Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Laporan Keuangan
2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Dalam PSAK No. 1 Tahun 2015 disebutkan bahwa :
“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan
ekonomik.”
Sedangkan menurut Fahmi (2011: 2), laporan keuangan adalah:
“Suatu informasi
yang menggambarkan kondisi keuangan suatu
perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai
gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan suatu informasi yang menggambarkan keadaan mengenai posisi
keuangan, kondisi keuangan, dan kinerja keuangan suatu entitas pada periode tertentu
yang berguna bagi pihak yang membutuhkan untuk pengambilan keputusan.
13
14
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam PSAK No.1 (2015) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: aset; liabilitas; ekuitas;
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; kontribusi dari dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun
internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka
butuhkan dari sumber perusahaan langsung.
2.1.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat informasi
dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakai. Berikut adalah karakteristik
tersebut menurut Kieso, Warfield, dan Weygant (2011:44) :
1. Dapat dipahami (understandability)
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus dapat dengan
mudah dipahami oleh pemakai.
15
2. Relevansi (relevance)
Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan.
3. Realibilitas (reliability)
Informasi akuntansi dianggap handal jika :
a. Dapat diverifikasi (verifiability)
b. Disajikan secara tepat (representational faithfulness)
c. Bebas dari kesalahan dan bias (neutrality)
4. Komparabilitas
Informasi dari berbagai perusahaan telah diukur dan dilaporkan dengan cara
yang sama dan dapat diperbandingkan dengan informasi keuangan pada
laporan keuangan tahun sebelumnya dan laporan keuangan antar
perusahaan.
5. Konsistensi
Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama
untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas
tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi.
2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK No. 1 tahun 2015 terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
Berisikan informasi tentang posisi keuangan, yaitu keadaan asset, liabilitas,
dan ekuitas dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu.
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode.
Melaporkan kinerja atau hasil usaha suatu entitas selama suatu periode
tertentu.
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
Melaporkan perubahan ekuitas suatu entitas yang terjadi selama suatu
periode tertentu.
d. Laporan arus kas selama periode.
Menjelaskan perubahan saldo kas dan setara kas pada awal dan akhir
periode, rincian arus kas masuk dan keluar suatu entitas selama suatu
periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan.
Berfungsi untuk memberikan penjelasan tambahan atas rincian unsur-unsur
laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, atau penjelasan yang bersifat kualitatif.
16
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif.
Disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan.
2.1.1.5 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 tahun 2015 terdapat beberapa pengguna laporan
keuangan dengan kebutuhan informasi yang berbeda yaitu:
a. Investor
Untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau
menjual investasi tersebut.
b. Karyawan
Untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan
pascakerja, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman
Untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada
saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat
jatuh tempo.
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan, atau bergantung pada entitas.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan untuk mengatur aktivitas
entitas menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
entitas serta rangkaian aktivitasnya.
17
2.1.2
Analisis Rasio Keuangan
2.1.2.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2008:297) analisis rasio keuangan yaitu bahwa angka yang
didapatkan dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut
dapat ternilai secara cepat.”
Sedangkan menurut Warsidi dan Bambang (2000), analisis rasio keuangan
adalah:
“Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan,
yang ditujukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan
atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan pola
perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukan risiko dan peluang yang
melekat pada perusahaan yang bersangkutan.”
Sedangkan menurut Munawir, S (2004:64) dalam RH Suryawardhana (2010)
analisis rasio keuangan adalah :
“Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical
relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan analisa berupa rasio ini dapat menjelaskan atau memberikan
gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan posisi
keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah alat yang
digunakan untuk mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh suatu
18
perusahaan di bidang keuangan, dalam menjelaskan atau memberikan gambaran
dengan membandingkan angka-angka yang satu dengan yang lainnya dari suatu
laporan keuangan.
2.1.2.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Adapun manfaat yang dapat diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan
menurut Fahmi (2013:109) yaitu:
a. Untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
b. Bagi pihak manajemen bermanfaat sebagai rujukan untuk membuat
perencanaan.
c. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan
dari perspektif keuangan.
d. Bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko
yang akan dihadapi, dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan
pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
e. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
2.1.2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2010:110), beberapa rasio keuangan dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Rasio Likuiditas
Weston (dalam Kasmir 2010:110) menyebutkan bahwa :
“Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.”
Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi
utang (membayar) tersebut, terutama utang yang sudah jatuh tempo. Jenisjenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
b. Rasio Sangat Lancar (Qiuck Ratio)
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
d. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)
19
2. Rasio Leverage atau Solvabilitas
Rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang dan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Jenis-jenis rasio solvabilitas atau leverage antara lain :
a. Debt to Assets Ratio
b. Debt to Equity Ratio
c. Long Term Debt to Equity Ratio
d. Times Interest Earned
e. Fixed Charge Coverage
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa
penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain :
a. Profit Margin (Profit Margin on Sales)
b. Return on Assets (ROA)
c. Return on Equity (ROE)
d. Laba per Lembar Saham (EPS)
e. Rasio Pertumbuhan
f. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang
penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya.
Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Jenis-jenis rasio aktivitas yaitu sebagai berikut :
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
b. Hari rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable)
c. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
d. Perputaran Aktiva Tetap (fixed Assets Turnover)
e. Perputaran Aktiva (Assets Turnover)
20
2.1.3
Profitabilitas
2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas
Pengertian profitabilitas menurut Harahap (2009:304) adalah sebagai berikut:
“rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.”
Sedangkan menurut Fahmi (2013:135) rasio profitabilitas adalah :
“Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditujukam oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuangan perusahaan.”
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan
baik yang berhubungan dengan penjualan, jumlah aktiva maupun modal sendiri.
Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuangan perusahaan.
2.1.3.2 Ukuran Rasio Profitabilitas
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah
earning per share (EPS). Dimana pengertian earning per share (EPS) menurut
Kasmir (2012:207) adalah rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai
buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
21
keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum
berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi,
kesejahteraan pemegang saham akan meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat
pengembaliannya yang tinggi. Sedangkan menurut Syamsudin (2007: 66) earning per
share (EPS) merupakan rasio yang banyak diperhatikan oleh calon investor, karena
informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan dapat
menggambarkan prospek earning perusahaan masa depan. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa EPS merupakan laba bersih yang siap
dibagikan kepada para pemegang saham dan sebagai tolak ukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan. Pada umumnya, manajemen perusahaan,
pemegang saham biasa dan calon pemegang saham tertarik akan EPS, karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
Secara matematis rumus EPS menurut Kasmir (2010:115) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
2.1.4
ℎ
(
)=
(
)
Leverage
2.1.4.1 Pengertian Leverage
Menurut Fahmi (2011) dalam Anjani (2014) Rasio leverage adalah mengukur
seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi
akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori
22
extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang
tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya
perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak di ambil dan dari mana
sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Investor akan melihat
jumlah hutang perusahaan. Apabila hutang perusahaan besar, maka investor akan
mempertimbangkannya terlebih dahulu sebelum melakukan investasi.
2.1.4.2 Ukuran Rasio Leverage
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur leverage adalah
debt asset ratio (DAR). Pengertian DAR menurut Kasmir (2010:112) adalah rasio
yang mengukur proporsi total aset dibiayai oleh kreditur perusahaan. Sedangkan
menurut
Syamsuddin
(2007:67) dalam
Sambora (2014) DAR
merupakan
perbandingan antara jumlah utang dengan modal total aktiva. Hal ini berarti semakin
tinggi nilai DAR maka semakin tinggi pula resiko bagi kreditur dan sebaliknya DAR
yang kecil belum tentu lebih baik dari DAR yang besar karena mencapai tingkat laba
yang diharapkan perusahaan membutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan
demikian, besar kecilnya DAR selalu diikuti besar kecilnya resiko pula, sehingga
DAR berpengaruh baik positif maupun negatif.
Rumus yang digunakan untuk menghitung debt asset ratio (DAR) menurut
Fahmi (2013:127) adalah:
Debt Assets Ratio :
23
2.1.5
Diversifikasi Perusahaan
Diversifikasi
perusahaan merupakan
usaha
penganekaragaman
produk
(bidang usaha) atau lokasi perusahaan yang dilakukan suatu perusahaan untuk
memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil, ini
dilakukan perusahaan untuk mengatasi krisis ekonomi, sehingga apabila suatu
perusahaan mengalami kemerosotan pendapatan di salah satu produk atau
negara/daerah, di produk atau negara/daerah lain mendapatkan kelebihan pendapatan,
sehingga kekurangan yang terjadi bisa tertutupi. Biasanya hal ini dilakukan oleh
perusahan besar Multi Nasional Coorporation (MNC) karena dengan demikian
perusahaan dapat menjamin pendapatan/arus kas yang lebih stabil sehingga
meningkatkan kepercayaan kepada pemegang saham. Menurut Coulter (2002) dalam
Lukman, Randhi Pradana (2014) strategi diversifikasi adalah :
“Strategi diversifikasi didefinisikan sebagai strategi pertumbuhan perusahaan
dimana perusahaan melakukan ekspansi operasinya dengan memasuki
industry yang berbeda.”
Sedangkan menurut Harto (2005) dalam Aryati, Titik (2013) mendefinisikan
diversifikasi perusahaan sebagai bentuk pengembangan usaha dengan cara
memperluas jumlah segmen secara bisnis maupun geografis maupun memperluas
market share yang ada atau mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuka lini usaha baru, memperluas lini produk
yang ada, memperluas wilayah pemasaran produk, membuka kantor cabang,
24
melakukan merger dan akuisisi untuk meningkatkan skala ekonomis dan cara yang
lainnya.
Diversifikasi dalam penelitian ini mengacu kepada diversifikasi geografis.
Proxy yang digunakan untuk mengukur diversifikasi adalah Herfindahl Index, yang
dihitung dengan berdasarkan distribusi penjualan masing-masing segmen bisnis dari
suatu perusahaan. Herfindahl Index (HERF) dikalkulasi dengan menggunakan rumus
berikut:
HERFit = ∑ (SSale / Sales)2
Dimana HERFit adalah revenue-based Herfindahl Index untuk perusahaan (i)
pada tahun (t) ; SSale adalah penjualan dari masing-masing segmen perusahaan ;
Sales adalah penjualan total dari semua segmen perusahaan (i) pada tahun (t). Nilai
indeks HERF akan sama dengan 1 untuk perusahaan bersegmen tunggal dan kurang
dari 1 untuk perusahaan dengan lebih dari satu segmen bisnis. Sehingga, semakin
kecil nilai indeks tersebut, semakin tinggi nilai diversifikasinya.
2.1.6
Harga Saham
2.1.6.1 Pengertian Harga Saham
Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Perkembangan harga
saham merupakan perubahan harga saham yang terjadi di pasar bursa yang ditentukan
oleh penawaran dan permintaan saham yang bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto,
25
2010:98). Menurut Tandelilin (2010), persoalan mendasar bagi setiap investor di
pasar modal adalah bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta
melakukan peramalan terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan investasi.
Menurut Rusdin (2008: 66), harga saham adalah:
“Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau
kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka
harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak
orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan bergerak turun.”
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010) dialihbahasakan oleh Dewi
(2010: 7), harga saham adalah:
“Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi
kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga
saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung
pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “ratarata” jika investor membeli saham.”
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga saham
ditentukan oleh penawaran dan permintaan saham oleh para investor. Semakin baik
kondisi perusahaan maka akan semakin banyak investor yang tertarik terhadap
sahamnya. Dan harga saham pun akan meningkat karena permintaan saham tinggi.
2.1.6.2 Jenis-jenis Harga Saham
Menurut Widoatmojo (2009: 91) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
26
a. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
b. Harga Perdana
Harga yang didapatkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek.
c. Harga Pasar
Harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Jika pasar
sudah ditutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price).
2.1.6.3 Analisis Harga Saham
Menurut Sunariyah (2006: 168-179) ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang
paling banyak digunakan, yaitu:
a. Pendekatan tradisional
Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional
digunakan dua analisis yaitu:
1. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses
permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang
dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga
gabungan atau individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.
Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar
(market analysis) atau analisis internal (internal analysis).
2. Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan
bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang
diestimasi oleh para investor untuk menganalisis. Nilai intrinsik
merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang
dikombinasikan untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan dan
suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi intrinsik
kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang. Harga pasar
saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya.
b. Pendekatan Portofolio Modern
Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa
dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar
27
efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara
menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.
2.1.6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Tandelilin (2010)
secara garis besar dapat dikelompokan kedalam tiga golongan, yaitu:
a. Pengaruh dari Luar
1. Permintaan dan Penawaran
Harga saham akan terbentuk melalui jumlah permintaan dan penawaran
terhadap suatu saham. Jumlah permintaan dan penawaran akan
mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari
permintaan maka pada umumnya kurs harga saham akan turun.
Sebaliknya, jika permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap
suatu saham maka harga saham tersebut akan cenderung naik.
2. Tingkat Efisiensi Pasar Modal
Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan
mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang
relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga saham. Efisiensi
pasar modal ditentukan oleh seberapa besar pengaruh informasi yang
relevan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi.
Perubahan saham dipengaruhi oleh:
a. Tingkat inflasi suatu negara
b. Tingkat pajak
b. Perilaku Investor
Pemodal-pemodal yang termasuk ke pasar modal berasal dari macammacam kelangkaan masyarakat dengan tujuan yang variatif pula jika dari
sisi tujuannya, maka pemodal dapat dikelompokan kedalam empat kriteria,
yaitu:
1. Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen
Kelompok ini akan fokus pada perusahaan yang sudah sangat stabil
posisi keuangannya. Harapan utama kelompok ini adalah memperoleh
dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun atau setiap periode
pembagian dividennya.
2. Pemodal yang bertujuan untuk berdagang
Kelompok ini dalam pembelian saham bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan harga jual
saham dalam pendapatan mereka didasarkan atas jual beli saham
tersebut.
28
3. Kelompok spekulator
Kelompok ini menyukai saham-saham perusahaan yang belum
berkembang akan tetapi diyakini akan berkembang dengan baik.
Spekulator umumnya memiliki peranan yang kuat dalam meningkatkan
aktivitas pasar sekaligus meningkatkan likuiditas saham pada setiap
kegiatan pasar modal.
c. Kinerja Keuangan Emiten
Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting
dalam penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebbakan oleh kinerja
emiten merupakan faktor yang objektif dan representatif dalam
menggambarkan harga saham. Kinerja emiten sering diukur dengan
informasi keuangan yang dihasilkan selama satu periode tertentu yang
tercermin dalam laporan keuangan. Informasi keuangan adalah salah satu
alat yang sering digunakan investor untuk menilai harga saham dan
membantu dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Sedangkan menurut Fahmi (2012: 89), ada beberapa kondisi dan situasi yang
menentukan suatu saham itu akan berfluktuasi, yaitu:
a. Kondisi mikro dan makroekonomi.
b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka
di domestik maupun luar negeri.
c. Pergantian direksi secara tiba-tiba.
d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana
dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
f. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh
dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.
2.2
Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini
ditampilkan dalam tabel berikut:
29
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Peneliti
Judul
Indah
Nurmalas
ari (2009)
Analisis
Pengaruh
Rasio
Profitabilitas
Terhadap
Harga Saham
Hasil
Hasil
penelitian
dari
Uji-t
menunjukkan ROA
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
dan
hubungan positif.
Sedangkan
ROE
menunjukkan hasil
tidak
memiliki
pengaruh
yang
signifikan.
Hasil
penelitian
NPM
terhadap
harga
saham
diketahui
tidak
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
dan
hubungan negatif.
Sedangkan
EPS
terhadap
harga
saham mempunyai
pengaruh signifikan
dan
hubungan
positif.
Meythi,
Pengaruh
Hasil
penelitian
Tan
Likuiditas
menunjukkan
Kwang
dan
secara
parsial,
En, Linda Profitabilitas likuiditas
yang
Rusli
Terhadap
diukur
dengan
(2015)
Harga Saham current ratio dan
Perusahaan
profitabilitas yang
Manufaktur
diukur
dengan
yang
Earning Per Share
Terdaftar di (EPS)
tidak
BEI
berpengaruh
signifikan terhadap
harga
saham.
Sedangkan secara
simultan, likuiditas
dan profitabilitas
Persamaan
Perbedaan
a. Variabel
a. Menambah
independen
variabel
yaitu Rasio
independen
Profitabilita
yaitu
s
leverage
b. Variabel
dan
dependen
Diversifika
yaitu harga
si
saham.
b. Unit
analisis,
yaitu pada
perusahaan
manufaktur
sektor
industri
barang
konsumsi
yang
terdaftar di
BEI tahun
2011-2015.
a. Variabel
a. Menambah
independen
variabel
yaitu
independen
Likuiditas
yaitu
(current
Diversifika
ratio) dan
si
Profitabilita
Perusahaan
s (EPS)
dan
b. Variabel
menghilan
dependen,
gkan rasio
yaitu harga
likuiditas.
saham.
b. Unit
analisis,
yaitu pada
perusahaan
manufaktur
30
No
Peneliti
Judul
Hasil
Persamaan
berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.
3.
Okky
Safitri,
Sinarwati,
Anantawi
krama
Tungga
Atmadja
(2015)
Analisis
Pengaruh
Profitabilitas,
Likuiditas,
dan Leverage
terhadap
Return
Saham pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di
BEI
tahun
2009-2013
Hasil penelitian
menunjukkan
profitabilitas,
likuiditas, dan
leverage secara
bersama-sama
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap return
saham pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2009-2013.
a. Variabel
independen
yaitu
Profitabilit
as (ROE),
Likuiditas
(Debt
Ratio), dan
Leverage
(Current
Ratio)
b. Variabel
dependen,
yaitu harga
saham.
4.
Andri
Prasetyo
(2013)
Pengaruh
Leverage dan
Profitabilitas
Terhadap
Harga Saham
pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di
BEI
tahun
2009-2011
Hasil
penelitian a. Variabel
menunjukkan
independen
secara
parsial
yaitu
bahwa Debt Assets
Leverage
Ratio berpengaruh
(Debt
signifikan negatif
Ratio
&
terhadap
harga
Debt
to
saham, sedangkan
Equity
Debt Equity Ratio
Ratio),
dan Gross Provit
Profitaabili
Margin
tas (Gross
berpengaruh positif
Provit
terhadap
harga
Margin).
Perbedaan
sektor
industri
barang
konsumsi
yang
terdaftar di
BEI tahun
2011-2015.
a. Menambah
variabel
independen
yaitu
Diversifika
si.
Dan
menghilang
kan
variabel
likuiditas.
b. Unit
analisis,
yaitu pada
perusahaan
manufaktur
sektor
industri
barang
konsumsi
yang
terdaftar di
BEI tahun
2011-2015.
a. Menambha
kan
variabel
independen
yaitu
Diversifika
si.
b. Unit
analisis,
yaitu pada
perusahaan
manufaktur
sektor
31
No
Peneliti
Judul
5.
Vicky
Andriky
(2015)
Pengaruh
Leverage dan
Earning Per
Share
Terhadap
Harga Saham
pada
Perusahaan
Automotive
and
Allied
Products
yang
terdaftar di
BEI
6.
Octavilia
dan
Anastasia
(2014)
Efek
Diversifikasi
Perusahaan
Properti
Terhadap
Harga Saham
di Indonesia
Hasil
Persamaan
Perbedaan
saham.
Hasil secara
simultan atau
bersama-sama
bahwa Debt Ratio,
Debt Equity Ratio
dan Gross Provit
Margin
berpengaruh secara
signifikan positif
terhadap harga
saham.
Berdasarkan hasil
pengujian
dalam
penelitian
ini
diperoleh
hasil
bahwa setiap terjadi
peningkatan pada
jumlah
leverage
dan earning per
share maka akan
terjadi peningkatan
pada harga saham.
Semakin
tinggi
leverage
dan
earning per share
maka harga saham
akan
semakin
tinggi.
b. Variabel
dependen,
yaitu harga
saham.
industri
barang
konsumsi
yang
terdaftar di
BEI tahun
2011-2015.
Berdasarkan hasil
pengujian
dalam
penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa
saham-saham
property bergerak
bersama
secara
parsial
dalam
jangka
panjang,
saham-saham yang
a. Variabel a. Menambh
independen,
akan
yaitu
variabel
Leverage dan
independe
Earning Per
n,
yaitu
Share.
Diversifik
b. Variabel
asi.
dependen,
b. Unit
yaitu harga
analisis,
saham.
yaitu pada
perusahaa
n
manufaktu
r
sektor
industri
barang
konsumsi
yang
terdaftar di
BEI tahun
20112015.
a. Variabel a. Menambah
independen,
variabel
yaitu
independen,
diversifikasi yaitu
EPS,
prusahaan
DR.
properti.
b.Unit
b. Variabel analisis,
dependen,
yaitu
pada
yaitu harga perusahaan
saham.
manufaktur
32
No
Peneliti
Judul
Hasil
Persamaan
bergerak bersama
memiliki kesamaan
dalam NAV dan
strategi
diversifikasi
tipe
property,
dan
saham-saham
properti
dapat
bergerak
secara
bersama-sama
dalam
jangka
panjang.
2.3
Kerangka Pemikiran
2.3.1
Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
Perbedaan
sektor
industri
barang
konsumsi
yang
terdaftar di
BEI
tahun
2011-2015.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2009:304). Dalam
penelitian ini untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio earning per share
(EPS), merupakan rasio yang mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum
berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi,
kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat
pengembalian tinggi (Kasmir, 2012:207). Pada penelitian ini tercermin melalui
earning per share (EPS). Hal ini didukung oleh penelitian Indah Nurmalasari (2009),
yang menunjukkan bahwa earning per share memiliki pengaruh signifikan dan
hubungan positif terhadap harga saham.
33
2.3.2
Pengaruh Leverage terhadap Harga Saham
Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang (Fahmi, 2011 dalam Anjani 2014). Dalam penelitian ini untuk
mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio debt assets ratio (DAR) seperti yang
digunakan oleh Andri Prasetyo (2013) dan Vicky Andriky (2015), leverage
menekankan
peranan
penting
pendanaan
hutang
bagi
perusahaan
dengan
menunjukkan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang.
Menurut Prihadi (2008:91), semakin besar jumlah hutang maka semakin besar
potensi perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan kebangkrutan. Hal ini
didukung oleh penelitian Andri Prasetyo (2013) yang menunjukkan bahwa variabel
debt assets ratio (DAR) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham.
2.3.3
Pengaruh Diversifikasi Perusahaan terhadap Harga Saham
Diversifikasi diartikan dalam konteks varians rata-rata sebagai penghapusan
seluruh resiko non-sistematis (Seiler, Webb, dan Mayer, 1999). Menurut Harto
(2005) dalam Aryati, Titik (2013) mendefinisikan diversifikasi perusahaan sebagai
bentuk pengembangan usaha dengan cara memperluas jumlah segmen secara bisnis
maupun geografis maupun memperluas market share yang ada atau mengembangkan
berbagai produk yang beraneka ragam. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka lini
usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah pemasaran
produk, membuka kantor cabang, melakukan merger dan akuisisi untuk
34
meningkatkan skala ekonomis dan cara yang lainnya. Dalam penelitian ini
menggunakan Herfindahl Index sebagai indikator diversifikasi perusahaan, yang
dihitung dengan berdasarkan distribusi penjualan masing-masing segmen bisnis dari
suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, struktur hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen adalah sebagai berikut:
Analisis Rasio Keuangan
Rasio
Profitabilitas
(Earnings Per
Share)
Analisis Rasio Non Keuangan
Rasio
Leverage
(Debt Ratio)
Diversifikasi
Perusahaan
Harga Saham
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis Penelitian
Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
35
Rasio
Profitabilitas
(Earnings Per
Share)
X1
Rasio Leverage
(Debt Ratio)
X2
Harga Saham
Y
Diversifikasi
Perusahaan
X3
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
Hipotesis 1
HO1:
Profitabilitas yang diukur dengan earnings per share (EPS) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham secara parsial.
Ha1:
Profitabilitas yang diukur dengan earnings per share (EPS) tidak berpengaruh
terhadap harga saham secara parsial.
Hipotesis 2
HO2:
Leverage yang diukur dengan debt assets ratio (DAR) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham secara parsial.
Ha2:
Leverage yang diukur dengan debt assets ratio (DAR) tidak berpengaruh
terhadap harga saham secara parsial.
36
Hipotesis 3
HO3:
Diversifikasi perusahaan berpengaruh siginifikan terhadap harga saham secara
parsial.
Ha3:
Diversifikasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham secara
parsial.
Hipotesis 4
Ho4:
Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap harga saham secara simultan.
Ho4:
Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap harga saham secara simultan.
Download