PERBANDINGAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI

advertisement
PERBANDINGAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI DAUN RUKU-RUKU
(Ocimum tenuiflorum L) YANG DIDISTILASI MENGGUNAKAN
CLEVENGER-HYDRODISLLATION DAN MICROWAVEASSISTED HYDRODISTILLATION SERTA UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DAN ANTIOKSIDAN
Rismansyah 1, Yuharmen 2, Hilwan Yuda Teruna 2
1
Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kimia FMIPA-Universitas Riau
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected]
ABSTRACT
Microwave-assisted hydrodistillation was developed based on Clevengerhydrodistillation technique which used microwave as a source of energy in its refining
process of essential oil. The purpose of this research was to compare these two
distillation methods for isolating the oil from the leaves of Ocimum tenuiflorum L. The
results showed that microwave method gave better results compare to those of
Clevenger in terms of duration of process as well as product. Microwave-assisted
hydrodistillation method took shorter time, 1.5 hours, whereas Clevengerhydrodistillation took much longer, 6 hours. The essential oil composition was
determined by GC-MS. The main compound of essential oil of Ocimum tenuiflorum L
leaves was eugenol, 25.71% and 41.75% with Clevenger-hydrodistillation and
microwave-assisted hydrodistillation techniques respectively. Antimicrobial test against
Escherichia coli showed that essential oil of Clevenger-hydrodistillation was more
active than those of microwave-assisted hydrodistillation. Antioxidant activity using
DPPH assay of the essential oil of microwave-assisted hydrodistillation was more
active, with IC50 39.52
than those of Clevenger-hydrodistillation, with IC50
51.06
. Therefore, the microwave-assisted hydrodistillation method was
considered to be environmentally friendly technology.
Keywords : Ocimum tenuiflorum, Antibacterial, Antioxidant
ABSTRAK
Penggunaan microwave-assisted hydrodistillation merupakan pengembangan dari
teknik Clevenger-hydrodistillation, yang melibatkan suatu energi gelombang pendek
sebagai sumber energi dalam proses penyulingan. Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan metode terbaik dari dua metode ekstraksi minyak atsiri daun ruku-ruku
(Ocimum tenuiflorum L). Metode microwave dan Clevenger telah dievaluasi
efektivitasnya untuk mengisolasi minyak atsiri dari daun ruku-ruku (Ocimum
Repository FMIPA
1
tenuiflorum L) segar. Metode microwave-assisted hydrodistillation lebih
menguntungkan dibandingkan dengan Clevenger-hydrodistillation dalam hal
penyimpanan energi dan waktu isolasi. Metode microwave-assisted hydrodistillation
membutuhkan waktu penyulingan selama 1,5 jam, sedangkan metode Clevengerhydrodistillation selama 6 jam. Komponen minyak atsiri hasil ekstraksi ditentukan
menggunakan GC-MS. Komponen utama minyak atsiri daun ruku-ruku adalah eugenol
dengan kadar 25,71% untuk metode Clevenger dan 41,75% untuk metode microwave.
Uji antibakteri menunjukkan keefektifan minyak atsiri daun ruku-ruku diperoleh
menggunakan Clevenger lebih baik dibandingkan dengan microwave dan paling efektif
pada bakteri Escherichia coli. Uji aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH minyak
atsiri dari microwave-assisted hydrodistillation dengan IC50 adalah 39,52 /mL dan
/mL. Sedangkan metode
Clevenger-hydrodistillation dengan IC50 adalah 51,06
microwave-assisted hydrodistillation dinilai sebagai teknologi yang ramah lingkungan.
Kata kunci: Ocimum tenuiflorum, Antibakteri, Antioksidan.
PENDAHULUAN
Minyak atsiri selain digunakan
sebagai bahan parfum, juga juga
digunakan sebagai salah satu bahan
untuk terapi berbagai jenis penyakit
seperti asma, sakit kepala, dan batuk
khusus yang memiliki esdragol sebagai
komponen utamanya. Minyak atsiri dan
ekstrak air dari rempah-rempah bersifat
antioksidan (Agusta, 2000). Sifat
antioksidan suatu senyawa mampu
menghambat atau menunda terjadi
reaksi radikal bebas akibat adanya
oksigen rektif sehingga sifat tersebut
menjadi penting dalam mencegah
berbagai penyakit, seperti kanker dan
jantung kroner (Leong et al., 2002).
Penggunaan distilasi uap untuk
mendapatkan
minyak
atsiri
membutuhkan waktu yang lama (4-5
jam), perolehan rendemen kecil (1-2
%), dan terjadi pula dekomposisi
beberapa komponen senyawa penyusun
minyak atsiri tersebut akibat dari uap air
yang panas (Lucchesi et al., 2004).
Ekstraksi
minyak
atsiri
dengan
microwave dapat dilakukan dengan
bebas pelarut atau air dalam jangka
Repository FMIPA
waktu yang lebih pendek (Hassanein, et
al., 2011). Metode modern yang dapat
meningkatkan hasil isolasi adalah
mengekstrak sampel dengan bantuan
gelombang ultrasonik (Ultrasonicassisted extraction/UAE) (Kwun et al.,
2009)
dan
gelombang
mikro
(Microwave-assisted extraction/MAE)
(Ashgari et al., 2011).
METODE PENELITIAN
a. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seperangkat alat
distilasi air skala laboratorium tipe
Clevenger, seperangkat Microwave
MASS II merek (Sineo Microwave
Chemistry Technology Co.,Ltd 2450
Mhz) dilengkapi Clevenger modifikasi,
GCMS-QP2010S
SHIMADZU
di
Laboratorium Kimia Organik FMIPA
Universitas Gajah Madah (UGM),
Yogyakarta, Spektrofotometer UV-VIS
(Genesys
10S
UV-VIS
v4.002
2L9N175013), Microplate reader 96
2
well (Berthold LB-941), Benchmark™
spectrophotometer microplate (Bio-Rad,
USA) dan Autoclave (All American
Model No. 2X).
Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah daun rukuruku (Ocimum tenuiflorum L) yang
diperoleh dari daerah Panam, Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau. Akuades,
etanol absolut, natrium sulfat (Na2SO4)
anhidrat, antibiotik
Amoxsan®,
Nutrient Agar (Merck, VM264950 115),
Nutrient Broth (Merck, VM086143
930),
1,1-difenil-1-fikril
hidrazil
(DPPH) dan asam askorbat.
b. Bakteri uji
Bakteri uji digunakan dalam
penelitian ini adalah bakteri Gram
positif
(Bacillus
subtilis
dan
Staphylococcus aureus) dan bakteri
Gram negatif (Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa). Bakteri
diperoleh dari koleksi Laboratorium
mikrobiologi
Institut
Teknologi
Bandung.
c. Isolasi minyak atsiri
Sebanyak 100 gram daun rukuruku (Ocimum tenuiflorum L) kondisi
segar dipotong dengan ukuran ±1 cm
dan dimasukkan ke dalam labu didih
volume
2000
mL,
kemudian
ditambahkan 1000 mL akuades hingga
daun ruku-ruku terendam. Daun rukuruku didistilasi selama ± 5-7 jam
meggunakan pemanas heating mantle
pada suhu 100 °C hingga diperoleh
distilat campuran minyak dan air
didalam alat Clevenger. Pemanasan
menggunakan
microwave
yang
dimodifikasi dilakukan dengan cara
memasukkan 100 gram daun ruku-ruku
ke dalam dalam labu didih volume 1000
Repository FMIPA
mL dan ditambahkan 500 mL akuades.
Didistilasi dilakukan selama 90 menit,
temperatur 100 °C, daya 500 Watt.
Minyak atsiri diperoleh ditambahkan
Na2SO4 anhidrat kemudian dipisahkan,
dan disimpan di dalam lemari es.
Minyak atsiri diperoleh dianalisis
dengan
menggunakan
GC-MS
kemudian dilakukan uji antibakteri dan
uji antioksidan.
d. Uji aktivitas antibakteri
Larutan Nutrient Broth (NB)
berisi biakan bakteri diukur Optical
Density (OD600 nm ~ 0,1) menggunakan
spektofotometer UV-VIS. Pengenceran
dilakukan
menggunakan
NaCl
pisiologis 0,85 %. Sebanyak 1 mL air
salin (NaCl) 0,85 % steril yang berisi
biakan bakteri dari larutan Nutrient
Broth (NB) dimasukkan ke dalam 15
mL Nutrient Agar (NA) steril lalu
vortex sehingga bakteri tersuspensi
merata. Campuran tersebut dimasukkan
ke dalam cawan petri yang telah
distrerilisasi dan dibiarkan memadat.
Minyak atsiri daun ruku-ruku (Ocimum
tenuiflorum L) dilarutkan dengan
DMSO pada konsentrasi 100 g/disk,
200 g/disk, 500 g/disk, 800 g/disk,
dan
kontrol
positif
digunakan
®
Amoxsan
dengan konsentrasi 30
, larutan DMSO digunakan
sebagai kontrol negatif. Sebanyak 10
µL sampel, kontrol positif dan kontrol
negatif diinjeksikan pada kertas cakram.
Kertas cakram diletakkan di atas
permukaan media NA padat, kemudian
diinkubasi pada suhu 37 °C. Diameter
daerah bening di sekitar kertas cakram
diukur setelah inkubasi bakteri selama
24 jam.
3
e.
Uji aktivitas antioksidan
Sebanyak 2 mg minyak atsiri
daun ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum
L) dilarutkan dalam 2 mL metanol
sehingga diperoleh larutan induk
dengan konsentrasi 1000 µg/mL (ppm).
Microplate terdiri dari 8 sumur baris
(A-H) dan 12 kolom (1-12). Sumur
baris A dimasukkan sampel sebanyak
50 µL. Sebanyak 50 µL metanol
dimasukkan pada masing-masing sumur
baris B-F. Sumur baris A dipipet
sebanyak 50 µL kemudian dimasukkan
ke baris B, sumur baris B dipipet
sebanyak 50 µL, dimasukkan ke sumur
baris C, selanjutnya hingga sumur baris
F. Sumur baris F dipipet sebanyak 50
µL dan dibuang. Sehingga diperoleh
konsentrasi (1000, 500, 250, 125, 62.5
dan 31.25 µg/mL). Sedangkan sumur
baris G-H diisi dengan metanol
sebanyak 50 µL, sumur baris A-G
ditambah DPPH sebanyak 80 µL
dengan
konsentrasi
40µg/mL.
Kemudian diinkubasi selama 30 menit,
selanjutnya
run
sampel
dengan
microplate reader.
Data absorbansi yang diperoleh
maka dapat dihitung nilai % inhibisi
dengan menggunakan rumus :
nh
kon ro
ampe
kon ro
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Rendemen minyak atsiri
Distilasi minyak atsiri daun
ruku-ruku
yang
menggunakan
Clevenger
dan
microwave
menghasilkan rendemen yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan, secara garis
besar tidak ada perbedaan yang besar
terhadap hasil minyak atsiri. Perbedaan
mendasar terletak pada sumber energi
Repository FMIPA
yang digunakan untuk pemanasan
sampel dan lama waktu proses distilasi.
Penggunaan alat Clevenger dilakukan
selama 6 jam, sedangkan penggunaan
oven microwave memerlukan waktu 90
menit. Hasil isolasi minyak atsiri daun
ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum L)
menggunakan Clevenger diperoleh %
rendemen (w/w) 0,2333 % dengan
warna minyak kuning pekat. Isolasi
menggunakan microwave diperoleh %
rendemen (w/w) 0,1983 % dengan
warna minyak kuning.
Berdasarkan pengamatan, secara
garis besar tidak ada perbedaan yang
besar terhadap hasil minyak atsiri.
Perbedaan mendasar terletak pada
sumber energi yang digunakan untuk
pemanasan sampel dan lama waktu
proses distilasi. Penggunaan alat
Clevenger dilakukan selama 6 jam,
sedangkan penggunaan oven microwave
memerlukan waktu 90 menit.
b. Komposisi minyak atsiri
Hasil analisis GC-MS total
kandungan senyawa minyak atsiri daun
ruku-ruku menggunakan Clevenger dan
microwave masing-masing terdapat 26
dan 11 komponen senyawa, merupakan
kelompok
senyawa
terpenoid
(monoterpen dan seskuiterpen). Minyak
atsiri menggunakan Clevenger terdapat
monoterpen hidrokarbon (± 2,06 %),
monoterpen teroksigenasi (± 27,71 %),
seskuiterpen hidrokarbon (± 67,29 %),
dan sesquiterpen teroksigenasi (± 2,96
%). Minyak atsiri menggunakan
microwave
terdapat
monoterpen
hidrokarbon ( 0,0 %), monoterpen
teroksigenasi (± 43,21 %), seskuiterpen
hidrokarbon (± 55,16 %), dan
sesquiterpen teroksigenasi (± 1,65 %).
Minyak atsiri daun ruku-ruku pada
penelitian
ini
yang
didistilasi
4
menggunakanClevenger mengandung
beberapa senyawa aromatik dan terpen
yaitu eugenol (25,71 %), -elemene
(24,04 %), germacrene-d (16,28 %),
caryophyllene (12,49 %), -copaene
(5,78 %) dan komponen lain sebanyak
(15,70%). Sedangkan minyak atsiri
yang distilasi menggunakan microwaveasissted hydrodistillation mengandung
senyawa eugenol (41,75 %), -elemene
(22,72 %), germacrene-d (14,71 %),
caryophyllene (10,40 %), -copaene
(3,67 %) dan komponen lain sebanyak
(6,75%).
Komponen kandungan utama
minyak atsiri daun ruku-ruku pada
umumnya dari senyawa aromatik gugus
fenol (eugenol 0,9-84 %), monoterpen
(ocimen 29,97 %), seskuiterpen
(elemene 7,5 %), keton (germacren
10,36 %) , alkohol caryophyllen (5,56.9 %) (Sastry et al., 2012; Zafarhaider,
2011; Bakkali et al., 2008). Kandungan
minyak atsiri daun ruku-ruku senyawa
monoterpen dan seskuiterpen juga telah
dilaporkan oleh Sartoratto et al., (2004)
Politeo et al., (2006), Moghaddam et
al., (2011), Khelifa et al., (2012),
Unnithan et al., (2013).
c.
Aktivitas antibakteri
Hasil uji aktivitas antibakteri
minyak atsiri daun ruku-ruku (Ocimum
tenuiflorum
L)
menggunakan
Clevenger-hydrodistillation
dan
microwave-assisted
hydrodistillation
yang telah dilakukan menghasilkan data
aktif pada bakteri E.coli.
Eugenol pada minyak atsiri daun
ruku-ruku dapat berperan sebagai
antibakteri patogen. Sehingga dapat
menghambat pertumbuhan organisme
uji sesuai telah dilaporkan oleh Sastry
et al., (2012). Komponen utama
senyawa eugenol yang tinggi dalam
Repository FMIPA
minyak atsiri pada penelitian ini diduga
berperan
untuk
manghambat
pertumbuhan bakteri. Adanya gugus
fenol pada senyawa eugenol yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding
sel bakteri. Menurut Jawetz et al.,
(2001)
mekanisme
kerja
agen
antimikroba adalah dengan cara
merusak lapisan fosfolipid membran sel
mikroorganisme
tersebut
yang
menyebabkan adanya peningkatan
permeabilitas dan kerusakan membran
sel diikuti dengan pecahnya sel,
sehingga
menyebabkan
hilangnya
sejumlah konstituen.
Senyawa utama eugenol dalam
minyak atsiri pada penelitian ini
mempunyai cincin benzen aromatis.
Belletti et al. (2004) mempublikasikan
aktivitas antimikroba minyak atsiri yang
mengandung terpen, umumnya sebagian
besar kelompok senyawa terpen dengan
cincin aromatis memiliki sisi aktif yang
mampu membentuk ikatan hidrogen
dengan sisi aktif enzim mikroba. Begitu
juga dengan alkohol, aldehid dan ester
yang memberikan pengaruh pada
minyak atsiri sebagai agen antimikroba.
Dorman et al., (2000) menyebutkan
senyawa terpen dengan gugus alkohol
dalam minyak atsiri dinilai sangat
efektif
untuk
menghambat
dan
membunuh mikroba. Hal ini disebabkan
karna terjadinya denaturasi protein pada
sel
mikroba.
Sehingga
diduga
caryophyllene yang terkandung dalam
minyak atsiri daun ruku-ruku ini
berpotensi sebagai agen antibakteri.
d. Aktivitas antioksidan
Uji
aktivitas
antioksidan
dilakukan pada masing-masing minyak
atsiri terhadap radikal DPPH dengan
menggunakan microplate reader 96
well pada panjang gelombang 520 nm.
5
Uji antioksidan dengan radikal DPPH
terhadap minyak atsiri daun ruku-ruku
menunjukkan
bahwa
konsentrasi
penghambatan 50 % terhadap radikal
DPPH pada minyak atsiri yang
diperoleh menggunakan Clevenger
adalah 51,0619 µg/mL, minyak atsiri
yang
diperoleh
menggunakan
microwave adalah 39,5209 µg/mL,
sedangkan
vitamin
C
sebagai
pembanding positif adalah 7,544
µg/mL.
Aktivitas antioksidan minyak
atsiri dari tanaman aromatik sangat
dikaitkan dengan senyawa aktif di
dalamnya. Hal ini dapat disebabkan
oleh tingginya persentase konstituen
utama, tetapi juga kehadiran konstituen
lain dalam jumlah kecil atau sinergi
antaranya. Senyawa terpenoid yang ada
dalam minyak atsiri daun ruku-ruku ini
merupakan senyawa monoterpen dan
seskuiterpen. Menurut Hussain et al,
(2008) kemampuan pendonor proton ke
DPPH minyak ini dapat dikaitkan
dengan kehadiran linalool dalam
komponen kimianya. Linalool dalam
minyak atsiri daun ruku-ruku ini yang
diperoleh menggunakan Clevenger
(1,72 %) dan microwave (1,46 %).
Membandingkan hasil penelitian ini
dengan
yang
diperoleh
oleh
Pripdeevech et al., (2010), melaporkan
bahwa minyak atsiri dari O. basilicum
mengandung
senyawa
eugenol
memberikan aktivitas antioksidan yang
sangat penting. Bahwa kehadiran
senyawa fenolik dengan linalool dalam
minyak atsiri meningkatkan daya
antioksidan. Temuan yang sama
dilaporkan oleh Dabire et al., (2011)
ketika
mempelajari
pengaruh
pengurangan eugenol untuk aktivitas
antioksidan minyak atsiri, maka
menyebabkan penurunan lebih dari 87%
dari daya antioksidan. Dalam penelitian
Repository FMIPA
ini kandungan konstituen senyawa
utamanya adalah eugenol dengan
persentase sangat tinggi yaitu Clevenger
(25,71 %) dan microwave (41,75 %). Ini
membuktikan peran senyawa eugenol
ini aktif sebagai antioksidan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa komponen utama minyak atsiri
daun ruku-ruku yang didistilasi
menggunakan
Clevengerhydrodistillation
dan
microwaveassisted
hydrodistillation
adalah
eugenol,
masing-masing sebanyak
25,71 % dan 41,75 %. Minyak atsiri
yang
didistilasi
menggunakan
Clevenger
lebih
efektif sebagai
antibakteri
dibandingkan
dengan
minyak
atsiri
yang
diperoleh
menggunakan microwave, terutama
pada bakteri Escherichia coli. Minyak
atsiri yang didistilasi menggunakan
microwave
memiliki
aktivitas
antioksidan lebih kuat dibandingkan
dengan minyak atsiri yang diperoleh
menggunakan Clevenger.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih untuk
bantuan dana penelitian dari dana PNBP
LPPM Universitas Riau skim Berbasis
Laboratorium PNBP Tahun anggaran
2014.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri
Tumbuhan Tropika. Penerbit
ITB, Bandung.
Asghari, Jila., Ondruschka., Bernd.,
Mazaheritehrani., and Mohsen.
2011. Extraction of bioactive
chemical compounds from the
6
medicinal Asian plants by
microwave irradiation. Journal
of Medicinal Plants Research
5 (4): 495-506.
Sciences Research 7 (12): 24552461.
Bakkali, F., Averbeck, S., Averbeck, D.,
and
Idaomar,
M.
2008.
Biological effects of essential
oils-A review. Journal Food and
Chemical Toxicology (46): 446475.
Hussain A. I., Anwar F., Sherazi S. T.
H., and Przybylski. R. 2008.
Chemical
composition,
antioxidant and antimicrobial
activities of basil (Ocimum
basilicum) essential oils depends
on seasonal variations. Journal
Food Chem (108): 986-995.
Belletti, N., M. Ndagihimana, C. Sisto,
M. Guerzoni, R. Lanciotti., and
Gardini, F. 2004. Evaluation of
the Antimicrobial Activity of
Citrus
Essences
on
Saccharomyces
Cerevisae.
Journal Agric. Food Chem (52):
6932-6938.
Jawetz, E., Melnick, G. E., and Adlberg,
C. A. 2001. Mikrobiologi
Kedokteran.
Ed-1.
Diterjemahkan oleh Pnerjemah
Bagian
Mikrobiologi
Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Salemba
Medika, Surabaya.
Dabire, C., Nebie, R. H. C., Belanger,
A., Nacro, M., and Sib, F. S.
2011. Effect of drying the plant
material on the chemical
composition of the essential oil
and antioxidant activity of
extracts of Ocimum basilicum L.
International Journal Biological
Chemistry Sciences 5 (3).
Khelifa, L. H., Brada, M., Brahmi, F.,
Achour, D., Fauconnier, M. L.,
and Lognay, G. 2012. Chemical
Composition and Antioxidant
Activity of Essential Oil of
Ocimum basilicum Leaves from
the Northern Region of Algeria.
Topclass Journal of Herbal
Medicine 1 (2): 25-30.
Dorman, H. J. D., and Deans, S. G.
2000. Antimicrobial agents from
plant: antibacterial activity of
plant volatile oils. Journal of
Applied Microbiology (88): 308316.
Kwun, K. H., Kim, G. J., and Shin, H. J.
2009. Ultrasonication Assistance
Increases the Efficiency of
Isoflavones Extraction from
Kudzu (Pueraria lobata Ohwi)
Roots Waste. Biotechnology and
Bioprocess Engineering (14):
345-348.
Hassanein, H. D., Nazif, N. M.,
Aboutabi,
E
.A.,
and
Hammouda, F. M. 2011.
Solvent-Free
microwave
extraction and hepatoprotective
activity of Cyperus eculentus L.
and
Cyperus
articulatus
essential oils. Journal of Applied
Repository FMIPA
Leong, S. G. 2002. An investigation of
antioxidant capacity of fruits in
Singapore markets. Journal
Food Chem (76): 69-75.
Lucchesi, M. E., Chemat, F., and
Smadja, J. 2004. Solvent-free
microwave
extraction:
An
7
innovative tool for rapid
extraction of essential oil from
aromatic herbs and spices.
Journal of Microwave Power &
Electromagnetic Energy. 39 (3):
135-139.
Moghaddam, A. M. D., Jalal Shayegh,
J., Mikaili, P., and Sharaf, J. D.
2011. Antimicrobial activity of
essential oil extract of Ocimum
basilicum L. leaves on a variety
of pathogenic bacteria. Journal
of Medicinal Plants Research 5
(15): 3453-3456.
Politeo, O., Juki, M., and Milo, M.
2006. Chemical Composition
and Antioxidant Activity of
Essential Oils of Twelve Spice
Plants. Croatica Chemica Acta
79 (4): 545-552.
2012.
Morpho-chemical
description and antimicrobial
activity of different Ocimum
species. Journal Plant Develop
(19): 53-64.
Unnithan, C. R., Dagnaw, W., Undrala,
S., and Subban, R. 2013.
Chemical
composition and
antibacterial activity of essential
oil of Ocimum basilicum of
Northern Ethiopia. International
Research Journal of Biological
Sciences 2 (9): 1-4.
Zafarhaider. 2011. Essential oil
composition and antimicrobial
activity of three Ocimum species
from
Uttarakhand
(India).
International
Journal
of
Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences (3): 3.
Pripdeevech, P., Chumpolsri, P.,
Suttiarporn,
P.,
and
Wongpornchai, S. 2010. The
chemical
composition
and
antioxydant activities of basil
from thailand using retention
indices and comprehensive two
dimensional
gas
chromatography.
Journal
Serbian chemical Society 75
(11): 1503-1513.
Sartoratto, A., Machado, A. L. M.,
Delarmelina, C., Figueira, G.
M., Marta Cristina T. Duarte, C.
T., and Rehder, V. L. G. 2004.
Composition and antimicrobial
activity of essential oils from
aromatic plants used in Brazil.
Brazilian
Journal
of
Microbiology (35): 275-280.
Sastry, K. P., Kumar, R. R., Kumar, A.
N., Sneha, G., and Elizabeth, M.
Repository FMIPA
8
Download