Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2018 Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai rencana pembangunan daerah tahunan memuat tema khusus terkait ekonomi dan keuangan daerah yang disajikan dalam Bab III. Pada bagian ini sebagaimana arahan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, diuraikan dua point utama yakni Arah Kebijakan Ekonomi Daerah dan Arah Kebijakan Keuangan Daerah. Namun demikian, analisis perlu diperluas dalam lingkup pembangunan ekonomi, mengingat tujuan hakiki pembangunan ekonomi yakni kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditunjukan oleh indikator makroekonomi sematamata, namun juga tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, sehingga arah kebijakan ekonomi menjadi arah kebijakan pembangunan ekonomi. Rumusan Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah untuk Tahun 2018 tidak lepas dari pencapaian pembangunan ekonomi pada Tahun 2016, proyeksi Tahun 2017 dan 2018. Dengan demikian pembahasan pada bagian ini diawali dengan Kondisi Pembangunan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2016, selanjutnya Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017 dan 2018. Bagian akhir sub bab adalah poin-poin arah kebijakan pembangunan ekonomi Tahun 2018. 3.1 Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2018 bertepatan dengan berakhirnya RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 20132018. Dalam konteks ini, Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Tahun 2018 seyogianya mampu mencapai misi 2 RPJMD yakni Membangun Perekonomian Yang Kokoh Dan Berkeadilan. Secara detil, misi 2 bermakna Perekonomian Jawa Barat yang semakin maju dan berdaya saing, bersinergi antar skala usaha, berbasis ekonomi pertanian dan non pertanian yang mampu menarik investasi dalam dan luar negeri, menyerap banyak tenaga kerja, serta memberikan pemerataan III - 100 kesejahteraan bagi seluruh Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 masyarakat. Tujuannya adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah. Empat indikator utama yang mewakilinya disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Target Pembangunan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2016-2018 Target Indikator Satuan 2016 2017 2018 Laju pertumbuhan Ekonomi Persen 6,3 – 6,9 6,3 – 6,9 6,4 – 7,0 Tingkat Pengangguran Terbuka Persen 7,50 – 7,00 7,00 ‐ 6,50 6,50 – 6,00 Angka kemiskinan Persen 5,90– 5,00 5,00 ‐ 4,10 5,00 ‐ 4,10 Poin 0,36 – 0,35 0,35 – 0,34 0,34 – 0,33 Gini Ratio Sumber: RPJMD Jawa Barat 2013 - 2018 Angka-angka target pembangunan ekonomi akhir tahun 2018 sangat optimis karena dibuat pada awal perencanaan dengan asumsi kondisi ekonomi global dan nasional yang sangat baik waktu itu. Dengan sisa waktu dua tahun lagi, yang paling penting adalah pencapaian pertumbuhannya yang semakin meningkat. 3.1.1 Kondisi Pembangunan Ekonomi Jawa Barat 2015 dan 2016 Pembangunan Ekonomi Provinsi Jawa Barat menunjukkan tingkat pertumbuhan yang terus berada di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional sejak Tahun 2013.Bahkan pada periode 2015 - 2016 perekonomian Jawa Barat tumbuh jauh di atas pertumbuhan perekonomian nasional.Pada Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tumbuh sebesar 5,03% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya tumbuh sebesar 4,79%, sedangkan di tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Jawa Barat bahkan tumbuh jauh lebih tinggi, diperkirakan akan mencapai 5,7% dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan hanya sebesar 5,1% . III - 101 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dibandingkan Nasional Sumber: BPS, BI, dan Proyeksi Tim Ekonomi Jawa Barat PDRB Sisi Produksi Dari sisi produksi, capaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat yang tinggi di Tahun 2016 disebabkan meningkatnya seluruh lapangan usaha yang ada di Jawa Barat. Salah satu penyebab utama dari peningkatan aktivitas lapangan usaha di Tahun 2016 ini adalah adanya pelaksanaan PON XIX di Jawa Barat - yang tidak saja menggerakan perekonomian sektor pemerintah akan tetapi juga sektor swasta. Hingga triwulan III, laju pertumbuhan ekonomi terbesar dari lapangan usaha perekonomian Jawa Barat ada pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (tumbuh sebesar 13,66%), lapangan usaha transportasi dan pergudangan serta lapangan usaha jasa keuangan dan tranasportasi masing-masing tumbuh sebesar 12,99% dan 10,25%. sektor Pertanian Jawa Barat di Tahun 2016 ini juga tumbuh dengan cukup tinggi. pada triwulan III sektor pertanian bisa tumbuh hingga mencapai angka mendekati 9%. Sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih disumbangkan oleh dua lapangan usaha utama di Jawa Barat, yaitu lapangan industi pengolahan dan lapangan usaha perdangan besar dan eceran. Hingga triwulan IIITahun 2016 Lapangan usaha indsutri pengolahan memberikan sumbangan sebesar 1,96% dari 5,76% pertumbuhan eknomi yang terjadi (yoy) atau bisa dikatakan bahwa sumbangan lapangan usaha III - 102 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 industri pengolahan terhadap pertumbuhan di periode ini adalah sebesar 34,03%.Akan tetapi peran lapangan usaha industri pengolahan di Tahun 2016 ini relatif menurun dibandingkan dengan di Tahun 2015. Pada Tahun 2015 peranan lapangan usaha industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa barat adalah sebesar 38,37% (atau sebesar 1,93% dari 5,03% pertumbuhan ekonomi Jawa Barat Tahun 2015). Lapangan usaha lain yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Pada Tahun 2016 lapangan usaha ini memberikan kontribusi sebesar 0,87% dari total pertumbuhan ekonomi kuartal III Jawa Barat sebesar 5,76% (sumbangan nya sebesar 15,1%). Sumbangan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran di Tahun 2016 ini lebih besar dibandingkan dengan sumbangannya terhadap pertumbuhan di Tahun 2015 yang hanya sebesar 11,72% (yaitu sebesar 0,59% dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03%). Lapangan usaha informasi dan komunikasi merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan sangat tinggi selama periode 2011 - 2016, menjadi lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi selama periode 2011 -2016.Rata-rata pertumbuhan lapangan usaha ini mecapai angka 13% selama periode tersebut, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Bahkan pertumbuhan lapangan usaha ini mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 17,47% (di tahun 2014) dan 16,31% (di Tahun 2015) - meskipun di Tahun 2016 diperkirakan hanya tumbuh sebesar 13,4% saja. Meskipun lapangan usaha informasi dan komunikasi memiliki nilai pertumbuhan yang tertinggi, akan tetapi sumbangan lapangan usaha ini tidak begitu besar terhadap perekonomian Jawa Barat - hanya sebesar 3% selama periode 2011 - 2015. III - 103 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.2. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat 2015 ‐2016 Pada Tahun 2016, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan Jawa Barat mulai menggeliat. Lapangan usaha dengan nilai tambah terbesar ke-3 di Jawa Barat ini mampu tumbuh mendekati 9% di triwulan III Tahun 2016, sehingga peran lapangan usaha ini terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai angka 14% di periode tersebut. Pertumbuhan ekonomi lapangan usaha pertanian yang cukup besar di Tahun 2016 memiliki peran penting, karena lapangan usaha ini merupakan salah satu lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbesar ke-4 di Jawa Barat, share tenaga kerja dari lapangan usaha ini adalah sebesar 16,43%. Bagaimana peran daya saing lapangan usaha usaha di Jawa Barat terhadap perekonomian nasional selama periode 2011 - 2015 ditunjukkan seperti pada 2 gambar di bawah ini. Gambar 3.3.menunjukkan infomasi mengenai 3 hal, yaitu pertama, nilai spesialisasi lapangan usaha Jawa Barat dibandingkan dengan lapangan usaha di tingkat nasional (yang diukur dengan nilai LQ) - yang ditunjukkan oleh sumbu vertikal. Kedua, persentase perubahan dari konsentrasi lapangan usahanya, sumbu horizontal.Terakhir III - 104 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 adalah sumbangan dari masing-masing lapangan usaha di tingkat provinsi besaran lingkaran pada gambar.Berdasarkan gambar 3.3. terlihat bahwa Jawa Barat dibandingkan memiliki spesialisasi dengan nasionalnya, pada yaitu beberapa lapangan lapangan usaha usaha industri pengolahan (C), lapangan usaha perdagangan besar dan eceran (G), lapangan usaha transportasi dan pergudangan (H), serta lapangan usaha jasa lainnya. Lapangan usaha C, dan G merupakan lapangan usaha dengan share terbesar di Jawa Barat, juga lapangan usaha H termasuk lapangan usaha terbesar ke 5 di Jawa Barat.Dari ke 4 lapangan usaha tersebut hanya sektor industri pengolahan (C) yang memiliki persentase perubahan yang negatif - memiliki spesialisasi yang cenderung menurun. Gambar 3.3. Nilai Spesialisasi Lapangan Usaha Jawa Barat Dibandingkan Nasional (Konsentrasi Lapangan Usaha) Keterangan: (A) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; (B) Pertambangan dan Penggalian; (C) Industri Pengolahan; (D) Pengadaan Listrik dan Gas; (E) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (F) Konstruksi; (G) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (H) Transportasi dan Pergudangan; (I) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (J) Informasi dan Komunikasi; (K) Jasa Keuangan dan Asuransi; (L) Real Estat; (M,N) Jasa Perusahaan; (O) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; (P) Jasa Pendidikan; (Q) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (R,S,T,U) Jasa lainnya Perbedaan gambar 3.3.dengan gambar 3.4. ada pada sumbu horizontal, dimana sumbu horizontal pada gambar 3.4. menunjukkan pertumbuhan rata-rata lapangan usaha di Jawa Barat, selama periode 2011 III - 105 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 - 2015. Sehingga perekonomian sektoral dapat di bagi kedalam 4 kuadran, yaitu: 1) Kelompok lapangan usaha di kuadarn pertama adalah kelompok lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan sektoral lebih besar dari pertumbuhan ekonomi rata-rata Jawa Barat selama periode 2011 2015 (yaitu sebesar 5,74%) sekaligus lapangan usaha yang memiliki spesialisasi di tingkat nasional. 2) Kelompok lapangan usaha di kuadran kedua, adalah kelompok lapangan usaha yang memiliki spesialisasi di tingkat nasional akan tetapi memiliki pertumbuhan rata-rata sektoral lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata perekonomian Jawa Barat 3) Kelompok lapangan usaha di kuadran ketiga, adalah kelompok lapangan usaha yang tidak memiliki spesialisasi serta memiliki pertumbuhan ekonomi sektoral lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata perekonomian Jawa Barat 4) Kelompok lapangan usaha di kuadran keempat, adalah kelompok lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi sektoral lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan rata-rata perekonomian Jawa Barat tetapi belum memiliki spesialisasi di tingkat nasional. Berdasarkan gamber 3.4. terlihat ada 3 lapangan usaha yang termasuk kedalam kelopok lapangan usaha dikuadran satu - yang merupakan sektor tumpuan perekonomian Jawa Barat di masa depan - yaitu lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan, dan lapangan usaha jasa lainnya. Lapangan industri pengolahan di Jawa Barat berada di kuadrankedua, karena terjadi penurunan laju pertumbuhan ekonomi sektoral selama periode 2011 - 2015. Sedangkan lapangan usaha konstruksi; lapangan usaha informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; dan jasa pendidikan serta kesehatan memang memiliki laju pertumbuhan sektoral yang besar, akan tetapi lapangan usaha ini belum memiliki daya saing yang cukup baik (spesialisasi) di level nasional. III - 106 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.4.Nilai Spesialisasi Lapangan Usaha Jawa Barat Dibandingkan Nasional (pertumbuhan rata-rata lapangan usaha) Keterangan: (A) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; (B) Pertambangan dan Penggalian; (C) Industri Pengolahan; (D) Pengadaan Listrik dan Gas; (E) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (F) Konstruksi; (G) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (H) Transportasi dan Pergudangan; (I) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (J) Informasi dan Komunikasi; (K) Jasa Keuangan dan Asuransi; (L) Real Estat; (M,N) Jasa Perusahaan; (O) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; (P) Jasa Pendidikan; (Q) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (R,S,T,U) Jasa lainnya PDRB Sisi Pengeluaran Sementara dilihat dari sisi pengeluaran, peningkatan kinerja terjadi pada hampir seluruh komponen, seperti Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 13,08 persen; Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 6,11 persen; Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 5,90 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 4,00 persen dan Perubahan Inventori sebesar 3,75 persen; Adapun pertumbuhan negatif dialami oleh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 7,82 persen. Sementara komponen Impor Barang dan Jasa yang berlaku sebagai pengurang bagi pertumbuhan ekonomi memiliki pertumbuhan positif sebesar 9,92 persen. Struktur perekonomian di Jawa Barat menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan III-2016 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mencakup lebih dari separuh PDRB III - 107 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Jawa Barat.Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto; Impor Barang dan Jasa dan Ekspor Barang dan Jasa. Sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Perubahan Inventori dan Pengeluaran Konsumsi LNPRT memiliki kontribusi relatif kecil terhadap nilai PDRB Jawa Barat. Tinjauan terhadap penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan III-2016 (y-on-y) bahwa Komponen Ekspor Barang dan Jasa merupakan komponen dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 4,65 persen diikuti oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 3,68 persen. Sementara itu hanya komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang memberikan andil negatif sebesar 0,45 terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Investasi fisik atau PMTB sangat diandalkan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan PMDN ke Jawa Barat selama dua tahun terakhir menurun. Namun pertumbuhan PMA terus meningkat khususnya ke sektor industri pengolahan. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu tujuan investasi utama dengan pangsa terhadap nasional untuk PMA mencapai 20,4 persen dan PMDN mencapai 14,1 persen. Keterangan ini diangkat dari perkembangan PMA dan PMDN Jawa Barat yang disajikan pada Gambar 3.5 dan 3.6. Gambar 3.5. Perkembangan PMA di Jawa Barat, 2004 – 2016* III - 108 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar3.6.PerkembanganPMDNdiJawaBarat,2004–2016* Lapangan usaha yang diminati oleh investor ditampilkan pada Gambar 3.7 dan 3.8. Informasi pada gambar tersebut menunjukkan bahwa investor asing lebih banyak tertarik pada sektor industri otomotif, sedangkan investor domestic pada sektor konstruksi. PMA pada sektor tersebut sebesar 43 persen, dan PMDN sebesar 28 persen. Gambar3.7PangsaPMASektoraldiJawaBarat III - 109 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar3.8PangsaPMDNSektoraldiJawaBarat Hasil kajian menginformasikan bahwa PMTB harga berlaku berdampak positif terhadap hampir seluruh indikator pembangunan kecuali LPE dan Gini Ratio. Bahwasannya, total investasi di Jawa Barat selama periode 2010-2015 telah meningkatkan PDRB, PDRB per kapita, ekspor, impor, IPM (termasuk indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli), jumlah penduduk yang bekerja, dan menurunkan pengangguran. Namun PMTB tidak berpengaruh terhadap inflasi dan jumlah penduduk miskin, jika dilihat dari t-statistiknya. Hanya saja memiliki arah koefisien sesuai harapan bahwa investasi cenderung menurunkan inflasi dan jumlah penduduk miskin Sebagai perekonomian terbuka, ekspor Jabar pun semakin diperhitungkan.Pangsa ekspor non migas Jawa Barat terhadap non migas nasional hingga triwulan III 2016 mencapai 19,5persen. Dengan demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap ekspor non migas nasional, disusul oleh Provinsi Jawa Timur (13,94persen), dan DKI Jakarta (13,94persen). Pertumbuhan ekspor Jawa Barat yang sempat menurun seiring perlambatan ekonomi global mulai meningkat di tahun 2016. Adapun tujuan utama ekspor adalah ASEAN (20,6persen), USA (19,9persen), Eropa (14,3persen) dan Jepang (11,0persen). III - 110 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.9. Perkembangan Pangsa dan Pertumbuhan Ekspor Jawa Barat Provinsi Jawa Barat berkontribusi besar menghasilkan devisa negara. Sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3.10, penjualan ekspornya 20.6 persen dibeli oleh negara ASEAN, USA sebesar 19.9 persen, Eropa sebesar 14.3 persen, Jepang sebesar 11 persen, dan Tiongkok sebesar 4.9 persen. Sementara itu, kondisinya terbalik bila dilihat dari permintaan impor pada Gambar 3.11. Sebesar 25.6 persen permintaan impor Jawa Barat berasal dari negara Tiongkok, 18.6 persen dari Negara ASEAN, 17.5 persen dari Korea Selatan, 16 persen dari Jepang, dan 4.6 persen dari Eropa. Perolehan dolar dari ekspor impor tersebut akan lebih besar, sehingga akan berkontribusi pada penguatan rupiah terhadap dollar. Gambar 3.10. Tujuan Utama Ekspor Jabar III - 111 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.11 Negara Asal Impor Jawa Barat Inflasi Kinerja pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan diikuti oleh stabilitas harga yang baik, tercermin dalam besaran inflasi yang rendah.Inflasi Jawa Barat tahun 2016 terkendali di bawah sasaran target sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut ini. Gambar 3.12. Perkembangan Inflasi IHK Tahunan (yoy) Gambar 3.13. Perkembangan Disagregasi Inflasi (yoy) Inflasi IHK Jawa Barat pada Tahun 2016 mencapai 2,75% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi Tahun 2015 sebesar 2,73% (yoy). Namun demikian realisasi ini masih lebih rendah dibanding rata-rata historis inflasi tahunan 2011-2015 sebesar 5,25% (yoy). Tren inflasi rendah yang telah berlangsung sejak Tahun 2015 ini tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain : (1) perlambatan ekonomi domestik yang secara fundamental menurunkan output gap; (2) rendahnya harga minyak mentah dunia yang menyebabkan harga BBM subsidi ikut diturunkan mengikuti harga keekonomian (sejak subsidinya dicabut pada tahun 2015); (3) dan permintaan global yang masih tergolong lemah. III - 112 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Khususnya pada Tahun 2016, kenaikan tekanan inflasi tahunan semata didorong oleh gejolak inflasi kelompok volatile food yang meningkat dari 4,42% (yoy) di Tahun 2015 menjadi 7,58% (yoy) di Tahun 2016. Sebaliknya, inflasi tahunan kelompok core dan administered prices pada Tahun 2016 menurun dibanding tahun 2015. Tabel 3.1. Inflasi per Kelompok KELO M PO K BAHAN M AKANAN Padi-padian,Um bi-um bian dan Hasilnya Inflasi(% (yoy) Inflasi tahunan food kelompok 2015 2016 volatile 4.73 5.19 6.92 3.62 mencapai lebih tinggi dibanding rata-rata Daging dan Hasil-hasilnya 7.37 4.64 Ikan Segar 8.77 3.36 Ikan Diaw etkan 6.62 6.67 Telur,Susu dan Hasil-hasilnya 5.25 -1.22 Sayur-sayuran 12.47 8.46 Kacang -kacangan 3.75 2.24 Buah -buahan 4.38 4.61 Bum bu -bum buan -8.20 35.88 Lem ak dan M inyak -1.21 5.92 Bahan M akanan Lainnya 6.23 2.70 historis di 4,42% 2016 juga tercatat 2011-2015 7,44%. Hal ini yang sebesar terutama disebabkan oleh anomali cuaca La Nina yang terjadi sepanjang tahun sehingga intensitas curah menyebabkan hujan cukup tinggi bahkan di musim kemarau pada pertengahan tahun (kemarau basah). Dapat disimpulkan bahwa fenomena La Nina memberikan dampak yang lebih besar terhadap inflasi dibandingkan El Nino, tercermin dari inflasi bahan makanan pada saat El Nino di Tahun 2015 (4,73%) lebih rendah dibanding Tahun 2016 pada saat terjadi gejala La Nina (6,92%). Curah hujan yang tinggi akibat La Nina terutama berdampak kepada menurunnya produktivitas tanaman pangan dari kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah, cabai merah, cabai rawit) karena tanaman ini rentan busuk serta terserang hama pada kondisi curah hujan tinggi. Hal ini juga tercermin dari inflasi subkelompok bumbu-bumbuan yang melonjak signifikan dari -8,20% (yoy) pada Tahun 2015 menjadi 35,88% (yoy) pada Tahun 2015. Sebaliknya, kondisi curah hujan tinggi ini memberikan dampak positif pada tanaman padi sehingga inflasi kelompok padi-padian juga menurun dari 5,19% (yoy) pada Tahun 2015 menjadi 3,62% (yoy) pada Tahun 2016. Secara umum, dapat dikatakan bahwa gejolak pada subkelompok bumbu-bumbuan yang menjadi penyebab utama meningkatnya gejolak harga pangan di Tahun III - 113 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 2016, karena inflasi dari kelompok bahan makanan utama lainnya seperti padi-padian; daging dan hasil-hasilnya; telur, susu, dan hasil-hasilnya; serta sayur-sayuran menurun dibanding Tahun 2015. Di sisi lain, kelompokcoretercatat inflasi menurun yakni dari 2,76% (yoy) pada Tahun 2015 menjadi 2,28% (yoy) pada Tahun 2016. Realisasi ini juga lebih rendah dibandingkan ratarata inflasi core historis 2011-2015 sebesar 3,66%. Rendahnya inflasi core terutama didorong oleh masih Gambar 3.14. Perkembangan Komponen Inflasi Core terbatasnya permintaan masyarakat di tengah uncertainty perekonomian. Berdasarkan subkelompoknya, penurunan tekanan inflasi lebih dalam terjadi pada kelompok subkelompok core non traded. Hal ini sejalan dengan permintaan properti yang masih relatif lemah sehingga kenaikan biaya kontrak rumah dan sewa rumah lebih rendah dibanding Tahun 2015.Perkembangan investasi bangunan yang masih terbatas dibanding investasi non bangunan juga menyebabkan kenaikan harga komoditas terkait seperti tukang bukan mandor dan semen lebih rendah dibanding Tahun 2015. melakukan Walaupun percepatan pemerintah pembangunan tergolong cukup infrastruktur, gencar dalam sebaliknya pihak swasta masih sangat terbatas dalam melakukan ekspansi fisik berupa bangunan di Tahun 2016 karena masih berfokus untuk mengoptimalkan kapasitas utilisasi yang masih underutilized. Selain itu, beberapa proyek infrastruktur pemerintah juga tercatat terlambat dalam penyelesaiannya (seperti Tol Soroja dan Tol Cisumdawu) baik karena faktor cuaca maupun langkah penghematan anggaran yang ditempuh Pemerintah Pusat pada semester I dan II 2016. Selain itu, apresiasi rupiah sepanjang Tahun 2016 yang mencapai 0,61% (yoy) turut berdampak kepada menurunnya tekanan imported inflation atau kelompok core traded. III - 114 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Tabel 3.2. Komoditas Utama Penahan dan Penyumbang Inflasi Kelompok Core CORE NON TRADED (%, YOY) Komoditas 2015 Tukang Bukan Mandor 3.79 2.91 Penahan Sewa Rumah Tarip Rumah Sakit 8.35 Inflasi Kontrak Rumah 0.71 Tarip Pulsa Ponsel 0.00 Pendorong Sekolah Menengah Atas 0.52 Inflasi Sekolah Dasar 1.12 Tarip Air Minum PAM 3.42 2016 1.94 2.02 2.85 0.03 4.55 3.26 4.28 9.10 CORE TRADED (%, YOY) Komoditas 2015 Mie 5.56 Mobil 4.80 Sepeda Motor 4.79 Semen ‐1.69 Batu Bata ‐0.90 Kopi Manis 0.00 Ketupat/Lontong Sayur 2.35 Batako 0.24 2016 1.47 2.62 1.39 ‐3.67 3.05 6.40 10.23 8.31 Inflasi kelompok administered pricesjuga tercatat menurun yakni dari 1,18% (yoy) pada Tahun 2015 menjadi -0,04% (yoy) pada Tahun 2016. Realisasi ini juga lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi core historis 20112015 sebesar 7,46%. Rendahnya inflasi administered prices Gambar 3.15. Perkembangan Komponen Inflasi Core ini terutama didorong oleh penurunan pada kelompok AP energi. Masih berlanjutnya penurunan harga minyak dunia hingga pertengahan Tahun 2016 mendorong pemerintah menurunkan harga premium dan solar dua kali yakni pada awal triwulan I dan triwulan II.Namun hal ini diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang beberapa kali menaikkan harga BBM non subsidi (pertamax, pertalite, dll) selama semester II 2016. Selain itu kenaikan tarif listrik melalui skema tariff adjustment bulanan juga lebih rendah dibanding Tahun 2016 akibat tren apresiasi rupiah serta rendahnya harga minyak dunia yang mempengaruhi penentuan tarif listrik. III - 115 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Tabel 3.3. Komoditas Utama Penahan dan Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices Komoditas Angkutan Antar Kota Bahan Bakar Rumah Tangga Penahan Tarip Kereta Api Inflasi Tarip Listrik Solar Bensin Pendorong Angkutan Dalam Kota Inflasi Tarip Air Minum PAM 2015 19.98 11.01 47.19 4.06 ‐10.67 ‐13.18 ‐2.22 3.42 2016 0.17 ‐0.88 16.91 1.94 ‐22.93 ‐10.99 ‐0.38 9.10 Secara spasial, inflasi mayoritas kota perhitungan di Jawa Barat pada Tahun 2016 meningkat dibanding Tahun 2015 didorong oleh gejolak harga pangan, kecuali di Kota Bandung dan Tasikmalaya. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bogor (3,60%) dan terendah di Kota Cirebon (1,87%). Gambar 3.16. Perkembangan Inflasi Spasial 2015 dan 2016 (%,yoy) Ketenagakerjaan Raihan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang memuaskan, ternyata tidak diikuti dengan capaian yang menggembirakan dari sisi ketenagakerjaan.Pada Tahun 2016, dari 21,07 juta angkatan kerja, jumlah penduduk yang yang terserap di bursa kerja sebesar 19,2 juta jiwa dan sebesar 1,87 juta jiwa adalah penduduk yang menganggur. Perkembangan penduduk yang bekerja mengalami perkembangan yang berfluktuatif dan hal yang sama dengan jumlah pengangguran. Terjadi perkembangan fluktuatif jumlah penduduk yang bekerja selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang bekerja III - 116 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 mengalami penurunan yaitu dari 19,23 jiwa menjadi 18,79 jiwa atau turun sebesar 0,44 juta jiwa. Adapun di Tahun 2016 jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan 0,41 juta jiwa yaitu dari 18,79 juta jiwa menjadi 19,20 juta jiwa. 1.77 1.87 1.79 + 0,41 juta 19.23 18.79 19.20 Agustus 2015 Agustus 2016 - 0,44 juta Agustus 2014 Bekerja Pengangguran Gambar 3.17 Struktur Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2016 (Juta Jiwa) Sumber : Sakernas 2014,2015,2015 Hal yang berbeda untuk terus mengalami peningkatan. pengangguran dimana selama tiga tahun Pada Tahun 2015 jumlah pengangguran meningkat sebesar 19 ribu jiwa dan di Tahun 2016 meningkat sebesar 78 ribu. Sehingga jumlah pengangguran selama tiga tahun meningkat 98,66 ribu jiwa. TPT Jawa Barat meningkat dari 8,72% (Agustus 2015) menjadi 8,89% (Agustus 2016). Tingkat pengangguran di Jawa Barat cukup tinggi dengan masalah pengangguran pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja yang tidak diikuti dengan perluasan kesempatan kerja, selain itu angkatan kerja yang tersedia tidak dapat memenuhi kualifikasi persyaratan yang diminta oleh dunia kerja. Kualifikasi ini biasanya berkaitan dengan pendidikan, pengalaman, ataupun perkembangan teknologi tinggi yang tidak diimbangi oleh keterampilan dari para pencari kerja.Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi serta jumlah migrasi dari luar provinsi yang cukup tinggi juga memicu tingginya angka pengangguran di Jawa Barat. III - 117 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 (Juta Jiwa) Agustus 2014: Agustus 2015: 1 77 juta orang Agustus 2016: 1 87 j t + 0,27 poin (19,68 ribu) + 0,17 poin (78,99 ribu) Gambar 3.18 Struktur Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2016 Sumber : Sakernas 2014,2015,2015 Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja yang disebabkan karena adanya beberapa perusahaan yang tutup akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, serta pola investasi yang ada cenderung padat modal menyebabkan semakin kecil terjadinya penyerapan tenaga kerja. Mengamati tingkat pengangguran Jawa Barat di Tahun 2016 menurut pendidikan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.4, diperoleh bahwa sebagian besar pengangguran Jawa Barat berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan persentase 16,51% di Tahun 2016 kemudian diikuti oleh pendidikan SMA (11,4%), SMP (10,52%), Diploma (8,26%), SD (5,87%) dan terakhir 4,63%). III - 118 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Tabel 3.4. TPT Menurut Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2016 Agustus Agustus 2015 (2) 2016 (3) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (1) SD ke Bawah 4,91 5,87 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 10,87 10,52 Sekolah Menengah Atas (SMA) 12,21 11,4 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 16,8 16,51 Diploma I/II/III 7,59 8,26 Universitas 5,38 4,63 8,72 8,89 Total Hal yang berbeda dengan kualitas tenaga kerja Jawa Barat sebagaimana nampak pada Gambar 3.12 sebagian besar didominasi oleh tenaga kerja dengan berpendidikan SD kebawah sebanyak 7,97 Juta Jiwa (41,52%). Adapun untuk pekerja dengan pendidikan diploma dan Universitas hanya sekitar 2,57 juta jiwa ( 13,2%) dan sisanya berpendidikan SMP, SMA dan SMK sebesar 27,6 %. Hal tersebut memberi gambaran bahwa lapangan pekerjaan yang cukup tersedia dan mudah di masuki adalah lapangan kerja dengan ketrampilan rendah. Sedangkan untuk lapangan pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi masih sedikit sehingga ketersediaan tenaga kerja dengan dengan pendidikan yang cukup masih belum dapat terserap dengan baik. III - 119 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.19. Komposisi Penduduk Bekerja menurut tingkat Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Mengamati lebih jauh dari sisi struktur lapangan pekerjaan penduduk Jawa Barat Tahun 2014 dan 2015 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar bergerak di bidang industri pengolahan dengan jumlah 3,88 juta Jiwa (20,23%) diikuti jenis pekerjaan Jasa Kemasyaraatan/perorangan sebanyak 3,3 juta jiwa (17,18%) dan ketiga terbesar adalah lapangan pekerjaan sektor Pertanian sebanyak 3,15 juta jiwa (16,43%). Perkembangan dalam satu tahun terakhir jumlah penduduk bekerja meningkat kecuali sektor industri yang menurun sebanyak 60,65 ribu jiwa, sektor konstruksi menurun sebanyak 0,27 juta jiwa dan sektor lainnya menurun sebanyak 30,58 ribu jiwa. Tabel 3.5. Struktur Lapangan Pekerjaan Penduduk (Juta Orang) Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2015 Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2014 (1) Agustus 2015 (2) Agustus 2016 Jumlah (3) (4) % (5) Pertanian 3,82 3,1 3,15 16,43 Industri 3,9 3,95 3,88 20,23 Konstruksi 1,49 1,69 1,42 7,42 Perdagangan 4,93 5,1 5,34 27,8 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 1 1,04 1,11 5,79 Keuangan 0,6 0,67 0,81 4,24 Jasa Kemasyarakatan/perorangan 3,29 3,05 3,3 17,18 Lainnya*) 0,2 0,21 0,17 0,91 19,23 18,79 19,2 100,00 Total III - 120 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Penurunan jumlah tenaga kerja yang terserap di lapangan usaha industri pengolahan seiring dengan menurunnya peran perekonomian Jawa Barat. Sementara peningkatan sektor ini terhadap share pertumbuhan lapangan usaha perdagnagan disertai dengan meningkatnya tenaga kerja yang terserap di lapangan usaha tersebut. Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Berdasarkan data BPS, angka ketimpangan pendapatan di Jawa Barat tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari angka koefisien gini (KG) Jawa Barat selama tiga tahun terakhir (periode 2014-2016) mencapai 0.41 dan termasuk 10 provinsi yang memiliki angka KG tertinggi di Indonesia. Untuk Lebih Jelasnya terkait perkembangan angka KG Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Gambar 3.20. Tabel 3.6 Koefisien Gini (KG) Provinsi di Indonesia Tahun 2014-2016 Provinsi ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEP. BANGKA BELITUNG KEP. RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT PAPUA INDONESIA 2014 0.32 0.32 0.33 0.35 0.33 0.4 0.36 0.35 0.3 0.4 0.43 0.41 0.38 0.42 0.37 0.4 0.42 0.38 0.36 0.39 0.35 0.36 0.35 0.42 0.37 0.42 0.41 0.41 0.35 0.35 0.32 0.44 0.41 0.41 Gini Ratio 2015 2016 0.33 0.33 0.34 0.32 0.34 0.33 0.36 0.35 0.36 0.35 0.36 0.35 0.38 0.36 0.38 0.36 0.28 0.28 0.36 0.35 0.43 0.41 0.41 0.41 0.38 0.37 0.43 0.42 0.42 0.4 0.4 0.39 0.38 0.37 0.37 0.36 0.34 0.34 0.33 0.34 0.33 0.33 0.35 0.33 0.32 0.32 0.29 0.3 0.37 0.39 0.37 0.36 0.42 0.43 0.4 0.4 0.42 0.42 0.36 0.36 0.34 0.35 0.28 0.29 0.44 0.37 0.42 0.39 0.41 0.4 III - 121 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Sementara itu, kemiskinan Jawa Barat selama tiga tahun terakhir 20142016 cenderung berfluktuatif. Hal ini terlihat dari perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin Jawa Barat yang mengalami naik turun.Untuk lebih jelasnya terkait perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3.21 dan Tabel 3.7. Gambar 3.21. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2009 hingga Maret 2016 Tabel 3.7. Indikator Kemiskinan Jawa Barat Apabila dilihat pada Tabel di atas terkait indicator kemiskinan, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Kebijakan kemiskinan, selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin juga harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. III - 122 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing kemiskinan.Semakin pengeluaran tinggi penduduk dari penduduk nilai indeks, garis miskin semakin terhadap jauh garis rata-rata kemiskinan.Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat per Maret 2014 hingga Maret 2016 berfluktuatif.Namun per Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat menunjukan kemiskinan Jawa Barat semakin baik. Hal ini terlihat pada Maret 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat telah mengalami penurunan dibandingkan Maret 2014 dan Maret 2015 yakni dari 1524( Maret 2014) dan 1628 (Maret 2015) menjadi 1489 (Maret 2016). Penurunan nilai indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin Jawa Barat cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Sementara itu, angka Indeks Keparahan Kemiskinan Jawa Barat pun membaik.Hal ini terlihat dari penurunan indeks keparahan kemiskinan. Per Maret 2016 Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dibandingkan per Maret 2014 dan per Maret 2015 yakni dari 0.381 (Per Maret 2014) dan 0.435 (Per Maret 2015) menjadi 0.372 (Per Maret 2016) Hal ini menunjukan bahwa Jawa Barat memiliki ketimpangan pengeluaran yang rendah diantara penduduk miskin. Hal ini memberikan gambaran bahwa penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin Jawa Barat rendah. Berdasarkan uraian terkait indikator kemiskinan Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa Jawa Barat berhasil mengurangi kemiskinan Jawa Barat baik secara jumlah maupun tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinannya. Walaupun demikian, Jawa Barat masih memiliki tingkat ketimpangan pendapatan yang masih tinggi sehingga kesejahteraan masyarakat pun belum merata. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan ketika ekonomi Jawa Barat selama periode 2014 hingga triwulan III 2016 tumbuh positif di atas nasional. Namun, tumbuh tingginya ekonomi Jawa Barat ini ternyata menyisakan pekerjaan besar terkait kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. III - 123 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah tahun 2017 dan 2018 3.1.2.1 Tantangan Global dan Nasional Kondisi ekonomi global masih ditandai risiko terhadap pemulihan ekonomi, sementara harga komoditas global masih rendah, dan arus modal (inflow) ke negara berkembang terbatas.Momentum perbaikan ekonomi global diperkirakan terjadi pada 2016, masih belum sepenuhnya kelihatan bahkan sebaliknya masih mengalami perlemahan di sejumlah negara. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia di 2016 diperkirakan hanya sekitar 3,1%. Tabel 3.8. Outlook Perekonomian Global Sementara itu, di Amerika Serikat (AS) yang awalnya diperkirakan dapat menjadi pendorong perekonomian global namun pada perkembangannya masih belum menampakkan kondisi yang solid meski semakin membaik sebagaimana tercermin dari menguatnya sektor tenaga kerja dan meningkatnya inflasi.Begitu pula di Eropa, pasca hasil Brexit yang memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa, semakin menurunkan prospek ekonomi di kawasan Eropa. III - 124 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.23.Perkembangan Inflasi AS Gambar 3.22. Tingkat Pengangguran AS Di sisi lain, China yang selama ini menjadi motor perekonomian dunia dari Asia, hingga saat ini perekonomiannya masih melakukan konsolidasi sumber-sumber perekonomiannya. Meski perekonomiannya semakin membaik, namun masih menghadapi ketidakpastian yang tinggi dan belum mampu kembali kepada kondisi sebelumnya yang mampu tumbuh di atas 7%.Sementara negara Asia lainnya yaitu India, meski dalam beberapa tahun terakhir mampu tumbuh mengesankan sebagaimana tercermin pada konsumsi swasta namun dalam waktu-waktu terakhir terlihat mulai kedodoran. Gambar 3.24. Pertumbuhan Ekonomi China Gambar 3.25. Penjualan Mobil India Kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya tumbuh solid pada gilirannya mempengaruhi kinerja harga komoditas global yang masih III - 125 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 rendah, meski akan sedikit naik dibandingkan tahun sebelumnya. harga batubara dan CPO terlihat sudah mulai meningkat dalam beberapa bulan terakhir, meski lebih dipengaruhi oleh penurunan produksi dibanding kenaikan permintaan. Dinamika perekonomian global tersebut mengindikasikan adanya permasalahan struktural yang pada gilirannya mengakibatkan turunnya produktivitas ekonomi dan kapasitas produksi di di banyak negara.Salah satu permasalahan struktural ekonomi global tersebut adalah berkurangnya pengaruh pertumbuhan ekonomi global terhadap perdagangan dunia.Berdasarkan data yang ada, korelasi PDB dunia dengan volume perdagangan tidak sekuat sebelumnya. Elastisitas pertumbuhan ekonomi dunia terhadap perdagangan dunia menurun dari 1,3 pada tahun 2000-an menjadi 0,9. Hasil berbagai studi menjelaskan bahwa ini didorong oleh faktor-faktor terutama menurunnya investasi global dan meningkatnya isu proteksionisme perdagangan dunia. Ujungnya, dunia diperkirakan akan menghadapi kelesuan ekonomi dalam waktu lebih lama dan 2017 hingga Tahun 2020 diperkirakan masih akan di bawah 4%. Gambar 3.26. PDB Dunia dan Volume Perdagangan Gambar 3.27. Prakiraan PDB Dunia III - 126 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Perkembangan Ekonomi Domestik Di sisi domestik, sebagai negara small open economy, perkembangan global yang belum sepenuhnya kondusif dan diwarnai ketidakpastian yang tinggi mempengaruhi kinerja perekonomian nasional yang tumbuh terbatas. Hingga triwulan III 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02% (yoy) meski lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dan pada keseluruhan tahun dapat tumbuh sekitar 5% meski lebih rendah dibandingkan perkiraan sekitar 5,3% sebelumnya akibat dampak ekonomi global yang tumbuh lebih rendah dibandingkan prakiraan sebelumnya. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi nasional masih relatif baik dibandingkan negara-negara lain. Kondisi ini terutama faktor permintaan domestik masih nasional.Secara menjadi spasial, sumber utama perekonomian pertumbuhan wilayah Jawa yang ekonomi berbasis lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan dan pertanian masih menjadi penopang utama dengan tumbuh di atas 5%.Sementara itu, di kawasan Sumatera, Kalimantan dan Papua masih terdapat provinsi yang tumbuh di bawah 4% sehingga perlu terus mendapat perhatian. Di sisi harga, inflasi terjaga dalam level yang rendah dan stabil yakni mencapai 3,02% pada 2016 lebih rendah dari Tahun 2015 sebesar 3,4%. Inflasi yang rendah ini tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mengendalikan harga kelompok makanan dan komoditas strategis. Tabel 3.9. Pertumbuhan PDB Nasional Gambar 3.28.Perkembangan Inflasi Nasional III - 127 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Perekonomian nasional yang fleksibel dalam merespons perlambatan ekonomi global ditopang terutama oleh dua faktor. Faktor pertama, konsistensi dalam menjaga stabilitas ekonomi sebagaimana tercermin pada inflasi yang rendah dan stabil, nilai tukar rupiah yang terkendali, defisit transaksi berjalan dan defisit APBN 2016 yang berada dalam level yang sehat, serta stabilitas sistem keuangan. Stabilitas ekonomi yang terjaga dan risiko ekonomi yang terkendali pada gilirannya memberikan basis keleluasaan gerak yang positif bagi pelaku ekonomi untuk merespons kondisi yang ada.Faktor kedua adalah pengaruh kebijakan countercyclical yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia.Stimulus fiskal yang besar, termasuk melalui berhubungan belanja langsung infrastruktur, dengan mendukung pemerintah, sektor seperti yang investasi bangunan.Langkah deregulasi dan debirokratisasi Pemerintah melalui berbagai paket kebijakan, sebagai bagian dari upaya reformasi struktural, juga berkontribusi positif meningkatkan keyakinan untuk berusaha di Indonesia.Sementara dari sisi pelonggaran kebijakan moneter turut mendorong perbaikan permintaan domestik.Dalam setahun terakhir, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga kebijakan hingga 150 bps dan Giro Wajib Minimum (GWM) hingga 150 bps. Pelonggaran kebijakan moneter juga bersinergi dengan kebijakan makroprudensial melalui relaksasi Loan to Value (LTV) untuk kredit properti dan Financing to Value (FTV) untuk pembiayaan properti, serta peningkatan batas bawah Giro Wajib Minimum (GWM)-Loan to Funding Ratio (LFR) dari semula 78% menjadi 80%. III - 128 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.29. Defisit Transaksi Berjalan Gambar 3.30 Perkembangan Inflasi Nasional Tantangan Prospek ekonomi global yang masih belum akan pulih segera dan ketidakpastian di harga komoditas dan pasar keuangan akan menjadi tantangan bagi perekonomian nasional. Di sisi lain, tantangan jangka pendek dan struktural domestik yang belum terselesaikan berpotensi menghambat proses pemulihan ekonomi. Tantangan jangka pendek berasal dari pengaruh stimulus fiskal yang belum secara merata dapat menarik peran swasta untuk berinvestasi, khususnya investasi non-bangunan yang tercatat masih cukup rendah. Sementara itu, tantangan struktural domestik terkait dengan sektor riil dan sektor keuangan.Dari sektor riil, tercatat tantangan terkait komposisi produk ekspor yang banyak bergantung pada produk sumber daya alam, struktur pasar dan tata niaga yang belum efisien, serta peran industri pengolahan yang terus menurun.Turunnya peran industri pengolahan menjadi persoalan sendiri di kawasan Jawa mengingat perannya yang cukup signifikan dalam perekonomian di kawasan tersebut. Sementara itu di sektor keuangan, tantangan masih terkait dengan pembenahan struktur pembiayaan domestik yang masih belum beragam, struktur dana perbankan yang belum seimbang, serta pasar keuangan yang masih belum dalam. III - 129 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 3.1.2.2 Tantangan dan Prospek Regional Jawa Barat Terdapat sejumlah membahas tantangan mencermati respon aspek dan yang prospek pemerintah nasional.Memperhatikan patut regional terhadap perkembangan dipertimbangkan Jawa Barat.Pertama, tantangan perekonomian dalam global global dan diwarnai ketidakpastian yang besar dan tantangan yang dihadapi, pemerintah merasa penting mengarahkan kebijakan untuk mengoptimalkan berbagai potensi domestik dalam rangka memperkuat resiliensi (ketahanan) perekonomian nasional.Di sektor domestik, perlu terus dibangun industri yang kuat dan berdaya saing di rumah sendiri.Sementara dari sektor eksternal, perlu disiapkan berbagai sektor unggulan yang berdaya saing di pasar global sekaligus mempunyai produktivitas tinggi. Setidaknya terdapat 3 (tiga) potensi ekonomi yang perlu dioptimalkan untuk menopang ketahanan ekonomi nasional.Potensi pertama adalah kepercayaan dan keyakinan yang tinggi dari pelaku ekonomi terhadap pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya.Kedisiplinan pengelolaan kebijakan makroekonomi, terutama pengelolaan kebijakan fiskal yang bervisi jangka menengah panjang dan kebijakan moneter yang berkomitmen menjaga stabilitas makroekonomi, serta kontinuitas berbagai kebijakan reformasi struktural pemerintah yang telah dilakukan selama ini menjadi faktor-faktor penopang utama bagi keyakinan para pelaku ekonomi. Potensi kedua yang mengemuka dan perlu mendapat catatan khusus pada 2016 ialah munculnya sumber pembiayaan ekonomi yang luar biasa melalui program Pengampunan Pajak. Hal ini dapat menjadi momentum kuat bagi Pemerintah Indonesia.Perluasan untuk basis mempercepat pajak yang reformasi dicapai perpajakan melalui di program Pengampunan Pajak diharapkan diikuti intensifikasi pajak guna semakin meningkatkan peran pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Di Indonesia, peran pajak dalam pembiayaan pembangunan baru mencapai 11% dari PDB di tahun 2015, lebih rendah dibandingkan capaian berbagai negara kawasan seperti Singapura dan Malaysia yang mencapai sekitar 14% dari PDB. III - 130 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Potensi ketiga ialah potensi teknologi digital yang berkembang pesat.Hal ini terlihat dari kegiatan sharing economy dan digital economy yang meningkat pesat sebagaimana tercermin dari aktivitas fintech (financial technology) dan e-commerce. Perkembangan positif ini bila dimanfaatkan dengan tepat akan dapat meningkatkan efisiensi dan mendukung kegiatan ekonomi domestik. Ketiga potensi ekonomi tersebut, apabila dapat diberdayakan dengan efektif dan optimal, akan semakin memperkuat dan menggandakan manfaat dari potensi sumber daya domestik yang sebelumnya sudah ada, yakni sumber daya manusia dan sumber daya alam. Dalam kaitan ini pula, bonus demografi yang direpresentasikan dengan populasi penduduk usia produktif yang lebih besar dari penduduk usia lanjut dan anak-anak akan menjadi potensi dari sisi tenaga kerja, sekaligus basis konsumen yang kuat sejalan dengan meningkatnya kelas menengah di Indonesia. Bonus demografi ini jika dikelola dengan tepat akan memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk menjadi lebih sejahtera. Kedua, antisipasi kebijakan pemerintah terkait administriced price. Kondisi tahun depan (2017), melihat perkembangan up date kondisi terakhir Tahun 2016 sampai dengan Triwulan III diperkirakan akan lebih baik dibanding pencapaian Tahun 2016. Namun demikian, tantangan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di Tahun 2017 tidak lebih mudah dibandingkan Tahun 2016. Perkembangan peran pengeluaran konsumsi rumah tangga Tahun 2017 diantaranya diperkirakan akan menghadapi tantangan menuju keseimbangan baru sebagai dampak dari kenaikan sejumlah komoditas yang harganya diatur pemerintah, seperti kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) kelompok rumah tangga konsumen 900 VA, penyesuaian harga BBM non subsidi serta perubahan harga gas elpiji 3 Kg dan perubahan-perubahan harga komoditas lainnya yang dinamis. Peran kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga secara umum diperkirakan akan sangat tergantung pada kondisi tingkat inflasi tahun ini. III - 131 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Ketiga, ekspektasi lingkungan bisnis. Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan masih akan tumbuh positif, sejalan dengan ekspektasi kenaikan pertumbuhan kredit, perbaikan kondisi lingkungan investasi dan perekonomian serta dampak dari relaksasi kebijakan pemerintah melalui implementasi paket-paket kebijakan ekonomi. Keempat, harapan efektivitas kebijakan fiscal. Pengeluaran konsumsi pemerintah juga diharapkan bisa optimal tahun ini, sejalan dengan percepatan realisasi anggaran dan kemungkinan tidak adanya skenario fiskal pemerintah pusat terkait penundaan pencairan dana perimbangan. Adanya pencairan dana tahap satu terkait persiapan pilkada serentak, peningkatan pembangunan dan penyelesaian infrastruktur-infrastruktur strategis di Jawa Barat diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja serta kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah. Kelima, terkait kondisi ekspor dan impor (net exspor) yang diperkirakan juga masih akan tumbuh positif, sejalan dengan perbaikan terbatas ekonomi global. Meningkatnya harga minyak dunia dan perbaikan daya beli konsumen negara-negara timur tengah diharapkan bisa meningkatkan kinerja ekspor Jawa Barat Tahun 2017. Fluktuasi kurs yang mengarah kepada stabilitas dan keseimbangan baru diharapkan bisa mendorong daya saing komoditas ekspor Jawa Barat, disisi lain peningkatan nilai ekspor dapat dikendalikan sejalan dengan penguatan industri hulu regional terkait kontribusi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Keenam, terkait reformasi fiskal dan melanjutkan reformasi struktural tahap kedua. Reformasi fiskalnya berbentu : (1) Belanja yang lebih baik, (2) Pengurangan subsidi dan penargetannya yang lebih baik, (3) Penambahan dana dan dengan insentif daerah, yang lebih baik bagi pemerintah dan (4) Strategi penerimaan jangka menengah yang fokus pada keberlanjutan. Sementara itu, reformasi strukturalnya diarahkan untuk : (1) Meningkatkan Investasi infrastruktur, termasuk swasta, (2) Perbaikan kondisi bisnis (antara lain EODB), (3) Logistik yang lebih baik, (4) Perbaikan pendidikan dan pelatihan vokasi, (5) Kebijakan pertanahan/reformasi III - 132 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 agraria, (6) Kebijakan industrialisasi, hilirisasi industri dan industri parawisata, dan (7) Deregulasi peraturan/perijinan di daerah. Ketujuh, terkait belanja infrastruktur. Sebagaimana disajikan pada Gambar 3.31Proyek infrastruktur yang akan dikembangkan adalah : (1) jalan, (2) Jembatan, (3) Bandara (yang salah satunya ada di Kabupaten Majalengka), (4) Pelabuhan Laut, (5) Rel Kereta Api, dan (6) Terminal Bus. Arah belanja tersebut disertai dengan reformasi fiskal, institusional, dan regulasi. Bahkan Pemerintah Pusat akan melakukan relokasi belanja subsidi dan infrastruktur pada Tahun 2017 mendatang. Penurunan subsidi akan direlokasi untuk kebutuhan belanja infrastruktur yang memiliki multiplier besar terhadap perekonomian, untuk mengejar pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5.1 persen. Sebagaimana disajikan pada Gambar 3.32, melalui Kementrian Perekonomian, sejumlah proyek kakap akan dikembangkan di Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Pusat akan mengembangkan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, Industri Agro, Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika. Gambar 3.31 Belanja Infrastruktur Pemerintah Pusat Tahun 2017 III - 133 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Gambar 3.32 Sebaran Rencana Proyek Kakap Pemerintah Pusat Tahun 2017 Secara keseluruhan, optimisme perbaikan kondisi perekonomian Jawa Barat tahun ini diantaranya di dukung oleh perbaikan kondisi ekonomi regional, nasional serta internasional. Harmonisasi kebijakan pusat dengan kebijakan daerah terkait peningkatan daya saing ekonomi diharapkan lebih menguat di Tahun 2017, sehingga hal tersebut dapat mendorong kinerja PMTB menjadi lebih baik. Tantangan dan prospek demikian akan berdampak pada pertumbuhan seluruh komponen PDRB baik sisi produksi maupun penggunaan, maka diperkirakan besaran indikator pembangunan ekonomi disajikan pada Tabel di bawah ini. III - 134 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Tabel. 3.10. Proyeksi Pembangunan Ekonomi Jawa Barat Tahun 2017-2018 1 2 INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI INFLASI TPT 3 KEMISKINAN 4 GINI RATIO 5 LPE NO. PROYEKSI 2017-2018 3,3% - 3,7% 8,72% - 8,86% 8,3% - 8,8% 0,4 – 0,41 5,76% – 6,07% Berdasarkan perkembangan indikator pembangunan ekonomi Jawa Barat Tahun 2016 maka dapat diproyeksikan bahwa pada tahun 2017-2018 ekonomi Jawa Barat mampu tumbuh 5.76 persen hingga 6.07 persen. Hal tersebut dapat terwujud dengan assumsi tidak ada perubahan drastis dan optimis. Sebaliknya dengan prediksi pesimis, ekonomi Jawa Barat pada Tahun 2017-2018 diproyeksikan tumbuh 5,5 persen hingga 5,81 persen. 3.1.3 Poin-poin Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Untuk mencapai kondisi pembangunan ekonomi sebagaimana yang diproyeksikan di atas, maka arah kebijakan pembangunan ekonomi adalah berikut ini: a. Peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat, fokus pada perbaikan di bidang industri dan pertanian, dengan mempertahankan capaian kinerja di sektor perdagangan b. Memantapkan peran lapangan usaha perdagangan, transportasi dan pergudangan serta jasa lainnya dengan upaya mendorong peningkatan nilai tambah di ke tiga lapangan usaha tersebut c. Membangkitkan lapangan industri pengolahan di Jawa Barat - sebagai sektor dengan kontribusi terbesar - khususnya upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan sektoral industri pengolahan, dengan mengupayakan perluasan pangsa pasar ekspor (melalui peran market III - 135 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 intelegent dan juga market penetration), dan juga peningkatan efisiensi produksi dan produktivitas tenaga kerja. d. Meningkatkan daya saing sektor-sektor yang ada di kuadran ke-4 khususnya lapangan usaha konstruksi - melalui pembangunan infrastruktur dengan fokus pada peningkaan aksesibiltas seluruh daerah di Jawa Barat; Pengembangan Jasa keuangan & asuransi untuk mendukung terwujudnya program financial inclusion di Jawa Barat; serta peningkatan daya saing pendidikan dan kesehatan dengan sasaran peningkatan kualitas SDM e. Membangkitkan kembali lapangan usaha pertanian, untuk menjadi stabilitas kesempatan kerja. Meningkatkan laju pertumbuhan nilai tambah yang bisa dilakukan dengan peningkatan produktivitas - melalui penciptaan bibit unggul, teknologi tepat guna dan juga memberikan perlindungan kepada petani melalui subsidi untuk asuransi pertanian. Meningkatkan aktivitas pasca panen, melalui upaya mendorong dan pengembangan industri-industri mikro, kecil dan menengah pengolah hasil pertanian - pemberian insentif kepada aktivitas industri pengolah hasil pertanian, misalnya aksesibilitas modal bagi pengusaha mikro dan kecil yang diwujudkan bersamaan dengan program financial inclusion f. Meningkatkan lingkungan usaha untuk UMK g. Pembangunan infrastruktur mengikuti pola pembangunan ekonomi h. Peningkatan Daya Saing Industri i. Hilirisasi Untuk Mendorong Pertumbuhan Industri j. Penataan destinasi wisata unggulan Jabar a. Peningkatan daya saing daerah Provinsi Jawa Barat b. Penurunan ketimpangan pendapatan – melalui pembangunan yang lebih berkualitas – khususnya di wilayah perkotaan c. Penataan karakter pertumbuhan ekonomi yang memberi kesempatan luas untuk partisipasi masyarakat miskin d. Pertumbuhan Ekonomi Pro Job, Pro Poor dan Pro Village Dalam Konteks Masyarakat Agraris III - 136 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 e. Seiring dinamika perekonomian yang didominasi sektor tersier, dibutuhkan langkah sedini mungkin penyiapan skil tenaga kerja untuk mengimbangi struktur PDRB dengan struktur tenaga kerja f. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja g. Menjaga stabilitas harga /inflasi tetap di bawah 3-4% 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, keuangan daerah memiliki peran yang sangat penting, hal ini tidak terlepas bahwa dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan sangat tergantung dengan kemampuan keuangan daerah, sehingga kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah yang cermat dan akurat perlu dilakukan agar pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik. Keberhasilan suatu daerah dalam melaksanakan pembangunannya tidak bisa dilepaskan dari faktor pengelolaan keuangandaerah yang dikelola dengan manajemen yang baik pula. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada Pemerintah daerah untuk melakukan peran yang lebih aktif dalam dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya khususnya dalam bidang keuangan daerah. Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari penerimaan fiskal daerah.Terbatasnya sumber-sumber penerimaan fiskal telah menempatkan pengelolaan aset daerah secara profesional pada posisi yang amat potensial untuk menunjang penerimaan pemerintah daerah. Selain pendanaan melalui APBD, terdapat sumber pendanaan lainnya di luar APBD (Non APBD) antara lain pendanaan melalui APBN, PHLN, Obligasi daerah, dana kemitraan dunia usaha, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan dan Program Kemitraan serta bina lingkungan di III - 137 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Jawa Barat yang semuanya merupakan potensi sumber penerimaan guna menunjang beban belanja pembangunan daerah. Kebijakan keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 disusun tetap dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 yang merupakan tahun terakhir, dan tidak terlepas dari kemampuan keuangan daerah sebagai salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan pembangunan Provinsi Jawa Barat. 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Kemandirian keuangan daerah merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, suatu daerah yang kemampuan fiskalnya baik akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mendesain dan melaksanakan kegiatan-kegiatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya sehingga dapat menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat dan keberlangsungan pembangunan daerah. Kemampuan pemerintah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun terkait. Berdasarkan ketentuan tersebut, dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah Provinsi terdiri atas: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi: dana alokasi umum, dana alokasi khusus dana bagi hasil, dan; 3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah, meliputi: hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, dana bantuan keuangan dari provinsi/kabupaten/kota lainnya, lain-lain penerimaan, dana transfer pusat dan dana insentif daerah. Sementara penerimaan pembiayaan bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun sebelumnya (SiLPA), penerimaan pinjaman daerah, III - 138 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Dana Cadangan Daerah (DCD), dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan daerah perhitungannya tidak terlepas dari asumsi-asumsi yang ditetapkan pada saat penyusunan rencana target pendapatan daerah, diantaranya : kondisi dan perkembangan ekonomi makro secara nasional; Kebijakan fiskal nasional yang turut mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah antara lain alokasi dana transfer ke daerah dan kebijakan harga BBM; Estimasi pemasaran industri otomotif nasional yang diperkirakan masuk ke wilayah Jawa Barat; Potensi yang dimiliki serta realisasi pendapatan daerah tahun sebelumnya; Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi PAD; dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyusunan APBD. Apabila melihat dari tahun ke tahun pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat selalu mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat dari kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD), kelompok dana perimbangan juga menunjukkan peningkatan hal ini berkaitan dengan berlakukanya Undangundang Nomor 23 Tahun 2014, yang mengamanatkan adanya pengalihan beberapa kewenangan kabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi, dari provinsi ke kabupaten/kota, dari provinsi ke pusat, dan sebaliknya. Adapun urusan yang mengalami perubahan antara lain Urusan Pendidikan terkait dengan Pengelolaan Pendidikan Menengah dan Penetapan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Menengah Dan Muatan Lokal Pendidikan Khusus sehingga Dana Alokasi Khusus (DAK) mengalami kenaikan yang sangat signifikan dikarenakan pada DAK terdapat penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Tunjangan Profesi Guru, dana tersebut berasal dari pusat ditempatkan pada posting DAK non Fisik. Dari berbagai komponen pendapatan daerah, sumber utama penerimaan daerah adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), mengacu kepada peningkatan asumsi efektivitas KBM yang melakukan pembayaran PKB, sehingga diestimasi pada akhir tahun akan terealisasi cukup signifikan. III - 139 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Dengan tetap mengandalkan PKB sebagai sumber utama penerimaan daerah, maka daerah harus segera melakukan upaya-upaya terobosan untuk mencari sumber-sumber alternatif pendapatan lainnya yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi sumber penerimaan daerah, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari pajak daerah yang bersifat terbatas (limitative). Berdasarkan kondisi di atas, perkembangan realisasi pendapatan Tahun 2015 dan -2016 dan target pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat pada kurun waktu Tahun 2017 serta asumsi pendapatan Tahun 2018, disajikan pada tabel di bawah ini. III - 140 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.11 REALISASI PENDAPATAN TAHUN 2015‐2016 DAN PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN TAHUN 2017‐2019 PROVINSI JAWA BARAT Jumlah NO Uraian (1) 1.1 1.1.1 1.1.2 (2) Pendapatan asli daerah Pajak daerah Retribusi daerah 1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 1.1.4 1.2 Lain‐lain pendapatan asli daerah yang sah Dana perimbangan Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan 1.2.1 pajak 1.2.2 Dana alokasi umum 1.2.3 Dana alokasi khusus 1.3 Lain‐lain pendapatan daerah yang sah 1.3.1 Hibah 1.3.2 Dana darurat Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari 1.3.3 pemerintah daerah lainnya 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi 1.3.5 pemerintah daerah lainnya**) JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 +1.2+1.3) Keterangan: : 1) 2) Realisasi Tahun 2015 Realisasi Tahun 2016 (3) (4) Target Tahun 20173) 16.263.235.947.268 14.617.071.393.160 73.459.165.719 17.042.895.113.672 15.727.483.589.791 73.504.738.396 (5) 16.524.120.917.766 15.238.472.081.401 58.245.147.484 281.661.628.120 322.402.263.906 1.291.043.760.269 919.504.521.579 Proyeksi/Target pada Tahun 20184) (6) Proyeksi/Target pada Tahun 20195) (7) 17.291.103.241.703 15.975.171.140.898 66.522.563.284 17.499.967.689.273 15.975.171.140.898 77.986.047.181 323.443.062.831 323.455.535.490 359.881.943.018 903.960.626.050 925.954.002.031 1.086.928.558.176 2.506.877.511.840 10.622.671.443.683 13.987.089.323.786 13.672.548.390.450 13.728.221.725.946 1.184.319.132.840 1.778.216.936.253 1.723.660.213.174 1.522.016.972.450 1.577.690.307.946 1.303.654.355.000 18.904.024.000 1.248.112.171.860 7.596.342.335.570 2.992.041.500.612 9.271.387.610.000 2.879.143.808.000 9.271.387.610.000 2.879.143.808.000 9.271.387.610.000 5.470.332.306.542 22.954.678.042 28.468.563.504 23.468.563.504 29.690.800.000 22.190.800.000 30.688.960.000 23.188.960.000 29.690.800.000 22.190.800.000 5.447.377.628.500 5.000.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 24.240.445.765.650 27.694.035.120.859 30.540.901.041.552 30.994.340.592.153 31.257.880.215.220 1) Perda Pertanggujawaban Pelaksanaan APBD TA. 2015 2) Rancangan Perda Pertanggungjawabaan APBD TA 2016 (unaudited) 3) Perda APBD TA. 2017 dengan mencantumkan transfer Dana Alokasi Khusus (dana BOS dari Pemerintah) 4) Proyeksi/Target RKPD Tahun 2018 dan tahun 2019 (angka masih sangat sementara). III - 141 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Apabila diperhatikan kecenderungan realisasi pendapatan daerah kurun wa ktu 2015-2016 dan target Tahun 2018 terlihat adanya peningkatan walaupun tidak secara signifikan.Kondisi ini turut didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan dalam melakukan upayaupaya intensifikasi dalam meningkatkan pendapatan daerah yang cukup baik. 3.2.2 . Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat untuk tahun anggaran 2018 merupakan perkiraan yang terukur secara nasional, dan memiliki kepastian serta dasar hukum yang jelas. Kebijakan pendapatan daerah tersebut diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan daerah dari: sektor pajak daerah, retribusi daerah, dan dana perimbangan. Untuk meningkatkan pendapatan daerah dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Memantapkan kelembagaan melalui peningkatan peran dan fungsi CPDP, UPT, UPPD dan Balai Penghasil; 2. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan melalui penerapan secara penuh penyesuaian tarif terhadap pajak daerah dan retribusi daerah; 3. Meningkatkan koordinasi dan perhitungan lebih intensif, bersama antara pusat-daerah untuk pengalokasian sumber pendapatan dari dana perimbangan dan non perimbangan. 4. Meningkatkan deviden BUMD dalam upaya meningkatkan secara signifikan terhadap pendapatan daerah; 5. Meningkatkan kesadaran, kepatuhan dan kepercayaan serta partisipasi aktif masyarakat/lembaga dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak dan retribusi; 6. Meningkatkan dan mengoptimalkan pengelolaan aset daerah secara profesional; 7. Peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan III - 142 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 pendapatan 8. Pemantapan kinerja organisasi dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak. 9. Meningkatkan terpercaya kemampuan dalam rangka aparatur yang peningkatan berkompeten pendapatan dan dengan menciptakan kepuasan pelayanan prima. Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan dana perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah sebagai berikut. 1. Mengoptimalkan penerimaan pajak orang pribadi dalam negeri (PPh OPDN), PPh pasal 21, pajak ekspor, dan PPh badan; 2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan bagi hasil dalam dana perimbangan; serta 3. Meningkatkan koordinasi secara intensif dengan pemerintah pusat untuk dana perimbangan dan kabupaten/kota untuk obyek pendapatan sesuai wewenang provinsi. Berdasarkan kebijakan perencanaan pendapatan daerah tersebut, dalam merealisasikan perkiraan rencana penerimaan pendapatan daerah (target), sesuai dengan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 diperlukan strategi pencapaiannya sebagai berikut. 1. Strategi pencapaian target pendapatan asli daerah, ditempuh melalui: a. penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum pemungutan dan regulasi penyesuaian tarif pungutan serta penyederhanaan sistem prosedur pelayanan; b. pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi baru dan pengembangan sistem operasi penagihan atas potensi pajak dan retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya; c. peningkatan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran; d. melaksanakan pelayanan dan pemberian kemudahan kepada masyarakat dalam membayar pajak melalui drive thru, Gerai III - 143 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Samsat dan Samsat Mobile, layanan SMS, pengembangan Samsat Outlet, dan Samsat Gendong serta e-Samsat; e. mengembangkan penerapan standar pelayanan kepuasan publik di seluruh kantor bersama/samsat dengan menggunakan parameter iso 9001-2008; f. penyebarluasan informasi di bidang pendapatan daerah dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat; g. revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya: pengelolaan BUMD secara profesional, peningkatan sarana, prasarana, kemudahan prosedur pelayanan terhadap konsumen/nasabah, mengoptimalkan peran Badan Pengawas, agar serta BUMD berjalan sesuai dengan peraturan sehingga mampu bersaing dan mendapat kepercayaan dari perbankan; h. optimalisasi pemberdayaan dan pendayagunaan aset yang diarahkan pada peningkatan pendapatan asli daerah; serta i. melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan pada tataran kebijakan, dengan POLRI dan kabupaten/kota termasuk dengan daerah perbatasan, dalam operasional pemungutan dan pelayanan Pendapatan Daerah, serta mengembangkan sinergitas pelaksanaan tugas dengan OPD penghasil. 2. Strategi pencapaian target dana perimbangan, dilakukan melalui: a. sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan pajak penghasilan dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak; b. peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak maupun potensi sumber daya alam bekerjasama dengan Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar perhitungan Bagi Hasil. c. peningkatan keterlibatan pemerintah daerah dalam perhitungan lifting migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi; III - 144 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 d. peningkatan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian teknis, Badan Anggaran DPR RI dan DPD RI untuk mengupayakan peningkatan besaran Dana Perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak). 3. Sedangkan Lain-lain Pendapatan yang sah, strategi yang ditempuh melalui : a. Koordinasi dengan kementerianteknis dan lembaga non pemerintah, baik dalam maupun luarnegeri. b. Inisiasi dan pengenalan sumber pendapatab dari masyarakat. c. Pembentukanlembagapengelola dana masyarakat. 3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sedangkan menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, belanja daerah dikelompokan menjadi Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL). BTL yaitu belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Sedangkan BLmerupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah Tahun 2018 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap OPD dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Pada Tahun 2017 pemerintah telah merubah III - 145 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 prinsip dari yang menggunakan prinsip money follow function, karena manfaatnya tidak jelas, diubah menjadi money follow programme, artinya program dan kegiatan strategis yang memang menjadi prioritaslah yang mendapatkan anggaran. Hal ini juga yang menjadi pedoman untuk pelaksanaan tahun 2018. Kecenderungan semakin meningkatnya kebutuhan belanja pegawai, pemenuhan belanja rutin perkantoran (fixed cost), belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, tidak berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan daerah walaupun pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini berdampak pada kemampuan riil keuangan daerah yang cenderung semakin menurun. Dengan menggunakan indikator ruang fiskal (ketersediaan dana dalam APBD yang dapat digunakan secara bebas oleh daerah), ruang fiskal daerah Jawa Barat menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Kebijakan belanja daerah Tahun 2018 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang akuntabel, proporsional, efisien dan efektif. Adapun Kebijakan belanja daerah untuk Tahun 2018 sebagai berikut: 1. RPJMD 2013-2018, prioritas pembangunan, program prioritas dan kegiatan prioritas dengan pembagian: urusan pemerintah wajib pelayanan dasar sejumlah enam (6) urusan, wajib non pelayanan dasar sejumlah 18 urusan dan pemerintah pilihan sejumlah delapan (8) urusan serta penunjang pemerintahan sejumlah delapan (8) urusan;Sustainable Development Goals (SDGs); kemiskinan; janji Gubernur; 2. Dukungan RPJMN 2015–2019 dan RKP 2018; 3. Penggunaan dana fungsi pendidikan 20% dari total belanja; 4. Penggunaan dana fungsi kesehatan 10%; 5. Bantuan keuangan kab/kota, bantuan desa, hibah, Bansos dan subsidi; III - 146 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 6. Penggunaan Dana DAK, DBHCHT, BOS Pusat, Pajak Rokok; 7. Pendukungan untuk optimalisasi penggunaan aset milik daerah; 8. Pendukungan penyelenggaraan Asean Games Tahun 2018. 9. Pemberian penghargaan bagi atlet berprestasi 10. Pembangunan dan pengembangan pusat pelayanan publik dan sosial. Belanja daerah, dari tahun ke tahun relatif mengalami kenaikan. Pada Tahun 2017 belanja tidak langsung mengalami kenaikan apabia dibandingkan dengan belanja daeah Tahun 2016, dikarenakan pada Tahun 2017 ada kenaikan pada Belanja Pegawai sebagai konsekuensi dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, yaitu beralihnya gaji dan tunjangan tenaga kependidikan SMA/SMK seiring dengan beralihnya pengelolaan sekolah menengah dari urusan Kabupaten/Kota menjadi urusan Provinsi, sehingga besaran belanja pegawai mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini terjadi pula pada asumsi Tahun 2018.Sementara itu, pada Belanja Langsung juga dari tahun ke tahun relatif meningkat dikarenakan kebutuhan pembangunan daerah daritahun ke tahun jutga semakin meningkat. Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah tiga (3) tahun terakhir, arah kebijakan belanja daerah pada Tahun 2019 dituangkan dalam tabel di bawah ini. III - 147 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.12 REALISASI DAN PROYEKSI BELANJA DAERAH TAHUN 2015–2019 Jumlah NO Uraian (1) 2.1 (2) Realisasi Tahun 20151) Realisasi Tahun 20162) (3) (4) Belanja Tidak Langsung 19.256.546.459.502 2.1.1 Belanja pegawai 2.1.2 2.1.3 2.1.4 Belanja bunga Belanja subsidi Belanja hibah Target Tahun 20173) (5) Proyeksi/Target pada Tahun 20184) (5) Proyeksi/Target pada Tahun 20195) (6) 21.748.500.856.927 26.208.737.552.163 24.602.228.899.777 24.631.668.383.666 1.671.495.456.741 1.835.034.707.679 5.054.514.042.136 5.180.876.893.189 5.310.398.815.519 ‐ 18.990.870.500 6.826.862.952.000 ‐ 14.999.772.000 9.854.923.609.133 15.000.000.000 10.382.158.831.892 15.000.000.000 9.493.601.919.371 15.000.000.000 9.464.759.984.128 2.1.5 Belanja bantuan sosial 3.048.750.000 9.940.000.000 38.479.445.000 25.000.000.000 25.000.000.000 2.1.6 Belanja bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* 6.406.192.657.944 6.393.271.239.759 6.408.516.456.981 6.672.326.053.429 6.481.866.958.757 2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa* 4.329.955.772.317 3.640.311.644.356 4.249.268.776.154 3.155.424.033.789 3.274.642.625.262 2.1.8 Belanja tidak terduga ‐ 19.884.000 60.800.000.000 60.000.000.000 60.000.000.000 19.256.546.459.502 21.748.500.856.927 26.208.737.552.163 24.602.228.899.777 6.626.211.831.554 A JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.2 Belanja Langsung 5.329.323.600.272 5.873.464.633.880 6.220.288.489.389 6.392.111.692.376 6.626.211.831.554 B JUMLAH BELANJA LANGSUNG 5.329.323.600.272 5.873.464.633.880 6.220.288.489.389 6.392.111.692.376 C TOTAL JUMLAH BELANJA 24.585.870.059.774 27.621.965.490.807 32.429.026.041.552 30.994.340.592.153 31.257.880.215.220 Keterangan: : 1) Perda Pertanggujawaban Pelaksanaan APBD TA. 2015 2) Rancangan Perda Pertanggungjawabaan APBD TA 2016 (unaudited) 3) Perda APBD TA. 2017 dengan mencantumkan transfer Dana Alokasi Khusus (dana BOS dari Pemerintah) 4) Proyeksi/Target RKPD Tahun 2018 dan tahun 2019 (angka masih sangat sementara). III‐148 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 3.2.4 . Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran daerah pembiayaan timbul karena daerah.Kebijakan jumlah penerimaan pengeluaran lebih pembiayaan besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan pembiayaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA), transfer dari dana cadangan (DCD), hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah. Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah timbul karena ada surplus/kelebihan anggaran. Pengeluaran pembiayaan daerah diantaranya diperuntukan bagi pembentukan dana cadangan, investasi (penyertaan modal dan pembelian surat berharga/saham), pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman daerah, dan sisa lebih perhitungan. Kebijakan penerimaan pembiayaan daerah dalam RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 belum merencanakan SiLPA. Sementara kebijakan pengeluaran pendanaan pembiayaan daerah direncanakan untuk penyelenggaraan pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2018 dan penyaluran Kredit Cinta Rakyat (KCR) yang disalurkan melalui PT. Bank Pembangunan Daerah Jabar Banten (Bank BJB) dengan mengedepankan pembiayaan bagi prinsip para kehati-hatian. pelaku usaha KCR merupakan mikro dan program kecil dalam mengembangkan usahanya serta untuk modal kerja, sehingga diharapkan bisa meringankan para pelaku usaha kecil. Khusus untuk Investasi pembelian surat berharga (pembelian saham) sesuai peraturan Pemerintah PP No.1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah dan ditindak lanjuti dengan Permendagri No 52 Tahun 2012 menyatakan bahwa investasi pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperkirakan surplus serta pemerintah daerah harus memenuhi kewajibannya untuk melayani masyarakat dan membangun daerah III - 149 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 melalui APBD terlebih dahulu, sebelum merencanakan untuk berinvestasi. Apabila APBD diperkirakan surplus saat pembahasan Rencana Kerja Anggaran (RKA), maka rencana investasi pemerintah daerahakan disetujui dengan membuat perencanaan dan kajian investasi. Sedangkan kebijakan pengeluaran, Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan keuntungan sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah dapat melakukan percepatan pembangunan (khususnya melalui peningkatan pelayanan publik); 2. Adanya unsur keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah akan menjadi daya dukung tersendiri bagi pemerintah daerah; 3. Pemerintah daerah memiliki independensi dalam menentukan nilai obligasi yang akan diterbitkan, tingkat bunga/kupon, jangka waktu, peruntukan, dll; 4. Peningkatan ekonomi daerah melalui penyediaan layanan umum yang menunjang aktivitas perekonomian; 5. Promosi kepada pihak luar melalui publikasi di pasar modal akan mampu menarik investor menanamkan modalnya yang dapat melebihi nilai penerbitan obligasi daerah. Hasil pembiayaan analisis daerah dan dan perkiraan realisasi sumber-sumber serta proyeksi penerimaan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam dua (2) tahun, proyeksi/target tahun rencana serta satu (1) tahun rencana dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam (TABEL 3.13) sebagai berikut: III - 150 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.13 REALISASI DAN PROYEKSI/TARGET PEMBIAYAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 – 2019 NO ‐1 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah ‐2 Penerimaan pembiayaan Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) Koreksi (Contra Pos) Pencairan Dana Cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Penerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah Kembali Dana Bergulir JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengeluaran pembiayaan Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal (Investasi) daerah Pembayaran pokok utang Pemberian pinjaman daerah Kredit Cinta Rakyat JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO Jumlah Realisasi Tahun 20151) Realisasi Tahun 20162) ‐3 ‐4 Proyeksi/Target pada Tahun 20184) ‐6 Target Tahun 20173) ‐5 Proyeksi/Target pada Tahun 20195) ‐7 4.549.073.508.028 3.649.644.308.514 2.200.000.000.000 ‐ ‐ 4.549.073.508.028 3.484.246.614.428 2.200.000.000.000 ‐ 4.549.073.508.028 660.000.000.000 610.000.000.000 165.397.694.086 3.649.644.308.514 378.575.000.000 378.575.000.000 ‐ 2.200.000.000.000 311.875.000.000 ‐ ‐ ‐ 311.875.000.000 ‐ ‐ 50.000.000.000 660.000.000.000 378.575.000.000 311.875.000.000 ‐ ‐ 3.889.073.508.028 3.271.069.308.514 1.888.125.000.000 ‐ ‐ Keterangan: : 1) Perda Pertanggujawaban Pelaksanaan APBD TA. 2015 2) Rancangan Perda Pertanggungjawabaan APBD TA 2016 (unaudited) 3) Perda APBD TA. 2017 dengan mencantumkan transfer Dana Alokasi Khusus (dana BOS dari Pemerintah) 4) Proyeksi/Target RKPD Tahun 2018 dan tahun 2019 (angka masih sangat sementara). III - 151 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 3.3. Kebijakan Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan pembangunan, pemerintah daerah dapat mencari alternatif sumber-sumber pendanaan diluar APBD, antara lain dengan memanfaatkan anggaran dari pemerintah pusat (APBN), pinjaman hibah luar negeri (PHLN), obligasi daerah, atau melalui kerjasama dengan badan usaha, serta menggalang dana dengan dunia usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan program kemitraan bina lingkungan (PKBL). 3.3.1. APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), berupa dana APBN dekonsentrasi yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada OPD Provinsi dan dana APBN tugas pembantuan, yang dikelola oleh OPD di kabupaten/kota maupun oleh OPD Provinsi. Besarnya alokasi APBN yang masuk ke Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Perkembangan alokasi APBN di Jawa Barat selama kurun waktu lima (5) tahun (2013 s.d 2017) dapat dilihat pada TABEL 3.14. TABEL 3.14. JUMLAH DANA APBN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 – 2017 Pagu Dana Jenis APBN Dekonsentrasi Jumlah Tugas Pembantuan 2013 1.057.619.548.000,00 864.220.603.000,00 1.921.840.151.000,00 2014 360.214.143.000,00 900.244.748.000,00 1.260.458.891.000,00 2015 535.487.821.000,00 685.366.350.000,00 1.220.854.171.000,00 2016 631.685.958.000,00 633.389.036.000,00 1.265.074.994.000,00 2017 436,495,090,000,00 431,243,048,000,00 867,738,138,000,00 Distribusi alokasi dana APBN berupa dana dekonsentrasi yang masuk ke Provinsi Jawa Barat melalui OPD Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada TABEL 3.11. III - 152 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.15. ALOKASI DANA DEKONSENTRASI BERDASARKAN OPD DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2017 NO. PAGU ANGGARAN (Dalam Ribuan Rupiah) OPD 2013 2014 2015 2016 JUMLAH 2017 1 Biro Pemerintahan Umum 5,728,414,00 1,826,092.0 1,566,052.00 5,645,083.00 966,838,000.00 1,548,716,627.00 2 Bappeda 3,103,290.00 3,144,471.00 1,108,291.00 2.008.291.00 838,291,000.00 1,046,476,152.00 3 BPMPD 73,791,998.00 83,131,605.0 11,103,800.00 142,696,168.00 123,460,932,000.00 123,771,655,571.00 241,500.00 241,500.00 241,500.00 - - 724,500.00 4 Bandiklatda 5 Bakesbangpol 6 Bapusipda 7 BKPD 8 BPLHD 9 Badan Koordinasi Penyuluhan 10 BPBD 11 BPPKB 12 BPMPT 13 Dinas Pendidikan 14 Dinas Kesehatan 15 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi - 1,419,645.00 - 573,350.00 - 1,992,995.00 5,434,799.00 379,630.00 579,245.00 707,349.00 1,894,733,000.00 1,901,834,023.00 24,978,450.00 14,660,500.00 14,355,000.00 39,450,650.00 7,000,000.00 4,700,000.00 1,700,000.00 1,700,000.00 550,000,000.00 565,100,000.00 - 46,430,713.00 52,013,109.00 69,494,257.00 37,194,404,000.00 37,362,342,079.00 553,000.00 3,640,000,000.00 3,640,900,000.00 600,000.00 - - 900,000.00 93,444,600.00 1,153,000.00 1,000,000.00 500,000.00 1,045,407.00 750,334.00 1,415,736,000.00 1,419,031,741.00 688,797,836.00 3,334,247.00 172,601,837.00 39,939,257.00 29,296,101,000.00 30,200,774,177.00 39,784,318.00 43,605,189.00 73,032,682.00 123,360,048.00 84,894,996,000.00 85,174,778,237.00 14,061,907.00 11,692,289.00 21,911,558.00 20,074,605.00 11,556,273,000.00 11,624,013,359.00 16 Dinas Sosial 24,766,107.00 36,414,570.00 50,707,104.00 42,481,210.00 30,745,137,000.00 30,899,505,991.00 17 Dinas Olahraga dan Pemuda 9,976,354.00 9,717,198.00 23,489,934.00 11,232,158.00 5,799,120,000.00 5,853,535,644.00 18 Dinas Permukiman Dinas Perindustrian Dinas Koperasi dan UKM 5,960,000.00 7,734,478.00 7,294,859.00 3,780,450.00 - 24,769,787.00 8,533,706.00 9,223,180.00 8,111,982.00 8,363,736.00 6,422,566,000.00 6,456,798,604.00 5,571,507.00 7,676,220.00 8,667,861.00 5,493,912.00 4,542,021,000.00 4,569,430,500.00 1,106,676.00 1,542,489.00 1,461,850.00 - - 4,111,015.00 16,127,972.00 12,462,342.00 12,694,737.00 15,142,851.00 3,958,877,000.00 4,015,304,902.00 89,211,025.00 34,539,127.00 39,781,871.00 58,998,401.00 53,364,300,000.00 53,586,830,424.00 16,067,766.00 13,212,660.00 16,969,000.00 22,892,233.00 30,111,127,000.00 30,180,268,659.00 29 20 21 22 23 24 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Dinas Perkebunan 4,707,013.00 4,238,790.00 5,304,742.00 5,120,745.00 1,041,519,000.00 1,060,890,290.00 26 Dinas Kehutanan 5,984,545.00 5,079,367.00 3,107,000.00 3,398,870.00 2,563,600,000.00 2,581,169,782.00 27 Dinas Kebudayaan dan Inspektorat 2,737,500.00 3,900,000.00 4,584,500.00 8,418,000.00 1,197,000,000.00 1,216,640,000.00 380,000.00 - - - - 380,000.00 547,220.00 827,486.00 600,000.00 - - 1,974,706.00 1,041,519,000.00 1,041,519,000.00 1.623.312.889,00 276.676.091,00 535.486.921,00 631.721.958,00 436,495,090,000.00 743,214,875,900.00 25 28 29 Satuan Polisi Pamong Praja 30 Dinas Bina Marga Jumlah III - 153 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Distribusi alokasi dana APBN tugas pembantuan yang masuk ke Provinsi Jawa Barat melalui OPD Provinsi dan kabupaten/kota dapat dilihat pada TABEL 3.16 TABEL 3.16. ALOKASI DANA TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2017 PAGU ANGGARAN (Dalam Ribuan Rupiah) NO. PROVINSI, KAB/KOTA JUMLAH 2013 2014 2015 2016 2017 1 Kota Bandung 97,420,574.00 75,900,870.00 1,702,230.00 43,774,260.00 - 218,797,934.00 2 Kota Banjar 1,436,478.00 1,477,220.00 514,944.00 1,672,431.00 - 5,101,073.00 3 Kota Bekasi 2,674,650.00 2,860,650.00 - 2,914,208.00 - 8,449,508.00 4 Kota Bogor 4,101,030.00 3,515,920.00 1,178,094.00 1,407,402.00 - 10,202,446.00 5 Kota Cimahi 1,149,150.00 1,227,150.00 - 912,249.00 - 3,288,549.00 6 Kota Cirebon 1,917,300.00 3,309,560.00 - 713,216,00 - 5,226,860.00 7 Kota Depok 2,758,800.00 2,950,800.00 706,584.00 2,166,376.00 - 8,582,560.00 8 Kota Sukabumi 2,120,678.00 1,418,250.00 - 759,641.00 - 4,298,569.00 9 Kota Tasikmalaya 2,541,428.00 4,153,430.00 514,944.00 1,170,760.00 - 8,380,562.00 10 Kabupaten Bandung 19,344,678.00 17,162,820.00 17,576,368.00 38,210,606.00 23,356,676,000 23,448,970,472.00 11 Kabupaten Bandung Barat 12,992,552.00 16,824,410.00 14,846,895.00 9,963,524.00 - 54,627,381.00 12 Kabupaten Bekasi 9,805,102.00 4,131,850.00 3,142,850.00 4,569,104.00 - 21,648,906.00 13 Kabupaten Bogor 21,437,735.00 16,465,155.00 8,180,305.00 16,349,833.00 - 62,433,028.00 14 Kabupaten Ciamis 30,908,870.00 28,353,555.00 19,291,382.00 8,460,262.00 3,555,000,000 3,642,014,069.00 15 Kabupaten Cianjur 25,426,276.00 49,665,905.00 47,247,410.00 44,844,281.00 4,905,000,000 5,072,183,872.00 16 Kabupaten Cirebon 29,411,250.00 18,520,780.00 6,389,799.00 78,667,657.00 5,690,000,000 5,822,989,486.00 17 Kabupaten Garut 22,724,007.00 38,938,285.00 39,129,170.00 62,177,682.00 47,686,402,000 47,849,371,144.00 18 KabupatenIndramayu 30,563,840.00 44,294,655.00 33,026,556.00 198,715,846.00 2,450,000,000 2,756,600,897.00 19 Kabupaten Karawang 16,155,662.00 14,886,950.00 7,671,834.00 23,226,199.00 - 61,940,645.00 20 Kabupaten Kuningan 13,527,715.00 11,042,605.00 7,777,688.00 9,585,413.00 4,655,000,000 4,696,933,421.00 21 Kabupaten Majalengka 12,183,650.00 11,955,020.00 12,541,076.00 71,025,035.00 8,880,000,000 8,987,704,781.00 22 Kabupaten Purwakarta 5,136,770.00 8,632,680.00 3,949,310.00 7,284,714.00 - 25,003,474.00 23 Kabupaten Subang 11,200,330.00 19,234,520.00 13,297,444.00 36,347,161.00 1,500,000,000 1,580,079,455.00 24 Kabupaten Sukabumi 30,454,044.00 45,806,120.00 5,586,556.00 38,671,205.00 31,112,539,000 31,233,056,925.00 25 KabupatenSumedang 18,248,600.00 12,454,500.00 11,490,018.00 34,456,159.00 5,005,000,000 5,081,649,277.00 26 Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat 16,721,220.00 14,541,550.00 15,518,497.00 51,587,954.00 27,303,817,000 27,402,186,221.00 - - 2,000,000.00 2,477,850.00 - 4,477,850.00 512,530,060.00 430,519,133.00 412,086,396.00 412,086,396.00 431,243,048,000 433,010,269,985.00 27 28 Jumlah 954,892,449.00 900,244,343.00 685,366,350.00 III - 154 597,342,482,000.00 601,086,469,350.00 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 3.3.2.Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 3.3.2.1. Kebijakan Fasilitasi TJSLP dan PKBL Provinsi Jawa Barat Kebijakan fasilitasi TJSLP/PKBL Jawa Barat didasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program TJSLP/PKBL yang dimiliki oleh dunia usaha (BUMD, BUMN,SWASTA) di Provinsi Jawa Barat harus difasilitasi dengan sistematis sehingga memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan sebuah upaya terstruktur untuk mengembangkan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan para pelaku dunia usaha. Pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan infrastruktur desa dan kota sebagai aspek pembangunan daerah menjadi salah satu Program TJSLP/PKBL yang dimiliki oleh dunia usaha di Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah melakukan inisiasi untuk menjalin kerja sama yang sinergis dengan dunia usaha yang ada di Jawa Barat. Upaya sistematis dimaksud telah diwujudkan melalui deklarasi “Komitmen Bandung” pada 14 Januari 2011, untuk pengembangan Program CSR dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di Jawa Barat, dengan dua (2) misi utama yakni misi kemanusiaan dan lingkungan serta pengembangan program CSR/TJSLP lainnya (infrastruktur desa dan kota,pemberdayaan masyarakat dll), melalui kemitraan antara Dunia Usaha (BUMD,BUMN,SWASTA) dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 3.3.2.2. Realisasi Program TJSLP/PKBL Jawa Barat Tahun 2016 Perincian alokasi anggaran TJSLP/PKBL perusahaan-perusahaan di Jawa Barat dapat dilihat pada TABEL 3.17., 3.18., dan 3.19. III - 155 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.17 REKAPITULASI JUMLAH PENDANAAN KEGIATAN TJSLP/PKBL JABAR SUMBER DANA PERUSAHAAN BUMD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 S/D 2016 NO NAMA PERUSAHAAN 1 PD. Jasa & Kepariwisataan (JAWI) 2 PT Bank BJB. Tbk 3 PT Jasa Sarana JUMLAH 2013 (Rp) 66.185.000 12.424.330.360 1.780.478.100 14.270.993.460 NILAI INVESTASI TJSL‐PKBL 2014 (Rp) 2015 (Rp) 55.347.500 64.140.000 17.308.357.887 12.584.260.942 955.000.000 1.440.000.000 18.318.705.387 14.088.400.942 2016 (Rp) 94.926.800 21.582.752.378 660.000.000 22.337.679.178 TOTAL 280.599.300 63.899.701.567 4.835.478.100 69.015.778.967 Dengan melihat Tabel 3.17 diatas untuk realiasi program CSR/TJSLP perusahaan yang bersumber dari BUMD di Jawa Barat dengan kurun waktu 4 (empat) tahun untuk anggaran tertinggi dilakukan oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJB) sebesar Rp. 63,9 Milyar, dengan realisasi kegiatan unggulan antara lain pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sebanyak 120 (seratus dua puluh) RKB yang tersebar pada 13 Kabupaten dan 4 Kota di Jawa Barat yang meilputi Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, & Kota Cimahi. Pencapaian pembangunan RKB yang dilakukan oleh BJB tersebut baru mencapai 12% nya dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat. Sedangkan untuk peringkat kedua dilakukan oleh PT. Jasa Sarana dengan anggaran sebesar RP.4 Milyar, melalui realisasi kegiatan unggulan antara lain pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sebanyak 17 (Tujuh Belas) RKB yang tersebar pada 4 Kabupaten di Jawa Barat meilputiKabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, & Kabupaten Bandung Barat. Pencapaian pembangunan RKB yang dilakukan oleh PT. Jasa Sarana tersebut baru mencapai 1,7% nya dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat, dan peringkat ketiga III - 156 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 dilakukan oleh perusahaan PD. Jasa & Kepariwisataan dengan anggaran sesbesar Rp. 280 Juta. PD. Jasa & Kepariwisataan belum melakukan Pembangunan RKB dikarenakan kebijakan CSR perusahaan masih mengarahkan pada kegiatan yang non fisik. Dengan melihat pertumbuhan /perkembangan peminatan para perusahaan sebagai mitra CSR Jabar dari kalangan BUMD di Jawa Barat yang mencapai 13,7% dalam kurun waktu 5 tahun terhadap misi kemanusaian (pembangunan 1000 Ruang Kelas Baru) dan lingkungan maka pencapaianya perlu ditingkatkan terus melalui sosialisasi Program CSR Jabar kepada seluruh perusahaan BUMD di Jawa Barat supaya sinergitas dan sinkronisasi program CSR/TJSLP antara Tim Fasilias CSR Jabar dengan semua perusahaan BUMD yang ada di Jawa Barat yang berjumlah 7 perusahaan BUMD dapat lebih berperan aktif dalam rangka percepatan pembangunan melalui sinergi Program CSR BUMD. TABEL 3.18 REKAPITULASI JUMLAH PENDANAAN KEGIATAN TJSLP/PKBL JABAR SUMBER DANA PERUSAHAAN BUMN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 S/D 2016 NO NAMA PERUSAHAAN 1 Perum Jaminan Kredit Indonesia (JAMKRINDO) 2 3 4 5 NILAI INVESTASI TJSL-PKBL 2012 (Rp) 38.000.000 Perum Jasa Tirta II Perum Perhutani Unit III PT Adhi Karya PT Aneka Tambang (ANTAM) PT Angkasa Pura II (Husen Sastranegara) PT Asuransi Abri (ASABRI) PT Asuransi Jasa Indonesia PT Asuransi Kesehatan 2.550.000.000 10 PT Bank Mandiri 1.950.000.000 11 PT Bank Negara Indonesia (BNI) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) PT Bank Tabungan Negara Kanwil Bandung 6 7 8 9 12 13 443.307.000 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) 2016 (Rp) TOTAL 557.549.000 413.264.000 40.000.000 112.916.590 1.161.729.590 909.473.500 1.229.128.800 865.209.500 402.864.250 3.406.676.050 676.087.850 286.050.000 7.520.344.623 8.482.482.473 2.293.278.750 857.500.000 396.596.000 3.547.374.750 7.521.576.514 4.825.862.901 1.939.214.444 2.561.011.155 371.898.415 4.872.124.014 1.461.990.000 331.954.000 49.360.000 2.286.611.000 392.000.000 406.277.000 450.000.000 98.000.000 2.781.346.223 150.000.000 4.302.463.267 2.947.804.271 370.000.000 17.845.243.686 1.618.277.000 98.000.000 2.346.160.666 662.319.500 7.739.826.389 2.274.197.834 2.751.393.651 5.175.591.485 3.930.637.000 3.748.741.000 III - 157 3.690.168.000 15.672.009.267 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 NO NAMA PERUSAHAAN NILAI INVESTASI TJSL-PKBL 2012 (Rp) 2015 (Rp) 9.727.926.326 12.680.822.681 16.473.450.576 5.337.927.483 63.933.737.788 1.211.496.550 403.521.250 1.000.000.000 1.662.852.750 4.277.870.550 800.280.000 2.964.220.000 240.850.000 1.109.713.700 5.115.063.700 597.125.000 337.000.000 453.495.650 1.387.620.650 278.877.700 133.770.750 1.666.747.750 2.894.863.200 PT Bio Farma 15 PT Brantas Abipraya 16 PT Hutama Karya 17 PT Indofarma 18 19 PT Jasa Marga Cab. Purbaleunyi PT Jasa Raharja 20 PT LEN Industri 21 PT Nindya Karya 22 PT Pegadaian 815.467.000 23 PT Pelabuhan Indonesia II Cirebon PT Pembangunan Perumahan PT Perkebunan Nusantara VIII PT Pertamina (SR PP Regions JBB) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) PT Pindad 607.750.000 25 26 27 28 29 30 1.200.000.000 624.600.000 5.294.928.000 7.094.928.000 4.335.837.528 10.921.472.652 16.457.310.180 7.730.088.764 6.394.406.448 3.464.948.475 4.549.054.210 22.138.497.897 1.913.623.000 4.816.309.099 530.000.000 2.085.091.923 9.345.024.022 1.675.902.300 321.128.750 187.594.750 154.770.520 2.339.396.320 1.061.800.000 301.875.000 1.363.675.000 445.100.000 265.100.000 2.121.600.000 1.803.703.450 2.426.125.200 6.220.190.050 32 1.990.361.400 33 PT Sucofindo 1.206.000.000 34 PT Taspen JUMLAH 16.850.000 1.800.000.000 PT Pos Indonesia Kanwil Bandung PT Prashada Pamunah Limbah (PPLI/WMI) PT Pupuk Kujang 31 2016 (Rp) 434.500.000 976.900.000 1.361.000.000 2.567.000.000 214.576.000 27.844.917.722 TOTAL 2014 (Rp) 14 24 19.713.610.722 2013 (Rp) 51.046.374.888 50.256.354.284 47.101.344.218 214.576.000 43.752.907.949 220.001.899.061 Berdasarkan Tabel 3.18 diatas untuk realiasi program CSR/TJSLP perusahaan yang bersumber dari BUMN di Jawa Barat denga kurun waktu 5 (lima) tahun untuk anggaran tertinggi dilakukan oleh PT Biofarma Rp. 63 Milyar dengan realisasi kegiatan unggulan antara lain ....., sedangkan untuk peringkat kedua dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang dengan anggaran sebesar RP. 22 Milyar melalui realisasi kegiatan antara lain .......Pencapaian pembangunan RKB yang dilakukan oleh PT. Bio Farma tersebut baru mencapai 0,3% dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat, dan peringkat ketiga dilakukan oleh perusahaan PT Aneka Tambang dengan anggaran sesbesar 17,8 Milyar,melalui kegiatan unggulan yang dilakukan antara lain ........... III - 158 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Dengan melihat pertumbuhan /perkembangan peminatan para perusahaan sebagai mitra CSR Jabar dari kalangan BUMN di Jawa Barat yang mencapai 0,3% terhadap misi kemanusaian (pembangunan 1000 Ruang Kelas Baru) dan lingkungan maka pencapaianya perlu ditingkatkan terus melalui sosialisasi Program CSR Jabar kepada seluruh perusahaan BUMN di Jawa Barat dengan melibatkan Kementerian BUMN RI sebagai Pembina para perusahaan BUMN kususnnya untuk wilayah perusahaan-perusahaan BUMN di Jawa Barat, supaya sinergitas dan sinkronisasi program CSR/TJSLP antara Tim Fasilias CSR Jabar dengan semua perusahaan BUMN yang ada di Jawa Barat berjumlah 72 perusahaan BUMN dapat lebih berperan aktif dalam rangka percepatan pembangunan melalui sinergi Program CSR BUMN di Jawa Barat. III - 159 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.19. REKAPITULASI JUMLAH PENDANAAN KEGIATAN TJSLP/PKBL JABAR SUMBER DANA PMDN/PMA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 S/D 2016 NILAI INVESTASI TJSL-PKBL NO 2011 (Rp) 1 3 Chevron Geothermal Indonesia Ltd. (Drajat - Garut) Chevron Geothermal Indonesia Ltd. (Salak) PT Alfamart 4 PT Astra International 5 PT Bank Danamon, Tbk Kanwil Jabar PT Belfoods Indonesia 2 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL NAMA PERUSAHAAN 1.200.000.000 2012 (Rp) 400.000.000 2013 (Rp) 2014 (Rp) 3.716.500.000 2.520.500.000 10.813.500.000 8.337.967.575 579.028.390 6.417.364.875 PT Indonesia Power UBP Kamojang PT Jababeka Tbk. 790.553.580 3.090.000.000 830.000.000 4.696.900.000 40.918.800 4.400.000 - - 2.013.154.185 3.920.000.000 23.200.000 300.000.000 625.000.000 300.000.000 675.000.000 4.350.000.000 8.230.951.560 5.685.630.093 4.945.596.334 5.719.631.634 72.006.300 9.435.011.586 117.325.100 2.807.100.000 2.807.100.000 219.627.250 21.747.400.000 16.934.360.840 23.200.000 PT Maligi Permata Industrial Estate (KIIC) PT Marunda Center PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MM 2100) PT Menara Terus Makmur 2016 (Rp) 1.222.600.605 PT Bakti Usaha Menanam Nusantara (BUMN) Hijau Lestari PT Coca Cola Amatil Indonesia PT Horiguchi Engineering Indonesia PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Citeureup-Bogor) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (PalimananCirebon) PT Indofood 2015 (Rp) 1.127.423.900 3.996.781.546 2.129.153.639 1.524.463.300 4.540.341.000 356.211.500 1.425.214.000 4.506.420.000 625.000.000 1.712.221.070 881.950.056 539.566.300 694.179.520 888.072.450 367.595.220 1.344.864.427 402.400.000 445.933.765 1.347.051.150 27.948.374.785 12.794.381.607 7.846.229.800 8.143.641.070 600.000.000 3.003.768.326 2.560.793.412 4.950.000.000 39.000.000 39.000.000 19 PT PG Rajawali II (Cirebon) 20 PT Pikiran Rakyat Bandung 21 PT Pindo Deli 22 PT Putera Sampoerna Foundation 150.000.000 150.000.000 13.968.810.000 6.910.000.000 23 PT Sang Hyang Seri 24 PT Sari Ater 25 PT Sinde Budi Sentosa 26 PT Sinkona Indonesia Lestari 27 PT Telkomsel 28 PT Tirta Investama - Danone Aqua PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia PT Trans Retail Indonesia 30 32 Star Energy Geothermal (Wayang Windu), Ltd PT HM Sampoerna, Tbk 33 PT Kino Indonesia 34 PT Glostar Indonesia 1 35 2.975.000.000 94.209.000 - - 1.100.000.000 1.500.000.000 400.000.000 1.831.410.714 1.831.410.714 - 1.725.000.000 1.725.000.000 500.000.000 31 4.083.810.000 244.056.500 149.847.500 29 3.395.000.000 3.395.000.000 450.000.000 500.000.000 5.706.700.000 5.256.700.000 2.700.523.217 2.700.523.217 - 167.734.200 181.132.000 150.903.000 115.019.291 348.866.200 265.922.291 PT Glostar Indonesia 2 123.774.000 III - 160 123.774.000 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 NILAI INVESTASI TJSL-PKBL NO 2011 (Rp) 36 39 PT JX Nippon Oil & Energy Lubricants Indonesia PT Sharp Semiconductor Indonesia PT Harapan Anang Bakri and Sons PT Aqua Golden Mississippi 40 PT PJB Muara Tawar 41 PT CONWOOD INDONESIA 42 PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 43 PT Indonesia Power UP Saguling 44 PT Bakrie Pipe Industries 45 Dexa Medica Groups 46 PT Mane Indonesia 47 PT Mattel Indonesia 48 PT Yasulor Indonesia (Loreal Manufacturing Indonesia) 49 PT Nippon Indosari Corpindo,Tbk 50 PT Komatsu Undercarriage Indonesia 51 PT MMC Metal Fabrication 52 PT T.RAD INDONESIA 53 PT SUPERNOVA 54 PT Showa Indonesia MFG 55 PT United Tractors Pandu Engineering 56 PT Air Products Indonesia 57 PT Katsushiro Indonesia 58 PT Schneider Indonesia 59 PT Amerta Indah Otsuka 60 PT FCC Indonesia 61 PT Marugo Rubber Indonesia 62 PT Shinsung Electronics 63 PT Kaneka Foods Indonesia 64 PT Fumira 65 PT Teraoka Seisakusho Indonesia 66 PT Indocement Tunggal Prakarsa Non Plant (Bandung Barat) Tbk PT Iwatani Industrial Gas Indonesia 37 38 TOTAL NAMA PERUSAHAAN 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) 2016 (Rp) 21.600.000 7.900.000 13.700.000 161.900.000 386.500.000 548.400.000 358.041.400 358.041.400 1.995.349.661 1.995.349.661 67 338.125.000 338.125.000 62.800.000 62.800.000 - 100.300.000 JUMLAH 19.000.000 7.075.000.000 1.975.000.000 50.281.510.950 27.563.991.558 42.471.545.198 402.825.000 402.825.000 3.012.305.102 3.012.305.102 26.147.541.654 155.395.289.360 Dengan melihat Tabel 3.19 diatas untuk realiasi program CSR/TJSLP Perusahaan yag bersumber dari swasta di Jawa Barat denga kurun waktu 6 (enam) tahun untuk anggaran tertinggi dilakukan oleh III - 161 PT. Indocement Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Tunggal Prakarsa Tbk. (Citeureup-Bogor) sebesar Rp. 27,9 Milyar, adapun untuk realisasi kegiatan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) yang telah dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa sebanyak 4 RKB yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Pencapaian pembangunan RKB yang dilakukan oleh PT. IndocementTunggal Prakarsa tersebut baru mencapai 0,4% dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat, sedangkan untuk peringkat kedua dilakukan oleh Chevron Geothermal Indonesia Ltd dengan anggaran sebesar RP. 21,7Milyar, adapun untuk realisasi kegiatan pembangunan dilakukan oleh Chevron sebanyak 4 RKB yang Ruang Kelas Baru (RKB) yang telah Geothermal berlokasi Indonesia Ltd Tunggal di Kabupaten Garut. Prakarsa Pencapaian pembangunan RKB yang dilakukan oleh Chevron Geothermal Indonesia Ltd tersebut baru mencapai 0,4% dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat, dan peringkat ketiga dilakukan oleh perusahaan Chevron Geothermal Salak Ltd dengan anggaran sebesar 16,9 Milyar, pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sebanyak 17 RKB di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Pencapaian pembangunan RKB yang dilakukan oleh Chevron Geothermal Indonesia Ltd tersebut baru mencapai 1,7% dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat. Dengan melihat pertumbuhan/perkembangan peminatan para perusahaan sebagai mitra CSR Jabar dari kalangan Swasta di Jawa Barat yang mencapai 2,1% terhadap misi kemanusaian (pembangunan 1000 Ruang Kelas Baru) dan lingkungan maka pencapaianya perlu ditingkatkan terus melalui sosialisasi Program CSR Jabar kepada seluruh kalangan perusahaan berbasis Kawasan Industri di Jawa Barat dengan melibatkan Kementerian Perindustrian RI dan Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKII), supaya sinergitas dan sinkronisasi program CSR/TJSLP dengan semua perusahaan swasta berbasis kawasan industri yang ada di Jawa Barat dapat lebih berperan aktif dalam rangka percepatan pembangunan melalui sinergi Program CSR Swasta di Jawa Barat. III - 162 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Dalam rangka meningkatkan jumlah mitra CSR Jabar dan sinergi program CSR Jabar, Tahun 2017 telah dilakukan kegiatan Diseminasi Program CSR Jabar di 5 Kawasan industri antara lain Kawsan Industri Jababeka dan MM2100 Kabupaten Bekasi dan Karawang International Industry City (KIIC) Kabupaten Karawang dengan peserta yang diundang sebanyak 1000 perusahaan/tenan dan yang hadir sebesar 80%, dan kegiatan ini akan terus dilakukan pada tahun- tahun berikutnya guna meningkatkan mitra CSR Jabar dan sinergi program dan kegiatan dengan CSR Dunia Usaha di Jawa Barat. Pencapaian program dan kegiatan Fasilitasi CSR di Jawa Barat secara keseluruhan melalui misi utama Kemanusiaan dan Lingkungan serta pengembangan program CSR/TJSLP lainnya (infrastruktur desa dan kota, pemberdayaan masyarakat dll), melalui kemitraan antara Dunia Usaha (BUMD,BUMN,SWASTA) dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu tahun 2011 s/d 2016 telah terealisasi sebanyak 395 Ruang Kelas Baru (RKB) yang berlokasi tersebar di Jawa Barat atau sebesar 39,5% dari target 1000 RKB sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat dan 2 Puskesmas PONED yang berlokasi di Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Bandung Barat atau sebesar 4% dari target 50 Puskesmas Poned sebagaimana yang dicanangkan pada program CSR Jawa Barat. Rencana Program dan Kegiatan Fasilitasi TJSLP/PKBL Jabar Tahun 2018, tetap akan melanjutkan pengembangan misi TJSLP/PKBL Jabar: untuk kemanusiaan TJSLP/PKBL dan Lainnya lingkungan (sector serta ekonomi, pengembangan infrastruktur program desa/kota, pemberdayaan masyarakat dll), dan dalam rangka meningkatkan peminatan sinergi program CSR di Jawa Barat akan terus dilakukan sosialisasi Program CSR Jabar lebih mendalam berbasis kawasan industri lainnya di wilayah Kabupaten Bekasi, Ciayumajakuning dan (Cirebon, Kabupaten Karawang Indramayu, Majalengka, serta di Kuningan) kawasan supaya sinergitas dan sinkronisasi program CSR/TJSLP antara Tim Fasiliasi CSR Jabar dengan Mitra CSR Jabar di Kawasan Industri dapat lebih berperan aktif III - 163 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 guna mencapai pembangunan jabar yang terukur melalui sinergi Program CSR berbasis kawasan di Jawa Barat. TABEL 3.20. REKAPITULASI JUMLAH PENDANAAN KEGIATAN TJSLP/PKBL JABAR TAHUN 2011 S/D 2016 NO JENIS PERUSAHAAN NILAI INVESTASI TJSL‐PKBL JUMLAH 2012 (Rp.) 2013 (Rp.) 2014 (Rp.) 2015 (Rp.) 2016 (Rp.) 1 BUMD 2.450.000.000 14.270.993.460 18.318.705.387 14.088.400.942 69.015.778.967 2 BUMN 27.844.917.722 70.603.896.888 93.604.732.284 47.544.609.018 220.001.899.061 459.600.054.973 3 SWASTA 1.975.000.000 50.281.510.950 27.563.991.558 42.471.545.198 155.395.289.360 277.687.337.065 Jumlah 32.269.917.722 135.156.401.298 139.487.429.229 104.104.555.158 444.412.967.388 855.431.270.794 118.143.878.756 3.3.2.3 Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) Tahun 2015 Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan dalam rangka mendukung pembangunan diberbagai sektor. Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) diperlukan karena adanya kebutuhan investasi untuk membangun ekonomi dan adanya keterbatasan sumber dana pemerintah untuk investasi. Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) adalah setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Peraturan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN), diantaranya Peraturan Menteri PPN/BAPPENAS Nomor 4 Tahun 2011, yaitu Peraturan Menteri PPN/BAPPENAS Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengajuan Usulan, Penilaian, Pemantauan, dan Evaluasi Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah, Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011, tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. III - 164 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Pengusulan kegiatan yang dibiayai dengan PHLN dapat dilakukan oleh kementerian negara (departemen dan non‐departemen), lembaga pemerintahan non‐departemen (selanjutnya disebut lembaga), Pemerintah Daerah (Pemda), dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Usulan kegiatan PHLN dapat disampaikan melalui beberapa surat yang di tanda tangani: 1. Menteri untuk usulan yang berasal dari Kementerian Negara; 2. Pimpinan Lembaga untuk usulan yang berasal dari Lembaga; 3. Gubernur/Bupati/Walikota untuk usulan yang berasal dari Pemerintah Daerah; atau 4. Direksi untuk usulan yang berasal dari BUMN. Kegiatan yang dapat diusulkan oleh kementerian negara/lembaga adalah: 1. Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga, dalam rangka tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga tersebut. Untuk usulan ini tidak ada kriteria khusus dan persyaratan khusus yang harus dipenuhi. 2. Kegiatan yang sebagian/seluruhnya akan diterushibahkan kepada Pemda; Untuk usulan kegiatan ini harus melampirkan Surat Persetujuan Pemda calon penerima penerusan hibah, dan memenuhi kriteria khusus sebagai berikut: a. Kegiatan yang diusulkan merupakan urusan Pemda, yang diprioritaskan untuk Pemda yang memiliki kapasitas fiskal rendah; b. Kegiatan memberi manfaat langsung bagi masyarakat suatu Pemda dan/atau masyarakat pada Pemda lain; c. Pemda harus ikut menanggung sebagian biaya pelaksanaan kegiatan apabila kegiatan tersebut hanya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat di daerah penerima penerusan hibah; III - 165 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 d. Kegiatan pendukung merupakan kewajiban Pemda; dan e. Kegiatan yang diusulkan merupakan bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga pengusul. 3. Kegiatan yang diinisiasi untuk sebagian/seluruhnya diterus pinjamkan kepada Pemda; Untuk usulan kegiatan ini harus melampirkan (1) Surat Persetujuan dari Pemda dan (2) Surat Persetujuan DPRD calon penerima penerusan pinjaman, serta memenuhi kriteria khusus sebagai berikut: a. Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang menghasilkan penerimaan pada APBD Pemda, yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut b. Kegiatan merupakan urusan Pemda; c. Kegiatan memberi manfaat langsung bagi pelayanan masyarakat daerah setempat; d. Pemda mempunyai kemampuan fiskal untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman; e. Kegiatan dilaksanakan oleh lebih dari satu Pemda; dan f. Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga pengusul. 4. Kegiatan yang sebagian/seluruhnya akan diterus hibahkan atau sebagai penyertaan modal kepada BUMN. Untuk usulan kegiatan ini harus melampirkan (1) Surat Persetujuan Direktur Utama BUMN, dan (2) Surat persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pembinaan BUMN, serta memenuhi kriteria khusus sebagai berikut: a. Hasil dari kegiatan PHLN yang diusulkan dapat digunakan untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan yang disediakan BUMN; b. BUMN tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk mencapai sasaran program pembangunan nasional, yang dinilai berdasarkan laporan keuangan BUMN; c. Kegiatan yang diusulkan berada dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga pengusul. III - 166 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Kegiatan yang dapat diusulkan PemerintH Daerah adalah: 5. Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri untuk penerusan pinjaman; Untuk usulan kegiatan ini harus melampirkan Surat Persetujuan DPRD calon penerima penerusan pinjaman, dan memenuhi kriteria khusus sebagai berikut: a. Kegiatan yang diusulkan merupakan kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang menghasilkan penerimaan pada APBD Pemda, yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut; b. Kegiatan tersebut merupakan urusan Pemda; c. Kegiatan yang diusulkan adalah dalam rangka pencapaian sasaran program yang merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan sejalan dengan program RPJM; d. Hasil dari kegiatan PHLN yang diusulkan dapat memberikan manfaat langsung bagi pelayanan masyarakat daerah setempat; e. Pemda mempunyai kemampuan fiskal untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman. 6. Kegiatan yang dibiayai dari hibah luar negeri untuk penerusan hibah. Untuk usulan kegiatan ini harus memenuhi kriteria khusus sebagai berikut: a. Kegiatan tersebut untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan; b. Kegiatan tersebut untuk meningkatkan pemberian layanan dasar umum; c. Kegiatan tersebut untuk pemberdayaan aparatur Pemerintah Daerah Sumber PHLN adalah Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga Keuangan dan Lembaga Non Keuangan Asing.Jenis PHLN meliputi pinjaman lunak, Fasilitas Kredit Ekspor, Pinjaman Komersial dan Pinjaman Campuran. III - 167 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Sumber pendanaan pembangunan bersumber dari PHLN, yang tercantum pada DIPA APBN Jawa Barat Tahun 2013 s/d 2015, dapat dilihat pada TABEL 3.21. TABEL 3.21. REKAPITULASI DATA PHLN PADA DIPA APBN DI JAWA BARAT TAHUN 2013 S/D 2015 (BERDASARKAN DIPA APBN) Pagu DIPA No. DIPA PHLN 2014 2015 2016 223.517.576.000 271.182.054.550 1. Kantor Pusat 2. Kantor Daerah 79.902.785.000 129.321.699.000 3. Dekonsentrasi 84.411.656.000 9.466.928.000 4. Tugas Pembantuan - - 5. Urusan Bersama 80.305.287.000 5.658.450.000 468.137.304.000 415.629.131.550 Jumlah Sumber :Kanwil XII Ditjen Perbendaharaan Bandung Berdasarkan data tersebut, jumlah alokasi PHLN yang masuk ke Jawa Barat pada Tahun 2014 s/d 2016, dari kementerian/lembaga dapat dilihat pada Tabel 3.22. III - 168 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 TABEL 3.22 ALOKASI DANA PHLN BERDASARKAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2014 S/D 2016 DI PROVINSI JAWA BARAT Besaran Anggaran (Rp) No. Kementerian/Lembaga 2014 1. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Pertanian 3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4. Kementerian Kesehatan 5. Kementerian Kehutanan 6. Kementerian Kelautan dan Perikanan 6. Kementerian Pekerjaan Umum 7. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jumlah 2015 2016 83.823.116.000 14.836.290.000 650.000.000 - 75.675.785.000 128.311.699.000 588.540.000 289.088.000 8.054.000.000 6.210.000.000 - - 274.556.663.000 228.882.054.550 24.789.200.000 37.100.000.000 468.137.304.000 415.629.131.550 2017 Sumber :Kanwil XII Ditjen Perbendaharaan Bandung Dari Tabel 3.22diatas dapat terlihat bahwa Kementerian Pekerjaan Umum memperoleh alokasi pendanaan PHLN terbesar, apabila dibandingkan dengan alokasi Kementerian/Lembaga lainnya.Sedangkan Kementerian yang memperoleh alokasi pendanaan PHLN terkecil adalah Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan. III - 169 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 3.2.2.4 Kemitraan Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) 3.2.2.4.1 Dasar Hukum Dalam rangka mendorong partisipasi badan usaha dan pemerintah dalam pelayanan dan penyelenggaraan sarana dan prasarana yang memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat, telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (1) telah ditetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. 3.2.2.4.2 Pengertian KPBU Pengertian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut KPBU menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi yangelah ditetapkan sebelumnya oleh penanggung jawab proyek kerjasama, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya badan usaha dengan memperhatikan pembagian risiko antara para pihak. Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan masyarakat dapat berjalan dengan baik. III - 170 ekonomi dan sosial Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan antara pemerintah dan badan usaha mencakup infrastruktur transportasi, jalan, sumber daya air dan irigasi, air minum, sistem pengelolaan air limbah terpusat, sistem pengelolaan air limbah setempat, sistem pengelolaan persampahan, telekomunikasi dan informatika, energi dan ketenagalistrikan termasuk infrastruktur energi terbarukan, minyak dan gas bumi, konservasi energi, ekonomi fasilitas perkotaan kawasan, pariwisata, antara lain pusat informasi pariwisata (tourism information center), fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan, fasilitas sarana olahraga, kesenian dan budaya, kesehatan, pemasyarakatan. 3.2.2.4.3 Arahan Kebijakan KPBU Arah kebijakan Kerjasama antara pemerintah dan badan usaha di Jawa Barat yang merupakan hal penting dalam penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum di Jawa Barat dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya meliputi: a) Perlu dibentuk suatu institusi/lembaga yang secara aktif dapat mendorong dan menunjang terlaksananya pembangunan infrastruktur melalui pendekatan KPBU baik di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. b) Saat ini pengelolaan kerjasama pemerintah dan swasta di Jawa Barat, masih dilaksanakan oleh banyak institusi, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi. c) Hal ini berdampak pada efektivitas penanganan yang masih sering bersifat sporadis dan belum terintegrasi. d) Lebih jauh lagi, bercermin pada pengalaman berbagai negara (seperti Jepang, Afrika Selatan, Australia, Korea, dan Kanada), keberadaan institusi lembaga ini sangat penting karena menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan penyelenggaraan proyek infrastruktur dengan skema KPBU. III - 171