SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI Fungsi-Makna-Bentuk Gereja Katedral Santo Petrus Bandung Hero Renaldi [email protected] P rogram S tudi A rsitektur, S ekolah A rsitektur, P erencanaan, dan P engembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Setiap bentukan arsitektur selalu diawali dengan adanya aktivitas manusia yang menjadi penggerak lahirnya wadah aktivitas tersebut. Pelingkup tatanan ruang, secara tiga dimensional merupakan aspek bentuk arsitektur. Namun, Gereja Katolik tidak hanya mampu untuk mengakomodasi aktivitasaktivitas yang terjadi di dalamnya tetapi juga memiliki makna -makna lain yang berhubungan dengan kepercayaan umat Katolik seperti gereja berperan dalam mengekspresikan misi dan hakekat agama Katolik (McGuire,n.d), arsitektur gereja harus mampu membawa umat pada keyakinan bahwa mereka memasuki sebuah tempat istimewa, dan lain sebagainya. Oleh karena it u artikel ini akan membahas mengenai kajian teoritis Fungsi-Makna-Bentuk dari Gereja Katedral Santo Petrus Bandung guna meningkatkan pengetahuan mengenai istimewanya dan pentingnya tiga aspek tersebut dalam arsitektur Gereja Katolik berdasarkan Teori David Smith Capon 1 faktor pembentuk arsitektur yakni, fungsi, bentuk, dan makna bangunan tersebut. Kata-kunci : pelestarian, bangunan kolonial, Gereja Katedral, Santo Petrus, Bandung Pendahuluan Gambar 1. Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (1922). Memiliki bentuk yang khas dan berfungsi sebagai gereja umat Katolik di Kota Bandung. Berlokasi di Jalan Merdeka karya Ir. C.P. Wolf Schoemaker. S umber: G oogle.com dan http://w w w .katedralbandung.org/ Gereja Katedral Santo Petrus Bandung merupakan salah satu gereja Katolik tertua yang ada di Kota Bandung. Tujuan awal didirikannya gereja in i karena meningkatknya umat Katolik yang merayakan perayaan ekaristi sehingga gereja yang lama (Gereja St. Faransiscus Regis) tidak Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 303 Fungsi-Makna-Bentuk Gereja Katedral Santo Petrus Bandung mampu lagi menampung banyaknya jemaat sehingga pemerintah pada saat itu berencana untuk memindahkan gereja tersebut guna meningkatkan kapasitas gereja ke Merpikaweg , yang sekarang dikenal sebagai Jalan Merdeka, dengan membangun gereja baru pada tahun 1921 oleh Ir. C. P. Wolf Schoemakre dan diberkati oleh Mgr. Luypen pada tanggal 19 Februari 1922 sehingga berdirilah hingga sekarang Gereja Katedral Santo Petrus Bandung di Jalan Merdeka No. 14 Bandung. Kata katedral berasal dari kata Latin cathedra ("tempat duduk" atau "kursi"), mengacu pada kursi atau tahta uskup atau uskup agung yang terdapat di dalam Katedral. Pada masa lampau, kursi merupakan lambang dari guru, dengan demikian kursi uskup melambangkan peran uskup sebagai guru. Kursi juga lambang dari kepemimpinan resmi seorang pejabat kehakiman, dan oleh karena itu kursi uskup melambangkan peran uskup dalam kepemimpinan sebuah keuskupan. Meskipun kini merupakan sebuah kata benda dalam tata bahasa, namun kata katedral awalnya merupakan kata sifat dalam frasa "gereja katedral", dari bahasa Latin ecclesia cathedralis. Kursi yang dimaksud ditempatkan secara khusus dalam gedung Gereja utama keuskupan dan dikhususkan bagi kepala keuskupan tersebut, dan oleh karena it u menjadi simbol utama dari otoritas. (New Standard Encyclopedia) Peran penting Gereja Katedral Santo Petrus Bandung perlu didukung dengan faktor-faktor pembentuk arsitektur, fungsi, bentuk, dan makna, agar memiliki kesesuaian dan relasi dari bangunan gereja tersebut dengan urgensi dibangunnya serta makna katedral sendiri yang merupakan salah satu pusat kehidupan-katolik di Kota Bandung. Berdasarkan kajian teori oleh David Smith Capon, artikel ini bertujuan meningkatkan pengetahuan bagi pembaca mengenai bangunan kolonial peninggalan Belanda serta mengetahui aspek-aspek penting pembentuk Gereja Katedral. Selain itu juga mampu meningkatkan kepekaan kepada pembaca terhadap eksistensi bangunan bersejarah di Indonesia sehingga akan lebih mampu untuk menjaga dan merawat bangunan tersebut baik dalam perawatan fisik bangunan maupun makna yang terkandung dalam bangunan tersebut. Kegiatan Teori Capon (1999,ix), Capon berargumen bahwa semua unsur di alam selalu mengacu kepada struktur. Selanjutnya, arsitektur merupakan struktur dari elemen -elemennya, yang dikatagorikan dalam fungsi-bentuk-makna. Teori arsitektur Capon yang dipilih merupakan dasar untuk mengungkap elemen arsitektur pada objek studi. Dasarnya, ide awal arsitektur ialah kebutuhan ruang untuk kegiatan (fungsi). Ruang yang dibut uhkan tersebut dan pelingkup fisiknya diakomodasi oleh medium (bentuk). Lalu bentuk menampilkan pesan yang membawa arti/makna (Salura, 2010:50). Maka fungsi-bentuk-makna ialah elemen arsitektur (Capon,1999; Salura,2010), diuraikan sebagai berikut : Bentuk, dapat dilihat melalui : (1). Elemennya : garis, bidang dan volume. (2). Susunannya: melalui penggunaan sumbu, grid, pengulangan dan rotasi. (3). Estetikanya, melalui asas-asas kesatuan, keragaman, tema/variasi tema, keseimbangan, evolusi dan hirarik (Cap on,1999:41; Parker dalam Sachari,2001:158). Bentuk garis lurus merupakan bentuk yang dominan pada Arsitektur awal abad 20 (Capon,1999;49). Bentuk bidang dapat berupa dinding dengan bukaan pintu/jendela yang berperan untuk penonjolan bentuk bangunan atau po la komposisi fasad bangunan. Susunan bentuk melalu i penggunaan sumbu di atas adalah untuk memudahkan pemahaman bentuk tersebut, atau untuk mengatur tatanan arsitektural. Pengulangan merupakan cara yang sering digunakan pada Arsitektur Modern, termasuk Arsitektur Koloial. Susunan bentuk juga dapat berpola radial, kluster, terpusat, linier (Chin,1979). Asas tema dapat berupa keragaman (kontras/perbedaan), harmoni, atau A 304 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Hero Renaldi kesatuan dalam keragaman. Irama pada selubung bangunan dapat berupa pola susunan jendela, bidang kaca, susunan kolom atau lainnya. Relasi elemen bentuk dengan fungsi dan makna adalah : Relasinya dengan Fungsi dapat berupa: bentuk yang penekanannya apda fungsi, atau bentuk dipadukan dengan fungsi. Relasinya dengan Makna dapat berupa: bentuk yang memberi citra, ide, simbol. Bentuk dari bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung memiliki selubung bangunan gaya arsitektur Neo-Gotik: proporsi-skala bangunan yang tinggi-besar, atap curam, susunan jendela pola legkung gotik dan jendela mawar untuk penerangan alami, pintu entrance besar-berpola, bertampilan megah, sacral dan indah. Selain itu berbentuk salib dengan tata ruang bertema, plafon bertema gotik (pointed arch), susunan jendela kaca pola Gotik di kiri -kanan atas ruang umat, membentuk keindahan, kenyamanan dan suasana spiritual. Serta memiliki jendela lukisan kaca patri bertema ketuhanan dibelakang aktar, plafon lambrisering kayu pola gotik, pintu utama kayu jati berpola kotak-kotak dibuat amat indah dan cermat. Berdasarkan pengamatan dan studi lapangan bahwa dari segi bentuk, Gereja Katedral Santo Petrus ini tidak mengalami peru bahan yang signifikan bahwak berbeda. Dalam perawatanya, bangunan ini dirasa sangat dijaga dan dijunjung tinggi aspek kolonial dan keaslian bangunan tersebut. Terlihat pada hasil pengamatan dengan beberapa foto tempo dulu bahwa bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung tidak mengalami perubahan yang signifikan dan memiliki bentuk yang serupa. (Gambar 2). Eksterior Gereja Katedral Santo Petrus Bandung Tahun 1930-an Tahun 2015 Interior Gereja Katedral Santo Petrus Bandung Tahun 1952 Tahun 2017 Gambar 2. Perbandingan kondisi eksterior dan interior bangunan Gereja Santo Petrus Bandung tempo dulu dan sekarang. Sumber: Google.com, http://www.katedralbandung.org/, dan pribadi Fungsi, aktivitas utama yang harus d iakomodasi dalam sebuah bangunan Gereja Katolik adalah aktivitas perayaan liturgy, sebagai perayaan iman umat Krsiten 2 . Dasar Liturgi ( leitourgia) dalam agama Katolik yang berarti “karya publik”, diartikan sebagai keikutsertaan umat dalam karya Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 305 Fungsi-Makna-Bentuk Gereja Katedral Santo Petrus Bandung keselamatan Allah, atau ibadat publik. Bentuk wujud kesatuan dengan Kristus yang paling nyata di dunia ini adalah melalui perayaan Ekaristi kudus 3 , di mana umat Katolik menyambut Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke-Ilahian Krsitus, sehinngga olehNya kita dipersatukan dengan Allah Tritunggal. Dengan demikian, Liturgi merupakan karya bersama antara Kristus-Sang Kepala, dan Gereja yang adalah TubuhNya, sehingga tidak ada aktivitas Gereja yang lebih tinggi nilainya daripada liturgi. Gereja Katolik menekankan dasar teologis dalam setiap pendirian bangunan gereja; fungsi liturgical menjadi landasan utama penataan ruang dan bentuk gereja Katolik, baik di masa sebelum maupun sesudah Konsili Vatikan II. Sehingga pada gereja Katolik yang inkulturatif pun, fokus ruang selalu pada sanctuary di mana Ekaristi Kudus dipersembahkan; sehingga area ini menjadi area tersakral dalam tatanan ruang gereja. Umat mengikuti perayaan Ekaristi Kudus di bagian tengah gereja ( nave) , yang membentang dari pintu masuk ( narthex) ke bagian mimbar area altar ( sanctuary) . Melalu i ritual gereja lah terjadi pembentukan ruang-ruang sakral. Berbagai aktivitas ritual umat baik yang diwadahi di pelataran bangunan gereja, atau di ruang luar gedung gereja, mendukung pembentukan hirarki ruang sakral (Gambar 3). Gambar 3. Hirarki Ruang Sakral Arsitektur Gereja Katolik. Sumber: artikel “Relasi Bentuk-Makna Perseptual pada Arsitektur Gereja” hal. 3 Adapula pengimplementasian fungsi umum Gereja Katolik pada bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung yang dit unjukkan dalam gambar pra-rancangan berikut (Gambar 4). Terlihat bahwa Gereja Katedral Bandung memliki pengorganisasian ruang berdasarkan dengan pemaparan di atas serta tidak ada kesenjangan dari fungsi-fungsi yang diakomodasi dalam bangunan tersebut, apabila terdapat beberapa ruang yang berbeda itu hanyalah sebagai ruang penunjang dari aktivitas utama Gereja Kat edral Bandung. A 306 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Hero Renaldi Gambar 4. Gambar Pra-Rancangan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung dari atas. Sumber: http://www.katedralbandung.org/ Makna, Bangunan hendaknya tak hanya “terlihat baik” dan “berfungsi baik”, tapi juga “berkomunikasi baik” (Ruksin dalam Capon,1999:107). Makna suatu bangunan diperoleh melalui interpretasi seni/sejarah, dan makna simbolik bangunan dapat berupa: (1). SImbolik pem ilik. (2). Simbolik budaya/gaya hidup. (3). Simbolik untuk tujuan tertentu (Capon,1999:120). selain fungsi liturgial, bangunan gereja juga berperan dalam mengekspresikan misi dan hakekat agama Katolik (McGuire,n.d), arsitektur gereja harus mampu membaw umat pada keyakinan bahwa mereka memasuki sebuah tempat yang istimewa; yang menyadarkan orang pada kenyataan bahwa mereka memasuki area sakral, di mana Tuhan tinggal (rumah Tuhan), bukan memasuki rumah tinggal biasa, melainkan ruang yang memiliki nilai kosmo logis berupa titik pusat orientasi dan berkaitan dengan penalaman religius mengandung nilai spiritual, kesucian dan ritual. Simboliasi kekristenan ini tidak selalu ditampilkan dengan cara yang sama d i setiap bangunan gereja Katolik. Transformasi simbolis t erjadi melalu i adanya pengalaman yang sejalan dengan sosial-budaya masayarakat pendukungnya/setempat pada periode tertentu. Makna bangunan Gereja Katedral Bandung ditunjukkan dengan langgam yang digunakan yang merepresentasikan bangunan kolonial. Disamping itu pula menggunakan atap yang menjulang selain merepresentasikan bangunan bersimbolik budaya/gayahidup Belanda, juga merepresentasikan sebuah bangunan keagamaan dengan makna semakin menjulang semakin dekat dengan Sang Pencipta. Berdasarkan hasil studi lapangan dan analisis dari data yang ada bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung masih memiliki makna yang utuh dari sebuah kebudayaan Belanda dan juga makna keagamaan dengan bentuk dan langgam yang dipertahankan sampai sekarang. (Gambar 5). Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 307 Fungsi-Makna-Bentuk Gereja Katedral Santo Petrus Bandung Gambar 5. Atap yang menjulang dan Selubung bangunan bergaya Neo-Gotik Sumber: Google.com Selain dari bentuk bangunan secara umum, bentuk perwujudan lainnya adalah dari sanctuary/ altar sebagai ruang tersakral dalam bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung. ( Gambar 6). Gambar 6. Sanctuary Gereja Katedral Santo Petrus Bandung menunjukkan kesucian dan keagungan Rumah Allah Sumber: dokumentasi pribadi A 308 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Hero Renaldi Pelajaran Pelajaran yang didapat dari makalah ini adalah mengetahui dan meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi-bentuk-makna yang terkandung dalam bangunan Gereja Katolik khususnya Gereja Katedral Santo Petrus Bandung. Selain itu juga memberikan wawasan mengenai bangunan kolonial peninggalan Belanda yang ada di Indonesia bahwa bangunan-bangunan tersebut sudah sejak lama berdiri dan memiliki fungsi serta nilai-nilai tersendiri yang perlu dijaga. Sedikit berhubungan dengan pelestarian sebuah bangunan bahwa apabila ingin merenovasi ataupun merawat bangunan Gereja Katedral Bandung alangkah baiknya untuk menelitik terlebih dahulu nilai-nilai sakral yang dimiliki berdasarkan fungsi-bentuk-makna yang dipaparkan pada artikel ini. Kesimpulan Gereja Katedral merupakan pusat/jantung dari aktivitas kehidupan umat Katolik di sebuah wilayah karena memiliki keterkaitan dengan keuskupan setempat. Bangunan penunjang aktivitas tersebut, Gereja Katedral, perlu memiliki fungsi-fungsi yang mengakomodasi aktivitasnya. Gereja Katedral Bandung sudah mewadahi aktivitas tersebut melalui fungsi ruang yang dimilikinya sehingga Gereja Katedral Bandung mampu menjadi pusat/jantung aktivitas umat Katolik di Kota Bandung. Disamping dari segi fungsional juga gereja in i memiliki bentuk dan makna yang sangat sakral diimp lementasikan dalam desainnya seperti atap runcing menjulang gaya Neo-Gotik 4 serta sanctuary yang sangat sakral dan suci erat hubungannya dengan perayaan liturgi, Ekaristi, bagi umat Katolik. Oleh karenanya perlu dijaga dan dirawat ke -sakralan dan makna yang terkandung dalam bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung ini agar hingga nanti mampu menjadi pusat kegiatan bagi aktivitas umat Katolik yang ada di Kota Kembang, Bandung ini. Ucapan Terima Kasih Makalah in i dibuat guna sebagai tugas matakuliah Arsitektur Kolonial. Dalam prosesnya, bimbing an dan pembelajaran diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah terkait. Terima kasih kepada Bapak Bambang Setia Budi, ST., MT., Ph. D. atas pembelajaran yang diberikan selama di kelas dan juga saran serta masukan selama penulis menyelesaikan makalah in i. Tanpa bimbingan beliau, penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai dengan materi yang berlaku. Daftar Pustaka Capon, D.S. (1999). Le Corbusier’s Legacy, John Willey & Sons Ltd, Baffins Lane, Chichester, West Sussex. Ching, FDK. (1979). Form, Space and Order. Salura, P. (2010). Arsitektur yang Membodohkan, CSS Publishing. Bandung Schodek, D. (1999), Structures. Laurens, Joyce M. (2012). Relasi Bentuk-Makna Perseptual Pada Arsitektur Gereja Katolik di Indonesia Standard Educational Corporation (1992). New Standard Encyclopedia, Chichago, Illinois; halaman C-172/3 Suryono, A. dkk. (2012). Pelestarian Arsitektur Gereja Katedral Peninggalan Kolonial Belanda di Kota Bandung Winarwan, A. & Widodo, J. (2002), Ziarah ArsitekturKatedral St. Petrus Bandung, Architecture & Communication, Bandung. Daftar Situs http://www.katedralbandung.org/ diakses pada tanggal 25 Februari 2017 http://www.keuskupanbandung.org/ diakses pada tanggal 25 Februari 2017 http://perencanaankota.blogspot.co.id// diakses pada tanggal 27 Februari 2017 https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Gereja diakses pada tanggal 23 Februari 2017 https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Gotik diakses pada tanggal 23 Februari 2017 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 309 Fungsi-Makna-Bentuk Gereja Katedral Santo Petrus Bandung Catatan 1 David Smith Capon merupakan tokoh yang mengembangkan teori Vitruvius dalam arsitektur (Venustas, Firmitas, Utilitas) sehingga menghasilkan teori mengenai dasar-dasar pembentuk arsitektur yakni fungsi, bentuk, dan makna. Teori ini dijelaskannya dalam buku Architectural Theory mengenai teorinya yang merupakan hasil dari pengembangan teori-teori yang sudah ada dikomparasikan dengan perkembangan zaman sehingga menghasilkan teori/pedoman yang dapat diterapkan pada masa kini. Oleh karenanya teori ini digunakan dalam studi kali ini guna mengetahui unsur-unsur pembentuk bangunan Gereja Katedral Santo Petrus Bandung ini. 2 Umat Kristen perlu berhimpun agar bisa beribadat sebagai jemaat, agar bisa memuliakan Allah “dalam roh dan kebenaran” (Yoh 4:21). 3 Dalam Katekimus Gereja Katolik, dan Lumen Gentium 11, “Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani”. Ekaristim berasal dari kata Yunani (ecuharista) digunakan untuk arti “syukur”. 4 Setelah Zaman Gotik, maka disusul za man Rennaisance Baroque dan Rococo yang melahirkan arsitektur Neo Gotik. Perbedaan utama langgam Noe Gotik dan Gotik adalah kesederhanaan dekorasi bangunan, terlihat dengan tidak adanya ukiran dan patung yang rumit. Neo Gotik adalah perpaduan dari Gotik, Noe Klasik dan Romantisme. Sedangkan pada zaman modern, bentuk Gotik masih digunakan, namun lebih praktis. Gereja Katedral di Jakarta adalah salah satu contoh aliran neo-gothik. A 310 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017