bab iv keadaan umum lokasi penelitian

advertisement
22
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat
Sejarah berdirinya HPGW dimulai pada tahun 1951. Pada tahun tersebut
sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia). Hutan yang ditanam
pada tahun 19511952 tersebut saat ini telah berwujud sebagai tegakan hutan
damar yang lebat di sekitar basecamp. Kemudian pada tahun 1967 Institut
Pertanian Bogor (IPB) melakukan penjajakan kerjasama dengan Pemerintah
Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen
Pertanian untuk mengusahakan Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan.
Pada tahun 1968 Direktorat Jenderal Kehutanan memberikan bantuan
pinjaman Kawasan Hutan Gunung Walat kepada IPB untuk digunakan seperlunya
bagi pendidikan kehutanan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Dan pada
tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah
Tingkat I Jawa Barat No. 7041/IV/69 tertanggal 14 Oktober 1969 yang
menyatakan bahwa Hutan Gunung Walat seluas 359 Ha ditunjuk sebagai Hutan
Pendidikan yang pengelolaannya diserahkan kepada IPB.
SK Menteri Pertanian RI No. 008/Kpts/DJ/I/73 tentang penunjukan
komplek Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) pada tahun 1973 diterbitkan. Pengelolaan kawasan hutan Gunung Walat
seluas 359 Ha dilaksanakan oleh IPB dengan status hak pakai sebagai hutan
pendidikan dan dikelola Unit Kebun Percobaan IPB dengan jangka waktu 20
tahun. Pada tahun 1973 penanaman telah mencapai 53%. Tahun 1980 seluruh
wilayah HPGW telah berhasil ditanami berbagai jenis tanaman, yaitu damar
(Agathis lorantifolia), pinus (P. merkusii, P. insularis, P. oocarpa), puspa
(Schima wallichii), kayu afrika (Maesopsis eminii), mahoni (Swietenia
macrophylla), rasamala (Altingia excelsa), sonokeling (Dalbergia latifolia), gamal
(Gliricidae sp), sengon (Paraserianthes falcataria), meranti (Shorea sp), dan
akasia (Acacia mangium).
23
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1992 tentang penunjukan
komplek hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan, pengelolaan kawasan hutan
gunung walat sebagai hutan pendidikan dilaksanakan bersama antara Fakultas
Kehutanan IPB dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan/Balai Latihan
Kehutanan (BLK) Bogor. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 24 Januari 1993.
Status hukum kawasan HPGW pada tahun 2005 dikuatkan oleh diterbitkannya SK
Menhut No. 188/Menhut-II/2005, yang menetapkan fungsi hutan kawasan HPGW
sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaannya
diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan khusus sebagai Hutan
Pendidikan (FAHUTAN IPB 2009).
4.2 Letak dan Luas Areal
Secara Geografis Hutan Pendidikan Gunung Walat
berada pada
106°48'27''BT sampai 106°50'29''BT dan -6°54'23''LS sampai -6°55'35''LS.
Secara administrasi pemerintahan
HPGW terletak di wilayah Kecamatan
Cibadak dan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Secara administrasi kehutanan
termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi. Luas kawasan
Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah 359 Ha, terdiri dari tiga blok, yaitu Blok
Timur (Cikatomas) seluas 120 Ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan
Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha (FAHUTAN IPB 2009).
HPGW
Gambar 4 Sketsa lokasi HPGW.
24
4.3 Topografi dan Iklim
HPGW terletak pada ketinggian 460715 mdpl. Topografi bervariasi dari
landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian
utara mempunyai topografi yang semakin curam. Klasifikasi iklim HPGW
menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B dan banyaknya curah hujan
tahunan berkisar antara 1600 4400 mm. Suhu udara maksimum di siang hari
29° C dan minimum 19° C di malam hari (FAHUTAN IPB 2009).
4.4 Tanah dan Hidrologi
Tanah HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol dan litosol dari batu
endapan dan bekuan daerah bukit, sedangkan bagian di barat daya terdapat areal
peralihan dengan jenis batuan Karst, sehingga di wilayah tersebut terbentuk
beberapa gua alam karst (gamping). Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan
sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian
selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak
sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. Kawasan
HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri (FAHUTAN IPB
2009).
4.5 Vegetasi
Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis lorantifolia),
pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes
falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika
(Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp,
Shorea sp, akasia (Acacia mangium), dan pinus (Pinus insularis dan Pinus
oocarpa). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis
rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68
jenis. Potensi tegakan hutan ± 10.855 m3 kayu damar, 9.471 m3 kayu pinus, 464
m3 puspa, 132 m3 sengon, dan 88 m3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga
menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari
100 pohon plus damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul
(FAHUTAN IPB 2009).
25
Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi
jenis-jenis mamalia, reptilia, burung dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia
terdapat babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),
kelinci liar (Nesolagus sp), meong congkok (Felis bengalensis), tupai
(Callociurus sp. J), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus
hermaphroditic). Dari kelompok jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis
burung, antara lain: Elang Jawa, Emprit, Kutilang dan lain-lain. Jenis-jenis reptilia
antara lain biawak, ular dan bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti
ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Ikan lubang adalah ikan sejenis lele yang
memiliki warna agak merah. Selain itu terdapat pula lebah hutan (Apis dorsata)
(FAHUTAN IPB 2009).
4.6 Penduduk
Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat umumnya memiliki
mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian
dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan
basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam
program agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap.
Penyadap getah pinus berjumlah 32 penyadap dengan karakteristik yang
beragam baik dari segi pendidikan dan umur. Mayoritas penyadap berdomisili di
desa sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat yakni Desa Nangerang, Desa
Citalahab, Desa Cipereu dan Desa Cijati. Penghasilan rata-rata yang diperoleh
penyadap dari hasil menyadap getah pinus adalah Rp. 400.000-Rp. 500.000/bulan
(FAHUTAN IPB 2009).
Download