SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL DI JAKARTA PUSAT SRI HANDAYANI Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Menghadapi era- globalisasi dengan percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa batas merambah disemua bidang. Banyak macam-macam pendidikan yang ada, ini dapat dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan. Pendidikan tersebut bisa berupa seni visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain, dan seni kriya. Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual. 1. PENDAHULUAN Perkembangan pendidikan diIndonesia dalam menghadapi era-globalisasi dengan percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa batas merambah disemua bidang, termasuk perkembangan teknologi meningkat seiring kemajuan zaman. Banyak macam-macam pendidikan yang ada, ini dapat dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan . karena itu dibutuhkan pengelolaan sarana dan prasarana serta penangganan yang khusus dalam dunia pendidikan salah satu contoh minimnya sarana fasilitas, baik fasilitas internal maupun eksternal. Di era-globalisasi sekarang ini, kualitas akan Sumber Daya Manusia (SDM) semakin diperhitungkan. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna bersaing dengan Negara-negara maju sehingga Indonesia tidak lagi mengalami keterbelakangan yang panjang seperti selama ini. Oleh karena itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus ditingkatkan melalui pendidikan. Pendidikan tersebut bisa berupa seni visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain, dan seni kriya. Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual. 2. DESKRIPSI PROYEK Kasus : Sekolah Tinggi Seni Visual Tema : Eklektik Status Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jalan Cempaka Putih Jakarta Pusat Luas Lahan : ± 3 Ha KLB : 1.2 KDB : 40 % Ketinggian : Max 4 lantai Peruntukan Lahan : Suka / Fasilitas Umum 2.1 PENGERTIAN JUDUL A. Sekolah Sekolah adalah suatu tempat/institusi untuk kegiatan belajar dan mengajar. 1 Sekolah adalah lingkungan yang terdiri atas ruang-ruang yang baik untuk belajar.2 Sekolah adalah suatu institusi pendidikan formal terpenting bagi manusia sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar. Lembaga ini mengajar anak didik menuju kearah kedewasaan. B. Sekolah Tinggi Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dan/atau akademik dalam lingkup dalam satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu. 3 C. Seni Seni adalah suatu kegiatan dimana seseorang/kelompok secara sadar dengan medium tertentu menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayati kepada orang lain. 1 4 A.P Cowie, Oxford Dictionary, Oxford University Press, 1990. Hal. 1130 Ibid. Hal. 1130 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Himpunan Keputusan Menteri tentang Kurikulum Nasional Program Sarjana, 1991. Hal. 12 2 D. Visual Visual dapat dilihat dengan indera penglihatan (mata); berdasarkan penglihatan. 5 Jadi Sekolah Tinggi Seni Visual adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional, akademik dalam disiplin seni visual, yaitu seni yang hanya dapat dinikmati keindahannya melalui pemakaian indera secara aktif. 2.2 PROGRAM KEGIATAN A. Bidang Akademis Kegiatan bidang akademis terdiri dari: Kegiatan pendidikan dan perkuliahan secara teori. Kegiatan proyek atau kuliah praktek. Kegiatan diskusi dan perpustakaan. Kegiatan tenaga pembinaan akademis. B. Bidang Kemahasiswaan Kegiatan bidang kemahasiswaan meliputi: Kegiatan latihan kepemimpinan. Kegiatan penelitian. Kegiatan pengabdian masyarakat. Merupakan kegiatan yang melibatkan lembaga dan masyarakat, antara lain: Mengadakan kursus-kursus dalam bidang seni visual yang dibuka untuk umum bagi yang berminat pada jangka waktu tertentu dengan melibatkan mahasiswa sehingga terjadi interaksi dengan masyarakat. Mengadakan lokakarya dengan bekerja sama lembaga-lembaga lain. Mengadakan seminar dan diskusi dengan mendatangkan para ahli baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Mengadakan pameran hasil karya mahasiswa. Mengikutkan mahasiswa kedalam festival atau kegiatan seni. C. Bidang Administrasi Kegiatan administrasi meliputi: Administrasi surat menyurat sekolah tinggi. Administrasi keuangan. Administrasi kemahasiswaan. 4 5 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1975.Hal.12 Ibid. Hal.1120 2.3 KEBUTUHAN RUANG A. Utama 1. R. Studio Jurusan Seni Murni R. Studio Lukis: R. Bimbingan R. Praktek Lukis Bebas R. Gudang & Alat R. Simpan Hasil Karya R. Studio Patung: R. Bimbingan R. Praktek R. Bahan Baku & Alat R. Simpan Hasil Karya R. Studio Grafis R. Bimbingan R. Cetak Area Bahan Baku & Alat Toilet Jurusan Desain Studio Desain Komunikasi Visual R. Gambar R. Komputer Area Simpan Hasil Karya & Alat Studio Interior R. Gambar R. Maket Area Simpan Hasil Karya & Alat Studio Desain Produk R. Gambar/Desain R. Bengkel Maket Area Simpan Hasil Karya Toilet Jurusan Kriya Studio Keramik R. Bimbingan Area Pembentukan R. Bahan Baku & Alat Area Persiapan Area Simpan Hasil Karya Area Alat Pengeringan R. Pembakaran Studio Kayu R. Bimbingan R. Praktek Area Bahan Baku & Alat R. Simpan Hasil Karya Studio Tekstil R. Bimbingan R. Praktek Area Alat & Bahan Area Simpan Hasil Karya Toilet 2. Sekretariat Jurusan (Jurusan seni murni, Jurusan desain, Jurusan kriya) R. Ka. Jurusan R. Wakil Ka. Jurusan R. Dosen R. Ass. Dosen R. Rapat R. Administrasi R. Tamu / Penerima Toilet B. Penunjang 1. Perpustakaan Lobby R. Penitipan R. Buku R. Baca R. Fotocopy R. Counter Pelayanan R. Administrasi R. Pimpinan R. Gudang Toilet 2. Laboratorium (lab. Komputer) Studio Photography R. Proseccing R. Gelap R. Penyimpanan Film 3. Ruang Seminar R. Duduk Hall Gudang Toilet 4. Ruang Audio Visual R. Duduk R. Proyektor Gudang Toilet 5. Galeri Hall/Pameran R. Informasi R. Pengelola R. Penitipan Toilet 6. Ruang Serba Guna Lobby R. Duduk Panggung R. Ganti/Rias R. Kontrol Audio Visual R. Gudang Alat Toilet C. Pengelola 1. Ketua/Pimpinan R. Ketua R. Sekretaris Ketua R. Pembantu R. Sekretaris Pembantu R. Tamu Toilet 2. Administrasi Counter/Pelayanan R. Tamu R. Administrasi Umum R. Pelayanan R. Biro (Administrasi & Keuangan) R. Kepala Biro R. Sekretaris & Staff R. Arsip Toilet D. Pelengkap 1. Kemahasiswaan (R. Senat) 2. Olah Raga: OutDoor 3. Penerima Hall/R. Bersama Plaza Pos & Giro Bank R. Tunggu Musholla E. Service Kebersihan R. Staff Gudang M&E R. Staff Gudang R. M & E R. Pimpinan & Staff 3. TEMA 3.1 PENGERTIAN TEMA Tema pada proyek ini adalah Eclectic yaitu dengan memilih unsur masing-masing gaya dengan perpaduan yang unik, dinamis yang akan memberikan daya tarik visual bangunan dan dengan teknik dan bahan bangunan baru. Eclectic yang digunakan pada perancangan dengan mengambil gaya Arsitektur Kolonial Belanda (penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan), Gaya Klasik Yunani (pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment), Gaya Klasik Romawi (pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi), dan Gaya Renaissance (perulangan jendela bergaya klasik). Contoh: Arsitektur Kolonial Belanda Penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan Gbr. 3.1.1 Gaya Arsitektur Kolonial Belanda Penerapan Jendela Atas, dan Atap Berbentuk Pelana & Limasan Gaya Klasik Yunani Pada kolom Dorik dan Atap yang berbentuk segi tiga/pediment Perbandingan memperlihatkan masing-masing ciri dari ketiga Order : Dorik (kiri), Ionik (tengah), dan Korintien (kanan). Legenda: A. Entablature B. Kolom C. Connice D. Frize E. Architrave F. Kepala G. Shajt H. Base I. Plinth 1. Gutte 3. Trigliph 5. Echinus 7. Fluting 9. Facia 2. Metope 4. Abacus 6. Volute 8. Dentil Gbr 3.1.2 Order Dorik, Ionik, dan Korintien Pada Bangunan Yunani Gbr 3.1.3 Bangunan University of Virginia Gaya Klasik Yunani, Pada Kolom Dorik Order-Dorik (Dorik-Order) Salah satu peninggalan dari arsitektur Order–Dorik berupa kuil yaitu Parthenon (445-43200 di Akropolis di rancang oleh Ictinus dan Callicrates, pematungnya Pheidas. Dengan deretan 17 kolom pada sisi terpanjang, 8 pada sisi terpendek. Berkolom Dorik. Gbr 3.1.4 Kuil Parthenon (447-432SM) Acropolis, Pandangan Depan dan Potongan Melintang,Denah, Potongan Membujur, Potongan Melintang, Pandangan Depan dan Perspektif. Atap berbentuk segi tiga ciri umum Arsitektur Yunani Bagian-bagian utama dari arsitektur Yunani. Legenda: E. Entablature F. Pediment G. Kolom a. Architrave Pediment b. Frieze c. Cornice Frize dan Bagian-Bagiannya Pediment terdiri dari cornice yaitu semacam bingkai keliling segi tiga dari molding mengikuti bentuknya. Bagian tengah didalam bingkai tersebut terdapat tympanum, yang biasanya pada bidang didalamnya dibuat dekorasi, dapat berupa relief maupun patung-patung. Pediment bertumpu diatas sebuah alas berupa balok horisontal disebut entablature yang mempunyai tiga bagian atau lapisan: diatas berupa cornice, ditengah frize dan dibawah disebut architrave. Konstruksi pediment dan entablature disangga oleh kolom dalan arsitektur Yunani dibagi menjadi tiga, yaitu: teratas disebut kepala atau capital, tengah atau badan disebut shaft dan tumpuan terbawah disebut base. Capital mempunyai tiga bagian: paling atas abacus, tengah echinus, paling bawah disebut leher atau neck. Di bawah leher ada astragal, bagian yang menghubungkan capital dengan shaft. Bagian bawah kolom atau base terdiri dari tiga bagian, yang paling atas apophyge, tengah torus, bawah disebut plinth Gaya Klasik Romawi Pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi Pelengkung Titus di Roma (82 M) Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan kolom dan balok. Pelengkung dikombinasikan dengan elemen Order Yunani yang juga diambil bentuknya saja. Pelengkung Septimius Serverus, Roma (203 M) Mempunyai tiga pelengkung: satu terbesar ditengah, diapit kembar dikanan-kiri. Semua kolom silindris langsing dihias kepala bercorak Korintien. Contoh: Order-Tuscan (kiri), Order Dorik-Romawi (tengah), Order Komposit (kanan) pada bangunan Romawi. Bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi bagian dari dekorasi. Namun komposisi konstruksi, dan proporsi, dekorasinya mempunyai ciri khusus, berbeda Perbandingan kepala kolom dan entablature Korintien-Yunani (kiri), dan Korintien-Romawi (kanan). dengan ketiga Order Yunani. Gaya Renaissance Perulangan jendela bergaya klasik Istana Strozzi, 1489-1539 Direncanakan oleh: Da Majano Dibangun oleh: Da Majano dan Cronaca Jendela-jendela yang diletakkan berderet dengan jarak dan besar yang sama menunjukkan harmoni yang sangat sederhana tanpa adanya suatu titik pusat perhatian sama sekali. Gaya Renaissance adalah gaya arsitektur yang dibuat menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus melebar. 3.2 Interprestasi Tema Penerapan tema Eclectic dalam perancangan Sekolah Tinggi Seni Visual adalah: 1. Arsitektur Kolonial Belanda Penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan 2. Gaya KlasikYunani Pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment Perbandingan memperlihatkan masing-masing ciri dari ketiga Order: Dorik (kiri), Ionik (tengah), dan Korintien (kanan). Legenda: A. Entablature B. Kolom 1. Gutte 2. Metope C. Connice D. Frize 3. Trigliph 4. Abacus E. Architrave F. Kepala 5. Echinus 6. Volute G. Shajt H. Base 7. Fluting 8. Dentil I. Plinth 9. Facia Atap berbentuk segi tiga ciri umum Arsitektur Yunani Konstruksi dalam arsitektur klasik, berbentuk segi tiga diujung atap yang berbentuk pelana (dua sisi miring), dibingkai dibawah oleh cornice horizontal, disisi miring oleh cornice miring (raking cornice). Sering disebut juga Froton 3. Gaya Klasik Romawi Pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan kolom dan balok. Pelengkung dikombinasikan dengan elemen Order Yunani yang juga diambil bentuknya saja. Bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi bagian dari dekorasi. Namun konstruksi, proporsi, komposisi dan dekorasinya mempunyai ciri khusus, berbeda dengan ketiga Order Yunani. 4. Gaya Renaissance Dengan perulangan jendela-jendela bergaya klasik Jendela-jendela yang diletakkan berderet dengan jarak dan besar yang sama menunjukkan harmoni yang sangat sederhana tanpa adanya suatu titik pusat perhatian sama sekali. Gaya Renaissance adalah gaya arsitektur yang dibuat menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus melebar. 4. ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL 4.1.1 Hubungan FASILITAS AKADEMIS (UTAMA) Kelas Teori R. Bersama Studio Jurusan Seni Murni Sekretariat Jurusan Seni Murni Studio Jurusan Seni Kriya Sekretariat Jurusan Seni Kriya Studio Jurusan Seni Desain Sekretariat Jurusan Seni Desain FASILITAS PENUNJANG Perpustakaan Studio Photograpy Laboratorium Studio Model R. Audio Visual Auditorium FASILITAS PENGELOLA Administrasi Pimpinan Penyelenggara Galeri FASILITAS PELENGKAP Kemahasiswaan Koperasi / Bursa SERVICE M&E Fasilitas Olah Raga Keamanan Musholla Pos dan Giro Kebersihan Ruang Tunggu Bank KETERANGAN : Hub. Dekat Hub. Agak Dekat Hub. Jauh Hall / Penerima Plaza 4.1.2 Penggelompokan Kegiatan SIFAT KEGIATAN PRIVAT SEMI PRIVAT JENIS KEGIATAN Melayani kegiatan yang sifatnya dari dalam seperti perkuliahan (Teori & Studio) serta jurusan. Kegiatan penunjang yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan (Seperti: laboratorium, studio penunjang, perpustakaan, dll). Meliputi kegiatan pengelola dan administarasiserta yang berkaitan dengan pihak luar seperti: SEMI PUBLIK PUBLIK SERVICE auditorium, ruang seminar, ruang audio, dll. Kegiatan pelengkap yang meliputi fasilitas seperti kantor pos dan giro, kantin, bank, plaza, hall bersama, fasilitas olah raga, dll. Melayani kegiatan yang bersifat service seperti: pengiriman barang service. 4.2 ANALISIS SITE MAKRO 4.2.1 Pemilihan Lokasi Site Gbr. 4.2.1. Peta Lokasi Alasan memilih lokasi site dikecamatan Cempaka Putih, sebagai berikut: 1. Suasana sekitar dengan tingkat kebisingan yang cukup rendah dapat memberikan privasi dan kenyamanan bagi kegiatan pendidikan. 2. Lokasi tapak mudah di capai, baik oleh kendaraan umum maupun dengan kendaraan pribadi. 3. Peraturan-peraturan daerah, seperti RBWK dan RUTR mengenai peruntukan KDB, KLB, dan Ketinggian bangunan sesuai dengan proyek yang akan dilaksanakan yaitu bangunan pendidikan. 4. Arus lalu lintas disekitar tapak tidak terlalu padat, sehingga dapat menunjang kegiatan pada sekolah ini. 4.3. ANALISIS SITE MIKRO 4.3.1 Lokasi Site Lokasi Berada Di Jalan Cempaka Putih Tengah, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat Gambar 4.3.1. Lokasi Site Terpilih 4.3.2 Karakter Lingkungan Lokasi tapak mudah dicapai, baik oleh kendaraan umum maupun dengan kendaraan pribadi. Suasana sekitar mempunyai tingkat kebisingan yang cukup rendah, sehinnga dapat memberikan privasi dan kenyamanan bagi kegiatan pendidikan. Arus lalu lintas di sekitar tapak tidak terlalu padat, sehingga dapat menunjang kegiatan pada sekolah ini. 5. KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Konsep dasar menggunakan pendekatan eclectic yaitu dengan memilih unsur masing-masing gaya dengan perpaduan yang unik dan dinamis yang akan memberikan daya tarik visual bangunan. Sedangkan eclectic yang digunakan pada perancangan dengan mengambil gaya Arsitektur Kolonial Belanda (penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan), Gaya Klasik Yunani (pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment), Gaya Klasik Romawi (pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi), dan Gaya Renaissance (perulangan jendela bergaya klasik). Gambar 5.1.1 Perspektif 5.2 Rencana Tapak B D B B A C C Gambar 5.2.1 Tata Letak A Keterangan : A. Daerah Publik B. Daerah Privat C. Daerah Service D. Daerah Semi Publik 5.3 BANGUNAN Terdapat 4 (empat) massa bangunan, dimana masing-masing jurusan berdiri sendiri untuk memudahkan pengelompokan kegiatan tetapi tetap merupakan kesatuan yang dinamis, unik, ekspresif, dan menyatu. Gbr. 5.3.1 Massa Bangunan Arsitektur Kolonial Belanda. Penerapan jendela atas, dan atap pelana & limasan, Gaya Klasik Yunani, pada kolom Dorik, Gaya Klasik Romawi, dengan pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi dan Gaya Renaissance, dengan perulangan jendela bergaya klasik. Gbr. 5.3.2 Interior Studio Keramik Gbr. 5.3.3 Interior Studio Lukis Gbr. 5.3.4 Interior Studio Desain Produk Gbr. 5.3.5 Interior Kantin Gbr. 5.3.6 Gerbang Entrance dan Exit Gbr. 5.3.8 Masjid Gbr. 5.3.7 Air Muncrat Gbr. 5.3.9 Lapangan Bola Basket & Bola Volley Gbr. 5.3.10 Area Parkir Motor Gbr. 5.3.11 Area Parkir Mobil Gbr. 5.3.12 Amphitheatre DAFTAR PUSTAKA 1. A.P Cowie, Oxford Dictionary, Oxford University Press, 1990. 2. Balai Penelitian Indonesia. 3. Balai Penelitian Keramik Bandung. 4. Boediono, MA. Endang, Sejarah Arsitektur 2, Seri Desain Interior, 1995. 5. Building Planning & Desain Standard. 6. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Himpunan Keputusan Menteri tentang Kurikulum Nasional Program Sarjan, 1901. 7. Felix. M Keesing, Cultural Antropology : The Science Custom, New York : Mc Grow Hill, 1982. 8. Interior Space / Design Standard. 9. Koentjaningrat, Kebudayaan Metalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1975. 10. Nathan, Knobler, The Visual Dialoque : An Introduction to The Appreciation of art, New York : Holt, Reinhard Winston, Inc, 1966. 11. Phillip Bean, The Language of Art, New Jersey : The Ronald Press Company, 1958. 12. Rencana Induk Pengembangan Universitas / Institut. 13. Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Klasik Eropa, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003. 14. UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 16 dan 17, tentang Bentuk Perguruan Tinggi. 15. www/ Hui No’eau Visual Art Center.com 16. www/ Pennsylvania Academy of Art.com