fungsi hutan kota dalam mengurangi pencemaran

advertisement
JURNAL BERAJA NITI
ISSN : 2337-4608
Volume 3 Nomor9 (2014)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
© Copyright 2014
FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN
UDARA DI KOTA SAMARINDA
Darul Dana Al Fajar1
([email protected])
La Sina 2
([email protected])
Rika Erawati 3
([email protected])
Abstrak
Perkembangan IPTEK pada wilayah kota membuat lingkungan perkotaan
menjadi berkembang secara ekonomi, namun menurun secara ekologi.
Perkembangan ekonomi juga berdampak pada perkembangan dibidang
pembangunan. Semakin banyak bangunan yang ada menyebabkan berkurangnya
lahan hijau sehingga mengakibatkan pencemaran udara di daerah perkotaan.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang fungsi hutan kota dalam
mengurangi pencemaran udara dan upaya serta kendala Pemerintah dalam
menyelenggarakan hutan kota.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan hukum yuridis empiris. Pendekatan masalah dalam
penelitian ini adalah pendekatan Undang Undang dan pendekatan kasus. Lokasi
dalam penelitian ini adalah hutan kota Lempake, Balai Kota dan Kebun Raya
Unmul Samarinda. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer berupa
wawancara kepada pihak yang terkait yaitu Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Selain itu digunakan data sekunder yaitu Undang Undang dan data hukum
sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
pengamatan langsung ke lokasi , interview dan studi dokumen. Metode pengolah
data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif.
Keyword: fungsi hutan kota, pencemaran udara
1
2
3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Pendahuluan
Kota merupakan pusat kreatifitas, pemerintahan, pendidikan, budaya,
pusat perkantoran, perdagangan, dan pusat perjuangan keras manusia ingin
memperjuangkan kehidupannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memberikan banyak dampak bagi manusia untuk dapat lebih maju dan
berkembang untuk memenuhi kebutuhannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi
kehidupan. Kemajuan IPTEK memberikan manfaat yang sangat besar bagi
manusia antara lain, kemajuan dibidang pembangunan dan teknologi. Namun
IPTEK juga memberikan dampak negatif yaitu pencemaran lingkungan yang
menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup. Kemajuan di bidang
pembangunan
berkembang
dan
teknologi
membuat
secara
ekonomi,
namun
lingkungan
menurun
perkotaan
secara
ekologi.
menjadi
Padahal
keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan
perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Banyaknya pembangunan yang
terjadi belakangan ini menyebabkan berkurangnya lahan hijau sehingga
mengakibatkan pencemaran udara di daerah perkotaan.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan
manusia,
hewan,
dan
tumbuhan,
mengganggu
estetika
dan
4
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh
sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan
fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai
polusi udara. Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak property.5
4
Artikel berjudul “Pengertian Pencemaran Udara” https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia, di akses
tanggal 11 September 2013
5
Artikel berjudul “ Pencemaran Udara, Dampak dan Solusinya” http://putracenter.net, di akses tanggal 2 agustus
2013
2
Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi (Darul Dana)
Selain berkurangnya lahan hijau, penyebab pencemaran udara juga
berasal dari kegiatan manusia seperti proses pembakaran bahan bakar gas alam
dan batu bara yang digunakan untuk kegiatan industry dan juga kegiatan
transportasi. Menyadari dampak negatif yang akan terjadi, maka harus ada usaha
untuk menata dan memperbaiki lingkungan melalui penyelenggaraan hutan kota.
Hutan kota merupakan salah satu komponen ruang terbuka hijau. Penghijauan
dan hutan kota merupakan salah satu cara untuk menanggulangi pencemaran
udara tersebut
Landasan hukum tentang Hutan Kota diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, yang berbunyi:
1. Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan
air, di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Adapun penjelasan pada Pasal 9 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, yang berbunyi:
Hutan kota dapat berada pada tanah negara maupun tanah hak di wilayah
perkotaan dengan luasan yang cukup dalam suatu hamparan lahan. Wilayah
perkotaan
merupakan kumpulan pusat-pusat pemukiman yang berperan di
dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah nasional sebagai simpul
jasa
atau suatu bentuk ciri kehidupan kota. Dengan demikian wilayah perkotaan
tidak selalu sama dengan wilayah administratif pemerintahan kota.
Semakin banyak vegetasi ditanam dalam kota semakin besar manfaatnya
untuk menjaga kualitas lingkungan sehingga menjaga standar baku mutu udara
ambein seperti yang disebutkan diatas. Perkembangan Kota Samarinda sebagai
Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur dalam pembangunan yang cenderung
meningkat seringkali membuat ruang terbuka hijau dikorbankan.
3
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Pembahasan
1. Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi Pencemaran Udara di Kota
Samarinda
Kota Samarinda memiliki kebijakan untuk mengatur lokasi hutan kota
melalui SK Walikota Samarinda Nomor 178/HK-KS/2005. Selain itu peraturan
tentang penyelenggaraan hutan kota dapat ditemui pada Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Selain itu terdapat
Permenhut
Nomor
:
P.
71/Menhut-II/2009
tentang
pedoman
penyelenggaraan hutan kota. Penetapan dan penunjukkan hutan kota
dilakukan di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah
hak. Tanah Negara adalahtanah yang langsung dikuasai oleh Negara atau
tidak ada hak dari pihak lain di atas tanah itu, sedangkan tanah hak adalah
tanah yang dikuasai oleh negara, tetapi penguasaannya secara tidak
langsung, sebab ada hak pihak tertentu di atasnya.
6
Sehingga dapat dikatakan bahwa Hutan Balai Kota dan Hutan
Lempake merupakan tanah Negara sedangkan hutan Kebun Raya Unmul
Samarinda adalah tanah hak. Penunjukan hutan kota didasari atas program
dari Pemerintah Kota Samarinda yang dilaksanakan melalui Bapeldada atau
sekarang disebut dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH). Pada tahun 2001 –
2005 Pemerintah Kota Samarinda melalui Bappedalda melaksanakan
perencanaan, pembuatan, dan pelaksanaan Hutan Kota. Pada tahun 2003,
Pemkot dan DPRD Kota Samarinda mengesahkan Perda Nomor 28 Tahun
2003 tentang Kawasan Lindung di Kota Samarinda.
Setelah
selesai
membuat
perencanaan,
pembuatan,
dan
pelaksanaan Hutan Kota di Samarinda, Bappedalda merekomendasikan ke
Pemerintah Kota Samarinda tentang lokasi- lokasi hutan kota di Wilayah Kota
Samarinda untuk diterbitkan SK Walikota. Sehingga pada tahun 2005
terbitlah SK Walikota Samarinda Nomor 178/HK-KS/2005 Tentang Penetapan
6
Artikel berjudul, “Pengertian Tanah Negara”, http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-tanahnegara.html, diakses tanggal 1 november 2013
4
Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi (Darul Dana)
Beberapa Lokasi Hutan Kota Dalam Wilayah Kota Samarinda, dengan 25
lokasi yang ditetapkan sebagai hutan kota di wilayah kota Samarinda. Dari
SK Walikota Nomor 178/HK-KS/2005 didapatkan hasil bahwa total luas hutan
kota sebesar 690,237 ha dengan persentase 0,96 % dari luas wilayah
perkotaan.
a. Hutan Balai Kota
Hutan Kota Balai Kota ditunjuk menjadi hutan kota sejak tahun 1992
melalui SK Walikotamadya Nomor 224 Tahun 1992 yang dilanjutkan
kembali dengan SK Walikota Nomor 178/HK-KS/2005. Hutan Kota Balai
Kota berada pada tanah negara, dimana status hak tanahnya dimiliki oleh
Pemerintah Kota Samarinda. Kepemilikan tanah tersebut dibuktikan dari
adanya sertifikat tanah Nomor hak : P-24 Nomor : 305/1981 yang
dikeluarkan oleh Kantor Agraria Kota Samarinda pada tanggal 29 Juni
1981.Hutan balai kota memiliki luas wilayah sebesar 7,64 hektar. Luas
tersebut sudah memenuhi syarat minimum dari suatu lokasi untuk
dijadikan sebagai hutan kota yakni sebesar 0,25 hektar. Saat ini wilayah
hutan balai kota telah mengalami pengurangan luas menjadi 3.26 hektar.
Penurunan luas tersebut disebabkan oleh pembangunan gedung tempat
perbelanjaan dan lahan parkir. Hutan kota yang harusnya berfungi untuk
mengurangi pencemaran sekarang berubah fungsi menjadi tempat
perbelanjaan. Secara tidak langsung pengurangan dan pengalih fungsi
hutan kota ini berdampak pada pencemaran udara. Banyaknya kendaraan
umum maupun pribadi yang dan besarnya jumlah penduduk daerah
tersebut juga menyumbang pencemaran udara.
b. Hutan Lempake
Penunjukkan hutan kota Lempake sebagai hutan kota didasarkan atas
status tanahnya yang telah menjadi milik Pemkot sejak status desa
berubah menjadi kelurahan Penunjukkan lokasi ini dilakukan oleh
Bapeldada di tahun 2004 dengan melibatkan masyarakat sekitar. Hutan
5
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
kota lempake memiliki luas sebesar 3,5 hektar. Hingga saat ini tidak ada
penurunan luas lokasi hutan Lempake. Tapi meskipun begitu lokasi hutan
kota Lempake yang berada di tanah Negara ini tidak mendapatkan
penggelolaan dari pihak pemerintah kota.
c. Hutan Kota Kebun Raya Unmul Samarinda
Tidak ada penunjukkan secara langsung oleh pemerintah kepada pihak
Universitas Mulawarman sebagai pemegang hak atas lahan tersebut.
KRUS memiliki luas sebesar 300 hektar dengan berbagai jenis tanaman.
Hingga saat ini luas hutan KRUS tidak mengalami penurunan karena
KRUS berada tanah hak dengan Universitas Mulawarman sebagai
pemegang hak atas tanahnya.
Penurunan luas hutan kota hanya terjadi di wilayah hutan balai
kota. Semestinya hutan balai kota harus lebih dikelola dengan baik dan
tidak dialih fungsikan untuk tempat yang lain. Saat ini hutan balai kota
telah beralih fungsi menjadi tempat perbelanjaan. Sesuai dengan
fungsinya hutan kota berfungsi untuk mengurangi pencemaran udara
namun kenyataannya kawasan padat penduduk yang berada dekat
dengan hutan balai kota justru tidak mendapatkan manfaat yang sesuai
karena pengurangan tersebut Pengelolaan hutan kota pada dasarnya
disesuaikan/diselaraskan dengan fungsi dan manfaatnya. Perbedaan
perlakuan dalam pengelolaan hutan kota juga berpengaruh terhadap
kualitas udara. Penggelolaan hutan yang baik akan memberikan kepastian
areal kerja pengelolaan hutan untuk menghindaripembangunan liar yang
berdampak pada penurunan luas hutan kota. Meskipun Hutan Kota Balai
Kota dan Hutan Kota Lempake sama-sama berada pada tanah Negara
namun pengelolaan hanya dilakukan pada Hutan Kota Balai Kota.
Sedangkan, Hutan Kota Lempake tidak pernah mendapatkan bentuk
perhatian apapun dari Pemerintah. Sementara, Hutan Kota Kebun Raya
Unmul yang berada pada tanah hak mendapatkan pengelolaan yang baik
dari pengelola KRUS sebagai pemegang hak atas lokasi tersebut.
6
Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi (Darul Dana)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah
melakukan pengamatan kualitas udara di Indonesia sejak tahun 1976.
Dimulai dengan pengamatan SPM (Suspended Particle Matter) di kantor
pusat BMG di Jakarta.
Kegiatan pemantauan kualitas udara meliputi
pengambilan sampel ke Laboratorium Kualitas Udara di BMKG pusat dan
analisis terhadap sampel di laboratorium untuk menghasilkan nilai
konsentrasi dari setiap parameter kualitas udara.Salah satu parameter
pencemar udara adalah debu (suspended particulate matter). Secara
keseluruhan partikulat debu di atmosfir disebut sebagai Suspended
Particulate Material (SPM) atau Total Suspended Particulate (TSP).
Partikulat adalah partikel pencemar yang dapat meliputi berbagai macam
bentuk, dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang
rumit/kompleks yang semuanya merupakan bentuk pencemaran udara.7
Tingkat pencemaran udara bergantung pada masing masing wilayah.
Samarinda terdiri dari 10 kecamatan dengan tingkat kepadataan
penduduk dan kegiatan masyarakat yang berbeda beda. Perbedaan ini
memberikan tingkat polusi atau pencemaran yang berbeda pula. Daerah
yang berpenduduk padat, daerah perkantoran, pusat-puat pertokoan,
daerah industri dan bandara udara lebih rendah kualitas udaranya
dibandingkan dengan daerah pinggiran kota seperti sambutan. Hal ini
terjadi karena pada daerah-daerah perkotaan terjadi penambahan panas
yang berasal dari aktivitas manusia maupun polusi yang dihasilkan oleh
pabrik-pabrik dan dari kendaraan bermotor. Pemantauan kualitas udara
hanya dapat dilakukan pada daerah jalan Gatot Subroto yang merupakan
lokasi paling dekat dengan BMKG. Sedangkan untuk wilayah lain tidak
tersedia alat pengukur kualitas udara. Berdasarkan data di atas kualitas
udara di samarinda terlihat stabil dan normal.
Kurangnya koordinasi antara BMKG , Dinas Kehutanan, dan Dinas
Badan Lingkungan Hidup membuat tidak adanya kerja sama dalam hal
7
Artikel berjudul, “Pencemaran Udara”, http://basoarif10ribu.blogspot.com/2013/02/partikulat.html,
diakses tanggal 31 oktober 2013
7
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
pengukuran kualitas udara di Kota Samarinda.
Pemerintah Kota
Samarinda kurang tegas dalam menaggulangi pencemaran udara terbukti
dengan kurangnya perhatian pemerintah dalam penyediaan dana atau
bantuan alat untuk mengetahui kualitas udara di Kota Samarinda.
Besar dan banyaknya tumbuhan dalam suatu hutan kota
mempengaruhi kualitas udara. Untuk kualitas udara di kota Samarinda,
terdapat perbedaan kualitas udara di setiap wilayahnya, seperti yang
telah disebutkan diatas tingkat kepadatan penduduk dan kegiatan industri
sangat berpengaruh terhadap kualitas udara. Hutan kota balai kota yang
telah
mengalami
pengurangan
luas
wilayah.
Seperti
yang
telah
disebutkan di atas, semakin banyak jenis vegetasi semakin baik kualitas
udara. Pengurangan wilayah membuat jumlah pohon dan tumbuhan juga
berkurang
jumlahnyasehingga
sangat
berdampak
pada
penurunan
kualitas udara disekitar daerah tersebut. Hal ini terbukti dengan udara
yang ada disekitar lokasi masih terasa panas dan tidak sejuk.
Sedangkan hutan Lempake dan hutan Kebun Raya Unmul
Samarinda tidak mengalami penurunan luas dan banyaknya vegetasi tidak
berubah atau mungkin semakin bertambah lebat dan banyak seiring
lamanya waktu. Sehingga dapat dikatakan fungsi dari hutan Lempake dan
hutan Kebun Raya Unmul Samarinda masih tetap ada dan tidak
berkurang yaitu mengurangi pencemaran udara
2. Kendala dan Upaya Pemerintah dalam Penyelenggaraan Hutan Kota
Pemerintah tampaknya kurang serius dalam penegakan hukum
terhadap fungsi hutan kota. Seperti diatas, daerah hutan kota yang dikelola
oleh pemerintah hanya kawasan Hutan Balai kota. Namun kenyataannya
wilayah Hutan Balai Kota semakin berkurang karena pembangunan gedung
dan tempat parkir sehingga penggelolaan yang dimaksud sangat terbatas.
Sedangkan Hutan Kota Lempake tidak mendapat penggelolaan. Untuk
Hutan Kota KRUS yang merupakan tanah hak mendapat pengelolaan yang
baik dari pihak KRUS.
8
Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi (Darul Dana)
Pencemaran udara yang seharusnya dapat diukur dan diketahui
agar lingkungan tetap
terjaga kesehatannya juga kurang mendapat
perhatian dari Pemerintah. Lokasi padat penduduk, daerah pertokoan dan
daerah industri seharusnya menjadi tolak ukur penting utuk mengetahui
kualitas udara di kota Samarinda. Namun kenyataanya hanya daerah jalan
Gatot Subroto yang merupakan tempat terdekat dengan BKMG yang dapat
diketahui kualitas udaranya.
Berikut kendala dan upaya Pemerintah dalam penyelenggaraan hutan
kota:
1) Kendala Pemerintah dalam penyelenggaraan hutan kota
diantaranya adalah:
Kendala yang pertama adalah Lahan untuk hutan kota semakin
berkurang. Pembangunan wilayah perkotaan berupa bangunan beton
mengurangi lahan hijau yang tersedia. Kedua, Adanya perebutan
kepentingan dalam penggunaan lahan di kota. Seiring berkembang
dan majunya kota Samarinda. Banyak pihak yang menginginkan lahan
didaerah yang ramai dan strategis. Sebagian besar daerah strategis
dan pinggir jalan digunakan untuk lahan usaha sehingga taman taman
kota seperti tersingkir karena pembangunan tersebut.
Selain itu, persepsi tentang hutan kota belum berkembang,
sementara
masyarakat
masih
ada
yang
menganggap
bahwa
pembangunanhutan kota, termasuk hal yang tidak menguntungkan.
Kendala terakhir adalah tidak adanya kerjasama atau koordinasi
antara Dinas Hutan Kota Samarinda dengan Badan Lingkungan Hidup
Kota Samarinda.
2) Upaya
pemerintah
dalam
penyelenggaraan
hutan
kota
diantaranya adalah:
Dilakukannya penambahan jumlah lokasi hutan kota oleh Dinas
Perkebunan, Pertanian dan Kehutanan Kota Samarinda melalui
rekomendasi penambahan jumlah hutan kota kepada Pemerintah kota.
9
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Jumlah lokasi hutan kota bertambah menjadi 28 lokasi dari 25 lokasi
sebelumnya. Namun penambahan jumlah hutan kota tersebut masih di
tahap rekomendasi, karena hingga saat ini rekomendasi tersebut
belum ditanggapi oleh Pemerintah Kota Samarinda Untuk dibangun
dan ditetapkan sebagai hutan kota
Selain itu Pemerintah juga melakukan sosialisasi kepada
masyarakat berupa pemasangan spanduk atau banner tentang
himbauan hutan kota dan pemasangan plang untuk menunjukkan
lokasi hutan kota. Sosialisasi ini dilakukan untuk mengenalkan kepada
warga tentang keberadaan hutan kota dan pentingnya hutan kota
terhadap lingkungan perkotaan.
Penutup
A. Kesimpulan
1. Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi Pencemaran Udara
Lokasi hutan kota dapat dirancang sesuai dengan fungsi hutan
kota.
Besarnya
bobot
lingkungan dan fungsi
tiap
fungsi
lansekap,
fungsi
pelestarian
estetika berbeda-beda tergantung lokasi
peruntukan. Jika di lokasi industri fungsi pelestarian lingkungan lebih
dominan kemudian fungsi lansekap dan fungsi
estetika. Dilokasi
pemukiman fungsi estetika lebih dominan kemudian fungsi lansekap
dan fungsi pelestarian lingkungan.
Hutan kota memiliki fungsi pelestarian lingkungan diantaranya
sebagai pengendalian dan mengurangi polusi udara. Sedangkan hutan
Kebun Raya Unmul dan Hutan Lempake memiliki fungsi estetika yaitu
memberikan keindahan untuk kota.Hutan balai kota yang telah
mengalami pengurangan luas wilayah sehingga sangat berdampak
pada penurunan kualitas udara disekitar daerah tersebut. Sedangkan
hutan Lempake dan hutan Kebun Raya Unmul Samarinda tidak
10
Fungsi Hutan Kota Dalam Mengurangi (Darul Dana)
mengalami penurunan luas sehingga fungsinya masih tetap ada dan
tidak berkurang yaitu mengurangi pencemaran udara
2. Kendala dan Upaya Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Hutan
Kota
A. Kendala
Beberapa
kendala
yang
dihadapi
oleh
pemerintah
dalam
penyelenggaraan hutan kota adalah lahan untuk hutan kota semakin
berkurang, lahan semakin
mahal harganya di kota, adanya
perebutan kepentingan dalam penggunaan lahan di kota, Persepsi
tentang hutan kota belum berkembang, sementara masyarakat
masih ada yang menganggap bahwa pembangunan hutan kota,
termasuk hal yang tidak menguntungkan, tidak adanya kerjasama
atau koordinasi antara Dinas Hutan Kota Samarinda dengan Badan
Lingkungan Hidup Kota Samarinda dan kurangnya alat pengukur
pencemaran udara di setiap titik Kota Samarinda.
B. Upaya
Dilakukannya penambahan jumlah lokasi hutan kota oleh
Dinas Perkebunan, Pertanian dan Kehutanan Kota Samarinda
melalui rekomendasi penambahan jumlah hutan kota kepada
Pemerintah kota. Jumlah lokasi hutan kota bertambah dari 25
menjadi 28 lokasi.Pemerintah juga melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang fungsi dan peranan hutan kota untuk
lingkkungan. Hal ini dilakukan agar masyarakat ikut serta menjaga
dan tidak merusak hutan kota
B. Saran
Pemerintah Kota Samarinda harus lebih memperhatikan dan melakukan
penegakan hukum terhadap fungsi hutan Kota Samarinda. Pemerintah Kota
Samarinda juga harus lebih banyak membangun kawasan hutan kota agar
pembangunan industry Samarinda yang semakin pesat ini dapat diimbangi
dengan tetap terciptanya udara yang sehat. Selain itu Pemerintah kota
11
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
seharusnya lebih aktif untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat
tentang peranan hutan kota bagi kehidupan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan Perundang undangan
Pemerintah Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran
Udara
B. Artikel Internet
Artikel
berjudul,
“Pencemaran
Udara”,
http://basoarif10ribu.blogspot.com/2013/02/partikulat.html,
diakses tanggal 31 oktober 2013
Artikel
berjudul “ Pencemaran Udara, Dampak dan Solusinya”
http://putracenter.net, di akses tanggal 2 agustus 2013
Artikel
berjudul
“Pengertian
Pencemaran
https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia,
tanggal 11 September 2013
di
Udara”
akses
Artikel berjudul, “Pengertian Tanah Negara”,
http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-tanahnegara.html, diakses tanggal 1 november 2013
12
Download