1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara tropis menjadi daerah endemik bagi penyakitpenyakit yang penyebarannya diperantarai oleh nyamuk seperti demam berdarah,
malaria, chikungunya, demam kuning, filariasis, dan Japanese encephalitis.
(Lestari, 2013). Penyakit-penyakit tersebut sangat berbahaya dikarenakan dapat
menyebabkan penderita meninggal dalam jangka waktu yang sangat pendek
(Gandahusada dkk., 1998). Penularannya juga sangat mudah yaitu hanya dengan
gigitan nyamuk yang sudah membawa virus, sehingga wajib untuk memproteksi
diri jika tinggal maupun singgah di daerah endemis (Conant & Fadem, 2008).
Melihat adanya dampak negatif dari gigitan nyamuk maka perlu dilakukan
pengendalian vektor. Slamet (2009) menyatakan pengendalian vektor adalah suatu
kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi
membahayakan bagi kesehatan manusia. Bentuk pengendalian ini dapat dilakukan
secara mekanik, biologi, kimia, atau perubahan sifat genetik (Susanna dkk., 1999).
Pengendalian vektor yang paling sering dilakukan saat ini adalah pengendalian
kimiawi, karena dianggap bekerja lebih efektif dan hasilnya cepat terlihat
dibandingkan pengendalian secara biologis (Wahyuni, 2005). Bentuk pengendalian
ini yaitu dengan menurunkan populasi nyamuk, dengan memberantas tempat
berkembangbiakan nyamuk dan juga aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa
1
2
atau pun larva nyamuk dan mencegah gigitan nyamuk agar terhindar dari penyakitpenyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk (Komariah dkk., 2010).
Dahulu masyarakat Indonesia menggunakan tanaman di pekarangan untuk
mencegah gigitan nyamuk. Namun seiring perkembangan teknologi, penggunaan
tanaman di pekarangan digantikan dengan penggunaan obat nyamuk berbagai jenis,
di antaranya obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot, obat nyamuk aerosol, dan
obat nyamuk elektrik.
Seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap kesehatan dan tingginya
aktivitas masyarakat Indonesia di alam terbuka, mereka membutuhkan jenis lain
yang lebih praktis dan nyaman untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk. Untuk
itu penemuan losion anti nyamuk memunculkan ketertarikan konsumen untuk
perlindungan terhadap gigitan nyamuk di alam terbuka. Xue dkk. (2003)
menyatakan penggunaan losion anti nyamuk merupakan cara yang paling baik
untuk menghindari gigitan nyamuk di alam terbuka.
Salah satu merek losion anti nyamuk yang sudah dikenal di Indonesia adalah
Autan®. Merek ini sudah diluncurkan di Indonesia sejak tahun 1987 atau 28 tahun
yang lalu. Dengan kehardirannya yang sudah 28 tahun memungkinkan Autan®
menjadi losion anti nyamuk pertama yang dikenal masyarakat.
Awal kemunculannya, PT. Walet Kencana Perkasa anak perusahaan dari Bayer
Company selaku produsennya, bisa langsung menuai pangsa pasar terbesar. Hanya
satu tahun setelah diluncurkan, di akhir tahun 1988 Autan® sudah menjadi market
leader di kategori pelindung anti nyamuk (Anonim, 2015). Pada awal tahun 2003,
Autan® diakuisisi, dipasarkan dan diproduksi oleh PT. Johnson Home Hygiene
3
Product (PT. JHPP) dan telah terintegrasi dengan perusahaan SC Johnson & Sons
Inc. (SC Johnson).
Dewasa ini, Autan® mempunyai banyak pesaing yang dapat dilihat dari pasar
persaingan losion anti nyamuk yang kian ketat dikarenakan masing-masing
produsen makin berkembang dan aktif memperluas pasar. Hal ini menjadikan suatu
produk sulit untuk mendominasi pasar, termasuk produk lama seperti Autan®. Agar
produsen dapat memenangkan persaingan pasar, maka setiap produsen berusaha
memproduksi produk dengan semakin variatif dan inovatif (Octavia, 2009). Berikut
adalah data mengenai persaingan pasar losion anti nyamuk di Indonesia.
Tabel I. Data Persaingan Pasar Losion Anti Nyamuk di Indonesia Tahun 2013-2015
2013
No.
Merek
2014
TBI Merek
1.
Autan®
45,6% Autan®
2.
Soffel®
45,0% Soffel®
3.
Lavenda®
9,0% Lavenda®
Sumber: Top Brand Award
2015
TBI Merek
46,6% Autan®
42,7% Soffel®
9,4% Lavenda®
TBI
49,9%
41,2%
8,6%
Berdasarkan tabel I dapat dilihat bahwa losion anti nyamuk Autan® tetap bertahan
menjadi market leader dengan persentase TBI (Top Brand Index) yang kian
meningkat seiring dengan bertambahnya tahun. Angka persentase TBI merupakan
representasi dari total penjualan di pasar, artinya semakin besar angka persentase
TBI maka semakin besar total penjualannya.
Autan® pertama kali diluncurkan di Indonesia dengan 3 varian pembeda, di
antaranya varian kuning untuk Eau de Cologne; varian hijau untuk Tropical; dan
varian pink untuk Fresia sebagai produk unggulan. Pada tahun 2009, Autan®
membuat suatu terobosan dengan menggunakan tambahan ekstrak lidah buaya
4
untuk memberikan sensasi lembut di kulit (Anonim, 2015). Pihak produsen
berusaha menghilangkan kekhawatiran konsumen terhadap rasa lengket dan panas
dari penggunaan losion anti nyamuk. Hal ini menjadikan Autan ® berbeda dengan
produk-produk losion anti nyamuk lainnya.
Suksesnya penjualan akan tercipta apabila produk yang dijual memiliki hal
atau ciri khas yang membedakan dengan produk milik kompetitor, yang pastinya
juga akan memberikan nilai tambah pada produk yang dipasarkan. Nilai inilah yang
nantinya akan dijadikan pembanding oleh konsumen dalam membuat keputusan
pembelian. Menurut Sampurno (2008), nilai tambah (added value) dari suatu
produk akan turut dalam membangun distinctiveness dengan kompetitor yang
menurutnya merupakan hal pokok yang harus diketahui dalam pembangunan suatu
bisnis.
Kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah dengan memahami serta
memuaskan kebutuhan konsumen, agar konsumen tidak beralih ke produk lain.
Produsen harus mengerahkan segala upaya dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen agar memperoleh laba. Untuk mengatasi persaingan dan
meningkatkan jumlah penjualan, optimalisasi penerapan strategi bauran pemasaran
perlu dilakukan. Kotler & Keller (2009) menyatakan bahwa bauran pemasaran
(marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk terus menerus mencapai tujuan perusahaannya di pasar sasaran yang meliputi
produk (product), harga (price), promosi (promotion), distribusi (place).
Setiap produsen selalu berharap strategi bauran pemasaran dari produk yang
dipasarkan berhasil. Menurut Aviandi (2012), bauran pemasaran dikatakan berhasil
5
apabila konsumen memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan
dibandingkan dengan produk lain yang sejenis serta merasa puas dalam
menggunakan produk dan ingin membelinya kembali.
Konsumen mempunyai kedudukan yang penting dalam menentukan
keberhasilan startegi bauran pemasaran dari produk yang dipasarkan. Keputusan
pembelian yang mereka lakukan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dari
suatu produk yang dipasarkan (Tjiptono, 1997). Maka strategi bauran pemasaran
yang dilakukan sebisa mungkin dapat menarik minat konsumen. Kotler dan Keller
(2009) menyatakan konsumen melakukan penilaian terlebih dahulu setelah itu
mereka melakukan keputusan membeli atau tidak membeli.
Dewasa ini, brand Autan® sudah menjadi nama brand yang melekat di kategori
losion anti nyamuk. Kapan pun dan di mana pun konsumen berpikir mengenai
losion anti nyamuk, mereka akan menyebutkan Autan® sebagai merek yang mereka
ketahui. Selain itu tingginya aktivitas di alam terbuka menjadikan Autan® sebagai
produk yang banyak digunakan oleh konsumen kalangan muda khususnya
mahasiswa. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis melakukan penelitian
tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian produk losion
anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penelitian diarahkan untuk
merumuskan beberapa pertanyaan:
1.
Apakah variabel produk secara parsial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada?
2.
Apakah variabel harga secara parsial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada?
3.
Apakah variabel distribusi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada?
4.
Apakah variabel promosi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada?
5.
Apakah variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara simultan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan®
pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada?
6.
Variabel apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk
losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada?
7
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel produk secara parsial
terhadap keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada
mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
2.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel harga secara parsial
terhadap keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada
mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
3.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel distribusi secara parsial
terhadap keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada
mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
4.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel promosi secara parsial
terhadap keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada
mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
5.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel produk, harga, distribusi,
dan promosi secara simultan terhadap keputusan pembelian produk losion anti
nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
6.
Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada.
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat:
1.
Bagi penulis
Penelitian ini akan memberikan pemahaman bagi penulis mengenai losion anti
nyamuk Autan® serta pemasarannya dalam dunia kerja dan juga
mengembangkan wawasan penulis mengenai perilaku konsumen untuk
melakukan keputusan pembelian.
2.
Bagi produsen
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan
produk dalam upaya peningkatan pemasaran agar dapat meningkatkan
keputusan pembelian konsumen.
3.
Bagi pihak lain
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi institusi, mahasiswa,
dan penulis tentang riset (penelitian) keputusan pembelian pada produk losion
anti nyamuk dan juga dapat dijadikan studi literatur untuk penelitian lebih
lanjut.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Pemasaran
Menurut Kotler & Keller (2009), pemasaran memiliki definisi secara
sosial maupun secara manajerial. Secara sosial, pemasaran merupakan proses
sosial yang melibatkan individu maupun kelompok untuk mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
9
secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain,
sedangkan dari sudut pandang manajerial, pemasaran sering digambarkan
sebagai seni menjual produk tetapi penjualan bukan merupakan bagian paling
penting dari pemasaran.
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok
mendapatkan
kebutuhan
dan
keinginan
mereka
dengan
menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Definisi ini berdasarkan pada konsep inti: kebutuhan, keinginan dan
permintaan; produk nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan
hubungan; pasar dan pemasaran serta pemasar (Kotler & Keller, 2009)
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh
para produsen dalam usahanya mempertahankan produk yang dipasarkannya.
Berhasil tidaknya pemasaran dalam mencapai tujuan bisnis tergantung pada
keahlian mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang
lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh Stanto dan Lamarto (1996), pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Penafsiran yang sempit tentang pemasaran terlihat dari definisi American
Marketing Association (2001), yang menyatakan pemasaran adalah hasil
presentasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan
jasa dari produsen sampai ke konsumen. Selain penafsiran ini terdapat pula
10
pandangan yang luas, yang menyatakan pemasaran merupakan proses kegiatan
yang mulai jauh sebelum barang-barang atau bahan-bahan masuk dalam proses
produksi (Assauri, 2009).
Jadi definisi pemasaran adalah semua keinginan manusia yang diarahkan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Proses
pertukaran melibatkan kerja, produsen harus mencari konsumen, menemukan
dan memenuhi kebutuhan mereka, menentukan harga yang tepat, menyimpan
dan mengangkutnya, mempromosikan produk tersebut, menegosiasikan dan
sebagainya, semua kegiatan ini merupakan nilai dari pemasaran.
2.
Bauran pemasaran
Machfoedz (2010) menyatakan bauran pemasaran adalah sarana
pemasaran taktis meliputi produk, harga, tempat, dan promosi yang dibaurkan
untuk mendapat respon yang diinginkan dari pasar sasaran. Produk
dikomunikasikan dengan pasar melalui harga, kemasan, dan merek. Untuk
mengkomunikasikan ketiga unsur yang terlekat pada produk tersebut
diperlukan strategi yang tepat agar dapat diterima oleh pasar.
Kotler & Keller (2009) menyatakan bauran pemasaran adalah perangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan
pemasarannya. Alat-alat ini ada empat kelompok, yaitu produk (product),
harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion).
Empat kelompok alat pemasaran tersebut saling berhubungan dan
berpengaruh satu sama lain, sehingga harus diupayakan untuk menghasilkan
suatu kebijakan pemasaran yang mengarah kepada layanan efektif dan
11
kepuasan konsumen.
a.
Produk (Product)
1) Definisi produk
Machfoedz (2010) menyatakan produk adalah barang atau jasa
yang mencerminkan potensi untuk memenuhi rentang kebutuhan
konsumen, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Produk
terdiri dari suatu kombinasi fisik dan elemen jasa atau pelayanan dan
keseimbangan antara keduanya yang bervariasi.
Tjiptono (1995) menyatakan produk merupakan segala sesuatu
yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Kotler & Keller (2009) menyatakan komponen produk dalam
bauran pemasaran adalah kekeragaman produk, kualitas produk,
desain produk, ciri produk, nama merek produk, kemasan produk,
ukuran produk, pelayanan, garansi produk dan imbalan.
2) Klasifikasi produk
Tjiptono (1995) menyatakan klasifikasi produk dapat dilakukan
atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan daya tahan atau
berwujud tidaknya produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok:
12
a)
Barang yang tidak tahan lama
Merupakan barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi
dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Contohnya adalah
sabun, karena barang-barang ini dikonsumsi dengan cepat dan
sering dibeli, strategi yang tepat adalah menyediakannya di
berbagai
lokasi,
menerapkan
markup
yang
kecil,
dan
mengiklankan secara gencar untuk merangsang orang agar
mencobanya dan sekaligus untuk membentuk preferensi.
b) Barang tahan lama
Merupakan barang-barang berwujud yang biasanya tetap
bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali. Contohnya
adalah peralatan elektronik. Produk tahan lama biasanya
memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi,
mempunyai marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih
banyak garansi dari penjual.
c)
Jasa
Merupakan
barang-barang
yang
tidak
berwujud,
tidak
terpisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, produk ini biasanya
memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan
kemampuan penyesuaian
yang
lebih tinggi. Contohnya:
pemotongan rambut dan perbaikan barang.
13
3) Diferensiasi produk
Kotler & Keller (2009) menyatakan supaya dapat diberi merek,
produk harus didiferensiasikan. Produk-produk fisik bervariasi dalam
potensi mereka untuk diferensiasi.
a)
Bentuk
Banyak produk dapat didiferensiasi berdasarkan bentuk, ukuran,
model, atau struktur fisik produk.
b) Fitur
Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan fitur yang
berbeda-beda yang melengkapi fungsi dasar produk.
c)
Mutu kinerja
Sebagian besar produk dibangun menurut salah satu dari empat
level kinerja: rendah, rata-rata, tinggi, dan unggul. Mutu kinerja
adalah level berlakunya karakteristik dasar produk.
d) Mutu kesesuaian
Konsumen mengharapkan produk memiliki mutu kesesuaian
yaitu tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang
diproduksi terhadap spesifikasi sasaran yang dijanjikan.
e)
Daya tahan
Ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam
kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk
produk-produk tertentu.
14
f)
Keandalan
Konsumen umumnya akan membayar lebih untuk mendapatkan
produk yang lebih andal. Keandalan adalah ukuran probabilitas
bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode
waktu tertentu.
g) Mudah diperbaiki
Pembeli memilih produk yang mudah diperbaiki. Kemudahan
diperbaiki adalah ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk
ketika produk itu rusak atau gagal.
h) Gaya
Menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan
oleh produk itu bagi pembeli. Gaya memiliki keunggulan karena
menciptakan kekhasan yang sulit ditiru.
4) Pengembangan manfaat produk
Pengembangan suatu produk meliputi penetapan manfaat yang
akan ditawarkannya. Manfaat ini dikomunikasikan dan disampaikan
melalui karakteristik produk seperti kualitas, ciri, dan desain.
Keputusan tentang ciri-ciri tersebut sangat berpengaruh pada reaksi
konsumen terhadap suatu produk (Machfoedz, 2010).
a)
Kualitas produk
Kualitas produk merupakan salah satu sarana positioning
penting bagi pemasar atau perusahaan. Dalam pengembangan
suatu produk, terlebih dahulu pemasar harus memilih tingkat
15
kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran.
Dalam hal ini, kualitas produk berarti kemampuan suatu produk
untuk melakukan fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan,
presisi, kemudahan penggunaan, dan perbaikan, serta ciri-ciri lain
yang menunjukan nilainya. Meskipun beberapa ciri tersebut dapat
diukur secara objektif, dari sudut pandang pemasaran, kualitas
harus diukur menurut persyaratan persepsi.
b) Ciri produk
Suatu produk dapat ditawarkan dengan berbagai ciri atau
karakteristik. Model sederhana tanpa variasi merupakan titik
permulaan. Produsen dapat menciptakan model yang lebih
menarik
dengan
penambahan
karakteristik.
Karakteristik
merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk sebuah
produsen dari produk buatan produsen lain yang menjadi pesaing.
Menjadi produsen pertama yang memperkenalkan karakteristik
baru merupakan suatu cara yang paling efektif dalam bersaing.
c)
Desain produk
Cara lain untuk menjadikan suatu produk tampak lebih
menarik dapat dilakukan melalui desain. Desain merupakan
konsep yang lebih penting dari pada bentuk. Bentuk semata
mengungkapkan sifat fisik produk yang dapat dilihat. Bentuk
yang mengagumkan dapat menarik perhatian, tapi ini tidak
menjadikan produk berfungsi lebih baik. Desain yang baik
16
memberi nilai tambah pada manfaat produk, menjadikannya enak
dipandang dan nyaman digunakan, desainer yang baik disamping
mempertimbangkan sifat fisik produk yang menarik juga
menjadikannya mudah digunakan, aman, tidak mahal untuk
penggunaan dan perbaikan, sederhana serta ekonomis dalam
biaya produksi dan distribusi.
b.
Harga (Price)
1) Definisi harga
Tjiptono (1995) menyatakan harga adalah unsur bauran
pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah secara cepat.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan dari perusahaan atau pendapatan bagi
produsen.
Machfoedz (2010) menyatakan harga adalah jumlah uang yang
dikenakan pada produk atau jasa. Definisi harga secara luas ialah
jumlah nilai yang ditukar oleh konsumen untuk memperoleh manfaat
kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau jasa. Harga
merupakan
satu-satunya
elemen
bauran
pemasaran
yang
menghasilkan pendapatan, unsur lainnya mencerminkan biaya. Harga
juga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling
mudah disesuaikan, harga dapat diubah dengan cepat, pada waktu
yang bersamaan.
17
Kotler & Keller (2009) menyatakan komponen harga dalam
bauran pemasaran adalah daftar harga, rabat atau diskon, potongan
harga khusus, periode pembayaran, dan syarat kredit harga.
2) Menetapkan harga
Kotler & Keller (2009) menyatakan produsen harus menetapkan
harga untuk pertama kalinya ketika mengembangkan produk baru.
Enam langkah penetapan harga:
a)
Memilih tujuan penetapan harga
Produsen tersebut memutuskan di mana ingin memposisikan
tawaran pasarnya. Makin jelas tujuan suatu produsen, makin
mudah menetapkan harga.
b) Menentukan permintaan
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda
dan karena itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
tujuan pemasaran suatu produsen.
c)
Memperkirakan biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat
dikenakan produsen untuk produknya.
d) Menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing
Dalam
rentang
kemungkinan-kemungkinan
harga
yang
ditentukan permintaan pasar dan biaya produsen, produsen
tersebut harus memperhitungkan biaya, harga, dan kemungkinan
reaksi harga pesaing.
18
e)
Memilih metode penetapan harga
Dengan adanya jadwal permintaan pelanggan, fungsi biaya, dan
harga pesaing, produsen tersebut kini siap memilih harga.
f)
Memilih harga akhir
Metode-metode penetapan harga mempersempit ruang gerak
yang harus digunakan perusahaan untuk memilih harga akhirnya.
Dalam memilih harga akhir ini, produsen tersebut harus
mempertimbangkan faktor-faktor tambahan yang meliputi
dampak dari kegiatan pemasaran lain, kebijakan penetapan harga
perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba dan resiko, dan
dampak harga terhadap pihak lain.
3) Strategi penyesuaian harga
Kotler & Keller (2009) menyatakan produsen biasanya tidak
menetapkan hanya satu harga, melainkan struktur penetapan harga
yang mencerminkan perbedaan dalam permintaan dan biaya
geografis, tuntutan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat
pemesanan, frekuensi pengiriman, jaminan, dan kontrak perbaikan.
Berikut strategi penyesuaian harga.
a)
Penetapan harga geografis
Penetapan harga geografis melibatkan perusahaan tersebut
memutuskan bagaimana cara menetapkan harga produknya untuk
pelanggan yang berbeda di lokasi dan negara yang berbeda.
19
b) Diskon dan potongan harga
Kebanyakan produsen akan menyesuaikan daftar harganya dan
memberikan diskon dan potongan harga untuk pembayaran yang
lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar, dan pembelian di luar
musim.
c)
Penetapan harga promosi
Teknik penetapan harga promosi yaitu penetapan harga
pemimpin, penetapan harga peristiwa khusus, rabat tunai,
pembiayaan bunga rendah, masa pembayaran yang lebih lama,
garansi dan kontrak perbaikan, diskon psikologis.
d) Penetapan harga diskriminatif
Produsen-produsen sering menyesuaikan harga dasarnya untuk
mengakomodasi perbedaan pelanggan, produk, lokasi, dan
seterusnya.
e)
Penetapan harga bauran produk
Versi produk yang berbeda dikenakan harga yang berbeda, tetapi
tidak sebanding dengan masing-masing biayanya.
4) Pengembangan metode penetapan harga
Machfoedz (2010) menyatakan metode penetapan harga
berorientasi pasar:
a)
Penetapan harga berorientasi biaya
Dalam penetapan harga berorientasi biaya, jumlah uang atau
persentase ditambahkan pada biaya produk. Dengan demikian
20
metode ini melibatkan kalkulasi selisih harga pokok dengan harga
jual.
Metode
penetapan
berorientasi
biaya
tidak
perlu
memperhatikan aspek persediaan dan permintaan, dan tidak pula
memperhatikan hubungan dengan kebijaksanaan penetapan harga
tertentu.
b) Penetapan harga dengan penambahan biaya
Dalam penetapan harga dengan penambahan biaya, biaya produk
ditentukan dan kemudian sejumlah tertentu uang atau persentase
biaya ditambahkan pada biaya produk untuk menentukan harga.
c)
Penetapan harga yang dinaikkan (mark-up)
Penjual produk eceran pada umumnya menerapkan metode
penetapan harga mark up. Dalam metode ini, harga produk
dinaikkan dengan terlebih dahulu menambahkan persentase dari
biaya, disebut mark up untuk biaya produk. Meskipun mark up di
toko eceran bervariasi dari satu jenis barang ke jenis lainnya,
persentase yang sama biasanya digunakan untuk menetapkan
harga produk dalam kategori produk tunggal.
d) Penetapan harga berorientasi permintaan
Produsen dapat menggunakan penetapan harga berdasarkan
berdasar tingkat permintaan produk. Metode menyebabkan harga
tinggi ketika permintaan atas produk meningkat dan pada waktu
permintaan rendah harga menjadi murah.
21
e)
Penetapan harga berorientasi persaingan
Produsen memperhitungkan biaya laba pihak pesaing. Arti
metode ini menjadi semakin penting jika produk yang bersaing
relatif homogen dan produsen melayani pasar yang di dalamnya
harga merupakan variabel utama strategi pemasaran.
c.
Distribusi (Place)
1) Definisi distribusi
Boyd & Larreche (2000) menyatakan distribusi adalah himpunan
organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses untuk
membuat produk atau jasa yang siap untuk dikonsumsi atau digunakan
oleh konsumen atau pengguna industrial.
Machfoedz (2010) menyatakan distribusi adalah membawa
produk ke pasar sasaran. Membawa produk ke pasar memerlukan
serangkaian aktivitas, aktivitas tersebut adalah penjualan dan
pengiriman barang dari produsen ke konsumen akhir. Saluran
distribusi pada umumnya mempunyai perantara pemasaran, yakni
perusahaan penyedia jasa yang secara langsung berhubungan dengan
pembelian atau penjualan produk dari produsen kepada konsumen.
Kotler & Keller (2009) menyatakan komponen distribusi dalam
bauran pemasaran adalah saluran pemasaran, cakupan pasar,
pengelompokkan, lokasi, persediaan, transportasi.
22
2) Lembaga saluran distribusi
Boyd & Larreche (2000) menyatakan terdapat empat kategori
besar lembaga saluran distribusi:
a)
Grosir barang dagang
Mengambil posisi sebagai pemilik atas barang yang mereka
tangani, terutama menjual kepada pedagang (atau pengecer),
konsumen industrial atau komersial ketimbang kepada konsumen
individu.
b) Perantara agen
Meliputi perwakilan manufaktur dan pialang, juga menjual
kepada pedagang, konsumen industrial dan komersial, tetapi tidak
mengambil posisi sebagai pemilik untuk barang tersebut.
Biasanya mengkhususkan diri pada fungsi penjualan serta
mewakili klien perusahaan manufaktur atas dasar komisi.
c)
Pengecer
Menjual barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir
untuk penggunaan pribadi, bukan bisnis. Biasanya mengambil
posisi sebagai pemilik untuk barang-barang yang mereka tangani,
mendapatkan laba dari perbedaan harga yang dibayar untuk
barang tersebut dengan harga yang diterima dari konsumen.
d) Agen pendukung
Meliputi agen periklanan, perusahaan riset pemasaran, agen
penagihan, perusahaan pengangkut, mengkhususkan pada satu
23
atau lebih fungsi pemasaran, bekerja atas dasar bayaran atas jasa
untuk membantu kliennya menjalankan fungsi tersebut secara
lebih efektif dan efisien.
3) Tujuan saluran distribusi
Boyd & Larreche (2000) menyatakan saluran distribusi memiliki
beberapa tujuan:
a)
Menyediakan produk
Salah satu tujuan saluran distribusi adalah menyediakan produk
dipasaran sehingga memudahkan konsumen mendapatkan
produk yang akan dibelinya.
b) Menjamin upaya distribusi yang memadai
Upaya distribusi dilakukan untuk mendapatkan dukungan
distribusi dari anggota-anggota saluran untuk produk perusahaan,
meliputi penggunaan media lokal, penataan dalam toko, serta
kerjasama dalam peristiwa distribusi tertentu.
c)
Menyajikan pelayanan konsumen tingkat tinggi
Agar anggota saluran juga memainkan peran yang sangat penting
dalam menyajikan pelayanan pasca penjualan.
d) Mendapatkan informasi pasar
Mendapatkan informasi umpan balik yang cepat dan akurat untuk
hal-hal seperti trend penjualan, tingkat persediaan, serta tindakan
pesaing.
24
e)
Efektifitas biaya
Saluran distribusi harus dirancang untuk meminimalkan biaya
yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran perusahaan.
4) Strategi dasar saluran distribusi
Boyd & Larreche (2000) menyatakan untuk barang dan jasa
konsumen, pencapaian tingkat ketersediaan produk yang diinginkan
merupakan masalah pemilihan dan mendapatkan kerjasama dari
jumlah outlet eceran yang tepat. Ada tiga strategi, yaitu distribusi
insentif, distribusi eksklusif, distribusi selektif.
a)
Distribusi intensif
Strategi ini menggunakan jumlah pengecer maksimum dan yang
paling tepat untuk produk-produk dengan keterlibatan rendah dan
sering dibeli, seperti permen, minuman ringan, deodoran, dan
pisau cukur.
b) Distribusi eksklusif
Strategi ini hanya mengandalkan satu pengecer atau penyalur di
setiap wilayah geografis tertentu. Cara ini paling tepat ketika
produk merupakan barang khusus atau belanja dengan
keterlibatan tinggi.
c)
Distribusi selektif
Strategi ini merupakan penengah dari kedua cara di atas karena
menggunakan lebih dari satu namun tidak semua pengecer di
dalam wilayah geografis tertentu. Strategi ini lebih tepat
25
digunakan untuk barang-barang belanja. Kebanyakan merek
mobil didistribusikan dengan cara ini.
d.
Promosi (Promotion)
1) Definisi promosi
Kotler & Keller (2009) menyatakan promosi adalah berbagai
kumpulan alat-alat insentif yang sebagian besar berjangka pendek,
yang dirancang untuk pembelian produk atau jasa tertentu dengan
lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang.
Morissan (2010) menyatakan promosi adalah kordinasi dari
seluruh upaya yang dimulai dari pihak penjual untuk membangun
berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan
jasa atau memperkenalkan suatu gagasan.
Machfoedz (2010) menyatakan promosi adalah suatu aktivitas
dan materi yang dalam aplikasinya menggunakan teknik, di bawah
pengendalian penjual atau produsen, yang dapat mengkomunikasikan
informasi yang menarik tentang produk yang ditawarkan penjual atau
produsen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kotler & Keller (2009) menyatakan komponen promosi dalam
bauran pemasaran adalah promosi penjualan, periklanan, tenaga
penjual, kehumasan atau public relation, dan pemasaran langsung.
26
2) Bauran promosi
Morissan (2010) menyatakan bauran promosi mencakup lima
elemen, yaitu periklanan, pemasaran langsung, promosi penjualan,
hubungan masyarakat, penjualan personal.
a)
Periklanan
Periklanan adalah setiap bentuk komunikasi media masa (TV,
radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada
sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan,
mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide.
b) Pemasaran langsung
Pemasaran langsung adalah upaya perusahaan atau organisasi
untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan
sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan atau
transaksi penjualan.
c)
Promosi penjualan
Promosi penjualan yaitu kegiatan pemasaran yang memberikan
nilai tambah atau insentif kepada tenaga penjualan, distributor,
atau konsumen yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan.
d) Hubungan masyarakat
Hubuungan masyarakat adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi terencana, baik itu ke dalam maupun ke
luar antara suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan
27
penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui
kegiatan-kegiatan yang diharapkan akan muncul suatu dampak
yakni perubahan yang positif.
e)
Penjualan personal
Penjualan personal adalah suatu bentuk komunikasi langsung
antara seorang penjual dengan calon pembelinya. Dalam hal ini
penjual berupaya untuk membantu atau membujuk calon pembeli
untuk membeli produk yang ditawarkan.
3) Perencanaan promosi
Kotler & Keller (2009) menyatakan dalam menggunakan
promosi, produsen harus melewati beberapa tahap:
a)
Menetapkan tujuan-tujuan promosi
(1) Bagi konsumen
Meliputi upaya mendorong pembelian unit-unit yang
berukuran lebih besar, menciptakan pengujian produk di
antara non pemakai, dan menarik orang yang beralih merek
dari pesaing.
(2) Bagi pengecer
Meliputi upaya membujuk pengecer menjual produk baru
dan mempunyai tingkat persediaan, mendorong pembelian
dari luar musim, mendorong penyediaan produk-produk
terkait,
mengimbangi
promosi
pesaing,
membangun
28
kesetiaan merek, dan memperoleh pintu masuk ke gerai
eceran baru.
(3) Bagi wiraniaga
Meliputi upaya mendorong dukungan terhadap produk atau
model baru, mendorong pencarian calon pelanggan yang
lebih banyak, dan merangsang penjualan di luar musim.
b) Memilih alat promosi konsumen
Dalam mempergunakan alat promosi konsumen, harus dilakukan
perhitungan jenis pasar, tujuan promosi, keadaan pesaing, dan
efektivitas biaya untuk setiap alat.
c)
Memilih alat promosi perdagangan
Produsen menggunakan sejumlah alat promosi perdagangan di
antaranya sebagai berikut.
(1) Membujuk pengecer atau pedagang besar menjual mereknya,
(2) Membujuk pengecer atau pedagang besar menjual lebih
banyak unit daripada jumlah normalnya,
(3) Mendorong pengecer mempromosikan merek tersebut
dengan mamajang, memamerkan, dan melakukan penurunan
harga,
(4) Merangsang pengecer dan pramuniaganya mendorong
penjualan produk tersebut.
29
d) Memilih alat promosi bisnis dan promosi tenaga penjual
Alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan petunjuk bisnis,
membuat pelanggan terkesan dan memberi imbalan kepada
mereka, memotivasi tenaga penjual untuk bekerja keras.
e)
Mengembangkan program
Dalam merencanakan program promosi penjualan, pemasar
makin menggabungkan beberapa media ke dalam satu konsep
kampanye total. Dalam memutuskan menggunakan insentif
tertentu, pemasar mempunyai beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut.
(1) Pemasar harus menentukan besarnya insentif tersebut,
(2) Pemasar harus menentukan waktu promosi,
(3) Pemasar harus memilih saluran distribusi,
(4) Manajer pemasaran harus menciptakan kondisi agar orang
berpartisipasi,
(5) Manajer pemasaran harus menentukan waktu promosi.
f)
Pra-pengujian,
implementasi,
pengendalian,
dan
evaluasi
program
Walaupun sebagian besar program promosi penjualan dirancang
berdasarkan pengalaman, seharusnya dilakukan pra-pengujian
untuk menentukan apakah alat tersebut tepat, apakah besarnya
insentif itu optimal, dan apakah metode penyajian tersebut
efisien. Manajer pemasaran harus menyiapkan rencana penerapan
30
dan pengendalian untuk masing-masing promosi yang mencakup
persiapan dan waktu penjualan. Untuk mengevaluasi program
tersebut, produsen dapat menggunakan tiga metode: data
penjualan, survei konsumen, dan eksperimen.
4) Fungsi promosi dalam pemasaran
Machfoedz (2010) menyatakan promosi dapat memenuhi tujuan
komunikasi tertentu yang tidak dapat dicapai dengan teknik lain:
a)
Strategi promosi
Promosi dapat membuat konsumen yang tidak mengenal suatu
produk jadi mencobanya, dan membujuknya untuk membeli.
Demikian fungsi promosi untuk menarik prospek sehingga
menjadi konsumen. Promosi dapat mendorong produk melalui
saluran distribusi dengan menciptakan merek yang dikenal luas
oleh konsumen sepanjang saluran rangkaian pembelian. Tujuan
promosi merupakan tindakan yang menuntut pokok perhatian
yaitu dengan menunjukkan tiga tujuan:
(1) Meningkatkan permintaan oleh konsumen rumah tangga atau
industri,
(2) Meningkatkan volume pemasaran oleh penyalur,
(3) Melengkapi
dan
mengkordinir
aktivitas
penjualan personal, dan hubungan masyarakat.
periklanan,
31
b) Tujuan promosi
Promosi dimaksudkan untuk mengubah perilaku konsumen:
(1) Membangun citra merek
Membangun citra produk melalui merek memerlukan jangka
waktu yang panjang. Promosi, dalam bentuk harga obral,
premi, kupon, atau dalam bentuk insentif lain yang saling
berhubungan, lebih cepat dari pada periklanan. Setiap ide
promosi harus dipertimbangkan bukan hanya untuk
meningkatkan titik awal, melainkan membangun hubungan
dan menunjukkan ciri khas merek.
(2) Pengenalan produk baru
Periklanan dan promosi dapat diterapkan bersama-sama pada
pengenalan produk dan jasa baru. Untuk menunjukkan
strategi promosi dalam pengenalan produk baru, tantangan
pertama adalah menumbuhkan kepercayaan kepada produk.
Tantangan tersebut diperlukan kekuatan periklanan yang
nyata. Tindakan tersebut akan lebih sempurna apabila
periklanan dipadukan promosi yang sesuai, agar merek yang
diperkenalkan jadi lebih menarik. Selain diperkenalkan,
produk baru harus ditawarkan keunggulannya dibandingkan
produk pesaing, untuk membuka pasar dengan menarik
konsumen baru.
32
3.
Perilaku konsumen
Engel dkk. (1994) menyatakan perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
itu.
Sumarwan (2011) menyatakan perilaku konsumen sebagai perilaku yang
diperlihatkan
konsumen
dalam
mencari,
membeli,
menggunakan,
mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka.
Mangkunegara (2009) menyatakan perilaku konsumen didefinisikan
sebagai tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha
memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa ekonomis termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakantindakan tersebut.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis
yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, ketika menggunakan, dan setelah menggunakan produk dan jasa
yang mereka harapkan akan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
mereka.
Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen yaitu proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang kesemuanya itu melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan
33
jasa-jasa secara ekonomis. Individu-individu yang melakukan pembelian untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya dapat
dinamakan konsumen akhir. Tetapi bukan berarti individu lain tidak terlibat
dalam proses terjadinya pembelian, bagaimanapun juga banyak individu yang
akan terlibat dalam pengambilan keputusan untuk membeli. Masing-masing
individu yang terlibat dan mempunyai peranan sendiri-sendiri. Kotler & Keller
(2009) menyatakan macam peran dalam perilaku konsumen:
a.
Pencetus ide
Seseorang yang pertama kali mengusulkan ide untuk membeli suatu
produk atau jasa tertentu.
b.
Pemberi pengaruh
Seseorang yang pandangan atau pendapatnya mempengaruhi keputusan
pembelian.
c.
Pengambil keputusan
Seseorang yang memutuskan setiap komponen dalam keputusan
pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli, atau di
mana membeli.
d.
Pembeli
Seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
e.
Pemakai
Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa
tersebut.
Dalam pembelian, peranan pengambil keputusan adalah peranan yang
34
terpenting karena produsen dapat meneliti siapa dalam keluarga yang
memutuskan suatu pembelian untuk kemudian mengarahkan promosi kepada
keluarga itu.
Memahami perilaku konsumen adalah sesuatu yang cukup rumit,
kerumitan permasalahan disebabkan banyaknya variabel yang saling
mempengaruhi dan kecenderungan untuk saling berinteraksi. Agar dapat
memahami perilaku konsumen yang baik diperlukan suatu kerangka model
yang merupakan penyederhanaan keadaan nyata serta secara jelas
menerangkan arus proses pengambilan keputusan. Dengan model yang
diharapkan dapat membantu analisis untuk berfikir secara logis dan sistematis
Dharmmesta & Irawan (1990).
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang
berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, terutama yang
kepentingan umumnya adalah pemasaran, pendidikan, perlindungan konsumen
dan kebijakan umum.
4.
Keputusan pembelian
Kotler & Keller (2009) menyatakan keputusan pembelian adalah tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar
membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan.
35
Kotler dan Keller (2009) menyatakan ada lima tahap proses keputusan
pembelian. Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan
dalam sebuah model di bawah ini.
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Gambar 1. Model Proses Pembelian Lima Tahap
Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima
tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi,
khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi.
Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai.
a.
Pengenalan kebutuhan
Proses membeli dimulai dengan pengenalan kebutuhan. Konsumen akan
menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan
yang diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari
dalam diri atau dari luar diri konsumen, misalnya kebutuhan orang normal
adalah haus dan lapar. Kebutuhan ini akan terus meningkat hingga
mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan
berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Seseorang telah belajar
bagaimana mengatasi dorongan tersebut dan mereka akan didorong kearah
satu jenis objek yang diketahui akan memuaskan dorongan tersebut. Oleh
karena itu, para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu
36
kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen (Kotler & Keller, 2009).
b.
Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang akan kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Terdapat dua level rangsangan.
Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan
perhatian. Pada level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap
informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif
mencari informasi, mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Kotler & Keller
(2009) menggolongkan sumber informasi konsumen ke dalam empat
kelompok:
1) Sumber pribadi, terdiri dari keluarga; teman; tetangga; kenalan,
2) Sumber komersial, terdiri dari iklan; wiraniaga; penyalur; kemasan;
pajangan di toko,
3) Sumber publik, terdiri dari media massa, organisasi penentu peringkat
konsumen,
4) Sumber pengalaman, terdiri dari penanganan; pengkajian; dan
pemakaian produk.
c.
Evaluasi alternatif
Informasi yang didapat dari calon konsumen digunakan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang
dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus
37
berusaha
memahami
cara
konsumen
mengenal
informasi
yang
diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan
keputusan untuk membeli. Kotler & Keller (2009) menjelaskan beberapa
konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen:
1) Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan,
2) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk atau jasa,
3) Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan
manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
d.
Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek
yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga membentuk
niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun faktor sikap orang
lain akan berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Kotler
& Keller (2009) menyatakan sejauh mana sikap orang lain dalam
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua
hal:
1) Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai
konsumen,
2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin
gencar sikap negatif orang lain, konsumen akan semakin mengubah
niat pembeliannya, keadaan sebaliknya juga berlaku.
38
e.
Perilaku pasca pembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan,
maka konsumen akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut
menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan.
Sebaliknya bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya
maka keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung
untuk menjadi lebih kuat. Oleh karena itu, pemasar harus memantau
kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian
produk pasca pembelian (Kotler & Keller, 2009).
5.
Pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian
Kotler & Keller (2009) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam memutuskan melakukan pembelian: budaya, sosial,
pribadi dan psikologis. Faktor-faktor ini memberi pengaruh yang cukup
signifikan terhadap konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.
a.
Faktor budaya.
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam
terhadap perilaku, mencakup kultur, sub budaya, dan kelas sosial. Budaya
adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang
dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting
lainnya.
Setiap perilaku konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan
norma budaya yang berlaku pada suatu daerah, untuk itu produsen harus
mengetahui budaya daerah yang ditargetkan untuk memasarkan
39
produknya.
Sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai bersama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Sub kebudayaan
meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
Bagian pemasaran harus merancang produk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen
dan tersusun rapi dan anggota-anggotanya memiliki nilai-nilai,
kepentingan dan perilaku yang sama Kelas sosial tidak ditentukan oleh
satu faktor saja, misalnya pendapatan, tetapi ditentukan sebagai suatu
kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kesejahteraan.
b.
Faktor sosial.
Selain faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan
status. Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap perilaku seseorang. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat, dan anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku
konsumen, sedangkan peran status seseorang yang berpartisipasi
diberbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Setiap orang
akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya,
sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap peran.
Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
40
diberikan oleh masyarakat, sehingga seseorang sering memilih produk
untuk menunjukkan status mereka dalam masyarakat.
c.
Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup dan kepribadian. Usia berhubungan erat dengan
perilaku dan selera seseorang, dengan bertambahnya usia seseorang diikuti
pula dengan berubahnya selera terhadap produk begitu juga dengan faktor
pekerjaan dan keadaan ekonominya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan dari seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan,
sedangkan kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda
dari setiap orang.
d.
Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi pilihan pembelian yaitu
motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap. Motivasi
adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak,
sedangkan persepsi adalah proses bagaimana seseorang memilih,
mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan
gambaran yang berarti. Pengetahuan atau pembelajaran diartikan sebagai
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
Keyakinan adalah pemikiran diskriptif yang dianut seseorang tentang
suatu hal, sedangkan sikap diartikan sebagai evaluasi, perasaan,
emosional, dan tindakan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.
41
Dalam perilaku konsumen yang dipengaruhi faktor budaya, sosial,
pribadi dan psikologis dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelian
suatu produk khususnya dalam pengambilan keputusan. Para pembeli
dipengaruhi oleh empat faktor tersebut meskipun pengaruhnya pada setiap
konsumen berbeda-beda.
Untuk
itu
dalam
melakukan
promosi,
perusahaan
harus
mempertimbangkan keempat faktor tersebut. Strategi promosi yang
dilakukan perusahaan akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam
mempengaruhi konsumen dengan mempertimbangkan perilaku konsumen
yang menjadi sasaran produknya.
6.
Profil produk losion anti nyamuk Autan®
Losion anti nyamuk Autan® atau losion repellent Autan® merupakan salah
satu merek sediaan obat luar berbentuk losion yang mempunyai aktivitas
sebagai repellent. Repellent adalah suatu senyawa yang beraksi secara lokal
yang mempunyai kemampuan mencegah serangga (termasuk nyamuk) untuk
terbang, mendarat, atau menggigit pada permukaan kulit manusia (Nerio dkk.,
2010)
Produk ini pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 1987 oleh PT.
Walet Kencana Perkasa anak perusahaan dari Bayer Company. Tetapi pada
awal tahun 2013, Autan® diakuisisi, dipasarkan dan diproduksi oleh PT.
Johnson Home Hygiene Product (PT. JHPP) dan telah terintegrasi dengan
perusahaan SC Johnson & Sons Inc. (SC Johnson).
42
Di awal kemunculannya, losion anti nyamuk Autan® memiliki 3 varian
pembeda, di antaranya varian kuning untuk Eau de Cologne; varian hijau untuk
Tropical; dan varian pink untuk Fresia sebagai produk unggulan. Pada tahun
2009, Autan® membuat suatu terobosan dengan menggunakan tambahan
ekstrak lidah buaya untuk memberikan sensasi lembut di kulit.
Dewasa ini, losion anti nyamuk Autan® mempunyai 4 varian yang dijual
di pasaran: varian pink untuk Soft and Scented (losion tube 50 mL dan sachet
7 mL), varian kuning untuk Family (losion tube 50 mL dan sachet 7mL), varian
hijau untuk Junior (losion tube 50 mL dan sachet 7 mL), varian biru untuk
Refresh (losion tube 50 mL). Masing-masing varian mengandung zat aktif
DEET (Dietil Toluamida) yang berbeda-beda. Untuk varian pink dan kuning
mengandung DEET sebesar 15%, varian hijau mengandung DEET sebesar
12,5%, dan varian biru mengandung DEET sebesar 25%.
Harga yang diberikan untuk satu kemasan sachet adalah Rp500,00; dan
untuk satu kemasan tube adalah Rp10.000,00. Promosi produk dilakukan
melalui iklan-iklan pada media cetak, media elektronik, dan berupa pengenalan
mulut ke mulut. Cara word to word inilah yang biasanya digunakan oleh
konsumen Autan®. Produk ini dapat dijumpai di toko-toko, supermarket,
apotek, dan agen yang langsung menjajakan produknya dari orang-orang.
Produk ini telah memiliki nomor izin edar PKD (Perbekalan Kesehatan
dalam Negeri) dari Kementrian Kesehatan. Untuk varian pink nomor izin
edarnya PKD 30702900108 dengan nomor pendaftaran RI 06080120042046,
varian kuning nomor izin edarnya PKD 30702900109 dengan nomor
43
pendaftaran RI 2046/7-2008/T, varian hijau nomor izin edarnya PKD
30702500255 dengan nomor pendaftaran RI 06080119981382, dan varian biru
nomor izin edarnya PKD 06080120103709 dengan nomor pendaftaran RI
06080120103709. Seluruh produk losion anti nyamuk Autan® diproduksi oleh
PT. Johnson Home Hygiene Product.
F. Landasan Teori
Bauran pemasaran merupakan semua hal yang ada di dalam perusahaan yang
dapat mempengaruhi demand/permintaan atas produk, yang dikelompokkan ke
dalam 4 variabel yang dikenal dengan 4-P yaitu product, price, place, promotion
(Sampurno, 2008). Banyak penelitian yang mengangkat tentang permasalahan
bauran pemasaran ini, diantaranya adalah adanya analisis bauran pemasaran yang
dilakukan pada tabungan sutera BPD DIY (Norhadi, 1996). Dapat dikatakan bahwa
konsep bauran pemasaran menjadi salah satu strategi perusahaan dalam menjaring
kosumen dengan mengerti apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Dalam beberapa penelitian sebelumnya, variabel produk paling berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Toyota Yaris pada PT. Hadji Kalla
Cabang Alauddin Makassar (Rifai, 2014), variabel harga berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda pada toko Sekar Sari di
Denpasar (Adinata & Suasana, 2013), variabel distribusi berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan volume pembelian, produk sari buah mengkudu pada CV
Morinda House di Bogor (Ngaini & Maretno, 2005), variabel promosi berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian ponsel pintar Samsung (Sultan, 2014),
44
variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara simultan mampu
mempengaruhi konsumen dalam memberikan keputusan pembelian teh celup
Sariwangi (Khumaidi, 2013), variabel produk mempunyai pengaruh paling tinggi
terhadap keputusan pembelian teh botol Sosro dalam kemasan (Lembang, 2010),
dan variabel produk paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian obat batuk
Vicks Formula 44 di Swalayan ADA Semarang (Gunawan, 2011).
Penelitian yang dilakukan penulis di sini ditekankan kepada komponenkomponen bauran pemasaran yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan ® pada
mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Diyakini, dari keempat komponen bauran
pemasaran tersebut ada yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi konsumen
untuk melakukan keputusan pembelian produk tersebut.
G. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat
disusun sebuah kerangka berfikir seperti yang tersaji dalam gambar 2.
Bauran Pemasaran (X)
Produk (X1)
Harga (X2)
Keputusan Pembelian (Y)
Distribusi (X3)
Promosi (X4)
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
45
H. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dibuat hipotesis:
1.
Variabel produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada.
2.
Variabel harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada.
3.
Variabel distribusi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada.
4.
Variabel promosi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa Universitas
Gadjah Mada.
5.
Variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan®
pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
6.
Variabel produk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
keputusan pembelian produk losion anti nyamuk Autan® pada mahasiswa
Universitas Gadjah Mada.
Download