Pupuk GUANO Sumber: Ir. Samijan M.Sc., Peneliti BPTP Jawa Tengah 1. Pada prinsipnya pupuk guano adalah sama dengan pupuk organik, hanya memiliki kandungan lebih baik (kelebihan) untuk unsur N, P dan K dibandingkan pupuk organik biasa. Kelebihan kandungan P umumnya disebabkan oleh kotoran kelelawar (guano) yang tertimbun di dalam goa yang batuan-batuan maupun tetesan-tetesan airnya mengandung cukup tinggi kandungan unsur fosfat (P). Sedangkan kelebihan N dan K karena faktor makanan yg dimakan oleh kelelawar; 2. Kekurangannya, kadang-kadang pupuk Guano memiliki pH (kemasaman) yang rendah kalau sumber guanonya masih alami (timbunan guano sangat tebal). Kalau timbunan guano sudah sangat tipis, maka biasanya guano yang dihasilkan hanya mengandung kapur yang tinggi. Kandungan kapur yang terlalu tinggi kurang baik apabila digunakan di tanah-tanah yang basa, karena justru akan menyebabkan unsur P tidak tersedia bagi tanaman; 3. Takaran penggunaan pupuk Guano untuk tanaman pangan 1-2 t/ha, untuk tanaman sayuran bisa 5-10 ton, dan untuk tanaman perkebunan 5-10 kg/pohon. 4. Tanaman tetap memerlukan penambahan pupuk kimia NPK, karena pupuk Guano tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan NPK. Pupuk Guano hanya sebagai suplemen dan untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah. Kalaupun akan dilakukan pengurangan pupuk PK maksimal 25-50% 5. Cara penggunaan pupuk Guano seperti pupuk organik biasa, disebarkan bersamaan dengan pengolahan lahan atau dicampurkan dalam media tanam (apabila untuk tanaman pot) 6. Tanah asam berarti ada kelebihan unsur-unsur asam (terutama unsur hidrogen, atau besi atau aluminium), sedangkan tanah basa berarti kelebihan unsur-unsur basa (seperti hidroksida, kalsium, magnesium, dll). Dalam kondisi asam maupun basa berlebihan, beberapa unsur penting yang dibutuhkan tanaman menjadi sulit diambil oleh tanaman, karena kondisinya terikat oleh beberapa unsur asam atau unsur basa yang berlebih tadi. 7. Cara menstabilkan : pada tanah asam yang paling praktis dengan pengapuran (dolomit) takaran 0,5-1,0 t/ha/musim sampai dicapai posisi stabil (dihentikan pengapurannya). Pada tanah basa, untuk menstabilkan kearah netral, perlu penambahan organik minimal 2 t/ha setiap musim.