Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PAMBAGYAHARJA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PEMODELAN PADA SISWA KELAS XI SEKRETARIS 2 DI SMK N 1 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2012/2013 Eka Asti Nurhidayah [email protected] Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Permasalahan yang mendasari tujuan penelitian ini, yaitu: (1) bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran pambagyaharja pada siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen dalam keterampilan pambagyaharja menggunakan metode pemodelan ; (2) bagaimanakah motivasi dan keaktifan siswa kelas XI Sekretaris 2 dalam keterampilan pambagyaharja menggunakan metode pemodelan ; (3) bagaimanakah peningkatan keterampilan pambagyaharja siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen setelah menggunakan metode pemodelan. Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen dengan jumlah 40 siswa. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Pengumpulan data menggunakan tes dan nontes. Teknik analisis data berupa teknik deskriptif statistik dan teknik deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif statistik digunakan untuk menganalisis data keterampilan siswa berbicara pambagyaharja dengan metode pemodelan dan teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis perilaku, motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keterampilan pambagyaharja menggunakan metode pemodelan mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan serta kemampuan berbicara pambagyaharja siswa. Pada kegiatan prasiklus dilihat dari segi perhatian diperoleh data 8 siswa mempunyai perhatian yang baik, 12 siswa mempunyai perhatian cukup, 20 siswa mempunyai perhatian yang kurang, dilihat dari segi keaktifan diperoleh data 9 siswa dikategorikan baik, 16 siswa dikategorikan cukup, dan 15 siswa dikategorikan kurang. Dan setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan. Dari hasil kegiatan siklus II diperoleh data dari segi perhatian sebanyak 27 siswa mempuyai perhatian baik, 13 siswa mempuyai perhatian cukup dan yang mempuyai perhatian kurang tidak ada. Dilihat dari segi keaktifan sebanyak 25 dikategorikan baik, 15 siswa mempuyai keaktifan yang cukup, dan siswa yang mempuyai keaktifan kurang tidak ada. Kata kunci: berbicara, pambagyaharja, metode pemodelan A. Pendahuluan Dalam standar kompetensi bahasa Jawa di SMK tahun 2012, kemampuan berbicara khususnya pambagyaharja menjadi salah satu Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 1 50 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 kompetensi dasar yang menjadi aspek penilaian. Untuk diterapkan itu, perlu model pembelajaran di kelas yang beragam untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Namun dalam kenyataanya sering terjadi seorang guru bahasa Jawa tidak mengaplikasikan salah satu model pembelajaran tertentu. Berdasarkan pengalaman empiris di lapangan pada tanggal 4 Agustus 2012 diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa di SMK Negeri 1 Kebumen terutama kelas XI Sekretaris 2 dalam proses pembelajaran masih rendah dan kenyataan pada saat pembelajaran di kelas, diantaranya : 1) Siswa kurang memiliki keberanian diminta maju untuk mempraktikan contoh pambagyaharja di depan kelas, 2) Siswa kurang memahami materi tentang pambagyaharja,3) Pembelajaran monoton, 4) Hanya beberapa siswa saja yang berani mempraktikan contoh pambagyaharja di depan kelas, 5) Guru kurang kreatif memilih metode pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini diberi judul ”Peningkatan Keterampilan Berbicara Pambagyaharja Menggunakan Metode Pembelajaran Pemodelan Pada Siswa Kelas XI Sekretaris 2 di SMK Negeri 1 Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013. B. Kajian Teori Metode pemodelan yaitu pembelajaran kontekstual menekankan arti penting pendemonstrasian terhadap hal yang dipelajari peserta didik. Pemodelan memusatkan pada arti penting pengetahuan prosedural. Melalui pemodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya tulis, melafalkan bahasa dan sebagainya (Suprijono, 2011: 88). Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pemodelan yaitu suatu metode pembelajaran yang digunakan dengan melibatkan orang lain sebagai model untuk mendemonstrasikan suatu materi pembelajaran agar siswa dapat mengalami perubahan perilaku yang lebih baik. Model yang digunakan bisa dari guru, murid, atau orang lain Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 51 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 yang menguasai materi pembelajaran yang sedang dipelajari, sehingga siswa dapat meniru apa yang model peragakan. Metode pemodelan ini menjadi jalan bagi siswa untuk melihat dan mengamati sebelum melakukan sesuatu. Selain itu, metode ini mempermudah siswa untuk mengetahui cara-cara yang benar mengenai suatu hal atau cara melakuan sesuatu. Dengan adanya metode pemodelan, diharapkan siswa menjadi bersemangat dalam belajar, karena adanya referensi untuk dicontoh. Prinsip-prinsip kompenen pemodelan adalah: a) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa dititu. b) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau ahlinya. c) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu contoh hasil karya atau model penampilan. Keunggulan Strategi pemodelan dibandingkan dengan strategi lain adalah siswa tidak pernah merasa bosan mengikuti pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran siswa selalu mempunyai pengalaman baru, sebab siswa tidak harus melulu mendengarkan ceramah dari guru dalam menyampaikan pembelajaran. Selain itu penggunaan strategi pemodelan dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran. Belajar jadi lebih menyenangkan, sehingga secara otomatis dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Dalam penerapan proses pembelajaran, langkah-langkah penggunaan Strategi Pemodelan adalah sebagai berikut : a) Setelah pembelajaran suatu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 52 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 b) Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok ini akan mendemostrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang telah dibuat. c) Berikan waktu kepada siswa 10-15 menit untuk menciptakan skenario kerja. d) Berikan waktu 5-7 menit kepada siswa untuk berlatih e) Secara bergiliran setiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja masing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan (Suprijono, 2011: 40). C. Metode Penelitian Menurut Arikunto (2010: 17) ada beberapa model penelitian tindakan, dan salah satunya bentuk model, yang disajikan sebagai berikut ini. SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN Satu siklus terdiri dari 4 langkah yaitu: 1) Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakanya. Adapun uraian yang perlu dan harus dikemukakan adalah menyusun sebuah rancangan kegiatan, siswanya akan diapakan. Supaya perencanaan ini lengkap dan difahami oleh semua siswa. Guru membuat semacam panduan yang menggambarkan (a) apa yang harus Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 53 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa (e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya. 2) Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Untuk itu guru harus memperhatikan hal-hal (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan semangat, (e) bagaimanakah hasil dari keseluruhan dari tindakan itu. 3) Pengamatan adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. 4) Refleksi atau perenungan merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Pambagyaharja Menggunakan Metode Pemodelan Pada Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen. a. Kegiatan Awal (Prasiklus) Kegiatan prasiklus dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Sabtu, 4 Agustus 2012 Waku : 10:15-11:45 WIB Kegiatan prasiklus merupakan kegiatan awal untuk mengetahui keadaan kelas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran pambagyaharja. Pada kegiatan pembelajaran ini, peneliti tidak menggunakan metode pembelajaran. Prasiklus merupakan kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan selanjutnya seperti siklus I dan siklus II. Dalam tindakan prasiklus ini untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang akan diteliti. Peneliti hanya menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah yang kemudian disusul dengan mempraktikan naskah pambagyaharja yang diberikan. Pada Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 54 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 tahap ini diperoleh data nilai praktik pambagyaharja siswa sebagai berikut : 5 siswa memperoleh rentang nilai 86-100 atau masuk kategori baik sekali, 5 siswa memperoleh rentang nilai 76-85 atau masuk kategori baik, 21 siswa memperoleh rentang nilai 56-75 atau masuk kategori cukup, sedangkan 9 siswa memperoleh rentang nilai 10-55 atau masuk kategori kurang. Sedangkan dilihat dari lembar observasi keadaan kelas masih sangat kurang baik karena siswa masih berbicara sendiri ( ramai ). b. Kegiatan Siklus I Kegiatan siklus I dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Sabtu, 11 Agustus 2012 Waktu : 10:15-11:45 WIB Pelaksanaan kegiatan siklus I meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Kegiatan pada siklus I ini didasari pada hasil kegiatan prasiklus yaitu masih rendahnya minat dan kemampuan siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen terhadap pembelajaran pambagyaharja. Jadi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, peneliti mengunakan metode pembelajaran pemodelan dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran pambagyaharja, sehingga akan bisa berpengaruh pada hasil kemampuan pambagyaharja siswa kelas XI Sekretaris 2 Kebumen. 1) Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan pada kegiatan siklus I ini, yaitu : (a). Menyiapakan dan menetapkan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta skenario pembelajaran yang mencakup materi pambagyaharja, serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru dan siswa, (b). Menyiapakan materi yang akan diajarkan, (c). Menyiapkan lembar penilaian pambagyaharja. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 55 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru mata pelajaran memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan pengamatan di kelas dari awal sampai akhir. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup. 3) Tahap Pengamatan atau Observasi Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran. Hal yang diamati adalah suasana kelas, perhatian serta keaktifan siswa pada saat pembelajaran pambagyaharja berlangsung, dan hasil kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik pambagyaharja. Tahap pengamatan atau observasi ini pada dasarnya sama dengan tahap pengamatan pada kegiatan prasiklus. Hasil pengamatan terhadap suasana kelas, perhatian serta keaktifan siswa, pada tahap ini sudah menunjukan adanya peningkatan kemampuan keterampilan berbicara pambagyaharja siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen dibandingkan dengan kegiatan prasiklus. Nilai siswapun ikut meningkat. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya siswa yang nilainya dibawah batas nilai tuntas sudah menurun dibandingkan pada kegiatan prasiklus. 4) Tahap Refleksi Tahap refleksi pada siklus 1 ini juga pada dasarnya sama dengan tahap refleksi pada kegiatan prasiklus, yaitu peneliti bersama guru melakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap tindakan yang sudah diberikan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes siswa. Pada tahap ini diperoleh data bahwa suasana kelas, perhatian serta keaktifan siswa, dan nilai siswa sudah menunjukan adanya peningkatan yang baik dibandingkan dengan kegiatan prasiklus. Dari kegitan siklus 1 dapat diperoleh data yaiu: 7 siswa memperoleh rentang nilai 86-100 atau masuk kategori baik sekali, 23 siswa memperoleh rentang nilai 76-85 atau masuk kategori baik, 8 siswa memperoleh rentang nilai 56-75 atau Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 56 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 masuk kategori cukup, sedangkan 2 siswa memperoleh rentang nilai 1055 atau masuk kategori kurang. Walaupun sudah terjadi peningkatan namun hasil yang didapatkan belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti kemudian menganalisis kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada kegiatan ini guna mengadakan perbaikan pada kegiatan siklus II. c) Kegiatan Siklus II Kegitan siklus II dilaksanakan pada: Hari, tanggal :Sabtu, 25 Agustus 2012 Waktu : 10:15-11:45 WIB Pelaksanaan kegiatan siklus II meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Kegiatan pada siklus II ini didasari pada hasil kegiatan siklus I yaitu belum terjadi peningkatan yang maksimal pada nilai siswa dan minat siswa kelas XI Sekertaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen terhadap pembelajaran pambagyaharja. 1) Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan pada kegiatan siklus II ini yaitu: Tahap perencanaan ini dilakukan mulai dari awal sampai akhir penelitian sehingga hasil dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Rancangan yang dilakukan adalah: (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyusun instrumen tes yaitu menentukan pambagyaharja yang akan digunakan, (3) menyiapkan lembar penilaian pidato. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru mata pelajaran memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan pengamatan di kelas dari awal sampai akhir. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 57 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 3) Tahap Pengamatan atau Observasi Pengamatan atau observasi pada siklus II sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes. Pada siklus II ini diharapkan ada peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku siswa yang positif dalam pambagyaharaja menggunakan metode pemodelan. 4) Tahap Refleksi Tahap refleksi pada siklus II ini juga pada dasarnya sama dengan tahap refleksi pada kegiatan-kegiatan sebelumnya, yaitu peneliti bersama guru melakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap tindakan yang sudah diberikan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes siswa. Jika pada tahap refleksi siklus II ini sudah selesai, kemudian peneliti menganalisa perbandingan dengan hasil refleksi pada kegiatan-kegiatan sebelumnya yang digunakan sebagai kesimpulan mengenai bahan pertimbangan pembelajaran dalam membuat pambagyaharja dengan menggunakan metode pemodelan. 1. Motivasi dan Keaktifan Siswa dalam Keterampilan Pambagyaharja Menggunakan Metode Pemodelan 1) Hasil Prasiklus Hasil tes prasiklus adalah kemampuan awal pambagyaharja siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes prasiklus dilakukan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen dalam pambagyaharja. Pada kegiatan prasiklus ini dilihat dari segi perhatian diperoleh data 8 siswa mempunyai perhatian yang baik, 20 siswa mempunyai perhatian yang cukup, sedangkan 12 siswa mempunyai perhatian yang kurang. Dilihat dari segi keaktifan diperoleh data 9 siswa dikategorikan baik, 16 siswa dikategorikan cukup, dan 15 siswa dikategorikan kurang. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 58 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 Tabel 5. Hasil Motivasi dan Keaktifan Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen Terhadap Pembelajaran Pambagyaharja dalam Kegiatan Prasiklus NO Hal Baik Cukup Kurang 1 Perhatian 8 20 12 2 Keaktifan 9 16 15 3 Situasi _ _ KURANG 2) Siklus I Pada siklus I dilihat dari segi perhatian diperoleh data sebanyak 12 siswa mempunyai perhatian yang baik, 21 siswa mempunyai perhatian yang cukup, sedangkan 7 siswa mempunyai perhatian yang kurang. Dilihat dari keaktifan sebanyak 15 siswa dikategorikan baik, 19 siswa dikategorikan cukup, 6 siswa dikategorikan kurang. Situasi pembelajaran pada siklus ini berjalan cukup siswa mulai perhatian dan aktif. Tabel 6. Hasil Motivasi dan Keaktifan Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen Terhadap Pembelajaran Pambagyaharja Dalam Kegiatan Siklus I NO Hal Baik Cukup KURANG 1 Perhatian 12 21 7 2 Keaktifan 15 19 6 3 Situasi CUKUP 3) Siklus II Pada siklus II dilihat dari segi perhatian diperoleh data sebanyak 27 siswa mempunyai perhatian yang baik, 13 siswa mempunyai perhatian yang cukup, sedangkan dalam siklus II yang perhatianya kurang tidak ada. Dilihat dari segi keaktifan yang mempuyai keaktifan baik sebanyak 25 Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 59 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 siswa, 13 siswa mempunyai keaktifan yang cukup, sedangkan dalam siklus II siswa mempunyai keaktifan yang kurang tidak ada. Tabel 7. Hasil Motivasi dan Keaktifan Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen Terhadap Pembelajaran Pambagyaharja Dalam Kegiatan Siklus II NO Hal Baik Cukup KURANG 1 Perhatian 27 13 _ 2 Keaktifan 25 15 _ 3 Situasi BAIK _ _ 4) Peningkatan Keterampilan Pambagyaharja Pada Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen Setelah Menggunakan Metode Pemodelan. Peningkatan keterampilan pambagyaharja pada siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen dalam pembelajaran pambagyaharja menggunakan pemodelan meliputi tiga pertemuan yaitu kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II. a. Kegiatan Awal ( prasiklus) Pelaksanaan pembelajaran pambagyaharja pada kegiatan prasiklus mencakup penilaian pada aspek : 1). Keakuratan dan Keluasan Gagasan, 2). Ketepataan Argumentasi, 3). Keruntutan Penyampaian Gagasan, 4 ). Ketepatan Kata, 5). Ketepatan Kalimat, 6). Ketepatan Stile Penuturan,7). Kelancaran dan Kewajaran, 8). Kebermaknaan Penuturan.Hasil nilai prasiklus perlu dianalisis untuk mengetahui keadaan awal keterampilan pambagyaharja pada siswa. Pemerolehan nilai pada kegiatan prasiklus ini masih banyak yang tergolong kurang. Agar lebih jelas perhatikan hasil penilaian di bawah ini: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 60 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 Tabel 8. Hasil Kemampuan Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Pambagyaharja Pada Kegiatan Prasiklus No Skor Akhir Keterangan 1 86 – 100 Baik Sekali 5 12,5% 2 76 – 85 Baik 5 12,5% 3 56 – 75 Cukup 21 52,5% 4 10 – 55 Kurang 9 22,5% Jumlah Frekuensi 40 Presentase 100% Berdasarkan deskripsi di atas jumlah dari 40 siswa yang melakukan praktik pambagyaharja diperoleh hasil atau 12,5% atau 5 siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori baik sekali, sedangkan yang mendapatkan nilai dalam rentang 76-85 ada 5 siswa atau 12,5%. Rentang nilai 56-75 atau bernilai kategori cukup terdapat 21 siswa atau 52,5%. Dan siswa yang bernilai kategori kurang terdapat 9 siswa atau 22,5%. Namun demikian, hasil yang diperoleh dari praktik pambagyaharja pada prasiklus ini belum mencapai hasil yang diharapkan masih kategori cukup. b. Kegiatan Siklus I Pada kegiatan siklus I peneliti menjelaskan bagaimana cara menggunakan metode yang akan digunakan untuk pembelajaran pambagyaharja nanti. Pada kegiatan siklus I ini hasil nilai sudah mengalami peningkatan cukup baik dibandingkan pada pembelajaran awal (prasiklus). Pelaksanaan pembelajaran keterampilan pambagyaharja ini menekankan pada aspek keakuratan dan keluasan gagasan,ketepataan argumentasi, keruntutan penyampaian gagasan, ketepatan kata, ketepatan kalimat, ketepatan stile penuturan, kelancaran dan kewajaran, kebermaknaan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 61 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 penuturan saat praktik berbicara pambagyaharja. Hasil tes pada siklus I ini sudah mengalami peningkatan yang cukup baik dibandingkan pada pembelajaran prasiklus. Agar lebih jelas perhatikan tabel di bawah ini : Tabel 9. Hasil Kemampuan Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Pambagyaharja Pada Kegiatan Siklus I No Skor Akhir Keterangan Frekuensi Presentase 1 86 – 100 Baik Sekali 7 17,5% 2 76 – 85 Baik 23 57,5% 3 56 – 75 Cukup 8 20% 2 5% 4 10 – 55 Jumlah Kurang 40 100% Berdasarkan deskripsi tabel di atas jumlah dari 40 siswa yang melakukan praktik pambagyaharja pada pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai 86 -100 atau dalam kategori baik sekali, ada 7 siswa atau 17,5% . Sedangkan yang mendapatkan nilai baik dalam rentang 76-85 ada 23 siswa atau 57,5%, rentang nilai 56 – 75 ada 8 siswa atau 20% bernilai kategori cukup , rentang nilai 10-55 atau kategori kurang 2 siswa atau 5%. c. Kegiatan Siklus II Pelaksanaan pembelajaran pidato pada kegiatan siklus II ini mencakup materi yang sudah diajarkan pada siklus I. Hasil tes pada siklus IIini sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Agar lebih jelas perhatikan tabel di bawah ini: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 62 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 Tabel 10. Hasil Kemampuan Siswa Kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara PambagyaharjaPada Kegiatan Siklus II No Skor Akhir Keterangan Frekuensi Presentase 1 86 – 100 Baik Sekali 25 62,5% 2 76 – 85 Baik 10 25% 3 56 – 75 Cukup 5 12,5% - 0% 4 10 – 55 Kurang Jumlah 40 100% Berdasarkan deskripsi data tersebut dari 40 siswa yang melakukan praktik pambagyaharja pada pada siklus II siswa yang mendapatkan nilai 86-100 atau dalam kategori baik sekali, ada 25 siswa atau 62,5%. Sedangkan yang mendapatkan nilai baik dalam rentang 76-85 ada 10 siswa atau 25%, rentang nilai 56 – 75 ada 5 siswa atau 12,5% bernilai kategori cukup, rentang nilai 10-55 atau kategori kurang tidak ada atau 0%. E. Simpulan dan Saran Berdasarkan analisis data pada bab-bab sebelumnya, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Dalam penerapan proses pembelajaran, langkah-langkah penggunaan Strategi Pemodelan adalah sebagai berikut : a. Setelah pembelajaran suatu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 63 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 b. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok ini akan mendemostrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang telah dibuat. c. Siswa diberi waktu 10-15 menit untuk menciptakan skenario kerja. d. Berikan waktu 5-7 menit kepada siswa untuk berlatih e. Secara bergiliran setiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja masing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan (Suprijono, 2011: 40). 2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keterampilan pambagyaharja menggunakan metode pemodelan mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan serta kemampuan berbicara pambagyaharja siswa. Pada kegiatan prasiklus dilihat dari segi perhatian diperoleh data 8 siswa mempunyai perhatian yang baik, 12 siswa mempunyai perhatian cukup, 20 siswa mempunyai perhatian yang kurang, dilihat dari segi keaktifan diperoleh data 9 siswa dikategorikan baik, 16 siswa dikategorikan cukup, dan 15 siswa dikategorikan kurang. Dan setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan. Dari hasil kegiatan siklus II diperoleh data dari segi perhatian sebanyak 27 siswa mempuyai perhatian baik, 13 siswa mempuyai perhatian cukup dan yang mempuyai perhatian kurang tidak ada. Dilihat dari segi keaktifan sebanyak 25 dikategorikan baik, 15 siswa mempuyai keaktifan yang cukup, dan siswa yang mempuyai keaktifan kurang tidak ada. 3. Terdapat peningkatan kemampuan berbicara pambagyaharja pada siswa kelas XI Sekretaris 2 SMK Negeri 1 Kebumen setelah diadakan penelitian kemampuan berbicara pambagyaharja menggunakan metode pemodelan. Pada prasiklus nilai rata-rata kelas mencapai 65,5. Pada siklus 1 nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 85,9 mengalami peningkatan sebesar 20,4. Pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 7,6 sehingga nilai rata-rata kelas menjadi 93,5. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 64 Vol /0 2 / No. 02 / Mei 2013 pambagyaharja menggunakan metode pemodelan, antara lain sebagai berikut. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam upaya memperbaiki penerapan metode pembelajaran baik di SMA maupun SMP, karena metode pemodelan telah terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan pambagyaharja. 5. Guru, khususnya guru mata pelajaran bahasa dan sastra Jawa hendaknya lebih bervariasi dalam memilih metode pembelajaran pambagyahaja sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa sehingga hasil belajar siswapun ikut meningkat, 6. Peneliti dibidang pendidikan dan bahasa hendaknya dapat menggunakan metode pemodelan sebagai salah satu alternatif atau bahan acuan dalam penelitian serupa atau pengembanganya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ________________. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. _________________. 2010. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Mudjiono, Dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Yatmana Sudi, dkk. 2005. Kabeh Seneng Basa Jawa. Semarang:Yudhistira. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 65