan Perancis 20%, Jerman 30%, dan Inggris 14,4% pada perempuan, sedangkan di 25% dari 1000 penduduk. Saat ini pedesaan prevalensi overweight pada laki- diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta laki dan perempuan masing-masing adalah penduduk dunia menderita obesitas, dan 5,3% dan 9,8% (Http : //www.gizi.net). angka ini masih akan terus meningkat Overweight tidak hanya ditemukan pada dengan cepat. Jika keadaan ini terus penduduk dewasa tetapi juga pada anak- berlanjut, pada tahun 2230 diperkirakan anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan 100% penduduk Amerika Serikat akan di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan 2 bahwa prevalensi overweight mencapai menjual makanan. Akibat dari pengaruh 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan kehidupan pesisir pantai seperti Negara menjadi 13,8% pada kelompok umur 10 Malaysia, pola makan yang banyak berasal tahun. Negara Cina tercatat kurang lebih dari biota laut yang tingkat gizinya relatif 10% anak sekolah mengalami overweight, tinggi sedangkan di Jepang prevalensi overweight masalah berat badan, pada tahun 2007 pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara didapat sekitar 50 orang atau 20% dari 250 5% s/d 11% (Http : //www.gizi.net). orang pasien yang datang ke rumah sakit Data tentang overweight di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi sehingga dapat menimbulkan dengan Diabetes Melitus akibat efek dari Obesitas. obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data Overweight sekarang banyak diderita obesitas pada orang dewasa yang tinggal di anak-anak usia ibukota provinsi seluruh Indonesia cukup Diperoleh data dari bagian administrasi untuk menjadi perhatian kita. Survei Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Hang nasional tahun Tuah Tanjungpinang tercatat mahasiswa 1996/1997 di ibukota seluruh provinsi Strata 1 dan Diploma III program Reguler Indonesia 8,1% yang menderita overweight adalah sekitar penduduk laki-laki dewasa (≥ 18 tahun) 13,37% dari 374 mahasiswa dan sekitar mengalami overweight (BMI 25-27) dan 75% 6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk mahasiswa wanita dewasa mengalami overweight dan Tanjungpinang. 13,5% mengalami obesitas. Kelompok disebabkan akibat pola makan, jenis umur 40-49 tahun overweight maupun makanan, jumlah makanan obesitas mencapai puncaknya yaitu masing- dengan masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan kebutuhan 30,4% dan 43% Pada Wanita (Http : terpenuhi. yang dilakukan menunjukkan pada bahwa sekolah dan dewasa. kasus overweight diderita oleh berasal orang Hal dari ini Kota kemungkinan dan tinggal tua sehingga semua pangan, sandang, papan //www.gizi.net). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Tanjungpinang termasuk BAHAN DAN CARA maka Lokasi Penelitian ini mengambil tempat daerah yang di overweight. Mata Tanjungpinang propinsi Kepulauan Riau, pencaharian kebanyakan pedagang dan yang berlokasi di jalan Nala No. 1, dengan pekerja di perusahaan-perusahaan, jarang waktu pengambilan data dimulai dari kita jumpai tempat-tempat yang tidak tanggal 12 Februri 2008 sampai dengan bermasalah dengan 3 kampus STIKES Hang Tuah tanggal 1 April 2008. Dimulai dari tahap yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan Pengumpulan untuk data penelitian dengan mengetahui hubungan variabel pengukuran dan kuesioner sampai dengan independen dengan variabel dependen. Test Pengumpulan laporan hasil penelitian. kemaknaan menggunakan uji statistik Kai dalam Kuadrat menghasilkan nilai P, dengan α = penelitian ini dilakukan melalui cara-cara 5%. Bila nilai P > 0.05 menunjukkan bahwa berikut : tidak Teknik pengumpulan data 1. Observasi yaitu pengamatan langsung ada variabel perbedaan independen proporsi dengan antara variabel dengan pencatatan terhadap obyek dependen, dengan kata lain tidak ada yang diteliti berkaitan dengan berat hubungan yang bermakna. Bila nilai P ≤ badan mahasiswa dan keinginannya 0.05 menunjukkan ada perbedaan proporsi dalam menurunkan berat badan. antara variabel independen dengan variabel 2. Wawancara, yaitu cara untuk mendapatkan informasi dengan cara dependen, dengan kata lain ada hubungan yang bermakna. tatap muka langsung, melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang HASIL terkait yang berhubungan dengan masalah penelitian ini, yaitu staf A. Tabel 1. Distribusi kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang bagian kemahasiswaan, ibu/bapak asrama serta mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. 3. Angket/Kuesioner, Kejadian overweight pada mahasiswa overweight sedang overweight berat Total yaitu teknikpengumpulan data dengan cara menyelidiki suatu masalah dan menyampaikan pertanyaan tertulis disertai pilihan jawaban untuk dijawab oleh responden. Analisis Univariat Jumlah Persen 17 34 51 33,3 66,7 100,0 Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden mengalami overweight pada tahap overweight berat yaitu sebesar 66,7%. Analisis data dilakukan melalui analisis Tabel 2. Distribusi Pola Makan pada mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang univariat, bivariat atau analisis Chi Square dengan menggunakan komputer. Analisis Pola Makan Sedikit Sedang Banyak Univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut karakteristik atau variabel 4 Jumlah 1 28 22 Persen 2,0 54,9 43,1 Total 51 100,0 Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai pola makan yang sedang (kebiasaan makan 4 x 1 sehari) overweight pada mahasiswa dengan kategori overweight sedang sebagian besar terjadi pada mahasiswa dengan pola makan sedang (88,2%) . Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat sebesar 54,9%. disimpulkan Tabel 3. Distribusi Mekanisme Pertahanan Diri pada mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang kejadian ada perbedaaan overweight pada proporsi mahasiswa dengan pola makan mahasiswa. Tabel 5. Hubungan faktor Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Diri Dengan hal lain Dengan Makan Total Jumlah Persen 25 26 51 49,0 51,0 100,0 diri dengan Kejadian overweight pada STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Tabel 5. Hubungan faktor Mekanisme Pertahanan diri dengan Kejadian overweight pada STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tabel 3 dapat di lihat sebagian besar responden mempunyai mekanisme pertahanan diri dengan cara makan yaitu Kejadian overweight Pada mahasiswa / Mekanism e pertahana n diri Sedikit sebesar 51%. B. Analisis Bivariat Tabel 4. Hubungan faktor pola makan dengan Kejadian overweight pada Mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Kejadian overweig ht Pada mahasisw a/ Pola Makan Sedikit Sedang Banyak Total Overweig ht sedang Overweig ht berat Jum lah 0 Jum lah 1 5 2 7 % 0,0 88, 2 11, 8 10 0 13 20 34 Nila i p Overweigh t sedang Overweigh t berat Juml ah Juml ah 10 Sedang 7 Banyak Total 17 17 % 58, 8 41, 2 100 100 15 19 34 34 Nilai P % 44, 12 55, 88 100 100 382 % Kejadian overweight pada mahasiswa 2,9 38, 2 58, 9 10 0 0.00 3 dengan overweight sedang, sebagian besar menggunakan mekanisme dengan hal lain selain makan seperti : tidur, bermain game, olahraga, shopping, menyendiri, jalan-jalan di tepi pantai, nonton TV/film atau tidak Hasil analisis hubungan antara pola makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa diperoleh bahwa kejadian masuk kuliah/absen pada perkuliahan yaitu sebesar 58,8% . Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,382 maka dapat disimpulkan 5 tidak ada perbedaaan proporsi kejadian ini menunjukkan bahwa overweight overweight pada mahasiswa tidak selalu terjadi pada pada mahasiswa dengan mekanisme pertahanan diri mahasiswa. pola makan yang berlebihan atau banyak yang Tabel 6. Hubungan faktor Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian overweight pada Mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Kejadian overweigh t Pada mahasisw a / Status Sosial Ekonomi Sedikit Sedang Overweig ht sedang Jum lah % 5, 8 58 ,8 35 ,4 1 0 Banyak 6 Total Overweig ht berat 7 Jum lah % 0 0,0 15 4,1 19 5,9 34 10 0 disebutkan pada teori, dimungkinkan karena banyak makananmakanan selingan yang sering mereka konsumsi baik pada waktu menjelang N Nilai p siang, sore hari maupun menjelang tidur sesuai dengan data yang diperoleh pada kuesioner yang kemungkinan disebarkan kecil terjadi dan pada mahasiswa yang pola makannya sedikit 0,176 seperti data pada tabel 5 menunjukkan hanya 2,0% dari responden yang pola 00 makannya sedikit. 2. Gambaran Jenis Makanan Mahasiswa Hasil analisis hubungan antara status Jenis makanan yang dikonsumsi sosial ekonomi dengan kejadian overweight mahasiswa sebagian besar karbohidrat pada mahasiswa diperoleh bahwa kejadian dikarenakan karbohidrat, contohnya nasi overweight dengan merupakan makanan pokok penduduk kategori overweight sedang (IMT 23,0-28,0 Indonesia dan khususnya di daerah Kg/M²) Tanjungpinang. pada sebagian mahasiswa besar terjadi pada Karbohidrat sangat mahasiswa yang status sosial ekonominya dibutuhkan sedang (58,8%). Hasil analisis uji statistik dikarenakan sebagian besar sekitar (60% diperoleh nilai p = 0,176 maka dapat – 75%) energi yang dihasilkan tubuh disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi bersumber dari karbohidrat. Tetapi jika kejadian energi tersebut tidak digunakan maka overweight pada mahasiswa dengan status sosial ekonomi mahasiswa. oleh tubuh manusia energi tersebut yang dalam bentuk ADP dan ATP akan menumpuk sehingga PEMBAHASAN 1. Gambaran Pola Makan Mahasiswa. mempercepat terjadinya overweight. 3. Gambaran Mekanisme Pertahanan Diri Pola makan mahasiswa sebagian Mahasiswa. besar pada tahap sedang yaitu kebiasaan Mekanisme pertahanan diri yang makan 4 x 1 piring sedang perhari. Hal sering diistilahkan dengan koping pada 6 mahasiswa STIKES Hang Tuah Dari hasil analisis data diperoleh Tanjungpinang sebagian besar bersifat bahwa positif antara lain: dengan olahraga, perbedaan proporsi yang bermakna jalan-jalan dan sebagian kecil yang dengan kejadian overweight atau dengan absen pada perkuliahan dan menyendiri. kata lain ada hubungan yang bermakna Tetapi dari pengolahan data hanya beda antara pola makan dengan kejadian satu orang saja dengan koping makan, overweight mahasiswa ini dapat dilihat hal sebagian pada uji kemaknaan menggunakan uji menjadi Kai Kuadrat di mana didapat p < 0,05 ini memungkinkan mahasiswa cenderung overweight disebabkan oleh makan yang tidak terkontrol menghilangkan tekanan dari tujuannya stres atau sekitar pola makan mempunyai sehingga H0 ditolak. untuk Hal ini disebabkan karena kebutuhan tekanan- akan mahasiswa. nutrien diperlukan (zat-zat melebihi gizi) yang dari yang Makanan yang dikonsumsi pun banyak dibutuhkan oleh tubuh dengan kata lain mengandung karbohidrat dan lemak dengan pola makan yang berlebihan yang sangat berpotensi menyebabkan akan terjadi penumpukan cadangan overweight. makanan dalam bentuk cadangan lemak 4. Gambaran Status Sosial Ekonomi dibawah Mahasiswa. kulit sehingga menyebabkan overweight sesuai dengan Status sosial ekonomi mahasiswa sebagian besar merupakan dari keluarga teori yang ada pada tinjauan pustaka. 6. Hubungan yang statusnya sedang dan tinggi yaitu penghasilan jaringan orangtua diatas Jenis Makanan dengan Kejadian Overweight pada Mahasiswa. UMR Dari hasil analisis didapat jenis Tanjungpinang (≥ Rp. 900.000,-). Hal ini makanan tidak terlalu significant dengan dimungkinkan karena untuk kuliah di kejadian overweight pada mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang atau tidak ada hubungan antara jenis memerlukan biaya yang tidak sedikit makanan dengan kejadian overweight ini sehingga sebagian besar yang kuliah di dapat dilihat pada uji kemaknaan dengan STIKES Hang Tuah merupakan menggunakan uji Kai Kuadrat di mana keluarga yang taraf ekonominya didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal menengah keatas. ditolak. 5. Hubungan Pola makan dengan Kejadian Hal ini dimungkinkan karena pada Overweight pada Mahasiswa. kuesioner unsur-unsur nutrien kita pisahkan satu persatu sedangkan setiap 7 manusia membutuhkan semua unsur menyebabkan terjadinya yang ada pada zat-zat nutrien tersebut. tetapi dapat menjadi faktor predisposisi Pada teori disebutkan jenis makanan terjadinya overweight. dapat menyebabkan overweight tetapi hal ini tidak harus overweight 8 Hubungan menyebabkan dikarenakan dengan pada Status Kejadian overweight, Sosial Ekonomi Overweight Pada Mahasiswa. mahasiswa sebagian besar telah tahu Dari hasil analisis menunjukkan tentang pengaturan gizi seimbang dan bahwa status sosial ekonomi tidak ada jarang hanya perbedaan proporsi dengan kejadian mengkonsumsi hanya salah satu unsur overweight pada mahasiswa atau dengan nutrien. kata lain tidak ada hubungan yang dari mereka yang 7. Hubungan Mekanisme Pertahanan Diri dengan Kejadian Overweight bermakna antara status sosial ekonomi pada dengan Mahasiswa. Dari kejadian overweight pada mahasiswa ini dapat dilihat dengan uji hasil analisis diperoleh kemaknaan dengan uji kai Kuadrat mekanisme pertahanan diri atau koping dengan hasil nilai p > 0,05 sehingga H0 seseorang tidak ada perbedaan proporsi gagal ditolak. atau tidak ada hubungan yang bermakna antara mekanisme pertahanan diri KESIMPULAN dengan kejadian overweight ini dapat dilihat pada uji kemaknaan Obesitas dan overweight adalah dua hal yang berbeda. Obesitas (kegemukan) menggunakan uji Kai Kuadrat di mana adalah suatu keadaan di mana terjadi didapat p > 0,05 sehingga H0 gagal penumpukan lemak tubuh yang berlebih, ditolak. sehingga berat badan seseorang jauh diatas Hal ini mekanisme dimungkinkan pertahanan koping dengan makan diri karena normal antara kesehatan, dan dapat sedangkan membahayakan overweight dan koping (kelebihan berat badan) adalah keadaan di dengan hal lain hanya terpaut satu orang mana berat badan seseorang melebihi berat responden sehingga menunjukkan tidak normal, tetapi obesitas merupakan bagian semua orang yang mengalami tekanan dari overweight. atau stres menggunakan mekanisme Faktor-faktor yang berhubungan dengan untuk mempertahankan diri dengan kejadian overweight diantaranya adalah pelarian makan. Sehingga mekanisme pola makan, jenis makanan, mekanisme pertahanan pertahanan diri dan status sosial ekonomi. diri tidak selalu 8 DAFTAR PUSTAKA A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah, 2005, Buku Saku Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006, Praktikum Sains Dalam Keperawatan; Fisika, Kebutuhan Dasar Manusia; editor Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta. Palupi Widiyastuti; editor bahasa Indonesia Anas Tamsuri,2007. Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh, Monica Ester, EGC, Jakarta. Litbang,2004,Penanganan 15 Agustus 2007 Demam Berdarah Harus Cepat,22 Februari 2004. Azril Kimin, 2008,Kompres Panas atau http: //www. balipost.co.id/BaliPoscetak/2004/2/ Dingin?, 05 November 2008. http: 22/kas 2 html.26 k //www.mailarchive.com./[email protected] Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta edia majalah. com/ Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius-FKUI, Jakarta. Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008, Ketika si Kecil Sakit, Terapi Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, di Rumah, terjemahan dari buku asli Media Aesculapius – FKUI, Jakarta. What To Do When Your Child Gets Sick oleh Ganjar D, Golden Books, Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Jogjakarta. Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit Tropis, Harnawatiaj,2008,Penyakit Berdarah,27 Maret www. com/2008/03/penyakit Demam 2008. IDAI, 30 April 2008. www.muslimah.or.id http:// infopenyakit. Monica demam- Ester, Berdarah berdarah-dbd.html Pengobatan, SKp, 1999, Dengue, Demam Diagnosis, Pencegahan dan Pengendalian, EGC, Jakarta. Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu Kompres ? 05 November 2008.http: Muslimah,2008,Asuhan Keperawatan //www.mail.archive.com/balitaanda Anak Dengan DHF, 29 September @indoglobal.com/msg.36569.html 2008. 9 http://indonesianursing.com/2008/09/ Soegeng 29/askep anak dengan DHF Soegijanto, Berdarah 2006, Dengue Edisi Demam Kedua Cetakan I, Airlangga University Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan Memahami Berbagai Press, Surabaya. Gangguan Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin, Susilawati,2004, Katahati, Jogjakarta. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DHF. Sudigdo Sastro Asmoro, Prof. DR. Dr, SpA. WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan, (K), 2002, Dasar-dasar Metodologi waspadai Demam Berdarah, 19 Penelitian Edisi ke 2, CV Sagung Januari 2004. Danlt;img src=danquot; Seto,Jakarta. images/kata/a.040119;indosiar.com Suharsimi Arikunto, DR, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan 1. Dosen Praktek,PT Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto,Prof.DR, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo, 1988, Demam Berdarah Pada Anak. (UI-Press), Jakarta. Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo, 2005, Demam Berdarah (Dengue) Anak, STIKES Tanjungpinang Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi Pada STIKES 3. Mahasiswa Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku Indonesia Tuah Hang Tuah Tanjungpinang Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta. Universitas Hang Tanjungpinang 2. Dosen Suharsimi STIKES Universitas Indonesia(UI-Press), Jakarta. 10 Hang Tuah HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP ANGGREK KELAS III RSU PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI TANJUNG UBAN TAHUN 2009. Puji Agung Wibowo1 ,Linda Widiastuti2, Nurhidayati3. ABSTRAK Pelayanan keperawatan sebagai salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang memerlukan aspek penilaian dan perhatian khusus dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan penanganan dalam membantu memecahkan permasalahan-permasalahan pelayanan kesehatan. Ada 5 dimensi karakteristik yang digunakan oleh klien/ pasien dalam evaluasi pelayanan termasuk pelayanan keperawatan yaitu.konsisten menjaga kepercayaan, kenyamanan, rasa kasih sayang dan kejelasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualiatas pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pada pasien. Metode yang digunakan adalah deskripsi dengan pendekatan cross sectional. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dan metode analisa construktif computer memberikan hasil pada pasien dengan ungkapan kepuasan (72,7%) dan tidak puas 27,3%) rata-rata pasien yang menunjukkan ungkapan pelayanan baik dihitung (65,5%) dan pelayanan kurang baik (34,5%) dari hasil tabulasi yang telah didapat bahwa p<0,05 arti Ho menolak, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara kepuasan pelayanan perawatan pasien di ruang Anggrek, rumah sakit Provinsi Kepulauan Riau. Kata Kunci : Pelayanan keperawatan, kepuasan pasien, dimensi karakteristik. ABSTRACT Service of nursing as one of the service type at hospital needing special assessment aspect because treatment is tip of lance service of health and often used as indicator service of certifiable health and also share and determining satisfaction level of patients. There are five characteristic dimensions that used by all clients / patients in evaluating the quality of service including service of treatment that are reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangibles. As for intention of this research is to check relation between quality of service of treatment with satisfaction level of patient. Method which used is descriptive with approach of cross-sectional. Analysis which used is analysis of univariat and bivariat and Method analysis constructively computer give result of patient by expressing to satisfy ( 72,7%) and dissatisfy (27,3), meanwhile patient express good service counted (65,5%) and bad service counted (34,5%). From tabulation result traverse to be got that p < 0,05 meaning Ho refused, hence result of research express that there is relation, having a meaning between service of treatment to satisfaction of patient in Orchid room, Public Hospital of Province Archipelago Of Riau. Key words : Service of nursing , satisfaction of patient, characteristic dimensions. 11 LATAR BELAKANG adalah ujung tombak pelayan kesehatan dan Rumah sakit sebagai bagian integral dari sering pelayanan kesehatan telah mengalami pelayanan kesehatan yang bermutu serta proses perubahan orientasi berperan serta dalam menentukan tingkat nilai dan pemikiran. Fungsi rumah sakit yang tadinya digunakan sebagai indikator kepuasan klien. sebagai tempat untuk pengobatan penyakit, kini telah berkembang kearah kesatuan BAHAN DAN CARA upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat mencakup aspek promotif, preventif dan Inap Anggrek Kelas III Rumah sakit Umum rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini Provinsi Kepulauan Riau selama 1 bulan bukan dari tanggal 09 februari 2009 sampai hanya pada terselenggaranya program saja tetapi telah menekankan aspek dengan tanggal 28 februari 2009. mutu/kualitas pelayanan. Penelitian Kualitas pelayanan kesehatan seperti di ini questionnaire menggunakan (angket). Teknik teknik ini rumah sakit, merupakan suatu fenomena merupakan teknik pengumpulan data yang unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat dilakukan berbeda diantara orang-orang yang terlibat seperangkat pertanyaan atau pernyataan dalam tertulis kepada responden untuk dijawab. pelayanan pelayanan kesehatan. menunjuk Kualitas pada tingkat dengan Questionnaire cara memberi merupakan teknik kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam pengumpulan data yang efisien bila peneliti memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap tahu dengan pasti variabel yang akan diukur pasien. dan tahu mengenai informasi yang akan Pelayanan keperawatan sebagai salah diperoleh dari responden. Instrumen satu jenis pelayanan di rumah sakit yang penelitian yang digunakan dalam penelitian memerlukan aspek penilaian khusus dan ini adalah questionnaire dengan likert scales menjadi perhatian dikarenakan hal tersebut dengan memodifikasi pada bagian kualitas berkaitan pelayanan. dengan membantu penanganan memecahkan permasalahan pelayanan dalam permasalahan- Pertanyaan dirancang berdasar pada kesehatan. ukuran yang relevan dan saling membangun Pelayanan keperawatan mempunyai posisi terutama yang strategis dalam menentukan mutu pengukuran. Uji coba kuesioner dilakukan karena jumlah perawat yang lebih banyak untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dan paling lama kontak dengan pasien. pernyataan Dengan Validitas menunjukkan sejauh mana alat demikian maka keperawatan 12 beberapa di dalam materi skala questionnaire. ukur (instrument) dapat mengukur secara Terlihat bahwa dari tepat sesuatu yang akan diukur, sedangkan reliabilitas menunjukkan kemampuan suatu alat ukur (instrument) dapat mengukur sesuatu yang akan diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Uji validitas menggunakan tehnik product moment correlation dari Pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. umur 26 – 35 tahun sebanyak 25 orang (45,5%). Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Instalasi Rawat Inap Angrek Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 PENDIDIKAN SD SLTP SLTA AKADEMI/PT Jumlah korelasi dari tiap pertanyaan, hasil uji r hitung dibandingkan dengan r tabel. Berdasarkan pada model ini, ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 15 butir indikator yang menyusun model pelayanan keperawatan responden, sebagian besar terdapat dari kelompok Pada uji validitas, untuk menguji tingkat pertanyaan 55 FREKWENSI 2 13 34 6 55 % 3,6 23,6 61,8 10,9 100 Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan untuk mengelompokkan tingkat pendidikan mempunyai nilai > 0, 434. Hasil dari uji responden, validitas menghasilkan 15 butir pernyataan mendapatkan yang valid. Selanjutnya dilakukan uji berlatar belakang berpendidikan SLTA reliabilitas dengan menggunakan rumus dengan jumlah 34 orang (61,8%). hasil pengujian mayoritas presentase dari mereka Cronbach’s Alpha pada 15 butir pertanyaan Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 yang telah dikatakan valid. HASIL a. Karakteristik Responden UMUR PNS TNI SWASTA LAINNYA Jumlah Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 UMUR < 25 tahun 26-35 tahun FREKWENSI 5 25 % 9,1 45,5 36 – 45 tahun 46 – 55 tahun Jumlah 21 4 55 38,2 7,3 100 FREKWENSI 8 7 35 5 55 % 14,5 12,7 63,3 9,1 100 Terdapat 4 klasifikasi yang digunakan untuk mengelompokkan responden, hasil pengujian pekerjaan presentase mendapatkan mayoritas dari mereka adalah 13 pegawai swasta dengan jumlah 35 orang (63,3%). Hasil pengolahan data tentang kepuasan pasien didapatkan hasil 15 orang (27,3%) menyatakan kurang puas dengan pelayanan keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi B. Pelayanan Keperawatan Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit Tabel 4. Kualitas Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 Umum Provinsi Kepulauan Riau akan tetapi 40 orang (72,7 %) menyatakan puas dengan pelayanan keperawatan. JENIS PELAYANAN Buruk Baik Jumlah FREKWEN SI 19 36 55 % 34,5 65,5 100 D. Analisa Hubungan Pelayanan Kualitas Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien. Hasil pengolahan data terhadap 55 Tabel 6. Hubungan kualitas pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di Rawat Inap Anggek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 jawaban responden didapatkan hasil 19 orang (34,5%) menyatakan pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum KEPUASAN Provinsi Kepulauan Riau tergolong buruk Buruk Baik Total akan tetapi 36 orang (65,5 %) menyatakan pelayanan keperc. Kepuasan Pasien KURANG PUAS 12 3 15 PUAS TOTAL 7 33 40 19 36 55 terhadap Pelayanan Keperawatan. Chi Square Hitung = 18,846 p = 0,00 C. Kepuasan PEMBAHASAN Pasien terhadap df= 1 Hasil yang diperoleh dari pengolahan Pelayanan Keperawatan data terhadap ke 55 jawaban responden Tabel 5. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 TINGKAT KEPUASAN Kurang Puas Puas Jumlah FREKWEN SI 15 40 55 dengan menggunakan uji chi Square dapat disimpulkan bahwa p (0,00) < α (0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna % 27,3 72,7 100 antara kualitas keperawatan dengan tingkat pelayanan kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap Anggrek Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009 (tabel 8). Hasil pengolahan data tentang kepuasan 14 pasien didapatkan hasil 40 orang (72,7%) merupakan evaluasi atau hasil evaluasi menyatakan setelah membandingkan apa yang dirasakan puas dengan pelayanan keperawatan yang dilaksanakan di Instalasi dengan harapannya. (Kakawit, 1992) Rawat Inap Anggrek Kelas III Rumah Sakit Pasien yang puas akan setia lebih lama, Umum Provinsi Kepulauan Riau, namun 15 kurang sensitif terhadap harga dan memberi orang (27,7 %) menyatakan kurang puas komentar yang baik tentang pelayanan yang dengan pelayanan keperawatan. Dari data diberikan di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit pasien puas dengan pelayanan keperawatan harus menciptakan dan mengelola suatu yang telah dilakukan oleh perawat di sistem untuk memperoleh pasien yang lebih Instalasi Rawat Inap Anggrek Klas III banyak Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan mempertahankan pasiennya. Kotler (dalam Riau, hal tersebut berarti bahwa apa yang Zulian Yamit, 2005 : 80) diterima pasien tentang pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan. oleh rumah dan sakit. kemampuan Untuk untuk Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan uji chi Square Sesuai dengan Pendapat dari Kotler dapat disimpulkan bahwa p (0,00) < α (2003 : 61) mendefinisikan kepuasan (0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan sebagai perasaan senang atau kecewa yang bermakna antara kualitas pelayanan seseorang setelah keperawatan dengan tingkat kepuasan membandingkan antara persepsi kinerja pasien di Instalasi rawat Inap Anggrek atau hasil suatu produk dengan harapan- Kelas III Rumah Sakit Umum Provinsi harapannya. Kepulauan Riau Tahun 2009. Berdasarkan yang dialami Jika harapan pasien ini sesuai dengan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa dari 55 apa yang dialami dan dirasakan melebihi orang responden, 12 orang (21,82 %) harapannya sudah dapat dipastikan pasien menyatakan kurang puas dengan pelayanan tersebut akan merasa puas. Tetapi bila yang keperawatan dialami dan dirasakan pasien tidak sesuai pelayanan keperawatan tersebut buruk, 7 dengan harapannya, misal pelayanannya orang (12,73%) menyatakan puas tapi tidak ramah, tidak tanggap, pelayanan pelayanan keperawatan termasuk buruk, lambat sudah dapat dipastikan pasien tidak sedangkan hasil lainnya adalah 3 orang merasa puas. Kepuasan pasien dapat (5,45 %) orang menyatakan kurang puas diketahui setelah pasien menggunakan atau dengan menerima produk dan jasa pelayanan. menyatakan pelayanan adalah baik, hal Dengan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor kata lain kepuasan pasien 15 dan pelayanan menyatakan keperawatan bahwa tetapi lain, dan yang terakhir 33 orang (60 %) pelayanan keperawatan dan meningkatkan menyatakan pelayanan pelayanan keperawatan yang dianggap keperawatan yang baik. Dari data diatas pasien masih kurang sehingga harapan dapat pasien puas dilihat dengan bahwa sebagian responden menyatakan pelayanan keperawatan besar puas dengan yang dapat terpenuhi dan tercipta kepuasan. telah dilakukan perawat di Instalasi Rawat Inap KESIMPULAN Kelas III Rumah Sakit Umum Kepulauan Fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk Riau. Dan jika dilihat tingkat hubungan pengobatan penyakit, antara pelayanan keperawatan dengan berkembang kearah kepuasan maka sangat signifikan. Temuan pelayanan ini terdapat mencakup aspek promotif, preventif dan hubungan yang positif antara kualitas rehabilitatif. Kesatuan upaya-upaya ini pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien. bukan menyimpulkan bahwa untuk hanya kini telah kesatuan upaya seluruh pada masyarakat terselenggaranya Berarti makin tinggi kualitas pelayanan program saja tetapi telah menekankan aspek keperawatan maka akan meningkat pula mutu/kualitas pelayanan. Semakin tinggi kepuasan pasien, hal ini sebabkan harapan kualitas pelayanan keperawatan maka akan mereka tentang pelayanan sesuai dengan meningkat pula kepuasan pasien. apa yang mereka terima. Menurut Azwar (1996) kualitas kesehatan Riau harus tetap menjaga mutu pelayanan kesempurnaan keperawatan dan meningkatkan pelayanan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan keperawatan yang dianggap pasien masih rasa puas pada diri setiap pasien. Makin kurang sehingga harapan pasien dapat sempurna kepuasan tersebut, makin baik terpenuhi dan tercipta kepuasan. menunjukkan pula kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan tingkat pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien ini sangat penting karena DAFTAR PUSTAKA berhubungan Aditama, dengan eksistensi suatu T, Y.1999, Management Rumah Sakit, karena jika pasien puas dapat Administrasi RS, Edisi kedua, UI, membentuk persepsi dan selanjutnya dapat Jakarta memposisikan produk di layanan di mata pelanggannya. Anjaswarrni T, et all, 2002, Jurnal Dengan demikian diharapkan bahwa di Keperawatan Indonesia, Vol Rumah Sakit Umum Provinsi Kepulauan 6,Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Riau sendiri untuk tetap menjaga mutu Jakarta 16 Assauri, Sofjan. 2003, Customer Service Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan yang Baik Landasan Pencapaian Penelitian Customer Pedoman skripsi, Tesis dan instrumen Satisfaction dalam Usahawan, No. 01, Tahun XXXII, Ilmu Keperawatan : penelitian, Salemba Medika, Jakarta Januari, hal. 25-30 : Jakarta. Penelitian pengukuran mutu RS II, 2006, Azwar A, 1996, Menjaga Mutu Pelayanan Keperawatan Kesehatan, http/:www. Pustaka images.trimor.multiply.com Sinar Harapan, Jakarta RSUP Kepulauan Riau, 2008, Profil Rumah ________, 1996, Pengantar Administrasi Sakit Umum Provinsi Kepulauan Kesehtan, Binarupa Aksara, Jakarta Kesehatan RI, 2005, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Riau. ____________, Asuhan Rumah Keperawatan Di Rumah Sakit, Ditjen 2008, Sakit Rekam Umum Medik Provinsi Kepulauan Riau. Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta Purnama, Nursya,bani. 2006. Manajemen Departemen Kesehatan RI, 2001, Petunjuk Pelaksanaan pelayanan Indikator Rumah Sakit, Kualitas Perspektif Global. Edisi mutu Pertama, Cetakan Pertama. Penerbit Ditjen Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta. UII Yogyakarta. Santoso, Singgih, 2002, SPSS Versi 10 Gaspersz, Vincent. 2002, Kualitas dalam Manajemen Industri Mengolah Jasa. Profesional, Gramedia :Jakarta. Kotler, Philip 2003, Data Statistik PT Elex Secara Media Komputindo, Jakarta Marketing Supranto J, 2002 Metode riset Aplikasi Management. Prentice Hall : New dalam Pemasaran, Edisi 7, Rineka Jersey. Cipta, Jakarta Notoatmodjo, Sukijo 2002. Metodologi Setiadi, 2007, Konsep dan penulisan Riset Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Keperawatan, Edisi Pertama, Graha Rineka Cipta, Jakarta. Ilmu, Yogyakarta 17 Tjiptono, Fandi dan Gregorius Candra. 2005. Service, Satisfaction. Quality, Andi and Offset: Yogyakarta. ________. 2005, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama,cetakan keempat, Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. Wexley KN, Yukl GA, 1998, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Bina Aksara, Jakarta 1. Dosen STIKES Hang Tuah Hang Tuah Tanjungpinang. 2. Dosen STIKES Tanjungpinang. 3. Mahasiswi STIKES Hang Tuah Tanjungpinang 18 EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN DALAM MEMBANTU MENURUNKAN SUHU TUBUH PASIEN ANAK DENGAN DHF DI RUANG RAWAT INAP PULAU SUBI KECIL RUMKITAL Dr. MIDIYATO S TANJUNGPINANG TAHUN 2009. Syamilatul Khariroh1, Dede Satia S2, Apit Komar3 ABSTRAK Pemanfaatan kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu klien untuk menurunkan demam sampai saat ini masih terdapat perbedaan terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Rumah Sakit TNI AL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk membuktikan efektifitas pemanfaatan kompres hangat dan kompres dingin dalam membantu menurunkansuhu tubuh klien dengan DHF yang mengalami demam. Penelitian ini bersifat eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin Dalam Membantu Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan DHF di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Pengumpulan data melalui Pre Eksperimen terhadap 30 responden masing-masing dengan dua perlakuan yaitu perlakuan pertama dengan kompres hangat dan perlakuan kedua dengan kompres dingin pada pasien yang sama dalam waktu yang berbeda. Hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (significant) suhu setelah diberikan kompres hangat dibandingkan kompres dingin. Kompres hangat lebih efektif daripada kompres dingin. Perlu upaya peningkatan pengetahuan perawat tentang perkembangan pemberian asuhan keperawatan kompres yang efektif, serta adanya komitmen penyamaan visi dan protap pemberian kompres yang efektif di tempat-tempat pelayanan kesehatan, perlunya penyampaian informasi pengetahuan yang tepat kepada masyarakat tentang pemberian kompres yang efektif. Kata Kunci : Efektif, Kompres Hangat, Kompres Dingin. ABSTRACT Utilization compress and warm in the cold compress to help clients to reduce fever, still there is a difference, especially in the implementation of nursing care at the Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Goal of this research is done to prove the effectiveness and utilization of warm compress cold compress to help reduce body temperature with clients who have a fever DHF. This study is experiment that aims to determine the effectiveness of warm compress and cold compress to help reduce the patients body temperature of children with DHF in the inpatient room Subi Kecil Island Navy Hospital Dr. Midiyato S Tanjungpinang 2009. Collecting data through Pre Experiment of 30 respondents each with two treatment that is the first treatment with the warm compress and second treatment with the cold compress on the same patient in different time. The results obtained that there are meaningful differences (significant) temperature after a given of warm compress compared to cold compress. Warm compress more effectively that cold compress. Its need to increase nurse knowledge about the development of the giving nursing care compress effective, and commitment of vision equation and effective permanent procedure compress provision of places in health service, its need to delivery the right information to the public about the effective using of compress. Key words : Knowledge, attitudes to smoking activity. Key words : Effective,Warm Compress, Cold Compress. LATAR BELAKANG Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue terutama terdapat pada anak dan 19 dewasa dengan gejala utama demam, nyeri tinggi. Oleh karena itu harus segera otot dan sendi, dan biasanya memburuk diberikan obat penurun panas. Kompres pada dapat membantu bila anak menderita dua hari pertama (Prof.dr. ArjatmoTjokronegoro, 1996;417). demam terlalu tinggi. Sebagai tambahan, Demam pada penyakit demam berdarah untuk anak yang mempunyai riwayat terjadi secara mendadak antara 38,50C- kejang demam disamping obat penurun 400C. Pada anak-anak terjadi peningkatan panas suhu yang mendadak. Demam akan terjadi kejang.(Sabrina, 2008) terus menerus dan hanya menurun sebentar dapat diberikan obat anti Suhu tubuh adalah cerminan dari setelah diberikan obat penurun panas. Pada keseimbangan antara produksi dan hari sakit ke 3-5 terjadi gejala lanjutan yang pelepasan panas. Keseimbangan ini diatur merupakan saat-saat berbahaya, suhu badan oleh pengatur suhu (termostat) yang akan turun jadi seolah-olah anak sembuh terdapat di otak tepatnya di hipotalamus. karena sudah tidak demam lagi. Yang perlu Pada orang normal, termostat ini diatur diperhatikan saat ini adalah tingkah laku si pada suhu 36,5 0C - 37,2 0C. Sedangkan anak. Apabila demam menghilang, anak bila kenaikan suhu lebih dari 41,20C tampak segar dan mau bermain serta disebut hiperpireksia (dr. Sinarty Hartanto, makan/minum,biasanya termasuk demam 2008). dengue ringan. Tetapi apabila demam Demam adalah kondisi dimana otak menghilang tetapi anak bertambah lemah, menetapkan suhu di atas seting normal ingin tidur dan tidak mau makan/minum yaitu diatas 38 0C. Namun demikian, panas apapun, apalagi disertai nyeri perut, ini yang sesungguhnya adalah bila suhu > 38.5 merupakan tanda awal shock. 0C. Akibat tuntutan peningkatan seting Dalam keadaan demam tubuh banyak kekurangan cairan tubuh karena terjadi tersebut maka tubuh akan memproduksi panas. (dr. Purnamawati, 2007) penguapan yang lebih banyak daripada Kompres dilakukan untuk mengeluarkan biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila panas yang ada dalam tubuh. Panas tubuh anak terus menerus muntah atau tidak mau keluar melalui pembuluh-pembuluh darah minum, sehingga pertolongan pertama yang besar yang dekat dengan kulit yang berada terpenting adalah memberikan minum di leher, axila dan lipatan paha. Sehingga, sebanyak-banyaknya. Demam yang tinggi bila melakukan kompres untuk menurunkan juga akan mengurangi cairan tubuh dan suhu tubuh, kompres di tempat tersebut, dapat menyebabkan kejang pada anak yang jangan di dahi karena tidak banyak mempunyai riwayat kejang bila demam manfaatnya. 20 Kalau hanya dahi yang dikompres, maka yang dingin cuma dingin maka suhu tubuh akan turun dahinya saja sementara tubuh tetap panas. mendekati normal. Yang setuju dengan cara (dr. Sinarty Hartanto, 2008) kompres panas berargumen kompres dingin Namun perlu diingat, kompres dilakukan itu sebenarnya tidak begitu efektif bukan untuk keadaan darurat bila anak menurunkan panas. Karena kontak dengan demam. Kompres dipakai untuk membantu air dingin maka pembuluh darah yang penurunan kontak dengan kain kompres dingin akan suhu tubuh disamping pemberian obat penurun panas. Jika anak menciut (vasokonstriksi) sehingga panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan menyulitkan pengeluaran panas. kompres tapi memberikan obat penurun Kimin, 2008) (Azril panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi, Kompres untuk demam karena infeksi barulah dibantu dengan kompres. Jika virus pada penyakit DHF di kalangan cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan masyarakat (dan mungkin juga di kalangan kompres lagi.(dr.Sinarty Hartanto, 2008 ) dokter) Beberapa tahun lalu, semua orang tua terdapat dua pendapat, yaitu kompres hangat dan kompres dingin. menggunakan lap yang dibasahi air dingin/ Pendapat tentang kompres dingin es untuk mengompres anak bila demam, berargumen bahwa panas tubuh harus seperti yang dianjurkan tenaga medis dan dibuang dengan cara kompres dengan buku-buku kesehatan. Dan beberapa tahun sesuatu yang dingin yang bisa menyerap belakangan mulai muncul anjuran dari panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau dunia medis untuk menggunakan kompres kompres dengan air hangat justru malah panas atau air hangat, yang seakan-akan sebaliknya. menyalahkan teori kompres masa lalu. Pendapat tentang kompres air hangat Banyak orang tua yang bingung dengan berargumen bahwa kompres dingin justru fenomena ini, metode kompres apa yang merangsang tubuh untuk memproduksi akan dipilih. panas karena saraf menerima informasi Kedua metode kompres ini punya argumen pembenaran bahwa di luar tubuh (di kulit) suhu lebih sendiri-sendiri, rendah. Kalau kompres dengan air hangat sehingga sulit untuk menyalahkan secara tubuh akan terangsang untuk mengeluarkan mutlak. Yang setuju dengan kompres keringat dan kemudian suhu tubuh akan dingin agaknya berlindung kepada hukum turun. fisika bahwa panas dari suatu tempat bisa Senada dengan dikotomi di atas. Pakaian berkurang setelah diserap benda lain . untuk orang demam juga ada dua pendapat. Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain Pendapat 21 yang pertama (mungkin pendukung kompres dingin) mengatakan DHF adalah kompres hangat. Beberapa bahwa orang demam jangan diselimuti penelusuran tersebut antara lain : bahkan pakaiannya harus tipis supaya panas Tindakan yang perlu dilakukan untuk tubuh bisa bebas lepas keluar. Pendapat orang yang akan atau sudah terkena demam yang lain (mungkin pendukung kompres berdarah salah satunya adalah dengan hangat) mengatakan bahwa orang demam pemberian kompres dingin (Litbang, 2004). harus menggunakan pakaian tebal dan Sedangkan menurut (Harnawatiaj,2008) diselimuti supaya berkeringat dan suhu Asuhan keperawatan penurunan suhu tubuh tubuh turun. (Harnawatiaj, 2008). Dari pada anak dengan DHF adalah pemberian fenomena kompres tersebut tampak bahwa hangat, dengan informasi pengetahuan tentang kompres vasodilatasi masih penguapan yang mempercepat penurunan belum diketahui secara dapat rasional meningkatkan merata/meluas sepenuhnya oleh masyarakat suhu tubuh. Lain halnya menurut termasuk juga oleh tenaga kesehatan dokter (Hardiansyah, Juni ataupun perawat. hiperpireksia pada DHF dapat diatasi 2008) bahwa Menurut Sabrina Maharani, Februari dengan memberikan kompres air hangat 2008 dalam bukunya berjudul “Mengenal atau dingin ditambah antipiretik, demikian dan juga menurut (Pustekkom, 2005) bahwa Memahami Kesehatan Berbagai Anak” Gangguan mengatakan bahwa pemberian kompres pada anak dengan DHF kompres yang diberikan pada anak dengan DHF adalah kompres air es. adalah kompres hangat. Demikian juga Pendapat (Arsifa, Maret 2007) bahwa menurut Gloria Mayer & Ann Kuklierus, Penanganan kompres untuk anak dengan Juli 2008 dalam bukunya berjudul “ What DHF adalah kompres air hangat, tetapi To Do When Your Child Gets Sick” menurut mengatakan membantu keperawatan pada diagnosa keperawatan menurunkan demam pada anak adalah hipertermi (suhu tubuh lebih dari 40°C) dengan mengompres air hangat hangat anak dengan DHF adalah berikan kompres kuku. Sedangkan menurut penelusuran dingin (air biasa). Demikian juga menurut dalam beberapa journal dikatakan bahwa (Muslimah, kompres yang diberikan pada anak dengan keperawatan DHF adalah kompres dingin, sementara dengan pada jurnal lainnya mengatakan bahwa kompres air kran dengan rasional kompres kompres yang diberikan pada anak dengan dingin akan terjadi pemindahan secara bahwa untuk (Susilawati, 2004) Intervensi 2008) Pada hipertermi infeksi virus intervensi berhubungan dengue adalah konduksi. Pengobatan lain selain yang 22 bersifat suportif dan simtomatif pada kompres hangat dan kompres dingin dalam penderita DHF adalah kompres hangat membantu menurunkan suhu tubuh pasien (Maroji’, 2008) anak Perencanaan Keperawatan dengan DHF. Populasi dalam pada penelitian ini adalah semua pasien anak penderita DHF diantaranya adalah berikan yang menderita DHF umur 0-12 tahun kompres dengan dengan disertai tanda/gejala demam ≥ 38 meningkatkan 0C. Lokasi penelitian di ruang rawat inap penguapan yang mempercepat penurunan pulau Subi kecil Rumkital Dr. Midiyato S suhu tubuh (Effendy,Christiantie,1995). Tanjungpinang mulai tanggal 30 Januari Tetapi lain halnya dengan (Otong, 2004) sampai dengan 21 Februari 2009. hangat, vasodilatasi rasional dapat : menurutnya Pertolongan Pertama pada Prosedur pengumpulan data yaitu penderita Demam Berdarah Dengue salah dengan mengukur terlebih dahulu suhu satunya adalah Pemberian Kompres Dingin. tubuh Demikian juga menurut pasien sebagai langkah awal (WAP penelitian selanjutnya dilakukan kompres INDOSIAR, 2004) bahwa Tindakan yang kepada pasien sesuai kriteria penelitian. harus dilakukan bila ada penderita Demam Kompres hangat dilakukan pada pagi hari Berdarah salah satunya adalah kompres selama dengan air es, sama halnya menurut kompres selanjutnya pasien diukur suhu (Harnawatiaj, tubuhnya 2008) menurutnya 15 menit, setelah dengan dilakukan menggunakan Pengobatan penyakit Demam Berdarah thermometer air raksa. Kemudian pada salah satu diantaranya adalah dengan siang/sore harinya dilakukan kompres melakukan kompres dingin. Tetapi menurut dingin pada pasien yang sama. Selanjutnya (Mother and Baby, 2007) bahwa pada saat dilakukan anak mulai demam, kompres dengan air menggunakan system komputer. hangat. Sama halnya menurut pendapat Untuk tabulasi dan mengetahui analisis apakah data suhu (Pusponegoro Hardiono, 2007) bahwa cara responden yang diberikan kompres dingin mengompres yang benar pada anak yang dan kompres hangat adalah Matching mengalami demam adalah lap dengan air (sama), dilakukan uji statuistik Uji-t data hangat. independent. Untuk mengetahui efektifitas kompres dalam menurunkan suhu tubuh dilakukan Uji-t data berpasangan (Paired t- BAHAN DAN CARA Dalam penelitian menggunakan desain Pre Eksperimen , untuk mencari perbedaan yang bermakna efektifitas test). Penafsiran uji statistic digunakan cara sebagai berikut : pemberian 23 1) Jika nilai probabilitas (P-value) > α, maka Ho gagal ditolak artinya tidak ada perbedaan antara pemberian sesudah dilakukan kompres dingin adalah 37,290C. kompres Penelitian dilanjutkan dengan dingin dengan kompres hangat dalam melakukan Uji – t Data Independent menurunkan (Independent suhu tubuh pasien anak dengan DHF. t-Test) bertujuan untuk menguji metode pemberian kompres mana 2) Jika nilai probabilitas (p-value) < yang lebih efektif dalam menurunkan suhu α, maka Ho ditolak artinya ada perbedaan tubuh pasien anak dengan DHF. Untuk antara pemberian kompres dingin dengan mengetahui distribusi frekuensi pengukuran kompres hangat dalam menurunkan suhu suhu tubuh rata-rata sebelum dan sesudah tubuh pasien anak dengan DHF. dilakukan kompres hangat dan dingin pada pasien anak dengan DHF, dapat dilihat pada tabel 1. HASIL Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yaitu pasien anak yang menderita DHF yang dibagi dalam dua perlakuan kompres yaitu masing masing Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengukuran Suhu Tubuh Rata-rata Sebelum dan Sesudah dilakukan Kompres Hangat dan Dingin Pada Pasien Anak Dengan DHF Di Ruang Rawat Inap Pulau Subi Kecil Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009 dilakukan kompres hangat dan kompres dingin dalam waktu yang berbeda. Sebelum dilakukan kompres hangat Metode Kompres maupun kompres dingin terlebih dahulu diukur suhu Kompres Hangat Kompres Dingin tubuh dari masing-masing pasien tersebut, untuk selanjutnya dilakukan kembali pengukuran suhu tubuh pasien setelah dilakukan kompres hangat Rata-rata suhu tubuh pasien sebelum dilakukan kompres hangat adalah 38,710C, sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien sesudah dilakukan kompres hangat adalah Dari hangat sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien 0,009 38,160C 37,290C 0,009 Nilai p penelitian dan dilakukan kompres dingin kompres untuk mengetahui efektifitas penurunan suhu tubuh. Penelitian melakukan uji di dengan mulai dengan menggunakan kompres hangat terlebih dahulu. 36,630C. Untuk suhu tubuh pasien sebelum dilakukan kompres dingin adalah 38,160C, Suhu ratarata sesudah kompres 36,630C PEMBAHASAN maupun kompres dingin. Suhu rata-rata sebelum kompres 38,710C Kompres yang lazim digunakan untuk membantu menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam adalah kompres 24 hangat. Sebab dengan suhu di luar terasa menggunakan hangat akan 38,16oC, rata-rata suhu setelah dilakukan menginterpretasikan bahwa suhu di luar kompres dingin adalah 37,29oC. Dari uji t cukup panas. Dengan demikian tubuh akan data menurunkan pengatur suhu di otak supaya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh sebesar 0,05. Ini berarti bahwa Hipotesis lagi. Disamping itu lingkungan luar yang Null ditolak interpretasinya adalah bahwa hangat akan membuat pembuluh darah tepi ada perbedaan yang bermakna antara suhu di mengalami sebelum dan sesudah dilakukan kompres vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori dingin. Kompres dingin juga efektif dalam kulit terbuka sehingga akan mempermudah menurunkan suhu tubuh. kulit maka tubuh melebar atau pengeluaran panas dari tubuh.(dr. Sinarty Hartanto,2007). Asuhan kompres berpasangan dingin didapatkan adalah p-value Hal ini sesuai dengan sebuah pendapat keperawatan bahwa pemberian kompres pada pasien penurunan suhu tubuh pada anak dengan demam adalah dengan kompres dingin, DHF adalah pemberian kompres hangat, pendapat ini mengacu kepada hukum fisika dengan dapat bahwa panas dari suatu tempat bisa yang berkurang setelah diserap benda lain . tubuh. Dengan diserapnya panas tubuh oleh kain rasional vasodilatasi meningkatkan mempercepat penguapan penurunan suhu (Harnawatiaj, Maret 2008) dingin maka suhu tubuh akan turun Hasil analisis menunjukkan rata-rata mendekati normal (Azril Kimin,2008). suhu sebelum dilakukan kompres hangat Pendapat lain tentang kompres dingin adalah 38,71oC, sedangkan rata-rata suhu mengatakan bahwa panas tubuh harus setelah dilakukan kompres hangat adalah dibuang dengan cara kompres dengan 36,63oC. Dari uji t data berpasangan sesuatu yang dingin yang bisa menyerap didapatkan p-value sebesar 0,000 yang panas tubuh yang berlebih tersebut. Kalau lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. kompres dengan air hangat justru malah Ini berarti bahwa Hipotesis Null ditolak, interpretasinya adalah bahwa sebaliknya (Harnawatiaj, 2008). ada Untuk menguji apakah perbedaan ini perbedaan yang bermakna antara suhu bermakna secara statistik, dilakukan uji t sebelum dan sesudah dilakukan kompres data independen. Hasil uji Levene’s Test for hangat, kompres hangat efektif dalam Equality of Variances di dapatkan nilai p menurunkan suhu tubuh. sebesar 0,009 yang lebih rendah dari nilai Penelitian kedua dengan menggunakan kompres dingin. Hasil analisis alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah varian kedua sampel adalah berbeda, 25 sehingga menggunakan asumsi varian yang (p-value) sebesar 0,000 yang lebih kecil tidak sama (equal variances not assumed). dari alpha sebesar 0,05. Interpretasinya Hasil uji t-test for Equality of Means adalah menggunakan asumsi varian yang tidak perbedaan yang bermakna (significant) sama didapatkan nilai p (p-value) sebesar suhu setelah diberikan kompres hangat 0,000 yang lebih kecil dari alpha sebesar dibandingkan dengan kompres dingin. 0,05. Kompres hangat Interpretasinya adalah terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata suhu sebelum dilakukan kompres. suhu setelah ditolak, artinya terdapat lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh. Rata-rata suhu sebelum kompres hangat lebih tinggi. Rata-rata Ho KESIMPULAN dilakukan Kompres dapat dipakai untuk membantu kompres hangat adalah 36,63oC, sedangkan penurunan suhu tubuh disamping rata-rata suhu setelah dilakukan kompres pemberian obat penurun panas. Jika anak dingin adalah 37,29oC. Tampak bahwa panas tinggi, yang pertama dilakukan bukan rata-rata suhu setelah diberikan kompres kompres tapi memberikan obat penurun hangat lebih rendah dari rata-rata suhu panas. Bila suhu tubuh anak tetap tinggi, setelah diberikan kompres dingin. Padahal barulah dibantu dengan kompres. Jika rata-rata suhu sebelum diberikan kompres cukup dengan obat,tidak perlu dilakukan lebih tinggi pada sampel yang diberikan kompres lagi. kompres hangat. Untuk menguji apakah Ada 2 macam kompres yaitu kompres perbedaan ini bermakna (significant) secara hangat dan kompres dingin. Dari hasil statistik dilakukan uji t data independen. penelitian dapat didapat kesimpulan yaitu Dari hasil uji t data independen bagian Kompres hangat pertama yaitu untuk menguji apakah kedua menurunkan suhu tubuh. lebih efektif dalam sampel memiliki varian yang sama, dengan menggunakan uji Levene’s Test for Equality of Variances di dapatkan nilai p (p- DAFTAR PUSTAKA A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah, value) sebesar 0,055 yang lebih besar dari 2005, Buku Saku Praktikum alpha sebesar 0,05. Interpretasinya adalah Kebutuhan Dasar Manusia; editor varian kedua sampel adalah sama, sehingga Monica Ester, EGC, Jakarta. uji t menggunakan asumsi varian yang sama (equal variances assumed). Hasil uji t-test for Equality of Means Anas Tamsuri, 2007. Gangguan Pengaturan menggunakan Suhu Tubuh; Regulasi Suhu Tubuh, asumsi varian yang sama didapatkan nilai p 15 26 Agustus 2007. http: //nursingbegin.cm.gangguan- Kimia, Biologi edisi 4, alih bahasa pengaturan-suhu-tubuh/#.80 Palupi Widiyastuti; editor bahasa Indonesia Arsifa,2007,Demam,18 Maret 2007. Monica Ester, EGC, Jakarta. http://arsifa.blog.friendster.com/page /2/ Litbang,2004,Penanganan Demam Berdarah Harus Cepat, 22 Februari Azril Kimin,2008,Kompres Panas atau Dingin?,05 November 2004. 2008. http: //www.balipost.co.id/BaliPoscetak/2 http://www.mail- 004/2/22/kas 2 htnl.26 archive.com./[email protected] ediamajalah.com/ Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Gloria Mayer, Ann Kuklierus, Juli 2008, Ketika si Kecil Sakit, Media Aesculapius-FKUI, Jakarta. Terapi Kesehatan Mandiri Bagi Orang Tua Mansjoer Arief, 2001, Kapita Selekta di Rumah, terjemahan dari buku asli Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, What To Do When Your Child Gets Media Aesculapius – FKUI, Jakarta. Sick oleh Ganjar D, Golden Books, Maroji’,2008,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Jogjakarta. Anak Bagian Ionfeksi dan Penyakit Harnawatiaj,2008,Penyakit Berdarah,27 Demam Maret Tropis,IDAI,30 2008. April 2008. www.muslimah.or.id http://www.infopenyakit.com/2008 /03/penyakitdemam-berdarah- Monica dbd.html Ester, Berdarah Pengobatan, Hartanto Sinarty,Dr, Anak Demam Perlu SKp, 1999, Dengue, Demam Diagnosis, Pencegahan dan Pengendalian, EGC, Jakarta. Kompres ? 05 November 2008. http: //www.mail.archive.com/balitaanda Muslimah,2008,Asuhan @indoglobal.com/msg.36569.html Keperawatan Anak Dengan DHF, 29 September 2008. Laurie Cree, Sandra Richmiller, 2006, http://indonesianursing.com/2008/09/ Sains Dalam Keperawatan; Fisika, 29/askep anak dengan DHF. 27 Otong,2004,System informasi Kesehatan Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo, Kota Balikpapan 2005, Demam Berdarah (Dengue) Pada Sabrina Maharani, 2008, Mengenali dan Memahami Berbagai Anak, Universitas Indonesia(UI-Press), Jakarta. Gangguan Kesehatan Anak; editor Illya Muhsin, Soegeng Katahati, Jogjakarta. Soegijanto, Berdarah 2006, Dengue Edisi Demam Kedua Cetakan I, Airlangga University Santo Tomas, Universiy of Manila, 2006, Press, Surabaya. Mata Ajar Nursing. Susilawati, 2004, Asuhan Keperawatan Sudigdo Sastro Pada Anak Dengan DHF. Asmoro,Prof.DR.Dr,SpA.(K), 2002, Dasar-dasar Metodologi Penelitian WAP INDOSIAR,2004, Musim Hujan , Edisi ke 2, CV Sagung Seto, Jakarta. waspadai Demam Berdarah, 19 Januari 2004 Suharsimi Arikunto,DR,1996,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Danlt;img Praktek,PT Rineka Cipta,Jakarta. src=danquot;images/kata/a.040119; indosiar.com Suharsimi Arikunto, Prof.DR,2002,Prosedur Penelitian W.F. Ganong, 1992, Buku Ajar Fisiologi Suatu Pendekatan Praktek,PT Rineka Kedokteran Edisi 14 Cetakan I, alih Cipta,Jakarta. bahasa dr. Petrus Andrianto; editor dr. Jonathan Oswari, EGC, Jakarta. Sjaifullah Noer,H.M,Prof.dr, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi 1. ketiga;Balai Pustaka FKUI, Jakarta. Soemarmo Soenaryo Poorwo Soedarmo, Universitas Indonesia STIKES Hang Tuah Hang Tuah Tanjungpinang. 2. 1988, Demam Berdarah Pada Anak. Dosen Dosen STIKES Tanjungpinang. 3. (UI-Press), Mahasiswa STIKES Tanjungpinang. Jakarta. 28 Hang Tuah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA TELUK BAKAU TAHUN 2009 Iwan Iskandar1, Yoyok2, Sumardiana3. ABSTRAK Wabah penyakit malaria terjadi Desa Teluk Bakau tahun 2007. Jika dibandingkan dengan daerah yang lain, penyakit malaria di daerah Gunung Kijang selalu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu dalam upaya pencegahan penyakit malaria di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang sudah dilakukan di Desa Teluk Bakau kabupaten Bintan bulan pada Februari hingga Maret 2009. Jumlah sampel adalah 80 orang . Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data primer dan sekunder, dilakukan dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tindakan ibu untuk mencegah malaria adalah 31% (38,8%) memiliki tindakan yang buruk dalam upaya pencegahan penyakit malaria, dan 49 (61,2%) penduduk melakukan tindakan yang baik. Disamping itu hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada tindakan yang signifikan dari pengetahuan, tingkah laku, umur dan informasi kesehatan (p<0,05) dan untuk pendidikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p≥0,05). Sesuai dengan hasil penelitian disarankan bahwa penting untuk meningkatkan peran serta petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit malaria dan tindakan yang dilakukan untuk pencegahan penyakit malaria. Kata Kunci: Malaria, faktor-faktor, analisa univariat dan bivariat. ABSTRACT Insiden Malaria at Teluk Bakau Village get fisrt expert. Beside it, compared with the other district, happenings Malaria at Gunung Kijang district always high from year to year. The purpose of this research to know factors that relate with mother’s action to prevent Malaria at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s. This research is Cross Sectional that was done at Teluk Bakau Village Bintan Regent’s on February until March 2009. Amount of sample is 80 people. Samples were gotby Stratified Random Sampling. Files were resud from primer and sekunder., done by univariat and bivariat analyzes. The result of this research show that mother’s action to prevent Malaria are 31 (38,8%) people do bad action to prevent Malaria, and 49 (61,2%) people do good action. Beside it the result of this research show that action has significant different for knowledge, attitude, age and health information (p<0,05) and for education doesn’t show significant different (p≥0,05). According the result of this research suggest that is important to increase the clown of healthy guard to give healthy information to society about Malaria and the action that be done to prevent Malaria Key words: Malaria, factor-factor, univariat and bivariat analyzes. LATAR BELAKANG kematian yang tinggi dan memberikan Malaria adalah penyakit infeksi akut mau kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga pun oleh bagi banyak manusia di dunia. Itulah plasmodium malaria dengan demam yang sebabnya mengapa WHO menempatkan rekuren, anemia dan hepatosplenomegali malaria sebagai prioritas utama dalam (Rampengan, program penanggulangan dan penelitian kronis menyebabkan yang disebabkan 2000:18). angka Malaria kesakitan dan penyakit tropis yang disponsorinya. Di 29 Indonesia penyakit masih angka kejadian malaria Kecamatan Gunung merupakan penyebab utama kematian dan Kijang termasuk ke dalam 3 besar dengan diperkirakan 50 orang menderita malaria jumlah per 1.000 orang penduduk. Diperkirakan 40 berdasarkan % dari penduduk dunia mempunyai resiko (AMI), terhadap Kecamatan Gunung Kijang adalah 76,2 per malaria malaria (Saroso, 2003: [email protected]). Penyakit malaria 8,2 per 1000 penduduk. Dan Annual angka Malaria kejadian Inciden malaria di 1000 penduduk. Berdasarkan persentase tersebar di seluruh mKabupaten Bintan, Kecamatan Gunung pulau di Indonesia dengan derajat endemis Kijang termasuk ke dalam rangking 4 besar yang berbeda-beda dan dapat terjangkit di yaitu 10,81 persen. daerah ketinggian sampai 1800 meter di Bedasarkan keterangan dari petugas atas permukaan laut. Angka kesakitan kesehatan setempat bahwa masih banyak malaria di pulau Jawa dan Bali pada tahun ibu di kecamatan Gunung Kijang tidak 1993 berkisar 1 sampai 2 per 1000 mengikuti penyuluhan tentang malaria penduduk, sedangkan di luar Jawa dan Bali sehingga 10 kali lebih besar ( Rampengan, 2000:188 tentang penyakit malaria. Dan masih ). banyak ibu di Kecamatan Gunung Kijang pengetahuan mereka kurang Penyakit malaria masih merupakan juga belum menunjukkan sikap positif yang penyakit endemis di Kabupaten Bintan menunjang terhadap pencegahan penyakit sampai saat ini. Hal ini disebabkan wilayah malaria. Selain itu, dibandingkan dengan Kabupaten daerah kecamatan lain, insiden/angka kejadian Kepulauan dan sebagian besar terdiri dari penyakit malaria di Kecamatan Gunung rawa-rawa/perairan lagi Kijang selalu tinggi, pada tahun 2006 pelaksanaan pembangunan infrastruktur berjumlah 112,6 % dan 2007 terdapat 76,2 baik industri, pertambangan, perkantoran % (DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37). Bintan sebagai ditambah dan perumahan yang sedang giat-giatnya Profil Kesehatan Puskesmas Toapaya dikembangkan mengakibatkan banyaknya Kecamatan Gunung Kijang menyebutkan, bekas-bekas menjadi dari distribusi 4 wilayah kerja puskesmas penampungan air hujan dan menjadi sarang Kawal, maka angka kejadian malaria di perkembangan nyamuk Anopheles yang Desa Teluk Bakau menduduki urutan merupakan vektor penyebaran malaria pertama. Adapun rekapitulasi malaria di (DinKes Kabupaten Bintan, 2007:37). puskesmas tersebut adalah: Desa Teluk galian yang Berdasarkan Annual Parasit Inciden Bakau: 57,08 persen, Desa Gunung Kijang: (API) di Kabupaten Bintan tahun 2007, 30 20,7 persen, Desa Malang Rapat: 15,67 penelitian persen dan Kelurahan Kawal: 6,54 persen. (independent variabel) adalah pengetahuan, Pernyataan Becker dalam Notoatmodjo sikap, dimana variabel pendidikan, usia, bebas informasi (2003: 14) mengatakan bahwa perilaku kesehatan, dan variabel terikat (dependent kesehatan adalah hal-hal yang berhubungan variabel) adalah tindakan ibu dalam upaya dengan pencegahan penyakit malaria yang diamati tindakan dilakukan atau seseorang. tindakan-tindakan kegiatan Dalam yang yang hal ini dan di ukur dalam waktu yang bersamaan. dilakukan Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu di menyangkut tindakan pencegahan penyakit, desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung kebersihan perorangan, dan sebagainya. Kijang Kabupaten Bintan yang berjumlah Maka dalam hal ini peranan ibu di dalam 447 orang. Waktu pelaksanaan penelitian rumah tangga dalam proses perubahan bulan 1 November sampai 28 November perilaku sangat penting, dimana ibu sangat 2008. Pengambilan sampel dengan cara banyak melakukan tindakan-tindakan di Stratified dalam rumah tangga. Oleh karena itu menggunakan pendekatan metode alokasi tindakan-tindakan proporsional. dalam upaya Random Sampling. Dengan menciptakan kesehatan yang optimal di Pengumpulan data dalam penelitian ini dalam keluarga sangat ditentukan oleh diperoleh dari 2 (dua) sumber yaitu data orang terdekat atau ibu dan termasuk primer dan sekunder. Data primer diperoleh kedalam reinforcing factor yaitu faktor melalui wawancara langsung dan observasi pendorong terbentuknya perilaku. Faktor dengan pendorong terbentuknya perilaku dalam menggunakan kuesioner sebagai panduan pencegahan malaria yang dilaksanakan langsung oleh peneliti pengetahuan, sikap, antara usia, lain: tingkat pada responden, responden. yaitu Data primer dengan yang pendidikan, kepercayaan, tradisi dan norma dibutuhkan melalui wawancara langsung sosial. berupa pengetahuan, sikap, pendidikan, usia, informasi kesehatan dan tindakan. Data sekunder merupakan data umum (data BAHAN DAN CARA Penelitian ini merupakan penelitian demografis, data geografis, serta data deskriptif yang memberikan gambaran morbiditas). Data sekunder ini diperoleh terhadap dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan menerangkan fenomena-fenomena, hubungan hipotesa-hipotesa. Dan dan menguji menggunakan dan Puskesmas Kawal yang berada di Kecamatan Gunung Kijang. pendekatan cross sectional, yaitu suatu 31 Data di analisis secara statistik di mulai Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat dari analisis univariat dilakukan untuk pendidikan ibu yang berpendidikan rendah melihat distribusi frekuensi dari variabel sebanyak 83,8% (67), yang berpendidikan independen, yaitu pengetahuan, sikap, usia, tinggi sebanyak 16,2% (13). dan informasi kesehatan, serta variabel dependen yaitu tindakan ibu dalam upaya pencegahan penyakit malaria, dan data Tabel 3. Distribusi Informasi Kesehatan Tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008 bivariat untuk melihat hubungan antara dua Tingkat Pendidikan variabel yaitu variabel independen dengan Tidak Pernah Pernah Jumlah dependen. HASIL Tabel 3 menunjukkan bahwa informasi a. Analisis Univariat kesehatan tentang pencegahan penyakit Tabel 1 Distribusi Sikap Ibu Tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008 Frekuensi Jumlah % 34 42,5 46 57,5 80 100 Negatif Positif Jumlah Tabel 1 menunjukkan bahwa sikap ibu memiliki sifat positif malaria tidak pernah sebanyak 21,3% (17), yang pernah menerima informasi kesehatan sebanyak 78,7%(63). a. Analisis bivariat Tabel 4. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008 terhadap pencegahan penyakit malaria sebanyak 57,5% (46), sedangkan yang memiliki sikap negatif 42,5% (34). Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi Jumlah Frekuensi Jumlah % 67 83,8 13 16,2 80 100 32 Tingkat Pendidikan Sikap yang Frekuensi Jumlah % 17 21,3 63 78,7 80 100 n % Ren dah 2 6 38 ,8 Ting gi 5 38 ,5 Juml ah 3 1 38 ,8 R (95 Total % Baik CI) n % n % 1,01 1 5 4 61 6 0 0,29 1 ,2 7 0 – 1 3,43 61 1 8 0 ,5 3 0 1 4 61 8 0 9 ,2 0 0 Tindakan Buruk Val ue P 1,0 00 Tabel 5. Hubungan Usia Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2008 memakai obat anti nyamuk serta pergi ke petugas kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit, tetapi ada sebagian ibuibu melakukan tindakan yang buruk terlihat Usia Tindakan Buruk Tua n 2 2 9 Jumla h 3 1 Muda Total Baik % 6,7 n 1 % 3,3 n 3 % 00 19, 1 38, 8 3 8 4 9 80, 9 61, 2 4 7 8 0 10 0 10 0 R (95 % CI) 8,44 4 3,02 – 23,5 4 Val ue P dari observasi bahwa masih ada ibu yang P 0,00 05 tidak membersihkan selokan untuk menghindari air kotor yang tergenang dan tidak memakai kelambu sewaktu tidur. Tingkat Pengetahuan responden yang berpengetahuan tinggi tentang penyakit malaria lebih tinggi dibandingkan responden berpengetahuan rendah tentang pencegahan pencegahan penyakit malaria. Tabel 6. Hubungan Informasi Kesehatan Dengan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Tahun 2009 Sehingga tingkat pengetahuan sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk mengubah Informasi Kesehatan perilaku individu. Tida k Pern ah Pern ah Juml ah Tindakan Buruk n 1 3 1 8 3 1 % 76, 5 28, 6 38, 8 Total Baik n 4 4 5 4 9 % 23, 5 71, 4 61, 2 n 1 7 5 3 8 0 % 10 0 10 0 10 0 R (95 % CI) 8,12 5 2,33 28,2 7 Val ue P Sikap responden yang memiliki sikap positif tentang pencegahan penyakit P 0,0 01 malaria, terlihat sikap-sikap yang mengarah positif, seperti memasang kawat kasa pada ventilasi, tidak membiarkan genangan air kotor pada selokan, serta membersihkan lingkungan sekitarnya. Namun masih ada juga responden memiliki sikap negatif tentang pencegahan penyakit malaria, ini terlihat masih ada ibu-ibu yang masih PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dapat diketahui membiarkan anggota keluarga untuk berada bahwa tindakan ibu sudah baik, terlihat dari diluar rumah pada malam hari, serta tindakan (practice) yang telah ibu lakukan membuat kolam didekat rumah sehingga seperti semak-semak dapat memudahkan nyamuk Anopheles disekitar rumah, ikut serta dalam gotong- untuk berkembang biak. Secara teoritis royong lingkungan, seseorang yang memiliki sikap yang positif memasang kawat kasa pada ventilasi, terhadap suatu objek, maka seseorang membersihkan membersihkan 33 cenderung untuk melakukan atau bertindak ibu dalam upaya pencegahan penyakit terhadap objek tersebut malaria, menunjukkan responden yang Pendidikan ibu-ibu di daerah Teluk mempunyai sikap positif lebih sedikit Bakau Kecamatan Gunung Kijang masih melakukan tindakan yang buruk ini sesuai tergolong rendah. Tujuan dari pendidikan dengan theory of resoneed action dalam adalah menuju kepada suatu perubahan, Fishbeinh (1975:80). yakni perubahan tingkah laku individu ke arah yang diinginkan. Teori tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya Usia ibu-ibu yang berusia lebih dari 40 mengikuti niat dan tidak pernah terjadi tahun lebih banyak dibandingkan usia tanpa ada niat seseorang, yang di pengaruhi kurang dari 39 tahun. Sehingga ada oleh sikap terhadap suatu tindakan atau kecenderungan orang yang berusia lebih tua perilaku. Hubungan tingkat pendidikan menganggap dirinya lebih rentan terkena dengan penyakit dan lebih berusaha tindakan pencegahan penyakit malaria menunjukkan pencegahan. bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan Informasi ibu dalam upaya menunjukkan yang responden peroleh, maka belum tentu responden pernah mendapatkan informasi dapat menjadikan seseorang itu menjadi kesehatan tentang pencegahan penyakit lebih tahu serta bertambah kedewasaan malaria, dan ada beberapa responden yang dalam tidak bertindak/berperilaku, pernah Kesehatan tindakan mendapatkan informasi menggambil keputusan melainkan untuk dari kesehatan tentang pencegahan penyakit pengalaman dalam menghadapi anggotan malaria. Semakin banyak informasi yang keluarga yang pernah menderita malaria. diserap maka semakin banyak individu untuk mengadopsinya kedalam Hubungan usia dengan tindakan ibu suatu dalam upaya pencegahan penyakit malaria tindakan, tetapi tidak lepas dari tingkat semakin dewasa seseorang tentunya ada pengetahuan seseorang kecenderungan untuk memiliki pengalaman Analisis bivariat, meliputi hubungan hidup yang lebih banyak lagi. Semakin tingkat pengetahuan dengan tindakan ibu dewasa usia responden maka akan memiliki dalam upaya pencegahan penyakit malaria, sikap positif terhadap penyakit malaria. responden dengan pengetahuan luas tentang Hubungan informasi kesehatan dengan malaria akan semakin luas wawasan tindakan ibu dalam upaya pencegahan berpikirnya,sehingga akan lebih terbuka penyakit malaria (tabel 11) menunjukkan terhadap tindakan pencegahan terhadap adanya malaria. Hubungan sikap dengan tindakan mengenai tindakan menurut informasi 34 perbedaan yang bermakna kesehatan (p<0,05). Hal ini berarti bahwa Ahmadi. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : terdapat perbedaan bermakna tindakan Rineka Cipta. yang akan dilakukan antara responden yang pernah mendapat informasi kesehatan Arikunto. dengan responden yang tidak pernah 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta mendapat informasi kesehatan. Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. KESIMPULAN Malaria adalah penyakit infeksi akut Jakarta : FKM UI maupun kronis yang disebabkan oleh plasmodium malaria dengan demam yang Azwar, Azrul. 1988. Epidemiologi. Jakarta rekuren, anemia dan hepatosplenomegali. : PT. Bina Rupa Aksara. Malaria menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi dan memberikan Depkes RI. 1989. Pedoman Kegiatan Kader kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga dalam bagi banyak manusia di dunia. Pencegahan Penyakit malaria masih merupakan Pemberantasan Penyakit dan Malaria. Jakarta. penyakit endemis di Kabupaten Bintan. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar terdiri dari Entjang, Indang. 2000. Ilmu Kesehatan rawa- Masyarakat. Bandung : PT. Citra rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan Aditya Bakti. pembangunan infrastruktur baik industri, pertambangan, perkantoran dan perumahan Friaraiyatini. 2005. Pengaruh Lingkungan yang sedang giat-giatnya dikembangkan dan mengakibatkan bekas-bekas //www.journal.unair.ac.id Download galian yang menjadi penampungan air tanggal 4 November 2008 jam 14.00 hujan dan menjadi sarang perkembangan WIB. banyaknya Perilaku Masyarakat, http: nyamuk Anopheles yang merupakan vektor penyebaran malaria. Perlu adanya upaya Frued. Konsep Keluarga, http://www. pencegahan penyakit malaria baik dari yenibeth. wordpress. com Download petugas kesehatan, masyarakat sekitar. Tanggal 4 November 2008 jam 15.00 WIB. DAFTAR PUSTAKA 35 Harijanto. 2000. Malaria Epidemiologi, Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun Patogenesis, Manifestasi Klinis dan 2007. Penanganannya. Jakarta : EGC. Profil Hurlock, Elizabeth. Psikologi Kesehatan Puskesmas Topaya Kabupaten Bintan Tahun 2007. Perkembangan Jakarta : Erlangga Purwanto. Laporan Puskesmas Toapaya Tahun 2007. 1999. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC. Kabupaten Bintan. Rampengan. 2000. Penyakit Infeksi Tropik Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta Pada Anak. Jakarta : EGC. : Ghalia Indonesia. Sarafino. 1996. Health Psycology Biopsy Nelson. 1991. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2 chososial Interaction. New York : Edisi 15. Jakarta : EGC. Notoatmodjo,S John Willey & Son Inc. . 2002. Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset MetodologiPenelitian Kesehatan. Keperawatan. Yogyakarta : Graha Jakarta : Rineka Cipta. Ilmu. ---. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta : Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka PT. Gramedia Pustaka utama. Cipta. Sutanto. 2001. Modul Analisa ---. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Data. Jakarta: FKM UI. Jakarta : Rineka Cipta. Sutisna. 2004. Malaria Secara Ringkas. ---. 2004. Pendidikan dan Perilaku Jakarta: EGC. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Yahya. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Prabowo. 2004. Pusat Penyakit Infeksi Tropik, Perilaku Ibu Terhadap Malaria Pada http://www.infeksi.com Anak di Kecamatan Sungai Liat Download tanggal 4 November 2008 Kabupaten Bangka, http: //www. jam 14.20 WIB. litbangdepkes.go.id 36 Download tanggal 4 November 2008 jam 14.00 WIB. 1. Dosen STIKES Hang Tuah Hang Tuah Hang Tuah Tanjungpinang. 2. Dosen STIKES Tanjungpinang. 3. Dosen STIKES Tanjungpinang. 37 HUBUNGAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN DAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI UNIT RAWAT JALAN RSAL Dr. MIDIYATO S TANJUNGPINANG TAHUN 2009 Endang Abdullah1, Yusnaini2, Indah Prihatin3. ABSTRAK Kepuasan pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan oleh pasien dan merupakan hasil penampilan atau outcome jasa petugas kesehatan. Pasien merasa tidak puas atau merasa hak-haknya terabaikan maka mereka tidak segan menggunakan media massa untuk mengungkapkan rasa ketidakpuasannya terhadap rumah sakit. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan, sedangkan tahun 2007 terjadi penurunan di poliklinik RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pelayanan petugas kesehatan dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien di unit rawat jalan RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan pendekatan analitik. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari profil RSAL Midiyato S Tanjungpinang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan pelayanan dokter baik 44%, pelayanan perawat baik 46%, lingkungan rumah sakit baik 44%, dan tingkat kepuasan pasien baik 46%. Hasil uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter, pelayanan perawat, dan lingkungan rumah sakit dengan tingkat kepuasan pasien. Untuk meningkatkan tingkat kepuasan pasien, disarankan kepada petugas kesehatan RSAL Midiyato S Tanjungpinang agar mengevaluasi pelayanan, pemasangan poster-poster tentang penyakit dan pencegahannya serta dilakukan perbaikan terhadap lingkungan rumah sakit di unit rawat jalan . Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Petugas Kesehatan, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. ABSTRACT Patient Satisfaction is situation storey felt by patient and result of comparison from appearance or outcome from service of health officer. Patient dissatisfy or feel its rightss is uncared hence them is not reluctant use the mass media to lay open to feel the the disgrutled to hospital. Amount of visit of year outpatient 2006 happened by the improvement, while at 2007 happened by the degradation compared in polyclinic of RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. Target of this research is know the relation of service of officer of health and environment of houspital with the storey of patient satisfaction in unit take care of the road of RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang Year 2009. This research use the desain cross sectional study with the analytic approach. Primary data obtained from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from profile of RSAL Midiyato S Tanjungpinang. Result of research indicate that the patient with the good doctor service 44%, nurse service 46%, unfavourable hospital environment 44%, and mount the good patient satisfaction 46%. Statistical Test result of chi square is got by there is relation having a meaning of between doctor service, nurse service, and hospital environment with the storey of patient satisfaction. To increase mount the patient satisfaction, suggested to officer of health of RSAL Midiyato S Tanjungpinang so that evaluating service, pandemic poster installation and its prevention is and also conducted. Key words: Patient satisfaction, officer of health, RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. LATAR BELAKANG adalah setiap upaya yang diselenggarakan Menurut Levey dan Lomba (1973) yang sendiri atau secara bersama-sama dalam dimaksud dengan pelayanan kesehatan suatu organisasi untuk memelihara dan 38 meningkatkan kesehatan, mencegah dan Pelayanan yang diberikan RSAL terdiri dari menyembuhkan penyakit serta memulihkan Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, Gawat Darurat, Poli Bedah, Poli gigi, Poli dan atau masyarakat (Azwar, 2002). Syaraf, Poli Anak, Poli Mata, Psikiatri, dan Departemen Kesehatan RI merumuskan Rawat Intensif yang terdiri dari ICU, kamar bahwa rumah sakit adalah suatu kompleks operasi dan kamar perawatan, Instalasi atau ruang yang dipergunakan untuk farmasi, menampung dan merawat orang sakit dan Laboratorium, Instalasi Gizi, Pelayanan atau bersalin atau kamar-kamar orang sakit ambulance. Selain itu, RSAL juga memiliki yang berada dalam suatu perumahan khusus kelengkapan pelayanan spesialis; bedah, seperti penyakit dalam, anak, serta kandungan. rumah bersalin, lembaga masyarakat, atau kapal laut (Damayanti, 1997). Berdasarkan Radiologi, hasil laporan Instalasi medical record mengenai jumlah kunjungan pasien Soeprapto (2985) mendefinisikan rumah sakit Instalasi adalah kesehatan suatu upaya pelayanan institusional yang menyelenggarakan rawat jalan tahun 2006 terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2005, pelayanan sedangkan pada kunjungan tahun 2007 kesehatan promotif, preventif, kuratif dan terjadi penurunan dibanding dengan tahun rehabilitatif, melalui pelayanan medis, 2006 di poliklinik RSAL Dr. Midiyato S pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan Tanjungpinang. Selain dari data di atas pelayanan administratif, secara rawat jalan, penulis juga melakukan wawancara dengan rawat darurat, rawat tinggal, dan memiliki sepuluh orang pasien rawat jalan di poli sekurang-kurangnya tersedia di kegiatan unit rawat jalan, jumlah kunjungan pasien 25 tempat tidur umum, kebidanan, penyakit dalam, dan itu dapat bedah pada tanggal 1 Januari 2009, yang pendidikan tenaga samping menyelenggarakan sebelumnya pernah mendapatkan paramedis, membantu pendidikan tenaga pelayanan rawat jalan sebelum penulis medis, melakukan membantu penelitian dan penelitian, bahwa sepuluh pengembangan kesehatan, serta membantu pasien ini mengatakan bahwa ia kurang kegiatan penyelidikan epidemiologi. puas terhadap pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr. kepadanya seperti : Midiyato S adalah rumah sakit milik TNI 1. Dokter yang kurang ramah. Seperti tidak AL yang ada di Kota Tanjungpinang. menyambut pasien dengan senyum, Tentunya memberikan kurang tanggap seperti mengabaikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya. keluhan yang dikemukakan oleh pasien RSAL ingin 39 dan kurang komunikatif seperti: kurang dengan memberikan informasi tentang penyakit mengetahui yang diderita oleh pasien. upaya pelayanan rawat jalan yang diberikan 2. Perawat yang kurang ramah. Seperti tidak pendekatan kuantitatif, penilaian pasien untuk terhadap oleh Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato. menyambut pasien dengan kurang empati dalam dengan tingkat kepuasan pasien. Hal-hal dan yang dilakukan peneliti adalah untuk senyum, mendengarkan keluhan pasien S Tanjungpinang kurang komunikasi dalam memberikan menerangkan informasi yang diinginkan oleh pasien. hipotesis 3. Lingkungan fisik yang masih kurang nyaman. Lingkungan hubungan suatu dihubungkan dan masalah menguji yang ingin diketahui dengan menggunakan kuesioner. yang Penelitian ini jika merupakan penelitian dirasakan pasien mulai dari kerapian cross sectional atau potong lintang, karena seperti data diambil pada suatu saat saja. tata ruangan poli yang yang masih semberawut dan ketenangan pasien Data yang dikumpulkan meliputi data dalam menerima pelayanan seperti suara primer dan data sekunder. Data primer yang ribut. berupa kuesioner (Nainggolan, D. 1999) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi Hal-hal yang menjadi pemikiran peneliti di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S untuk melakukan penelitian di Unit Rawat Tanjungpinang. Kuesioner dijawab sendiri Jalan dikarenakan rawat jalan merupakan oleh pasien yang menjadi responden (self salah satu ujung tombak pelayanan di administered questioner). Kuesioner ini rumah sakit, dimana pelayanan yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup yang pertama kali diberikan sebelum pasien disusun berdasarkan definisi operasional mendapatkan variabel-variabel penelitian. pelayanan selanjutnya. Adapun hal-hal yang akan diteliti antara Analisis univariat meliputi hasil lain, bagaimanakah hubungan pelayanan pengisian kuesioner oleh responden tentang dokter dan perawat terhadap kepuasan pelayanan yang diterima, yaitu mengenai pasien serta hubungan lingkungan fisik identitas pasien yang terdiri dari umur, jenis terhadap kepuasan pasien di rawat jalan kelamin, tingkat pendidikan dan status RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang. pekerjaan. Bertujuan untuk melihat faktorfaktor apa saja yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Rawat Jalan RSAL Dr. BAHAN DAN CARA Penelitian ini merupakan suatu Midiyato S Tanjungpinang dan analisis penelitian yang bersifat diskriptif analitik bivariat untuk melihat hubungan antara dua 40 variabel independent (pelayanan dokter, Baik Kurang Baik Jumlah pelayanan perawat serta lingkungan fisik) 2 8 0 44 56 100 % dengan variabel dependen (kepuasan pasien Tabel 3 menunjukkan bahwa diketahui di Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S bahwa dari 50 responden ada 28 pasien Tanjungpinang). yang berpendapat Lingkungan Rumah Sakit kurang baik (56%). HASIL A. Analisis univariat B. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Pelayanan Dokter di Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009 n 22 28 50 Tabel 4. Hubungan Pelayanan Dokter dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009 % 44 56 100 % Pelayanan Dokter Pelayanan Dokter Baik Kurang Baik Jumlah Tabel 1 menunjukkan bahwa diketahui berpendapat pelayanan dokter kurang baik (56%). Tabel 2 menunjukkan 50 responden ada 27 pasien yang berpendapat pelayanan perawat kurang baik (54%). Pelayanan Perawat % 46 54 100 % bahwa n 27 n 22 28 % 100 100 54,0 50 100 P = 0,02 Tingkat Kepuasan Pasien Baik Kurang Baik n % n % 15 65,2 8 34,8 8 29,6 19 70,4 Baik Kuran g Baik Jumla 23 h X2 = 46,080 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah Sakit di Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009 Lingkungan Rumah Sakit 46,0 Jumlah Tabel 5. Hubungan Pelayanan Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009 Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Pelayanan Perawat di Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S Tanjungpinang Tahun 2009 n 23 27 50 Tingkat Kepuasan Pasien Kurang Baik Baik n % n % 14 63,6 8 36,4 9 32,1 19 63,9 Baik Kurang Baik Jumlah 23 X2 = 4,981 dari 50 responden ada 28 pasien yang Pelayanan Perawat Baik Kurang Baik Jumlah Analisis Bivariat 46,0 27 54,0 Jumlah n 23 27 % 100 100 50 100 P = 0,000 Tabel 6. Hubungan Lingkungan Rumah Sakit Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Midiyato S % 41 Tanjungpinang Tahun 2009 Tabel 2 menunjukkan pasien masih Pelayanan Perawat Tingkat Kepuasan Pasien Jumlah Kurang Baik Baik n % n % n % Baik 14 63, 8 36,4 22 100 6 Kuran 9 32, 19 63,9 28 100 g Baik 1 Jumla 23 46, 27 54,0 50 100 h 0 X2 = 4,981 P = 0,026 hasil menggunakan penelitian, analisis data diolah univariat dan bivariat. Analisis univariat dapat di lihat dari tabel 1 menunjukkan bahwa pelayanan dokter kurang baik sebesar 56%. Hal ini disebabkan bahwa pasien masih kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter seperti pasien atau mengambil kurangnya keluarga tindakan keterlibatan pasien dalam pengobatan pelayanannya kepada pasien. Menurut Jhon Ross dalam Aditama (2003) ada tujuh keluhan pasien terhadap dokter di rumah sakit. Keluhan itu meliputi tidak diberi cukup waktu oleh dokter, keangkuhan dokter, tidak diberi informasi lengkap tentang penyakitnya, biaya yang terlalu tinggi, pasien kurang memuaskan disebabkan oleh perawat masih kurang menunjukkan empatinya kepada pasien serta kurang proaktif dalam memberikan informasi kesehatan pada pasien terutama dalam hal penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut tidak diberi informasi lengkap tentang biaya, waktu tunggu terlalu lama serta tidak adanya kerjasama antara dokter pribadi dan spesialis konsul. proses keperawatan sebagai pedoman dapat dalam digunakan pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan klien untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik dari perawat maupun klien. Tabel 3 menunjukkan lingkungan rumah dan kurang lengkapnya informasi dari dokter dalam Pelayanan perawat masih dirasakan oleh Hidayat (2007) sebagai seorang perawat PEMBAHASAN Dari kurang nyaman dengan perilaku perawat. sakit kurang baik sebesar 56%. Lingkungan rumah sakit masih kurang memuaskan untuk pasien unit rawat jalan dikarenakan kenyamanan seperti kebersihan, keleluasan, dan luas ruangan yang masih kurang untuk pasien, sehingga membuat pasien tidak betah berada di ruang unit rawat jalan dengan waktu yang lama. Menurut Sastrawati (1999), lingkungan Rumah Sakit harus dapat memberikan kepuasan kepada pasien dengan memeberikan kenyamanan dan keamanan yang memadai seperti : sirkulasi udara yang baik, suhu yang terjaga, suasana tenang, penerangan cukup, 42 kebersihan yang terjaga dan hal-hal yang pasien. Hasil uji statistik menunjukkan dapat memberikan kesenangan pada pasien. bahwa dari 23 pasien ada 15 (65,2%) pasien Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 4 menunjukkan bahwa berpendapat bahwa pelayanan dengan perawat baik dan tingkat kepuasan baik. pelayanan dokter kurang baik dan tingkat Artinya semakin tinggi angka kepuasan kepuasan pasien kurang baik (63,9%). pasien terhadap pelayanan perawat maka Hasil uji statistik dengan uji chi-square tinggi pula tingkat kepuasan pasien. Sitorus didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada pada tahun 2006 menyatakan bahwa hubungan yang bermakna antara pelayanan terdapat beberapa konsep dasar tentang dokter dengan tingkat kepuasan pasien. hubungan perawat terhadap kepuasan klien Adanya hubungan antara pelayanan dokter yang dengan kepuasan pasien artinya semakin keperawatan professional, yaitu : hubungan tinggi angka kepuasan pasien dalam hal saling percaya, konsep empati, konsep pelayanan dokter maka semakin tinggi pula caring, dan konsep otonomi dan mutualitas. tingkat kepuasan pasien. Dilihat dari hasil Tabel 6 menunjukkan bahwa pasien uji statistik menunjukkan bahwa pasien dengan lingkungan rumah sakit kurang baik yang berpendapat pelayanan dokter baik dan tingkat kepuasan pasien kurang baik dan tingkat kepuasan pasien baik yaitu ada (63,9%). Hasil uji statistik dengan uji chi- 14 dari 22 pasien (53,6%). Menurut Wijono square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) (1997), kepuasan pasien terhadap mutu artinya ada hubungan yang bermakna antara pelayanan Rumah Sakit sangat tergantung lingkungan fisik dengan tingkat kepuasan dari pelayanan dokter yang menyangkut pasien. Kurangnya tentang sifat dan kepribadian dokter seperti lingkungan tenggang rasa, simpatik, mudah dihubungi mempengaruhi dan serta pasien untuk berkunjung dalam menjalani bagaimana cara mengurus pasien seperti poses pelayanan kesehatan terutama pada cermat dan teliti. lingkungan fisik rumah sakit memberikan pasien yang kepercayaan sangat relevan dalam praktik perhatian terhadap rumah sakit kurangnya sangat kenyamanan seperti Tabel 5 menunjukkan bahwa pasien penatanan ruangan, ventilasi, penerangan dengan pelayanan perawat kurang baik dan atau pencahayaan dan ketenangan di ruang tingkat kepuasan pasien kurang baik tunggu rawat jalan. (70,4%). Hasil uji statistik dengan uji chisquare didapatkan p = 0,000 (p < 0,05) KESIMPULAN artinya ada hubungan yang bermakna antara pelayanan perawat dengan tingkat kepuasan Rumah sakit adalah suatu upaya pelayanan kesehatan institusional yang 43 menyelenggarakan kegiatan pelayanan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, kesehatan promotif, preventif, kuratif dan Lembaga rehabilitatif, melalui pelayanan medis, Airlangga,. pelayanan rawat, pelayanan mondok, dan penelitian Departemen Universitas Kesehatan RI. 1992. pelayanan administratif, secara rawat jalan, Direktorat Rumah Sakit Umum dan rawat darurat, rawat tinggal, di samping itu Pendidikan, rumah Rumah Sakit, sakit dapat menyelenggarakan Standar Pelayanan pendidikan tenaga paramedis, membantu pendidikan tenaga medis, membantu Donabedian, Avedis. 1980. The Definition penelitian dan pengembangan kesehatan, ofQuality and Approches serta membantu kegiatan penyelidikan Assesment. epidemiologi. Oleh karena itu untuk Administration Press. Michigan : to It Health meningkatkan kualitas pelayanannya, perlu dijaga hubungan yang baik antara dokter, Elsinarti, Marlia. 2003. Faktor-Faktor yang perawat dan lingkungan rumah sakit Berhubungan dengan Kepuasan terhadap pasien sehingga pasien bisa Pasien Terhadap Penyelenggaraan mendapatkan pelayanan kesehatan yang Pelayanan Kesehatan di Instalasi lebih optimal. Rawat Jalan Rumah Sakit SalakBogor, Skripsi Sarjana FKM, UI DAFTAR PUSTAKA Depok. Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen Rumah Sakit, Pustaka Sinar Harapan, Kurniawan, Triwahyudi. 2002. Faktor- Jakarta. Faktoryang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen Jalan Runah Sakit Pelabuhan Jakarta, Administrasi Rumah Sakit, UI – Skripsi Sarjana FKM, UI Depok. Press, Jakarta. Ariawan, Iwan. 1998. Besar Sampel dan Metode Sampel pada Penelitian 1. Kesehatan, FKM UI Dosen Damayanti, Nyoma Anita. 1997. Dimensi Perkotaan Kepuasan Terhadap Hang Tuah Hang Tuah Tanjungpinang. 2. Dosen Tingkat STIKES Pasien di STIKES Tanjungpinang. 3. Sistem Mahasiswa STIKES Tanjungpinang. 44 Hang Tuah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2009 Ekandra Indra Sadri1 , Afianti Asdarina2, Marlina Invitasari3. ABSTRAK ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan makanan dan minuman yang lain sampai bayi berusia 6 bulan. Pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif (23%) di Puskesmas Sei Jang Bukit Bestari masih di bawah rata-rata pemberian ASI eksklusif Kota Tanjungpinang (6,8%). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan pendekatan analitik. Sampel diambil secara total sampling berjumlah 57 Ibu yang mempunyai bayi usia 4 – 6 bulan. Data primer diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Sei Jang tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif 1,8%, sikap positif 17,5%, dukungan petugas kesehatan baik 15,8%, dukungan keluarga baik 29,8%. Hasil uji statistik chi square dengan 0,05 didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk meningkatkan pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif, disarankan kepada petugas kesehatan Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif, diadakan konseling ibu menyusui dan pemasangan poster-poster tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Kata Kunci: Asi Eksklusif, Pendekatan Analitik, UjiStatistik. ABSTRACT Exclusive mother milk is giving mother milk without other food and beverage addition until baby have age 6 month. Attainment of giving Coverage exclusive mother milk (23%) in Puskesmas Sei Jang of Hill Bestari still below/under mean of attainment of gift coverage exclusive mother milk of Town Tanjungpinang (6,8%). Target of this research is know the factor - factor of related to gift exclusive mother milk in region work the Puskesmas Sei Jang of District of Hill of Bestari of Town of Tanjungpinang Year 2009. This research use the desain cross sectional study with the analytic approach. Sampel taken totally is sampling amount to 57 Mother having age baby 4 - 6 month. Primary data obtained from interview by means of assist the kuesioner. Sekunder data obtained from annual report of Puskesmas Sei Jang year 2007. Research result indicate that the mother giving mother milk exclusively 1,8%, positive attitude 17,5%, good health officer support 15,8%, good family support 29,8%. statistical Test result of chi square by 0,05 is got by there no relation having a meaning of between mother attitude, support of health officer, and support of mother family with the giving exclusive mother milk. To increase attainment of giving coverage exclusive mother milk, suggested to officer of health of Puskesmas Sei Jang of District of Hill of Bestari of Town Tanjungpinang of so that more improving of counselling of about exclusive mother milk, performed by konseling mother suckle and poster installation about its important giving exclusive mother milk. Key words: Exclusive mother milk, analytic approach, statistical Test result. LATAR BELAKANG perkembangan fisik dan perkembangan Gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat mentalnya. Keadaan gizi yang lebih banyak keseimbangan ditemukan di tentukan oleh konsumsi zat dan keserasian antara 45 gizi pada masa lampau, ini berarti bahwa waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 konsumsi zat gizi masa kecil memberi andil bulan (Roesli, 2003: 3). terhadap status gizi saat dewasa (Wiryo, 2001: 1). Fakta ilmiah membuktikan bayi dapat tumbuh secara lebih cepat dan cerdas bila Salah satu langkah awal diberi ASI secara ekslusif pada 4-6 bulan pemberian pertama kehidupannya. Menurut dr. Utami makanan pertama dengan kualitas dan Roesli Spa. MBA ASI ekslusif lebih tepat kuantitas (Iwan, disebut pemberian ASI secara ekslusif Soepamanto artinya hanya memberi ASI pada bayi mewujudkannya adalah optimal www.goegle.co.id). mengatakan bahwa menyusui merupakan (Iwan, cara pemberian makanan yang paling ideal penelitian menunjukan bahwa menyusui untuk anak umur 4-6 bulan pertama karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan Air Susu Ibu (ASI) dapat memenuhi perkembangan bayi dan semakin banyak kebutuhan zat gizi bayi. Beragam gizi yang bayi yang mendapat ASI maka semakin dikandung ASI memberikan keseimbangan tinggi tingkat IQ yang dicapai (Roesli, yang ideal yang dibutuhkan bayi (Neilson, 2003: 28). 1995: 1). www.google.co.id). Berbagai ASI mengandung semua gizi (Nutrient) Kecukupan membuat yang dibutuhkan untuk membangun dan optimal menyediakan energi bagi pertumbuhan dan (Widyaastuti dan Widyani, 2002: 7). perkembangan bayi secara optimal. ASI Keadaan gizi kurang pada masa anak-anak juga akan penyakit-penyakit pertumbuhan gizi anak berdampak pertumbuhan dan akan menjadi pada kelambatan mengandung zat yang anti terhadap keberadaannya perkembangannya tidak dapat diberikan dengan jalan lain (Suharjo, 1992: 15). Salah satu penyebab (Riadi dan Tjokronegoro, 1992: 1). ASI timbulnya gizi kurang adalah kurangnya adalah makanan yang paling baik dan tepat pemberian ASI oleh ibu pada bayinya untuk pertumbuhan dan perkembangan (Suharjo, 2003: 5). yang sehat bagi bayi (Depkes, 1994: 1). Pada tahun 1999 setelah pengalaman salama 9 tahun, UNICEF memberi klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI Menurut dr. Faizah Jasin (2000: 155) ASI adalah makanan yang terbaik untuk membantu bayi tumbuh sehat. eksklusif. ASI ekslusif adalah pemberian ASI Rekomendasi terbaru UNICEF bersama tanpa makanan dan minuman lain. ASI Worid Heatlh Asembly (WHA) dan banyak ekslusif yang dianjurkan 4 sampai 6 bulan negara lain adalah menetapkan jangka pertama kehidupan bayi (Depkes, 2002: 5). 46 Dr. Utami Roesli (2003: 3) mengatakan menahan bakteri tertentu dan virus. ASI bahwa ASI ekslusif adalah bayi hanya mengandung diberi ASI tanpa tambahan cairan lain mengikat besi sehingga bakteri yang seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih berbahaya yang terdapat dalam usus tidak dan tanpa tambahan makanan padat seperti memperoleh pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, nasi pertumbuhannya, karena itu suplemen besi dan tim, dan dianjurkan untuk jangka waktu melalui mulut tidak boleh diberikan pada sampai 6 bulan. ASI ekslusif adalah bayi bayi yang disusui karena akan berpengaruh hanya diberi ASI saja tanpa makanan dan terhadap peran laktoverin dalam proteksi minuman lain termasuk air putih kecuali tubuh. ASI mengandung lisozim yaitu suatu obat-obatan (Depkes, 2002: 6). enzim yang dapat menghancurkan sejumlah laktoverin yang mineral dapat untuk ASI mengandung susunan karbohidrat, bakteri berbahaya dan berbagai virus. ASI lemak, protein, mineral dimana zat-zat ini mengandung sel-sel darah putih selama dua sangat sesuai untuk pertumbuhan dan minggu pertama hingga 4000 sel per ml. Sel perkembang bayi. Karbohidrat yang banyak ini mengeluarkan Ig A, laktoferin dan dalam Laktosa lisozim dan interferon. Interferon adalah merupakan karbohidrat rantai pendek yang suatu substansi yang dapat menghambat dengan cepat diubah menjadi energi yang aktivitas virus tertentu (Suharjo, 1992: 74). memenuhi pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001: ASI mengandung berbagai anti bodi 112). ASI mengandung laktosa yang lebih serta leukosit dan makrofa yang berguna tinggi, dalam usus laktosa akan membentuk untuk mempertinggi kekebalan atau daya asam laktat. Asam laktat akan menghambat tahan tubuh terhadap infeksi. ASI juga pertumbuhan bakteri patologis, merangsang mengandung hormon tiroid yang berguna pertumbuhan untuk melindungi otak bayi (Riadi dan ASI adalah laktosa. mikroorganisme yang menghasilkan berbagai asam organik dan Tjokronegoro, 1992: 2). mensintesa beberapa vitamin dalam usus, memudahkan mengandung protein yang kalsium berkualitas baik dari susu sapi meskipun penyerapan secara kuantitas protein susu sapi lebih berbagai jenis mineral seperti kalsium, tinggi, tapi keadaan ini sesuai untuk pospor, magnesium (Moehji, 1992: 24). pertumbuhan caseinat, ASI pengendapan ASI memudahkan mengandung immunoglobulin bayi dan ginjalnya (Soetjiningsih, 1997: 73). Protein ASI terutama Ig A. Antibodi ini banyak terdapat mengandung dalam kolostrum dan lebih rendah pada air laktoalbumin, laktoglobulin, dan asam susu berikutnya. Ig A bekerja dalam usus 47 sejumlah kasein, amino yang sangat sesuai untuk pertumbuhan bayi (Wiryo, 2001: 112). yaitu variabel independen dan variabel dependen diukur pada waktu yang sama. ASI mengandung Decosahexanic Acid Pengumpulan data meliputi data primer (DHA) dan Arachidonic Asid (AA) yang diperoleh dengan menggunakan daftar merupakan asam lemak tak jenuh rantai pertanyaan (kuesioner) yang mencakup panjang sikap ibu terhadap pemberian ASI secara yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. eksklusif, DHA dan AA yang ada dalam ASI kesehatan, dan dukungan dari keluarga. jumlahnya untuk Data Sekunder diperoleh daridata yang pertumbuhan dan kecerdasan dikemudian didapat dari catatan dan laporan Dinas hari (Depkes, 2002: 8). Kesehatan sangat mencukupi ASI mengandung vitamin B12 dan Asam dukungan Kota dari petugas Tanjungpinang petugas Puskesmas Sei Jang Kecamatan Folat dan mengandung Fe yang terikat Bukit dengan protein sehingga absorbsinya lebih mengenai mudah dan kuman yang memerlukan Fe mempunyai bayi di bawah 6 bulan. sukar untuk berkembang biak (Soetjiningsih, 1997: 74). dan Bestari Tanjungpinang jumlah Barat responden yang Analisis data meliputi analisis data univariat yaitu untuk memperoleh Berdasarkan data yang diperoleh dari gambaran dari masing–masing variabel Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, dari dependen maupun variabel independen. 4 Kota Data disajikan dalam tabel frekuensi. Tanjungpinang adalah Puskesmas Sei Jang Meliputi analisis bivariat yang bertujuan yang paling rendah persentase pemberian untuk mengetahui adanya hubungan antara ASI secara ekslusif yaitu pada tahun 2006 variabel adalah 43,7% sedangkan persentase pada dependen. tahun 2007 sebesar 13.47 %, tahun 2008 tidaknya adalah 6,8%. menggunakan uji Chi Square dengan Puskesmas yang ada di independen Untuk dengan variabel membuktikan hubungan tersebut ada peneliti menggunakan komputer. Jika nilai P = < 0,05 maka BAHAN DAN CARA Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran faktor-faktor secara statistik disebut bermakna dan jika nilai P = > 0,05 maka yang hasil perhitungan disebut tidak bermakna. berhubungan dengan pemberian ASI pada Langkah kedua adalah mengkategorikan bayi umur di bawah 6 bulan di kecamatan variable penelitian termasuk pemberian Bukit Bestari Kota Tanjungpinang tahun ASI 2008 dengan desain cross sectional Study 48 eksklusif, sikap Ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, dukungan Jumlah petugas kesehatan, dukungan keluarga. 57 100 % Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan baik sebanyak 15,8% (9), HASIL sedangkan yang kurang baik sebanyak A. Analisis univariat Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2008 Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Tidak 56 Ya 1 Jumlah 57 % 98,2 1,8 100 % 84,2% (48). Tabel 4. Distribusi Dukungan Keluarga Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2008 Dukungan Keluarga Kurang Baik Baik Jumlah Tabel 1 menunjukkan bahwa responden Jumlah % 40 17 57 70,2 29,8 100 % yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang, yang tidak memberikan Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan ASI keluarga kurang baik sebanyak 70,2% (40), eksklusif sebanyak 56 orang. sedangkan yang baik sebanyak 29,8% (17). Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2008 Jumlah 47 10 57 Tabel 2 menunjukkan bahwa Tabel 5. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2008 % 82,5 17,5 100 % Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya Ju Jum % mla % lah h 21 95, 1 0, 5 5 35 100 0 0 ibu Sikap Ibu Sikap Ibu Negatif Positif Jumlah B. Analisis Bivariat bersikap negative sebanyak 47 (82,5%), ibu yang bersikap positif sebanyak 10 (17,5%). Tabel 3. Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2008 Positif Negatif Jumlah Dukungan Petugas Kesehatan Kurang Baik Baik Jumlah % 48 9 84,2 15,8 56 98, 2 1 1, 8 X2 = 0,056 = 0,813 Tabel 6. Hubungan Dukungan Petugas 49 Jumlah Jum lah 22 % 10 0 10 0 10 0 35 57 P Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2008 setalah lahir. Sikap Ibu Positif Negatif Jumlah X2 = 0,00 Jumlah membutuhkan bantuan dan informasi tentang ASI dan menyusui Pemberian ASI Eksklusif Tidak Ya Ju % Ju % ml m ah lah 21 95, 1 0, 5 5 35 10 0 0 0 56 98, 1 1, 2 8 Ibu-ibu sehingga menambahkan keyakinan si ibu untuk dapat menyusui bayinya (Depkes, 2002). Jum lah % 22 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap ibu diketahui masih kurang dalam proses pemberian ASI secara 35 100 eksklusif karena anggota keluarga ibu 57 100 masih memberikan makanan tambahan dan P = 1,000 kurang mengerti tentang ASI eksklusif. Dalam Penelitian Rustam (1997 : 47) di PEMBAHASAN Jakarta didapatkan, bahwa ibu-ibu yang Dari hasil penelitian dapat diambil analisis bahwa pada tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi disebabkan karena ibu mendapat ibu membaca buku petunjuk ibu menyusui atau buku-buku informasi lainnya. Sebagian besar ibu juga memiliki sikap negatif dikarenakan ibu menyusui bayi tidak sesuai jadwal (bukan sesuai kebutuhan bayi) dan keinginan ibu untuk menjaga keindahahan tubuh dengan tidak memberikan ASI. petugas kesehatan sangat kurang. Hal ini terlihat dari kurangnya petugas kesehatan memberikan eksklusif penyuluhan sehingga ibu tentang lebih ASI banyak memberikan susu formula kepada bayi keluarga besar untuk memberikan ASI secara eksklusif dari pada yang tidak mendapat dukungan keluarga. Analisa Bivariat dapat dilihat dari tabel 5 dan tabel 6. Tabel 5 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sikap negatif dan tidak memberikan ASI Eksklusif (100%). Hasil uji statistik dengan uji chi-square didapatkan p = 0,813 (p > 0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Rekha Tabel 3 menunjukkan bahwa dukungan dari mempunyai kemungkinan 3,26 kali lebih memberikan makanan tambahan selain ASI yang terlalu dini dan rendahnya minat ibu- dorongan Yulianifa tahun 2006 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Begitu juga dengan penelitian Syamsudirman tahun 2006 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan 50 yang bermakna dengan pemberian hasil yang baik dari anggota keluarga. Hal ini penelitian dapat diketahui bahwa hampir sesuai dengan pendapat Soenarto (200 : 23- keseluruhan responden tidak memberikan 38) yang mengatakan bahwa peranan ASI eksklusif, sementara penilaian ibu anggota keluarga sangat besar dalam terhadap pemberian ASI eksklusif cukup pemberian ASI eksklusif, suami yang positif. mengerti bahwa ASI dan menyusui paling Tabel ASI. 6 Berdasarkan menunjukkan, ibu yang baik untuk bayi merupakan dukungan yang mendapat dukungan petugas kesehatan baik untuk ibu agar berhasil menyusui kurang baik dan tidak memberikan ASI bayinya. Pendapat yang sama dari Roesli secara eksklusif (97,0%). Hasil uji statistik (2000 dengan uji chi square diketahui bahwa nilai dukungan keluarga saat si ibu menyusui p = 1,000 bayinya terutama dukungan dari suami. (p > 0,05) ini menunjukkan :45) bahwa ibu memerlukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu dengan KESIMPULAN pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Menyusui merupakan cara pemberian yang dilakukan oleh Irma Awana (2005 : makanan yang paling ideal untuk anak 47) menunjukkan hasil yang sama yaitu umur 4-6 bulan pertama karena Air Susu tidak ada hubungan yang bermakna antara Ibu (ASI) dapat memenuhi kebutuhan zat dukungan petugas gizi bayi. ASI mengandung semua gizi yang pemberian ASI kesehatan eksklusif. dengan Dukungan dibutuhkan untuk membangun dan petugas kesehatan yang baik terhadap menyediakan energi bagi pertumbuhan dan pemberian ASI eksklusif juga menambah perkembangan bayi secara optimal. keyakinan, motivasi dan semangat si ibu Oleh karena itu perlu kesadaran dari ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif untuk memahami betapa pentingnya pada bayinya, si ibu akan mendapat pemberian ASI eksklusif serta perlunya pengetahuan yang tinggi dari petugas dukungan dari keluarga ibu sehingga ibu kesehatan. bisa memberikan ASI secara optimal. Dukungan keluarga ibu baik dari orang tua, mertua atau anggota keluarga yang lain DAFTAR PUSTAKA terutama dari suami terhadap pemberian Awana Irma, 2005. Hubungan Dukungan ASI eksklusif juga menambah keyakinan, Petugas motivasi dan semangat si ibu untuk Inisiasi ASI Ibu di Wilayah Kerja memberikan ASI secara eksklusif pada Puskesmas Jujun Kabupaten Kerinci bayinya, si ibu akan mendapat perhatian 51 Kesehatan dengan Pola Tahun 2005. Skripsi, Fkep. Unja . Lisdiana, Ir. 1998. Wapada Terhadap Jambi Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Trubus Agriwidya. Basuki, Endah. 2004 Penyuluhan Diabetes Melitus. Soegondo, Dalam Sidarmawan (ed) Moehji, Sjahmien. 1992. Pemeliharaan Gizi 2004. Bayi dan Balita. Jakarta: Bhratara. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Hlm 131-135. RSUP Dr. Muchtadi, Deddy. 1998. Gizi Untuk Bayi Cipto Mangun Kusumo dan Depkes ASISusu Formula, dan Makanan RI. Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Depkes RI. 1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta. Notoadmodjo, Soekirdjo. 2002. Metodologi Penelitian __, 2000. Konseling Penyusui Pelatihan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. Neilson, Dinkes Kota Tanjungpinang, 2008 Laporan Tahunan Puskesmas Joan. 1995. Succesful breastfeeding. Diterjemahkan oleh Kota Giato dan YUstina Rostiawati. 1995. Tanjungpinang. Kepulauan Riau. Cara Menyusui yang Baik. Jakarta : Arcan. Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Universitas sebelas Maret. Puskesmas Khomson, Ali. 2004. Pengantar Pangan dan Sei Tahunan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Jang, 2007. Puskesmas Sei Laporan Jang. Tanjungpinang. Raja Grafindo Persada Riadi, Sugeng dan Arjatno Tjokronegoro. King, Savage F. 1993. Helping Mother To 1992. Apa yang Ingin Anda Ketahui Breastfeed. Kenya African Medical Tentang ASI. Jakarta : PT. Gramedia and Research Foundation. Menolong Pustaka Utama. ibu menyusui. 1993. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Soetijiningsih. 1998. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. 52 Soenarto, Yati dkk. 2000. Peningkatan Cakupan Ibu Menyusui Eksklusif. 1. Dosen Yogyakarta: Laboratorium Penelitian Kesehatan Fakultas dan Gizi Masyarakat Kedokteran Universitas STIKES 2. Dosen STIKES 3. Mahasiswa Suharjo. 1992. Pemberian Makanan Pada Anak. Yogyakarta: Kanisius. Utami, Roesli. 2000. Mengenal Eksklusif. Jakarta: ASI Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Utami, Roesli. 2003. Mengenal Eksklusif. Jakarta: ASI Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Widyaastuti, Danis dan Retno Widyani. 2002Panduan Perkembangan Anak 1 – 6 Tahun. Jakarta : Puspa Swara. Wiryo, Hanato. 2001. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Mataram : Sagung Seto. Yulianifa, Rekha. 2006. Hang Tuah Tanjungpinang. STIKES Tanjungpinang. dan Tuah Tanjungpinang. Gadjahmada. Bayi Hang Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian ASI pada Bayi 6 – 12 Bulan di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2006. Skripsi, Jurusan Gizi Poltekes Padang. 53 Hang Tuah PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan. Petunjuk Penulisan 1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Pendahuluan : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara Metodologi pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar. : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Hasil tersebut dengan penelitian lain. Dan Pembahasan : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil Daftar Pustaka tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk). 3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang. 4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea. 5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. 6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12). 8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. 10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis. KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah. 54 Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar … Nama dan alamat untuk percetakan ulang ………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama: ………………………………. Tgl…………………20……….. FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Nama Alamat :……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: ………………………………………………….............................................. Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan Tgl. Pesanan :……………………. …………………..