sekolah tinggi seni visual

advertisement
SEKOLAH TINGGI SENI VISUAL
DI JAKARTA PUSAT
SRI HANDAYANI
Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP, Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
Menghadapi era- globalisasi dengan percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa
batas merambah disemua bidang. Banyak macam-macam pendidikan yang ada, ini dapat
dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan. Pendidikan tersebut bisa berupa seni
visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain, dan seni kriya.
Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan
dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan
estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan
konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual
dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi
dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan diIndonesia dalam menghadapi era-globalisasi dengan
percepatan teknologi yang begitu tinggi dan tanpa batas merambah disemua bidang, termasuk
perkembangan teknologi meningkat seiring kemajuan zaman. Banyak macam-macam pendidikan
yang ada, ini dapat dibedakan dari fungsi dan jenis masing-masing pendidikan . karena itu
dibutuhkan pengelolaan sarana dan prasarana serta penangganan yang khusus dalam dunia
pendidikan salah satu contoh minimnya sarana fasilitas, baik fasilitas internal maupun eksternal.
Di era-globalisasi sekarang ini, kualitas akan Sumber Daya Manusia (SDM) semakin
diperhitungkan. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang membutuhkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna bersaing dengan Negara-negara maju
sehingga Indonesia tidak lagi mengalami keterbelakangan yang panjang seperti selama ini. Oleh
karena itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus ditingkatkan melalui pendidikan.
Pendidikan tersebut bisa berupa seni visual. Pendidikan seni visual seperti seni murni, seni desain,
dan seni kriya.
Seni visual lebih menekankan dan menegaskan kegiatan dalam proses penghasilan
dengan melibatkan aspek pemahaman, penghayatan, dan kritikan. Proses ini menyentuh perasaan
estetika dan daya kreativitas individu melalui penajaman daya intuisi, persepsi, imaginasi, dan
konsepsi. Dengan ini diharapkan dapat mengamalkan pertimbangan seni visual. Persepsi visual
dapat dikembangkan melalui pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan untuk mengobservasi
dan menanggapi secara selektif terhadap rangsangan visual.
2. DESKRIPSI PROYEK
 Kasus
:
Sekolah Tinggi Seni Visual
 Tema
:
Eklektik
 Status Proyek
:
Fiktif
 Lokasi Proyek
:
Jalan Cempaka Putih Jakarta Pusat
 Luas Lahan
:
± 3 Ha
 KLB
:
1.2
 KDB
:
40 %
 Ketinggian
:
Max 4 lantai
 Peruntukan Lahan
:
Suka / Fasilitas Umum
2.1
PENGERTIAN JUDUL
A. Sekolah
 Sekolah adalah suatu tempat/institusi untuk kegiatan belajar dan mengajar. 1
 Sekolah adalah lingkungan yang terdiri atas ruang-ruang yang baik untuk belajar.2
 Sekolah adalah suatu institusi pendidikan formal terpenting bagi manusia sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar. Lembaga ini mengajar anak
didik menuju kearah kedewasaan.
B. Sekolah Tinggi
Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesional dan/atau akademik dalam lingkup dalam satu disiplin ilmu pengetahuan,
teknologi, atau kesenian tertentu.
3
C. Seni
Seni adalah suatu kegiatan dimana seseorang/kelompok secara sadar dengan
medium tertentu menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayati kepada orang
lain.
1
4
A.P Cowie, Oxford Dictionary, Oxford University Press, 1990. Hal. 1130
Ibid. Hal. 1130
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Himpunan Keputusan Menteri tentang
Kurikulum Nasional Program Sarjana, 1991. Hal. 12
2
D. Visual
Visual dapat dilihat dengan indera penglihatan (mata); berdasarkan penglihatan.
5
Jadi Sekolah Tinggi Seni Visual adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan profesional, akademik dalam disiplin seni visual, yaitu seni yang hanya dapat
dinikmati keindahannya melalui pemakaian indera secara aktif.
2.2
PROGRAM KEGIATAN
A. Bidang Akademis
Kegiatan bidang akademis terdiri dari:
 Kegiatan pendidikan dan perkuliahan secara teori.
 Kegiatan proyek atau kuliah praktek.
 Kegiatan diskusi dan perpustakaan.
 Kegiatan tenaga pembinaan akademis.
B. Bidang Kemahasiswaan
Kegiatan bidang kemahasiswaan meliputi:
 Kegiatan latihan kepemimpinan.
 Kegiatan penelitian.
 Kegiatan pengabdian masyarakat.
Merupakan kegiatan yang melibatkan lembaga dan masyarakat, antara lain:
 Mengadakan kursus-kursus dalam bidang seni visual yang dibuka untuk umum
bagi yang berminat pada jangka waktu tertentu dengan melibatkan mahasiswa
sehingga terjadi interaksi dengan masyarakat.
 Mengadakan lokakarya dengan bekerja sama lembaga-lembaga lain.
 Mengadakan seminar dan diskusi dengan mendatangkan para ahli baik dari
dalam negeri maupun luar negeri.
 Mengadakan pameran hasil karya mahasiswa.
 Mengikutkan mahasiswa kedalam festival atau kegiatan seni.
C. Bidang Administrasi
Kegiatan administrasi meliputi:
 Administrasi surat menyurat sekolah tinggi.
 Administrasi keuangan.
 Administrasi kemahasiswaan.
4
5
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1975.Hal.12
Ibid. Hal.1120
2.3
KEBUTUHAN RUANG
A. Utama
1. R. Studio
Jurusan Seni Murni
 R. Studio Lukis:
R. Bimbingan
R. Praktek Lukis Bebas
R. Gudang & Alat
R. Simpan Hasil Karya
 R. Studio Patung:
R. Bimbingan
R. Praktek
R. Bahan Baku & Alat
R. Simpan Hasil Karya
 R. Studio Grafis
R. Bimbingan
R. Cetak
Area Bahan Baku & Alat
 Toilet
Jurusan Desain
 Studio Desain Komunikasi Visual
R. Gambar
R. Komputer
Area Simpan Hasil Karya & Alat
 Studio Interior
R. Gambar
R. Maket
Area Simpan Hasil Karya & Alat
 Studio Desain Produk
R. Gambar/Desain
R. Bengkel Maket
Area Simpan Hasil Karya
 Toilet
Jurusan Kriya
 Studio Keramik
R. Bimbingan
Area Pembentukan
R. Bahan Baku & Alat
Area Persiapan
Area Simpan Hasil Karya
Area Alat Pengeringan
R. Pembakaran
 Studio Kayu
R. Bimbingan
R. Praktek
Area Bahan Baku & Alat
R. Simpan Hasil Karya
 Studio Tekstil
R. Bimbingan
R. Praktek
Area Alat & Bahan
Area Simpan Hasil Karya
 Toilet
2. Sekretariat Jurusan (Jurusan seni murni, Jurusan desain, Jurusan kriya)
R. Ka. Jurusan
R. Wakil Ka. Jurusan
R. Dosen
R. Ass. Dosen
R. Rapat
R. Administrasi
R. Tamu / Penerima
Toilet
B. Penunjang
1. Perpustakaan
Lobby
R. Penitipan
R. Buku
R. Baca
R. Fotocopy
R. Counter Pelayanan
R. Administrasi
R. Pimpinan
R. Gudang
Toilet
2. Laboratorium (lab. Komputer)
Studio Photography
R. Proseccing
R. Gelap
R. Penyimpanan Film
3. Ruang Seminar
R. Duduk
Hall
Gudang
Toilet
4. Ruang Audio Visual
R. Duduk
R. Proyektor
Gudang
Toilet
5. Galeri
Hall/Pameran
R. Informasi
R. Pengelola
R. Penitipan
Toilet
6. Ruang Serba Guna
Lobby
R. Duduk
Panggung
R. Ganti/Rias
R. Kontrol Audio Visual
R. Gudang Alat
Toilet
C. Pengelola
1. Ketua/Pimpinan
R. Ketua
R. Sekretaris Ketua
R. Pembantu
R. Sekretaris Pembantu
R. Tamu
Toilet
2. Administrasi
Counter/Pelayanan
R. Tamu
R. Administrasi Umum
R. Pelayanan
R. Biro (Administrasi & Keuangan)
R. Kepala Biro
R. Sekretaris & Staff
R. Arsip
Toilet
D. Pelengkap
1. Kemahasiswaan (R. Senat)
2. Olah Raga: OutDoor
3. Penerima
Hall/R. Bersama
Plaza
Pos & Giro
Bank
R. Tunggu
Musholla
E. Service
Kebersihan
R. Staff
Gudang
M&E
R. Staff
Gudang
R. M & E
R. Pimpinan & Staff
3. TEMA
3.1
PENGERTIAN TEMA
Tema pada proyek ini adalah Eclectic yaitu dengan memilih unsur masing-masing gaya dengan
perpaduan yang unik, dinamis yang akan memberikan daya tarik visual bangunan dan dengan
teknik dan bahan bangunan baru.
Eclectic yang digunakan pada perancangan dengan mengambil gaya Arsitektur Kolonial
Belanda (penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan), Gaya Klasik Yunani
(pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment), Gaya Klasik Romawi (pelengkung
pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi), dan Gaya Renaissance
(perulangan jendela bergaya klasik).
Contoh:
Arsitektur Kolonial Belanda
Penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan
Gbr. 3.1.1 Gaya Arsitektur Kolonial Belanda
Penerapan Jendela Atas, dan Atap Berbentuk Pelana & Limasan
Gaya Klasik Yunani
Pada kolom Dorik dan Atap yang berbentuk segi tiga/pediment
Perbandingan memperlihatkan masing-masing
ciri dari ketiga Order : Dorik (kiri), Ionik (tengah),
dan Korintien (kanan).
Legenda:
A. Entablature B. Kolom
C. Connice
D. Frize
E. Architrave
F. Kepala
G. Shajt
H. Base
I. Plinth
1. Gutte
3. Trigliph
5. Echinus
7. Fluting
9. Facia
2. Metope
4. Abacus
6. Volute
8. Dentil
Gbr 3.1.2 Order Dorik, Ionik, dan Korintien Pada Bangunan Yunani
Gbr 3.1.3 Bangunan University of Virginia Gaya Klasik Yunani, Pada Kolom Dorik
Order-Dorik (Dorik-Order)
Salah satu
peninggalan
dari
arsitektur Order–Dorik berupa
kuil yaitu Parthenon (445-43200
di Akropolis di rancang oleh
Ictinus
dan
Callicrates,
pematungnya Pheidas. Dengan
deretan 17 kolom pada sisi
terpanjang,
8
pada
sisi
terpendek. Berkolom Dorik.
Gbr 3.1.4 Kuil Parthenon (447-432SM) Acropolis, Pandangan Depan dan Potongan Melintang,Denah,
Potongan Membujur, Potongan Melintang, Pandangan Depan dan Perspektif.
Atap berbentuk segi tiga ciri umum Arsitektur Yunani
Bagian-bagian utama dari arsitektur Yunani.
Legenda:
E. Entablature F. Pediment G. Kolom
a. Architrave
Pediment
b. Frieze
c. Cornice
Frize dan Bagian-Bagiannya
Pediment terdiri dari cornice yaitu semacam bingkai keliling segi tiga dari molding mengikuti bentuknya. Bagian tengah
didalam bingkai tersebut terdapat tympanum, yang biasanya pada bidang didalamnya dibuat dekorasi, dapat berupa relief
maupun patung-patung. Pediment bertumpu diatas sebuah alas berupa balok horisontal disebut entablature yang
mempunyai tiga bagian atau lapisan: diatas berupa cornice, ditengah frize dan dibawah disebut architrave.
Konstruksi pediment dan entablature disangga oleh kolom dalan arsitektur Yunani dibagi
menjadi tiga, yaitu: teratas disebut kepala atau capital, tengah atau badan disebut shaft
dan tumpuan terbawah disebut base. Capital mempunyai tiga bagian: paling atas abacus,
tengah echinus, paling bawah disebut leher atau neck. Di bawah leher ada astragal,
bagian yang menghubungkan capital dengan shaft. Bagian bawah kolom atau base terdiri
dari tiga bagian, yang paling atas apophyge, tengah torus, bawah disebut plinth
Gaya Klasik Romawi
Pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi
Pelengkung Titus di Roma (82 M)
Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan
kolom dan balok. Pelengkung dikombinasikan dengan elemen Order Yunani yang juga diambil bentuknya saja.
Pelengkung Septimius Serverus, Roma (203 M)
Mempunyai tiga pelengkung: satu terbesar ditengah, diapit kembar dikanan-kiri. Semua kolom silindris langsing dihias
kepala bercorak Korintien.
Contoh: Order-Tuscan (kiri), Order Dorik-Romawi (tengah), Order Komposit (kanan) pada
bangunan Romawi.
Bentuk kolom dan balok Yunani
hanya menjadi bagian dari dekorasi.
Namun
komposisi
konstruksi,
dan
proporsi,
dekorasinya
mempunyai ciri khusus, berbeda
Perbandingan
kepala
kolom
dan
entablature Korintien-Yunani (kiri), dan
Korintien-Romawi (kanan).
dengan ketiga Order Yunani.
Gaya Renaissance
Perulangan jendela bergaya klasik
Istana Strozzi, 1489-1539
Direncanakan oleh: Da Majano
Dibangun oleh: Da Majano dan Cronaca
Jendela-jendela yang diletakkan berderet dengan jarak dan
besar
yang
sama
menunjukkan
harmoni
yang
sangat
sederhana tanpa adanya suatu titik pusat perhatian sama
sekali. Gaya Renaissance adalah gaya arsitektur yang dibuat
menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus
melebar.
3.2 Interprestasi Tema
Penerapan tema Eclectic dalam perancangan Sekolah Tinggi Seni Visual adalah:
1. Arsitektur Kolonial Belanda
Penerapan jendela atas, atap yang berbentuk pelana dan limasan
2. Gaya KlasikYunani
Pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi tiga/pediment
Perbandingan memperlihatkan masing-masing ciri dari ketiga Order: Dorik (kiri), Ionik (tengah), dan Korintien
(kanan). Legenda:
A. Entablature
B. Kolom
1. Gutte
2. Metope
C. Connice
D. Frize
3. Trigliph
4. Abacus
E. Architrave
F. Kepala
5. Echinus
6. Volute
G. Shajt
H. Base
7. Fluting
8. Dentil
I. Plinth
9. Facia
Atap berbentuk segi tiga ciri umum Arsitektur Yunani
Konstruksi dalam arsitektur klasik, berbentuk segi tiga diujung atap
yang berbentuk pelana (dua sisi miring), dibingkai dibawah oleh
cornice horizontal, disisi miring oleh cornice miring (raking
cornice). Sering disebut juga Froton
3. Gaya Klasik Romawi
Pelengkung pada sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi
Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian
yang penting karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan
kolom dan balok. Pelengkung dikombinasikan dengan elemen
Order Yunani yang juga diambil bentuknya saja.
Bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi
bagian dari dekorasi. Namun konstruksi, proporsi, komposisi dan
dekorasinya mempunyai ciri khusus, berbeda dengan ketiga
Order Yunani.
4. Gaya Renaissance
Dengan perulangan jendela-jendela bergaya klasik
Jendela-jendela yang diletakkan berderet dengan jarak dan besar yang sama menunjukkan harmoni yang sangat
sederhana tanpa adanya suatu titik pusat perhatian sama sekali. Gaya Renaissance adalah gaya arsitektur yang
dibuat menurut teori bahwa badan bangunan harus berbentuk kubus melebar.
4. ANALISIS
4.1
ANALISIS FUNGSIONAL
4.1.1 Hubungan
FASILITAS AKADEMIS (UTAMA)
Kelas Teori
R. Bersama
Studio Jurusan Seni Murni
Sekretariat Jurusan Seni Murni
Studio Jurusan Seni Kriya
Sekretariat Jurusan Seni Kriya
Studio Jurusan Seni Desain
Sekretariat Jurusan Seni Desain
FASILITAS PENUNJANG
Perpustakaan
Studio Photograpy
Laboratorium
Studio Model
R. Audio Visual
Auditorium
FASILITAS PENGELOLA
Administrasi
Pimpinan
Penyelenggara
Galeri
FASILITAS PELENGKAP
Kemahasiswaan
Koperasi / Bursa
SERVICE
M&E
Fasilitas Olah Raga
Keamanan
Musholla
Pos dan Giro
Kebersihan
Ruang Tunggu
Bank
KETERANGAN :
Hub. Dekat
Hub. Agak Dekat
Hub. Jauh
Hall / Penerima
Plaza
4.1.2 Penggelompokan Kegiatan
SIFAT KEGIATAN
PRIVAT
SEMI PRIVAT
JENIS KEGIATAN
Melayani kegiatan yang sifatnya dari dalam seperti perkuliahan (Teori & Studio) serta jurusan.
Kegiatan penunjang yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan (Seperti: laboratorium, studio
penunjang, perpustakaan, dll).
Meliputi kegiatan pengelola dan administarasiserta yang berkaitan dengan pihak luar seperti:
SEMI PUBLIK
PUBLIK
SERVICE
auditorium, ruang seminar, ruang audio, dll.
Kegiatan pelengkap yang meliputi fasilitas seperti kantor pos dan giro, kantin, bank, plaza, hall
bersama, fasilitas olah raga, dll.
Melayani kegiatan yang bersifat service seperti: pengiriman barang service.
4.2
ANALISIS SITE MAKRO
4.2.1 Pemilihan Lokasi Site
Gbr. 4.2.1. Peta Lokasi
Alasan memilih lokasi site dikecamatan Cempaka Putih, sebagai berikut:
1. Suasana sekitar dengan tingkat kebisingan yang cukup rendah dapat memberikan privasi
dan kenyamanan bagi kegiatan pendidikan.
2. Lokasi tapak mudah di capai, baik oleh kendaraan umum maupun dengan kendaraan
pribadi.
3. Peraturan-peraturan daerah, seperti RBWK dan RUTR mengenai peruntukan KDB, KLB,
dan Ketinggian bangunan sesuai dengan proyek yang akan dilaksanakan yaitu bangunan
pendidikan.
4. Arus lalu lintas disekitar tapak tidak terlalu padat, sehingga dapat menunjang kegiatan
pada sekolah ini.
4.3. ANALISIS SITE MIKRO
4.3.1 Lokasi Site
Lokasi Berada Di Jalan
Cempaka Putih Tengah,
Kecamatan Cempaka
Putih, Jakarta Pusat
Gambar 4.3.1. Lokasi Site Terpilih
4.3.2 Karakter Lingkungan
Lokasi tapak mudah dicapai, baik oleh kendaraan umum maupun dengan
kendaraan pribadi.
Suasana sekitar mempunyai tingkat kebisingan yang cukup rendah, sehinnga
dapat memberikan privasi dan kenyamanan bagi kegiatan pendidikan.
Arus lalu lintas di sekitar tapak tidak terlalu padat, sehingga dapat menunjang
kegiatan pada sekolah ini.
5. KONSEP PERANCANGAN
5.1
KONSEP DASAR
Konsep dasar menggunakan pendekatan eclectic yaitu dengan memilih unsur
masing-masing gaya dengan perpaduan yang unik dan dinamis yang akan memberikan
daya tarik visual bangunan. Sedangkan eclectic yang digunakan pada perancangan dengan
mengambil gaya Arsitektur Kolonial Belanda (penerapan jendela atas, atap yang berbentuk
pelana dan limasan), Gaya Klasik Yunani (pada kolom Dorik dan atap yang berbentuk segi
tiga/pediment), Gaya Klasik Romawi (pelengkung pada sebuah gerbang merupakan
konstruksi sangat khas Romawi), dan Gaya Renaissance (perulangan jendela bergaya
klasik).
Gambar 5.1.1 Perspektif
5.2 Rencana Tapak
B
D
B
B
A
C
C
Gambar 5.2.1 Tata Letak
A
Keterangan :
A. Daerah Publik
B. Daerah Privat
C. Daerah Service
D. Daerah Semi Publik
5.3 BANGUNAN
Terdapat 4 (empat) massa bangunan, dimana masing-masing jurusan berdiri sendiri
untuk memudahkan pengelompokan kegiatan tetapi tetap merupakan kesatuan yang
dinamis, unik, ekspresif, dan menyatu.
Gbr. 5.3.1 Massa Bangunan
Arsitektur Kolonial Belanda. Penerapan jendela atas, dan atap pelana & limasan,
Gaya Klasik Yunani, pada kolom Dorik, Gaya Klasik Romawi, dengan pelengkung pada
sebuah gerbang merupakan konstruksi sangat khas Romawi dan Gaya Renaissance,
dengan perulangan jendela bergaya klasik.
Gbr. 5.3.2 Interior Studio Keramik
Gbr. 5.3.3 Interior Studio Lukis
Gbr. 5.3.4 Interior Studio Desain Produk
Gbr. 5.3.5 Interior Kantin
Gbr. 5.3.6 Gerbang Entrance dan Exit
Gbr. 5.3.8 Masjid
Gbr. 5.3.7 Air Muncrat
Gbr. 5.3.9 Lapangan Bola Basket & Bola Volley
Gbr. 5.3.10 Area Parkir Motor
Gbr. 5.3.11 Area Parkir Mobil
Gbr. 5.3.12 Amphitheatre
DAFTAR PUSTAKA
1. A.P Cowie, Oxford Dictionary, Oxford University Press, 1990.
2. Balai Penelitian Indonesia.
3. Balai Penelitian Keramik Bandung.
4. Boediono, MA. Endang, Sejarah Arsitektur 2, Seri Desain Interior, 1995.
5. Building Planning & Desain Standard.
6. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Himpunan
Keputusan Menteri tentang Kurikulum Nasional Program Sarjan, 1901.
7. Felix. M Keesing, Cultural Antropology : The Science Custom, New York : Mc Grow Hill, 1982.
8. Interior Space / Design Standard.
9. Koentjaningrat, Kebudayaan Metalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT. Gramedia, 1975.
10. Nathan, Knobler, The Visual Dialoque : An Introduction to The Appreciation of art, New York :
Holt, Reinhard Winston, Inc, 1966.
11. Phillip Bean, The Language of Art, New Jersey : The Ronald Press Company, 1958.
12. Rencana Induk Pengembangan Universitas / Institut.
13. Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Klasik Eropa, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2003.
14. UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 16 dan 17, tentang Bentuk Perguruan Tinggi.
15. www/ Hui No’eau Visual Art Center.com
16. www/ Pennsylvania Academy of Art.com
Download