Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki beberapa tujuan yang
jelas. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan
maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah
ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan
tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang
tercermin pada harga sahamnya (Martono dan Agus, 2005:3). Setiap perusahaan
yang go public menginginkan harga saham yang dijual memiliki potensi harga
tinggi dan menarik minat para investor untuk membelinya. Menurut
Hermuningsih (2009) bagi perusahaan terbuka (go public) indikator nilai
perusahaan tercermin pada harga saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan.
Pengukuran nilai perusahaan salah satunya diukur dengan menggunakan
rasio Price to Book Value (Bringham dan Houston, 2006:111). Nilai perusahaan
yang diindikasikan dengan Price to Book Value (PBV) yang tinggi menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, atau menjadi tujuan perusahaan bisnis pada
saat ini, sebab akan meningkatkan kemakmuran para pemegang atau stockholder
wealth maximization. PBV dapat menunjukkan seberapa mahal harga saham
tersebut dibandingkan dengan nilai bukunya, makin tinggi nilainya maka
menunjukkan harga saham semakin mahal. Menurut Wulandari (2009) Price to
2
Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan
prospek perusahaan tersebut. Ahmed dan Nanda (2004) juga menunjukkan bahwa
hampir semua keputusan investasi di pasar modal didasarkan pada perkembangan
PBV (Price to Book Value).
Upaya dalam meningkatkan nilai perusahaan dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan yaitu dengan cara mengaplikasikan faktor-faktor yang
dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor
eksternal maupun faktor internal perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro (2007)
menjelaskan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan
yang baik, terutama dalam memberikan dividen kepada para pemegang saham
Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek perusahaan
di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan dinilai
semakin baik di mata investor. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri (Sartono, 2001:122). Terdapat banyak rasio yang dapat digunakan
untuk mengukur profitabilitas. Penelitian ini menetapkan Return on Investment
(ROI) sebagai proksi profitabilitas didasarkan suatu pertimbangan karena ROI
dapat mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan
memanfaatkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba tersebut, asset yang
dimiliki adalah asset yang digunakan untuk beroperasi, sehingga dapat menjadi
indikator keberhasilan perusahaan di pandangan investor.
3
Teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan
dalam menentukan struktur modal (bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Pendekatan Tradisional diwakili oleh
trade-off theory dan pecking order theory berpendapat bahwa dalam pasar modal
yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan
dapat dirubah dengan cara merubah struktur modal (Husnan, 2005 :294). Menurut
Irawati (2006), pendekatan tradisional mengasumsikan sampai pada tingkat
leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan, tetapi jika
hutangnya terus ditambah maka risikonya akan lebih besar daripada penurunan
biaya karena penggunaan hutang, sedangkan dalam teori Modigliani and Miller
tanpa pajak disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan, selain itu dalam teori MM dengan pajak disimpulkan bahwa financial
Leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan. (Bringham dan Houston, 2006 :
30). Struktur modal perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity
Ratio, yaitu total hutang dibagi dengan total ekuitas (Sutrisno,2012: 217).
Salah satu sektor yang memiliki peranan penting di pasar modal Indonesia
adalah sektor agriculture. Sektor agriculture merupakan bagian pokok dalam
kehidupan sehari-hari dimana manusia pasti membutuhkan pemenuhan sandang,
pangan dan papan yang hars dipenuhi. Sektor agriculture tersebut mampu
memenuhi kebutuhan utama dalam pemenuhan pangan, pada tahun 2014 terlihat
dari Indeks Harga Saham Gabungan, sektoral agriculture memiliki last price
tertinggi diantara sektor lainnya yaitu sebesar 2156.7930, yang turut mengalami
4
penguatan 0.81% naik sebesar 17.277 poin. (http://quote.kontan.co.id/, diakses 1
November 2014). Beberapa sektor agriculture juga telah terdaftar dalam indeks
Sri Kehati yaitu PT. Astra Agro Lestari dan PT. PP London Sumatera Indonesia,
yang notabene merupakan subsektor perkebunan. Dalam sektor agriculture
terdapat beberapa subsektor, yaitu perkebunan, perikanan dan subsektor lainnya.
Subsektor lainnya terdiri dari Holtikultura, peternakan, dan tanaman pangan.
(www.idx.co.id).
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami
pertumbuhan paling konsisten, Kelapa sawit, karet dan kakao tumbuh lebih pesat
dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan di
atas angka 5% per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut
pada umumnya berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong
perluasan areal komoditas tersebut cukup baik. (www.ipard.com, diakses tanggal
1 September 2014)
Indonesia sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja
merupakan masalah yang mendesak, sub sektor perkebunan mempunyai
kontribusi yang cukup signifikan dalam menciptakan lapangan kerja. Tenaga kerja
yang terserap oleh sektor perkebunan dari tahun ketahun mengalami peningkatan
(http://www.sawitindonesia.com/kinerja/kiprah-fp2sb-dalam-pembangunanperkebunan-strategis-berkelanjutan, diakses 1 September 2014)
Dari struktur ekspor Indonesia, sektor perkebunan terutama sawit
memegang kontribusi sangat besar. Industri kelapa sawit sebagai salah satu
kontributor terbesar ekspor nonmigas mengalami surplus setiap tahunnya. Hal ini
5
disebabkan produksi dari industri kelapa sawit surplus setiap tahunnya. Berikut
adalah tabel ekspor dan neraca perdagangan menurut subsektor Agriculture:
Tabel 1.1
Ekspor Pertanian Menurut Sub Sektor Periode Tahun 2010-2013
Tabel 1.2
Neraca Perdagangan Pertanian Menurut Sub Sektor Periode Tahun 20102013
6
Nilai ekspor pertanian periode tahun 2010-2013 didominasi oleh sub
sektor perkebunan mencapai 133,37 miliar US$. Trend ekspor perkebunan yang
terus meningkat ini , memberikan gambaran bahwa produk perkebunan Indonesia
telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Selain itu, subsektor
perkebunan menjadi andalan nasional karena setiap tahunnya neraca perdagangan
subsektor perkebunan selalu mengalami surplus, sehingga secara total sektor
pertanian dapat menutupi defisit yang dialami oleh subsektor lainnya. Hal ini
dikarenakan lebih dari 90% nilai dan volume ekspor komoditas pertanian berasal
dari komoditas perkebunan.
Menteri Agriculture Suswono yang menyebutkan ekspor produk subsektor
perkebunan masih menjadi andalan ekspor sektor agriculture dengan tren surplus
perdagangan yang meningkat. ”Komoditas kelapa sawit crude palm oil (CPO),
karet, teh, kopi, dan kakao masih merupakan komoditas andalan ekspor. Adapun
negara yang masih menjadi tujuan utama ekspor adalah China, Amerika dan
negara-negara
Eropa
serta
India,”
katanya. (sumber
:
http://koran-
sindo.com/node/347838, diakses 1 September 2014). Dirjen Perkebunan
Kementerian Pertanian (Kementan) Gamal Nasir di Jakarta, Jumat, mengatakan,
dari perolehan tersebut subsektor perkebunan dari segi volume terhadap total
ekspor pertanian memberikan kontribusi 97,7 persen dan dari segi nilai sebanyak
96,3
persen.
(http://www.antaranews.com/berita/412361/sektor-perkebunan-
sumbang-devisa-214-miliar-dolar-as, diakses 1 September 2014).
7
Fenomena mengenai perkembangan subsektor perkebunan yang dikatakan
mengalami pertumbuhan yang paling baik ternyata tidak tercerminkan dalam
pasar modal. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam subsektor perkebunan
dalam pasar bursa justru mengalami penurunan harga saham. Penurunan harga
saham berdampak pada nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book
Value juga mengalamin penurunan. Berikut ini adalah tabel Rata- Rata Price to
Book Value Subsektor pada Sektor Agriculture yang terdaftar di BEI periode
2010-2013 :
Tabel 1.3
Rata- Rata Price to Book Value Subsektor pada Sektor Agriculture yang
terdaftar di BEI Periode 2010-2013 (dalam X).
Subsektor
Perkebunan
Perikanan
Subsektor Lainnya
Tahun
2010
2011
2012
2013
2010
2011
2012
2013
2010
2011
2012
2013
PBV
2.94
2.22
2.02
2.08
3.14
5.31
11.34
8.84
7.58
8.82
8.42
11.98
Sumber : Bursa Efek Indonesia (data diolah)
Dari tabel 1.1 di atas dapat terlihat bahwa rata-rata Price to Book Value
perusahaan di subsektor perkebunan mengalami penurunan dari tahun 2010-2012.
8
Pada tahun 2010 PBV sebesar 2.94 turun menjadi 2.22 di tahun 2011. Sama
halnya pada tahun 2012 PBV kembali turun menjadi 2.02.
Hal ini
mengindikasikan bahwa nilai perusahaan subsektor perkebunan juga mengalami
penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan harga komoditas CPO dan
juga permintaan terhadap CPO dunia mengalami penurunan. Dewan Minyak
Sawit Indonesia juga memprediksi kemerosotan harga CPO yang terjadi selama
semester I 2014, masih akan berlanjut. Selain merosotnya permintaan asal India,
belum maksimalnya penyerapan produksi dalam negeri melalui biodiesel juga
menjadi penyebab penurunan harga komoditas ini. (http://sumatra.bisnis.com,
diakses 14 Agustus 2014). Dampak penurunan nilai tukar rupiah juga berpengaruh
terhadap sektor riil di Indonesia, terutama sektor pertanian. Melemahnya nilai
rupiah terhadap dollar dipastikan berdampak terhadap sektor pertanian karna
kegiatan ekspor maupun impor yang dilakukan oleh sektor komoditas ini. Tahun
2011 sampai tahun 2013 nilai tukar rupiah memiliki tren yang terus melemah,
realisasi dari Rp. 8799 per USD pada tahun 2011 naik realisasinya hingga menjadi
diatas Rp 10.000 pada akhir taun 2013 (www.bisniskeuangan.kompas.com).
Dibandingkan dengan subsektor lain, PBV subsektor perkebunan
mengalami tren turun dari tahun 2010-2012, dan meningkat di tahun 2013.
Sedangkan subsektor perikanan memiliki tren naik dari tahun 2010-2013.
Subsektor lainnya juga mengalami tren naik dari tahun 2010-2011, turun di tahun
2012 dan kembali naik lagi di tahun 2013. PBV subsektor perkebunan
dibandingkan dengan subsekor perikanan dan subsektor lainnya memiliki PBV
terendah.
9
Jika dalam sektor agriculture memang subsektor perkebunan dikatakan
yang paling baik dibandingkan dengan subsektor lain, maka seharusnya penilaian
para pelaku pasar dalam pasar bursa terhadap perusahaan-perusahaan yang berada
dalam subsektor perkebunan pun tinggi. Tetapi rata-rata Price to Book Value
subsektor perkebunan justru mengalami penurunan, bahkan bila dibandingkan
dengan subsektor lain, PBV subsektor perkebunan memiliki PBV yang murah
dibanding subsektor lain..
Tabel 1.4
Data PBV Terakhir Perusahaan Sektor Agriculture per Tahun 2014
No.
Perusahaan
1
Astra Agro Lestari, Tbk.
2
Austindo Nusantara Jaya Tbk
BISI International Tbk
3
Bumi Teknokultura Unggul Tbk
4
Central Proteina Prima Tbk
5
6
BW Plantation Tbk
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
7
8
Dharma Satya Nusantara Tbk
9
Gozco Plantation, Tbk.
Inti Agri Resources Tbk
10
11
Jaya Agra Wattie Tbk
12
PP London Sumatera Indonesia
13
Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
14
Provident Agro Tbk
15
Sampoerna Agro Tbk.
16
Salim Ivomas Pratama Tbk
17
Sinar Mas agro Resources and Technology
18
Sawit Sumbermas Sarana Tbk
19
Tunas Baru Lampung, Tbk.
20
Bakrie Sumatera Plantation, Tbk.
(Sumber : online trading, diakses 29 September 2014)
PBV
3.4
0.9
1
19.2
1.7
0.9
0.9
3.6
0.4
17.6
1.1
1.9
0.5
2.2
1.3
0.9
2.6
4.8
1.7
0.1
10
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara
profitabilitas dan struktur modal dengan nilai perusahaan.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hermunigsih (2009) menyatakan
bahwa Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, sama halnya dengan DER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfia Eka Sari (2013) yang berjudul
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Economic Value Added Dan Risiko
Sistematis Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Kategori LQ45 yang Terdaftar Di BEI) menyatakan hasil bahwa
Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan,
sedangkan Leverage yang diproksikan dengan DER tidak berpengaruh.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Ari (2013) yang berjudul
Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Pada
Nilai Perusahaan menyatakan hasil bahwa struktur modal berpengaruh
negatif dan signifikan pada nilai perusahaan sedangkan profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan
4. Tito Putra pada tahun 2007 melakukan penelitian dan menemukan bahwa
DER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap PBV. Namun
Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap PBV.
11
5. Penelitian yang dilakukan oleh Murhadi pada tahun 2008 dengan judul
“Hubungan Capital Expenditure, Risiko Sistematis, Struktur Modal,
Tingkat Kemampulabaan Terhadap Nilai Perusahaan” menunjukkan hasil
struktur modal dan tingkat kemampulabaan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Obradovich (2012) dengan judul
“The Impact of Corporate Governance and Financial Leverage on the
Value of American Firms”, menunjukkan hasil bahwa Profitabilitas dan
Financial Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoko dan Soebiantoro (2007), yang
berjudul Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern
Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan, menunjukkan hasil bahwa
Struktur kepemilikan, faktor ekstern, faktor intern, dan leverage
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Dewa Ayu dan I Made (2013) ,
menunjukan hasil bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kinerja keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
12
Dikarenakan perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh antar variabel
tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali hubungan antar variabel
tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil judul:
“Pengaruh Profitabilitas dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empiris pada perusahaan sektor Agriculture yang terdaftar di BEI periode
tahun 2010-2013)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai
perusahaan.
2 . Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
3. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai
perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan..
13
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbang-an bagi perusahaan
dalam mengaplikasikan variabel-variabel penelitian ini untuk membantu
meningkatkan nilai perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan emiten untuk
mengevaluasi, memperbaiki, dan mening-katkan kinerja manajemen dimasa
yang akan dating
2. Bagi Investor
Bagi calon investor, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan pada saat
melakukuan investasi.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori
profitabilitas dan struktur modal yang akan dihadapi oleh sebuah perusahaan
serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Selain itu dapat membantu studi
dalam matakuliah yang bersangkutan dengan studi ini.
14
1.5 Lokasi dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap
perusahaan subsektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan yaitu melaui
penelitian dari situs http://www.idx.co.id untuk memperoleh data sekunder
berupa laporan keuangan selama 4 tahun yaitu periode 2010-2013. Adapun
penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 sampai selesai.
Download