BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Dalam PSAK No. 1 Tahun 2015 disebutkan bahwa : “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomik.” Sedangkan menurut Fahmi (2011: 2), laporan keuangan adalah: “Suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan keadaan mengenai posisi keuangan, kondisi keuangan, dan kinerja keuangan suatu entitas pada periode tertentu yang berguna bagi pihak yang membutuhkan untuk pengambilan keputusan. 13 14 2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Dalam PSAK No.1 (2015) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: aset; liabilitas; ekuitas; pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber perusahaan langsung. 2.1.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakai. Berikut adalah karakteristik tersebut menurut Kieso, Warfield, dan Weygant (2011:44) : 1. Dapat dipahami (understandability) Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus dapat dengan mudah dipahami oleh pemakai. 15 2. Relevansi (relevance) Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. 3. Realibilitas (reliability) Informasi akuntansi dianggap handal jika : a. Dapat diverifikasi (verifiability) b. Disajikan secara tepat (representational faithfulness) c. Bebas dari kesalahan dan bias (neutrality) 4. Komparabilitas Informasi dari berbagai perusahaan telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama dan dapat diperbandingkan dengan informasi keuangan pada laporan keuangan tahun sebelumnya dan laporan keuangan antar perusahaan. 5. Konsistensi Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. 2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK No. 1 tahun 2015 terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode. Berisikan informasi tentang posisi keuangan, yaitu keadaan asset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu. b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode. Melaporkan kinerja atau hasil usaha suatu entitas selama suatu periode tertentu. c. Laporan perubahan ekuitas selama periode. Melaporkan perubahan ekuitas suatu entitas yang terjadi selama suatu periode tertentu. d. Laporan arus kas selama periode. Menjelaskan perubahan saldo kas dan setara kas pada awal dan akhir periode, rincian arus kas masuk dan keluar suatu entitas selama suatu periode tertentu. e. Catatan atas laporan keuangan. Berfungsi untuk memberikan penjelasan tambahan atas rincian unsur-unsur laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, atau penjelasan yang bersifat kualitatif. 16 f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan. 2.1.1.5 Pengguna Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 tahun 2015 terdapat beberapa pengguna laporan keuangan dengan kebutuhan informasi yang berbeda yaitu: a. Investor Untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. b. Karyawan Untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan untuk mengatur aktivitas entitas menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya. 17 2.1.2 Analisis Rasio Keuangan 2.1.2.1 Definisi Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2008:297) analisis rasio keuangan yaitu bahwa angka yang didapatkan dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut dapat ternilai secara cepat.” Sedangkan menurut Warsidi dan Bambang (2000), analisis rasio keuangan adalah: “Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.” Sedangkan menurut Munawir, S (2004:64) dalam RH Suryawardhana (2010) analisis rasio keuangan adalah : “Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan analisa berupa rasio ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh suatu 18 perusahaan di bidang keuangan, dalam menjelaskan atau memberikan gambaran dengan membandingkan angka-angka yang satu dengan yang lainnya dari suatu laporan keuangan. 2.1.2.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan Adapun manfaat yang dapat diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan menurut Fahmi (2013:109) yaitu: a. Untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b. Bagi pihak manajemen bermanfaat sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi, dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. 2.1.2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2010:110), beberapa rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi : 1. Rasio Likuiditas Weston (dalam Kasmir 2010:110) menyebutkan bahwa : “Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.” Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut, terutama utang yang sudah jatuh tempo. Jenisjenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari : a. Rasio Lancar (Current Ratio) b. Rasio Sangat Lancar (Qiuck Ratio) c. Rasio Kas (Cash Ratio) d. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) 19 2. Rasio Leverage atau Solvabilitas Rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang dan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jenis-jenis rasio solvabilitas atau leverage antara lain : a. Debt to Assets Ratio b. Debt to Equity Ratio c. Long Term Debt to Equity Ratio d. Times Interest Earned e. Fixed Charge Coverage 3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain : a. Profit Margin (Profit Margin on Sales) b. Return on Assets (ROA) c. Return on Equity (ROE) d. Laba per Lembar Saham (EPS) e. Rasio Pertumbuhan f. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) 4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio aktivitas yaitu sebagai berikut : a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) b. Hari rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable) c. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) d. Perputaran Aktiva Tetap (fixed Assets Turnover) e. Perputaran Aktiva (Assets Turnover) 20 2.1.3 Profitabilitas 2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas Pengertian profitabilitas menurut Harahap (2009:304) adalah sebagai berikut: “rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.” Sedangkan menurut Fahmi (2013:135) rasio profitabilitas adalah : “Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukam oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuangan perusahaan.” Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan, jumlah aktiva maupun modal sendiri. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuangan perusahaan. 2.1.3.2 Ukuran Rasio Profitabilitas Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah earning per share (EPS). Dimana pengertian earning per share (EPS) menurut Kasmir (2012:207) adalah rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai 21 keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham akan meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembaliannya yang tinggi. Sedangkan menurut Syamsudin (2007: 66) earning per share (EPS) merupakan rasio yang banyak diperhatikan oleh calon investor, karena informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan dapat menggambarkan prospek earning perusahaan masa depan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa EPS merupakan laba bersih yang siap dibagikan kepada para pemegang saham dan sebagai tolak ukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan. Pada umumnya, manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Secara matematis rumus EPS menurut Kasmir (2010:115) dapat dinyatakan sebagai berikut: 2.1.4 ℎ ( )= ( ) Leverage 2.1.4.1 Pengertian Leverage Menurut Fahmi (2011) dalam Anjani (2014) Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori 22 extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak di ambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Investor akan melihat jumlah hutang perusahaan. Apabila hutang perusahaan besar, maka investor akan mempertimbangkannya terlebih dahulu sebelum melakukan investasi. 2.1.4.2 Ukuran Rasio Leverage Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur leverage adalah debt asset ratio (DAR). Pengertian DAR menurut Kasmir (2010:112) adalah rasio yang mengukur proporsi total aset dibiayai oleh kreditur perusahaan. Sedangkan menurut Syamsuddin (2007:67) dalam Sambora (2014) DAR merupakan perbandingan antara jumlah utang dengan modal total aktiva. Hal ini berarti semakin tinggi nilai DAR maka semakin tinggi pula resiko bagi kreditur dan sebaliknya DAR yang kecil belum tentu lebih baik dari DAR yang besar karena mencapai tingkat laba yang diharapkan perusahaan membutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikian, besar kecilnya DAR selalu diikuti besar kecilnya resiko pula, sehingga DAR berpengaruh baik positif maupun negatif. Rumus yang digunakan untuk menghitung debt asset ratio (DAR) menurut Fahmi (2013:127) adalah: Debt Assets Ratio : 23 2.1.5 Diversifikasi Perusahaan Diversifikasi perusahaan merupakan usaha penganekaragaman produk (bidang usaha) atau lokasi perusahaan yang dilakukan suatu perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga arus kas perusahaan dapat lebih stabil, ini dilakukan perusahaan untuk mengatasi krisis ekonomi, sehingga apabila suatu perusahaan mengalami kemerosotan pendapatan di salah satu produk atau negara/daerah, di produk atau negara/daerah lain mendapatkan kelebihan pendapatan, sehingga kekurangan yang terjadi bisa tertutupi. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahan besar Multi Nasional Coorporation (MNC) karena dengan demikian perusahaan dapat menjamin pendapatan/arus kas yang lebih stabil sehingga meningkatkan kepercayaan kepada pemegang saham. Menurut Coulter (2002) dalam Lukman, Randhi Pradana (2014) strategi diversifikasi adalah : “Strategi diversifikasi didefinisikan sebagai strategi pertumbuhan perusahaan dimana perusahaan melakukan ekspansi operasinya dengan memasuki industry yang berbeda.” Sedangkan menurut Harto (2005) dalam Aryati, Titik (2013) mendefinisikan diversifikasi perusahaan sebagai bentuk pengembangan usaha dengan cara memperluas jumlah segmen secara bisnis maupun geografis maupun memperluas market share yang ada atau mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka lini usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah pemasaran produk, membuka kantor cabang, 24 melakukan merger dan akuisisi untuk meningkatkan skala ekonomis dan cara yang lainnya. Diversifikasi dalam penelitian ini mengacu kepada diversifikasi geografis. Proxy yang digunakan untuk mengukur diversifikasi adalah Herfindahl Index, yang dihitung dengan berdasarkan distribusi penjualan masing-masing segmen bisnis dari suatu perusahaan. Herfindahl Index (HERF) dikalkulasi dengan menggunakan rumus berikut: HERFit = ∑ (SSale / Sales)2 Dimana HERFit adalah revenue-based Herfindahl Index untuk perusahaan (i) pada tahun (t) ; SSale adalah penjualan dari masing-masing segmen perusahaan ; Sales adalah penjualan total dari semua segmen perusahaan (i) pada tahun (t). Nilai indeks HERF akan sama dengan 1 untuk perusahaan bersegmen tunggal dan kurang dari 1 untuk perusahaan dengan lebih dari satu segmen bisnis. Sehingga, semakin kecil nilai indeks tersebut, semakin tinggi nilai diversifikasinya. 2.1.6 Harga Saham 2.1.6.1 Pengertian Harga Saham Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Perkembangan harga saham merupakan perubahan harga saham yang terjadi di pasar bursa yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan saham yang bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto, 25 2010:98). Menurut Tandelilin (2010), persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalah bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan investasi. Menurut Rusdin (2008: 66), harga saham adalah: “Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan bergerak turun.” Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010) dialihbahasakan oleh Dewi (2010: 7), harga saham adalah: “Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “ratarata” jika investor membeli saham.” Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga saham ditentukan oleh penawaran dan permintaan saham oleh para investor. Semakin baik kondisi perusahaan maka akan semakin banyak investor yang tertarik terhadap sahamnya. Dan harga saham pun akan meningkat karena permintaan saham tinggi. 2.1.6.2 Jenis-jenis Harga Saham Menurut Widoatmojo (2009: 91) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 26 a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. b. Harga Perdana Harga yang didapatkan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. c. Harga Pasar Harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Jika pasar sudah ditutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). 2.1.6.3 Analisis Harga Saham Menurut Sunariyah (2006: 168-179) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang paling banyak digunakan, yaitu: a. Pendekatan tradisional Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu: 1. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga gabungan atau individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analysis) atau analisis internal (internal analysis). 2. Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor untuk menganalisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan keuntungan yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang. Harga pasar saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya. b. Pendekatan Portofolio Modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar 27 efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa. 2.1.6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Tandelilin (2010) secara garis besar dapat dikelompokan kedalam tiga golongan, yaitu: a. Pengaruh dari Luar 1. Permintaan dan Penawaran Harga saham akan terbentuk melalui jumlah permintaan dan penawaran terhadap suatu saham. Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari permintaan maka pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya, jika permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu saham maka harga saham tersebut akan cenderung naik. 2. Tingkat Efisiensi Pasar Modal Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga saham. Efisiensi pasar modal ditentukan oleh seberapa besar pengaruh informasi yang relevan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Perubahan saham dipengaruhi oleh: a. Tingkat inflasi suatu negara b. Tingkat pajak b. Perilaku Investor Pemodal-pemodal yang termasuk ke pasar modal berasal dari macammacam kelangkaan masyarakat dengan tujuan yang variatif pula jika dari sisi tujuannya, maka pemodal dapat dikelompokan kedalam empat kriteria, yaitu: 1. Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen Kelompok ini akan fokus pada perusahaan yang sudah sangat stabil posisi keuangannya. Harapan utama kelompok ini adalah memperoleh dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun atau setiap periode pembagian dividennya. 2. Pemodal yang bertujuan untuk berdagang Kelompok ini dalam pembelian saham bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan harga jual saham dalam pendapatan mereka didasarkan atas jual beli saham tersebut. 28 3. Kelompok spekulator Kelompok ini menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang akan tetapi diyakini akan berkembang dengan baik. Spekulator umumnya memiliki peranan yang kuat dalam meningkatkan aktivitas pasar sekaligus meningkatkan likuiditas saham pada setiap kegiatan pasar modal. c. Kinerja Keuangan Emiten Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebbakan oleh kinerja emiten merupakan faktor yang objektif dan representatif dalam menggambarkan harga saham. Kinerja emiten sering diukur dengan informasi keuangan yang dihasilkan selama satu periode tertentu yang tercermin dalam laporan keuangan. Informasi keuangan adalah salah satu alat yang sering digunakan investor untuk menilai harga saham dan membantu dalam proses pengambilan keputusan investasi. Sedangkan menurut Fahmi (2012: 89), ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan berfluktuasi, yaitu: a. Kondisi mikro dan makroekonomi. b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. c. Pergantian direksi secara tiba-tiba. d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. f. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham. 2.2 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini ditampilkan dalam tabel berikut: 29 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1. 2. Peneliti Judul Indah Nurmalas ari (2009) Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Hasil Hasil penelitian dari Uji-t menunjukkan ROA mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif. Sedangkan ROE menunjukkan hasil tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian NPM terhadap harga saham diketahui tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan negatif. Sedangkan EPS terhadap harga saham mempunyai pengaruh signifikan dan hubungan positif. Meythi, Pengaruh Hasil penelitian Tan Likuiditas menunjukkan Kwang dan secara parsial, En, Linda Profitabilitas likuiditas yang Rusli Terhadap diukur dengan (2015) Harga Saham current ratio dan Perusahaan profitabilitas yang Manufaktur diukur dengan yang Earning Per Share Terdaftar di (EPS) tidak BEI berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara simultan, likuiditas dan profitabilitas Persamaan Perbedaan a. Variabel a. Menambah independen variabel yaitu Rasio independen Profitabilita yaitu s leverage b. Variabel dan dependen Diversifika yaitu harga si saham. b. Unit analisis, yaitu pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. a. Variabel a. Menambah independen variabel yaitu independen Likuiditas yaitu (current Diversifika ratio) dan si Profitabilita Perusahaan s (EPS) dan b. Variabel menghilan dependen, gkan rasio yaitu harga likuiditas. saham. b. Unit analisis, yaitu pada perusahaan manufaktur 30 No Peneliti Judul Hasil Persamaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Okky Safitri, Sinarwati, Anantawi krama Tungga Atmadja (2015) Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2013 Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas, likuiditas, dan leverage secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. a. Variabel independen yaitu Profitabilit as (ROE), Likuiditas (Debt Ratio), dan Leverage (Current Ratio) b. Variabel dependen, yaitu harga saham. 4. Andri Prasetyo (2013) Pengaruh Leverage dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2011 Hasil penelitian a. Variabel menunjukkan independen secara parsial yaitu bahwa Debt Assets Leverage Ratio berpengaruh (Debt signifikan negatif Ratio & terhadap harga Debt to saham, sedangkan Equity Debt Equity Ratio Ratio), dan Gross Provit Profitaabili Margin tas (Gross berpengaruh positif Provit terhadap harga Margin). Perbedaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. a. Menambah variabel independen yaitu Diversifika si. Dan menghilang kan variabel likuiditas. b. Unit analisis, yaitu pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. a. Menambha kan variabel independen yaitu Diversifika si. b. Unit analisis, yaitu pada perusahaan manufaktur sektor 31 No Peneliti Judul 5. Vicky Andriky (2015) Pengaruh Leverage dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Automotive and Allied Products yang terdaftar di BEI 6. Octavilia dan Anastasia (2014) Efek Diversifikasi Perusahaan Properti Terhadap Harga Saham di Indonesia Hasil Persamaan Perbedaan saham. Hasil secara simultan atau bersama-sama bahwa Debt Ratio, Debt Equity Ratio dan Gross Provit Margin berpengaruh secara signifikan positif terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa setiap terjadi peningkatan pada jumlah leverage dan earning per share maka akan terjadi peningkatan pada harga saham. Semakin tinggi leverage dan earning per share maka harga saham akan semakin tinggi. b. Variabel dependen, yaitu harga saham. industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa saham-saham property bergerak bersama secara parsial dalam jangka panjang, saham-saham yang a. Variabel a. Menambh independen, akan yaitu variabel Leverage dan independe Earning Per n, yaitu Share. Diversifik b. Variabel asi. dependen, b. Unit yaitu harga analisis, saham. yaitu pada perusahaa n manufaktu r sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 20112015. a. Variabel a. Menambah independen, variabel yaitu independen, diversifikasi yaitu EPS, prusahaan DR. properti. b.Unit b. Variabel analisis, dependen, yaitu pada yaitu harga perusahaan saham. manufaktur 32 No Peneliti Judul Hasil Persamaan bergerak bersama memiliki kesamaan dalam NAV dan strategi diversifikasi tipe property, dan saham-saham properti dapat bergerak secara bersama-sama dalam jangka panjang. 2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham Perbedaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2009:304). Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio earning per share (EPS), merupakan rasio yang mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian tinggi (Kasmir, 2012:207). Pada penelitian ini tercermin melalui earning per share (EPS). Hal ini didukung oleh penelitian Indah Nurmalasari (2009), yang menunjukkan bahwa earning per share memiliki pengaruh signifikan dan hubungan positif terhadap harga saham. 33 2.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Harga Saham Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang (Fahmi, 2011 dalam Anjani 2014). Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio debt assets ratio (DAR) seperti yang digunakan oleh Andri Prasetyo (2013) dan Vicky Andriky (2015), leverage menekankan peranan penting pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Menurut Prihadi (2008:91), semakin besar jumlah hutang maka semakin besar potensi perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan kebangkrutan. Hal ini didukung oleh penelitian Andri Prasetyo (2013) yang menunjukkan bahwa variabel debt assets ratio (DAR) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham. 2.3.3 Pengaruh Diversifikasi Perusahaan terhadap Harga Saham Diversifikasi diartikan dalam konteks varians rata-rata sebagai penghapusan seluruh resiko non-sistematis (Seiler, Webb, dan Mayer, 1999). Menurut Harto (2005) dalam Aryati, Titik (2013) mendefinisikan diversifikasi perusahaan sebagai bentuk pengembangan usaha dengan cara memperluas jumlah segmen secara bisnis maupun geografis maupun memperluas market share yang ada atau mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka lini usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah pemasaran produk, membuka kantor cabang, melakukan merger dan akuisisi untuk 34 meningkatkan skala ekonomis dan cara yang lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan Herfindahl Index sebagai indikator diversifikasi perusahaan, yang dihitung dengan berdasarkan distribusi penjualan masing-masing segmen bisnis dari suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, struktur hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut: Analisis Rasio Keuangan Rasio Profitabilitas (Earnings Per Share) Analisis Rasio Non Keuangan Rasio Leverage (Debt Ratio) Diversifikasi Perusahaan Harga Saham Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 35 Rasio Profitabilitas (Earnings Per Share) X1 Rasio Leverage (Debt Ratio) X2 Harga Saham Y Diversifikasi Perusahaan X3 Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Hipotesis 1 HO1: Profitabilitas yang diukur dengan earnings per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial. Ha1: Profitabilitas yang diukur dengan earnings per share (EPS) tidak berpengaruh terhadap harga saham secara parsial. Hipotesis 2 HO2: Leverage yang diukur dengan debt assets ratio (DAR) berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial. Ha2: Leverage yang diukur dengan debt assets ratio (DAR) tidak berpengaruh terhadap harga saham secara parsial. 36 Hipotesis 3 HO3: Diversifikasi perusahaan berpengaruh siginifikan terhadap harga saham secara parsial. Ha3: Diversifikasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham secara parsial. Hipotesis 4 Ho4: Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara simultan. Ho4: Profitabilitas, Leverage, dan Diversifikasi Perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham secara simultan.